• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET

PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2

NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Rika Yuni Ambarsari

X7107068

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET

PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI

2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

Oleh

Rika Yuni Ambarsari X7107068

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu

Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2

NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

NAMA : RIKA YUNI AMBARSARI NIM : X7107068

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari : Kamis Tanggal : 30 Juni 2011

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing 2

Drs. Tri Budiharto, M.Pd NIP. 19591221198803 1 001 Pembimbing 1

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET

PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI

BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

NAMA : RIKA YUNI AMBARSARI NIM : X7107068

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Rabu Tanggal : 20 Juli 2011 Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd ... Sekretaris : Dra. Lies Lestari, M.Pd . ... Anggota I : Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd ... Anggota II : Drs. Tri Budiharto, M.Pd ... Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatuallah, M.Pd

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Rika Yuni Ambarsari, “ PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI

BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 “. Skripsi.

Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011

Tujuan penelitian tindakan yang dilaksanakan adalah (1) untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa pada konsep gaya magnet dalam IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. (2) untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011 terdiri dari 22 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep gaya magnet, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning.. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Rika Yuni Ambarsari, "APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE UNDERSTANDING OF THE CONCEPT OF STYLE MAGNET IPA LESSON ON THE FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL IN SECOND NADI BULUKERTO WONOGIRI IN THE ACADEMIC YEAR 2010/2011". Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education March Eleven University of Surakarta.

Action research objectives to be achieved are (1) to improve the quality of the learning process of students on the concept of magnetic force in students' science class on the fifth grade students of elementary school in second Nadi. (2) to increase understanding of the concept of magnetic force on the fifth grade students of elementary school in second Nadi Bulukerto Wonogiri in the academic year 2010/2011.

Research subjects of this class action is on the fifth grade students of elementary school in second Nadi Bulukerto Wonogiri in the academic year 2010/2011 consists of 22 students. Variables were targeted changes in this study is understanding the concept of magnetic force, while the variable action used in this study is a model of Problem Based Learning. Form of research is action research class lasts 2 cycles. Each cycle consists of four stages includ planning, implementation of the action, observation and reflection. Data collection techniques used were tests, observations, and documentation. The validity of the data is used triangulation data and triangulation methods. Data analysis technique used is an interactive analytical data model which has three components, namely reduction data, data presentation, and conclusion drawing or verification.

(7)

commit to user

vii MOTTO

Memecahkan masalah itu sulit, mengenal masalah itu lebih sulit, tetapi menemukan masalah itu lebih sulit

(Albert Einstein)

Pengetahuan adalah warisan yang mulia, budi pekerti ibarat pakaian yang baru dan pikiran ibarat cermin yang bening

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

 Bapak dan ibuku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, dan selalu memotivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

 Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku yang telah memberikan ilmu dan mengantarku hingga dapat mencapai masa

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik.

Skripsi penelitian dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Magnet Pada Pelajaran

IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun Pelajaran

2010/2011” diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs.Tri Budiharto, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Indar Hardiyanto, M. Pd selaku kepala SD Negeri 2 Nadi yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 2 Nadi yang telah memberikan banyak bantuan. 8. Bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas doa dan dorongan motivasi yang

selalu diberikan hingga saat ini.

9. Kakakku terimakasih atas semangat dan doa selama ini.

(10)

commit to user

x

11.Teman-teman PGSD angkatan 2007 terutama kelas C terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Akhirnya tidak lupa penulis mengucapkan permintaan maaf bila terdapat

tutur kata peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian.

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGAJUAN SKRIPSI... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7

1 Hakikat Pemahaman Konsep Gaya Magnet... 7

a. Pengertian pemahaman... 7

b. Konsep... 8

c. Tinjauan Gaya Magnet... 10

2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam... 13

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam... 13

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam... 15

(12)

commit to user

xii

d. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA... 16

3 Tinjauan Tentang Model Problem Based Learning... 17

a. Pengertian Model Pembelajaran... 17

b. Pengertian Model Problem Based Learning... 18

c. Ciri-ciri Model Problem Based Learning... 20

d. Manfaat Model Problem Based Learning... 22

e. Langkah-langkah Model Problem Based Learning... 22

f. Pelaksanaan Model Problem Based Learning... 24

g. Kelebihan Model Problem Based Learning... 26

h. Kelemahan Model Problem Based Learning... 27

4 Tinjauan Kualitas Proses Pembelajaran... 27

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berfikir ... 29

D. Perumusan Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 33

D.Sumber Data ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Validitas Data ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 37

H. Indikator Keberhasilan ... 39

I. Prosedur Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 46

C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 75

(13)

commit to user

xiii

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Langkah-langkah Model Problem Based Learning... 23

2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 32

3 Daftar Distribusi Frekuensi Pada Kondisi Awal... 47

4 Daftar Distribusi Frekuensi Pada Siklus 1... 57

5 Daftar Distribusi Frekuensi Pada Siklus 2... 66

6 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Siklus 1 dan 2... 69

7 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Siswa Siklus 1 dan 2... 70

8 Rekapitulasi Hasil Nilai Rata-rata Pemahaman konsep... 72

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar: Halaman

1. Garis Garis Gaya Magnet... ... 20

2. Pola Garis yang dibentuk serbuk besi... 20

3. Pembuatan magnet secara induksi... ... 22

4. Pembuatan magnet secara menggosok... 23

5. Pembuatan magnet dengan cara dialiri listrik... ... 23

6. Kerangka berpikir... 30

7. Model penelitian tindakan dari Kurt Lewin... 34

8. Grafik Nilai IPA materi Gaya Magnet Kelas V SD Negeri Nadi pada Kondisi Awal ... 48

9. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Siklus I ... 58

10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Siklus II... 67

11. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II ... 69

12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II ... 71

13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Nadi pada Kondisi Awal. Siklus I, dan Siklus.... 73

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Jadwal Penelitian... 80

2 Silabus... 81

3 Rpp Siklus 1 petemuan 1... 82

4 Rpp Siklus 1 pertemuan 2... 96

5 Rpp Siklus 2 pertemuan 1... 111

6 Rpp Siklus 2 pertemuan 2... 126

7 Daftar Nilai Siswa Pada Kondisi Awal... 142

8 Daftar Nilai Siswa Pada Siklus 1... 143

9 Daftar Nilai Siswa Pada Siklus 2... 144

10 Lembar pengamatan Kinerja Guru Siklus 1 pertemuan 1... 146

11 Lembar Pengamatan Kinerka Guru Siklus 1 pertemuan 2... 148

12 Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2 pertemuan 1... 152

13 Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2 pertemuan 2... 156

14 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 1 pertemuan 1... 160

15 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 1 pertemuan 2... 163

16 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 2 pertemuan 1... 166

17 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 2 pertemuan 2... 169

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat memahami alam sekitar secara langsung. Pendidikan IPA diarahkan untuk memecahkan masalah dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan-pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan

Pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Berdasarkan hal tersebut salah satu tugas guru selaku pelaksana pendidikan dalam mengelola proses belajar mengajar adalah perencanaan pembelajaran termasuk di dalamnya pemilihan model. Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam pemahaman konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum IPA tentang gaya magnet belum tercapai secara optimal. Secara umum

(18)

commit to user

gaya magnet pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada mata pelajaran IPA. Upaya itu diantaranya dengan pemilihan model yang tepat sesuai dengan materi gaya magnet pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi awal pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi diperoleh hasil bahwa pada pemahaman konsep gaya magnet

pembelajaran IPA cenderung didominasi oleh guru. Kebanyakan guru dalam pembelajaran gaya magnet IPA masih bersifat konvensional. Pembelajaran yang bersifat konvensional dapat berupa guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah sehingga pemahaman siswa masih kurang. Selain itu guru hanya memberikan tugas berupa soal untuk dikerjakan tetapi guru tidak membimbing siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional tidak memfasilitasi siswa untuk menuangkan ide, kreatifitas serta keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Kondisi yang masih terjadi di SD Negeri 2 Nadi masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dimana di dalam pembelajaran IPA tentang gaya magnet hanya dari gurunya saja yang aktif sedangkan siswa hanya mendengar penjelasan dari guru Pembelajaran hanya berpusat pada guru atau bisa disebut satu arah. Keadaan seperti ini membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA tentang gaya magnet merupakan pelajaran yang membosankan akibatnya siswa tidak termotivasi untuk mempelajari materi gaya magnet dengan baik sehingga pemahaman konsep gaya magnet siswa yang dicapai masih rendah. Dari 22 siswa kelas V hanya 8 siswa yang berhasil mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 65 (lampiran 7). Dari pengamatan yang dilakukan ternyata hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor teserbut yaitu:

(19)

commit to user

3

Dari hasil observasi dan dokumentasi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang gaya magnet perlu diperbaiki guna peningkatan kualitasnya. Pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA masih sangat rendah, maka peneliti ingin berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011.

Untuk mengatasi hal tersebut guru perlu menerapkan model pembelajaran khusus pada siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA. Salah satunya dengan penggunaan model problem based learning.

Menurut Arends dalam (Trianto, 2007: 5) : “it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect students to solve

problems yet seldom teach then about problem solving”, yang berarti dalam mengajar guru memberikan sebuah permasalahan kepada siswa kemudian masalah yang diberikan oleh guru dipecahkan oleh siswa secara berkelompok. Model Problem Based Learning dimana dalam pembelajarannya siswa dituntu untuk aktif dan kreatif dalam memecahkan sebuah permasalahan Guru dalam proses belajar mengajar harus memakai model problem based learning karena di dalam model ini membiasakan siswa untuk berinisiatif, berfikir secara aktif, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam memecahkan masalah. Model problem based learning menyajikan informasi maka informasi tersebut digunakan dalam pemecahan masalah sehingga terjadi proses kebermaknaan informasi. Mata pelajaran IPA dalam materi gaya magnet lebih banyak melakukan percobaan atau eksperimen, di dalam melakukan eksperimen siswa dituntut untuk berfikir secara aktif dan berinisiatif maka dari itu dalam pelajaran IPA tentang gaya magnet sangat dianjurkan untuk memakai model problem based learning

untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa.

(20)

commit to user

Berdasarkan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) guru dapat menerapkan model problem based learning sebagai strategi pemecahan masalahnya untuk memberdayakan karakteristik siswa itu sendiri. Dipandang dari kualitas hasil yang akan diperoleh siswa maka model problem based learning

akan memiliki kontribusi yang lebih baik daripada metode ceramah yang menerapkan satu arah dari guru saja.

Dalam model pembelajaran problem based learning pembelajaran didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian nyata sehingga siswa termotivasi untuk berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri. Dengan pengalaman tersebut siswa dapat memecahkan masalah serupa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep dalam pembelajaran adalah adanya pemilihan model pembelajaran yang kurang memberikan pemberdayaan dari potensi murid dan karakteristik bidang itu sendiri sehingga hasil belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan paparan di atas, pemahaman konsep gaya magnet IPA akan meningkat jika dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk IPA adalah model problem based learning. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul : “ PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

MAGNET PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(21)

commit to user

5

2 Apakah dengan penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

1 Pnelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada konsep gaya magnet dalam pelajaran IPA melalui model Problem Based Learning siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi.

2 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet melalui model Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis maupun teoretis.

1. Manfaat Teoretis

a. Secara umum hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar melalui pembelajaran model problem based learning.

b. Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman konsep gaya magnet dan pada pembelajaran IPA. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Dapat digunakan sebagai motivasi belajar agar pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA dapat meningkat

2) Siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung. 3) Siswa menjadi lebih kreatif dan terampil dalam pembelajaran IPA.

b. Bagi Guru

(22)

commit to user

2) Memberi sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran IPA terutama pada materi gaya magnet.

c. Bagi sekolah

1) Sebagai kontribusi yang bermanfaat untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dengan adanya inovasi dalam pembelajaran.

(23)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Pemahaman Konsep Gaya Magnet IPA

a. Pengertian Pemahaman

Menurut Bloom dalam Utami Munandar dalam (Puji Purnomo dkk, 2008: 236), pemahaman adalah kemampuan untuk mengingat dan menggunakan informasi tanpa perlu menggunakannya dalam situasi baru atau berbeda. Blom juga mengemukakan bahwa pemahaman merupakan salah satu sasaran dalam kognitif yang berbeda ditingkat kedua setelah pengetahuan. Dalam pemahaman, ketrampilan yang diharapkan adalah ketrampilan menerjemahkan, menghubungkan, dan menafsirkan. Pemahaman menurut Winkel (2000: 246) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Pendapat dari Lukmanul Hakiim (2009: 101) memahami artinya menyusun makna dari pesan-pesan pembelajaran, mencakup komunikasi oral, tertulis, dan grafis. Kemampuan memahami terdiri atas hal-hal berikut:

1) Menginterpretasikan yaitu mengubah dari suatu bentuk representasi (misalnya numerik) ke dalam bentuk lain (misalnya verbal).

2) Memberi contoh yaitu menemukan contoh atau gambaran khusus dari suatu konsep atau prinsip umum, yang terdiri atas: menggambarkan dan instantiating.

3) Mengklasifikasikan yaitu menentukan bahwa sesuatu memiliki kategori.

4) Merangkum yaitu membuat abstraksi dari suatu tema umum.

5) Menyimpulkan yaitu menggambarkan suatu kesimpulan logis dari informasi yang disajikan.

(24)

commit to user

8

7) Menjelaskan yaitu kemampuan untuk menyusun dan menggunakan suatu model sebab akibat dari suatu sistem.

Menurut Nana Sudjana pemahaman (2010, 56) dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman

penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi.

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman (comprehension) adalah penguasaan pengetahuan dalam mengingat atau menguasai sesuatu dengan pikiran sehingga kemampuan pemahaman telah mencakup kemampuan pengetahuan.

b. Konsep

1) Pengertian Konsep

Konsep adalah gagasan yang merujuk pada sebuah kelompok atau kategori dimana semua anggota sama-sama memiliki beberapa karateristik (David A. Jacobsen, 2009: 98). Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa maupun pengalaman. Konsep dibedakan atas konsep konkrit dan konsep yang didefinisikan, konsep konkrit adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik sedangkan konsep yang didefinisikan adalah

konsep yang mewakili realitas hidup tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik karena realitas itu tidak berbeda.

( Winkel, 2005: 113).

(25)

commit to user

9

9

pendapat dari Oemar Hamalik (2003 :162) suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.

Menurut pendapat Woodruff (2011) konsep adalah (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau

benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan penguasaan pengetahuan dalam menguasai sesuatu dengan pikiran untuk menangkap makna dan arti sebuah rancangan.

2) Ciri-ciri konsep

Ciri-ciri konsep menurut pendapat Oemar Hamalik (2003: 162) adalah sebagai berikut:

a) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan yang lainnya.

b) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut.

c) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan

konsep lainnya.

d) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa

atribut lebih domain daripada yang lainnya. c. Tinjauan Gaya Magnet

1) Gaya magnet

(26)

commit to user

10

Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet disebut gaya magnet.(Heri Sulistyanto, 2008: 90)

a) Benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis

Berdasarkan kemagnetannya, benda dapat digolongkan menjadi dua (2011) yaitu:

(1) Benda magnetik (disebut juga Feromagnetik)

Benda magnetik yaitu benda yang dapat ditarik oleh magnet dengan cukup kuat. Contoh: besi, baja, nikel, kobalt.

(2) Benda bukan Magnetik (non magnetik) terbagi menjadi: Paramagnetik:

Paramagnetik yaitu benda yang dapat sedikit ditarik oleh magnet kuat. Contoh: alumunium, platina, tembaga.

Diamagnetik:

Diamagnetik yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet kuat. Contoh: merkuri, emas, bismut, seng.

Magnet keras : adalah benda yang sukar dijadikan magnet, tetapi setelah menjadi magnet, sifat kemagnetannya tersimpan lama. Contoh: baja, alkomak, kobalt.

Magnet lunak adalah benda yang mudah dijadikan magnet tetapi tidak menyimpan lama sifat kemagnetannya. Contoh: besi.

b) Kekuatan gaya magnet

Menurut pendapat (Choiril Azmiyawati dkk, 2008: 89) magnet memiliki kekuatan untuk menarik benda-benda yang

memiliki sifat magnetis. Kekuatan gaya magnet untuk menarik benda-benda yang bersifat magnetis dipengaruhi oleh garis gaya

(27)

commit to user

11

11

Gambar 1. Garis gaya magnet

Gambar 2. Pola garis yang di bentuk serbuk besi

Daerah yang dilingkupi oleh garis gaya magnet merupakan medan magnet. Pada gambar tampak serbuk besi banyak berkumpul di ujung-ujung magnet. Ujung-ujung magnet disebut kutub magnet. Pada bagian inilah magnet memiliki kekuatan terbesar dibandingkan bagian magnet lainnya.

c) Kutub senama dan tidak senama pada magnet

Di dalam buku (S. Rositawaty, 2008: 92) kekuatan magnet terbesar terletak pada bagian ujung-ujung magnet atau kutub magnet. Magnet memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet memiliki sifat-sifat yang istimewa. Jika kutub-kutub magnet yang senama didekatkan (utara dan utara atau selatan dan selatan) maka keduanya akan tolak menolak. Apabila kutub-kutub magnet tidak senama didekatkan ( utara dan selatan ) maka keduanya akan saling tarik menarik.

2) Cara membuat magnet

Menurut pendapat (Heri Sulistyo, 2008: 96) terdapat beberapa cara dalam pembuatan magnet diantaranya adalah cara

(28)

commit to user

12 a) Cara induksi

Magnet dapat dibuat dengan cara induksi yaitu mendekatkan atau menempelkan magnet pada benda yang akan dijadikan sebagai magnet, contohnya paku. Benda magnetis yang menempel pada magnet dapat menarik benda-benda magnetis lainnya, contohnya jarum atau paku payung.

Gambar 3.Pembuatan magnet secara induksi b) Cara menggosok

Magnet dapat dibuat dengan cara menggosok benda yang akan dijadikan magnet dengan magnet batang yang kita miliki atau terdapat di sekolah. Untuk mendapatkan magnet dengan cara menggosok, lakukanlah langkah-langkah berikut ini:

(1) Letakkan sebatang besi atau baja yang akan dijadikan magnet di atas meja.

(2) Gosoklah salah satu kutub magnet pada besi atau baja tersebut dengan kuat dan searah.

(3) Lakukan gosokan tersebut berulang-ulang. Semakin lama menggosok maka semakin kuat kemagnetannya.

(29)

commit to user

13

13 c) Mengalirkan arus listrik

Untuk membuat magnet dengan cara mengalirkan arus listrik kita membutuhkan paku yang cukup besar, kawat kumparan, dan batu baterai sebagai sumber arus listriknya. Perhatikan cara pembuatan magnet dengan mengalirkan arus listrik berikut.

(1) Lilitkan paku dengan kawat kumparan. Semakin banyak kumparan maka kemagnetannya akan semakin kuat.

(2) Sambungkan kedua kawat kumparan pada batu baterai. (3) Dekatkan paku tersebut dengan jarum atau paku payung

maka jarum dan paku payung akan menempel pada paku.

Gambar 5. Pembuatan magnet dengan cara dialiri listrik d. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pendapat dari (Sri M. Iskandar, 2001: 2) kata “IPA”

merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu

Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa

Ingris “Natural Science” secara singkat sering disebut „Science”.

Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

(30)

commit to user

14

sedemikian hingga muncul konsep-konsep baru dari berbagai eksperimen dan observasi, dan konsep-konsep baru itu kemudian akan mendorong dilakukannya eksperimen-eksperimen dan observasi-observasi lebih lanjut. ( Subiyanto, 1988: 3)

Ilmu pengetahuan alam adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala-gejala

alam. Dalam perkembangannya IPA tidak hanaya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, namun juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA meliputi 3 hal yaitu produk, proses, dan nilai/sikap ilmiah. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Proses Ipa atau metode ilmiah adalah cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh hasil-hasil IPA atau produk IPA. Nilai dan sikap ilmiah ialah semua tingkah laku yang diperlukan selama proses IPA sehingga memperoleh produk IPA.(Team IAD UNS, 2003: 10)

Menurut pendapat Carin (2011) Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk anak-anak didefinisikan Paolo dan Marten dalam (Srini M. Iskandar, 2001 :16) sebagai berikut:

a) Mengamati apa yang terjadi.

b) Mencoba memahami apa yang diamati.

c) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang

akan terjadi.

d) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

(31)

commit to user

15

15

dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan.

Ada dua hal yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk yaitu pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. IPA sebagai proses

yaitu kerja ilmiah. Baik produk atau proses IPA merupakan subjek kajian IPA. Dengan belajar IPA, belajar produk dan bagaimana proses IPA dapat kita peroleh.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi dan kejadian-kejadian yang dapat diperoleh dan dikembangkan baik secara induktif atau deduktif. IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

2) Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains

Tujuan pembelajaran IPA menurut (Permendiknas ,2006) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap posesif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

(32)

commit to user

16

f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

3) Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains.

Ruang lingkup bahan kajian IPA menurut (Permendiknas ,2006) meliputi aspek-aspek berikut:

a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatannya. b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan

gas.

c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

IPA atau sains di SD diberikan sebagai mata pelajaran sejak kelas III sedang kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara sistematis. Karena di dalam penelitian ini yang dikaji bahan mata pelajaran kelas V maka di bawah ini konsep-konsep pengembangan pengetahuan IPA atau sains di kelas V semester II antara lain:

a) Gaya gravitasi, gaya magnet, gaya gesek, dan pesawat sederhana. b) Cahaya dan sifat-sifatnya.

c) Proses pembentukan tanah. d) Struktur bumi.

4) Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA atau Sains SD

Standar kompetensi mata pelajaran IPA atau sains di kelas V semester II adalah:

(33)

commit to user

17

17

b) Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.

c) Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah

mengenai “ gaya magnet yang meliputi benda-benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis, kekuatan gaya magnet, penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari, dan cara membuat magnet.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.

2. Tinjauan Tentang Model Problem Based Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam (Trianto, 2007: 5).

Menurut Arend dalam (Agus Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di

dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

(34)

commit to user

18

mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal dalam ( Isjoni, 2008: 146)

Menurut pendapat Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra dalam ( Anton Sukarno, 2006: 144) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar. Pengertian model pembelajaran mengandung unsur (1) pedoman, (2) pengelolaan pembelajaran, (3) kerangka konseptual.

Menurut pendapat Joyce& Weil dalam (Rusman, 2010: 133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas ataupun yang lain

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah model yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Model Problem Based Learning

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan

tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta tilikan akal sangat diperlukan.

(35)

commit to user

19

19

Menurut pendapat Tan dalam (Rusman, 2010: 229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam proses belajar mengajar kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikam melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Pendapat dari Barrows (2011) Problem based learning is particularly true of efforts to relate constructivism as a theory of learning to the practice of instruction. Our goal in this paper is to provide a clear link between the theoretical principles of constructivism, the practice of instructional design, and the practice of teaching. We will begin with a basic characterization of constructivism identifying what we believe to be the central principles in learning and understanding.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pengajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melaksanakan penyelidikan. (Trianto, 2007: 67)

Menurut pendapat Jerome Bruner dalam (Agus Suprijono, 2009:

71) pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada kecakapan peserta didik memproses informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada

(36)

commit to user

20

PBL ( problem based learning) mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoretisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah, kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa

tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. (Sugiyanto, 2009: 152)

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf pendidikan John Dewey yang menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman (belajar dari pengalaman). Pada dasarnya Dewey percaya bahwa anak-anak merupakan para pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka. Sekolah seharusnya memanfaatkan rasa keingintahuan yang alamiah ini dengan membawa dunia luar ke dalam ruang kelas dengan membuatnya tersedia dan dapat diakses untuk keperluan studi.( David A. Jacobsen dkk, 2009: 242)

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalahan dunia nyata sebagai suatu stimulus dan berfokus pada aktifitas siswa.

c. Ciri-ciri Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Menurut Arends dalam (Trianto, 2007: 68) Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(37)

commit to user

21

21

penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu

(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran, sebagai contoh masalah populasi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.

3) Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik umtuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu metode penyelidikan yang digunakan bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilakan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkip debat seperti pada

(38)

commit to user

22

tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional.

5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas

kompleks dam memperbanyak peluang umtuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.

d. Manfaat Model Problem Based Learning ( Pembelajaran berbasis masalah)

Problem Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.

Menurut Sudjana dalam (Trianto, 2007: 71) manfaat khusus yang diperoleh dari model Dewey adalah Model pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.

e. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

(39)

commit to user

23

[image:39.595.141.518.154.747.2]

23 Tabel I

Langkah-langkah Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Fase Tahap Laku Guru

Fase-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Fase-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Fase-3

Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Fase-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Sumber : Agus Suprijono ( 2009: 74)

f. Pelaksanaan Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

(40)

commit to user

24

Model Problem Based Learning membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.

a) Penetapan tujuan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelididki,

memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran berbasis masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

b) Merancang situasi masalah

Beberapa guru dalam PBL lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.

c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik.

Dalam Problem Based Learning siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan di dalam pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah. Oleh karen itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan

merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menetapkan

pembelajaran berbasis pemecahan masalah. 2) Tugas Interaktif

a) Orientasi siswa pada maslah

(41)

commit to user

25

25

jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi pelajar yang mandir. b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Pada PBL dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa

memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.

c) Membantu penyelididkan mandiri dan kelompok

Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berbasis masalah. Puncak proyek-proyek PBL adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.

d) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Tugas guru pada tahap akhir PBL adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

3) Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen

Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu

memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku

(42)

commit to user

26

menangani siswa baik individual maupun kelompok yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat.

Dalam Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan

prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat.

4) Assesmen dan Evaluasi

Model Problem Based Learning fokus terhadap perhatian, pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.

Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model PBL terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kinerja dapat berupa assesmen melakukan pengamatan, assesmen merumuskan pertanyaan,

assesmen merumuskan sebuah hipotesa dan sebagainya. g. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)

(43)

commit to user

27

27

2) Penerapan model problem based learning membiasakan siswa untuk berinisiatif, berfikir secara aktif dalam proses belajar mengajar.

3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam memecahkan masalah.

4) Penerapan model problem based learning membiasakan siswa untuk lebih aktif mandiri.

h. Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)

1) Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar cenderung lebih banyak.

2) Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan mengakibatkan model problem based learning tidak berjalan baik. i. Tinjauan Kualitas Proses Pembelajaran

Menurut pendapat Yusuf Yudi Prayudi (2011) Kualitas proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif:

Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewatberbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan dapat meningkatkan aktifitas siswa yaitu

diantaranya aktif bertanya, dapat kerjasama dengan baik, mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu :

(44)

commit to user

28

2) Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi, tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi.

3) Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian dari proses balikan.

4) Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi.

Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey terbatas.

B. Penelitian yang Relevan

1. Skripsi Ni Made Suci dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori

Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha” Tahun 2007. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan teori akuntansi mahasiswa jurusan ekonomi Undiksha dapat meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar. Hal ini terbukti pada nilai rata-rata pre tes sebesar 56 meningkat setelah selesainya pelaksanaan tindakan menjadi rata-rata 82,04. Pada penerapan model pemecahan masalah dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa akuntansi KBM mata kuliah teori akuntansi.

2. Skripsi Fitri Yuni Astiti dengan judul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi

Datar Tahun Pelajaran 2006/2007” Tahun 2007. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 5 Semarang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata nilai yang terjadi pada kondisi awal sebesar 55,5, siklus 1 meningkat menjadi 67,8, siklus 2 mengalami peningkatan 83,6.

(45)

commit to user

29

29

Pembentukan Tanah Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Begajah 4 Sukoharjo”

Tahun 2010. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan mendiskripsikan proses pembentukan tanah pada siswa kelas 5 SD Negeri Begajah 4 sukoharjo. Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata dan nilai tes akhir yang mengalami peningkatan. Hal ini tampak dari nilai rata-rata hasil tes siklus 1 69,58 dan

prosentasi ketuntasan belajar sebesar 71,73%, nilai rata-rata hasiltes siklus II 84,93 dan prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,39% dan nilai rata-rata hasil tes akhir 91,41 dan prosentase ketuntasan belajar sebesar 95,65%.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman yang dimiliki siswa dan motivasi belajar tinggi. Dengan pemahaman dan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan dapat menguasai pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran, terutama mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat pada buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Pembelajaran pada materi gaya magnet hanya disampaikan dengan ceramah dan guru belum menerapkan model Problem Based Learning, sehingga berakibat pemahaman konsep gaya magnet siswa dan kualitas proses pembelajaran masih rendah.

Penggunaan model Problem Based Learning pada pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet dan kualitas proses pembelajaran daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.

(46)

commit to user

30

pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) akan meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet dan kualitas proses pembelajaran siswa. Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka

[image:46.595.73.519.245.673.2]

pemikiran pada Gambar.6. sebagai berikut:

Gambar 6. Kerangka Berpikir

Rendahnya kualitas proses pembelajaran dan

pemahaman konsep gaya magnet siswa

Guru masih

menerapakan model pembelajaran yang konvensional. KONDISI AWAL

Guru menerapkan model Problem Based Learning (PBL)

TINDAKAN

Dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

KONDISI AKHIR

(47)

commit to user

31

31

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut ; “

1 Penerapan Model problem Based Leraning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri.

(48)

commit to user

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Nadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah dan guru, dengan tenaga kependidikan sejumlah 10 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan penjaga. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Nadi, yaitu:

a. Pengajaran dengan model problem based learning belum pernah diteliti di SD Negeri 2 Nadi.

b. Berdasarkan hasil pengamatan penelitian di lapangan terdapat permasalahan tentang rendahnya pemahaman konsep gaya magnet dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

c. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat

tinggal peneliti. 2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 6 bulan yaitu bulan Februari sampai Juli, yakni pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 (lampiran 1).

B. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi sebanyak 22 siswa terdiri dari 11 siswa putra dan 11 siswa putri. Dengan pertimbangan bahwa pemahaman konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA masih rendah.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

(49)

commit to user

33

data yang langsung tercatat dari kegiatan lapangan, maka bentuk pendekatan yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Suharsimi Arikunto (2001: 2) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yang berarti satu action research yang dilakukan di kelas.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar.

2. Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) dalam (St Y Slamet, 2007: 65). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada Gambar 7. Sebagai berikut:

Planning

Reflecting Acting

[image:49.595.125.510.242.693.2]

Observing

(50)

commit to user Rancangan Penelitiannya sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini meliputi:

1) Membuat perencanaan pengajaran. 2) Membuat lembar observasi.

3) Membuat alat evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran.

c. Observasi

Tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Pada tahap ini data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan perubahan apa yang terjadi.

D. Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya nilai pemahaman konsep gaya magnet dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri 2 Nadi Bulukerto

Wonogiri.

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

(51)

commit to user

35

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan/observasi, tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini:

1. Pengamatan/Observasi

Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu

objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman, gambar, rekaman suara.(Suharsimi Arikunto, 2006: 157) Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini dilakukan pada guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri untuk mengetahui pemahaman dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung sesuai dengan siklus yang ada.

Observasi ini bertujuan untuk memantau dan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai gaya magnet yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.

2. Tes

Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan

petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu (Pupuh&Sobry, 2007: 77). Tes ini diberikan pada awal

(52)

commit to user

SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011 yang ditandai dengan nilai tes yang diperoleh siswa sesuai dengan siklus yang ada. 3. Dokumentasi

Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumen sudah sejak lama digunakan sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalkan. ( St. Y. Slamet, 2007: 52). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh daftar nilai, daftar hadir siswa, daftar nama siswa kelas V dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri.

F. Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi.

Adapun dari trianggulasi yang ada hanya menggunakan 2 teknik yaitu Trianggulasi data dan Trianggulasi metode (St.Y. Slamet, 2007: 54):

1. Trianggulasi Data

Tringgulasi Data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa. Dalam penelitian ini membandingkan hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang terkait misal arsip nilai, absen dan lainnya.

Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan nilai mata pelajaran IPA tentang pemahaman konsep gaya magnet dari guru kelas

V SD Negeri 2 Nadi. Peneliti juga mendapatkan data nilai dari pre test kelas V SD Negeri 2 Nadi, selain itu juga beberapa informasi dari Kepala sekolah

(53)

commit to user

37

2. Trianggulasi Metode.

Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan

informasinya.

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran gaya magnet di kelas V SD Negeri 2 Nadi. Dari beberapa data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara mngolah data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (Miles dan Huberman, 2007: 20). Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan.

1.

Gambar

Tabel                             Halaman
Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD  Negeri
Gambar  1. Garis gaya magnet
Gambar 3.Pembuatan magnet secara induksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tasawuf sebagai salah satu dari ilmu syariah bersumber dari syariat yakni alquran dan hadis, dan akal tidak memiliki peran dalam ilmu-ilmu syariah kecuali

Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Tetapi kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Oleh karena itu, senyawa yang

Bahwa perbedaan agama dalam sebuah keluarga di Indonesia adalah merupakan suatu yang lumrah, apakah hal itu karena perkawinan beda agama atau karena salah satu dari

Penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, karena atas kehadirat dan segala nikmatNya penulis dapat menyelesaikan

This research study would like to examine the impact of board structure, managerial ownership and gender diversity to the ability in preventing financial distress as

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Dalam proyek ini ada Bangunan Gedung Kantor dan Gudang memakai rangka atap yang terdiri dari baja Ringan yang dikerjakan setelah pekerjaan cor balok dan

Software (Perangkat Lunak) adalah sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat berupa program atau