SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA
PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA
MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
THAMRIN 120522006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2014
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh“ adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas
akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau
saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan
Thamrin
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan
terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh“.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan
S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far,
M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hasan Sakti Seregar M.Si, Ak Selaku Dosen Pembimbing yang telah
5 . Kedua Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan
penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam
penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Desember 2013
Penulis
Thamrin
120522006
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian kausal, melalui pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dengan uji t, uji F pada level signifikansi 5 % (α=0,05). Variabel dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 24 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 23 kabupaten/kota sebagai sampel dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya pengalokasian belanja modal sedangkan Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian belanja modal di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Secara simultan,
ABSTRACT
REGIONAL ANALYSIS OF REVENUE (PAD) AND BALANCED FUND ALLOCATION OF CAPITAL EXPENDITURES IN DISTRICT / CITY IN ACEH
PROVINCE
The purpose of this research is to find out and to analyze whether Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Fund, Fund influence the Capital Expenditure in regencies and municipalities of Aceh.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with causal research design, through testing of multiple regression with the classical assumption test before finding out the best linier model. Hypothesis test consists of t test and F test on 5 % level of siginficance (α=0,05). The variable used in this research are Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Funds, as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable. The population is 24 regencies and municipalities in Aceh and by using purposive sampling technique, 23 regencies and municipalities in Aceh within the year 2010 up to 2012 are chosen as samples. This research utilizes secondary data. These data are taken from the website of Directorate General of Fiscal Balance, Ministry of Finance, Republic of Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id). The data are collected through the realization of Region Income and Expenditure Budget (APBD)
The result proves that Local Own Revenue, General Alocation Fund, don’t influence significantly the Capital Expenditure of regencies, Meanwhile Special Alocation Fund and Revenue-sharing Funds influence partially and significantly the Capital Expenditure of regencies and municipalities in Aceh
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... 11
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 8
2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 8
2.1.2 Dana Perimbangan ... 11
2.1.2.1 Dana Alokasi Umum (DAU) ... 11
2.1.2.2 Dana Alokasi Khusus (DAK) ... 12
2.1.2.3 Dana Bagi Hasil (DBH) ... 13
2.1.2.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak ... 13
2.1.2.3.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam ... 14
2.1.3 Belanja Modal (BM) ... 17
2.1.3.1 Definisi Belanja Modal ... 17
2.1.3.2 Klasifikasi Belanja Modal ... 18
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ... 23
2.4 Hipotesis ... 25
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 26
3.1. Jenis Data dan Sumber Data ... 26
3.1.1. Jenis Data ... 26
3.1.2 Sumber Data ... 26
3.2 Populasi dan Jumlah Observasi ... 26
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29
3.5 Tehnik Analisis Data ... 31
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 31
3.5.2 Pengujian Hipotesis ... 34
3.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 36
3.5.4 Analisis Regresi Berganda ... 37
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 38
4.2 Analisis Deskriptif Data ... 39
4.3 Analisis Data ... 41
4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 41
4.3.1.1 Uji Normalitas ... 41
4.3.1.2 Uji Autokorelasi ... 43
4.3.1.3 Uji Heterokedasitas ... 45
4.3.1.4 Uji Multikolineritas ... 47
4.3.2 Analisis Regresi ... 48
4.3.3 Koefisien Determinasi ... 50
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 51
4.4.1 Uji F (Uji Secara Simultan) ... 51
4.4.2 Uji T (Uji Secara Parsial) ... 52
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
4.5.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal (BM). 55 4.5.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal (BM). .. 55
4.5.3 Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal (BM). .. 56
4.5.4 Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Belanja Modal (BM). ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 63
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Jenis Belanja Modal dan Komponen-Komponenya ... 19
Tabel 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ... 21
Tabel 3.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh ... 27
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
Tabel 4.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota Sampel Penelitian ... 38
Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 39
Tabel 4.3 Kolmogorof-Smirnov Test ... 41
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 44
Tabel 4.5 Uji Glejser ... 46
Tabel 4.6 Ujimultikolineritas ... 47
Tabel 4.7 Analisis Regresi ... 48
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ... 50
Tabel 4.9 Hasil Uji F (Uji Simultan) ... 52
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 24
Gambar 4.1 Normal P-Plot ... 42
Gambar 4.2 Grafik Histogram ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Data Realisasi PAD, DAU,DAK,DBH dan BM tahun 2010 ... 63
Lampiran 2 Data Realisasi PAD, DAU,DAK,DBH dan BM tahun 2011 ... 65
Lampiran 3 Data Realisasi PAD, DAU,DAK,DBH dan BM tahun 2012 ... 67
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian kausal, melalui pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dengan uji t, uji F pada level signifikansi 5 % (α=0,05). Variabel dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 24 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 23 kabupaten/kota sebagai sampel dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya pengalokasian belanja modal sedangkan Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian belanja modal di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Secara simultan,
ABSTRACT
REGIONAL ANALYSIS OF REVENUE (PAD) AND BALANCED FUND ALLOCATION OF CAPITAL EXPENDITURES IN DISTRICT / CITY IN ACEH
PROVINCE
The purpose of this research is to find out and to analyze whether Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Fund, Fund influence the Capital Expenditure in regencies and municipalities of Aceh.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with causal research design, through testing of multiple regression with the classical assumption test before finding out the best linier model. Hypothesis test consists of t test and F test on 5 % level of siginficance (α=0,05). The variable used in this research are Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Funds, as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable. The population is 24 regencies and municipalities in Aceh and by using purposive sampling technique, 23 regencies and municipalities in Aceh within the year 2010 up to 2012 are chosen as samples. This research utilizes secondary data. These data are taken from the website of Directorate General of Fiscal Balance, Ministry of Finance, Republic of Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id). The data are collected through the realization of Region Income and Expenditure Budget (APBD)
The result proves that Local Own Revenue, General Alocation Fund, don’t influence significantly the Capital Expenditure of regencies, Meanwhile Special Alocation Fund and Revenue-sharing Funds influence partially and significantly the Capital Expenditure of regencies and municipalities in Aceh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belanja modal yang sebagai perubahan yang fundamental di dalam
Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) telah mulai dilakukan pasca
reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.
Sebelumnya di dalam APBD, pengaokasian untuk jenis belanja berupa investasi,
diklasifikasikan ke dalam belanja pembangunan. Layaknya belanja pembangunan,
belanja modal dilakukan oleh pemerintah daerah untuk pengadaan asset daerah
sebagai investasi, dalam rangka membiayai pelaksanaan otonomi daerah yang pada
akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alokasi belanja
modal disesuaikan dengan kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana untuk
kelancaran aktivitas kegiatan pemerintah daerah tersebut.
Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya peningkatan
pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan ini
diprediksi dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di
daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik .
Dengan bertambahnya kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah dan
anggaran daerah yang semakin besar guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan, maka perlu digali sumber-sumber penerimaan
daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah berasal dari daerah itu sendiri dan
bantuan berupa transfer dari pemerintah pusat. Sumber pembiayaan utama
pemerintahan dan pembangunan daerah baik provinsi , kabupaten dan kota berasal
dari kemandirian daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sementara subsidi atau transfer dari tingkat pemerintah pusat berupa dana
perimbangan merupakan sumber penerimaan pendukung atau tambahan saja. Oleh
sebab itu jelaslah bahwa besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi salah
satu indikator penting dari kewenangan keuangan. Kewenangan untuk
memperdayakan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah PAD yang
sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi daerah.
Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu daerah karena memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk
membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang
dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong
pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola
untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan memepengaruhi
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
Transfer dana ini berupa dana perimbangan. Dana perimbangan adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Yani
(2008:40), “ pemberian sumber kuangan negara kepada pemerintah daerah dilakukan
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas kondisi
prekonomian nasional dan keseimbangan fiskal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah”. Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya mampu membiayai belanja
pemerintah daerah paling tinggi sekitar 20%. Perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah dilakukan melalui dana perimbangan yang terdiri dari : Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil. Ketiga komponen dalam dana perimbang
ini merupakan satu kesatuan elemen sumber pembiayaan untuk mendukung
pelaksanaan penyelenggaraan kewenanagan oleh daerah lain selain sumber keuangan
yang sudah ada di daerah sendiri.
Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi, yaitu
terletak pada kemampuan daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan
mengandalkan kemampuan keuangan daerahnya sendiri. Studi Abdullah & Halim
dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang tidak kalah
penting guna meningkatkan penerimaan daerah. Tuntutan untuk mengubah struktur
belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami
kapasitas fiskal rendah (Halim, 2007). Dalam upaya untuk meningkatkan kontribusi
publik terhadap penerimaan daerah, alokasi belanja modal hendaknya lebih
ditingkatkan. Oleh karena itu, anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi
anggarannya lebih banyak untuk belanja rutin. Semakin banyak pendapatan yang
dihasilkan oleh daerah, baik dari dana perimbangan maupun pendapatan asli daerah
sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua keperluan yang
diharapkan oleh masyarakat.
Terkait dengan hal ini, Irma Syafitri (2009) melakukan penelitian relasional
untuk menguji apakah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh
terhadap anggaran belanja modal, hasil penelitian menunjukan bahwa baik secara
parsial maupun secara simultan berpengaruh secara signifikan positif terhadap belanja
modal. Selain itu Rina (2012) juga melakukan penelitian apakah pertumbuhan
ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja
modal dengan sampel pemerintah Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Utara. Hasil
penelitian menunjukan bahwa baik secara parsial maupun secara simultan Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh secara signifikan positif terhadap
belanja modal.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rina dengan penelitian ini terletak pada
ekonomi sebagai variabel dependennya serta objek pada penelitian ini adalah
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Alasan peneliti memilih
Kabupaten/Kota di provinsi aceh yaitu pasca komplik dan tsunami tahun 2004
perekonomian di aceh sangat berkembang pesat , sehingga kemungkinan besar akan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus serta Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal. Kondisi perekonomian yang
baik akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga sangat berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah dalam suatu wilayah tersebut. Dari latar belakang tersebut
penulis melihat fenomena mengenai kaitan antara Pendapatan Asli Daerah dengan
Belanja Modal yang dalam hal ini penulis mengkaitkannya dengan Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Bagi Hasil yang dapat di lihat dari aset-aset
daerah
Melihat penelitian-penelitian sebelumnya , penulis mengangkat secara khusus
fenomena ini di Provinsi Aceh. Berdasarkan pemikiran ini maka peneliti tertarik
judul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap
Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh ”. Dengan
demikian penelitian ini akan menguji apakah PAD dan Dana Perimbangan berupa
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Bagi Hasil, berpengaruh
terhadap alokasi anggaran belanja modal dengan objek penelitian pada
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan topik yang penulis pilih untuk
diteliti, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:
“Apakah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap
belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh baik secara simultan maupun
secara parsial.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah
dan Dan Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap belanja modal pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh baik secara simultan maupun secara parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah.
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, serta menjadi
bahan masukan jika di kemudian hari peneliti diminta pendapat yang berkaitan
tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan yang terdiri dari
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap
pengalokasian belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
2. Bagi Pemerintah Daerah, untuk memberikan sumbangan informasi dalam hal
Perimbangan serta pengaruhnya terhadap pengalokasian belanja modal sehingga
Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan potensi daerah secara optimal.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil peneliti ini diharapkan bisa menjadi sumber
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2007:96), “Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah di
pisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lani-lain PAD yang sah.
Undang–Undang No. 33 tahun 2004 Pasal I menyebutkan:
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal.
a. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2007:96) kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi
empat jenis pendapatan yaitu:
1. Pajak Daerah
Sesuai dengan undang-undang nomor. 28 tahun 2009 jenis pendapatan untuk kabupaten/kota terdiri dari:
e) pajak penerangan jalan,
f) pajak pengambilan bahan galian golongan C, g) pajak parker,
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan undang-undang perpajakan nomor 28 tahun 2009 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten /kota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari:
a) retribusi pelayanan kesehatan,
b) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, c) retribusi penggantian biaya cetak KTP,
d) retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil, e) eetribusi pelayanan pelayanan pemakaman , f) retribusi pelayanan pengabuan mayat,
g) retribusi pelayanan parker ditepi jalan umum, h) retribusi pelayanan pasar,
i) retribusi pengujian kendaraan bermotor,
j) retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, k) retribusi penggantian biaya cetak peta,
l) retribusi pengujian kapal perikanan, m)retribusi pemakaian kekayaan daerah ,
n) retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, o) retribusi jasa usahatempat pelelangan,
p) retribusi jasa usaha terminal,
q) retribusi jasa usaha tempat khsusus parker, r) retribusi jasa usaha tempat penginapan/villa, s) retribusi jasa usaha penyedot kakus,
t) retribusi jasa usaha rumah potong hewan, u) retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal, v) retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga, w)retribusi jasa usaha penyebrangan di atas air, x) retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair,
y) retribusi jasa usaha penjualan produk usaha daerah, z) retribusi izin mendirikan bangunan,
aa) retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, bb) retribusi izin gangguan,
3. Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.
Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
a) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD), b) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Negara(BUMN), c) bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat,
4. Lain-lain PAD yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Sesuai dengan Mendagri nomor 59 tahun 2007 jeni pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai berikut :
a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan,
b) jasa giro,
c) pendaptan bunga,
d) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,
e) penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah,
f) penerimaan keuntungan dari selisih dari niali tukar rupiah terhadap mata uang asing,
g) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, h) pendaptan denda pajak,
i) pendapatan denda retribusi,
j) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, k) pendaptan dari pengembalian,
l) fasilitas social dan fasilitas umum,
2.1.2 Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Latar belakang lain adanya transfer dari pusat ke daerah antara lain untuk
mengatasi ketimpangan fiskal horizontal, serta guna mencapai standar pelayanan untuk
masyarakat. Ketimpangan fiskal horizontal muncul akibat tidak seimbangnya kapasitas
daerah daerah dengan kebutuhal fiskalnya. Dengan kata lain kemampuan daerah untuk
menghasilkan pendapatan asli tidak mampu menutup kebutuhan belanjanya. Dana
perimbangan di kelompokan menjadi lima jenis sebagau berikut:
2.1.2.1 Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan
perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan
konsekuensi adanya penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada pemerinth daerah.
Dengan demikian, terjadinya transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari
pemerintah pusat ke pemrintah daerah , dan pemerintah daerah secara leluasa dapat
mengunakan dana ini apakah untuk pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau
Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum (DAU) ditetapkan dalam APBN , dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan
dalam negeri neto,
b. proporsi DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan
anatara bobot urusan pemerintahan yang menjadi wewenang provinsi dan
kabupaten/kota,
c. jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi
DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan
90%.
2.1.2.2 Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan pada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas
nasional.
Perhitungan dana alokasi khusus dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. penentuan daerah tertentu yang menerima Dana Alokasi Khusus , daerah tersebut
harus memenuhi kreteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis,
b. penentuan besaran Dana Alokasi Khusus masing-masing daerah, yang ditentukan
dengan perhitungan indeksberdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria
2.1.2.3 Dana Bagi Hasil
2.1.2.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak
Dana bagi hasil pajak adalah dana yang bersumber dari pendaptan APBN yang
dialokasikan kepada daerah dengan angka persentase tertentu didasarkan atas daerah
penghasil untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentalisasi.
Pembagian dan mekanisme perhitungan dana bagi hasil pajak yang diatur dalam UU
Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 tahun 2005 adalah sebagai berikut:
a. DBH Pajak Bumi dan Bangunan
Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10% untuk pemerintah pusat
dan 90% untuk daerah. DBH PBB untuk daerah tersebut dibagi dengan rincian sebagai
berikut:
1) 16,2% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 64,8% untuk kabupaten /kota bersangkutan,
3) 9% untuk biaya pemungutan.
Sedangkan bagian pemerintah pusat , yang 10% dari seluruh penerimaan PBB dialokasikan
kepada seluruh kabupaten dan kota, dengan rincian sebagai berikut:
1) 6,5% dibagi secara merata kepada seluruh kabupaten/kota,
2) 3,5% dibagikan sebagai intensif kepada kabupaten dan kota yang realisasi
penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya
b. DBH Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan proporsi 20% untuk pemerintah pusat dan
80% untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% tersebut dibagi dengan rincian
sebagai berikut:
1) 16% untuk provinsi untuk yang bersangkutan,
2) 64% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
Bagian pemerintah pusat yang sebesar 20% dibagikan secara merata untuk seluruh
kabupaten dan kota.
c. DBH Pajak Penghasilan
Penerimaan Negara dari PPH wajib pajak orang pribadi dalam negeri (WPOPDN) dan
PPh pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20% dan sisanya, yaitu sebesar 80% untuk
pemerintah pusat. DBH PPh untuk daerah dialokasikan ke provinsi dan kabupaten/kota
dengan rincian sebagai berikut:
1) 8% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 12% untuk kabupaten/kota dalam provinsi yang besangkutan dengan rincian 8,4%
untuk kabupaten/kota tempat WP terdaftar, dan 3,6% untuk seluruh kabupaten/kota
dalam provinsi yang bersangkutan deengan bagian yang sama besar.
2.1.2.3.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari enam sektor yaitu kehutanan,
pertambangan gas bumi. Pemerintah menetapkan alokasi dana bagi hasil dari sumberdaya
alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil. Penetapan daerah
penghasil SDA dan dasar perhitungan DBH sumber daya alam dilakukan oleh Menteri
Teknis, setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri.
Pembagian dan mekanisme perhitungan DBH Sumber Daya Alam adalah sebagai
berikut:
a. DBH Kehutanan
1) DBH kehutanan dari IIUPH untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian
yaitu 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota
penghasil.
2) DBH kehutanan dari PSDH untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian
yaitu 16% untuk provinsi yang bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota
pengasil serta 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
3) DBH kehutanan dari dana reboisasi sebesar 40% dibagi kepada kabupaten/kota
penghasil untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan wilayahnya.
b. DBH Pertambangan Umum
Untuk DBH pertambangan umum, iuran tetap yang berasal dari wilayah
kabupaten/kota dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 64%
1) 16% untuk provinsi yang bersangkutan
2) 32% untuk kabupaten/kota penghasil
3) 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
c. DBH Pertambangan Minyak Bumi
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% berasal dari penerimaan Negara
sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota yang
bersangkutan, setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan
rincian yaitu, 3% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% dibagikan untuk
kabupaten/kota penghasil, 6% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan dan sisanya sebesar 0,5%
digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.
d. DBH Perikanan
Dana bagi hasil perikanan berasal dari pungutan perusahaan perikanan. DBH dari
perikanan ini sebesar 80% yang dibagikan dengan porsi sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota.
e. DBH Pertambangan Gas Bumi
Penerimaan Negara sumber daya alam pertambangan gas bumi dapat berasal dari
wilayah kabupaten/kota atau dari wilayah provinsi. Besarnya DBH pertambangan gas
DBH pertambangan gas bumi yang berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan
rincian 6% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan , 12% dibagikan untuk seluruh
kabupaten/kota penghasil , 12% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan serta 0,5% sisanya digunakan untuk
menambah anggaran pendidikan dasar.
f. DBH Pertambangan Panas Bumi
Dana bagi hasil pertambangan panas bumi berasal dari setoran bagian pemerintah
atau iuran tetap dan iuran produksi. Jumlah DBH pertambangan panas bumi untuk
daerah adalah sebesar 80% dan dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang
bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, serta 32% dibagi dengan porsi
yang sama besar kepada seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
2.1.3 Belanja Modal
2.1.3.1 Definisi Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, “Belanja Modal meliputi anatar lain belanja modal
untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, perlatan dan asset tak berwujud”. Dengan
kata lain belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya
sifatnya memepertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset.
2.1.3.2 Klasifikasi Belanja Modal
Menurut Syaiful (2006) belanja modal dapat di kelompokan sebagai berikut :
a) Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pemebelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai
c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/peningkatan pembangunan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
e) Belanja Modal Fisik Lainnya
barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam, dan Belanja Modal adalah sebagai berikut berikut:
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Peneltian Hasil Peneltian
1 Syafitri
Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh signifikan negatif terhadap belanja modal.
Secara simultan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara signifikan
Dependen:
Belanja Modal
Umum, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang merupakan transfer pemerintah pusat berpengaruh signifikan
Secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal.
Secara simultan, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal.
1. Syafitri
Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2009) yang berjudul “ Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara “. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengujian asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah
Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh
signifikan negatif terhadap belanja modal. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara
signifikan terhadap belanja modal.
Penelitian yang dilakukan oleh Alfan (2009) yang berjudul “Pengaruh Dana
Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja Modal
pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara”. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengujian asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil
penelitian ini adalah Secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. Secara simultan,
Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan
positif terhadap belanja modal
3. Rina
Penelitian yang dilakukan oleh Rina (2011) yang berjudul “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan
terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara”. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian
asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah Secara
parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh
signifikan negatif terhadap belanja modal. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara
signifikan terhadap belanja modal.
1.3 Kerangka Konseptual Penelitian
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Dalam penelitian ini, variabel indepeden
adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana AlokasiUmum, Dana Alokasi Khusus dan Dana
Bagi Hasil, variabel independen adalah Belanja Modal. Kerangka konseptual
penelitiandapat dilihat digambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
H3
H4
H5 Pendapatan Asli Daerah
(X1)
Dana Alokasi Umum (X2)
Dana Alokasi Khusus (X3)
Dana Bagi Hasil
(X4)
Pendapatan daerah yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah maupun yang
berasal dari Transfer Pemerintah pusat yang berupa dana perimbangan di gunakan oleh
pemerintah daerah salah satunya untuk membiayai belanja modal, sehingga setiap kenaikan
atas Pendapatan Asli Daerah maupun dana perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum
, Dana Alokasi Khusus maupun Dana Bagi hasil maka akan berpengaruh juga terhadap
Belanja Modal suatu pemerintahan .
Peningkatan pendapatan asli daerah menunjukan kemampuan derah dalam
memperoleh dana yang dialokasikan untuk tujuan pembangunan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin besar kemampuan pemerintah daerah dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah maka semakin besar pula kemampuan pemerintah
daerah dalam menanggung beban dan membiayai kewajiban belanja daerah. Meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah sangat membantu dalam belanja pemerintah daerah terutama
dalam pembangunan daerah menjadi lebih baik serta membantu pertumbuhan ekonomi
daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Fahri (2012) berkaitan dengan sumber pendanaan
belanja modal dibiayai dari tiga sumber pendapatan yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, adapun sumber Pendaan di luar itu, yaitu Dana Bagi
Hasil yang hanya digunakan untuk membiayai belanja pegawai serta belanja barang dan
1.4 Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,
disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan
atau memprediksi fenomena-fenomena
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka
pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H2 :Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H3 :Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H4 :Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H5 :Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1.JenisDatadanSumberData
3.1.1.JenisData
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder untuk semua
variabel yaitu Pendapatan Asli Daerah , Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus , Dana
Bagi Hasil serta Belanja Modal. Data sekunder ini diperoleh dari Laporan Realisasi
Anggaran APBD periode 2010-2012.
3.1.2SumberData
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang
berbentuk angka, dan data tersebut merupakan data sekunder, yaitu data atau informasi
yang di unduh melalui situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
www.djpk.depkeu.go.id.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2004:72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini
adalah Laporan realisasi APBD Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun
2010-2012, dimana provinsi Aceh terdapat 24 pemerintahan daerah yang terdiri dari 18
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2004:73). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu. Adapun
kriteria dalam menentukan sampel yaitu:
1) pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh yang telah menyerahkan dan
mempublikasikan laporan APBD-nya secara konsisten dan lengkap dalam
melaporkan jumlah realisasi Dana Perimbangannya selama periode 2010-2012.
2) pemerintah daerah kabupaten induk (asal) maupun kabupaten dan kota yang bukan
merupakan hasil pemekaran pada kurun waktu 2010 -2012.
3.3 MetodePengumpulanData
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mendokumentasi
data sekunder yang diunduh dari situs Direkorat Jendral Perimbangan Keuangan
Republik Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang diperoleh adalah data time
series. Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang
didapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu tahunan. Selain
itu, peneliti juga melakukan studi kepustakaan melalui buku-buku dan jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.4 VariabelPenelitiandanDefinisiOperasional
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik
perhatian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya tergantung dari
tidak tergantung pada variabel lain (X). Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri
dari :
3.4.1.VariabelIndependen
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. (Yani, 2008:51)
2. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. (Yani,
2008:142).
3. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
(Yani, 2008:165).
4. Dana Bagi Hasil
a. Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan
pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak
penghasilan pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri,
dan pajak penghasilan pasal 21. (Yani, 2008:75).
b. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari
penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan, umum, perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan
panas bumi. (Yani, 2008:120).
3.4.2.VariabelDependen
1. Belanja Modal
Belanja Modal adalah belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
pada kelompok belanja administrasi umum. (Halim, 2007: 101).
Secara garis besar definisi operasional variabel di atas digambarkan pada tabel 3.2
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Variabel Definisi Operasional Skala
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan pajak penghasilan pasal
Rasio
Rasio
Rasio
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan, umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
B. Dependen
Belanja Modal (Y)
Belanja Modal adalah belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.
Rasio
3.5.1UjiAsumsiKlasik
Pengukuan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. (Ghozali,
2005)
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
independen dan variabel dependen atau keduanya terdistribusikan secara normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan analisis
grafik dan uji statistik.
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram
dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2. Analisis Statistik
Uji normalitas residual dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati. Secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.
Oleh sebab itu disamping dengan uji grafik juga dilakukan uji statistik. Dalam
penelitian ini, uji statistic yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi kolerasi, maka
dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji
multikolinieritas pada penelitian dilakukan dengan matriks kolerasi. Pengujian
ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai
matriks kolerasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dan Tolerance- nya. Apabila nilai matriks korelasi
tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data yang akan
dianalisis terlepas dari gejala multikolinearitas.
Mempunyai nilai VIF di bawah 10 dan Mempunyai angka tolerance di atas 0,1.
(Ghozali, 2005).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residul dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas, sedangkan varians
berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas (Gozali, 2005). Salah satu cara untuk melihat ada tidaknya
heterokedaskitas adalah menggunakan uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan cara
melakukan regresi variabel bebas dengan nilai absolut dari residualnya. Jika
variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka
ada indikasi terjadi heterokedaskitas. Sebaliknya, jika variabel bebas tidak
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi
tidak terjadi heterokedaskitas (Gozali, 2005).
d. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda
terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residualperiode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
3.5.2PengujianHipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (Uji t)
dan penyajian secara simultan (Uji F).
a. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah variabel
bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (Ghozali,
2005). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis
sebagai berikut:
a. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel
bebas secara bersama-sama.
b. H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas
secara bersama-sama.
Penentuan besarnya Fhitung menggunakan rumus :
Keterangan :
R = koefisien determinan
n = jumlah observasi
k= jumlah variable
1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel. Artinya variabel bebas
secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat.
2. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung > F tabel. Artinya variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable terikat.
b. Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas
berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
a. H0 = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. H0 = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Untuk menilai t hitung digunakan rumus :
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel
bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel
c. UjiKoefisienDeterminasi(R2)
Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana keseluruhan
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Apabila angka koefisien
determinasi semakin mendekati 1, maka kemampuan model yang digunakan sebagai
model prediktiv semakin tangguh, yang berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Sedangkan nilai Koefisien determinasi (R2) yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen adalah terbatas (Ghozali, 2005).
Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut:
2 =
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi
ESS = Explained Sum of Squared
TSS = Total Sum of Squared
3.5.4AnalisisRegresiBerganda
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda untuk menganalisis
pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH terhadap BM, dengan model dasar sebagai
berikut :
a = konstanta
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X3 = Dana Alokasi Khusus (DAK)
X4 = Dana Bagi Hasil(DBH)
b1—b4 = Koefisien Regresi
e = standar error
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, Hal
ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh
searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai
variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian
pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan
adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1DeskripsiObjekPenelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di Provinsi Aceh,
sebagaimana yang telah ditentukan sebagai sampel. Kabupaten/Kota yang terpilih menjadi
sampel sampel penlitian adalah sebanyak 23 (dua puluh tiga) sampel dan diamati pada
periode 2010 sampai 2012. Sampel penelitian dapat di lihat di lampiran.
4.2AnalisisDeskriptifData
Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan dari data masing-masing
variabel yang telah diolah menggunakan SPSS versi 18, adapun hasil olahan data SPSS
dalam bentuk deskriptif statistik akan menampilkan karakteristik sampel yang digunakan
didalam penelitian antara lain meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean),
minimum dan maksimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel. Deskripsi
dalam penelitian ini meliputi 5 variabel, yakni Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus , Dana Bagi Hasi dan Belanja Modan yang disajikan dalam
Tabel 4.2 berikut:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PAD 69 6200 87418 27012.12 16649.456
DAU 69 163056 612599 340490.88 104148.054
DAK 69 17774 66590 36848.97 10740.782
DBH 69 17925 398256 55468.26 67133.233
BM 69 21848 212035 82190.54 33142.923
Valid N (listwise) 69
Sumber : Output SPSS 18)
Catatan: angka-angka tersebut dinyatakan dalam jutaan rupiah (Rp. 000.000)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa (dalam jutaan rupiah):
Rata-rata dari pendapatan asli daerah (X1) adalah 27.012,12 dengan standar deviasi
16649.456 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai pendapatan asli daerah (X1) tertinggi
adalah 87418, dan nilai pendapatan asli daerah (X1) yang terendah adalah 6200. Rata-rata
dari dana alokasi umum (X2) adalah 340490,88 dengan standard deviasi 104148,054 dan
jumlah data yang ada adalah 69. Nilai dana alokasi umum (X2) tertinggi adalah 612599 dan
nilai dana alokasi umum (X2) yang terendah adalah 163056. Rata-rata dari dana alokasi
khusus (X3) adalah 36848,97 dengan standard deviasi 10740,782 dan jumlah data yang ada
adalah 69. Nilai dana alokasi khusus (X3) tertinggi adalah 66590 dan nilai dana alokasi
khusus (X3) yang terendah adalah 17774 . Rata-rata dari dana bagi hasil (X4) adalah
dana bagi hasil pajak (X4) tertinggi adalah 398256 dan nilai dana bagi hasil pajak (X4)
yang terendah adalah 17925. Rata-rata dari belanja modal (Y) adalah 82190,54 dengan
standard deviasi 33142,923 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai belanja modal (Y)
tertinggi adalah 212035, dan nilai belanja modal (Y) yang terendah adalah 21848.
4.3AnalisisData
4.3.1UjiAsumsiKlasik
4.3.1.1UjiNormalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen
berdistribusi normal, yaitu menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
dengan membuat hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal.
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal.
Apabila nilai signifikannya < 0,05, maka H0 ditolak, sedangkan apabila nilai
signifikannya > 0,05, maka H0 diterima.
Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.52485890E4
Most Extreme Differences Absolute .075
Positive .075
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .619
Asymp. Sig. (2-tailed) .838
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Output SPSS 18
Hasil dari analisis Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai
signifikannya > 0,05 yaitu 0.838, maka data tersebut terdistribusi secara normal.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat juga dengan menggunakan analisis normal
probability plot dan grafik histogram berikut:
Gambar 4.1 Normal P-Plot
Sumber: Output SPSS 18, data diolah
PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai sumbu X melawan nilai-nilai
yang ada pada sumbu Y. Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (dapat
didekati oleh garis lurus), hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal.
Namun, jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik pada scatter plot mengikuti
data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual
mempunyai distribusi normal.
Gambar 4.2 Grafik Histogram
Sumber: Output SPSS 18, data diolah
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik histogram berdistribusi normal yang
4.3.1.2UjiAutokorelasi
Pengujian autokorelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Ada tidaknya autokorelasi dalam
penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Tahapan yang
harus dilakukan untuk dapat menghasilkan harga koefisien Durbin-Watson dengan
menggunakan SPSS 18 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .648a .420 .383 26025.650 1.797
a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: BM
Sumber: Output Spss 18, data diolah
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi
linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan
periode sebelumnya. Cara mendeteksinya melalui uji Durbin Watson dengan
ketentuan :
1) Angka DW berada dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3) Angka DW berada diatas +2, berarti ada autokorelasi.
Pada hasil pengujian diatas terlihat bahwa angka DW sebesar +1.797 atau
-2<1,797<+2, karena angka DW berada diantara -2 dan +2 maka tidak terdapat
4.3.1.3UjiHeterokedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan (varians) antara satu pengamatan ke pengamatan
lainnya, dengan menggunakan grafik Scatterplzdvnkot.
Gambar 4.3 Uji Heterokedasitas
Sumber : Output SPSS 18, data di olah
Berdasarkan scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik ada yang menyebar
secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu atau tidak teratur serta
titik-titik tersebut juga menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berikut ini ditampilkan Tabel uji glejser
Tabel 4.5 Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13896.665 7356.604 1.889 .063
PAD .121 .165 .134 .731 .468
DAU -.018 .027 -.124 -.659 .512
DAK .167 .191 .119 .874 .385
DBH .053 .030 .235 1.776 .080
a. Dependent Variable: absut
Sumber : Output SPSS 18, Data diolah
Tabel 4.5 menunjukan variabel Belanja Modal adalah signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut (absUt). Sedangkan
variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.Hal
ini terlihat dari probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan α
4.3.1.4UjiMultikolineritas
Uji multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji
ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu
dengan variabel bebas (independen) yang lainnya. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas adalah dengan melihat
Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Bila nilai VIF kurang dari
5 dan nilai toleransi lebih dari 0,10 maka disimpulkan tidak terdapat
multikolinieritas dalam model regresi, begitu juga sebaliknya Bila nilai VIF
lebih besar dari 5 dan nilai toleransi kurang dari 0,10 maka disimpulkan
terdapat multikolinieritas dalam model regresi. Hasil uji multikolinieritas
disajikan dalam Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Ujimultikolineritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 23524.738 12945.261 1.817 .074
PAD -.243 .291 -.122 -.834 .408 .424 2.359
DAU .061 .048 .190 1.261 .212 .398 2.512
DAK .835 .337 .271 2.481 .016 .762 1.312
DBH .249 .052 .505 4.770 .000 .810 1.235
a. Dependent Variable: BM
Sumber : Output SPSS 18, data di olah
tolerance value > 0,1
VIF < 5 dari masing-masing variabel independen
Dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas.
4.3.2Analisis Regresi
Regresi Linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Model persamaan regresi ini yaitu:
Tabel 4.7 Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 23524.738 12945.261 1.817 .074
PAD -.243 .291 -.122 -.834 .408
DAU .061 .048 .190 1.261 .212
DAK .835 .337 .271 2.481 .016
DBH .249 .052 .505 4.770 .000
a. Dependent Variable: BM
Sumber : Output SPSS 18, data di olah
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil olahan dari model SPSS, maka dapat disimpulkan hasil
signifikansi atau pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen
sebagai berikut :
1. Nilai t hitung untuk Pendapatan Asli Daerah adalah -0,834 dengan tingkat signifikansi