• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kualitas Hidup dengan SF-36 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menggunakan Terapi Insulin dengan yang Menggunakan Obat Hipoglikemik Oral di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kualitas Hidup dengan SF-36 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menggunakan Terapi Insulin dengan yang Menggunakan Obat Hipoglikemik Oral di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2015"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

PERBANDINGAN GOLONGAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO) (Sumber : Konsensus Diabetes Melitus Tipe Dua, Indonesia, PERKENI, 2011)

Cara kerja

1,0-2,0% Sangat efektif Meningkatkan berat badan,hipoglikemia

(2)
(3)

LAMPIRAN 2

JENIS DAN LAMA KERJA INSULIN

(4)

LAMPIRAN 3

(5)

LAMPIRAN 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anggina Wahyuni Harahap

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 20 Agustus 1994

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Kiwi Raya No. 12 A Perumnas Mandala Medan, 20226

Nomor Handphone : 083199426169

Email : angginawahyunihrp@yahoo.co.id / angginawahyunihrp@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

(6)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Elektronika Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 1 Medan 2009-2012

2. Anggota Divisi Dana dan Usaha TBM FK USU 2013-2014

3. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat PHBI FK USU 2013-Sekarang

Riwayat Kepanitiaan, Pelatihan, Perlombaan, Seminar, dan Simposium :

1. Manajemen Mahasiswa Baru “Be Excellent, Be A 7 Star Doctor” (2012) 2. Seminar, Symposium dan Talk Show "Islamic Medicine 4" (2013) 3. Pekan Ta'aruf PHBI FK USU (2013)

4. Meja Qurban 1434 H FK USU (2013)

5. Pelatihan “Balut Bidai” TBM FK USU (2013)

6. Seminar dan Workshop "Basic Surgical Skills (BSS)" TBM FK USU (2013) 7. Seminar dan Workshop "Basic Life Support (BLS) dan Advance

Cardiopulmonary Resuscitation (A-CPR) )" TBM FK USU (2013)

8. "Khitanan Massal" TBM FK USU bekerja sama dengan Yayasan Sentosa Lestari, PT JAPFA (2013)

9. Pengabdian Masyarakat Akbar TBM FK USU (2014)

10. Donor Darah TBM FK USU bekerja sama dengan RSUP H.Adam Malik Medan (2014)

11. PHBI Goes To School (2014)

12. Meja Qurban 1434 H FK USU (2014)

13. "Khitanan Massal" TBM FK USU bekerja sama dengan Departemen Bedah Saraf RSUP H.Adam Malik Medan (2014)

14. "TBM CAMP" TBM FK USU (2014)

15. Pengabdian Masyarakat Akbar TBM FK USU (2015)

(7)

17. Bakti Sosial Khitanan Massal Anak Yatim dan Dhuafa TBM FK USU bekerjasama dengan Forum Komunikasi Badan Kesejahteraan Masjid (FK-BKM) Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli (2015)

(8)
(9)
(10)
(11)

LAMPIRAN 7

KUESIONER ASLI SHORT FORM-36 (SF-36) Abbreviated Item Content for the SF-36v2® Health Survey Health Domain Scales

Scale Item Abbreviated Item Content

Physical Functioning (PF) 3a Vigorous activities, such as running, lifting heavy objects, or participating in strenuous sports 3b Moderate activities, such as moving a table,

pushing a vacuum cleaner, bowling, or playing golf

3c Lifting or carrying groceries 3d Climbing several flights of stairs 3e Climbing one flight of stairs 3f Bending, kneeling, or stooping 3g Walking more than a mile 3h Walking several hundred yards 3i Walking one hundred yards

3j Bathing or dressing oneself Role-Physical

(RP) 4a Cut down the amount of time one spent on work or other activities

4b Accomplished less than you would like 4c Limited in kind of work or other activities 4d Had difficulty performing work or other activities

(e.g., it took extra effort)

Bodily Pain (BP) 7 Intensity of bodily pain

8 Extent pain interfered with normal work

General Health (GH) 1 Is your health: excellent, very good, good, fair, poor

(12)

Social Functioning (SF) 6 Extent health problems interfered with normal social activities

10 Frequency health problems interfered with social activities

Role-Emotional (RE) 5a Cut down the amount of time spent on work or other activities

5b Accomplished less than you would like 5c Did work or other activities less carefully than

usual

Mental Health (MH) 9b Been very nervous

9c Felt so down in the dumps that nothing could cheer you up

9d Felt calm and peaceful

9f Felt downhearted and depressed 9h Been happy

(13)

LAMPIRAN 8

DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER SF-36

Daftar Pertanyaan Berdasarkan Domain/Skala

Skala Jumlah Pertanyaan Nomor Pertanyaan

Fungsi Fisik 10 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12

Keterbatasan akibat masalah fisik 4 13, 14, 15, 16

Rasa sakit/nyeri 2 21, 22

Persepsi kesehatan umum 6 1, 2, 33, 34, 35, 36

Energi (vitalitas) 4 23, 27, 29, 31

Fungsi sosial 2 20, 32

Keterbatasan akibat masalah emosional 3 17, 18, 19

Kesehatan mental 5 24, 25, 26, 28, 30

*Dimensi Kesehatan Fisik (PCS): skala fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, rasa sakit/nyeri, dan persepsi kesehatan umum.

(14)

LAMPIRAN 9

PENILAIAN / SKORING MANUAL SF-36 Konversi Skor Item SF-36

Nomor Item Kategori Respon Konversi Skor

1, 2, 20, 22, 34, 36 1 100

2 75

3 50

4 25

5 0

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 1 0

2 50

3 100

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 1 0

2 100

21, 23, 26, 27, 30 1 100

2 80

3 60

4 40

5 20

6 0

24, 25, 28, 29, 31 1 0

2 20

3 40

4 60

5 80

6 100

32, 33, 35 1 0

2 25

3 50

4 75

(15)

LAMPIRAN 10

KUESIONER SHORT FORM-36 (SF-36) VERSI INDONESIA Kuesioner untuk Menilai Kualitas Hidup

IDENTITAS PASIEN

1. Secara umum, bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kesehatan anda? ฀ Sempurna

฀ Sangat Baik ฀ Baik

฀ Cukup ฀ Buruk

2. Dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, bagaimanakah kondisi kesehatan anda saat ini?

฀ Saat ini jauh lebih baik daripada satu tahun yang lalu ฀ Saat ini agak lebih baik daripada satu tahun yang lalu . ฀ Sama saja dengan satu tahun yang lalu

฀ Saat ini agak lebih buruk daripada satu tahun yang lalu ฀ Saat ini jauh lebih buruk daripada satu tahun yang lalu

3. Pertanyaan berikut berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin anda lakukan sehari-hari. Apakah kondisi kesehatan anda sekarang membatasi diri andauntuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Jika ya, sejauh mana?

Ya, sangat

(16)

Ya, sangat B Kegiatan yang tidak terlalu menguras

energi, seperti memindahkan meja, bersepeda dan bekerja di kebun atau halaman

C Membawa barang keperluan sehari-hari, seperti belanjaan

D Naik tangga lebih dari 1 tingkat E Naik tangga 1 tingkat

F Membungkuk atau berlutut G Berjalan lebih dari 1,6 kilometer H Berjalan beberapa blok atau gang I Berjalan satu blok atau satu gang J Mandi dan berpakaian sendiri

4. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh kondisi kesehatan fisik anda?

Selalu

bekerja dan melakukan kegiatan lain

B Tidak mencapai yang anda inginkan

C Terbatas dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain

(17)

5. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh gangguan emosional anda , seperti depresi atau cemas?

Selalu (1)

Tidak Pernah

(2) A Mengurangi jumlah jam yang pakai untuk bekerja

dan melakukan kegiatan lain

B Tidak mencapai yang anda inginkan

C Tidak dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan lain secermat biasanya

6. Selama 4 minggu terakhir, apakah masalah kesehatan dan gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang biasa anda lakukan dengan keluarga, teman, tetangga, atau kelompok?

7. Seberapa berat nyeri yang anda rasakan selama empat minggu terakhir? □ Tidak ada nyeri

8. Selama empat minggu terakhir, bagaimana rasa nyeri mengganggu anda dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/kegiatan didalam dan diluar rumah)?

□ Tidak sama sekali □ Sedikit mengganggu □ Agak mengganggu □ Mengganggu

(18)

9. Pertanyaan-pertanyaan berikut berkaitan dengan apa yang anda rasakan dan bagaimana kondisi anda selama empat minggu terakhir. Untuk masing-masing

pertanyaan, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan apa yang anda rasakan. Seberapa sering anda merasakannya dalam kurun waktu empat minggu terakhir. seolah-olah tidak ada orang lain yang dapat

10. Selama empat minggu terakhir, sejauh mana masalah kesehatan dan gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang anda lakukan? (misalnya: mengunjungi teman, keluarga, dll)

□ Selalu □ Sering

(19)

□ Tidak pernah

11. Benarkah atau Salahkah pernyataan berikut ini?

Pasti benar (1)

Hampir benar

(2)

Tidak tahu

(3)

Hampir salah

(4)

Pasti salah (5) A Saya cenderung lebih mudah

sakit daripada orang lain B Saya sehat seperti orang lain

yang saya kenal

C Saya berharap kesehatan saya akan memburuk

(20)

LAMPIRAN 11

Obat yang sedang digunakan saat ini :………...

Riwayat penggunaan obat anti diabetes sebelumnya :  Obat Oral ( )

Kadar Gula Darah Sewaktu :………..

(21)

LAMPIRAN 12

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian,

Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :

Perbandingan Kualitas Hidup dengan SF-36 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

yang Menggunakan Terapi Insulin dengan yang Menggunakan Obat Hipoglikemik Oral di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2015

Peneliti mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ilmiah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar perbandingan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang menggunakan terapi insulin dengan yang menggunakan obat hipoglikemik oral.

Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian sebelumnya telah didapatkan hasil bahwa pemberian insulin lebih dini pada pasien diabetes melitus tipe 2 akan memberikan efek pada kualitas hidup yang lebih baik kepada pasien. Oleh karena itu dengan mengetahui besar perbandingan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang menggunakan terapi insulin dengan yang menggunakan obat hipoglikemik oral, untuk selanjutnya diharapkan dapat menjadi evaluasi dan sebagai pertimbangan untuk pemberian terapi insulin dini pada pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

(22)

forum ilmiah terbatas tanpa menyertakan identitas Bapak/Ibu/Saudara/i. Tidak ada biaya tambahan yang harus Bapak/Ibu/Saudara/i keluarkan untuk penelitian ini.

Dengarkan dengan seksama informasi yang peneliti berikan sebelum Bapak/Ibu/Saudara/i memutuskan akan ikut serta berpartisipasi ataupun tidak. Jika ada hal yang belum dimengerti, mohon bertanya kepada peneliti. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini sangat peneliti harapkan. Bila Bapak/Ibu/Saudara/i telah menyetujui sebagai partisipan, dimohon untuk mengisi lembar persetujuan menjadi peserta penelitian (informed consent) yang telah disiapkan dan kesediaannya untuk mengikuti wawancara serta melakukan pengisisian kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini, dapat ditanyakan langsung kepada peneliti : Anggina Wahyuni Harahap, nomor telepon: 083199426169

Medan,………. 2015 Peneliti,

(23)

LAMPIRAN 13

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………..

Umur : …………tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Alamat :………

No Telepon :………

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti serta memahami prosedur penelitian ini yang berjudul : Perbandingan Kualitas Hidup dengan SF-36 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Menggunakan Terapi Insulin dengan yang Menggunakan Obat Hipoglikemik Oral di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2015, saya menyatakan setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,………2015

Mengetahui, Yang menyatakan,

Penanggungjawab penelitian, Responden,

(24)

LAMPIRAN 14

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

LAMPIRAN 15

HASIL OUTPUT ANALISIS DATA DENGAN PROGRAM SPSS

Uji Normalitas Data :

Tests of Normality

Umur Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Skor Kualitas Hidup

<=40 .260 2 .

>40 .088 78 .200* .976 78 .146

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Pendidikan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Skor Kualitas Hidup =< SMA .082 43 .200

* .984 43 .813

>SMA .086 37 .200* .971 37 .434

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

StatusPekerjaan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Skor Kualitas Hidup bekerja .152 33 .053 .949 33 .121

tidak bekerja .067 47 .200* .989 47 .932

(37)

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Pendapatan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Skor Kualitas Hidup

<Rp 1.625.000,00 .079 32 .200* .972 32 .548

=>Rp 1.625.000,00 .097 48 .200* .971 48 .267

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

HbA1c Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Skor Kualitas Hidup

<7 gr/dL .184 25 .028 .928 25 .077

>=7 gr/dL .052 55 .200* .986 55 .756

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Komplikasi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Skor Kualitas Hidup

ada .085 65 .200* .976 65 .230

tidak ada .185 15 .175 .934 15 .315

(38)

Tests of Normality

Terapi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

*. This is a lower bound of the true significance.

(39)

Analisis Univariat Distribusi Proporsi Sampel Berdasarkan Karakteristik :

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<Rp 1.625.000,00 32 40.0 40.0 40.0

=>Rp 1.625.000,00 48 60.0 60.0 100.0

(40)

Lama Menderita DM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<5 tahun 32 40.0 40.0 40.0

=>5 tahun 48 60.0 60.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

HbA1c

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<7 gr/dL 25 31.3 31.3 31.3

>=7 gr/dL 55 68.8 68.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

Komplikasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ada 65 81.3 81.3 81.3

tidak ada 15 18.8 18.8 100.0

(41)

Analisis Bivariat Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Berdasarkan Karakteristik Pasien :

Berdasarkan Umur

(42)

Berdasarkan Pendidikan

(43)

Berdasarkan Pendapatan

(44)

Berdasarkan Kadar HbA1c

(45)

Berdasarkan Terapi

(46)
(47)
(48)

93

DAFTAR PUSTAKA

Adikusuma, W., Perwitasari, D.A., Supadmi, W., 2014. Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. Prosiding Symposium Nasional “Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”. Universitas Ahmad Dahlan Indonesia.

Aditama, Tjandra Yoga, 2009. Tahun 2030 Prevalensi di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Makalah disampaikan dalam seminar memperingati hari diabetes sedunia. Jakarta. Available from: http://www.depkes.go.id/article/ print/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html [Accessed 13 April 2015]

Akinci, F., Yildirim, A., Gozu, H., Sargin, H., Orbay, E., Sargin, M., 2008. Assess -ment of Health-Related Quality of Life (HRQoL) of patients with type 2 diabetes in Turkey. Diabetes Res Clin Pract. 79(1): 117-123. Available from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17707943 [Accessed 20 November 2015]

Petznick, Allison, 2011. Insulin Management of Type 2 Diabetes Mellitus. American Academy of Family Physicians. 84(2). Available from : www.aafp.org/afp [Accessed 9 Mei 2015]

(49)

94

American Diabetes Association, 2014b. Standards of Medical Care in Diabetes-2014. Diabetes Care. 37 (Suppl 1). Available from: http://m.care.diabetesjournals.org/content/37/Supplement_1/S14.full.pdf [Accessed 13 April 2015]

Andayani, Tri Murti, Ibrahim, Mohamed M.I., dan Asdie, Ahmad H., 2010. The Safety of Triple Therapy with Oral Atidiabetics Versus Insulin in Type 2 Diabetes. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 3(3): 201-203. Available from : http://www.ajpcr.com/Vol3Issue3/15.pdf [Accessed 15 Mei 2015]

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Calvert, Melanie J., McManus, Richard J. and Freemantle, Nick, 2007. Management Of Type 2 Diabetes with Multiple Oral Hypoglycaemic Agents or Insulin in Primary Care: Retrospective Cohort Study. British Journal of General Practice. 57: 455–460. Available from: http://www.ncbi .nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2078170/ [Accessed 31 Maret 2015]

Cantrill, J.A., Wood, J., 2003. Diabetes Mellitus. In Walker, R., Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd Ed, UK : Churcill Livingstone

(50)

95

Dahlan, M. Sopiyudin, 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 60-65.

Dewi, Ratih Kusuma,2014. Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kualitas Hidup pada Peserta Prolanis ASKES di Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Ekpenyong, Chris E., Akpan, U.P., Ibu, John O., Nyebuk, Daniel E., 2012. Gender and Age Spesific Prevalence and Associated Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus in Uyo Metropolis, South Eastern Nigeria. Diabetologia Croatica. 41(1). ). Available from: https://www.researchgate.net/

publication/267726153[Accessed 24 November 2015]

Elvina, Ridha, 2012. Kajian Aspek Farmakokinetik Klinik Obat Antidiabetik pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Gangguan Fungsi Ginjal di Poliklinik Khusus RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

Galdo, John A., Thurston, Maria M., and Bourg, Catherine A., 2014. Clinical Considerations for Insulin Pharmacotherapy in Ambulatory Care, Part One: Introduction and Review of Current Products and Guidelines. Clinical

Diabetes. 32(2). Available from :

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4485243/ [Accessed 9 Mei 2015]

(51)

96

Ginting, Ernesta P., 2014. Nyeri Neuropatik Berkorelasi dengan Terganggunya Kualitas Hidup Penderita Morbus Hansen. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar

Government Of South Australia, 2004. Quality of Life among People with Diabetes, 2004. South Australian Department Of Health Population Research And Outcome Studies Brief Report. Number: 2004-14. Available from: https://health.adelaide.edu.au/pros/docs/reports/br200414_qoldiab.pdf [Accessed 16 Mei 2015]

Guyton, Arthur C. & Hall, John E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. Philadelphia, Pennsylvania, USA : Elsevier Saunders. Chapter 78 : 961-976

Holman, R.R., Thorne, K.I., Farmer, A.J., Davies, M.J., Keenan, J.F., Paul, S., Levy, J.C. 2007. Addition of Biphasic, Prandial, or Basal Insulin to Oral Therapy in Type 2 Diabetes. N Engl J Med. 357 : 1716-30. Available from : http://www.nejm.org/ NEJMoa07539221

Houlden, R., Ross, S., Harris, S., Yale, J.F., Sauriol, L., Gerstein, H.C., 2007. Treatment Satisfaction and Quality of Life Using An Early Insulinization to An Adjusted Oral Therapy in The Management of Type 2 diabetes: the Canadian INSIGHT Study. Diabetes Res Clin Pract. 78(2) : 254-258 Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17490781 [Accessed 16 April 2015]

How to score the Rand SF-36 Questionnaire. Available from: http://www.sf 36.org/tools/sf36.shtml. In : Ginting, Ernesta P., 2014. Nyeri Neuropatik Berkorelasi dengan Terganggunya Kualitas Hidup Penderita Morbus

(52)

97

Karam, J.H., 1995. Pancreatic Hormones and Antidiabetic Drugs. In Katzung., BE, et al. (Ed), Basic and Clinical Pharmacology, 6th Ed., USA: Prentice Hall.

Kresnasari, Ni Luh Putri, Budhiarta, A.A. Gde, dan Saraswati, Made Ratna, 2013. Hambatan Awal Terapi Insulin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar. Divisi Endokrinologi dan Metabolik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Mitchell, R.N., 2007. Robbins Basic Pathology. 8th Ed. Philadelphia : Elsevier Saunders. Chapter 20 : 783-784.

Kuritzky, L., 2006. Addition of Basal Insulin to Oral Antidiabetic Agents : A Goal Directed Approach to Type 2 Diabetes Therapy. New Eng J Med. 8(4). Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles// PMC1868361 [Accessed 12 April 2015]

Lang, F., 2000. Hormon. In : Silbernagl, Stefan and Lang, Flor Ian, 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme. Chapter 9 : 286-291

Lestari, Diana Tri, 2014. Inisiasi Insulin pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah 2014.

(53)

98

1-12. Available from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19173890 [Accessed 22 November 2015]

Manaf, Asman, 2009. Diabetes Melitus. Dalam : Sudoyo, Aru W., dkk. (eds), 2009. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing. 1896-1899.

Mandagi, A.M., 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus. Tesis. Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Tidak dipublikasikan

Marieb, Elaine N. and Hoehn, Katja, 2010. Human Anatomy & Physiology. 8th Ed. San Francisco, California : Pearson Education, Inc. Chapter : 19

Meeking, Darryl R., 2011. Understanding Diabetes and Endocrinology. UK : Manson Publishing Ltd.

Midhet, Farid M., Al-Mohaimeed, Abdulrahman A., Sharaf, Fawzy K., 2010. Lifestyle Related Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus in Saudi Arabia.

Saudi Med J. 31(7): 768-774 Available from:

https://www.mailman.columbia.edu/sites/default/files/life%20style%20risk %20factors%20Saudi%20Arabia.pdf [Accessed 20 November 2015]

(54)

99

Mulyani, Risya, Andayani,Tri Murti, Pramantara S., I Dewa Putu, 2012. Kepatuhan Terapi Berbasis Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrinologi RSUP Dr, Sardjito Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 2(2) : 83-89

Murad, Manal A., Abdulmageed, Samia S., Iftikhar, Rahila and Khaled S., Bayan, 2014. Assessment of the Common Risk Factors Associated with Type 2 Diabetes Mellitus in Jeddah. International Journal of Endocrinology. 2014 Available from : http://www.hindawi.com/journals/ije/2014/616145/ [Accessed 20 November 2015]

Natsir, Ramdhani M., Wahyudin, Elly, Umar, Husaini, 2013. Effect of Combination Therapy of Insulin – Metformin on Life Quality of Diabetes Mellitus Patient in Type 2. Artikel Ilmiah.Universitas Hsanuddin. Makassar

Ningtyas, Dwi Wahyu, 2013. Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa. Universitas Jember. Jember.

Nirmala, 2015. Morfologi Pankreas Musang Luak (Paradoxurus hermaphrodites) dengan Tinjauan Khusus pada Distribusi dan Frekuensi Sel-Sel Alfa dan Beta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nyanzi, Ronald, Wamala, Robrt, Atuhaire, Leonard K., 2014. Diabetes and Quality of Life: A Ugandan Perspective. Journal of Diabetes Research. Availble from : www.hindawi.com/journals/jdr/2014/402012/ [Accessed 22 November 2015]

(55)

100

Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3757533 [Accessed 12 April 2015]

Pearson, E.R. and McCrimmon, R.J., 2014. Diabetes Mellitus. In : Walker, Brian `R., Nicki, R., Stuart, H., Penman, Ian D. (eds), 2014. Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 22th Ed. China : Churchill Livingstone Elsevier. Chapter 21: 797-835

Pennartz, C., Schenker, N., Menge, B.A., Schmidt, W.E., Nauck, M.A., Meier, J.J., 2011. Chronic Reduction of Fasting Glycemia With Insulin Glargine Improves First- and Second-Phase Insulin Secretion in Patients with Type 2 Diabetes. Diabetes Care. 34:2048–2053. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21775756 [Accessed 13 April 2015]

PERKENI, 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 di Indonesia 2011. Semarang : PB PERKENI.

PERKENI, 2011. Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. PB PERKENI.

Perwitasari, D.A., 2012. Development the Validation of Indonesian Version of SF-36 Questionairre in Cancer Disease. Indonesian J. Pharm. 23(4): 248-253. Available from: http://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3 /article/view/690/556 [Accessed 23 April 2015]

(56)

101

Powers, Alvin C., 2012. Diabetes Mellitus. In : Longo, D.L., Fauci, A.S., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Jameson, J.L., Loscalzo, J. (eds), 2012. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th Ed. USA : McGraw-Hill. Chapter 344.

Primanda, Y., Kritpracha, C., Thaniwattananon, P., 2011. Dietary Behaviors Among Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in Yogyakarta. Journal of

Nursing. 1(2). Available from : http://ejournal.undip.ac.id/index.php

/medianers/article/view/975 [Accessed 23 November 2015]

Purba, Denrison, 2009. Perbandingan Kadar C-Peptide pada Diabetes Melitus Tipe 2 yang Baru Didiagnosa dengan Non Diabetes Melitus. Tesis. Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rahmawan, A., 2004. Kualitas hidup Penderita Karsinoma Nasofaring Pasca Terapi: Perbandingan antara yang Mendapat Radioterapi dengan kombinasi Radioterapi ditambah Kemoterapi. Tesis. Departemen Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.

Ramadona, Ade, 2011. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang. Artikel. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang.

(57)

102

Safitri, Angriani, Kadrianti, Erna, Ismail, H., 2013. Karakteristik Penderita Diabe- tes Melitus yang Dirawat Ruang Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar. Artikel Ilmiah. 4(1)

Sari, Rafika Mutia, Thobari, Jarir At, Andayani, Tri Murti, 2011. Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Diterapi Rawat Jalan dengan Antidiabetik Oral di RSUP Dr. Sardjito. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 1(1).

Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan, 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4. Jakarta : Sagung Seto

Sehgal, Shekhar and Khanolkar, Manish, 2015. Starting Insulin in Type 2 Diabetes: Real-World Outcomes After the First 12 Months of Insulin Therapy in a New Zealand Cohort. Diabetes Ther. 6:49–60. Available from : www.diabetestherapy-open.com [Accessed 13 April 2015]

Sepulveda, E., Poinhos, R., Constante, M., Ribeiro, J.P., Freitas, P., Carvalho,D., 2015. Health-Related Quality of Life in Type 1 and Type 2 Diabetic Patients in A Portuguese Central Public Hospital. Dove Press Journal : Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy. 2015(8) : 219 – 226 [Accessed 20 November 2015]

Sherwood, Lauralee, 2010. Human Physiology : From Cells to Systems. 7th Ed. Canada : Cengage Learning. Chapter 19

(58)

103

Sloane, Ethel, 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Diterjemahkan oleh: Veldman, James. Jakarta : EGC. Chapter 10: 213-214

Spasic, Ana, Radovanovic, R.V., Dordevic, A.C., Stefanovic, N., Cvetkovic, T., 2014. Quality of Life in Type 2 Diabetic Patients. Scientific Journal of the Facultyof Medicine in Nis.31 (3) :193-200. Available from : http://publisher.medfak.ni.ac.rs/AFMN/2014/3-2014/7.pdf [Accessed 23 November 2015]

Stanetic, Kosana, Savic, Suzana, Racic, Maja, 2012. The Quality of Life of Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Medicina.18 (3-4) : 70-77 Available from : http://www.opstamedicina.org/preuzmiCasopis.asp?ID=171 [Accessed 23 November 2015]

Sudoyo, A.W., dkk., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Suk Chon et al., 2010. The Effect of Early Insulin Therapy on Pancreatic-Cell Function and Long-Term Glycemic Control in Newly Diagnosed Type 2 Diabetic Patients Department of Endocrinology and Metabolism. Korean Journal of Internal Medicine. 25(3): 273. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2932940/ [Accessed 31 Maret 2015]

(59)

104

Tortora, Gerrard J & Derrickson, Bryan, 2012. Principles of Anatomy & Physiology, 13th Ed. USA : John Wiley & Sons, Inc.

Triplitt, C.L., Reasner, C.A., dan Isley, W. 2005. Diabetes Melitus. In Dipiro, J.T., Talbert, R., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells B.G., dan Posey L. (Ed), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6th Ed., New York: Aplleton & Lange, pp. 1333-1364.

Trisnawati, Shara Kurnia, Setyorogo, Soedijono, 2013. Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II, di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1)

Unnikrishnan, I. Ranjit, Anjana, R.M., Mohan, V., 2011. Importance of Controlling Diabetes Early-The Concept of Metabolic Memory, Legacy Effect and the Case for Early Insulinisation. The Journal of Association of Physicians of India. 59 (Suppl 1). Available from: http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21818992 [Accessed 30 Maret 2015]

Ware , John E., 2000. SF-36 Health Survey Update, SPINE 2000. 25(24): 3130-3139. Available from: http://journals.lww.com/spinejournal/Citation/2000 /12150/SF_36_Health_Survey_Update.8.aspx [Accessed 23 April 2015]

Weng, et.al, 2008. Effect of Intensive Insulin Therapy on Beta Cell Function and Glycaemic Control in Patient with Newly Diagnosed Type 2 Diabetes: A Multicentre Randomised Parallel Group Trial. Lancet. 371 : 1753-1813 Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18502299 [Accessed 12 April 2015]

(60)

105

Critically Ill Patients. Indones J Intern Med.41(2). Available from : http://pdfoiogj.org/preview/34658945.html [Accessed 18 April 2015]

World Health Association, 2011. Diabetes. Available from: http://www.who.int/ mediacentre/factsheets/fs312/en/ [Accessed 19 April 2015]

World Health Organization, 2004. Promoting Mental Health. Geneva : WHO

Yang, Wenying, 2014. Improvements in Quality Of Life Associated with Biphasic Insulin Aspart 30 in Type 2 Diabetes Patients in China: Results from the A1chieve® Observational Study. Health and Quality of Life Outcomes. 12 : 137. Available from : http://www.hqlo.com/content/12/1/137 [Accessed 12 April 2015]

Yusra, Aini, 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.

Zadeh, K.K., Kopple, J.D., Block, G., Humphreys, M.H., 2001. Association among SF36 Quality of Life Measures and Nutrition, Hospitalization, and Mortality in Hemodialysis. J AM Soc Nephro. 12: 797-806. Available from : http://jasn.asnjournals.org/content/12/12/2797.full [Accessed 22 april 2015]

Zyoud, , 2015. Relationship of treatment satisfaction to health-related quality of life among Palestinian patients with type 2 diabetes mellitus: Findings from a cross-sectional study. Journal of Clinical & Translational Endocrinology 2:6671. Available from : http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).

(61)

48

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Teori-teori dan penelitian-penelitian yang berkembang telah menunjukkan berbagai manfaat pemberian terapi insulin pada pasien diabetes melitus tipe 2, baik dalam hal perbaikan sel beta pankreas, penurunan resiko komplikasi, serta pengurangan efek samping penggunaan obat hipoglikemik oral secara multiple. Semua manfaat insulin tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pada perbaikan kualitas hidup pasien.

Kerangka penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen (terikat) adalah kualitas hidup pasien DMT2. Sedangkan variabel independen (bebas) adalah penggunaan insulin atau obat hipoglikemik oral serta karakteristik pasien DMT2 (sosiodemografi, kadar HbA1c, lama menderita DMT2, komplikasi DM). Berdasarkan tujuan penelitian pada tinjauan pustaka serta uraian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

DMT2 + INSULIN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

KUALITAS HIDUP PASIEN

(62)

49

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional  Alat Ukur dan

Persepsi subjektif responden terhadap kondisinya yang dinilai dari fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, kesehatan umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan akibat masalah emosional, dan kesehatan mental

Yang disebut pasien diabetes melitus tipe 2 ialah pasien yang datang berobat ke Poliklinik Endokrinologi RSUP HAM dan telah didiagnosa sebelumnya oleh dokter dengan DMT2

(63)

50

Pasien diabetes melitus tipe 2 yang mendapat terapi OHO saja (monoterapi atau kombinasi) tanpa pernah mendapat terapi insulin sama sekali

Usia sampel pasien diabetes melitus tipe 2 > 18 tahun

Jenjang pendidikan terakhir diabetes melitus tipe 2 per bulan

(64)

51

9 Komplikasi

Penyakit-penyakit ataupun gejala-gejala yang muncul (mikrovaskuler ataupun makrovaskuler) sebagai akibat dari perjalanan penyakit diabetes melitus yang bisa memperburuk kualitas hidup pasien

dan atau melihat rekam medis

 Diagnosis dokter dan atau subjek-tifitas pasien  Rekam

medis dan atau wa-wancara

 Ada  Tidak Ada

Nominal

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung, maka peneliti dapat membuat hipotesis sebagai berikut :

(65)

52

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik observasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study untuk mengkaji besar perbandingan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang menggunakan terapi insulin dengan yang menggunakan obat hipoglikemik oral.

4.2Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September 2015 sampai dengan bulan November 2015.

4.2.2 Tempat Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Poliklinik Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 yang yang datang berobat jalan ke Poliklinik Endokrinologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada hari dilakukannya penelitian.

4.3.2 Sampel

(66)

53

N1 = N2 =

2

2 4.3.2.1Kriteria Inklusi

 Pasien berusia diatas 18 tahun

 Pasien telah menggunakan insulin atau OHO > 3 bulan  Pasien bersedia menjadi responden penelitian

4.3.2.2 Kriteria Eksklusi

 Pasien yang hanya menggunakan insulin 1x saja atau tidak teratur  Pasien tidak memiliki data rekam medis yang lengkap

 Pasien tidak menyelesaikan seluruh pertanyaan kuesioner SF-36 sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi responden

 Pasien memiliki riwayat gangguan psikiatri

4.3.2.3Estimasi Besar Sampel

Karena data memiliki variabel bebas berskala nominal 2 nilai (meng-gunakan insulin dan tidak menggunakan insulin) dan variabel tergantung berskala numerik (skor kualitas hidup), maka untuk estimasi besar sampel digunakan rumus uji t tidak berpasangan, sebagai berikut (Sastroasmoro & Ismael, 2011):

(Z

α

+Z

ß

) S

X1 - X2

Keterangan (Sastroasmoro & Ismael, 2011; Dahlan, 2009) N1 : estimasi jumlah sampel kelompok 1

N2 : estimasi jumlah sampel kelompok 2

Z

α

: Kesalahan tipe I,

α

/ deviasi baku alfa

Z

ß

: Kesalahan tipe II,

ß

/ deviasi baku beta

S : Standar deviasi dari selisih nilai antarkelompok / simpangan baku kedua kelompok

(67)

54

Z

α

: peneliti menetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 1,64

Z

ß

: peneliti menetapkan sebesar 10%, sehingga Zß = 1,28

S : peneliti mendapatkan nilai S sebesar 10,634 dari penelitian terdahulu / pustaka (Government Of South Australia, 2004)

X1 - X2 : peneliti menetapkan nilai S sebesar 7

Sehingga jumlah sampel kelompok 1 = jumlah sampel kelompok 2, yaitu masing-masing sebanyak 40 orang. Jadi total sampel seluruhnya sebanyak 80 sampel.

4.4 Metode Pengumpulan Data

(68)

55

wawancara dengan pasien secara langsung serta dari rekam medis yang dibawa pasien saat berobat.

Bagan 4.1. Alur Kerja Penelitian

4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan IBM SPSS, yaitu melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-kode tertentu terhadap data yang terkumpul (coding), memasukkan data yang terkumpul untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu dasar (entry). Data digolongkan, diurutkan, serta disederhanakan sehingga mudah dibaca dan diinterpretasi (cleaning) (Dahlan, 2009)

Populasi

Sampel

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Yang menggunakan insulin

Yang menggunakan obat hipoglikemik oral

Kualitas Hidup Kualitas Hidup

SF-36 SF-36

Analisis data dengan :

Uji t tidak berpasangan (jika data berdistribusi normal)

Uji Mann Whitney (jika data tidak berdistribusi normal)

Consecutive Sampling

Dengan memperhatikan kriteria inklusi

(69)

56

4.5.2 Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data univariat dan analisa data bivariat. Analisis data univariat meliputi distribusi proporsi umur, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, kadar HbA1c, lama menderita DMT2, dan komplikasi DM. Analisa data bivariat dengan menggunakan uji t tidak berpasangan untuk menganalisis perbandingan kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang menggunakan terapi insulin dengan yang menggunakan obat hipoglikemik oral serta untuk menganalisis perbandingan kualitas hidup pasien DM tipe 2 berdasarkan faktor karakteristik pasien (umur, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan), kadar HbA1c, lama menderita DM, dan komplikasi DM.

(70)

57

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. Disamping itu, rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 pada tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H.Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkannya RSUP H.Adam Malik sebagai rumah sakit pendidikan, maka Fakultas Kedokteran USU dapat menggunakannya sebagai pusat pendidikan klinik calon dokter dan pendidikan keahlian calon dokter spesialis.

(71)

58

5.1.2 Analisa Univariat

5.1.2.1Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur

Distribusi proporsi sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan umur di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur

Umur N Persentase (%)

≤40 2 2,5

>40 78 97,5

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh bahwa kelompok umur sampel pasien diabetes melitus tipe 2 pada penelitian ini lebih banyak pada kelompok umur diatas 40 tahun.

5.1.2.2Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi proporsi sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Persentase (%)

Laki-laki 42 52,5

Perempuan 38 47,5

(72)

59

5.1.2.3Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendidikan Distribusi proporsi sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan pendidikan di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan N Persentase (%)

≤ SMA 43 53,8

> SMA 37 46,3

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh bahwa jenjang pendidikan sampel pasien diabetes melitus tipe 2 pada penelitian ini lebih banyak yang berpendidikan sampai dengan tingkat SMA.

5.1.2.4Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Status Pekerjaan Distribusi proporsi sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan status pekerjaan di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Status Pekerjaan

Status Pekerjaan N Persentase (%)

Bekerja 33 41,3

Tidak Bekerja 47 58,8

(73)

60

5.1.2.5Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendapatan

Distribusi proporsi sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan pendapatan di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan N Persentase (%)

< Rp 1.625.000,00 32 40

≥ Rp 1.625.000,00 48 60

Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh bahwa pendapatan sampel pasien diabetes melitus tipe 2 pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki pendapatan diatas Rp 1.625.000,00.

5.1.2.6Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Lama Menderita Diabetes Melitus

Distribusi proporsi sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan lama menderita DM di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Lama Menderita DM

Lama Menderita DM N Persentase (%)

< 5 tahun 32 40

5 tahun 48 60

(74)

61

5.1.2.7Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Kadar HbA1c Distribusi Proporsi Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Kadar HbA1c Di Poliklinik Endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Kadar HbA1c

Kadar HbA1c N Persentase (%)

< 7 gr/dL 25 31,3

7 gr/dL 55 68,8

Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh bahwa kadar HbA1c sampel pasien diabetes melitus tipe 2 pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki kadar di atas 7 gr/dL.

5.1.2.8Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi Distribusi proporsi sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan komplikasi di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi

Komplikasi N Persentase (%)

Ada 65 81,3

Tidak ada 15 18,8

(75)

62

5.1.3 Analisa Bivariat

5.1.3.1Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan umur di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.9 Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur

Umur Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

≤40 63,8 ± 8,9

>40 70,2 ± 16,0

Hasil analisis data pada tabel 5.9 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup kelompok umur sampai dengan 40 tahun dan kualitas hidup kelompok umur di atas 40 tahun (p > 0,05).

5.1.3.2 Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(76)

63

Tabel 5.10 Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

Laki-laki 72,6 ± 16,2 Perempuan 67,2 ± 15,1

Hasil analisis data pada tabel 5.10 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup kelompok pasien yang berjenis kelamin laki-laki dan kualitas hidup kelompok pasien yang berjenis kelamin perempuan (p > 0,05).

5.1.3.3 Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendidikan

Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan pendidikan di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.11 Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

≤ SMA 65,5 ± 17,0 > SMA 75,3 ± 12,6

Hasil analisis data pada tabel 5.11 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup kelompok pasien yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan

(77)

64

SMA dan kualitas hidup kelompok pasien yang memiliki tingkat pendidikan di atas SMA (p < 0,05).

5.1.3.4 Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Status Pekerjaan

Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan status pekerjaan di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.12 Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Status Pekerjaan

Status Pekerjaan Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

Bekerja 76,8 ± 12,1 Tidak Bekerja 65.3 ± 16,5

Hasil analisis data pada tabel 5.12 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara kualitas hidup kelompok pasien yang bekerja dan kualitas hidup kelompok pasien yang tidak bekerja (p < 0,05).

5.1.3.5 Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendapatan

Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan pendapatan di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(78)

65

Tabel 5.13 Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

< Rp 1.625.000,00 68,3 ± 15,8 ≥ Rp 1.625.000,00 71,2 ± 15,9

Hasil analisis data pada tabel 5.13 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup kelompok pasien yang memiliki pendapatan di bawah Rp 1.625.000,00 dan kualitas hidup kelompok pasien yang memiliki pendapatan di atas Rp 1.625.000,00 (p > 0,05).

5.1.3.6Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Lama Menderita DM

Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan lama menderita DM di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.14 Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Lama Menderita DM

Lama Menderita DM Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

< 5 tahun 69,8 ± 15,8

5 tahun 70,2 ± 15,9

Hasil analisis data pada tabel 5.14 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kualitas

0,430

(79)

66

hidup kelompok pasien yang menderita DM di bawah 5 tahun dan kualitas hidup kelompok pasien yang menderita DM di atas 5 tahun (p > 0,05).

5.1.3.7Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Kadar HbA1c

Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan kadar HbA1c di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.15 Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Kadar Hb1Ac

Kadar HbA1c Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

< 7 gr/dL 71,4 ± 19,0

7 gr/dL 61,4 ± 14,3

Hasil analisis data pada tabel 5.15 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup kelompok pasien yang memiliki kadar HbA1c di bawah 7 gr/dL dan kualitas hidup kelompok pasien yang memiliki kadar HbA1c di atas 7 gr/dL (p > 0,05).

5.1.3.8Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi

Perbandingan kualitas hidup sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan komplikasi di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(80)

67

Tabel 5.16 Perbandingan Kualitas Hidup Sampel Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi

Komplikasi Rata-Rata Total Skor Kualitas Hidup ± SD

Nilai p

Ada 69,7 ± 15,6

Tidak ada 71,5 ± 17,3

Hasil analisis data pada tabel 5.16 dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kualitas hidup kelompok pasien yang memiliki komplikasi dan kualitas hidup kelompok pasien yang tidak memiliki komplikasi (p > 0,05).

5.1.3.9Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 yang Menggunakan Terapi Insulin Dengan yang Menggunakan Obat Hipoglikemik Oral

Perbandingan 8 domain kualitas hidup kuesioner SF-36 pada sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan terapi di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.17 Perbandingan 8 Domain Kualitas Hidup Berdasarkan Terapi

(81)

68 Energi / vitalitas OHO

Insulin dengan uji Mann-Whitney serta domain persepsi kesehatan umum dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata skor kelompok pasien yang menggunakan insulin dan rata-rata skor kelompok pasien yang menggunakan OHO (p > 0,05).

Namun hasil analisis kualitas hidup pada domain keterbatasan akibat masalah fisik dan keterbatasan akibat masalah emosional dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rata skor kelompok pasien yang menggunakan insulin dan rata-rata skor kelompok pasien yang menggunakan OHO (p < 0,05).

(82)

69

Tabel 5.18 Perbandingan Dimensi Kesehatan Berdasarkan Terapi

Dimensi Kesehatan Terapi N Rata-Rata Skor ± SD dimensi kesehatan mental dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata skor kelompok pasien yang menggunakan insulin dan rata-rata skor kelompok pasien yang menggunakan OHO (p > 0,05).

Perbandingan total skor kualitas hidup dengan kuesioner SF-36 pada sampel pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan terapi di poliklinik endokrinologi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.19 Perbandingan Total Skor Kualitas Hidup Berdasarkan Terapi

(83)

70

5.2 Pembahasan 5.2.1 Analisa Univariat

5.2.1.1 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa distribusi umur sampel pasien DM tipe 2 lebih banyak yang berumur di atas 40 tahun (98,8%) daripada yang berumur di bawah 40 tahun (2,5%). Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2, yakni penelitian oleh Midhet, Al-Mohaimeed dan Sharaf (2010), Ningtyas (2013), Safitri, Kadrianti dan Ismail (2013), Murad et al. di Jeddah (2014), Zyoud (2015) yang juga menunjukkan bahwa umur yang terbanyak menderita diabetes melitus adalah umur > 40 tahun. Menurut peneliti hal ini disebabkan karena semakin bertambah usia, maka semakin besar resiko untuk terkena penyakit diabetes melitus akibat perubahan fungsi-fungsi fisiologis tubuh yang menurun, dalam hal ini berkaitan dengan sistem metabolisme yang terganggu, disamping adanya riwayat obesitas dan faktor keturunan. Menurut Cantrill dan Wood (2003), insidensi diabetes melitus tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia dan meningkatnya kejadiaan obesitas. Penuaan mempengaruhi banyak hormon yang mengatur metabolisme, reproduksi dan fungsi tubuh lain. Menurut WHO setelah usia 30 tahun, maka kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat puasa dan akan naik 5,6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan (Sudoyo, 2006 dalam Yusra, 2010). Menurut Triplitt et al. (2005) penuaan mempengaruhi sensitifitas sel beta pankreas terhadap glukosa dan menunda pengambilan glukosa yang dimediasi oleh insulin. Resistensi insulin pada penuaaan terkait dengan kerusakan pada post reseptor.

(84)

71

(2010), Sari, Thobari dan Andayani (2011), Ekpenyong et al. (2011), Trisnawati dan Setyorogo (2012), data Riskesdas 2013, Lestari (2014), Murad et a.l di Jeddah (2014), Nyanzi, Wamala dan Atuhaire (2014), Adikusuma, Perwitasari dan Supadmi (2014), dan Zyoud et al. di Palestina (2015) yang menyimpulkan angka kejadian diabetes melitus lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena distribusi lemak pada wanita berbeda dari laki-laki karena efek dari estrogen pada metabolisme lemak, perubahan fisika dan biokimia selama kehamilan yang meningkatkan berat badan wanita dan meningkatkan resiko diabetes kehamilan (Jovanovic dan Biermann, 1996; Prasanna, 1996; Grant, 2009 dalam Ekpenyong et al., 2011).

Namun hasil ini sesuai dengan hasil penelitian di Indonesia oleh Safitri, Kadrianti dan Ismail (2013), Dewi (2014) dan Sepulveda et al. di Portugal (2015) yang menunjukkan angka kejadian diabetes melitus tipe 2 lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan pada wanita Waist To Hip Ratio (WHR) dan Waist Circumference (WC) lebih berhubungan signifikan kepada DMT2, sementara pada laki-laki BMI lebih berhubungan dengan DMT2 (Wang et al., 2005 dalam Ekpenyong et al., 2011). Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan etnis, seperti pola makan dan gaya hidup (Deurenberg, 2003 dalam Ekpenyong et al., 2011). Hasil yang bervariasi pada distribusi jenis kelamin ini menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin saja tidak mempengaruhi terhadap kejadian diabetes melitus, sehingga baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menderita diabetes melitus tipe 2.

(85)

72

daripada yang berpendidikan diatas SMA (17, 8%). Penelitian lainnya oleh Midhet, Al-Mohaimeed dan Sharaf (2010), Yusra (2010), Sari, Thobari dan Andayani (2011), Trisnawati dan Setyorogo (2012), Ningtyas (2013), Lestari (2014), Adikusuma, Perwitasari dan Supadmi (2014), dan Zyoud et al. di Palestina (2015) seluruhnya juga menunjukkan distribusi sampel yang berpendidikan sampai dengan SMA lebih banyak daripada yang berpendidikan diatas SMA. Hasil ini juga sesuai dengan data Riskesdas 2013 yang menunjukkan proporsi penderita diabetes melitus lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan lebih rendah. Hal ini disebabkan masyarakat yang berpendidikan rendah memiliki tingkat pengetahuan dan kesadaran yang lebih rendah terhadap penyakit dan penyebabnya (Midhet, Al-Mohaimeed dan Sharaf, 2010) serta akses ke teknologi yang terbatas.

5.2.1.4 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Status Pekerjaan

(86)

73

5.2.1.5 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendapatan Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa distribusi sampel pasien DM tipe 2 lebih banyak yang memiliki pendapatan ≥ Rp 1.625.000,00 (UMR Provinsi Sumatera Utara 2015) yaitu sebanyak 60% daripada yang memiliki pendapatan < Rp 1.625.000 (40%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Primanda, Kritpracha, Thaniwattananon (2011) dan Ningtyas (2013) yang menunjukkan distribusi sampel lebih banyak yang berpenghasilan tinggi daripada yang berpenghasilan rendah. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian oleh Yusra (2010), Lestari (2014), dan Zyoud et al. di Palestina (2015) yang menunjukkan distribusi penderita DM tipe 2 lebih banyak yang memiliki tingkat pendapatan rendah dibandingkan dengan penderita DM tipe 2 yang memiliki tingkat pendapatan sedang hingga tinggi. Hal ini disebabkan masyarakat yang memiliki tingkat sosioekonomi lebih rendah memiliki faktor-faktor seperti ketersediaan makanan yang sehat, ketersediaan tempat atau fasilitas untuk berolahraga, perilaku hidup yang sehat akses ke fasilitas kesehatan serta proses perawatan diabetes (Ekpenyong et al., 2012).

5.2.1.6 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Lama Menderita DM

(87)

74

diabetes melitus di bawah 5 tahun. Namun hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian oleh Mulyani, Andayani, dan Pramantara (2012) serta Adikusuma, Perwitasari dan Supadmi di Indonesia (2014) yang menunjukkan sampel yang menderita diabetes melitus di bawah 5 tahun lebih banyak daripada sampel yang menderita diabetes melitus di atas 5 tahun.

5.2.1.7 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Kadar HbA1c Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa distribusi sampel pasien yang memiliki kadar HbA1c ≥ 7 gr/dL lebih banyak (68,8%) daripada pasien yang memiliki kadar HbA1c < 7 gr/dL (31,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Trisnawati dan Setyorogo (2012), Mulyani, Andayani, dan Pramantara (2012), Stanetic, Saivic dan Racic (2012), Natsir, Wahyudin dan Umar (2013), serta Dewi (2014) yang menunjukkan distribusi pasien yang memiliki kadar HbA1c ≥ 7 gr/dL lebih banyak daripada pasien yang memiliki kadar HbA1c < 7 gr/dL. Hal ini menunjukan bahwa walaupun sudah menjalani terapi, masih terjadi kegagalan kontrol glikemik pasien yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kegagalan memperbaiki pola diet, aktivitas fisik, tingkat stress, kepatuhan dan keteraturan penggunaan obat, serta penundaan pemakaian insulin yang lebih awal baik oleh keputusan dokter sendiri maupun penolakan pasien, sehingga yang banyak terjadi adalah pasien baru memakai insulin setelah kadar HbA1c > 7 gr/dL. Sebuah penelitian oleh Sehgal dan Khanolkar (2015), menyimpulkan bahwa semua tipe insulin dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam HbA1C, tetapi sangat sedikit yang dapat mencapai target HbA1C. Hal ini mungkin dapat menjadi alasan mengapa kadar HbA1c pasien tetap > 7 gr/dL walau pasien telah memakai insulin.

5.2.1.8 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi

(88)

75

retinopati diabetik. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Safitri, Kadrianti, dan Ismail (2013) serta penelitian di Rumah Sakit Umum Haji Makassar yang menunjukkan bahwa seluruh penderita diabetes melitus telah datang dengan komplikasi, baik komplikasi akut (10%) maupun kronis (90%). Selain itu penelitian oleh Yusra (2010), Sari, Thobari dan Andayani (2011), Primanda, Kritpracha, Thaniwattananon (2011), Ningtyas (2013), Spasic et al. (2014), Zyoud et al di Palestina (2015) juga menunjukkan bahwa pasien yang telah memiliki komplikasi lebih banyak daripada pasien yang tidak memiliki komplikasi. Namun terdapat juga hasil penelitian yang berbeda oleh Natsir, Wahyudin, dan Umar di Indonesia (2013) yang menunjukkan jumlah pasien DM tipe 2 yang tidak memiliki komplikasi lebih banyak daripada pasien DM tipe 2 yang telah memiliki komplikasi. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaturan diet yang kurang baik, kurangnya pengetahuan mereka tentang bagaimana cara menghindari komplikasi, khususnya bagi penderita diabetes melitus yang sudah cukup lama menderita diabetes melitus, serta masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat sedini mungkin karena kebanyakan masyarakat atau pasien yang datang untuk berobat jika sudah terdapat komplikasi.

5.2.2 Analisa Bivariat

5.2.2.1 Perbandingan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur

Gambar

Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Umur
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan Pendapatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemeriksaan pasien.. Denrison Purba : Perbandingan Kadar C-Peptide Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Baru Didiagnosa Dengan Non Diabetes Melitus, 2010. Terima kasih saya

Bagaimanakah gambaran Mean Platelet Volume (MPV) pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang rawat inap di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun

telah memotivasi penulis untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian yang berjudul “Gambaran Mean Platelet Volume pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Rawat Inap di

Perbandingan Mean Platelet Volume (MPV) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang Terkontrol dan Tidak

Korelasi HbA1c dengan Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Melitus

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian &#34;Hubungan Kadar HbA1c Terhadap Derajat Keparahan Pruritus pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di

Populasi penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 yang merupakan populasi target dan pasien kaki diabetes merupakan populasi terjangkau yang akan diteliti

Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan (Analyze Quality of Life in Patients With Type II Diabetes Mellitus at