• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA SEBELUM DAN

SESUDAH MENGUNYAH PERMEN KARET XYLITOL

®

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

DENGAN XEROSTOMIA DI RSUP

HAJI ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MIRANDA PURNAMA SARI FAUZI NIM: 090600030

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2013

Miranda Purnama Sari Fauzi

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

x + 31 halaman

(3)

xylitol® selama 5 menit. Uji analisis yang digunakan adalah Wilcoxon signed rank test. Penelitian ini menunjukkan hasil yaitu ada peningkatan laju aliran saliva sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia sebesar 0,136 ml/min (p = 0,0001).Hal ini menunjukkan bahwa permen karet yang mengandung xylitoldapat meningkatkan laju aliran saliva dan dapat dijadikan pilihan perawatan alternatif untuk xerostomiabagi penderita diabetes melitus.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 22 Mei 2013

Pembimbing: Tanda tangan

Nurdiana, drg,. Sp.PM

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 22 Mei 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Nurdiana, drg., Sp.PM

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam juga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tersayang Ayahanda H. Ir. Fauzi M.Si dan Ibunda Hj. Fatmawati S.Pd M.Kes atas cinta dan kasih sayang dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis, juga kepada adik-adik penulis yang tersayang Wahyu Rizki Fauzi, Imam Suhada Fauzi dan Indah Purnama Sari Fauzi yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Nurdiana, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, membantu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya.

(7)

5. Maya Fitria, SKM., M.Kes atas bimbingan dalam penentuan sampel penelitian dan pengolahan data.

6. Direktur Utama RSUP Haji Adam Malik Medan, Direktur SDM dan Pendidikan RSUP Haji Adam Malik Medan, Kepala Instansi Litbang beserta staf dan Kepala SMF Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan beserta staf yang telah memberikan izin, bantuan dan saran dalam pelaksanaan penelitian ini.

7. Abangnda Ferdy yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulisan skripsi. Teman-teman penulis Putri Dwi Maretna, Wilan Dita Nesyia, Elvita Sri Wahyuni, Vivi Zayanthi, Yenny, Silvia (tok), Isna Febrianti SE, Hasni Roudhah Wahyuni S.AB,Tuti Asryani. Amd, Fitri Rossalia. Amd, Ayu Elvira. Amd. Keb, Siti Rahma, Nurul Amelia, Nurma, Putri Salsa dan seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa FKG USU Angkatan 2009.

Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi. Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT memberi ridho-Nya kepada kita semua.

Medan, Mei 2013 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

(9)

2.2.5 Hubungan Diabetes Melitus dengan Xerostomia ……..

2.3 Xylitol ... 12

2.3.1Pengaruh Permen Karet Xylitol® terhadap Laju Aliran Saliva……… 13

2.4 Kerangka Teori ... 14

2.5 Kerangka Konsep ... 15

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Melitus ... 7 2 Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia ... 22 3 Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia ... 23 4 Rata-rata Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah

Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan……… 23 5 Analisis Hasil Pengukuran Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah

Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Xerostomia ... 10

2 Xylitol® ... 13

3 Skema Kerangka Teori ... 14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar Informasi dan Surat Permohonan Kesediaan Partisipasi dalam Penelitian

2 Lembar Persetujuan setelah Penjelasan 3 Rekam Medik Penelitian

4 Ethical Clearance

(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2013

Miranda Purnama Sari Fauzi

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

x + 31 halaman

(14)

xylitol® selama 5 menit. Uji analisis yang digunakan adalah Wilcoxon signed rank test. Penelitian ini menunjukkan hasil yaitu ada peningkatan laju aliran saliva sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia sebesar 0,136 ml/min (p = 0,0001).Hal ini menunjukkan bahwa permen karet yang mengandung xylitoldapat meningkatkan laju aliran saliva dan dapat dijadikan pilihan perawatan alternatif untuk xerostomiabagi penderita diabetes melitus.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemiayang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.1 Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat, yaitu DM tipe 1 umumnya terjadi karena defisiensi insulin absolut, pada tipe ini terjadi kerusakan sel beta pankreas akibat proses imunologik ataupun idiopatik. Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat dari gangguan kerja insulin. Diabetes melitus tipe lain, disebabkan oleh penyakit lain, seperti kerusakan genetik fungsi sel beta dan kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, induksi obat atau bahan kimia, infeksi, imunologi, dan sindrom genetik lain. Diabetes gestasional yaitu diabetes yang didiagnosis selama kehamilan.2 Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, nilai kadar glukosa darah puasa yang baik adalah 80-109 mg/dl, regulasi sedang adalah 110-125 mg/dl dan regulasi yang buruk adalah sama atau >126 mg/dl. Nilai kadar glukosa darah yang baik pada pemeriksaan 2 jam setelah makan adalah 80-144 mg/dl, regulasi sedang adalah 145-179 mg/dl dan untuk kriteria regulasi buruk adalah 180 mg/dl.3

(16)

Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasimikrovaskular berupa retinopati, nefropati dan neuropati. Salah satu komplikasi neuropati adalah gangguan saraf simpatis dan parasimpatis, dimana akan berakibat pada penurunan sekresi salivadan mulut terasa kering (xerostomia) yang mengakibatkan penurunan pH saliva, yang seringkali dihubungkan dengan rasa tidak enak, rasa tidak nyaman, pembengkakan kelenjar saliva (sialosis) dan pembengkakan kelenjar parotis yang bilateral dan tidak sakit.8,9

Xerostomia merupakan keluhan subjektif pasien terhadap mulut kering. Sejumlah faktor dapat berperan sebagai penyebab xerostomia seperti gangguan kelenjar saliva, diare, obat-obatan, terapi radiasi leher dan kepala, dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus.10 Penelitian Harijanti dkk tahun 2006 di rumah sakit Haji Surabaya menyatakan bahwa dari 50 pasien yang menderita DM tipe 2, 38 pasien mengalami xerostomiadengan sekresi saliva kurang dari 0,15 ml/menit, dimana 32 pasien yang mengalamixerostomiamemiliki kontrol metabolik buruk.3

(17)

aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung xylitol dengan p = 0,003 (p<0,05).13

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, perlu dilakukan penelitian tentang apakah ada perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomiadi RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, maka didapat permasalahan apakah ada perbedaan laju aliran saliva sebelum dansesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum adalah untuk mengetahuiperbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Tujuan khusus :

1. Untuk mengetahuilaju aliran saliva sebelum mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui lajualiran saliva sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian

(18)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangkamenambah wawasan keilmuwan melalui penelitian.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat meminimalisasi terjadinya xerostomia atau mulut kering pada penderita diabetes melitus untuk menjaga kadar gula darah tetap terkontrol.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Melitus berasal dari bahasa Latin yang bermakna manis atau madu. Diabetes melitus (DM) dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.14 Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang disebabkan karena kelainan metabolik karbohidrat, baik secara herediter maupun didapat, sebagai akibat kekurangan insulin yang relatif atau absolut. Hiperglikemia kronis pada diabetes, berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.1,14,15

2.1.2 Klasifikasi

Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus tipe lain dan diabetes gestasional.

1. Diabetes melitus tipe 1

(20)

2. Diabetes melitus tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 (tipe dewasa atau tipe onset maturitas atau tipe nondependent insulin).16 Diabetes melitus tipe 2 mempunyai dua faktor penyebab yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin karena sel beta pankreas mulai terganggu fungsinya.18 Insiden DM tipe 2 ini terjadi pada usia > 40 tahun, dijumpai sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya, meliputi 90% dari semua populasi diabetes.16,18 Pada DM tipe ini lebih banyak wanita yang mengidap dibandingkan pria. Diabetes tipe 2 sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.16,19 Pada pasien diabetes melitus tipe 2 jarang terlihat timbulnya gejala atau tanda-tanda diabetes pada umumnya, seperti polidipsi, poliuria, polifagia, dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, hanya memperlihatkan satu atau lebih gejala non-spesifik, salah satunya peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus dan gangguan penglihatan.16

3. Diabetes melitus tipe lain

Satu sampai 2% kasus DM yangberada dalam kelompok ini. Hal ini disebabkan oleh berbagai kerusakan genetik spesifik dari fungsi sel beta dan kerja insulin, kelainan pankreas yang disebabkan oleh obat-obatan, infeksi serta beberapa sindrom yang menyebabkan diabetes melitus. Etiologi diabetes melitus tipe ini adalah heterogen sehingga terjadi toleransi glukosa abnormal, dimana hal ini menjadi pencetus atau penyebab dari terjadinya diabetes tipe ini.2

4. Diabetes gestasional

(21)

memiliki kelebihan berat badan.Frekuensi diabetes tipe ini kira-kira 2-5% dari semua populasi diabetes.2

2.1.3 Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus didasarkan pada bukti yang diperoleh dari anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti, pemeriksaan kadar glukosa darah dan tes glikohemoglobin.19 Pada anamnesis ditanyakan riwayat keluarga, riwayat penyakit yang sedang diderita dan gejala yang sering dikeluhkan pasien.2 Gejala klinis DM adalah poliuria, polidipsia, polifagia, sering gatal (pruritis), dan sering infeksi kulit.10 Pada penderita DM tipe 2 gejala klinis terjadi secara lambat.19 Pemeriksaan penunjang pada penderita diabetes melitus adalah dengan:

1. Pemeriksaan kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.19

Tabel 1. Kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus19

Kadar glukosa darah Diabetes melitus

Glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl

Glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl

Glukosa darah 2 jam sesudah makan ≥ 200 mg/dl

2. Tes glikohemoglobin

(22)

2.1.4 Manifestasi Diabetes Melitus di Rongga Mulut

Manifestasi oral yang berhubungan dengan diabetes melitus adalah xerostomia, karies, gingivitis, periodontitis,sindrom mulutterbakar,lambatnya penyembuhan luka, infeksi kandida, abses odontogenik, dan pembesarankelenjar saliva atausialosis. 10,19

2.2 Xerostomia

2.2.1 Definisi

Xerostomia berasal dari bahasa Yunani berarti “mulut kering” (xeros = kering dan stoma = mulut). Xerostomia adalah keluhan subyektif pada pasien berupa adanya rasa kering dalam rongga mulut akibat adanya penurunan produksi saliva (hiposalivasi) atau perubahan komposisi saliva sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses mastikasi, mengecap, menelan, dan berbicara.10,19,20

2.2.2 Etiologi

Beberapa faktor penyebab xerostomia antara lain: 1. Kerusakan kelenjar saliva

Kerusakan kelenjar saliva dapat menyebabkan berkurangnya produksi saliva. Kerusakan ini mengakibatkan berubahnya komposisi saliva dan berkurangnya aliran saliva sehingga menimbulkan xerostomia. Beberapa penyakit lokal yang dapat mempengaruhi kelenjar saliva seperti aplasia kongenital, obstruksi duktus kelenjar saliva, dan radang kelenjar saliva.22,23

2. Obat-obatan

(23)

3. Keadaan fisiologis

Keadaan fisiologis dapat menyebabkan perubahan laju aliran saliva seperti bernafas melalui mulut, saat berolahraga, dan berbicara yang lama. Selain itu gangguan emosional seperti cemas, stress, dan putus asa juga dapat menyebabkan xerostomia.21

4. Penyakit sistemik

Beberapa penyakit sistemik yang menyebabkan produksi sekresi saliva berkurang adalah diabetes melitus dan infeksi saluran pernafasan.2,21 Pada penderita diabetes, berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis, dan karena poliuria yang berat.21

5. Usia

Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan atrofi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisi saliva.21

6. Radiasi pada daerah leher dan kepala

Terapi radiasi pada leher dan kepala dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Jumlah dan kerusakan kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran.21

2.2.3 Diagnosis

Diagnosis xerostomia didasarkan pada bukti yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditanyakan riwayat mulut terasa kering, kesulitan menelan, riwayat penyakit dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh pasien.10,21

(24)

Gambar 1.Xerostomia11

Pemeriksaan penunjang untuk pengumpulan saliva yang dilakukan pada pasien xerostomia meliputi beberapa metode. Pengumpulan saliva keseluruhandapat dilakukan pada saat istirahat (tanpa stimulasi), dan pada saat pasien melakukan aktivitas (stimulasi). Laju aliran saliva tanpa stimulasi<0,1ml/menit dan laju aliran saliva distimulasi < 0,7 ml/menit merupakan indikasi dari xerostomia.10 Untuk keadaan tidak distimulasi, pasien dianjurkan tidak makan, minum dan merokok selama satu jam sebelum pengumpulan saliva.10Metode utama pengumpulan saliva keseluruhan meliputi metode draining, metode suction, metode spitting, dan metode absorbent (penyerapan).10

1. Metode draining

(25)

2. Metode suction

Pada metode ini digunakan tabung pengukur dan saliva ejector. Saliva dihisap dari dasar mulut dengan menggunakan saliva ejector secara terus menerus sampai waktu yang ditentukan.10

3. Metode spitting

Pada metode ini dilakukan hampir sama dengan metode draining. Setiap 60 detik subyek harus meludahkan saliva yang terkumpul di dalam mulut ke dalam penampung saliva selama 2-5 menit.10

4. Metodeabsorbent (penyerapan)

Pada metode ini pengumpulan saliva dikumpulkan dengan menggunakan kain penghisap yang ditimbang lebih dahulu dan dimasukkan ke dalam mulut. Setelah waktu pengumpulan saliva berakhir, kain penghisap diangkat dan ditimbang.10

2.2.4 Perawatan

Terapi pasien xerostomia adalah terapi paliatif yang berfungsi untuk mengurangi gejala dan mencegah terjadinya komplikasi oral. Beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk pasien xerostomia digolongkan menjadi 5 yaitu terapi preventif, perawatan simtomatik, stimulasi lokal atau topikal, stimulasi saliva secara sistemik, dan terapi untuk gangguan sistemik.10,11

1. Terapi preventif

Pasien diinstruksikan untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan gigi yang optimal. Pasien juga perlu melakukan konsultasi diet, menghindari makanan kariogenik, mengurangi meminum minuman beralkohol, dan yang mengandung kafein karena dapat meningkatkan mulut kering.10

2. Perawatan simtomatik

(26)

tetapi harus menghindari produk yang mengandung alkohol, gula serta bahan yang dapat mengiritasi.10

3. Stimulasi salivasi secara lokal

Stimulasi lokal dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet bebas gula. Mengunyah dapat menstimulasi aliran saliva secara efektif. Selain itu berkumur dengan larutan stimulant juga merupakan stimulasi salivasi secara lokal.10

4. Stimulasi sistemik

Sekresi saliva dapat dirangsang dengan pemberian obat-obatan yang mempunyai pengaruh merangsang sistem saraf parasimpatis. Obat-obatan tersebut seperti bromheksin, anetoletritioin, pilokarpin, dan cevimeline.11,21

5. Terapi untuk gangguan sistemik

Pada penderita diabetes melitus terapi ditujukan pada penyakit sistemik yang diderita. Terapi dilakukan dengan cara mengatur pola hidup serta pemberian obat-obatan dan disertai penggunaan saliva buatan.10

2.2.5 Hubungan Diabetes Melitus dengan Xerostomia

Laju aliran saliva diatur oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Pada diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskular, yaitu neuropati. Salah satu komplikasi neuropati adalah gangguan saraf simpatis dan parasimpatis, dimana akan berakibat pada penurunan sekresi saliva dan terjadinya keluhan mulut kering.8

Hiperglikemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi sebagai konsekuensi dari poliuria. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan dalam pengaturan air dan elektrolit, yang diikuti dengan tidak terjadinya keseimbangan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan sekresi saliva.19

2.3 Xylitol

(27)

peneliti dari Universitas Turku menunjukan hasil penelitian yang menyatakan bahwa xylitol dapat mencegah terjadinya karies gigi.24,25Xylitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet (Gambar 2), minuman ringan, dan obat-obatan.13 Secara alami xylitol terdapat pada jagung, strawberry, kembang kol, dan bayam.25

Gambar 2. Xylitol®24

2.3.2 Pengaruh Permen Karet Xylitolterhadap Laju Aliran Saliva

Permen karet merupakan bolus yang dapat menyebabkan stimulus mekanis dan merangsang peningkatan sekresi saliva. Mengunyah permen karet xylitol dapat menghasilkan stimulus mekanis maupun kimiawi terhadap kelenjar saliva mayor dan minor.12 Pada proses stimulus mekanis, gerakan mengunyah memberikan rangsangan pada mekanoreseptor, yang melanjutkan rangsangan tersebut melalui neurotransmitter ke pusat rangsang saliva untuk merangsang kelenjar saliva.13 Selanjutnya rangsangan mekanis menginduksi sistem saraf parasimpatis, kemudian saraf parasimpatis ini akan melepaskan neurotransmitter asetilkolin, yang menyebabkan vasodilatasi saluran kelenjar saliva untuk memproduksi hasil sekresi yang kaya air tetapi rendah protein.13

(28)

2.4 Kerangka Teori

Gambar 3. Skema kerangka teori Diabetes melitus tipe 2

Komplikasi sistemik Komplikasi oral

xerostomia

Perawatan

Terapi preventif Perawatan simtomatik

Stimulasi salivasi

Stimulasi sistemik

Lokal

Pengunyahan

Xylitol®

Laju aliran saliva meningkat

(29)

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 4. Skema kerangka konsep Laju aliran

saliva sebelum distimulasi

Laju aliran saliva sesudah

distimulasi

Stimulasi dengan xylitol®

Peningkatan laju aliran saliva

Penurunan laju aliran saliva Diabetes melitus

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan pretest and posttest design. Rancangan penelitian ini menggunakan satu kelompok subyek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subyek.26 Dengan demikian, pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah subjek mengunyah permen karet xylitol®. Penelitian ini untuk melihat perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Kemenangan Tani, Medan Tuntungan. Peneliti memilih lokasi penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit terbesar di Medan yang memiliki poli Endokrinologi dan menjadi rumah sakit rujukan dari berbagai daerah sehingga banyaknya pasien diabetes melitus yang berobat di rumah sakit tersebut. Hal ini memudahkan peneliti untuk mendapatkan subjek. Waktu yang dibutuhkan selama penelitian ini yaitu Juli 2012-Mei 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(31)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia untuk mengikuti penelitian. Pemilihan sampel diambil dengan teknik non probability sampling pasien yaituconsecutive sampling, dimana sampel diambil dari semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan sampel diikutsertakan dalam penelitian.27Sampel tersebut diambil sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan dan diperoleh melalui perhitungan rumus.

3.3.3 Besar Sampel

Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus penelitian uji hipotesis terhadap rerata dua populasi berpasangan yaitu:27

� = 2 ���� +�����

� �

2

Keterangan:

�� = deviat baku alpa 5% (1,96)

�� = deviat baku beta 10% (1,282)

�� = standard deviasi saliva sebesar 0,43 (penelitian Puspita).13

�= selisih rata-rata saliva yang bermakna sebesar 0,34 (penelitian Puspita).13

�= 2 �(1,96 + 1,282) × 0,43

0,34 �

2

= 33,62 ≈ 34

(32)

3.3.4 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada subjek penelitian ini adalah:

1.Penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomiayang menjalani rawat jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan

2. Penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia berumur 30-60 tahun 3. Bersedia menandatangani informed consent

3.3.5 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi pada subjek penelitian ini adalah:

1. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang sudah menopouse 2. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang merokok

3. Penderita diabetes melitus tipe 2 mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi aliran saliva, seperti obat antihipertensi, antidepresan, antihistamin

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian eksperimental ini, yaitu:

1. Variabel tercoba : Laju aliran salivapada penderita diabetes melitus tipe 2 denganxerostomia

2. Variabel eksperimental : Permen karet xylitol® 3. Variabel terkendali : Usia (30-60 tahun) 4. Variabel tidak terkendali : Jenis kelamin

3.4.2 Definisi Operasional

(33)

ditampung setiap 60 detik selama 3 menit ke gelas ukur.10 Saliva yang dikumpulkan diukur dengan satuan ml/menit

2. Laju aliran saliva sesudah adalah jumlah aliran saliva yang distimulasi, yaitu subjek diinstruksikan untuk mengunyah permen karet xylitol® selama 5 menit.Kemudian dilakukan pengumpulan saliva menggunakan metode spitting yaitu dengan membiarkan saliva tergenang di dalam mulut terlebih dahulu, kemudian saliva ditampung setiap 60 detik selama 3 menit ke gelas ukur.10,25 Saliva yang dikumpulkan diukur dengan satuan ml/menit

3. Diabetes melitus tipe 2 adalah pasien diabetes melitus tipe 2yang diketahui dari rekam medik

4. Xerostomiaadalah sensasi subjektif pada pasien berupa adanya keluhan sulit menelan dan rasa kering dalam rongga mulut akibat adanya penurunan produksi saliva.11 Laju aliran saliva tanpa stimulasi pada subjek penelitian< 0,1 ml/menit dengan menggunakan metode spitting.10

5. Permen karet xylitol® adalah permen karet yang mengandung xylitol 1119 mg/saji, rasa bluberi mint dapat diketahui dari kemasan produk.25

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat

1. Corong dan tabung ukur 2. Baskom

3. Stopwatch

3.5.2 Bahan

1. Permen karet xylitol® 2. Masker

3. Sarung tangan 4. Tisu

(34)

3.6 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomiayang datang berobat jalan ke Poli Endokrinologi diRSUP Haji Adam Malik. Data penderita diabetes melitus tipe 2 diperoleh dari rekam medik. Penetapan xerostomiadan pemilihan subjek dilakukan melalui anamnesis. Sebelum dimulainya penelitian subjek diberikan lembar penjelasan, setelah membaca dan setuju menjadi subjek penelitian, subjek diminta menandatangani informed consent.

Pengumpulan saliva dilakukan dengan metode spitting dan hasil dicatat dalam ml/menit, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. Subjek diberikan corong dan gelas ukursebagai alat penampung saliva.Sebelum pengukuran, subjek diinstruksikan untuk duduk tenang dan menelan semuasaliva di dalam mulut. Kemudian subjek diinstruksikan untuk membiarkan saliva tergenang di dalam mulut. Setiap 60 detik sekali selama 3 menit saliva yang terkumpul ditampung ke penampung saliva.10

Selanjutnya subjek diberikan satu butir permen karet xylitol® dan diinstruksikan untuk mengunyah selama 5 menit tidak ditelan.Setelah 5 menit mengunyah permen karet xylitol®, subjek diistirahatkan selama 5 menit. Selanjutnya subjek diinstruksikan untuk menelan semuasaliva di dalam mulut sebelum dimulai pengumpulan saliva. Kemudian subjek diinstruksikan untuk membiarkan saliva tergenang di dalam mulut. Setiap 60 detik sekali selama 3 menit saliva yang terkumpul ditampung ke penampung saliva.10,25Selanjutnya dilakukan pencatatan data kedalam lembar data penelitian.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

(35)

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang saling berhubungan atau berkorelasi.28 Pada analisis bivariat, data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan program komputerisasi. Perbedaan selisih laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol® dianalisis dengan menggunakan Uji T. Sebelum menggunakan analisis uji T dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu dengan tujuan data tersebut terdistribusi normal atau tidak.29

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent

Pada penelitian ini digunakan informed consent atau persetujuan setelah penjelasan dari subjek penelitian atau keluarga. Pada lembaran informed consent berisi informasi/keterangan yang dibuat oleh peneliti tentang apa yang diteliti, manfaat dan kemungkinan ketidaknyamanan yang mungkin timbul, kompensasi atas kerugian waktu (ganti rugi) dan perawatan bila mengalami efek samping yang mengganggu kesehatan subjek. Bagi subjek penelitian yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

3.8.2 Ethical Clearance

(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN .

4.1 Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan

Umur pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji

Adam Malik Medan

Penelitian ini dilakukan pada 38 subyek penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia, dimana 17 orang laki-laki (44,7%) dan 21 orang perempuan (55,3%) (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

Penelitian ini dilakukan pada subyek dengan kelompok umur 30-60 tahun, dimana frekuensi umur subyek paling banyak terdapat padakelompok umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 21 orang (55,2%), sedangkan frekuensi umur subjek paling sedikit terdapat padakelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 3 orang (7,9%) (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi dan Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomiadi RSUP Haji Adam Malik Medan

(37)

4.2 Rata-rata Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah

Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan

Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

Hasil pengukuran rata-rata aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol®, menunjukkan terjadinya peningkatan laju aliran saliva, dimana didapatkan rata-rata laju aliran saliva sebelum adalah 0,128 dan rata-rata laju aliran saliva sesudah mengunyah permen karet xylitol® adalah 0,264, dihitung secara manual (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

Sebelum Sesudah

X ± SD 0,128 ± 0,097 0,264 ± 0,107

Uji statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai p = 0,0001 (p<0,05). Nilai p<0,05, artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia sekitar 0,136 ml/menit (Tabel 5).

Tabel 5. Analisis Hasil Pengukuran Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

Perlakuan Rata-rata Aliran Saliva Selisih Rata-rata Nilai P Sebelum mengunyah

permen karet xylitol® 0,128

0,136 0,0001*

Sesudah mengunyah

(38)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada subjek penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia yang berjumlah 38 orang. Hasil penelitian ditabulasikan secara manual, dihitung frekuensi dan distribusi berdasarkan jenis kelamin, dimana subjek laki-laki berjumlah 17 orang (44,7%) dan subjek perempuan berjumlah 21 orang (55,3%). Pada penelitian ini didapatkan perempuan lebih banyak dijumpai daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada saat penelitian populasi perempuan yang menderita diabetes melitus tipe 2 yang berobat ke Poli Endokrinologi di RSUP Haji Adam Malik Medan lebih banyak jumlahnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Harijanti dkk tahun 2006 di Rumah Sakit Haji Surabaya pada penderita diabetes melitus tipe 2 menyatakan prevalensiperempuan lebih banyak dijumpaimengalami xerostomiadaripada laki-laki.3Berdasarkan RISKESDAS tahun 2007 prevalensi penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak dijumpai pada perempuan (60,4%) dibandingkan laki-laki (39,6%).6 Secara keseluruhan prevalensi diabetes melitus tipe 2 lebih banyak pada perempuan karena perempuan membawa gen (carier) untuk diturunkan kepada anaknya, sehingga komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan, salah satunya komplikasi oral yaitu mulut kering (xerostomia).4

(39)

seiring dengan bertambahnya umur, baik pada laki-laki maupun perempuan.3 Pada diabetes melitus, keluhan mulut kering (xerostomia) terjadi akibat dari gangguan aliran darah utama yang disebabkan oleh hiperglikemia berkepanjangan yang dapat mempengaruhi aliran darah perifer sehingga suplai darah yang dibutuhkan untuk sekresi saliva berkurang.20 Proses penuaan juga akan memicu terjadinya aplasia kelenjar saliva, dimana kelenjar saliva akan mengalami atrofi dan kelenjar parenkim yang terdapat pada kelenjar saliva akan hilang dan digantikan oleh jaringan lemak serta jaringan ikat, keadaan ini yang mengakibatkan penurunan laju aliran saliva dan perubahan komposisi saliva.20,21 Pada penelitian ini didapatkan kelompok umur ≥ 60 tahun pada saat penelitian pasien yang menderita diabetes melitus tipe 2 yang datang berobat ke poli Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik Medan lebih sedikit jumlahnya.

(40)

neurotransmitter asetilkolin, yang menyebabkan vasodilatasi saluran kelenjar saliva untuk memproduksi hasil sekresi yang kaya air tetapi rendah protein.13

Selain itu, permen karet xylitol menghasilkan stimulus kimiawi yang juga dapat merangsang sekresi saliva, mempengaruhi persepsi rasa yang diterima oleh kemoreseptor dalam taste bud. Rangsangan kemoreseptor menginduksi sistem saraf simpatis, untuk melepaskan neurotransmitter norepineprin yang kemudian akan melepaskan β-adrenergik dan menghasilkan aliran saliva mukus dan kaya protein.13

(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada hasil penelitian tentang perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol® pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan disimpulkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan dari laju aliran saliva sesudah mengunyah permen karet xylitol®(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa permen karet yang mengandung xylitoldapat meningkatkan laju aliran saliva melalui proses mekanis yaitu mengunyah dan proses kimiawi yaitu rasa dari xylitol.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

1.Purnamasari D. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 5. Jakarta Pusat: Internapublishing, 2009: 1880-3.

2. Ankintoye SO, Collins MT, Ship JA. Diabetes mellitus and oral endocrine disease. In: Greenberg MS, Glick M, Ship JA. eds Burket’s Oral Medicine. 11thed., Hamilton: BC Decker Inc, 2008: 509-19.

3. Harijanti K, Soebadi B, Mulyaningsih I. Prevalence of xerostomia on type 2 diabetes mellitus in Hajj hospital Surabaya. Majalah Kedokteran Gigi 2007; 40(3): 137-9.

4. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree A, King H. Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes care 2004; 27(5): 1047-53.

5. Luciana E, Prihartono N, Bantas K, Djuwita R, Soegondo S, Subada KH. Peran aktivitas fisik terhadap kendali gula darah pada anggota persadia rumah sakit husada. Ebers Papyrus, Agustus 2008; 14: 78.

6.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RISKESDAS). 2007. http://www.google.com/riskesdas+2007+pdf. (Juli 16.2012).

7. Andayani TM. Analisis biaya terapi diabetes melitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia 2006; 17(3): 130-1.

8. Waspadji S. Komplikasi vascular pada diabetes mellitus. Acta Medica Indonesia Juli 2003; XXXV(1): 564-7.

9. Tarigan MU. Diabetes mellitus dan hubungannya dengan perawatan kedokteran gigi anak. Dentika 2003; 8: 19.

(43)

11.Cane L, Kusharjanti. Xerostomia: Salah satu manifestasi oral diabetik. http://www.scribd.com/doc/46977792/Xerostomia. (Agustus 01.2012).

12.Rodian M, Satari HM, Rolleta E. Efek mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa, xylitol, probiotik terhadap karakteristik saliva. Dentika Dent J Juli 2011; 16(1): 44-5.

13.Kusumayani P, Harijanti K, Hernawan I. Perbedaan flow saliva pada wanita menopause sebelum dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung xylitol. Oral Med Dent J 1 Januari-Juni 2011; 1(3): 24-29.

14.Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Alih Bahasa. Nike B. Jakarta: EGC, 2009: 624-9.

15.Oktanauli P, Fani IR, Aldiba A. Aspek imunologi rongga mulut pada penderita diabetes mellitus. JITEKGI 2011, 8(1):47.

16.Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6., Jakarta: EGC, 2005: 1262-3.

17.Pulungan A, Mansyur M, Batubara J, Tridjaja B. Gambaran klinis dan laboratoris diabetes mellitus tipe-1 pada anak saat pertama kali datang ke bagian IKA-RSCM Jakarta. Sari Pediatri Juni 2002; 4(1): 27.

18.Rahajeng E. Risiko diet terhadap peningkatan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada kasus toleransi glukosa terganggu. Jurnal Ekologi Kesehatan 2007; 6(1): 527.

19.Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the medically compromised patient. 7th ed., Mosby, 2008: 232-3.

20.Kleinegger Cl. Dental management of xerostomia-oppurtinity, expertise, obligation. CDA Journal 2007; 35: 417-24.

21.Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab, manifestasi dan cara penanggulangannya. Medan: USU Press, 2002: 2-6.

22.Scully C. Dry mouth (xerostomia). In: Oral and maxillofacial medicine: The basis of diagnosis and treatment. Phiadelpia, 2004: 96-103.

(44)

24.Sari NNN. Permen karet xylitol yang dikunyah selama 5 menit meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok selama 3 jam. Tesis. Denpasar: Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana, 2011: 4-5. 25.Lawalangi J, Wuto K, Liwu S. Xylitol, zat anti karies gigi. Dentistry news, 26

Desember 2007: 1.

26.Praktiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian kesehatan, edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011: 127-8.

27.Sastroasmoro S, Budiman I, Madiyono B. Perkiraan besar sampel, Dalam: Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi 4. Jakarta: Sagung Seto, 2011: 359.

28.Sibagariang EE, Julianie, Rismalinda, Nurzannah S. Buku saku metodologi penelitian. Jakarta: EGC, 2010: 126.

(45)

LEMBAR INFORMASI DAN SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu/Saudara……… di Tempat

Perkenalkan, saya Miranda Purnama Sari Fauzi mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian yang berjudul:

“Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomiadi

RSUP Haji Adam Malik Medan”

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aliran ludah dan persentase mulut kering. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk tetap menjaga gula darah agar tetap terkontrol.

Bapak/Ibu/Saudara, biasanya penderita diabetes melitus sering mengeluh mulut terasa kering, yang akan menyebabkan kesulitan menelan, perubahan rasa kecap pada lidah, dan bila telah parah dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan pada gigi.

Dalam penelitian ini kepada Bapak/Ibu/Saudara akan dilakukan, pemeriksaan aliran ludah tanpa rangsangan dan aliran ludah dengan rangsangan yaitu dengan mengunyah permen karet xylitol®. Saya akan meminta Bapak/Ibu untuk meludahkan ludahnya ke dalam gelas ukur setiap 60 detik selama 3 menit. Kemudian saya juga akan meminta Bapak/Ibu/Saudara untuk mengunyah permen karet xylitol® selama 5 menit dan setelah itu meludahkan ludahnya kembali ke dalam gelas ukur.

Penelitian ini tidak dipungut biaya (gratis). Selama penelitian tidak akan terjadi masalah atau komplikasi serius. Tidak akan terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter bila Bapak/Ibu/Saudara bersedia mengikuti penelitian ini.

(46)

di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, kami ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2013

(47)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……….

Umur : ……….

Alamat : ……….

Jenis Kelamin : ……….

Setelah mendapatkan penjelasan dan keterangan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian yang berjudul:

“Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen

Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di

RSUP Haji Adam Malik Medan”

Maka, dengan surat ini saya menyatakan bersedia menjadi subjek pada penelitian ini.

Medan,………..2013 Yang menyetujui,

Peserta penelitian

(48)

Nomor Data Penelitian:

REKAM MEDIK PENELITIAN

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA SEBELUM DAN

SESUDAH MENGUNYAH PERMEN KARET XYLITOL

®

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

DENGAN XEROSTOMIADI RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

A. Data Demografi

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

B. Pemeriksaan Klinis

Laju aliran saliva:

Sebelum : ml/menit

(49)

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

sebelum .189 38 .001 .799 38 .000

sesudah .151 38 .028 .950 38 .091

a. Lilliefors Significance Correction

NPar Test

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

sebelum 38 .1281 .09788 .03 .43

sesudah 38 .2649 .10709 .07 .53

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 38b 19.50 741.00

Ties 0c

Total 38

a. sesudah<sebelum

b. sesudah>sebelum

(50)

Test Statisticsb

sesudah –

sebelum

Z -5.396a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Usia 38 34 60 51.21 7.121

sebelum 38 .03 .43 .1281 .09788

sesudah 38 .07 .53 .2649 .10709

Gambar

Tabel 1. Kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus19
Gambar 1.Xerostomia11
Gambar 2. Xylitol®24
Gambar 3. Skema kerangka teori
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu peristaltik usus pasca operasi sesar di RSUD Tugurejo Semarang..

Ho : Tidak ada pengaruh kematangan sosial dengan kesiapan belajar anak. di TK PGRI 2 Karangsari Kecamatan Punggelan

Agar komunikasi menjadi efektif, maka penting bagi komunikator (guru) memperhatikan aspek sebagai berikut: waktu yang tepat untuk suatu pesan (dalam pembelajaran

• Kalimat adalah string yang tersusun atas simbol-simbol terminal dan kalimat adalah kasus khusus

2006 - 2010 General Affair Law Office “ Farouk Makarim

[r]

Dalam pencarian identitas inilah mereka harus memiliki kemampuan sosialisasi untuk membuka diri, karena pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi dan pada

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MENGIDENTIFIKASI GEJALA PADA PENYAKIT.. HIPERTENSI MENGGUNAKAN METODE