EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI
KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN
TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,
AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
FAUZAN A24053780
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
FAUZAN. Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau dari Aspek Pemeliharaan TM di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO dan HARIYADI).
Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu
tanaman penting dan sangat mendukung tingkat perekonomian bangsa, oleh
karena itu peningkatan produksi diharapkan selaras dengan tindakan budidaya
yang diberikan terutama kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan
magang ini adalah untuk menambah pengalaman kerja profesi, keterampilan dan
jiwa kewirausahaan baik secara teknis maupun secara manajerial terutama di
bidang pemeliharaan TM kelapa sawit.
Kegiatan magang dilaksanakan di PT Jambi Agro Wijaya Kebun
Mentawak bulan Februai-Juni 2009. Kegiatan dilakukan dengan bekerja sebagai
karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, mandor, pendamping asisten
divisi. Pengumpulan data diperoleh dengan pengamatan di lapang, diskusi dengan
karyawan dan dari data arsip kebun.
Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan produktivitas
perkebunan dan produktivitas optimum dan menghubungkannya dengan kegiatan
pemeliharaan TM yang diterapkan di lapang. Kegiatan evaluasi pemeliharaan TM
dilakukan setelah perbandingan kedua produktivitas tersebut sehingga diperoleh
upaya perbaikan untuk tetap menjaga dan meningkatkan produktivitas kebun.
Berdasarkan data dari Kantor pusat kebun, produktivitas TBS PT JAW
Kebun mentawak dari 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan tiap tahunnya,
namun peningkatan tersebut masih dibawah produktivitas optimum yang dapat
dicapai. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan dan kegiatan pemeliharaan yang
kurang. Kegiatan pemeliharaan mulai berkurang sejak tahun 2009, bahkan
sebagian kegiatan tidak dapat direalisasikan seperti pemupukan anorganik pada
Berdasarkan pengamatan, pemupukan yang dilakukan hanya berupa pupuk
abu janjang dan sebagian pupuk CuSO4 di Divisi II. Pengamatan menunjukkan
dosis yang digunakan sesuai dengan dosis rekomendasi namun variasi yang
berbeda tiap pokok tanaman sehingga masih terjadi penumpukan. Efisiensi dan
efektifitas pemupukan juga berhubungan dengan waktu pemupukan, berdasarkan
curah hujan bulanan pemupukan semester pertama dapat dilakukan pada bulan
Februari dan semester kedua pada bulan Mei-Oktober. Namun pemupukan masih
saja dilakukan pada bulan basah yang mencapai curah hujan 299 mm (efektif
100-250 mm).
Secara umum kegiatan pemeliharaan di PT JAW Kebun Mentawak masih
rendah dan perlu diperhatikan terutama kegiatan pemupukan. Upaya perbaikan
dapat dilakukan dengan mewajibkan kegiatan breafing pagi, pengawasan lebih
ditingkatkan, memberlakukan premi dan denda serta sistem untilan pada kegiatan
EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI
KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN
TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,
AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Fauzan
A24053780
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI
KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN
TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,
AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
Nama : FAUZAN
NRP : A24053780
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi Dr. Ir. Hariyadi, MS
NIP: 19620225 198703 1 001 NIP: 19611008 198601 1 001
Mengetahui.
Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc
NIP : 19610202 198601 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Nagari Ujunggading, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera
Barat dari pasangan Bapak Waskarni dan Ibu Dahlina. Penulis merupakan anak
kelima dari enam bersaudara yaitu Abang Riswan, Ondah Isma, Ketek Ermawati,
Utih Eriyanti dan Rahmiati.
Pendidikan formal dimulai dari tingkat SDN 16 Brastagi Lembah
Melintang dari tahun 1994-1999, SLTPN 1 Lembah Melintang dari tahun
1999-2002, SMAN 1 Lembah Melintang dari tahun 2002-2005, Institut Pertanian Bogor
dari tahun 2005-2009.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian pada Program Sarjana (Strata 1).
Masuk ke IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) yang
diselenggarakan oleh PT Bakrie Pasaman Plantations mulai dari Agustus 2005.
Tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan
Bojong Kabupaten Tegal dan tahun 2009 melaksanakan kegiatan magang selama
empat bulan di PT JAW Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, Amin.
Atas kehendak Allah sajalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau
dari Aspek Pemeliharaan TM. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian IPB.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua,
kakak dan adikku yang baik hati dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi dan Dr. Ir.
Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing dan seluruh dosen Agronomi dan
Hortikultura yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama
penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan
PT. Bakrie Pasaman Plantations yang telah memberikan bantuan selama
pelaksanaan studi dan magang. Pimpinan PT JAW Kebun Mentawak, Para
Asisten, Mandor, Kerani, dan seluruh karyawan yang telah membantu dalam
perolehan data dan penulisan skripsi.
Teman-teman AGH’42 terima kasih atas semua kebersamaannya dalam
suka dan duka, Al Ahzan Crew, teman-teman Bogor dan teman-teman Pasaman,
spesial Belahan Jiwa yang selalu memberi semangat, terima kasih.
Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat selama
perkuliahan dan penulisan skripsi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Bogor, September 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Magang ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Tanaman Kelapa Sawit ... 3
Botani Kelapa Sawit ... 3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 4
Pemeliharaan Kelapa Sawit ... 5
Sistem Budidaya ... 6
METODE MAGANG ... 7
Tempat dan Waktu ... 7
Metode Pelaksanaan ... 7
Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 8
KONDISI UMUM KEBUN ... 9
Lokasi Kebun ... 9
Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi ... 9
Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun ... 10
Fasilitas Kebun... 12
Produksi dan Produktivitas Kebun ... 12
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 13
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS KEBUN ... 16
Pembibitan ... 16
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ... 23
Pengendalian Gulma ... 23
Pemeliharaan Jalan dan Jembatan ... 27
Pengangkutan dan Pemasangan titi panen ... 28
Pemeliharaan Parit ... 29
Pemupukan ... 30
Pengendalian Hama Ulat Api ... 33
Penunasan/Prunning ... 36
Pemanenan ... 37
PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJERIAL KEBUN ... 46
Pendamping Mandor ... 46
Pendamping Asisten Divisi ... 54
PEMBAHASAN ... 56
Pemeliharaan TM dan Produktivitas Kebun ... 56
Evaluasi Pemupukan ... 58
Upaya Perbaikan Pemeliharaan TM... 63
KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak ... 11
2. Produksi TBS PT JAW Kebun Mentawak Tahun 2003-2008 ... 13
3. Jumlah TK HIP, SKU, dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak ... 14
4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Bulan Mei 2009 ... 19
5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16 ... 26
6. Alat-alat Panen ... 39
7. Laporan Panen Harian di Divisi V Bulan Mei 2009 ... 41
8. Ketentuan Basis Borong dan Premi Tahun 2009 ... 42
9. Hasil Pengangkutan TBS di Divisi V Bulan Mei 2009 ... 45
10. Jenis, Rencana, dan Realisasi Pemupukan Tahun 2007 dan 2008 ... 58
11. Ketepatan Dosis pada Pemupukan CuSO4 di Divisi II ... 59
EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI
KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN
TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,
AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
FAUZAN A24053780
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
FAUZAN. Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau dari Aspek Pemeliharaan TM di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO dan HARIYADI).
Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu
tanaman penting dan sangat mendukung tingkat perekonomian bangsa, oleh
karena itu peningkatan produksi diharapkan selaras dengan tindakan budidaya
yang diberikan terutama kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan
magang ini adalah untuk menambah pengalaman kerja profesi, keterampilan dan
jiwa kewirausahaan baik secara teknis maupun secara manajerial terutama di
bidang pemeliharaan TM kelapa sawit.
Kegiatan magang dilaksanakan di PT Jambi Agro Wijaya Kebun
Mentawak bulan Februai-Juni 2009. Kegiatan dilakukan dengan bekerja sebagai
karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, mandor, pendamping asisten
divisi. Pengumpulan data diperoleh dengan pengamatan di lapang, diskusi dengan
karyawan dan dari data arsip kebun.
Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan produktivitas
perkebunan dan produktivitas optimum dan menghubungkannya dengan kegiatan
pemeliharaan TM yang diterapkan di lapang. Kegiatan evaluasi pemeliharaan TM
dilakukan setelah perbandingan kedua produktivitas tersebut sehingga diperoleh
upaya perbaikan untuk tetap menjaga dan meningkatkan produktivitas kebun.
Berdasarkan data dari Kantor pusat kebun, produktivitas TBS PT JAW
Kebun mentawak dari 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan tiap tahunnya,
namun peningkatan tersebut masih dibawah produktivitas optimum yang dapat
dicapai. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan dan kegiatan pemeliharaan yang
kurang. Kegiatan pemeliharaan mulai berkurang sejak tahun 2009, bahkan
sebagian kegiatan tidak dapat direalisasikan seperti pemupukan anorganik pada
Berdasarkan pengamatan, pemupukan yang dilakukan hanya berupa pupuk
abu janjang dan sebagian pupuk CuSO4 di Divisi II. Pengamatan menunjukkan
dosis yang digunakan sesuai dengan dosis rekomendasi namun variasi yang
berbeda tiap pokok tanaman sehingga masih terjadi penumpukan. Efisiensi dan
efektifitas pemupukan juga berhubungan dengan waktu pemupukan, berdasarkan
curah hujan bulanan pemupukan semester pertama dapat dilakukan pada bulan
Februari dan semester kedua pada bulan Mei-Oktober. Namun pemupukan masih
saja dilakukan pada bulan basah yang mencapai curah hujan 299 mm (efektif
100-250 mm).
Secara umum kegiatan pemeliharaan di PT JAW Kebun Mentawak masih
rendah dan perlu diperhatikan terutama kegiatan pemupukan. Upaya perbaikan
dapat dilakukan dengan mewajibkan kegiatan breafing pagi, pengawasan lebih
ditingkatkan, memberlakukan premi dan denda serta sistem untilan pada kegiatan
EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI
KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN
TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,
AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Fauzan
A24053780
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI
KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN
TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK,
AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI
Nama : FAUZAN
NRP : A24053780
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi Dr. Ir. Hariyadi, MS
NIP: 19620225 198703 1 001 NIP: 19611008 198601 1 001
Mengetahui.
Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc
NIP : 19610202 198601 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Nagari Ujunggading, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera
Barat dari pasangan Bapak Waskarni dan Ibu Dahlina. Penulis merupakan anak
kelima dari enam bersaudara yaitu Abang Riswan, Ondah Isma, Ketek Ermawati,
Utih Eriyanti dan Rahmiati.
Pendidikan formal dimulai dari tingkat SDN 16 Brastagi Lembah
Melintang dari tahun 1994-1999, SLTPN 1 Lembah Melintang dari tahun
1999-2002, SMAN 1 Lembah Melintang dari tahun 2002-2005, Institut Pertanian Bogor
dari tahun 2005-2009.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian pada Program Sarjana (Strata 1).
Masuk ke IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) yang
diselenggarakan oleh PT Bakrie Pasaman Plantations mulai dari Agustus 2005.
Tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan
Bojong Kabupaten Tegal dan tahun 2009 melaksanakan kegiatan magang selama
empat bulan di PT JAW Kebun Mentawak, Air Hitam, Sarolangun, Jambi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, Amin.
Atas kehendak Allah sajalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Evaluasi dan Upaya Perbaikan Sistem Produksi Kelapa Sawit Ditinjau
dari Aspek Pemeliharaan TM. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian IPB.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua,
kakak dan adikku yang baik hati dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi dan Dr. Ir.
Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing dan seluruh dosen Agronomi dan
Hortikultura yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama
penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan
PT. Bakrie Pasaman Plantations yang telah memberikan bantuan selama
pelaksanaan studi dan magang. Pimpinan PT JAW Kebun Mentawak, Para
Asisten, Mandor, Kerani, dan seluruh karyawan yang telah membantu dalam
perolehan data dan penulisan skripsi.
Teman-teman AGH’42 terima kasih atas semua kebersamaannya dalam
suka dan duka, Al Ahzan Crew, teman-teman Bogor dan teman-teman Pasaman,
spesial Belahan Jiwa yang selalu memberi semangat, terima kasih.
Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat selama
perkuliahan dan penulisan skripsi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Bogor, September 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Magang ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Tanaman Kelapa Sawit ... 3
Botani Kelapa Sawit ... 3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 4
Pemeliharaan Kelapa Sawit ... 5
Sistem Budidaya ... 6
METODE MAGANG ... 7
Tempat dan Waktu ... 7
Metode Pelaksanaan ... 7
Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 8
KONDISI UMUM KEBUN ... 9
Lokasi Kebun ... 9
Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi ... 9
Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun ... 10
Fasilitas Kebun... 12
Produksi dan Produktivitas Kebun ... 12
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 13
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS KEBUN ... 16
Pembibitan ... 16
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ... 23
Pengendalian Gulma ... 23
Pemeliharaan Jalan dan Jembatan ... 27
Pengangkutan dan Pemasangan titi panen ... 28
Pemeliharaan Parit ... 29
Pemupukan ... 30
Pengendalian Hama Ulat Api ... 33
Penunasan/Prunning ... 36
Pemanenan ... 37
PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJERIAL KEBUN ... 46
Pendamping Mandor ... 46
Pendamping Asisten Divisi ... 54
PEMBAHASAN ... 56
Pemeliharaan TM dan Produktivitas Kebun ... 56
Evaluasi Pemupukan ... 58
Upaya Perbaikan Pemeliharaan TM... 63
KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak ... 11
2. Produksi TBS PT JAW Kebun Mentawak Tahun 2003-2008 ... 13
3. Jumlah TK HIP, SKU, dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak ... 14
4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Bulan Mei 2009 ... 19
5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16 ... 26
6. Alat-alat Panen ... 39
7. Laporan Panen Harian di Divisi V Bulan Mei 2009 ... 41
8. Ketentuan Basis Borong dan Premi Tahun 2009 ... 42
9. Hasil Pengangkutan TBS di Divisi V Bulan Mei 2009 ... 45
10. Jenis, Rencana, dan Realisasi Pemupukan Tahun 2007 dan 2008 ... 58
11. Ketepatan Dosis pada Pemupukan CuSO4 di Divisi II ... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Keadaan Pembibitan Mentawak ... 17
2. Kecambah Normal ... 18
3. Penanaman Bibit di PN ... 21
4. Sistem Irigasi Kirico ... 22
5. Pengaruh Gulma di Parit ... 23
6. Sebelum dan Sesudah Babat Piringan Selektif... 27
7. Perbaikan Jalan dengan Road Greader ... 27
8. Pemasangan Titi Panen di Blok C15 Divisi III ... 29
9. Kondisi Parit di Divisi V ... 30.
10. Pemupukan Abu Janjang di Blok A25 Divisi VI ... 31
11. Serangan Ulat Api di Blok A18 Divisi V ... 33
12. Aplikasi Swingfog di Blok A17 Divisi V ... 36
13. Langsir TBS dengan Jonder MF di Dusun Baru ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit ... 67
2. Jurnal Harian Magang di PT JAW Kebun Mentawak ... 68
3. Peta PT JAW Kebun Mentawak ... 74
4. Data Curah Hujan di PT JAW Kebun Mentawak ... 75
5. Kedalaman Gambut ... 77
6. Jenis Ulat Api di PT JAW Kebun Mentawak ... 78
7. Buku Kegiatan Mandor Perawatan ... 80
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu
tanaman penting dan sangat mendukung tingkat perekonomian bangsa karena
memiliki aspek yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, baik untuk kebutuhan
pangan maupun non pangan.
Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis. Pertama,
minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng, sehingga pasokan yang
kontinu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Kedua, sebagai salah satu
komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditas ini memiliki prospek
yang baik sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses
produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelapa sawit telah menyumbang banyak terhadap bangsa terutama karena
menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan menyerap banyak tenaga kerja disekitar
perkebunan. Minyak mentah CPO ini dapat dijadikan sebagai bahan baku industri
minyak goreng, margarin, sabun, kosmetik, tekstil, dan etanol yang menjadi
perhatian dunia dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif pengganti
minyak bumi. Menurut Fauzi et al. (2008) potensi CPO ini terbukti dari semakin
bertambahnya jumlah penduduk dunia yang berimplikasi pada pertambahan
kebutuhan pangan terutama minyak goreng.
Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan (2007) luas
areal perkebunan kelapa sawit seluruh Indonesia pada tahun 2004 seluas 5 597
158 ha dan meningkat menjadi 6 074 926 ha pada tahun 2006 dengan kebutuhan
areal lahan yang semakin tinggi untuk penanaman kelapa sawit yaitu diatas 10%
per tahun. Seiring dengan peningkatan luas areal perkebunan, produksi minyak
sawit mentah CPO juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun 2004
tingkat produk CPO telah mencapai ± 12 juta ton dengan proyeksi pertumbuhan
pemakaian minyak CPO dunia 3.6% per tahun. Hal ini tentu saja menciptakan
Produksi CPO yang tinggi dan bermutu diapat diperoleh apabila jumlah
produksi kelapa tinggi. Berbagai manajemen industri dan pemeliharaan telah
dimulai sejak awal, menurut Yahya (1990) untuk mencapai produksi maksimal
maka usaha pembudidayaan tanaman dimulai sejak persiapan lahan sampai
dengan panen dan hasil siap dipasarkan. Penerapan teknologi budidaya yang baik
(good agricultutral practices), termasuk didalamnya aspek pemeliharaan memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan produktivitas tersebut.
Teknik budidaya tersebut termasuk pemeliharaan menjadi kegiatan utama
dalam perkebunan kelapa sawit, menurut Lubis (1992) pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM) merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan proses
produksi untuk mendapatkan produksi kelapa sawit tetap maksimal dan cukup
banyak memerlukan tenaga dan biaya.
Selain itu perusahaan perkebunan juga harus tetap melakukan perbaikan
dan peningkatan serta pengembangan secara terus menerus agar perusahaan dapat
menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu cara adalah dengan melakukan
evaluasi sistem budidaya yang berpengaruh langsung terhadap hasil produksi,
selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dari sistem budidya tersebut yang dapat
meningkatkan produsi kembali.
Tujuan Magang
Secara umum tujuan kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit adalah
sebagai aplikasi dari materi kuliah yang diberikan secara teknis kenyataannya di
lapang sehingga menambah pengalaman kerja profesi, untuk menambah wawasan
dalam pengalaman kerja sehingga mahasiswa lebih profesional, terampil dan
memiliki jiwa kewirausahaan. Selain teknis, mahasiswa juga memiliki
kemampuan manajerial karena dalam praktek lapang selalu mengkaji dan
mengidentifikasi setiap permasalahan yang ditemukan untuk dicari
permasalahannya.
Secara khusus, magang ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kondisi
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa Sawit
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Famili : Areraceae
Sub famili : Cocosoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Menurut Setyamidjaja (2006) tanaman kelapa sawit termasuk tanaman
monokotil sehingga kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar cabang.
Sistem perakaran kelapa sawit terdiri atas akar primer yang keluar dari bagian
bawah batang (bulb) tumbuh secara vertikal atau mendatar. Akar sekunder yang
tumbuh dari akar primer secara mendatar ataupun ke bawah dan akar tersier serta
kuarter tumbuh di permukaan sehingga paling aktif mengambil hara dan air dalam
tanah.
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus keatas tanpa cabang, berbentuk
silindris dan berdiameter 40-60 cm dengan ketinggian dapat mencapai 10-11 m
dan terus bertambah tinggi selama tanaman hidup.
Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Terdapat
pangkal pelepah daun yang terdiri atas rachis, tangkai anak daun, duri-duri, helai
anak daun, ujung daun, lidi, tepi daun, dan daging daun. Panjang daun berkisar
5-7 m dengan satu tulang daun utama (rachis), 100-160 pasang anak daun, satu
tangkai daun yang berduri.
Bunga kelapa sawit termasuk monoecious dan berbentuk mayang, dengan
satu inflor dibentuk dalam ketiak setiap daun segera setelah diferensiasi dari
mengelilingi satu biji. Biji buah yang masak mengandung 45-50% minyak dengan
inti sawit 48-52%.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada suhu 270C dengan suhu
maksimum 330C. Curah hujan rata-rata tahun yang ideal adalah 1250-3000 mm
dengan distribusi yang merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang
berkepanjangan (bulan kering kurang dari 3 bulan). Kelembaban berkisar antara
50-90% dan optimal pada kadar 80% dengan ketinggian tempat kurang dari 400 m
di atas permukaan laut. Bentuk wilayah adalah datar sampai berombak dengan
kemiringan lereng 0-8%.
Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah:
1. Solum tebal 80 cm, baik untuk penyerapan hara tanaman.
2. pH tanah yang baik adalah 5 - 5.5.
3. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang.
4. Kandungan unsur hara tinggi.
Fauzi et al. (2008) menambahkan bahwa lama penyinaran optimum yang
diperlukan antara 5-7 jam/hari dengan kelembapan optimum 80% dan kecepatan
angin 5-6 km/jam. Data kesesuaian lahan disajikan pada Lampiran 1.
Tanah gambut terbentuk pada kondisi laju penimbunan bahan organik
lebih besar daripada mineralisasinya. Laju penimbunan gambut dipengaruhi oleh
paduan antar keadaan topografi dan curah hujan dengan curahan perolehan air
yang lebih besar dari pada kehilangan.
Berdasarkan tingkat kesuburan, menurut Noor (2001) tanah gambut terdiri
atas beberapa golongan seperti berikut ini;
1. Gambut eutrofik adalah jenis gambut yang banyak mengandung mineral
terutama kalium karbonat termasuk gambut yang subur karena asal bahannya
dari serat-seratan (bersifat alkalin/netral)
2. Gambut oligotrofik adalah jenis gambut yang sedikit mengandung mineral.
Jenis ini mengandung kalsium dan magnesium yang cukup tinggi (pH < 4,
bahannya dari air hujan dan perombakan bahan organik setempat saja dengan
ketebalan >2 m.
3. Gambut mesotrofik adalah jenis gambut antara jenis gambut eutrofik dan
oligotrofik.
Berdasarkan proses pembentukannya, gambut tergolong dalam gambut
ombrogen dan gambut topogen. Gambut ombrogen adalah jenis gambut yang
proses pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan saja. Gambut topogen
adalah jenis gambut yang proses pembentukkannya dipengaruhi oleh topografi
(cekungan) dan air tanah.
Berdasarkan tingkat kematangan gambut, digolongkan ke dalam gambut
fibrik, hemik, dan saprik. Gambut fibrik adalah jenis gambut yang bahan tanah
gambutnya masih tergolong mentah yang dicirikan dengan tingginya kandungan
bahan-bahan jaringan tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat dilihat
keadaan aslinya dengan ukuran beragam. Gambut hemik adalah jenis gambut
yang bahan tanah gambutnya sudah mengalami perombakan dan masih bersifat
separuh matang. Gambut saprik adalah jenis gambut yang bahan tanah gambut
yang sudah mengalami perombakan sangat lanjut dan bersifat matang hingga
sangat matang.
Berdasarkan ketebalan lapisan organik terdiri atas gambut dangkal adalah
lahan gambut yang mempunyai ketebalan lapisan bahan organik antara 50-100
cm, gambut tengah dengan ketebalan 100-200 cm, gambut dalam dengan
ketebalan 200-300 cm dan gambut sangat dalam dengan ketebalan > 300 cm.
Pemeliharaan Kelapa Sawit
Pemeliharaan pada Tanaman Menghasilkan (TM) cukup banyak
memerlukan tenaga dan biaya, kegiatan ini merupakan kegiatan untuk
meningkatkan dan mempertahankan produksi agar tetap optimal. Lubis (1992)
menyatakan pemeliharaan tanaman tersebut antara lain adalah
a) Konsolidasi
b) Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, dan lain-lain
c) Pemberantasan alang-alang
e) Pengendalian gulma
f) Pemupukan
g) Penunasan/prunning
h) Pemberantasan hama dan penyakit
i) Perawatan tempat pengumpulan hasil (TPH).
Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting
karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.
Tidak kurang dari 50% biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya pemupukan.
Terdapat berbagai jenis gulma pada tanaman kelapa sawit. Gulma tersebut
digolongkan atas gulma berdaun lebar, gulma rumput dan gulma teki. Lubis
(1992) menyatakan bahwa gulma alang-alang (Imperata cylindrical) merupakan
gulma pesaing utama tanaman kelapa sawit yang menekan pertumbuhan dan
menurunkan produksi sampai 20%. Sehingga menurut Pahan (2008) gulma
alang-alang sangat berbahaya dan mutlak dikendalikan karena gulma ini gampang
berkembangbiak secara cepat.
Sistem Budidaya
Menurut Pahan (2008) bahwa prinsip dasar dalam usaha perkebunan
kelapa sawit yaitu produksi produk dengan biaya yang rendah dalam tingkat
produktivitas yang tinggi dan kualitas produk yang dapat diterima. Untuk
menghasilkan produk yang tinggi diperlukan sistem budidaya yang tepat mulai
dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
Perusahaan kelapa sawit akan terus melakukan perbaikan terutama dalam
hal perbaikan sistem budidaya dan pengeluaran mutu produk yang bagus. Evaluasi
sistem produksi dalam aspek pemeliharaan adalah suatu proses penilaian terhadap
faktor-faktor yang sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit (dalam hal ini
pemeliharaan) untuk tujuan meninjau kembali sistem budidaya yang dilakukan
dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang
sudah teruji. Hasil evaluasi sistem produksi akan memberikan informasi dan atau
arahan maupun perbaikan sistem budidaya/pemeliharaan yang tepat untuk
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan PT Jambi Agro Wijaya
Kebun Mentawak (Group PT Bakrie Sumatera Plantations), dimulai pada tanggal
13 Februari sampai 9 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan
Magang dilaksanakan dengan tujuan penulis memperoleh pengalaman dan
keterampilan dalam hal teknis di lapang dan kemampuan manajerial. Secara
teknis, penulis akan bekerja sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Waktu
pelaksanaan sebagai KHL tidak sebulan penuh pada bulan pertama magang tetapi
tergantung pada kondisi dan kebutuhan tenaga kerja di lapang (status sebagai
KHL ada selama kegiatan magang). Pada umumnya, selama bekerja sebagai KHL
penulis melakukan kegiatan yang berhubungan dengan teknik budidaya seperti
pembibitan, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
pemeliharaan jalan dan jembatan, pemanenan dan pasca panen dan lain-lain.
Selain sebagai KHL, penulis juga menjadi pendamping mandor, mandor,
dan pendamping asisten divisi. Lama waktu tiap jabatan tersebut tergantung
bentuk kegiatan yang ada. Biasanya kegiatan pendamping mandor dan mandor
pada bulan pertama dan kedua, sedangkan pendamping asisten divisi pada bulan
keempat. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah
mengawasi kerja karyawan bersamaan dengan mandor lain (dalam satu lokasi
terdapat 2 mandor/termasuk penulis), sedangkan mandor dan pendamping asisten
divisi selain mengawasi kerja karyawan juga mengorganisir karyawan,
mengumpul data kebun, membuat laporan harian, mingguan dan bulanan. Jurnal
harian magang disajikan pada Lampiran 2.
Parameter khusus yang penulis amati adalah pengamatan kegiatan
pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Parameter yang diamati adalah
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan yang sangat nyata
mempengaruhi produksi kalapa sawit, seperti dosis pupuk, waktu dan cara
jumlah dan prestasi kerja yang diperlukan untuk kegiatan pengendalian dan
kegiatan lainnya.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang diperoleh dapat berupa data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan pengamatan di
lapang, diskusi dengan pekerja, staf dan pimpinan kebun. Data sekunder diperoleh
dari arsip laporan manajerial baik data bulanan, semesteran, maupun data tahunan.
Data tersebut berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan,
keadaan tanaman dan produksi, sruktur organisasi dan ketenagakerjaan.
Pengolahan data diperoleh dengan melakukan perbandingan antara
produktivitas perkebunan dan produktivitas optimum yang dapat dicapai. Dari
hasil pengujian akan diperoleh bahwa nilai tengah produktivitas perkebunan akan
lebih kecil atau lebih besar bila dibandingkan dengan nilai tengah produktivitas
optimum. Bila hasil uji menyatakan produksi perkebunan di bawah rata-rata
produksi optimum maka akan dilakukan evaluasi terhadap sistem budidaya
(faktor-faktor produksi) kelapa sawit pada perkebunan tersebut yang berpengaruh
terhadap produksi terutama dalam aspek pemeliharaan. Hasil evaluasi terhadap
pemeliharaan ini bertujuan untuk meningkatkan kembali produksi perkebunan
untuk mencapai produksi optimum.
Selain upaya peningkatan produksi dari faktor-faktor produksi juga
dilakukan upaya pertahanan sistem yang sudah potensial bila kondisi
produktivitas perkebunan diatas produktivitas optimum dengan tujuan agar
KONDISI UMUM KEBUN
Lokasi Kebun
PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak (PT JAW Kebun Mentawak)
terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi. Jarak
antara kota Kabupaten Sarolangun dan PT JAW adalah 65 km dapat ditempuh
dengan kenderaan roda empat selama 50 menit bila kondisi jalan baik. Sedangkan
dari kota Jambi dapat ditempuh selama 150 menit dengan jarak tempuh sekitar
200 km.
Secara geografis lokasi PT JAW Kebun Mentawak berbatasan dengan
beberapa desa dan diapit oleh Sungai Air Hitam dan Sungai Mentawak. Berikut
batas-batas wilayah; sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Kabau dan
Desa Lubuk Jering, sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Gedang, Empang
Benau dan Desa Pangkal Bulian, sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Baru
dan Desa Semurung, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mentawak dan SP C.
Peta PT JAW Kebun Mentawak disajikan pada Lampiran 3.
Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi
Keadaan iklim di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam tipe iklim A
sangat basah (Q=8.26%) berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson. Curah
hujan rata-rata tahunan dari tahun 1998 sampai 2008 adalah 2 721.27 mm per
tahun, dengan hari hujan rata-rata 106 hari dan lama bulan kering (BK) kurang
dari dua bulan per tahun. Curah hujan bulanan tertinggi mencapai 362.81 mm
pada bulan Januari sedangkan terendah 108.16 mm pada bulan Juni. Hari hujan
bulanan maksimum sebesar 12.5 hari terdapat pada bulan Desember dan minimum
4.8 hari pada bulan Juni. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 4.
Keadaan topografi di Kebun Mentawak pada umumnya adalah lahan datar
karena hampir seluruh lahan terdiri atas tanah gambut. Jenis gambut termasuk
kedalam gambut ombrogen yang wilayahnya berada lebih tinggi dari muka air
sungai atau muka air tanah sehingga masukan hara hanya mengandalkan air hujan
dan hasil perombakan bahan organik tersebut. Oleh karena itu, jenis gambut ini
kematangannya, gambut ini tergolong dalam hemik dengan tingkat mentahnya
mencapai 50%. Ketinggian tempat PT JAW Kebun Mentawak adalah 50 m di atas
permukaan laut.
Kedalaman gambut berkisar antara 2-8 m dengan sebaran yang berbeda
tiap divisi. Sedangkan tanah mineral terdapat pada Divisi VI Dusun Baru dan
sebagian pada Divisi II, dengan luas tanah mineral 87.5 ha atau 2.21% dari luas
lahan keseluruhan. pH tanah berkisar 3.7 dan 4.2. Berdasarkan jenis dan
kedalaman gambut serta pH maka tingkat kesesuaian lahan termasuk dalam kelas
kesesuaian lahan S3. Kedalaman gambut PT JAW Kebun Mentawak disajikan
pada Lampiran 5.
Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun
PT JAW Kebun Mentawak terdiri atas enam divisi dan satu areal
pembibitan. Total luas areal menurut SK/Hak Guna Usaha (HGU) adalah 3964 .74
ha, luas areal fuso 340 ha dan luas Pembibitan Mentawak adalah 30 ha. Luas areal
masing-masing divisi adalah Divisi I seluas 659 ha, Divisi II seluas 568 ha, Divisi
III seluas 620 ha, Divisi IV seluas 673 ha, Divisi V seluas 707 ha, Divisi VI seluas
737.74 ha.
Rata-rata satu divisi terdiri atas 17 blok dan areal tempat pemukiman
tenaga kerja SKU (emplasment). Luas satu blok adalah 55 ha dengan lebar blok
adalah 250 m dan panjang Blok 2200 m (panjang blok tergantung pada kondisi
lahan). Jumlah pasar tiap blok adalah 135 pasar dengan rata-rata luas satu pasar
adalah 0.4 ha. Blok merupakan areal pertanaman yang terdiri pasar pikul arah
Utara Selatan, pasar tengah sejajar dengan jalan pengumpul, jalan pengumpul
(collection road) arah Timur Barat, sub jalan utama dan jalan utama (main road) arah Utara Selatan. Masing-masing blok dipisahkan oleh jalan dan parit dengan
lebar jalan 8 m dan ukuran parit 4 m x 4 m dan lebar parit dalam blok 1 m.
Kondisi areal pertanaman kelapa sawit tiap divisi umumnya daratan dan
hanya sebagian kecil rawa dan fuso. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman
kelapa sawit di lahan gambut adalah kecilnya daya dukung tanah sehingga
Tanaman di PT JAW Kebun Mentawak sudah memasuki tanaman
menghasilkan (TM) yang terdiri dari tahun tanam 1995 (TM 11), tahun tanam
1996 (TM 10), tahun tanam 1997 (TM 9), tahun tanam 1998 (TM 8) dan tahun
tanam 2002 (TM 4). Varietas kelapa sawit yang digunakan adalah varietas Tenera
dan Dura berasal dari PT. Marihat dan PT. Socfindo. Varietas Marihat ditanam
pada tahun tanam 1995, 1997, 1998 dan 2002 sedangkan varietas Socfindo
ditanam pada tahun tanam 1996. Satu blok hanya terdapat satu jenis varietas dan
tahun tanam yang sama kecuali pada Blok B23 terdapat perbedaan tahun tanam
(1997 dan 2002). Data kondisi lahan dan pertanaman kebun disajikan dalam Tabel
[image:33.595.109.534.310.671.2]1 berikut ini;
Tabel 1. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT JAW Kebun Mentawak
Uraian Luas Areal Divisi (ha) Total
(ha)
I II III IV V VI
Tahun Tanam (TT)
TT 1995 - - - 47.00 47.00
TT 1996 559.00 568.00 441.00 673.00 - - 2241.00
TT 1997 100.00 - 99.00 - 707.00 570.50 1476.50
TT 1998 - - - 117.00 117.00
TT 2002 - - 80.00 - - 3.24 83.24
Sumber Varietas
Socfindo 559.00 568.00 441.00 673.00 - 47.00 2288.00
Marihat 100.00 - 179.00 - 707.00 690.74 1676.74
Pembibitan 30.00
Rawa 50.00 65.40 - 64.00 11.00 - 190.40
Fuso - - 150.00 92.00 98.00 - 340.00
Bengkel + gudang 1.00
Emplasment 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 25.00
Total HGU 3964.74
Sumber : Kantor Pusat Kebun, 2009
Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan
populasi 136 pokok per hektar, sedangkan Stand per Hektar (SPH) berkisar
hektar disebabkan karena jumlah pokok yang mati bertambah tiap tahunnya
dengan luasan tetap.
Fasilitas Kebun
Fasilitas dan sarana akomodasi yang disediakan oleh PT JAW secara
langsung atau tidak langsung turut mendukung dan mempercepat terjadinya
kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam perkebunan. Beberapa sarana yang
disediakan adalah perumahan, poliklinik, listrik, alat transportasi sekolah/truk,
bengkel dan gudang dan lain-lain.
Perumahan, poliklinik disediakan untuk tenaga kerja tingkat HIP dan
SKU. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan biasanya mengikut pada tenaga
kerja staf dan SKU (masih memiliki hubungan keluarga). Bengkel digunakan
untuk sarana dalam pelaksanaan kegiatan produksi, seperti penyediaan truk,
jonder MF, zetor, road greader dan alat-alat bengkel yang digunakan untuk
perbaikan sarana transportasi yang rusak. Sedangkan gudang digunakan untuk
penyimpanan sementara sarana-sarana produksi seperti pupuk, pestisida, beras,
dan sarana penunjang lainnya.
Produksi dan Produktivitas Kebun
Produksi TBS di PT JAW Kebun Mentawak dari tahun 2003-2008
mengalami peningkatan. Data produksi tandan buah segar (TBS) di PT JAW
Kebun Mentawak disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, produktivitas
meningkat dari 6 tahun terakhir ini, hal ini disebabkan oleh pertambahan umur
tanaman yang ditandai dengan meningkatnya bobot janjang rata-rata (BJR) dan
jumlah TM yang semakin banyak.
Tahun 2004 terjadi penurunan luas areal panen walaupun terjadi
penambahan luas areal menghasilkan untuk tahun tanam 2002. Hal ini terjadi
karena jumlah penambahan luas areal panen tidak seimbang dengan jumlah
penurunan luas panen akibat luas areal sisipan. Luas areal sisipan disebabkan oleh
jumlah rawa dan banjir akibat jumlah curah hujan yang tinggi. Luas areal sisipan
tahun 2004 adalah 415.07 ha, sedangkan penambahan areal panen untuk tahun
dan tahun 2008 disebabkan oleh jumlah luas areal sisipan semakin meningkat.
[image:35.595.105.507.156.281.2]Berikut ini Tabel 2 merupakan produksi TBS dari tahun 2003-2008.
Tabel 2. Produksi Tandan Buah Segar PT JAW Kebun Mentawak Tahun 2003-2008
Tahun Panen
Luas (ha)
Produksi TBS (kg) Pencapaian
estimasi (%)
Produktivitas TBS (kg/ha)
Estimasi Realisasi
2003 3509.00 33 458 634 22 844 356 68.28 6 510.22
2004 3508.54 34 792 344 28 892 325 83.04 8 234.86
2005 3964.74 40 800 570 34 431 240 84.39 8 684.36
2006 3964.74 39 111 639 44 266 930 113.18 11 165.15
2007 3624.74 50 000 000 50 731 860 101.46 13 995.99
2008 3624.74 68 999 000 51 353 390 74.42 14 167.47
Sumber : Kantor Pusat Kebun
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Jambi Agro Wijaya merupakan salah satu anak cabang dari PT Bakrie
Sumatera Plantations (PT BSP Group) dengan kepemilikan lahan mencapai lebih
dari 50%. Kegiatan administrasi yang dilakukan secara bertahap dari Kantor
Divisi yang menjadi dasar kegiatan administrasi ke Kantor Pusat Kebun,
seterusnya berhubungan dengan pihak eksternal seperti PT EMAL B, Kantor
Pusat di Jambi dan Jakarta.
Estate manager (EM) merupakan seorang pimpinan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM
bertanggung jawab pada area manager (AM) atas segala kegiatan kebun seperti
keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan material,
finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Seorang EM dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh Asisten divisi, Asisten bengkel dan gudang.
Sedangkan asisten akan membawahi beberapa mandor yang langsung menangani
pelaksanaan kegiatan lapang (pembahas lebih lanjut pada Aspek Manajerial).
Status karyawan di PT JAW Kebun Mentawak ini terdiri dari tiga
golongan yakni Himpunan Industrial Pancasila (HIP), Serikat Kerja Umum
(SKU), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan HIP atau bulanan
merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan prestasi dan dimasukkan dalam
beberapa golongan, dan jika tidak kerja tapi izin maka tidak dipotong gaji.
Karyawan SKU merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan lama bekerja,
jika tidak kerja dan izin maka tidak dipotong gaji sedangkan bila mangkir maka akan dipotong dua hari kerja. Baik HIP maupun SKU mendapat bonus dan
pesangon juga jatah beras tiap bulannya. Sedangkan KHL adalah karyawan
borongan yang bekerja pada waktu diperlukan dan tidak terikat dengan pihak
kebun, jika tidak kerja maka tidak mendapatkan gaji dan bila kerja digaji
berdasarkan gaji harian. Berikut ini adalah Tabel 3 tentang jumlah tenaga kerja di
[image:36.595.112.517.257.562.2]PT JAW Kebun Mentawak.
Tabel 3. Jumlah TK HIP, SKU dan KHL di PT JAW Kebun Mentawak
Uraian Kegiatan Status Karyawan Uraian Kegiatan Status Karyawan
HIP SKU KHL HIP SKU KHL
Kantor 5 5 4 Mdr. Perawatan 4 8 -
Gudang 1 1 2 Mandor Panen 2 10 -
Traksi 2 5 4 Krn. Transport 2 10 1
Bengkel 3 3 - Muat TBS - 13 14
Civil 2 1 4 Driver 1 14 -
Bibitan 1 - - Operator MF 4 1 -
Keamanan 4 28 11 Operator Genset 2 6 -
Accounting 1 - - Pemanen - 123 34
Krn. Timbangan 1 1 - Perawatan - - 149
Krani Divisi - 6 1 Nazir Musolla - 3 1
Mandor Satu 6 1 - Medis 2 - -
Total 43 239 225
Sumber : Kantor Pusat Kebun
Penentuan upah didasarkan oleh golongan, untuk HIP dan SKU penentuan
upah didasarkan pada tingkat golongan dan kebijakan perkebunan. Penentuan
upah untuk KHL dihitung berdasarkan jumlah HK yang dilakukan selama satu
bulan dengan ketetapan 1 HK sebesar Rp 32 000,00 (Rp 23 000,00 untuk 5/7 HK).
Hal ini sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di daerah
Jambi. Pemberian upah dilakukan sekali dalam satu bulan pada minggu pertama.
Tenaga kerja umumnya berasal dari suku Jawa yang termasuk dalam
suku Batak dan lain-lain. Tingkat pendidikan untuk HIP umumnya dari tingkat
PELAKSANAAN KEGIATAN TEKNIS KEBUN
Kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan dan akan
memiliki respon yang baik terhadap produksi bila didukung oleh lingkungan
hidup dan perlakuan yang diberikan. Pengembangan kegiatan dalam memproduksi
kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial harus dilakukan secara
terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya.
Pelaksanaan kegiatan teknis di lapang yang dilakukan oleh penulis selama
magang di PT Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak adalah pembibitan, semprot
piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), babat piringan selektif (circle weeding
selective), pengendalian hama ulat api, pemupukan, pemanenan, dan pengangkutan tandan buah segar (TBS) ke pabrik pengolahan.
Pembibitan
Pembibitan Mentawak dibuka pada tahun 2008 dan diisolasi dari divisi
lain sejauh 1 km. Isolasi jarak bertujuan untuk menghindari terjadinya penyebaran
penyakit yang ada pada pembibitan ke tanaman yang sudah ada karena bibit yang
digunakan pada Pembibitan Mentawak termasuk varietas baru. Jenis tanah
pembibitan seluruhnya adalah tanah gambut dengan luas areal 30 ha dan varietas
Costa Rica (Dura Deli x Pisifera Nigeria). Ciri-ciri varietas Costa Rica adalah diameter tajuk lebih pendek sehingga populasi per ha lebih banyak dan
pertambahan tinggi lambat dengan masa produksi yang lebih lama.
Pembibitan ini terdiri atas 2 blok yaitu blok A dan blok B, blok A terdiri
dari 17 bagian dengan masing-masing bagian berukuran 59 m x 200 m. Blok A
termasuk dalam MN sedangkan blok B terdiri dari 9 bagian dengan ukuran 59 m x
150 m. Blok B termasuk dalam MN dan sebagian PN (sebagian blok B1 dan blok
Gambar 1. Keadaan Pembibitan Mentawak
Pembibitan kelapa sawit di perkebunan terdiri atas pembibitan dua tahap
(double stage) dan pembibitan satu tahap (single stage). Pembibitan di PT JAW Kebun Mentawak termasuk dalam pembibitan dua tahap meliputi pembibitan
pendahuluan (pre-nursery/PN) dan pembibitan utama (main-nursery/MN). Salah
satu keunggulan pembibitan dua tahap adalah bibit yang dihasilkan lebih terjamin
mutunya karena proses seleksi yang dilakukan lebih ketat dan sering dilakukan.
Selama melakukan kegiatan magang, penulis dapat melakukan sebagian
pengamatan pada kegiatan PN dan MN. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan
penulis berada di pembibitan utama/MN dibandingkan PN karena membutuhkan
jumlah tenaga kerja yang banyak.
Pembibitan Pendahuluan/PN
Kegiatan PN dimulai dengan pembersihan lokasi PN yang sudah ada.
Perbaikan areal pembibitan ini dilakukan dengan memperbaiki bedengan dan
menambah tanah sehingga bedengan untuk PN lebih tinggi, selain itu juga
dilakukan pemagaran untuk seluruh areal PN dengan kayu yang berasal dari hutan
dekat dengan pembibitan. PN terdiri dari lima blok dengan total bedengan adalah
248 bedengan (rata-rata 50 bedeng per blok). Ukuran bedengan 1 m x 10 m dapat
menampung 1000 baby bag.
Kegiatan perbaikan areal dilakukan bersamaan dengan pengisian pada
polibag ukuran kecil/baby bag. Pengisian polibag dilakukan dengan tanah mineral
yang telah disaring dan dicampur dengan Rock phosphate. Tenaga kerja termasuk
bag tidak jauh dari lokasi PN sehingga kegiatan pemindahan polibag ke lokasi PN tidak membutuhkan biaya besar. Kegiatan pemindahan dilakukan setelah kegiatan
pengisian dan upah temasuk dalam kegiatan pengisian baby bag. Polibag tersebut
disusun tanpa ada jarak antar polibag di bedengan yang telah disiapkan (rata-rata
jumlah polibag adalah 1000 polibag per bedengan). Baby bag berukuran 22 cm
dengan lebar 14 cm dan jumlah lubang adalah 24 lubang.
Pemesanan kecambah merupakan salah satu kegiatan penting yang harus
dilakukan jauh sebelum pembukaan lahan dan penanaman (enam bulan sebelum
PN). Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah kecambah yang dihasilkan
pemasok tidak sebanding dengan jumlah yang dipesan sehingga kecambah sering
tidak tersedia. Pemilihan varietas Costa Rica merupakan salah satu peristiwa yang
memperkuat pernyataan tesebut, bibit Costa Rica dipilih karena bibit Marihat atau
Socfindo tidak tersedia lagi.
Penanaman kecambah harus dilakukan dalam lubang yang dibuat dengan
jari, tepat ditengah baby bag. Saat penanaman, struktur bakal daun berbentuk
lancip berwarna putih kekuningan harus di atas dan bakal akar tumpul dan kasar
menghadap ke bawah. Kecambah yang ditanam harus diseleksi dan hanya
[image:40.595.202.423.491.693.2]kecambah normal yang ditanam, setelah itu kecambah ditutup dengan tanah
(Gambar 2).
Gambar 2. Kecambah Normal
Kegiatan penanaman kecambah yang dilakukan penulis merupakan
kegiatan PN yang kedua (sebelumnya dilakukan pada bulan Mei 2008).
dilakukan dengan 3 tahap yaitu pada bulan April sampai Mei 2009.
Masing-masing tahap disela selama satu minggu dan satu tahap membutuhkan dua hari.
Tabel 4 adalah hasil penerimaan dan penanaman kecambah di Pembibitan
Mentawak tahun 2009 yang dilakukan penulis sebagai Krani divisi. Berdasarkan
Tabel 4 diperoleh bahwa jumlah kecambah yang diterima sebenarnya adalah 249
676 kecambah dengan kondisi kecambah normal adalah 247 479 (99. 12 %) dan
[image:41.595.126.497.250.378.2]kecambah afkir adalah 2 197 kecambah (0.82%).
Tabel 4. Jumlah Penerimaan dan Penanaman Kecambah Tahun 2009
Tanggal diterima Kecambah dari SP Kecambah Aktual Kecambah Normal Kecambah Afkir
18-04-09 55 276 55 220 54 869 351
19-04-09 44 724 44 569 44 282 287
24-04-09 28 800 28 771 28 444 327
25-04-09 46 200 46 138 45 664 474
01-05-09 36 300 38 292 35 872 420
02-05-09 38 700 38 686 38 348 338
Total 250 000 249 676 247 479 2 197
Sumber: Kantor Pembibitan Mentawak
Pembibitan Utama/MN
Bibit MN berasal dari kecambah yang ditanam bulan Mei sampai Agustus
2008 (8 tahap) dengan jumlah tanaman mencapai 329 308 pokok. Pemindahan
bibit dari PN ke MN sebaiknya dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan, namun
pemindahan dilakukan pada saat bibit berumur 5-7 bulan. Hal ini disebabkan oleh
jumlah lahan yang kurang dan manajemen yang kurang baik.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemindahan dan pengangkutan
bibit PN ke MN dengan menggunakan zetor, truk dan angkong. Pemindahan dan
pengangkutan bibit dilakukan setelah kegiatan seleksi bibit. Bibit yang
dipindahkan adalah bibit normal dengan pertumbuhan yang baik. Lokasi MN
tidak jauh dari lokasi PN sehingga transportasi lebih mudah tanpa dapat merusak
tanah dan akar tanaman pada baby bag. Kegiatan transportasi dilakukan dua kali
karena kondisi tanah yang tidak bisa dilewati secara langsung oleh zetor (tanah gambut). Sehingga pemindahan bibit dilanjutkan oleh tenaga kerja penanam
dengan menggunakan angkong dari jalan menuju blok penanaman.
Pengisian polibag dengan tanah top soil dilakukan dekat dengan areal MN
digunakan adalah tanah mineral top soil yang berasal dari Dusun Baru, satu truk dapat mengangkut 2.4 kubik dan mampu mengisi 150 polibag. Harga satuan tanah
adalah Rp 55 per polibag dengan upah kerja pengisian polibag adalah Rp 150 per
polibag. Pengisian polibag dapat diperoleh sebanyak 150-400 polibag tergantung
dari keadaan iklim dan keterampilan tenaga kerja.
Kegiatan langsir polibag dari jalan menuju lapang (panjang maksimal 200
m) menggunakan angkong. Rata-rata kegiatan langsir polibag satu angkong dapat
memuat 6-10 polibag, bila kondisi hujan hanya dapat memuat 5-6 polibag. Ukuran
polibag yang digunakan untuk MN adalah panjang 50 cm, diameter 20 cm (1 kg
setara dengan 18 polibag, 80 lubang per polibag) dengan berat satu polibag berisi
tanah 15-18 kg. Dalam kondisi normal dan didukung oleh cuaca maka langsir
polibag dalam satu hari dapat mencapai 150 polibag dengan upah langsir Rp 250
per polibag. Pekerja termasuk borongan dan SKU, bila SKU terlebih dahulu
memenuhi basis yakni 128 polibag. Kendala dalam langsir polibag ini adalah
kondisi tanah gambut dan sering terjadi perubahan dan perbedaan aturan kerja.
Kegiatan menata polibag hasil langsir adalah kegiatan sebelum kegiatan
penanaman. Bibit yang dilangsir ditata menurut jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90
cm. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja KHL dengan jumlah 3-4 orang per 2
blok. Kendala dalam kegiatan menata polibag adalah kondisi polibag yang
dilangsir bertumpuk pada satu tempat sehingga menyulitkan pemindahan dengan
tangan.
Penanaman dilakukan setelah kegiatan pengisian dan pelangsiran polibag
selesai. Penanaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan dengan basis 180
polibag per HK. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung dari jumlah
polibag yang telah siap ditata. Pada umumnya terdiri dua tim dengan
masing-masing tim 9-14 orang yang terdari dua orang buat lubang tanam, selain itu ada
yang langsir tanah, bibit dan penanam. Kegiatan penanaman dimulai dengan
mengisi polibag dengan tanah setelah itu pembuatan lubang tanam dengan bor dan
penanaman bibit. Penanaman dilakukan dengan satu bibit satu lubang, sehingga
apabila terdapat bibit douleltune terlebih dahulu harus dipisahkan dan ditanam di
dua polibag. Kedalaman batang dilakukan sebatas pada bongkol batang dan
pertumbuhan tanaman. Bila akar timbul di permukaan dengan kondisi cahaya
panas maka akar akan terbakar sehingga bibit akan mati. Sehingga perlu perhatian
khusus untuk penanaman dengan pengawasan mandor yang lebih yakni tiap tim
diawasi oleh satu mandor. Gambar 3 adalah pembuatan lubang tanam dengan alat
[image:43.595.206.416.184.432.2]ponjo.
Gambar 3. Penanaman Bibit di MN
Penulis memiliki prestasi kerja yang sama dengan penanam karena
merupakan satu tim sehingga harus selesai dengan target yang ditetapkan yaitu
180 polibag per HK.
Konsolidasi bibit
Kegiatan konsolidasi dipembibitan dilakukan dengan membersihkan
gulma yang ada di sekitar tanaman (dalam polibag) , menegakkan polibag yang
condong, dan meluruskan barisan polibag. Konsolidasi dalam menyusun polibag
dilakukan dengan meluruskan barisan tanaman yang sudah ditanam sesuai dengan
jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm, untuk mempermudah pekerjaan dilakukan sistem
ajir sehingga barisan lebih lurus dan teratur dan cepat. Pemancangan/ajir
dilakukan sejajar dengan arah barisan yaitu Utara Selatan, setelah itu baru menata
polibag pada titik pancang yang telah ditentukan di tali (ikatan tali).
Rotasi kegiatan konsolidasi adalah 6 kali setahun. Penulis melakukan
kegiatan ini adalah 0.25 blok (0.5 blok per HK). Kendala yang dihadapi adalah
beratnya polibag dan tidak ada alat perlengkapan seperti sarung tangan sehingga
tangan jadi luka/lecet.
Penyiraman bibit
Penyiraman di Pembibitan Mentawak cukup baik dengan jaringan irigasi
yang bagus. Secara garis besar instalasi sistem irigasi ini terdiri dari empat bagian
utama seperti mesin pompa, waduk sumber air, bagian pemencar yang dilengkapi
dengan keran dan sambungan pipa dan keran.
Lokasi waduk dekat dengan lokasi pembibitan dan air selalu tersedia.
Sistem irigasi Pembibitan Mentawak termasuk dalam sistem irigasi tabung dengan
selang plastik berlubang (Kirico) yang bertekanan. Penggunaan sistem irigasi
Kirico mempunyai presisi yang tinggi sehingga bibit akan menerima air dalam
jumlah yang cukup dan merata. Kondisi sistem irigasi Kirico disajikan dalam
[image:44.595.217.405.384.648.2]Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Sistem Irigasi Kirico
Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, namun tergantung curah hujan.
Bila curah hujan diatas 8 mm maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman
dimulai pada pagi hari jam 06.00 WIB sampai selesai biasanya 3-4 jam dan sore
dan dipompa oleh mesin. Tenaga kerja dilakukan oleh KHL dengan satu kali
penyiraman 0.5 HK dengan jumlah tenaga kerja tiga orang di PN, dua orang di
MN dan satu orang operator.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
Kegiatan teknis di lapang yang penulis lakukan selama mengikuti kegiatan
magang di PT JAW Kebun Mentawak berhubungan dengan pemeliharaan pada
tanaman menghasilkan yaitu pengendalian gulma, pemeliharaan jalan dan
jembatan, pemeliharaan parit, dan pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian Gulma
Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak dikehendaki karena
dapat mengakibatkan penurunan produksi, menurunkan mutu produksi
mengeluarkan senyawa alelopati yang mengganggu pertumbuhan kelapa sawit,
menjadi inang bagi hama, mengganggu tataguna air (Gambar 5), dan
[image:45.595.210.435.415.650.2]meningkatkan biaya usahatani (Pahan, 2008).
Gambar 5. Pengaruh Gulma di Parit
Jenis gulma yang banyak di jumpai di PT JAW Kebun Mentawak
didominasi oleh gulma paku-pakuan yaitu Nephrolepis biserata, Stenoclaena
Ottochloa nodosa, Imperata cylindrical dan lain-lain. Jenis gulma tersebut hanya dominan di beberapa tempat misalnya pada gawangan didominasi oleh jenis
paku-pakuan sedangkan pada pasar pikul didominasi oleh rumput dan TPH didominasi
oleh rumput dan teki.
Kegiatan pengendalian gulma pada PT JAW Kebun Mentawak dilakukan
dengan 2 cara yaitu secara manual dan secara kimiawi.
Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan pengendalian gulma
dengan menggunakan bahan-bahan kimia/herbisida. Kegiatan yang termasuk
dalam pengendalian secara kimiawi di PT JAW Kebun Mentawak adalah semprot
piringan, pasar pikul dan TPH (SP3 TPH), semprot gawangan, semprot semak,
wiping alang-alang, semprot alang-alang, dan oles anak kayu.
Piringan, pasar pikul, dan TPH merupakan tempat yang terpenting dalam
proses produksi dan pemeliharaan. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk
menyebarkan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan, pasar pikul
sebagai jalan untuk mengangkut TBS ke TPH dan menjalankan aktivitas
operasional lainnya. Sedangkan TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen
sementara sebelum diangkut ke PMKS. Sehingga keberadaan gulma di piringan,
pasar pikul dan TPH perlu dikendalikan agar berfungsi sebagai mana mestinya.
Kegiatan SP3 TPH yang dilakukan di PT JAW Kebun Mentawak
menggunakan pestisida dengan merek dagang Gramoxone 276 SL yang
merupakan pestisida non sistemik dan kontak dengan bahan aktif paraguat
diklorida 276 g/liter. Pestisida ini berbentuk cairan yang berwarna biru. Konsentrasi yang digunakan adalah 3.3 ml/liter air dengan dosis 0.5-0.6 liter/ha.
Aplikasi dilakukan dengan penambahan Ally 20 WDG dengan perbandingan
Gramoxone : Ally : Air adalah 20 liter : 1 kg : 20 liter, rotasi SP3 TPH adalah 2
kali setahun. Alat semprot yang digunakan adalah Knapsack jenis SOLO isi 15
liter dengan jenis nozzle deflaktor berbentuk kipas dengan warna biru, hitam dan
merah.
Pelaksanaan kegiatan SP3 TPH dan gawangan dimulai dengan
pencampuran pestisida di gudang dan pengisian pestisida campuran tersebut di
untuk menghindari terjadinya kehilangan pestisida. Kegiatan SP3 TPH ini
dilakukan oleh tiga tim, masing-masing tim terdiri atas tiga orang dengan rincian
satu orang membawa galon (tempat air sebagai pelarut) dan dua orang melakukan
aplikasi semprot. Rata-rata satu pasar membutuhkan empat knapsack namun
tergantung pada kondisi gulma dan jalan. Norma kerja untuk perawatan adalah 2
ha (untuk 5/7 HK). Teknik penyemprotan dimulai dari gulma yang berada dalam
pinggir parit kemudian pada TPH dan masuk pada piringan dan pasar pikul. Satu
orang menyelesaikan satu baris dan satu orang lagi membawa galon ke pasar
tengah untuk menunggu pengisian knapsack kembali.
Prestasi kerja penulis dalam kegiatan SP3 TPH dan gawangan di Divisi VI
Blok B23 adalah 1.6 ha (prestasi pekerja 2 ha) dan umumnya penulis sebagai
mandor spraying.
Semprot semak dan alang-alang (golongan rumput dan daun lebar)
digunakan herbisida sistemik yaitu herbisida dengan nama dagang Smart jenis AS
(Amiphosat Starane) dan berbahan aktif Glyphosate. Herbisida ini berbentuk cairan berwarna kuning dan dosis yang digunakan adalah 0.3-0.4 liter/ha,
tergantung dari kerapatan gulma. Konsentrasi Smart dalam aplikasi semak dan
alang-alang yaitu 3-3.5 ml/liter air. Norma kerja kegiatan ini yaitu 2 ha/HK (sama
dengan norma kerja Gramoxone). Pelaksanaan kegiatan sama dengan pelaksanaan
SP3 TPH dan gawangan dengan menggunakan alat Knapsack jenis SOLO.
Pengendalian gulma secara manual
Pengendalian gulma secara manual di PT JAW Kebun Mentawak
dilakukan dengan kegiatan babat total/slashing, babat selektif, dan dongkel anak
kayu (DAK). Kegiatan slashing adalah pekerjaan membabat serendah mungkin
seluruh gulma yang berada di gawangan dan piringan tanaman kelapa sawit.
Pekerjaan slashing dilakukan oleh tenaga kerja harian dengan menggunakan
parang. Sedangkan kegiatan dongkel anak kayu (DAK) juga dilakukan dengan
mencabut atau mendongkel seluruh anak kayu yang tumbuh di antara piringan dan
gawangan tanaman kelapa sawit. Gulma yang dikendalikan untuk kegiatan DAK
biasanya termasuk dalam gulma berkayu (daun lebar) seperti kayu mang,
senduduk, putihan, senggani, anak sawit dan lain-lain. Penulis tidak melakukan
Kegiatan babat piringan selektif (circle weeding selective) merupakan salah satu kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan
parang. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja KHL wanita.
Pekerjaan babat piringan selektif belum ada norma yang pasti karena merupakan
kegiatan yang baru diterapkan. Sehingga dalam panentuan upah disesuaikan
dengan jam kerja, kegiatan babat piringan selektif termasuk dalam kegiatan 5/7
HK sehingga kegiatan selesai hanya sampai jam 12.00 WIB.
Kegiatan babat piringan selektif dimulai dengan memilih pokok tanaman
kelapa sawit yang ditumbuhi gulma berat di wilayah piringan terutama bagian
yang areal gawangan mati dan gulma anak sawit. Pelaksanaan kegiatan dilakukan
dengan membabat gulma disekeliling piringan dengan jarak jari-jari 2 m dari
pokok. Pada umumnya pokok yang dibersihkan adalah pokok yang
condong/roboh terutama pokok yang roboh ke gawangan mati. Hasil kegiatan
[image:48.595.176.440.395.522.2]babat piringan selektif disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Babat Piringan Selektif di Divisi V Blok A16
No. Jumlah TK Jumlah Pasar Jumlah Pokok
1. 3 7 24
2. 6 6 36
3. 8 32 80
4. 4 10 44
5. 4 9 40
Sumber: Hasil Pengamatan di Lapang Keterangan: TK merupakan tenaga kerja
Selama kegiatan babat piringan selektif berlangsung, penulis bertugas
sebagai mandor di lapang. Berdasarkan Tabel 5 bahwa prestasi kerja mandor
meningkat karena hasil yang diperoleh cenderung meningkat tiap harinya dengan
rata-rata hasil kerja pekerja adalah 10 pokok. Kendala yang dihadapi selama