• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Klasifikasi Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1.

Data Curah Hujan (mm) Stasiun Klimatologi Arul Gading

2002 – 2012

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Rata-rata

Bulan mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm

Januari 183,2 119 210 196 164 325 314 142,5 236 356 226,7

Februari 165 220 115 196 273 20 411 135 53,5 293,5 379,5

Maret 150 180 110 199 305 110 462,2 521,5 119,5 367,5 393,5

April 112 430 220 157 33 705 340,1 389 282 329,5 361

Mei 132 60 211 239 157 407 61 307,2 155,5 155 135

Juni 170 90 232 275 170 144 261 21 135,5 20 50,5

Juli 200 80 80 68 54 34 321,2 25 105,5 39 184

Agustus 190 100 89 312 22 150 183,4 178,8 16 278 211,4

September 255 57 100 373 253 101 129,5 106 410,6 211 92

Oktober 343 190 275 281 619 330 397,5 245 76 215,5 440,5

November 465 179 329 237 260 295 384,7 301 427 346,5 524

Desember 380 87 443 226 246 337 378,5 336 272 391,5 295,5

Jumlah Bulan

Basah 12 7 10 11 9 10 11 10 9 10 10 9.86

Jumlah Bulan

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S., 1991. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Foth H. D. 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adi Soemarto. Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.

Guslim, 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.

Hardjowigeno, S., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Kusumadinata, K., 2011. Data Dasar Gunung Api Indonesia. Direktorat Vulkanologi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Mukhlis, 2011. Tanah Andisol : Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penyebaran dan Analisis. USU Press, Medan.

Neall, V. E., 1984. Parent Material of Andisols. In F. H. Beinroth, W. Luziol, F. Maldonado P., and H. Eswaran (eds). Taxonomy and Management of Andisols. Proceeding of 6th International Soil Classification Workshop : 9 – 19.

Rayes., M. L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. CV. Andi Yogyakarta.

(3)

Soil Survey Staff, 2014. Keys to Soil Taxonomy Twelfth Edition. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Washington D.C. US.

Sukma, W.P.D., A. Verhagen, J. Dai, P. Buurman, T. Balsem, Suratman, dan H. Vejre, 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Takengon (0520), Sumatera. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

(4)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lereng Selatan Gunung Burni Telong

Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Analisis tanah

dilakukan di Laboratorium Riset & Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara dan Balai Penelitian Tanah, Bogor, yang dilaksanakan pada bulan

Februari 2014 sampai September 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 profil tanah pewakil,

formulir isian profil, sampel tanah dari 2 profil yang diambil tiap lapisan, serta

bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Satuan Lahan dan

Tanah Lembar Takengon (0520) Sumatera sebagai peta acuan penentuan titik

koordinat dan pembuatan profil tanah pewakil, GPS (Global Positioning System),

meteran, pisau pandu, Munsell Soil Color Chart, Buku Kunci Taksonomi Tanah

2014 (Keys to Soil Taxonomy 2014), ring sampel untuk mengambil sampel tanah,

kantung plastik 1 kg sebagai wadah tanah, buku panduan pengamatan tanah di

lapang, kertas label sebagai penanda sampel, spidol, dan kamera, serta alat-alat

yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey di lereng selatan Gunung

Burni Telong Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Penetapan sampel

(5)

Pelaksanaan Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan

dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengumpulan

data primer berupa peta satuan lahan dan tanah lembar Takengon (0520)

Sumatera, mengadakan survei pendahuluan ke lapangan dan penyediaan bahan

serta peralatan yang digunakan di lapangan.

Kegiatan di Lapangan

a) Pemilihan daerah penelitian

Penentuan titik koordinat dan lokasi pembuatan dua profil pewakil dengan

mengacu pada peta satuan lahan dan tanah Lembar Takengon (0520)

Sumatera (Gambar 1), yaitu :

 Va.1.6.1t yaitu stratovolkan, tuff intermedier, lahar (muda), lereng tengah,

cukup curam sampai curam (16 – 25 %), agak toreh.

 Va.1.4.1t yaitu stratovolkan, tuff intermedier, lereng bawah dan kaki

(6)
(7)

b) Pembuatan profil tanah

Pembuatan profil tanah pada dua satuan lahan (Gambar 1.) dilakukan dengan

mengikis tebing yang mewakili tiap daerah penelitian untuk karakterisasi

tanah yang menunjukkan sifat dan ciri morfologi tanah yang akan diamati.

c) Pengamatan morfologi tanah

Pengamatan morfologi tanah ini meliputi horizon tanah, kedalaman horizon,

warna tanah, struktur tanah, konsistensi, batas topografi dan batas horizon

yang berpedoman kepada buku Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang (Balai

Penelitian Tanah, 2004).

d) Pengambilan contoh tanah

Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis

di laboratorium sedangkan pengambilan contoh tanah tidak terganggu dengan

menggunakan ring sample, Pada saat pengambilan sampel tanah dicatat juga

data-data dari daerah penelitian yang meliputi vegetasi, fisiografi, drainase,

ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan lahan.

e) Penyimpanan contoh tanah

Contoh tanah yang telah diambil langsung dimasukkan ke dalam kantong

plastik dan diberi tanda sesuai dengan horison dan profil tanahnya.

Tahap analisis

a) Analisis di laboratorium, meliputi :

1. Tekstur tanah dengan metode Pipet

2. Kerapatan Isi dengan ring sampel

3. Analisa pH H2O (1:2,5), pH KCl, pH NaF, dengan metode Elektometri

(8)

5. Analisa Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah, dengan ekstraksi

NH4OAc pH 7

6. Analisa Kation Basa-basa Tukar (K, Ca, Mg, dan Na) tanah, dengan

ekstraksi NH4OAc pH 7

7. Analisa C-Organik, dengan metode Walkley & Balck

8. Analisa Retensi Fosfat, dengan metode Blakemore

9. Analisa Al-oksalat (Alo) untuk menganalisis bentuk Al-Amorf dengan

ekstraksi NH4 Oksalat

10. Analisa Si-oksalat (Sio) untuk menganalisis Si-Amorf, dengan ekstraksi

NH4 Oksalat

11. Analisa Fe-oksalat (Feo) untuk menganalisis bentuk Fe-Amorf dengan

ekstraksi NH4 Oksalat.

b) Analisis Data

Data-data dari hasil penelitian di lapangan dan laboratorium digunakan untuk

proses pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014. Proses

pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 sebagai berikut :

1. Ditentukan simbol horison utama dan sub horison

2. Ditentukan horizon atas penciri

3. Ditentukan horizon bawah penciri

4. Ditentukan ordo tanah

5. Ditentukan sub ordo

6. Ditentukan great group, dan

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Deskripsi Profil Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong

Profil tanah diamati di lereng selatan gunung Burni Telong, Kecamatan

Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berada

pada ketinggian 1.561 m dari permukaan laut (dpl) untuk P1, dan 1.357 m dpl

untuk P2. Profil P1 terletak di lereng tengah gunung burni telong, dan profil P2

terletak di lereng bawah / kaki gunung burni telong. Kedua lokasi profil tanah

dapat dilihat pada Gambar 2.

Pendeskripsian terhadap profil tanah dapat dijadikan sebagai

penggambaran dari tubuh tanah dan pada hakikatnya merupakan pengkajian

secara teliti terhadap horizon tanah. Penentuan horizon tanah didasarkan pada

jumlah sifat yang dijadikan sebagai faktor pembeda seperti warna, tekstur,

struktur, konsistensi, dan batas horizon. Adapun deskripsi dari kedua profil tanah

(10)
(11)

a. Profil P1 (Lereng Tengah Gunung Burni Telong)

Tabel 1. Deskripsi profil P1 (Lereng Tengah Gunung Burni Telong) Lokasi

Kode

Kode Land Unit

Koordinat

Kampung Central, Kec. Bukit, Kab. Bener Meriah

P1

Semak Belukar (Graminae)

Humik Psammentik Dystrudepts

30 cm Okrik, 100 cm Kambik

(12)

Horizon Uraian

A

Bw

C

Kedalaman 0 – 23/30 cm, hitam kecoklatan (10 YR 2/2), pasir berlempung, struktur remah, halus lemah, konsistensi gembur, perakaran halus dan sedang banyak, perakaran kasar sedikit, batas tegas berombak.

Kedalaman 23/30 – 180 cm, merah kotor (7,5 YR 4/4), pasir, struktur remah, sangat halus lemah, konsistensi gembur, perakaran halus dan sedang banyak, batas angsur berombak.

(13)

b. Profil P2 (Lereng Bawah / Kaki Gunung Burni Telong)

Tabel 2. Deskripsi profil P2 (Lereng Bawah / Kaki Gunung Burni Telong) Lokasi

Kode

Kode Land Unit

Koordinat

Kampung Kute Lintang, Kec. Bukit, Kab. Bener Meriah

P2

Va.1.4.1t

N 04º41’42.3”

E 96º51’41.9”

Kipas Vulkanik

Pumice

1.357 m dpl

145 cm

Kopi (Coffea arabica), Lamtoro (Leucaena

leucocepala)

Typic Hapludand

0-30 cm Okrik, 35–75 /90-140 cm Kambik

0-65 cm / 90-140 cm Andik

(14)

Horizon Uraian

Kedalaman 0 – 35 cm, hitam kecoklatan (2,5 Y 3/2), lempung berpasir, struktur remah, halus lemah, konsistensi gembur, perakaran halus banyak, perakaran sedang sedikit, batas tegas berombak.

Kedalaman 35 – 75 cm, coklat kekuningan (2,5 Y 5/3), lempung berpasir, struktur gumpal bersudut sedang agak kuat, konsistensi teguh, perakaran halus sedang, batas angsur berombak.

Kedalaman 75 – 85 cm, coklat kekuningan cerah (2,5 Y 7/6), kuning keabu-abuan (2,5 Y 7/2), pasir, strutur lepas, konsistensi lepas, perakaran halus sedang, batas baur lurus. Kedalaman 85 – 105 cm, coklat kehijauan (2,5 Y 4/4), lempung, struktur gumpal bersudut sedang agak kuat, konsistensi gembur, perakaran halus sedikit, batas angsur lurus.

Kedalaman 105 – 140 cm, coklat kekuningan (2,5 Y 5/6), liat, struktur gumpal bersudut sedang lemah, konsistensi gembur, perakaran halus sedikit, batas angsur lurus.

(15)

2. Analisis Laboratorium 2.1Sifat Fisika Tanah

Adapun sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur dan kerapatan isi

tanah. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya suatu tanah. Berdasarkan atas

banyaknya ukuran butir pasir, debu, dan liat maka tanah dapat dikelompokkan

kedalam beberapa macam kelas tekstur. Kerapatan isi merupakan berat tanah per

satuan luas volume yang dinyatakan dalam g/cm3.

Distribusi ukuran butir, kelas tekstur, dan kerapatan isi pada kedua profil

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tekstur dan Kerapatan isi Tanah di Lereng Gunung Burni Telong

Horizon Kedalaman Distribusi Ukuran Partikel Tekstur Kerapatan isi Pasir Debu Liat

---- cm ---- --- % --- - g/cm3 -

P1 (Lereng Tengah Gunung Burni Telong)

A

P2 (Lereng Bawah / Kaki Gunung Burni Telong)

A

2.2Sifat Kimia Tanah

Adapun sifat kimia tanah yang diamati adalah pH H2O, pH KCl, pH NaF,

kation-kation tukar, Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB),

C-Organik, Retensi Fosfat, dan Al Oksalat (Alo), Fe Oksalat (Feo), serta Si Oksalat

(Sio).

Hasil analisis sifat kimia tanah yang diamati pada kedua profil disajikan

(16)

Tabel 4. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah di Lereng Gunung Burni Telong

P1 (Lereng Tengah Gunung Burni Telong)

A

P2 (Lereng Bawah / Kaki Gunung Burni Telong)

(17)

Pembahasan

Klasifikasi Tanah

Berdasarkan data-data yang diperoleh baik data laboratorium, pengamatan

di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan

menggunakan Kunci Soil Taxonomy (USDA, 2010). Langkah pertama yang

dilakukan adalah menentukan horizon atas penciri (epipedon), horizon bawah

penciri (endopedon). Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group

dan sub group.

Profil 1 (P1) (Lereng Tengah Gunung Burni Telong)

Penentuan Horizon Atas Penciri

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena tidak memiliki horizon permukaan.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama

sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki kandungan c-organik 6% atau lebih sebagai berat rata-rata dan 4% atau lebih karbon organik pada

semua lapisan.

(18)

- Termasuk epipedon Okrik, karena mempunyai value warna rendah dan chroma rendah tetapi terlalu tipis untuk dimasukkan sebagai epipedon mollic atau

umbric.

Penentuan Horizon Bawah Penciri

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horizon eluvial).

- Tidak termasuk horizon Argilik, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat. - Tidak termasuk horizon Kalsik, karena tidak mengandung 15% atau lebih

CaCO3.

- Termasuk horison Kambik, karena mempunyai tekstur pasir sangat halus, tidak mempunyai kombinasi kondisi akuik di dalam 50 cm dari permukaan tanah,

atau telah didrainase, bukan merupakan bagian dari suatu horison Ap,

warnanya tidak cukup gelap (tidak memenuhi persyaratan warna untuk

epipedon molik atau umbrik).

Penentuan Ordo

- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

- Tidak termasuk Histosol, karena bukan merupakan tanah organik dan tidak jenuh air selama 30 hari atau lebih per tahun.

- Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horizon spodik.

- Tidak termasuk Andisol, karena tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya.

(19)

- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik.

- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban aridik dan tidak memiliki horizon argilik atau natrik.

- Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argilik atau kandik. - Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik.

- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horizon argilik, kandik, atau natrik.

- Termasuk Inceptisol, karena memiliki epipedon ocrik dan horizon bawah penciri kambik.

Penentuan Sub-ordo

- Tidak termasuk Aquept, karena karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim temperatur gelic. - Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim temperatur cryic. - Tidak termasuk Ustepts, karena tidak memiliki regim kelembaban ustic. - Tidak termasuk Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban xeric.

- Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dan regim kelembaban Udic.

Penentuan Great Group

- Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

(20)

- Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Humudept, karena tidak memiliki epipedon umbrik atau mollik.

- Tidak termasuk Eutrudept, karena tidak memiliki carbonate bebas di dalam tanah.

- Termasuk Dystrudept, karena memiliki ciri Udept lain dan epipedon ochrik.

Penentuan Subgroup

- Tidak termasuk Humic Lithic Dystrudept, karena tidak memiliki kontak lithic tidak lebih dari 50 cm dari permukaan tanah mineral serat tidak memenuhi

value warna lembab 3 atau kurang dan value warna kering 5 atau kurang.

- Tidak termasuk Lithic Dystrudept, karena tidak memiliki kontak lithic tidak lebih dari 50 cm dari permukaan tanah mineral.

- Tidak termasuk Vertic Dystrudept, karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan

mencapai ketebalan 30 cm atau lebih.

- Tidak termasuk Aquandic Dystrudept, karena tidak memiliki tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam

100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama

sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Andic Oxyaquic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau

(21)

tanah mineral serta tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari

konsekutif atau 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk Andic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 atau kurang pada keseluruhan satu horison atau

lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan

tanah mineral, dan jumlah persentase Al + ½ Fe (dengan ekstrak ammonium

oksalat) lebih dari 1,0.

- Tidak termasuk Vitrandik Dystrudept, karena tidak memiliki lebih dari 35 % partikel berdiameter 2,0 mm atau lebih pada keseluruhan satu horison atau

lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan

tanah mineral.

- Tidak termasuk Fragiaquic Dystrudept, karena tidak memiliki sifat fragipan. - Tidak termasuk Fluvaquentic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks

berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari

permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian

waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Aquik Humik Dystrudept karna memiliki tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam

60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama

sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk Aquic Dystrudepts karena tidak terdapat deplesi redoks berkroma 2 atau kurang, dan tidak memiliki kondisi akuik selama sebagian

(22)

- Tidak termasuk Oxyaquic Dystrudepts karena tanah tidak mengalami jenuh air selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk Fragic Dystrudepts karena tidak mempunyai fragipan. - Tidak termasuk Lamellic Dystrudepts karena tidak mempunyai lamella.

- Termasuk Humik Psammentik Dystrudepts, karena memiliki value warna lembab 3 atau kurang di dalam 18 cm dari permukaan tanah mineral dan kelas

ukuran besar butir berpasir pada keseluruhan horison.

Profil 2 (P2) (Lereng Bawah / Kaki Gunung Burni Telong)

Penentuan Horizon Atas Penciri

- Tidak termasuk epipedon Anthropic, karena tidak memiliki horizon permukaan.

- Tidak termasuk epipedon Folistic, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama

sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki kandungan c-organik 6% atau lebih sebagai berat rata-rata dan 4% atau lebih karbon organik pada

semua lapisan.

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Okrik, karena mempunyai value warna rendah dan chroma rendah tetapi terlalu tipis untuk dimasukkan sebagai epipedon mollic atau

(23)

Penentuan Horizon Bawah Penciri

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horizon eluvial).

- Tidak termasuk horizon Argilic, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat. - Tidak termasuk horizon Calcic, karena tidak mengandung 15% atau lebih

CaCO3.

- Termasuk horison Cambic, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki

kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun

dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilic.

Penentuan Ordo

- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

- Tidak termasuk Histosol, karena bukan merupakan tanah organik dan tidak jenuh air selama 30 hari atau lebih per tahun.

- Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horizon spodic.

- Termasuk Andisol, karena memiliki sifat tanah andik yang ketebalannya mencapai 60 cm dari permukaan tanah mineral atau dari lapisan tanah organik.

Penentuan Sub-ordo

(24)

- Tidak termasuk Xerand, karena tidak memiliki regim kelembaban xeric.

- Tidak termasuk Vitrand, karena tidak memiliki retensi air 1500 kPa kurang dari 15% pada contoh kering udara dan kurang dari 30% pada contoh tidak

kering dari 60% atau lebih ketebalan seluruhnya.

- Tidak termasuk Ustand, karena tidak memiliki regim kelembaban ustic.

- Termasuk Udand, karena memiliki ciri Andisol lain, dan regim kelembaban udik.

Penentuan Great Group

- Tidak termasuk Placudand, karena tidak memiliki horizon placic. - Tidak termasuk Durudand, karena tidak memiliki horizon perekat. - Tidak termasuk Melanudand, karena tidak memiliki epipedon melanic.

- Termasuk Hapludand, karena memiliki Udand dengan ciri lain dan epipedon okrik.

Penentuan Subgroup

- Tidak termasuk Lithic Hapludand, karena tidak memiliki kontak lithic tidak lebih dari 50 cm dari permukaan tanah mineral atau bagian atas lapisan organik

dengan sifat tanah andik.

- Tidak termasuk Anthraquic Hapludand, karena tidak memiliki kondisi anthraquic.

- Tidak termasuk Aquic Duric Hapludand, karena tidak memiliki konsentrasi redoks 2% atau lebih.

(25)

- Tidak termasuk Alic Hapludands, karena fraksi tanah halusnya tidak mengandung Al3+ (berdasarkan ekstraksi KCl 1 N) sebesar lebih dari 2,0

cmol(+)/kg.

- Termasuk Typic Hapludand, karena mempunyai ciri hapludand yang lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Klasifikasi tanah di lereng tengah Gunung Burni Telong berdasarkan

Taksonomi Tanah 2014 adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great

Group Dystrudept, dan Sub Group Humik Psammentik Dystrudepts.

2. Klasifikasi tanah di lereng bawah / kaki Gunung Burni Telong berdasarkan

Taksonomi Tanah 2014 adalah : Ordo Andisol, Sub Ordo Udand, Great

Group Hapludand, dan Sub Group Typic Hapludand.

Saran

Perlu dilakukan analisis mineral dan pengklasifikasian lebih lanjut sampai

tingkat family dan seri sehingga data yang diperoleh lebih lengkap guna untuk

pengembangan sektor pertanian.

(26)

Gunung Api Burni Telong

Gunung api Burni Telong merupakan gunung berapi aktif di dataran tinggi

Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Secara geografis puncak gunung Burni

Telong adalah 4°38'47" - 4°88'32" LU dan 96°44'42" - 96°55'03" BT. Gunung api

ini tercatat melakukan erupsi terakhir pada tahun 1924.

Deposit bahan vulkanik gunung Burni Telong merupakan bahan volkanik

muda. Perkembangan tanah masih terbatas dan tekstur tanah kasar beralih ke

tekstur halus/halus sedang pada lereng bawah dan yang paling jauh dari pusatnya

(Sukma, dkk., 1990). Lereng bawah bertekstur halus sangat intensif dimanfaatkan

oleh masyarakat setempat untuk perkebunan kopi, bercocok tanam padi dan

hortikultura. Di lereng atas dan tengah deposit Burni Telong didominasi oleh

kerikil dan bongkah-bongkah batu. Lahar muda ini ditutupi oleh hutan primer

yang sedang ditebang dan ditanami kembali. Pada kawasan ini masyarakat mulai

memanfaatkan kawasan tersebut untuk bercocok tanam kopi.

Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun

pengamatan dari tahun 2002 – 2012 yang tertera pada Lampiran 1. Data ini

diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Penyuluhan Pertanian Arul

Gading (UP-TD BPP), Kabupaten Bener Meriah.

Menurut Schmidt dan Ferguson dalam Guslim (2009), bulan basah terjadi

jika curah hujan > 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan < 60 mm.

(27)

Q = (Rata-rata Bulan Kering / Rata-rata Bulan Basah) X 100%

Dari rumus diatas maka diperoleh nilai Q sebesar 13,79% yang terletak pada

range Q < 14,3%, sehingga iklim pada wilayah ini tergolong iklim A yaitu

beriklim sangat basah.

Pada umumnya relief gunung Burni Telong adalah landau sampai curam.

Pada lereng atas reliefnya adalah curam sampai sangat curam dengan kemiringan

lereng >25%. Pada lereng tengah reliefnya adalah cukup curam sampai curam

dengan kemiringan lereng 16-25%. Sedangkan pada lereng bawah / kaki gunung

Burni Telong reliefnya datar sampai melandai dengan kemiringan lereng <16%.

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah ditemukan sekitar tahun 1880 oleh ilmuwan Rusia yang

bernama Dokuchaev. Kemudian dikembangkan oleh peneliti-peneliti Eropa dan

Amerika. Sistem ini didasarkan teori bahwa setiap tanah mempunyai morfologi

yang pasti (bentuk dan struktur) dan berkaitan dengan kombinasi faktor

pembentuk tanah tertentu. Sistem ini mencapai perkembangan pesat pada tahun

1949 dan dalam penggunaan utama (terutama di Amerika Serikat) sampai tahun

1960. Pada tahun 1960, Departemen Pertanian Amerika Serikat menerbitkan Soil

Classification, a Comprehensive System. Sistem klasifikasi ini lebih menekankan

pada morfologi tanah dan memberi sedikit tekanan pada genesis atau faktor-faktor

pembentuk tanah dibandingkan dengan sistem sebelumnya (Foth, 1994).

Klasifikasi tanah adalah pemilahan tanah yang didasarkan pada sifat-sifat

(28)

dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi penggunaan tanah

(Hardjowigeno, 2003).

Tujuan klasifikasi tanah adalah :

- Mengorganisasi (menata) pengetahuan kita tentang tanah,

- Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama lain,

- Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah,

- Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih praktis dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik (prime land),

menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian, atau

kemungkinan ekstrapolasi hasil penelitian di suatu tempat, dan

- Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru. (Hardjowigeno, 2003).

Suatu sistem klasifikasi tanah harus memiliki dasar pemikiran sebagai

berikut :

- Dasar klasifikasi harus jelas untuk setiap kategori/setiap tingkat. Misalnya, pembeda yang dipergunakan diuraikan dengan jelas,

- Pembagian akan menjadi lengkap pada setiap tingkat. Misalnya, semua klas terbagi lagi menjadi subklas-subklas, dan

- Suatu klas akan selalu dibagi menjadi subklas-subklas yang non- overlapping.

(29)

digunakan oleh Mohr (1910) berdasar atas prinsip genesis, dan tanah-tanah diberi

nama atas dasar warna. Kemudian semenjak tahun 1955, Pusat Penelitian Tanah

Bogor menggunakan sistem klasifikasi tanah yang kemudian dikenal dengan

sistem Dudal – Supraptohardjo (1957). Di samping sistem Pusat Penelitian Tanah,

pada saat ini di Indonesia banyak digunakan sistem FAO/UNESCO (1974)

ataupun Soil Taxonomy (USDA, 1975) untuk survai tanah di berbagai tempat.

Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) dalam Kongres yang ke-5 di Medan

(1989) telah memutuskan untuk menggunakan Taksonomi Tanah secara nasional

di Indonesia (Hardjowigeno, 2003).

Taksonomi Tanah

Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang

dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975)

menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan

seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara

penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat

penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi

(ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail

(Rayes, 2007).

Sifat umum dari taksonomi tanah adalah :

1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori,

2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya

(30)

4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai

tanah. Kemampuan penggunaan Taksonomi Tanah untuk survai tanah harus

dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai jenis penggunaan

tanah.

(Hardjowigeno, 2003).

Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda

mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :

1. Ordo

Terdiri dari 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri

serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.

2. Sub Ordo

Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat

tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan

induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat

tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik).

3. Great Group

Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan

horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya

lapisan-lapisan penciri lain seperti plinthite, fragipan dan duripan.

4. Sub Group

Jumlah taksa masih terus bertambah. Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat

(31)

5. Famili

Jumlah taksa dalam famili juga masih terus bertambah. Faktor pembedanya

adalah sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian atau engineering.

Sifat-sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk famili antara

lain adalah : sebaran besar butir, susunan mineral (liat), regim temperatur pada

kedalaman 50 cm.

6. Seri

Faktor pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur,

struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horison, sifat-sifat

kimia dan mineral masing-masing horison.

Kategori ordo sampai subgroup disebut kategori tinggi, sedangkan kategori famili

dan seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah faktor pembeda meningkat dari

kategori tinggi ke kategori rendah (Hardjowigeno, 2003).

Kunci Taksonomi Tanah 2014

Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014)

terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik,

Melanik, Okrik dan Plagen.

A. Epipedon Mollik

Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat,

terletak di atas permukaan, mempunyai value warna 3 atau kurang (lembab)

(32)

B. Epipedon Antropik

Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan

manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 < 250 ppm.

C. Epipedon Umbrik

Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat,

terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma

warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik > 0.6%,

P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

D. Epipedon Folistik

Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison

atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif dan

tahun-tahun normal (dan tidak ada didrainase). Sebagian besar epipedon folistik

tersusun dari bahan tanah organik.

E. Epipedon Histik

Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi

(selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian

waktu dalam sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (dan telah drainase).

Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.

F. Epipedon Okrik

Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering,

(33)

horison-G. Epipedon Plagen

Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50

cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang) secara

terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon plagen

mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh

kedalamannya.

Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014),

terdapat 20 horison bawah penciri yaitu : horison Agrik, Albik, Anhydritik,

Argilik, Kalsik, Kambik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kandik, Natrik,

Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik, dan Spodik.

A. Horison Agrik

Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat

pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah

tereluviasi nyata.

B. Horison Albik

Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi mungkin

juga berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini merupakan horison

eluvial dengan tebal 1.0 cm dan mempunyai 85% atau lebih bahan-bahan

andik.

C. Horison Anhydritik

Horison anhydritik merupakan horison tanpa air dengan akumulasi neoformasi

(34)

dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horison tersebut

mempunyai sifat adanya gejala eluviasi liat, KTK tinggi (> 6 cmol/kg).

E. Horison Kalsik

Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium

karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.

F. Horison Kambik

Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara

fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil

kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.

G. Horison Duripan

Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit

setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau

HCl.

H. Horison Fragipan

Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya

tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah

lemah.

I. Horison Glosik

Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik

(35)

sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya

lebih dari 15 cm.

K. Horison Kandik

Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat

tinggi dan KTK rendah (<6 cmol/kg).

L. Horison Natrik

Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium,

memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh

natrium.

M. Horison Orstein

Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan

yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan

25 cm atau lebih

N. Horison Oksik

Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki

sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg)

O. Horison Petrokalsik

Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat

sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi mencapai tingkat,

(36)

atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai tingkat,

seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

Q. Horison Placik

Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah

gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.

R. Horison Salik

Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak

mengandung garam mudah larut.

S. Horison Sombrik

Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti epipedon

umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan

Al atau yang terdispersi dengan natrium.

T. Horison Spodik

Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari

bahan spodik.

Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014) membagi ordo

tanah menjadi 12 ordo, yaitu :

A. Gelisol

Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan

(37)

ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm.

C. Spodosol

Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari

setiap pedon, dan regim suhu cryik.

D. Andisol

Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari

ketebalannya.

E. Oksisol

Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang

mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan

kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.

F. Vertisol

Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas atas

didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir

atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus

sebesar 30% atau lebih.

G. Aridisol

Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik

dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau lebih di

(38)

dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.

I. Mollisol

Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50%

atau lebih pada keseluruhan horison.

J. Alfisol

Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik,

kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm

atau lebih di beberapa bagian.

K. Inceptisol

Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen,

umbrik, mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak terdapat bahan

sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

L. Entisol

Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada horison

penciri lain.

Klasifikasi Tanah Abu Gunung Api

Tanah abu vulkan pertama dimasukkan dengan nama Andept sebagai sub

ordo dari tanah Inceptisol pada sistem klasifikasi Seven Approximation tahun

1960. Nama sub ordo Andept ini juga digunakan pada sistem klasifikasi Soil

Taxonomy tahun 1975. Pada tahun 1978 Smith mengusulkan untuk reklasifikasi

Andept menjadi ordo tanah baru yaitu Andisol sebagai ordo tanah ke-11 pada

(39)

Staf, 1975). Sub ordo ini dipertahankan pada Keys to Soil Taxonomy tahun 1983

(edisi pertama), tahun 1985 (edisi kedua) dan tahun 1987 (edisi ketiga). Namun

pada Keys to Soil Taxonomy tahun 1990 (edisi keempat) sub ordo Andept

diklasifikasikan menjadi ordo tanah Andisol. Ordo Andisol ini terbagi atas 7 sub

ordo, berdasarkan rejim temperatur dan rejim kelembaban dan sifat retensi air

yaitu Aquand, Cryand, Torrand, Xerand, Vitrand, Ustand, dan Udand.

Pengklasifikasian ini tidak mengalami perubahan pada Keys to Soil Taxonomy

tahun 1992 (edisi ke-5), tahun 1994 (edisi ke-6), tahun 1996 (edisi ke-7), dan

tahun 1998 (edisi ke-8). Pada Keys to Soil Taxonomy tahun 2003 (edisi ke-9)

ordo Andisol mengalami penambahan 1 sub ordo menjadi 8 sub ordo yaitu

Geland, klasifikasi ini tidak berubah hingga Keys to Soil Taxonomy tahun 2006

(edisi ke-10) dan tahun 2010 (edisi ke-11) (Mukhlis, 2011). Klasifikasi ini juga

tidak berubah hingga Keys to Soil Taxonomy tahun 2014 (edisi ke-12).

Menurut Soil Taxonomy, Andisol adalah tanah yang memiliki sifat tanah

andik setebal ≥ 60 % dari 60 cm tanah teratas atau ≥ 60 % dari ketebalan tanah

hingga kontak densik, litik atau paraliti, duripan atau horizon petroklasik

(kedalaman kontak densik, litik atau paralitik, duripan atau horizon petrokalsik

< 60 cm).

Suatu tanah memiliki sifak Andik bila kandungan C-organiknya < 25 %,

(40)

≥ 85 % atau,

2. Pada fraksi tanah halus mempunyai retensi fosfat ≥ 25 % dan fraksi 0,02 –

2,00 mm jumlahnya ≥ 30 % ; dan (a) kadar Al + ½ Fe ekstrak amonium

oksalat asam ≥ 4 % dengan gelas volkan (fraksi 0,02 – 2,00 mm) ≥ 30 %, atau

(b) kadar Al + ½ Fe ekstrak amonium oksalat asam ≥ 2 % dengan gelas volkan

(fraksi 0,02 – 2,00 mm) ≥ 5 %, atau (c) bila kadar Al + ½ Fe ekstrak amonium

oksalat asam 0,4 – 2,0 % dengan gelas volkan (fraksi 0,02 – 2,00 mm) antara

(41)

Latar Belakang

Gunung Burni Telong merupakan salah satu gunung api aktif di wilayah

Aceh. Gunung ini berada di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Bener Meriah pada

4º38'47" - 4º88'32" LU dan 96º44'42" - 96º55'03" BT dengan puncak 2624 m di

atas permukaan laut (Kusumadinata, 2007). Aktivitas dari gunung api ini

menghasilkan bahan piroklastik seperti abu vulkan, sinder dan pumice (batu

apung), dan aliran lava yang merupakan bahan induk dari tanah abu vulkanik

(Neall, 1984).

Tanah abu vulkanik tersebar secara terpisah dalam suatu daerah di mana

lokasinya berada dekat gunung berapi. Tanah ini memiliki kandungan bahan

amorf (alofan, imogolit, ferihidrit dan senyawa kompleks Al-humus) yang cukup

tinggi. Dalam sistem klasifikasi Soil Taxonomy (1990) tanah abu vulkan

diklasifikasikan kedalam ordo Andisol (Takahashi and Shoji, 2002). Akan tetapi,

perlu diketahui bahwa tidak semua tanah yang berasal dari bahan induk vulkanik

adalah Andisol (Neall, 1984). Andisol dapat berubah dalam kurun waktu tertentu

menjadi Inceptisol, Alfisol, Ultisol, dan Oxisol di daerah tropis di mana terjadi

proses pelapukan yang kuat baik di dalam solum ataupun di bawah solum dan

perubahan mineral nonkristalin menjadi mineral liat kristalin (Shoji et al., 1993a).

Lereng selatan Gunung Burni Telong dipilih sebagai lokasi penelitian

karena penyebaran produk letusan Gunung Burni Telong berupa aliran piroklastik

(awan panas), jatuhan piroklastik dan lava yang merupakan bahan induk tanah abu

(42)

ditanami kopi yang menjadi Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo di

Dataran Tinggi Gayo. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap klasifikasi tanah di Lereng Gunung Burni Telong.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui klasifikasi tanah di Lereng Selatan

Gunung Burni Telong Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

mulai dari tingkat Ordo sampai Sub Group menurut sistem klasifikasi Taksonomi

Tanah 2014.

Kegunaan Penelitian

Penelitian berguna sebagai penelitian dasar bagi peneliti di wilayah Lereng

Selatan Gunung Burni Telong dan sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu

(43)

Penelitian survei bertujuan untuk mengetahui klasifikasi tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong. Penelitian ini dilakukan pada Februari – September 2014 di Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Dua profil tanah sebagai pewakil diamati pada lereng tengah (Va.1.6.1t) dan lereng bawah Gunung Burni Telong (Va.1.4.1t). Sampel tanah diambil dari setiap horizon untuk dianalisis tekstur tanah, kerapatan isi, pH H2O, pH KCl, pH NaF,

Aldd, KTK, KB, C-Organik, retensi-P, Al-oksalat (Alo), Si-oksalat (Sio), dan

Fe-oksalat (Feo) di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Hasil pengamatan lapang dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa tanah pada lereng tengah (Va.1.6.1t) diklasifikasikan kedalam sub grup Humik Psammentik Dystrudepts sedangkan lereng bawah (Va.1.4.1t) diklasifikasikan kedalam sub grup Typic Hapludand menurut sistem klasifikasi Taksonomi Tanah Edisi Dua Belas, 2014.

(44)

The survey research is aimed to know the classification of soils at south slope of mount Burni Telong. This research had been conducted in in February – September 2014 at Sub district Bukit, District Bener Meriah, Aceh Province. Two selected pedons were observed at middle slop (Va.1.6.1t) and bottom slope (Va.1.4.1t). Soil samples were taken from each horizon for analysis soil texture, bulk density, pH H2O, pH KCl, pH NaF, Aldd, CEC, Base Saturation, Organic

content, P-retention, Al-oxalate extracted (Alo), Si- oxalate extracted (Sio), and Fe- oxalate extracted (Feo) in Research and Technology Laboratory, Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan and Soil Laboratory, Soil Research Institute, Bogor.

The result of the observation and the analysis showed that the middle slope soil (Va.1.6.1t) is classified into sub group Humic Psammentic Dystrudepts however the bottom slope soil (Va.1.4.1t) is classified into sub group Typic Hapludand according to Soil Taxonomy Twelfth Edition, 2014.

(45)

SKRIPSI

OLEH:

THASNIEMA PUTRI 100301036 ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(46)

SKRIPSI

OLEH:

THASNIEMA PUTRI 100301036 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(47)

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Purba Marpaung, S.U. Ketua

Ir. Razali, M.P. Anggota

Mengetahui,

(48)

Penelitian survei bertujuan untuk mengetahui klasifikasi tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong. Penelitian ini dilakukan pada Februari – September 2014 di Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Dua profil tanah sebagai pewakil diamati pada lereng tengah (Va.1.6.1t) dan lereng bawah Gunung Burni Telong (Va.1.4.1t). Sampel tanah diambil dari setiap horizon untuk dianalisis tekstur tanah, kerapatan isi, pH H2O, pH KCl, pH NaF,

Aldd, KTK, KB, C-Organik, retensi-P, Al-oksalat (Alo), Si-oksalat (Sio), dan

Fe-oksalat (Feo) di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Hasil pengamatan lapang dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa tanah pada lereng tengah (Va.1.6.1t) diklasifikasikan kedalam sub grup Humik Psammentik Dystrudepts sedangkan lereng bawah (Va.1.4.1t) diklasifikasikan kedalam sub grup Typic Hapludand menurut sistem klasifikasi Taksonomi Tanah Edisi Dua Belas, 2014.

(49)

The survey research is aimed to know the classification of soils at south slope of mount Burni Telong. This research had been conducted in in February – September 2014 at Sub district Bukit, District Bener Meriah, Aceh Province. Two selected pedons were observed at middle slop (Va.1.6.1t) and bottom slope (Va.1.4.1t). Soil samples were taken from each horizon for analysis soil texture, bulk density, pH H2O, pH KCl, pH NaF, Aldd, CEC, Base Saturation, Organic

content, P-retention, Al-oxalate extracted (Alo), Si- oxalate extracted (Sio), and Fe- oxalate extracted (Feo) in Research and Technology Laboratory, Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan and Soil Laboratory, Soil Research Institute, Bogor.

The result of the observation and the analysis showed that the middle slope soil (Va.1.6.1t) is classified into sub group Humic Psammentic Dystrudepts however the bottom slope soil (Va.1.4.1t) is classified into sub group Typic Hapludand according to Soil Taxonomy Twelfth Edition, 2014.

(50)

Penulis dilahirkan di Takengon pada tanggal 15 Maret 1993 dari

Ayahanda Sanukri Rokarna S. dan Ibunda Shafniaty. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Takengon, dan pada tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama

Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih minat Ilmu Tanah, Program Studi

Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Agroteknologi, anggota Pengajian Nahdatussubhan, anggota Ikatan

Mahasiswa Ilmu Tanah, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Mikrobiologi

Pertanian, Laboratorium Pertanian Organik, Laboratorium Dasar Ilmu Tanah,

Laboratorium Kesuburan Tanah, Laboratorium Kimia Tanah, Laboratorium

Analisis Tanah Tanaman, dan Laboratorium Perancangan Percobaan. Selama

perkuliahan penulis memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik pada

tahun 2011 dan 2013.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Bridgestone

(51)

Puji dan syukur penulis panjatkan Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Klasifikasi

Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong Kecamatan Bukit Kabupaten

Bener Meriah Provinsi Aceh”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.

Purba Marpaung, S.U dan Bapak Ir. Razali, MP selaku ketua dan anggota komisi

pembimbing yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi

ini, kepada Ayahanda Sanukri Rokarna S. dan Ibunda Shafniaty yang telah

banyak membantu dalam dukungan doa dan materil serta rekan-rekan dan semua

pihak yang selalu memberi dukungan moril untuk dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis

menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar diharapkan untuk

menjadikannya yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2014

(52)

ABSTRACT ... ii

Klasifikasi Tanah Abu Gunung Api ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23

Deskripsi Profil Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong ... 23

Analisa Laboratorium ... 29

Pembahasan ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(53)

No. Hal.

1.

2.

3.

4.

Deskripsi Profil Tanah Lereng Tengah Gunung Burni Telong ...

Deskripsi Profil Tanah Lereng Bawah Gunung Burni Telong ...

Tekstur dan Kerapatan Isi Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong ...

Sifat Kimia Tanah di Lereng Selatan Gunung Burni Telong ... 25

27

29

(54)

No. Hal.

1.

2.

3.

4.

Peta Satuan Lahan dan Tanah Gn. Burni Telong dan Sekitarnya ....

Peta Lokasi Profil Tanah ...

Penampang Profil Tanah Lereng Tengah Gunung Burni Telong ...

Penampang Profil Tanah Lereng Bawah Gunung Burni Telong ... 20

24

26

(55)

No. Hal.

1.

2.

Data Curah Hujan ...

Hasil Analisis Tanah ... 42

Gambar

Gambar 1. Peta Satuan Lahan dan Tanah Gunung Burni Telong dan Sekitarnya
Gambar 2. Peta Lokasi Profil Tanah
Tabel 1. Deskripsi profil P1 (Lereng Tengah Gunung Burni Telong)
Tabel 2. Deskripsi profil P2 (Lereng Bawah / Kaki Gunung Burni Telong)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Profil tanah lereng atas sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa tanah pada profil ini mempunyai sifat tanah andik yang ditemukan pada kedalaman 0 ± 55 cm,

Ordo tanah yang mempunyai sifat andik pada 60% atau lebih dari

Definisi Andisol dalam Soil Survey Staff (2006) adalah tanah yang memiliki ketebalan sifat andik 60% atau lebih bila : 1) terdapat dalam 60 cm dari permukaan mineral atau

Andisol : Tanah lain yang mempunyai lapisan dengan sifat andik setebal 35 cm atau lebih pada kedalaman kurang dari 60 cm.. Spodosol : Tanah lain yang memiliki horizon

Pedon P3 termasuk Great Group Fulvudand karena batas atas pada, lebih dalam dari 30 cm dari permukaan tanah mineral atau lapisan organik dengan sifat-sfat tanah andik,

Pedon P3 termasuk Great Group Fulvudand karena batas atas pada, lebih dalam dari 30 cm dari permukaan tanah mineral atau lapisan organik dengan sifat-sfat tanah andik,

Tanah Andisol adalah tanah yang memiliki bahan andik dengan ketebalan sebesar 60% atau lebih bila : 1) terdapat dalam 60 cm dari permukaan mineral atau pada permukaan bahan

Penentuan Ordo adalah Profil I sampai dengan Profil 4 termasuk Inceptisol, karena memiliki horison kambik yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan