Daftar Pertanyaan Penelitian Skripsi Mahasiswa Antropologi Sosial Mengenai
Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota
Pematangsiantar)
Nama : Fitria Anggina Siregar
Nim : 120905019
I. Identitas Informan
Nama :
Pekerjaan :
Usia :
Agama :
Daerah asal :
II. Informan I (Bhiksu Dhityadaya)
1. Bagaimana sejarah Vihara Avalokitesvara dan patung Dewi Kwan Im di Kota Pematangsiantar ?
2. Siapakah patung Dewi Kwan Im bagi umat Buddha ? 3. Apa arti patung shio menurut umat Buddha ?
4. Patung Dewi Kwan Im menghadap ke arah mana dan adakah artinya ? 5. Mengapa patung Dewi Kwan Im berada di Pematangsiantar ?
8. Apakah benar patung Dewi Kwan Im ini yang terbesar se-Asia Tenggara ? 9. Apakah jenis kelamin Dewi Kwan Im ?
10. Mengapa patung Dewi Kwan Im dibangun setinggi 22,8 meter ? 11. Atas saran siapakah pembangunan patung Dewi Kwan Im ini ? 12. Apakah ada larangan jika beribadah ke Vihara Avalokitesvara ? 13. Kapan saja waktu untuk beribadah di Vihara Avalokitesvara ? 14. Perayaan apa saja yang dilakukan di Vihara Avalokitesvara ?
15. Umumnya berasal darimanakah yang beribadah ke Vihara Avalokitesvara ? 16. Apakah umat Buddha dari luar Kota Pematangsiantar sering beribadah ke Vihara
Avalokitesvara ?
17. Berapakah jumlah jemaat yang beribadah ke Vihara Avalokitesvara ? 18. Berasal darimanakah biaya pengelolaan Vihara Avalokitesvara ?
19. Kapan saja waktu berkunjung untuk wisatawan ke Vihara Avalokitesvara ? 20. Bagaimana struktur organisasi di Vihara Avalokitesvara ?
III. Informan II (Wisatawan Kelompok Anak-anak)
1. Apa tujuan mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?
2. Bersama siapa anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ? 3. Bagaimana pendapat anda tentang Vihara Avalokitesvara ? 4. Bagaimana perasaan anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?
IV. Informan III (Wisatawan Kelompok Remaja/dewasa)
1. Apa alasan/motivasi anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?
V. Informan IV (Wisatawan Kelompok Orangtua)
1. Bersama siapa anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ? 2. Apakah tujuan anda hanya ke Vihara Avalokitesvara saja ?
3. Bagaimana menurut anda tentang perubahan fungsi Vihara Avalokitesvara ini yang sekaligus menjadi tempat wisata ?
VI. Informan V (Wisatawan Kelompok Remaja)
1. Bagaimana pendapat anda tentang Vihara Avalokitesvara ? 2. Bagaimana perasaan anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?
3. Apa yang biasanya dilakukan ketika berkunjung di Vihara Avalokitesvara ? 4. Mengapa memilih Vihara Avalokitesvara ini ketika sedang merasakan bosan ? VII. Informan VI (Wisatawan Kelompok Dewasa)
1. Apa tujuan anda mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?
2. Selain beribadah, apa yang anda lakukan di Vihara Avalokitesvara ? VIII. Informan VII (Wisatawan Kelompok Dewasa)
DAFTAR PUSTAKA
Berutu, Lister dkk. 2001. Metode Penyusunan Proposal Penelitian Ilmu – Ilmu Sosial. Medan: Monora.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Ginting, Paham. 2005. Pemasaran Pariwisata: studi Empiris tentang
Kepuasan dan Kunjungan Berkelanjutan pariwisata Sumatera Utara. Medan: USU Press.
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Detinasi Pariwisata. Jakarta: UI- Press.
Koentjaraningrat(1990); Pengantar Ilmu Antropologi Cetakan ke delapan.Jakarta : Rineka Cipta, (1998); Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Praditya Paramita.
Prasiasa, Dewa Putu Oka. 2011. Wacana Kontemporer Pariwisata. Jakarta: Salemba Humanika.
Ross, Glenn F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Spradley, James. (1979); The Ethnographic Interview. New York: Holt, Rinehartand Winston.
Yoeti, Oka A. 1994. Tours and Travel management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Sumber-sumber dari internet :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19181/3/Chapter%20II.pdf diakses pada (10 Januari 2012)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43407/4/Chapter%20I.pdf diakses pada (23 Mei 2010)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43407/3/Chapter%20II.pdf diakses pada (2 juni 2013)
http://prihatno.blogspot.co.id/ diakses pada (4 Desember 2008)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26220/5/Chapter%20I.pdf diakses pada (9 september 2013)
http://repository.unand.ac.id/2256/1/8._Artikel_Syaiful_Anwar_hal_115-124 diakses pada (17 April 2007)
http://madebayu.blogspot.com/search/label/definisi pariwisata dan wisatawan diakses pada (6 Mei 2016)
http://eprints.uns.ac.id/6722/1/143661308201007181.pdf diakses pada (29 November 2009)
http://prihatno.blogspot.co.id/ diakses pada (24 Juli 2014)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kwan_Im diakses pada (19 Agustus 2006)
https://astroshiopedia.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-dan-legenda-shio.html diakses pada (24 Januari 2004)
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/10/motivasi-perjalanan-wisata.html diakses pada (1 April 2012)
https://id.wikipedia.org/wiki/Wihara diakses pada (14 Maret 2001
http://www.pematangsiantarkota.go.id/profil-daerah?showall=1&limitstart= diakses pada (1 Januari 2010)
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121 BAGJA_WALUYA/SOSIOLOGI_PARIWISATA/HO_Sosantroppar.pdf disakses pada (21 september 2012)
BAB III
MOTIVASI WISATAWAN MENGUNJUNGI VIHARA
AVALOKITESVARA
3.1. Karakterisitik Pengunjung Vihara Avalokitesvara
Pengunjung atau wisatawan merupakan salah satu hal yang paling penting
dalam kegiatan wisata. Sebuah usaha wisata bisa dikatakan sukses apabila banyak
wisatawan yang datang mengunjunginya. Objek wisata Vihara Avalokitesvara
merupakan objek wisata yang didatangi pengunjung tiap harinya. Pengunjung
yang datang ke Vihara Avalokitesvara merupakan orang-orang dari latar belakang
dan kehidupan ekonomi yang berbeda. Pengunjung Vihara Avalokitesvara
didominasi orang-orang dewasa, baik itu yang datang secara pribadi, kelompok
ataupun rombongan. Pengelompokan pengunjung dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Pengunjung pribadi, terdiri dari 1-2 orang, biasanya datang menggunakan
kendaraaan roda dua ataupun angkutan umum.
b. Kelompok kecil, terdiri dari 4-8 orang, biasanya menggunakan mobil mini
bus maupun angkutan umum.
c. Rombongan kecil, biasanya tediri dari 8-15 orang, kelompok ini pada
umumnya didominasi oleh satu keluarga.
d. Rombongan besar, terdiri dari 20 orang sampai lebih, biasanya datang dari
luar kota dan menggunakan bus besar.
Jumlah pengunjung Vihara Avalokitesvara tiap bulannya berbeda beda,
kunjungan terbesar yang datang mengunjungi Vihara Avalokitesvara yakni pada
hari minggu maupun pada hari-hari libur. Hal ini diungkapkan oleh pimpinan
Vihara Avalokitesvara :
“Dalam soal kunjungan wisatawan Vihara Avalokitesvara ini sama halnya dengan objek-objek wisata yang lain, biasanya pengunjung yang paling banyak itu datang pada hari minggu dan hari libur, apa lagi pada waktu hari waisak umat Buddha melakukan kebaktian, amal, dan bakti sosial. Hal ini karena Vihara Avalokitesvara ini kan merupakan objek wisata rohani, jadi pada waktu libur-libur hari raya Buddha banyak yang mengunjungi sekaligus mengikuti kebaktian”.
Pengunjung yang datang mengunjugi Vihara Avalokitesvara tidak hanya
orang-orang yang tinggal di daerah Pematangsiantar saja, melainkan ada yang
datang dari luar kota bahkan ada yang dari luar negeri. Faktor sejarah dan
kebesaran Vihara dan patung Dewi Kwan Im menjadi daya tarik bagi para
pengunjung yang datang mengunjungi Vihara Avalokitesvara.
3.2. Pengunjung
Pengunjung yang datang ke suatu tempat wisata pada umumnya akan
mendapat kesan tertentu. Kesan yang didapat merupakan suatu hasil dari cara
pandang seseorang terhadap nilai dari objek wisata tersebut. Penilaian yang
diberikan setiap pengunjung biasanya ada yang bersifat negatif maupun positif.
Hal ini dikarenakan setiap pengunjung pastinya mempunyai cara pandang
tersendiri dalam menilai suatu objek wisata yang dikunjunginya.
3.2.1. Pengunjung Kelompok Anak-Anak
Beragamnya pengunjung yang mengunjungi Vihara Avalokitesvara tak
Avalokitesvara pada umumnya datang bersama orang tua mereka. Tak sedikit pula
anak-anak yang merasa bosan terhadap fasilitas yang disediakan pihak pengelola
Vihara Avalokitesvara, seperti yang dikatakan oleh salah satu pengunjung yang
datang bersama orangtuanya :
“kalau menurutku kak, tempatnya bagus. Cantik kali untuk foto-foto, bersih juga tempatnya. Tapi kok gak ada tempat main-mainnya. Soalnya bosan kali cuma ngawani. Terus gak ada juga orang jualan disini”.
Arena bermain tidak tersedia di Vihara Avalokitesvara. Mungkin saat ini
belum tersedianya arena bermain, karena Vihara masih dalam proses
pembangunan. Namun berbeda dengan informan berikut :
“tempatnya bagus kak, luas kali disini bisa main-main, lari-lari, ada kolam ikannya juga, ikannya bagus-bagus suka kali liat ikannya”.
3.2.2. Pengunjung Kelompok Remaja/Dewasa
Pengunjung Vihara Avalokitesvara tak terlepas dari kelompok remaja dan
orang dewasa. Pengunjung remaja pada umumnya berusia antara 13-20,
sedangkan orang dewasa merupakan orang-orang yang belum berumah tangga dan
berusia 21 sampai dengan keatas. Pada umumnya kelompok ini mengunjugi
Vihara Avalokitesvara secara pribadi-pribadi dan ada pula yang datang secara
berkelompok dengan teman-temannya, biasanya satu kumpulan berjumlah antara
5-8 orang. Selain itu tidak sedikit pula yang datang bersama dengan keluarga
masing-masing. Pengunjung dalam kelompok ini biasanya akan memiliki
pandangan yang berbeda dengan kelompok anak, jika pada kelompok
maka pengunjung pada kelompok ini akan melihat Vihara Avalokitesvara secara
berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengunjung remaja berikut:
“saya datang kesini ini karena saya pengen tau dan sangat penasaran dengan tempat ini, apalagi patung Dewi Kwan Im, karena jarang-jarang tempat wisata seperti ini yang merupakan wisata agama Buddha. Selain itu saya juga sekalian ingin refresing. Banyak teman-teman saya yang sudah kesini dan banyak yang memuji tempat ini makanya saya kesini karena penasaran. Ternyata tempatnya benar-benar bagus kok”.
Ada juga pengunjung remaja berusia 17 tahun yang mengunjungi Vihara
Avalokitesvara hanya untuk menenangkan diri :
“Aku suka kak kesini, sering kali aku kesini sama kawan -kawanku, duduk-duduk aja kami disini, seperti yang kakak lihat lah adem kali kan duduk di samping lonceng besar ini. Kadang kalau kami bosan les, kami kesini lah duduk-duduk kak. Tidak ada tempat lain seperti di Vihara ini. Disini kami bebas, lama-lama duduk disini tidak bosan kak”.
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh pengunjung lainnya, dia
memandang Vihara Avalokitesvara melalui perawatan dan yang dilakukan pihak
pengelola:
“kalau menurut saya, Vihara Avalokitesvara ini perawatan disini lumayan lah, kebersihannya terjaga, baik itu di ruang-ruang doa sampai dengan toiletnya. Gak ada yang buang sampah sembarangan kok bersih kali, sejuk kali disini. Semua itu harus terus diperhatikan baik dari pihak pengelola maupun pengunjung, agar Vihara Avalokitesvara ini nantinya bisa dikenal banyak orang luar dan menjadi wisata yang go internasional”.
3.2.3. Pengunjung Kelompok Orang Tua
Sebagai salah satu objek wisata yang umum, Vihara Avalokitesvara juga
umumnya mengunjungi Vihara Avalokitesvara pada hari-hari libur dan juga hari
minggu. Biasanya para orang tua mengunjungi Vihara Avalokitesvara bersama
dengan keluarga mereka. Vihara Avalokitesvara juga menjadi salah satu sarana
dalam mengurangi kepenatan para orang tua dari pekerjaan sehari-hari. Hal ini
juga diungkapkan oleh pengunjung yang merupakan karyawan pabrik rokok di
Pematangsiantar :
“Saya mengunjungi Vihara Avalokitesvara ini karena saya ingin meringankan beban. Bagi saya datang ke Vihara Avalokitesvara ini merupakan pemecahan masalah terakhirlah. Kalau saya dan teman-teman saya beribadah kesini, sekalian foto-foto juga. Walaupun gak terhitung lagi udah berapa kali kesini pasti foto-foto selesai ibadah”.
Selain pengunjung dalam kota yang beribadah, ada juga pengunjung dari
luar kota yang hendak beribadah ke Vihara Avalokitesvara berikut ini :
“saya sudah sangat sering beribadah ke Vihara ini. Sebelum saya menikah dan pindah ke Medan saya selalu beribadah disini, sudah tidak terhitung lagi lah berapa kali saya datang kesini. Setelah saya menikah, saya sudah jarang beribadah kesini, kadang saya rindu beribadah disini. Kadang kalau saya tidak sibuk, sebulan sekali saya berkunjung ke Siantar karena rumah orangtua saya disini. Kalau saya sudah di Siantar, saya selalu menyempatkan diri buat beribadah di Vihara ini”.
Akan tetapi tak sedikit pula pengunjung dalam kelompok ini yang merasa
kurang puas akan fasilitas yang ada di Vihara Avalokitesvara baik itu dari segi
perawatan ataupun kekurangan sarana dan prasarana. Seperti yang diungkapkan
oleh pengunjung yang berasal dari Jakarta:
fasilitas-fasilitas yang ada disini agar kita tidak bingung untuk apa fasilitas tersebut dibuat. Apalagi ornamen-ornamennya ada tulisan-tulisan cina, kan kita tidak tau maknanya apa”.
Masyarakat yang berkunjung dari luar kota Siantar tidak hanya berwisata
ke Vihara Avalokitesvara saja, tetapi ada juga yang berkunjung ke tempat wisata
lainnya yang ada di Siantar. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sitepu yang
berasal dari Berastagi :
“Saya dan keluarga ke Siantar ingin berlibur ke kebun binatang saja. Tapi katanya di Siantar ini ada patung tinggi yang katanya tempat wisata. Makanya kami singgah kesini. Pas aku lihat memang mantap krina (bagus sekali) tempat ini.”
3.3. Kegiatan Pengunjung
3.3.1. Kegiatan Pengunjung Non Buddha
Sebagai sebuah objek wisata religi, Vihara Avalokitesvara ini terbuka
untuk umum baik itu yang beragama Buddha maupun non Buddha. Biasanya
kegiatan pengunjung ketika mengunjungi Vihara Avalokitesvara ini hanya untuk
berfoto saja. seperti yang diungkapkan Riska. Pengunjung dilarang memasuki
ruangan ibadah kecuali ada urusan penting. Walaupun pengunjung non Buddha
hanya bisa berfoto-foto saja, tidak membuat mereka jera untuk balik ke Vihara
Avalokitesvara.
3.3.2. Kegiatan Pengunjung Agama Buddha
Tujuan utama pengunjung yang beragama Buddha mengunjungi Vihara
Avalokitesvara adalah untuk beribadah. Agama Buddha melangsungkan ibadah
pada tanggal 1 (Ce It) & 15 (Cap Go) saja atau di sebut juga Lunar (tanggal
kepada Tuhan bisa dilakukan setiap hari dirumah masing-masing, misalnya pada
pagi hari sebelum melakukan aktivitas atau malam sebelum tidur. Pada hari biasa
agama Buddha yang di Vihara Avalokitesvara juga melangsungkan ibadah pada
jam 5 pagi dan jam 5 sore, dan itu dilakukan oleh orang dalam saja yang ada di
Vihara Avalokitesvara. Pada saat waisak, banyak pengunjung yang berasal dari
luar kota memilih untuk melangsungkan beribadah di Vihara Avalokitesvara, dan
itu juga mereka manfaatkan untuk berwisata di Vihara Avalokitesvara tersebut.
Adapun syarat jamaat beribadah di Vihara Avalokitesvara adalah para
jemaat harus bersih, berpakaian rapi, sopan, dan vegetarian, dan larangan untuk
non Buddha harus tau diri dan tidak melakukan hal-hal aneh di tempat ibadah
umat Buddha tersebut.
Hal ini di ungkapkan oleh Bhiksu Dhityadaya selaku Pimpinan Vihara
Avalokitesvara :
“ Tidak ada larangan untuk para agama Buddha untuk beribadah kesini. Hanya saja jemaat yang beribadah harus bersih, rapi, sopan, dan vegetarian. Tidak ada larangan kepada jemaat wanita untuk tidak bisa beribadah karena mengalami menstruasi seperti di agama Islam. Dan larangan untuk para pengunjung non Buddha bebas-bebas saja, yang penting tidak aneh-aneh tingkahnya, misalnya berbuat hal seronoh bersama pasangan, dan merusak tanaman atau benda-benda di lingkungan Vihara Avalokitesvara, yang penting tau diri saja.”
3.4. Motivasi Wisatawan
Menurut Cohen motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak
dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi
hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan
Murphy (1985) mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok besar yaitu sebagai berikut:
1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau
fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi
dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui
budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan
akan berbagai objek tinggalan budaya (banggunan bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial),
seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan
hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah,
pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya.
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di
daerah lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang
menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis.
Disebut juga sebagai status and prestige motivation.
Cohen dalam perspektif fungsionalisme mengatakan motivasi wisatawan
untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan
harmoni di masyarakat (terapi sosial)14. Seperti halnya salah satu informan yang
berkunjung ke Vihara Avalokitesvara, ia adalah seorang yang bekerja sebagai
14
wirausaha yang terbilang sangat sibuk. Tetapi meskipun begitu ia meluangkan
waktunya untuk berwisata.
“Saya selalu membuat jadwal untuk berwisata sebulan sekali, karena menurut saya berwisata itu salah satu cara untuk mengembalikan energi saya yang telah terbuang saat bekerja. Saya memiliki usaha menjual bahan-bahan bangunan dan sangat menyita banyak waktu. Jadi saya menyempatkan diri dengan keluarga untuk berwisata. Saya tau tempat ini dari saudara saya yang tinggal disini. Jadi saya datang ke Vihara ini karena saya penasaran. Menurut saya bisa dibilang bagus lah”. (Bapak Satya) 15
Ada motivasi yang kuat dari seseorang ketika melakukan perjalanan
wisata, bagi seorang wisatawan, perjalanan tersebut memiliki beberapa manfaat,
antara lain sebagai berikut:
1. Perjalanan wisata adalah wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental.
2. Perjalanan wisata berkaitan dengan kompensasi terhadap berbagai hal yang
melelahkan, dan hal itu juga berfungsi sebagai wahana integrasi sosial bagi
mereka yang di rumahnya merasa terkena teralienasi.
3. Perjalanan wisata mempunyai manfaat dalam pelarian dari situasi keseharian
yang penuh dengan ketegangan, rutinitas yang menjemukan dan berbagai
macam kejenuhan-kejenuhan karena beban dari pekerjaan yang berat.
4. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang agar bisa
mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk
dengan masyarakat lokal yang ada di daerah tujuan wisata.
5. Perjalanan wisata adalah salah satu wahana yang berfungsi untuk
mengembangkan wawasan pariwisata.
15
6. Perjalanan wisata adalah wahana yang mempunyai fungsi untuk mendapatkan
kebebasan.
7. Perjalanan wisata adalah wahana yang bisa digunakan untuk realisasi diri.
8. Perjalanan wisata adalah sesuatu yang menyenangkan, dan bisa membuat hidup
lebih bahagia.
Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan
itu sendiri dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya
kebutuhan dan/atau keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki
kebutuhan Maslow. Kebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan
situasi kerja yang terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan
psikologis. Motivasi wisatawan untuk melepaskn diri sejenak dari kegiatan rutin
berfungsi untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutinuntuk mengembalikan
harmoni di masyarakat, sehingga pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu
bentuk terapi sosial.
Motivasi merupakan faktor penting bagi calan wisatawan di dalam
mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.
Calon wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di
mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya
Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi
seorang wisatawan perjalanan tersebut akan mempunyai beberapa manfaat, antara
lain sebagai berikut:
a. Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan
mental.
b. Perjalanan wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang
melelahkan, sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang
di rumahnya merasa teralienasi.
c. Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh
ketegangan, rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena
beban kerja.
d. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat
mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk
dengan masyarakat lokal.
e. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan.
f. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan.
g. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri.
h. Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenagkan, membuat
hidup lebih bahagia.16
16
BAB IV
PENAMBAHAN FUNGSI VIHARA AVALOKITESVARA MENURUT
PANDANGAN BHIKKSU DAN PENGUNJUNG
Bronislaw Malinowski (1884 – 1942) merupakan salah satu tokoh
antropologi yang menggagas dan berhasil mengembangkan teori fungsionalisme
dalam ilmu antropologi. Dan yang paling penting untuk dicatat adalah bahwa
teorinya ia kembangkan dengan menekuni penelitian lapangan. Kepulauan
Trobriand diwilayah pasifik dipilihnya menjadi objek penelitian dan dari daerah
itu pula dari tangan Malinowski lahir berbagai karya tulisan yang sangat dikagumi
dikalangan antropologi, salah satu adalah “Argonauts Of The Western Pacific”.
Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori untuk menganalisis
fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya sutu teori fungsional tentang
kebudayaan atau “A Functional Theory of Culuture”.
Melalui teori ini banyak antropolog yang sering menggunakan teori
tersebut sebagai landasan teoritis hingga dekade tahun 1990-an, bahkan
dikalangan mahasiswa menggunakan teori ini untuk menganalisis data penelitian
untuk keperluan skripsi dan sebagainya. Tulisan “Argonauts of the Western
Pacific” (1922) melukiskan tentang sistem Kula yakni berdagang yang disertai
upacara ritual yang dilakoni oleh penduduk di kepulauan Trobriand dan kepulauan
sekitarnya. Perdagangan tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu kecil
bercadik menuju pulau lainnya yang jaraknya cukup jauh. Benda-benda yang
diperdagangkan dilakukan dengan tukar menukar (barter) berupa berbagai macam
yang paling menonjol dan menarik perhatian adalah bentuk pertukaran perhiasan
yang oleh penduduk Trobriand sangat berharga dan bernialai tinggi. Yakni kalung
kerang (sulava) yang beradar satu arah mengikuti arah jarum jam, dan sebaliknya
gelang-gelang kerang (mwali) yang beredar berlawanan dari arah kalung kerang
dipertukarkan.
Karangan etnografi dari hasil penelitian lapangan tersebut tidak lain adalah
bentuk perkeonomian masyarakat di kepulauan Trobriand dengan kepulauan
sekitarnya. Hanya dengan menggunakan teknologi sederhana dalam mengarungi
topografi lautan pasifik, namun disisi lain tidak hanya itu, tetapi yang menraik
dalam karangan tersebut ialah keterkaitan sistem perdagangan atau ekonomi yang
saling terkait dengan unsur kebudayaan lainnya seperti kepercayaan, sistem
kekerabatan dan organisasi sosial yang berlaku pada masyarakat Trobriand. Dari
berbagai aspek tersebut terbentuk kerangka etnografi yang saling berhubungan
satu sama lain melalui fungsi dari aktifitas tersebut.
Pokok dari tulisan tersebut oleh Malinowski ditegaskan sebagai bentuk
Etnografi yang berintegrasi secara fungsional. Selain dari hasil karya
etnografinya, tentunya harus diperhatikan pula upaya-upaya Malinowski dalam
mengembangkan konsep teknik dan metode penelitian, dan sangat lugas
ditekankan pentingnya penelitian yang turun langsung ketengah-tengah objek
masyarakat yang diteliti, menguasai bahasa mereka agar dapat memahami apa
yang objek lakukan sesuai dengan konsep yang berlaku pada masyarakat itu
sendiri dan kebiasaan yang dikembangkan menjadi metode adalah pencatatan.
kehidupan. Selain dari pada itu yang patut untuk para peneliti menurut
Malinowski adalah kemampuan keterampilan analitik agar dapat memahami latar
dan fungsi dari aspek yang diteliti, adat dan pranata sosial dalam masyarakat.
Konsep tersebut dirumuskan kedalam tingkatan abstraksi mengenai fungsi aspek
kebudayaan, yakni :
1. Saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek
lainnya.
2. Konsep oleh masyarakat yang bersangkutan.
3. Knsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara
fungsional.
4. Esensi atau inti dari kegiatan/aktivitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk
pemenuhan kebutuhan dasar “biologis” manusia.
Melalui tingkatan abstraksi tersebut Malinowski kemudian mempertegas
inti dari teorinya dengan mengasumsikan bahwa segala kegiatan/aktivitas manusia
dalam unsur-unsur kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu
rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan
dengan seluruh kehidupannya.
Jadi ketika kita berbicara mengenai perubahan fungsi budaya di penelitian
saya tentang Vihara Avalokitesvara, alangkah baiknya kita melihat dari 4 aspek
yang diterangkan Malinowski :
1. Saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan efeknya terhadap aspek
lainnya : maksudnya adalah dahulu Vihara Avalokitesvara difungsikan
fungsinya menjadi sebuah objek wisata. Keberadaan Vihara Avalokitesvara
inilah yang menjadi multifungsi.
2. Konsep oleh masyarakat yang bersangkutan : perubahan konsep masyarakat
tentang keberadaan Vihara Avalokitesvara, dahulu keberadaan Vihara dalam
perspektif masyarakat di Pematangsiantar hanya tempat beribadah namun
sekarang selain tempat ibadah menjadi tempat wisata.
3. Unsur-unsur dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara
fungsional. Di Vihara Avalokitesvara proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Dikatakan demikian karena setelah dijadikan tempat wisata, Vihara ini
banyak non Buddha datang ke tempat ibadah umat Buddha. Ini menjadikan
umat Buddha menyesuaikan diri dengan terjadi penambahan fungsi di Vihara
Avalokitesvara. Umat Buddha menerima baik pengunjung non Buddha yang
berkunjung ke tempat ibadah mereka, dengan ini terjadi keserasian fungsi.
4. Esensi atau inti dari kegiatan/aktivitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk
pemenuhan kebutuhan dasar “biologis” manusia. Maksudnya berwisata religi
di Vihara Avalokitesvara baik umat Buddha maupun non Buddha dapat
mempengaruhi biologis. Seperti halnya umat Buddha yang beribadah ke
Vihara, mereka merasakan perubahan pada biologis mereka setelah
beribadah. Ketika beribadah mereka menggunakan Dupa yang memiliki
berbentuk piramida atau serbuk berguna untuk menentramkan pikiran,
mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.
4.1. Pandangan Bhikksu
Rumah ibadah adalah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat
beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka
masing-masing.17
Vihara Avalokitesvara mengalami penambahan fungsi, karena adanya
objek yang menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi Vihara
Avalokitesvara yaitu patung Dewi Kwan Im yang membuat Vihara ini menjadi
tempat wisata religi.
Banyak rumah-rumah ibadah yang mengalami penambahan fungsi menjadi
tempat wisata, salah satunya yaitu Vihara Avalokitesvara yang terletak di kota
Pematangsiantar. Vihara Avalokitesvara adalah rumah ibadah bagi umat Buddha
yang memiliki patung terbesar se-Asia Tenggara, yaitu patung Dewi Kwan Im.
Patung Dewi Kwan Im adalah salah satu ikon kota Pematangsiantar, yang karena
kemegahan patungnya lah Vihara Avalokitesvara menjadi daya tarik masyarakat
untuk mengunjungi Vihara Avalokitesvara. dan menjadi salah satu tempat
berwisata religi di kota Pematangsiantar. Seperti yang dikatakan oleh Bhiksu
Dhityadaya selaku pimpinan mengenai perubahan fungsi Vihara Avalokitesvara
adalah sebagai berikut :
“Saya senang dengan penambahan fungsi Vihara ini menjadi tempat wisata dan saya sama sekali tidak keberatan kalau Vihara ini di kunjungi banyak orang dari berbagai agama. Memang Vihara ini sudah di sahkan
17
oleh Dinas Pariwisata menjadi tempat wisata jadi siapa saja bisa berkunjung. Saya berharap yang berkunjung tidak menyalahgunakan Vihara ini, karena Vihara ini adalah tempat ibadah sekaligus tempat berwisata”.
4.2. Pandangan Pengunjung
Pengunjung yang datang ke suatu tempat wisata pada umumnya akan
mendapat kesan tertentu. Kesan yang didapat merupakan suatu hasil dari cara
pandang seseorang terhadap nilai dari objek wisata tersebut. Penilaian yang
diberikan setiap pengunjung biasanya ada yang bersifat negatif maupun positif.
Hal ini dikarenakan setiap pengunjung pastinya mempunyai cara pandang
tersendiri dalam menilai suatu objek wisata yang dikunjunginya.
4.2.1. Pandangan Pengunjung (Remaja/Dewasa)
Pengunjung Vihara Avalokitesvara tak terlepas dari kelompok remaja dan
orang dewasa. Pengunjung remaja pada umumnya berusia antara 13-20,
sedangkan orang dewasa merupakan orang-orang yang belum berumah tangga dan
berusia 21 sampai dengan keatas. Pada umumnya kelompok ini mengunjugi
Vihara Avalokitesvara secara pribadi-pribadi dan ada pula yang datang secara
berkelompok dengan teman-temannya, biasanya satu kumpulan berjumlah antara
5-8 orang. Selain itu tidak sedikit pula yang datang bersama dengan keluarga
masing-masing. Pengunjung dalam kelompok ini biasanya akan memiliki
pandangan yang berbeda dengan kelompok anak, jika pada kelompok
anak-anak pandangannya terhadap Vihara Avalokitesvara hanya sebatas arena bermain,
maka pengunjung pada kelompok ini akan melihat Vihara Avalokitesvara secara
Vihara Avalokitesvara. Selain itu pengunjung dalam kelompok ini akan melihat
bagaimana perubahan fungsi terhadap Vihara Avalokitesvara. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu pengunjung remaja berikut:
“ Awalnya aku ragu berkunjung ke Vihara ini kak. Karena ini kan tempat ibadah, tempat yang sakral menurut umat Buddha. Cuma sebelum kesini aku udah dapat informasi dari kawanku yang udah pernah kesini. Rupanya boleh-boleh aja kok masuk kesini. Gak bayar juga rupanya. Aku gak nyangka kak kalau Vihara ini yang ku tau tempat ibadah agama Buddha bakalan jadi tempat wisata. Terus yang ku tau kalau Vihara ini sudah terkenal diluar kota Siantar ”.
4.2.2. Pandangan Pengunjung (Orang Tua)
Sebagai salah satu objek wisata yang umum, Vihara Avalokitesvara juga
menjadi tujuan wisata bagi para orang tua. Kelompok orang tua ini pada
umumnya mengunjungi Vihara Avalokitesvara pada hari-hari libur dan juga hari
minggu. Biasanya para orang tua mengunjungi Vihara Avalokitesvara bersama
dengan keluarga mereka. Vihara Avalokitesvara juga menjadi salah satu sarana
dalam mengurangi kepenatan para orang tua dari pekerjaan sehari-hari. Hal ini
juga diungkapkan oleh pengunjung yang merupakan guru di salah satu SMP di
luar kota Pematangsiantar :
BAB V
HUBUNGAN PANDANGAN DENGAN MOTIVASI WISATAWAN
TERHADAP VIHARA AVALOKITESVARA SEBAGAI
TEMPAT WISATA RELIGI
Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi atau
pandangan merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera
kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga
individu tersebut memperoleh makna.
Persepsi atau pandangan mempunyai sifat subjektif, karena bergantung
pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan
ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian
persepsi atau pandangan merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian
tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat,
didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah
laku atau disebut sebagai perilaku individu.
Menurut Cohen motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak
dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi
sosial). Dalam melakukan perjalanan wisata dapat di pengaruhi beberapa faktor
seperti menurut Mclntosh dan Murphy, seseorang sering dipengaruhi oleh faktor
internal wisatawan dan faktor eksternal. Motivasi adalah salah satu faktor penting
untuk calon wisatawan dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan
wisata yang akan dikunjungi, calon wisatawan akan mempunyai persepsi pada
oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang bisa
didapatkan.18
Pandangan dan motivasi saling berpengaruh terhadap kegiatan yang
dilakukan manusia seperti melakukan suatu pekerjaan yang dapat memberikan
nilai positif terhadap individu yang melakukan pekerjaan tersebut. Dikatakan
dapat memberikan nilai, karena pekerjaan tersebut merupakan dari pandangannya
sendiri. Dari pandangannya tersebut memberikan motivasi terhadap individu yang
melakukan kegiatan yang memberikan dampak positif terhadap individu yang
melakukannya. Seperti halnya dalam berwisata, seseorang yang berwisata
pastinya mencari tahu terlebih dahulu tempat yang akan dikunjungi. Dari
pengetahuannya tersebut maka seorang tersebut akan memiliki pandangan
bahwasanya tempat yang akan dikunjungi memiliki daya tarik tersendiri yang
membuat ia termotivasi untuk mengunjungi. Seperti bapak Edi, ia termotivasi
datang ke Vihara Avalokitesvara karena sebelumnya ia telah mencari tahu terlebih
dahulu informasi tentang Vihara Avalokitesvara, ini yang menyebabkan bapak
Edi datang berkunjung ke Vihara Avalokitesvara.
“Saya sebelumnya sudah mencari tahu lah Vihara ini. Kalau tidak begitu nanti menyesal. karena sebelumnya saya sudah mengalami. Saya pernah pergi berwisata tanpa mencari tahu terlebih dahulu tempat tersebut. Kalau Vihara ini saya sudah mencari tahu di media sosial dan memang kelihatan sangat bagus, walaupun saya sudah mencari tahu di media sosial, saya juga menanyakan kepada teman saya yang sudah pernah berkunjung ke Vihara ini apakah tempatnya benar-benar bagus atau tidak. Ternyata setelah saya berkunjung ke Vihara ini, tempat ini menurut saya bagus dan tidak menyesal berkunjung kesini, karena patung Dewi Kwan Im sangat
18
mengagumkan dan lebih bagus dari yang saya lihat di media sosial karena patungnya yang tertinggi di Asia Tenggara dan ini membuat saya terkesan”.
Dilihat dari hasil wawancara dengan informan, menurut saya pandangan
dan motivasi saling berkaitan karena memberikan pengaruh terhadap individu
yang ingin melakukan kegiatan pariwisata.
5.1. Analisis Wisata Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar
Menurut Koentjaraningrat, Kebudayaan (culture) adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Dengan demikian,
kebudayaan memiliki pengertian yang luas dibandingkan dengan peradaban yang
merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri, sehingga kebudayaan memiliki
pengertian beberapa hal yang menyangkut tingkah laku, hasil-hasil tingkah laku,
dan aturan-aturan tingkah laku yang terpola dalam kehidupan masyarakat.
Sebelum menjadi tempat wisata,Vihara Avalokitesvara merupakan tempat
ibadah bagi masyarakat Siantar yang beragama Buddha. Dalam tujuh unsur
kebudayaan terdapat sistem pengetahun, seperti halnya penambahan yang terjadi
pada Vihara Avalokitesvara di kota Pematangsiantar yang menjadi tempat wisata
karena adanya suatu ketertarikan di Vihara Avalokitesvara, yaitu patung Dewi
Kwan Im. Adanya patung Dewi Kwan Im di Vihara Avalokitesvara karena
masyarakat beragama Buddha menganggap patung Dewi Kwan Im dahulunya
memberikan dampak positif, seperti banyak memberikan dharma atau
perbuatannya sehingga masyarakat Buddha menganggap patung Dewi Kwan Im
Dewi Kwan Im memang sudah ada di Vihara ini, tetapi berukuran kecil yang
terletak di ruangan ibadah, karena adanya pemikiran serta pengetahuan yang
dimiliki masyarakat beragama Buddha yang ada di Siantar serta kuatnya jiwa
sosial, maka mereka berantusias untuk membuat patung Dewi Kwan Im berukuran
lebih besar.
Menurut hasil pengamatan di lapangan yang saya lakukan, berwisata bagi
manusia untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan
olah raga, bersantai dan sebagainya. Berwisata juga merupakan keinginan untuk
mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain termasuk juga
ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya. Menurut Cohen, motivasi
wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi
untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi sosial). Jadi menurut saya
motivasi wisatawan adalah sebuah kebudayaan karena kebudayaan merupakan
tingkah laku, hasil-hasil tingkah laku yang dimiliki manusia menjadikan banyak
perubahan yang menjadikan suatu kebiasaan.
Setiap masyarakat sebagai pendukung suatu kebudayaan telah
menciptakan kebudayaan, karena adanya dorongan dan tuntutan berbagai
kebutuhan, meliputi :
1. Kebutuhan jasmaniah, yang terdiri dari oksigen, minuman, makanan, dan
pakaian
2. Kebutuhan Sosial, yang meliputi komunikasi dengan anggota suku-suku
3. Kebutuhan kejiwaan, terdiri dari keteraturan, kehormatan, kebanggan, dan
lain-lain
Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, menjadikan manusia terikat
dengan kebudayaannya. Dengan demikian, untuk melihat peranan masyarakat
dalam pembentukan kebudayaan, maka baik langsung atau tidak langsung
kebudayaan menentukan tindakan dan gagasan masyarakat itu sendiri yang
menentukan tindakan dan gagasannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, dirinci
kembali menjadi kebutuhan dasar yang kemudian ditanggapi secara budaya,
seperti yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski.
Kebutuhan dasar merupakan fungsi-fungsi organ tubuh manusia dan
kebutuhan-kebutuhan lain yang diikutinya, sedangkan respon cultural atau
tanggapan kebudayaan adalah kebutuhan manusia dalam mempertahankan
hidupnya yang nantinya akan menghasilkan benda-benda dan tindakan
kebudayaan dengan mengembangkan teknik-tekniknya, seperti keteraturan
gerakan fisik/jasmani, nilai dan bentuk-bentuk organisasi sosial. Adanya
kebutuhan ini tentu saja akan berhubungan dengan lingkungan sekitar, dimana
lingkungan juga menyediakan berbagai macam kebutuhan manusia yang terdapat
didalamnya. Hubungan manusia dengan lingkungan menurut Adimiharja (1993 :
2) sebagai berikut : Sejalan dengan pandangan diatas, lingkungan alam tempat
manusia hidup memberikan daya dukung kehidupan dalam berbagai bentuk
kemungkinan yang dapat dipilih manusia untuk menentukan jalan hidupnya.
Pengembangan pilihan-pilihan itu sangat tergantung pada potensi kebudayaan
kemampuan akalnya. Dengan demikian, bahwa kebutuhan manusia untuk terus
hidup, dalam hal tertentu dapat diperoleh dari lingkungan dimana mereka berada,
tetapi lingkungan hanya menyediakan untuk dipilih sesuai dengan
kebudayaannya.
Berwisata menjadi suatu kebutuhan bagi individu karena banyaknya
kegiatan yang dilakukan individu yang banyak menyita banyak waktu,
mengeluarkan tenaga dan pikiran sehingga individu tersebut membutuhkan
istirahat untuk mengebalikan energi mereka. Berwisata menjadi salah satu cara
individu untuk mengembalikan energi mereka seperti yang diungkapkan oleh
Cohen.
Dalam melakukan perjalanan wisata dapat di pengaruhi beberapa faktor
seperti menurut Mclntosh dan Murphy, seseorang sering dipengaruhi oleh faktor
internal wisatawan dan faktor eksternal. Motivasi adalah salah satu faktor penting
untuk calon wisatawan dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan
wisata yang akan dikunjungi, calon wisatawan akan mempunyai persepsi pada
daerah tujuan wisata yang memungkinkan, dimana persepsi ini mampu dihasilkan
oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang bisa
didapatkan. Seperti hasil dari wawancara yang saya lakukan terhadap informan
pada saat di lapangan, hampir semuanya yang datang berwisata ke Vihara
Avalokitesvara mencari informasi terlebih dahulu sebelum berkunjung.
Rumah ibadah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama
untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing.
Pematangsiantar. Tetapi setelah dibangunnya patung Dewi Kwan Im terjadi
penambahan fungsi menjadi tempat wisata yang menimbulkan daya tarik pada
Vihara Avalokitesvara. Terjadinya penambahan fungsi terhadap Vihara
Avalokitesvara diterima baik oleh pemimpin Vihara serta masyarakat Buddha
yang tinggal di Pematangsiantar. Meskipun dijadikan sekaligus tempat wisata,
Vihara ini tetap bisa melangsungkan ibadah bagi umat Buddha, dan umat Buddha
tidak merasa terganggu dengan hal itu, malah umat Buddha merasa senang karena
banyak orang dari berbagai agama ingin mengetahui agama, kepercayaan, serta
kebudayaan mereka. Seperti yang saya ketahui, bahwa kota Pematangsiantar
adalah kota yang memiliki toleransi agama yang tinggi. Maka menurut saya,
karena itulah umat Buddha di kota Pematangsiantar menerima agama non Buddha
mengunjungi Vihara Avalokitesvara.
Di dalam tujuh unsur kebudayaan terdapat sistem religi. Antropologi
Religi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari tentang manusia yang
menyangkut agama dengan pendekatan budaya. Vihara Avalokitesvara
merupakan tempat ibadah bagi umat yang beragama Buddha. Vihara
Avalokitesvara sekarang telah menjadi tempat wisata. Pariwisata terdapat
beberapa macam jenis wisata, diantaranya adalah wisata budaya, wisata alam,
wisata religi. Vihara Avalokitesvara merupakan tempat wisata religi. Mengapa
dikatakan wisata religi, karena saya melihat tempat ibadah ini tidak hanya tempat
beribadah, melainkan juga tempat wisata, karena terdapat objek yang menjadikan
Vihara Avalokitesvara tersebut menjadi tempat wisata religi. Yang saya lihat dari
yang berkunjung bukan hanya yang beragama Buddha saja, tetapi dari agama lain
juga berkunjung ke Vihara Avalokitesvara ini seperti, agama Islam dan agama
Kristen. Disini dapat dilihat bahwasanya meskipun bukan agama Buddha saja
yang datang ke Vihara Avalokitesvara, umat Buddha yang beribadah di Vihara
Avalokitesvara menerima baik pengunjung yang non Buddha untuk datang ke
tempat ibadah mereka. Ini karena mereka memiliki toleransi agama yang tinggi.
Selain itu masyarakat yang berkunjung bukan hanya dari kota Pematangsiantar
saja, tetapi dari luar kota juga berkunjung ke Vihara Avalokitesvara ini, seperti
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Objek Wisata Vihara Avalokitesvara merupakan objek wisata rohani yang
terletak di Jalan Pane, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematangsiantar.
Vihara Avalokitesvara ini sudah ada hampir 100 tahun yang di dalam Vihara
hanya ada ruang untuk melangsungkan ibadah saja. Selanjutnya pada tahun
2005 didirikan sebuah patung setinggi 22,8 meter di Vihara tersebut, yaitu
patung Dewi Kwan Im.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa alasan atau
motivasi pengunjung Wisata Vihara Avalokitesvara adalah untuk beribadah.
Dari banyaknya pengunjung adalah untuk berwisata karena ingin
mengabadikan foto bersama patung tertinggi di Asia Tenggara tersebut.
3. Pandangan masyarakat mengenai penambahan fungsi Vihara menjadi
sekaligus tempat wisata, mereka berpendapat bahwa Vihara Avalokitesvara
pantas dijadikan tempat wisata religi karena kemegahan patungnya. Begitu
juga dengan Bhikksu di Vihara Avalokitesvara, dia merasa sangat senang dan
tidak keberatan apabila banyak masyarakat dari berbagai agama berkunjung
ke Vihara Avalokitesvara.
4. Pandangan dan motivasi saling berpengaruh terhadap kegiatan yang
dilakukan manusia seperti melakukan suatu pekerjaan yang dapat
memberikan nilai positif terhadap individu yang melakukan pekerjaan
merupakan dari pandangannya sendiri. Dari pandangannya tersebut
memberikan motivasi terhadap individu yang melakukan kegiatan yang
memberikan dampak positif terhadap individu yang melakukannya.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penjelasan dari bab-bab serta kesimpulan sebelumnya,
maka saran yang bisa disampaikan penulis yakni sebagai berikut:
1. Kepada pihak pengelola objek wisata Vihara Avalokitesvara agar dapat
membuat buku panduan. Karena fasilitas dan ornamen-ornamen yang di
pajang terdapat tulisan cina. Agar wisatawan yang berkunjung tahu apa
arti-arti dari fasilitas dan ornamen-ornamen tersebut.
2. Kepada para wisatawan, hendaknya menjaga dan memaknai arti hadirnya
objek wisata Vihara Avalokitesvara, serta ikut mempromosikan keberadaan
objek wisata Vihara Avalokitesvara agar semakin terkenal dan semakin
berkembang.
3. Kepada para wisatawan, sebaiknya mencari informasi terlebih dahulu
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Daftar Kecamatan di Kota Pematangsiantar
Tabel 1
Daftar Kecamatan di Kota Pematangsiantar9
Kecamatan Luas Wilayah (km²) Ratio Terhadap Total (%) Desa/Kelurahan Siantar Barat Siantar Marihat Siantar Marimbun Siantar Martoba Siantar Selatan Siantar Sitalasari Siantar Timur Siantar Utara 3,205 7,825 18,006 18,022 2,020 22,723 4,520 3,650 4,01 9,78 22,52 22,54 2,53 28,41 5,65 4,56 8 7 6 7 6 5 7 7
Jumlah 79,971 100 53
2.2. Demografi
2.2.1. Penduduk
Pada tahun 2012 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 236.947 jiwa
dengan kepadatan penduduk 2.963 jiwa per km2. Penduduk perempuan di Kota
Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2012 penduduk
9
Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 115.488 jiwa dan
penduduk perempuan 121.459 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota
[image:35.595.114.514.230.590.2]Pematangsiantar sebesar 95,08.
Tabel 2
Penduduk kota Pematangsiantar
Kecamatan Laki-Laki Perempuan
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (per km²) Siantar Barat Siantar Marihat Siantar Marimbun Siantar Martoba Siantar Selatan Siantar Sitalasari Siantar Timur Siantar Utara 17.378 8.950 7.219 19.368 8.116 13.514 18.419 22.515 18.089 9.232 7.665 19.382 9.034 13.765 20.194 24.098 35.467 18.191 14.884 38.750 17.150 27.279 38.613 46.613 11.066 2.325 827 2.150 8.490 1.200 8.543 12.771
Jumlah 236.947 115.488 121.459 2.963
Terdapat berbagai suku-bangsa yang mendiami Kota Pematangsiantar,
antara lain Simalungun (61,43%), Toba, Mandailing (9,6%), Jawa (14,2%),
Tionghoa, Melayu.10
10
2.3. Letak Geografis Vihara Avalokitesvara
Hampir setiap orang di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara
telah mengetahui tentang salah satu kota administratif yang terletak di Sumatera
Utara ini, apalagi kota ini mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam sektor
pariwisata. Apabila kita berbicara tentang sektor pariwisata yang terdapat di kota
Pematangsiantar, tentunya kota ini memiliki beberapa objek wisata yang wajib
kita kunjungi. Beberapa diantara objek wisata tersebut telah begitu populer di
Sumatera Utara bahkan di Indonesia, karena mempunyai eksotika yang menarik.
Apalagi kota ini merupakan gerbang pariwisata Danau Toba, dimana para
wisatawan yang akan berwisata menuju Danau Toba selalu melintasi ataupun
sekedar singgah di kota yang populer dengan durian dan roti gandanya ini.
Selain itu, kota yang terletak di dataran tinggi Sumatera Utara ini juga
merupakan kota multi-etnis seperti halnya kota Medan yang di dalamnya tidak
hanya terdapat etnis Batak saja, tetapi etnis lainnya pun juga terdapat di kota ini
seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minangkabau, etnis Nias serta etnis
Tionghoa dan etnis Tamil. Semua etnis tersebut hidup dengan rukun dalam satu
kesatuan khas Indonesia, bahkan keragaman etnis tersebut memberikan nilai
tambah tersendiri akan kebudayaan di Sumatera Utara yang menjadi semakin
beragam. Seperti halnya etnis Tionghoa, etnis Tionghoa adalah jumlahnya cukup
besar di kota Pematangsiantar. Keberadaan etnis Tionghoa ini dapat terlihat dari
beberapa bangunan tempat ibadah seperti vihara yang terletak di kota
Pematangsiantar. Salah satunya adalah vihara yang bernama Vihara
Pematangsiantar, dan sangat mudah sekali dijangkau karena letaknya yang sangat
strategis. Vihara ini merupakan salah satu bangunan tempat ibadah terpopuler di
Sumatera Utara, sebab Vihara yang sangat megah ini mempunyai eksotika yang
luar biasa indahnya.
Vihara Avalokitesvara yang terletak di kota Pematangsiantar ini tidak
hanya populer di kalangan masyarakat kota Pematang Siantar saja, sebab Vihara
yang berdiri pada tahun 2005 ini juga menarik perhatian para wisatawan dari
berbagai daerah di Indonesia maupun wisatawan mancanegara. Sehingga Vihara
ini tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Buddha saja, tetapi juga menjadi
lokasi wisata religi bagi para wisatawan. Vihara Avalokitesvara ini mempunyai
beberapa hal yang sangat menarik. Salah satunya adalah patung Dewi Kwan Im
yang tampak begitu megah menghiasi halaman Vihara. Menurut informasi, patung
Dewi Kwan Im yang terdapat di halaman Vihara Avalokitesvara ini merupakan
patung Dewi Kwan Im terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Kemegahan patung ini terpancar dari arsitektur bangunannya yang sangat besar
dan megah dengan ketinggian sekitar 22,8 meter. Sehingga, dengan ketinggian
tersebut tentu saja Patung Dewi Kwan Im yang terletak di Vihara Avalokitesvara
ini lebih tinggi dibandingkan bangunan-bangunan lainnya. Bahkan dari salah satu
titik di pusat Kota Pematangsiantar saja, kemegahan patung Dewi Kwan Im ini
sudah terlihat dari kejauhan.
Selain patung Dewi Kwan Im, di sekitar halaman Vihara Avalokitesvara
ini juga berdiri beberapa patung-patung lainnya, seperti patung dari beberapa shio
dari patung babi, anjing, ayam, monyet, kambing, kuda, ular, naga, kelinci,
harimau, kerbau, tikus. Patung-patung shio tersebut memberikan eksotika
tersendiri yang menambah keindahan bangunan vihara ini sehingga siapapun yang
berkunjung ke Vihara Avalokitesvara akan terpesona dengan arsitektur
patung-patung shio tersebut. Kemudian, terdapat juga sebuah bangunan lonceng yang
ukurannya sangat besar. Lonceng tersebut letaknya sangat dekat dengan patung
Dewi Kwan Im.
Tak hanya itu, kemegahan Patung Dewi Kwan Im yang terdapat di Vihara
Avalokitesvara ini ternyata juga pernah meraih penghargaan dari Museum Rekor
Indonesia (MURI) karena kemegahannya yang luar biasa. Menurut informasi,
patung Dewi Kwan Im tersebut terbuat dari bebatuan yang dipahat, dan proses
pemahatan patung Dewi Kwan Im tersebut dikerjakan langsung di Negara China
dengan waktu sekitar 3 tahun dan mengeluarkan biaya hingga sembilan milyar.
Hingga kemudian setelah selesai dipahat di Negara China, proses perakitan patung
Dewi Kwan Im ini dilakukan di Sumatera Utara. Kini, patung Dewi Kwan Im
tersebut menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang
berkunjung ke Vihara Avalokitesvara, bahkan beberapa wisatawan mancanegara
pun sangat kagum akan kemegahan arsitekturnya yang tampak begitu menarik.
Selain itu, kemegahan Patung Dewi Kwan Im ini juga sering dijadikan objek
potret kamera para fotografer. Tercatat beberapa fotografer profesional pernah
berkunjung ke lokasi Vihara Avalokitesvara ini untuk memotret kemegahan
Vihara Avalokitesvara ini berlokasi di Jalan Pane, Kecamatan Siantar
Selatan, kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. Dalam perjalanan menuju
Parapat, akan melalui kota Pematang Siantar dan melihat patung Bodhisatva
Avalokitesvara (Dewi Kwan Im) yang menjulang tinggi, ini adalah tujuan wisata
religi di kota Pematangsiantar bagi umat Buddha. Di Vihara Avalokitesvara ini
dapat bersembahyang atau berfoto di dekat patung-patung yang tersebar di Vihara
Avalokitesvara. Bagi penganut agama lain bisa melihat patung Bodhisatva
Avalokitesvara yang tertinggi di Asia tenggara dan masuk dalam MURI (Museum
Rekor Indonesia). Patung Kwan Im di Siantar ini selesai dibangun dalam waktu
tiga tahun dan diresmikan pada 15 November 2005. Patung setinggi 22,8 meter ini
dipesan langsung dari RRC dan dibuat dari batu granit. Bagi pemeluk Buddha,
Dewi Kwan Im adalah dewi kasih sayang yang selalu dipuja. Kwan Im dikenal
sebagai Bodhisattva atau calon Buddha, yakni manusia yang hampir mencapai
kesucian atau kesempurnaan. Posisi Kwan Im di Siantar ini bernama Kwan Im
Pemegang Sutra atau kitab ajaran Buddha. Posisi ini adalah satu dari 33 julukan
Kwan Im. Kwan Im ini disebut pula Avalokitesvara, serupa dengan nama vihara
di mana patung ini dibangun. Aval berarti mendengar, lokite artinya dunia dan
svara berarti suara. Avalokitesvara berarti mendengar suara dunia.
"Avalokitesvara sesuai kepercayaan Buddhis berarti kasih sayangnya akan datang,
dan mereka yang kesusahan akan didengar," kata Bikkhu Dhyanavira, pimpinan
Vihara Avalokitesvara. Patung Kwan Im ini dikelilingi catur mahadewa raja atau
malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Di kompleks patung terdapat sebuah
Kwan Im ukuran kecil mengelilingi patung raksasa ini. Vihara ini letaknya tepat
di jantung kota Pematangsiantar, dan dapat dijangkau dengan menggunakan
kendaraan roda dua ataupun roda empat. Bahkan kemegahan Vihara
Avalokitesvara ini sudah terlihat dari bangunan Patung Dewi Kwan Im dari
kejauhan ketika melintas di salah satu sudut kota Pematangsiantar.
2.4. Jenis-jenis Tempat Wisata di Kota Pematangsiantar
Selain Vihara Avalokitesvara, di kota Pematangsiantar terdapat beberapa
tempat wisata yang bisa dikunjungi oleh masyarakat yang ingin berlibur,
diantaranya adalah :
1. Taman Bunga
Taman bunga terletak di Jalan Merdeka. Biasanya kawasan ini paling
ramai dikunjungi pada saat jam 13.00 dan pada saat hari libur dan akhir
pekan. Kawasan ini paling banyak dikunjungi oleh para kaum muda-mudi
sekedar untuk berkumpul maupun berkencan. Alasan orang-orang banyak
mengunjungi taman bunga karena memang kawasan ini merupakan paru-paru
Kota Pematangsiantar yang terletak di pusat kota dan dipenuhi oleh
pepohonan yang rimbun yang membuatnya sangat asri dan sejuk. Selain itu,
ditambah banyaknya pedagang-pedagang seperti penjual makanan, jagung
bakar, dsb menambah daya tarik tempat ini.
2. Lapangan Adam Malik
Lapangan adam malik merupakan lapangan Kota Pematangsiantar karena
di tempat inilah diselanggarakan acara-acara resmi seperti Upacara HUT RI,
kembang api tahun baru. Letaknya yang terletak di pusat kota membuat
lapangan ini ramai dikunjungi baik itu siang hari maupun malam hari. Di
lapangan ini selain sebagai lapangan upacara, merupakan kawasan yang
banyak hiburan-hiburan dan pedagang-pedagang seperti kereta-keretaan,
mandi bola bagi anak-anak, pedagang-pedagang makanan dan tempat
nongkrong yang nyaman. Selain itu, Lapangan Adam Malik pada pagi
harinya banyak dikunjungi antara jam 04.30-07.00 untuk berolahraga dan
jogging tertuatama pada hari Minggu.
3. Taman Hewan Pematangsiantar (Kebun Binatang Pematangsiantar)
Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) atau sebelumnya dikenal juga
sebagai Kebun Binatang Siantar. Kebun binatang ini resmi dibuka untuk
umum pada tanggal 27 November 1936 dengan luas areal sekitar 4.5 hektare.
THPS berlokasi di Jl. Kapt. MH. Sitorus No. 10, Kota Pematang Siantar,
Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini THPS masih mempertahankan
statusnya sebagai kebun binatang yang terlengkap dan terbaik di
wilayah Sumatera Utara. Koleksi satwa dan popularitasnya bahkan
mengalahkan Kebun Binatang Medan dengan luas yang berpuluh kali lebih
besar. Meskipun dengan berbagai keterbatasan seperti sempitnya ruang yang
tersedia, kurangnya pendanaan serta pemahaman untuk proyek peremajaan
eksibisi hewan, namun melalui usaha perawatan hewan yang cukup baik,
THPS cukup berhasil dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga
konservasi serta dapat digolongkan sebagai salah satu kebun binatang yang
4. Museum Simalungun
Museum ini terletak di jalan Sudirman dan dihapit oleh GKPS Sudirman
dan Polresta Pematangsiantar. Museum Simalungun memiliki koleksi
etnografi dan arkeologi mencapai 866 buah. Ketika memasukinya kita akan
takjub akan keindahan koleksinya Terletak di Jalan Sudirman No. 20,
Pematang Siantar, Kelurahan Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat,
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Pembangunan museum ini dimulai
pada April 1939 dan selesai pada Desember 1939. Semula museum ini
disebut Rumah Pusaka Simalungun, diresmikan pada 30 April 1940.
5. Kolam Renang Tirta Yudha
Kolam ini diresmikan oleh Pangdam I/BB Mayjen TNI Lodewijk F.Paulus
melaksanakan pengguntingan pita dan penanda tanganan prasasti oleh
Danrindam I/BB Kol. Inf Teguh Arif Ndratmoko dalam rangka meresmikan
Kolam Renang Tirta Wira Yudha Rindam I/BB dijalan Sisingamangaraja
P.Siantar, sabtu (23/3/2013). Danrindam I/BB dalam sambutannya
mengatakan, kolam renang Tirta Yudha Rindam I/BB mempunyai sejarah
dimana pembangunannya dimulai pada tahun 1980 lalu dengan nama kolam
renang Bah Sorma. Pada tahun 1999 kolam tersebut tidak beroperasi lagi
sehingga mengalami kerusakan yang cukup parah dan tidak dapat
beroperasional. Situasi tersebut berjalan hingga kurun waktu 13 (tiga belas)
tahun. Atas izin dan dorongan Pangdam I/BB serta donator, maka pada 29
November 2012 lalu dilaksanakan pembangunan kembali sehingga pada
kolam renang dapat dioperasionalkan. Kolam renang tersebut merupakan
salah satu sarana fasilitas yang dapat memberikan satu kontribusi kepada
Pemko Siantar dan Pemkab Simalungun dalam pembinaan atlit renang
sekaligus masyarakat Siantar-Simalungun sehingga terbentuk suatu wadah
prestasi renang yang bernaung pada Tirta Wira Yudha Club. Dari segi
prasarana kolam renang ini merupakan kolam renang terbaik di
Pematangsiantar. Kolam ini memiliki 3 kolam. Kedalamannya hampir sama
dengan Kolam Detis. Bedanya, Kolam untuk anak-anak memiliki beberapa
permainan air yang mengasyikan. Tirta Yudha juga memiliki prasarana yang
masih baik, tempat terbuka hijau yang sangat cocok untuk bersantai selepas
lelah berenang.
6. Karang Anyar
Dari namanya itu adalah nama sebuah tempat di pulau Jawa sana, tapi di
Pematang Siantar, nama Karang Anyar sudah tidak asing lagi karena menjadi
nama sebuah tempat wisata Pemandian Alam. Untuk menuju kesana
sangatlah mudah. Bila ditempuh dari kota Medan menuju Pemandian Alam
Karang Anyar Kec. Gunung Maligas Kabupaten Simalungun sekitar 128 Km
atau kira-kira 2 km setelah memasuki Kota Pematangsiantar. Jalan yang
dilalui tergolong bagus karena sudah aspal, walau ada sedikit bolong
disana-sini dan sedikit sempit namun untuk kendaraan roda empat tidak menjadi
masalah berarti. Sampai di gapura atau pos selamat datang kita akan dikenai
retribusi masuk Rp 2.500,-/orang. Dari gapura untuk sampai ke lokasi
sepeda motor dan mobil. Untuk parkiran mobil dikenakan biaya Rp 10.000,-
sedangkan untuk sepeda motor Rp3.000,-. Selanjutnya kita tinggal menuruni
anak tangga ke bawah dan langsung bisa melihat jernihnya air pemandian
Karang Anyar. Disekitar pinggirannya kita bisa melihat deretan gubuk-gubuk
yang tersedia sebagai tempat bersantai. Dahulu Karang Anyar masih hutan
yang ditumbuhi pohon-pohon besar. Lalu warga berinisiatif mengelolanya
dan kemudian pemerintah mengembangkan tempat itu menjadi lokasi wisata
sampai sekarang ini.
7. Kedai Kopi Kok Tong
Kopi Kok Tong berdiri sejak 1925. Orang Siantar lebih mengenal tempat
ini dengan nama kopi Kok Tong, kopi paling terkenal di Sumatera Utara.
Awalnya Kok Tong merupakan usaha perkopian yang dirintis oleh seorang
keturunan Tionghoa bernama Lim Tee Kee pada tahun 1925. Saat itu dinamai
kedai kopi Hang Seng. Kemudian diturunkan kepada anaknya (generasi
kedua) yang bernama Lim Kok Tong yang mengubah nama kedai ini menjadi
Kok Tong pada 1978, dan kini diteruskan kepada A Min. Di tangan generasi
ketiga inilah Kopi Kok Tong melebarkan sayapnya dengan membuka cabang
hingga ke mal-mal di kota Medan.
8. Toko Ganda
Biasanya wisatawan yang datang berkunjung ke Pematangsiantar, pasti
membeli Roti Ganda yang sudah khas di kalangan masyarakat. Bukan hanya
kelezatannya, roti ini terkenal dengan lembut nya. Banyak orang yang
Namun bukan, Roti Ganda adalah Kue Bolu yang di lapisi cream atau coklat.
Namun masyarakat sudah mengenal Roti Ganda sebagai Roti yang di olesi
dengan selai srikaya. Sebenarnya sama saja kelezatan nya. Namun,
kebanyakan orang menganggap Roti Ganda adalah Roti Srikaya. Karena
Harga nya yang cukup murah. Cukup mengeluarkan uang Rp. 17.000,- untuk
satu bungkus besar roti ganda yang sudah di potong-potong.
9. Maha Vihara Vidya Maitreya
Vihara ini merupakan tempat bagi umat Buddha. Vihara ini terletak di
jalan Ade Irma Suryani Pematangsiantar. Vihara ini juga di kunjungi oleh
wisatawan, karena Vihara ini memiliki lokasi yang bagus, bersih dan patung
Buddha Julai yang unik berwarna keemasan dan juga memiliki ukuran yang
cukup besar yaitu ± 225cm yang menjadi daya tarik wisatawan.
2.5. Sejarah Avalokitesvara dan Patung Dewi Kwan Im
2.5.1. Sejarah Berdirinya Vihara Avalokitesvara
Dalam catatan sejarah, keberadaan Vihara Avalokitesvara ini tidak bisa
dilepaskan dari sosok Syarif Hidayatullah (1450-1568 M), atau yang lebih populer
dengan nama Sunan Gunung Djati, salah seorang wali dari Walisongo yang
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Beliau terpantik mendirikan sebuah
vihara di Serang karena melihat banyaknya perantau dari Tiongkok beragama
Buddha yang membutuhkan tempat ibadah.
Menurut versi lain, ide mendirikan vihara muncul setelah beliau menikah
dengan salah seorang putri Tiongkok bernama Putri Ong Tien. Karena banyak di
membangun sebuah masjid bernama Masjid Pecinan, yang kini tinggal puingnya
saja. Sedangkan bagi mereka yang tetap bertahan dengan keyakinannya semula,
dibuatkan sebuah vihara.
Vihara yang termasuk dalam Kawasan Situs Banten Lama dan konon
dibangun sekitar tahun 1652 M ini diberi nama Vihara Avalokitesvara. Nama
vihara tersebut diambil dari nama salah seorang penganut Buddha, yaitu
Bodhisattva Avalokitesvara, yang artinya “mendengar suara dunia.”
<