• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Kataوجه / Wajhun/ Dalam Al-Qur’an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Makna Kataوجه / Wajhun/ Dalam Al-Qur’an"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA KATA

/ WAJHUN/

DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA

DISUSUN

O

L

E

H

NAMA : RUKIYAH

070704001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

ANALISIS MAKNA KATA

/WAJHUN/

DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA

: RUKIYAH

NIM

: 070704001

PEMBIMBING I

PEMBIMBING II

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.

Drs. Syauri Syam Lc.

NIP.196212041988032001

NIP.195308181987031003

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ANALISIS MAKNA KATA

/WAJHUN/

DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : RUKIYAH

NIM : 070704001

Ketua Program Studi Sastra Arab

Sekretaris Program Studi Sastra

Arab

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.

Dra. Fauziah M.A.

NIP.196212041988032001

NIP. 1965011219900332001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana

dalam Bidang Ilmu Sastra Program Studi Sastra Arab.

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

Lembar Persetujuan Ketua Program Studi

Disetujui oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

Ketua Program Studi

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.

NIP.196212041988032001

(5)

Lembar Pengesahan Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam Bidang Ilmu Sastra Arab pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada

:

Tanggal

:

Hari

:

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP. 195110131976031001

Panitia Ujian

No

Nama

Tanda Tangan

1.

(

)

2.

(

)

3.

(

)

4.

(

)

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-

‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang panutan dan suri tauladan, yang

telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang

berilmu pengetahuan.

Salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada

Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

adalah membuat suatu karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu untuk

memenuhi syarat tersebut peneliti menyusun sebuah skripsi yang berjudul :

ANALISIS MAKNA KATA

/ WAJHUN/ DALAM AL-QUR’AN

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat

kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan yang disebabkan kurangnya pengalaman

peneliti akan memahami dan menyampaikan sesuatu dan keterbatasan ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu peneliti dengan sepenuh hati memohon saran dan

kritik yang membangun dari semua pihak atas tulisan ini. .

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya

dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami

ilmu bahasa Arab.

Medan, 1 Mei 2011

Penulis

RUKIYAH

070704001

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima

sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 1 Mei 2010

RUKIYAH

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan

dengan sepenuhnya. Shalawat teriring salam penulis hadiahkan keharibaan

junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi

umat manusia menuju jalan yang dirhidoi Allah SWT. Dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga yang penulis

hanturkan dari lubuk hati yang paling dalam kepada kedua orang tua penulis

yang tercinta H. Edi Syahputra dan Hj. Siti Asni Nasution yang telah begitu

gigihnya mendidik dan mengasuh serta menuntun penulis dari kecil sampai saat

ini dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, dan hati mereka laksana jarang

yang didasarnya selalu ada kata maaf, dan penuh kesabaran serta do’a yang tulus

mengalir kepada penulis dalam menjalankan studi di Program Studi Sastra Arab

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmat, ridho dan maghfirahNya kepada mereka dalam kehidupan

dunia dan akhirat.

Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku

Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Yuddi Adrian M., M.A.

selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

2.

Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Program Studi

Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Ibu

Dra. Fauziah M.A selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3.

Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

(9)

perkuliahan serta Kakanda Andika sebagai staf tata usaha di Program

Studi Sastra Arab.

4.

Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Bapak

Drs. Syauri Syam, LC selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu membimbing dan mengajari penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Semoga Allah SWT. menambah dan mengabdikan ilmu pengetahuan

mereka.

5.

Seluruh staf pengajar di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi banyak pengetahuan dan

wawasan yang sangat bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan

tersebut dapat penulis terapkan dalam lingkungan bermasyarakat dan

khususnya ibunda Rahimah yang telah membantu dan meminjamkan

buku, semoga Allah senantiasa membalas kebaikannya serta kakanda

Andika yang telah banyak membantu penulis dalam bidang administrasi

dan penelitian skripsi.

6.

Saudara-saudariku tercinta abang Rahim/Istri kakak yanti, kakak Ida/

suami abang Tomi, abang Arfan, abang Arif dan Adikku Samsul. Terima

kasih atas semua kasih sayang yang kalian berikan, atas semua bantuan

yang diberikan kepada penulis baik dari segi moril maupun materil, karena

do’a kalian lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Dan tak

terlupa keponakan- keponakan ku tersayang Lisa, Bila, Riyan, dan Rani

dan dan seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan

dan do’anya.

7.

Thank’s for ”My Lovely” yang sangat spesial bagi penulis yang selalu

memberikan semangat dan motivasi, serta do’a yang tulus kepada penulis.

8.

Sahabat - sahabatku Devi, Fitri, Ayu yang selalu ada disaat duka maupun

suka kepada penulis, semoga sukses selalu dan persahabatan kita selalu

bersatu amien dan teman- teman angkatan ’07 ( Zoel, Ucal, abang Anwar,

Asfar, Jalal, Fateh, Zia, Puput, Una, Desi, Dini, Fika, Ita, Nadiah, Indah,

May, Ai, Darso).

9.

Teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Ilmu

(10)

FIB USU periode 2011-2012), Para pengurus IMBA FIB USU periode

2011-2012, Ibnu, Sutan, Zuhri, Bulan, Nurul, Riski, Budi, Ryan, Dicky,

Andi, Navator, Dyah, Dina, Oza, Nurul ’09, Citra Gandini, Walimah. serta

seluruh Alumni IMBA serta anggota yang tergabung dalam IMBA FIB

USU.

10. Abang Haris, abang Zulfan, abang Mukhlis, abang Faisal terima kasih atas

bantuannya semoga Allah S.W.T senantiasa membalas kebaikan mereka

11.

Kawan- kawanku di kos-kosan bidan Vina, Ria, adek Puja, Ima, kakak

Irma, Happy, Sari, Wika, Eka, Elsa, Evi, Capung dan teman- teman kost

bidan vina yang lain.

12. Dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada

penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang

kalian berikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. Amiin ya rabbal

’alamiiin.

Medan, 1 Mei 2011

Penulis

RUKIYAH

(11)

DAFTAR SINGKATAN

1.

CD

: Compact Disc

2.

IMBA

: Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

3.

FIB

: Fakultas Ilmu Budaya

4.

Mendikbud

: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

5.

No.

: Nomor

6.

P&K

: Pendidikan dan Kebudayaan

7.

RI

: Republik Indonesia

8.

SAW.

: Sallallahu Alaihi Wassalam

9.

SKB

: Surat Keputusan Bersama

10. SWT.

: Subahana Wa Ta ala

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...

i

UCAPAN TERIMA KASIH ...

ii

DAFTAR SINGKATAN ...

v

DAFTAR ISI ...

vi

ABSTRAK ...

vii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Perumusan Masalah ...

4

1.3 Tujuan Penelitian ...

5

1.4 Manfaat Penelitian ...

5

1.5 Metode Penelitian ...

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...

15

3.1 Sekilas Tentang Al –Qur’an...

15

3.2 Makna Leksikal

Kata /wajhun/ dan /wujūhun/ Dalam Al- Qur’an ... 17

3.3 Proses Gramatikal Kata

/wajhun/ dan /wujūhun/ Dalam Al- Qur’an ... 39

3.4 Bagian Gramatikal Kata /wajhun/ dan /wujūhun/ Yang Paling Dominan Dalam Al- Qur’an ... 49

BAB IV PENUTUP ... 51

4.1 Kesimpulan ... 51

4.2 saran ... 51

(13)

ABSTRAK

Rukiyah. 070704001. Analisis Makna Kata

wajhun/ dalam Al- Qur’an.

Penelitian ini membahas tentang Makna Kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/

dalam Al- Qur’an. Makna adalah hubungan yang ada di antara satuan

bahasa. Pemasalahan yang diteliti pada skripsi ini adalah makna leksikal Kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/

dan bagaimana proses makna gramatikal Kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/

serta

bagian gramatikal kata /wajhun/ dan

/wujūhun/ yang paling dominan dalam Al-Qur’an.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja makna leksikal

Kata

/ ajhun/ dan

/wujūhun/

dan

proses makna gramatikal kata /wajhun/

dan /wujūhun/ serta untuk mengetahui bagian gramatikal kata /wajhun/ dan /wujūhun/ yang paling dominan dalam Al-Qur’an.

Adapun teori yang digunakan adalah teori Chaer mengenai makna leksikal

dan makna gramatikal. Penelitian ini berdasarkan teori kepustakaan (library

research) dengan menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya jumlah Kata

/wajhun/

dan

/

wujūhun/

dalam Al- Qur’an terdapat 57 kata pada 35 surat. Kata

wajhun/ dan

/wujūhun/

dalam Al- Qur’an yang mengandung makna leksikal

berjumlah 41 kata dari 29 surat yang bermakna wajah atau muka. Adapun

Kata

/Wajhun/ dan

/wujūhun/

dalam Al- Qur’an yang mengalami proses

(14)

gramatikal yang paling dominan itu merupakan komposisi yang ditemukan

(15)
(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan makhluk lainnya di dunia ini. (Tarigan, 1986 : 3)

Kemampuan menguasai dan menggunakan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir dan mengkomunikasikan pikirannya. Manusia berinteraksi dengan sesamanya juga dengan menggunakan bahasa. Ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keberadapan pun pada dasarnya dipelajari dan diwariskan dari generasi kegenerasi dengan menggunakan bahasa (Asrori, 2004 :4).

Bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda & lambang. Lambang-

lambang (simbol- simbol) ini memiliki bentuk dan makna (bersisi dua), atau dikatakan

memiliki expressions and contents atau signifier dan sigfied (Djajasudarma 1993 : 23).

Menurut Sudaryat (2008 : 2) bahasa ialah sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi. Sebagai sebuah sistem, bahasa, bersifat sistematis dan sistemis. Dikatakan sistematis karena bahasa memiliki kaidah atau aturan tertentu. Bahasa juga bersifat sistemis karena memiliki subsistem, yakni : subsistem fonologis, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal. Ketiga subsistem itu bertemu dalam dunia bunyi dan dunia makna.

(18)

‘ilmu al-mā‘nī fahuwa dirāsatun mā yastafādu min al-kalāmi amnan bima‘ūnati al-qara`ina, fa`innahu yurika `anna al-kalāma yufīdu bi`ali wai‘ihi ma‘nan

Ilmu Ma’ani itu adalah mempelajari rahasia yang terdapat dalam suatu kalimat melalui qarinah- qarinah yang ada, karena ilmu Ma’ani mengajarkan bahwa asal penyusunan suatu kalimat itu untuk menunjukkan makna ( Al-Jarim dan Amin, 2010:374).

Menurut Verhaar (1996 : 385) semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Arti merupakan hubungan antara tanda yang berupa lambang bunyi ujaran dengan hal (peristiwa) atau barang yang dimaksudkan. Arti leksikal adalah arti kata yang sesuai dengan apa yang kita jumpai didalam leksikon (kamus). Secara operasional di dalam kalimat, arti- arti leksikal dapat bergeser, berubah, atau menyimpang. Karena hal tersebut beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa arti (meaning- bahasa inggris) dibedakan dari makna (sense- bhs. Inggris). Arti adalah apa yang disebut arti leksikal (dapat dicari dalam kamus), dan makna adalah hubungan yang ada di antara satuan bahasa (Djajasudarma 1993 : 34).

Pada penjelasan diatas bahwasanya arti dan makna mempunyai perbedaan dan

ada juga yang mengatakan arti dan makna itu mencakup satu pengertian.

Allah menyuruh manusia menghayati kandungan ayat Al-Qur’an, sebagaimana

yang disebutkan dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa Surat (4) :82

//afalā yatadabbarūna al-qur`āna walau kāna min ‘indi ghairi allahi

lawajadū fīhi ikhtilafān kașīrān//

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau

kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat

(19)

Berdasarkan penjelasan ayat tersebut sudah sepantasnya kita mengetahui makna

kata dari al-Qur’an, dan ini juga bagian dari menghayati kandungan Al-

Qur’an. Salah satu kata itu adalah kata /Wajhun/ dan /wujūhun/ mempunyai beberapa makna yang terkandung di dalam Al-qur’an sangat bervariasi. Penelitian

mengenai hal tersebut merupakan suatu hal yang penting maka hal tersebut dapat

dijadikan sebagai pelajaran yang berharga dalam kehidupan kita.

Bahasa Arab merupakan bahasa kaya akan kosa kata serta memiliki berbagai

macam makna, seperti makna leksikal dan makna gramatikal serta makna lainnya.

Salah satu kosa kata yang peneliti lihat pada Al-Qur’an adalah kata

/Wajhun/.

Balā man `aslama wajhahu lillahi wahuwa musinun falahu `ajruhu ‘inda

rabbihi walā khaufun ‘alaihim wa lā hum yazanūna

Artinya : “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri

kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi

Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)

mereka bersedih hati” ( Al- Baqarah : 112).

Contoh Kata /Wajhun/ yang terdapat di dalam ayat tersebut merupakan diri bukan diartikan sebagai wajah. Dan Ali juga menyimpulkan bahwa wajah mengesankan

(20)

Pada ayat di atas, terjadi perubahan makna asli kata menjadi makna diri

disebabkan proses gramatikal yaitu penggabungan kata wajah dengan domir hu, proses

gramatikal ini disebut komposisi.

Berdasarkan contoh diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang makna Kata

/wajhun/ yang terdapat dalam AL-Qur’an yang jumlahnya 57 kata dari 35 surat yang

memiliki arti yang bervariasi dari hasil penelitian yang peneliti lakukan. Sehingga penulis

mengetahui perbedaan antara makna satu dengan makna yang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai macam buku untuk menjadi

sumber referensi, diantaranya adalah Software Al- Qur’an Player Versi 2.0.1.0 copyright

c 2005-2007 Wawan Sajcriyanto, Tafsir Yusuf Ali dan Teori Pengantar Semantik Bahasa

Indonesia karya Abdul Chaer dan Djajasudarma serta buku- buku pendukung lainnya

seperti Kamus –Kamus Bahasa Arab, Kitab- Kitab Tafsir Qur’anul Karim, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, serta karya Henry Guntur Tarigan dan Pengajaran Semantik.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pembahasan pada makna kata

/wajhun/dan jamaknya didalam Al-Qur’an pada ilmu ma’ani (semantik).

1.2 BATASAN MASALAH

Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari pembahasan yang tidak

dikehendaki, maka penulis membuat batasan masalah yang meliputi :

1.

Apa saja makna leksikal pada kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/

yang terdapat dalam Al-Qur’an?

(21)

3.

Bagian gramatikal mana yang paling dominan pada kata

/wajhun/

dan

/wuj

ū

hun/ dalam Al-Qur’an?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui apa saja makna leksikal kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an

2.

Untuk mengetahui proses makna gramatikal kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an.

3.

Untuk mengetahui bagian gramatikal kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/ yang paling dominan dalam Al-Qur’an.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi

manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi mengenai makna kata /wajhun/ dalam Al-Qur’an di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ini. Manfaat

lainnya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan peminat bahasa dan sastra

Arab mengenai makna kata /wajhun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Secara praktis, dengan mengetahui dan memahami kandungan makna yang

(22)

1.5 METODE PENELITIAN

Adapun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif, yaitu suatu metode

mengumpulkan dan menganalisis data seperti kondisi apa adanya dan dideskripsikan

sesuai dengan ciri alamiah naskah tersebut dan juga dengan menggunakan kamus.

Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, peneliti menggunakan

Sistem Transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22

Januari 1988.

Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Mengumpulkan buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan kata

/wajhun/ dan /wujūhun/.

2. Mengumpulkan ayat-ayat kata /wajhun/ dan /wujūhun/ dalam Qur’an dengan menggunakan CD Qur’an dan tetap berpedoman pada

Al-Qur’an.

3. Membaca dan memahami buku-buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan

dengan kata /wajhun/ dan /wujūhun/.

4. Mengklasifikasi dan menganalisis data yang telah diperoleh.

5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur’an sudah pernah diteliti

oleh peneliti- peneliti sebelumnya antara lain tentang analisis makna kata Ruh oleh

Uswatun Hasanah (990704023), analisis makna kata ummah oleh siti Aisyah lubis

(990704017), analisis makna / Żikrun/ oleh Zikri Mahyar (030704016) dan analisis

makna leksikal dan relasinya pada kata /al- ḥaqqu/. Serta analisis kata fitnah oleh

Andi Pratama (030704003) Namun sejauh ini penelitian tentang analisis makna Kata

/Wajhun/ dalam Al -Qur’an sepengetahuan penulis belum pernah diteliti sebelumnya oleh mahasiswa jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2.1 Pengertian Semantik

Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh jelas

dari perian atau “deskripsi” semantis adalah leksikografi : masing- masing leksem diberi

perian artinya atau maknanya : perian semantis (Verhaar, 1996 : 13).

Semantik adalah Ilmu tentang makna. Semantik merupakan suatu komponen

yang terdapat dalam linguistik, sama seperti komponen bunyi dan gramatika. Semantik

merupakan bagian dari linguistik karena makna menjadi bagian dari bahasa ( Suwandi

2006 : 5).

(24)

2.2 Pengertian Makna dan Pembagiannya

Menurut Djajasudarma (1993 : 34) makna adalah hubungan yang ada di antara

satuan bahasa. Makna didapatkan dengan meneleti hubungannya di dalam struktur bahasa

(arti struktural).

Makna (sense- bahasa Inggris) dibedakan dari arti (meaning- bahasa Inggris) di

dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur- unsur bahasa itu

sendiri (terutama kata- kata) (Djajasudarma 1993 :5).

Menurut Aristoteles dalam Chaer (1989, 13) kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna. Malah dijelaskannya juga bahwa kata itu memiliki dua macam makna, yaitu (1) makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, dan (2) makna yang hadir sebagai akibat terjadinya proses gramatikal. Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti (Chaer, 2007:162).

Kata adalah unsur yang terkecil yang memiliki tanda (simbol) tersendiri : atau

‘serpihan bahasa yang biasa dikelompokkan secara tetap (konstan) untuk membentuk

pesan’ (Djajasudarma 1993 : 10).

Chaer (1989: 60-77) mengemukakan beberapa pengertian makna dalam Buku

Pengantar Semantik Bahasa Indonesia yaitu :

1.Makna leksikal dan Makna Gramatikal, 2.Makna Referensial dan Non referensial, 3. Makna Denotatif dan Konotatif, 4. Makna Kata dan Makna Istilah, Makna Konseptual dan Makna Asosiatif, 5. Makna Idiomatikal dan Peribahasa, 6. Makna Kias.

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya ( Chaer, 1994 : 289).

(25)

leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem,

atau bersifat kata.

Contoh:

kata memetik dalam kalimat Ibu memetik sekuntum mawar adalah

bermakna leksikal, sedangkan dalam kalimat kita dapat memetik manfaat

dari cerita itu adalah bukan bermakna leksikal.

Makna leksikal adalah makna unsur- unsur bahasa (leksem) sebagai

lambang benda, peristiwa, objek, dan lain- lain. Makna ini dimiliki unsur bahasa

terlepas dari penggunaan atau konteksnya ( Sudaryat, 2008 : 22).

Menurut Djajasudarma (1993 : 13) makna leksikal (bhs. Inggris –lexical meaning, semantic meaning, external meaning) adalah makna unsur – unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dll; makna leksikal ini dimiliki unsur- unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks atau semua makna (baik bentuk dasar maupun bentuk turunan) yang ada dalam kamus disebut makna leksikal.

Menurut Djajasudarma (1993 : 13) makna gramatikal (bhs. Inggris –

grammatical meaning; functional meaning; structural meaning ; internal

meaning) adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna

yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat.

Makna gramatikal adalah makna srtruktural yang muncul akibat hubungan

antara unsur- unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar

(Sudaryat, 2008 : 34).

Menurut Chaer (1989 : 62) makna gramatikal ini sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna struktural karena proses dan satuan- satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

Contoh :

sate ayam tidak sama dengan komposisi sate Madura. Yang pertama

menyatakan ‘asal bahan’ dan yang kedua menyatakan ‘asal tempat).

(26)

kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal ‘tidak sengaja (Chaer, 1989 :62).

Menurut (Sudaryat, 2008 : 70) reduplikasi ialah proses leksemik yang mengubah

leksem menjadi kata kompleks dengan cara penyebutan leksem sebagian atau

seluruhnya. Misalnya, leksem rumah menjadi kata rumah- rumah.

Proses komposisi (penggabungan kata) akan menyebabkan pula terjadinya

perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna,

sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal Chaer (1989: 140).

Dari defenisi di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan makna leksikal adalah

makna yang dimiliki pada leksem meski tanpa konteks apapun. Sedangkan makna

gramatikal adalah makna yang memiliki proses gramatikal seperti komposisi, reduplikasi,

dan afiksasi.

Dari keseluruhan pengertian makna diatas peneliti hanya memfokuskan pada

makna leksikal dan makna gramatikal saja bersumber pada teori Chaer (1989:60).

2.3 Makna Kata / Wajhun/

Menurut Yunus (1989 :493) kata / wajhun/ / awjuhun/

/wujūhun yang artinya arah, tujuan, muka, pihak, yang dituju, niat, sebab, jalan yang

mulia baik namanya.

Menurut Bisri dan Fatah (1999 :770) Kata / Wajhun/ yang berarti 1.: / Al-wajhu: almuayyā/ = Wajah, Muka

(27)

4.

/ Al- ma

‘nā

/ = Arti

Menurut Ma’luf (1986 : 889) :

Al-wajhu :

Al- jahatu: al-qadu wa an-niyyatu : Al- marātu

wajah muka :sisi, segi, arah : maksud, tujuan, niat: keridaan

Menurut Tafsir Yusuf Ali dalam (Teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 juz, 2009 : 53) kata / wajhun/ Wajah, sebuah kata bahasa Arab yang padat. Ia berarti (1) Secara harfiah “ Wajah,” tetapi ia dapat meliputi (2) “muka” atau “keridaan,” seperti dalam 92:20 ; (3) “pertolongan,” “keagungan,” kehadiran” bila dipakai untuk Allah, seperti dalam 2:115, dan juga dalam 55:27; (4) “sebab,” “demi,” seperti dalam 76:9; (5) “bagian pertama,”permulaan,” seperti dalam 3:72; (6) “bawaan dasar.” “hati nurani,” “zat,” “diri,” seperti dalam 5: 108, 28:88.

Berikut ini dikemukakan contoh ayat Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata / wajhun/ dalam Al-Qur’an:

Walillahi al-masyriqu wa al-magribu fa`ainamā tuwallū faamma wajhu Allāhi `inna allāha wāsi‘un ‘al īmun

Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu

menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas

(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah : 115).

(28)

Wa qālat ā`ifatun min `ahli al-kitābi `āminū bi al-lażī `unzila ‘ala al-lażīna

`āmanū wajha an-nahāri wākfurū `ākhirahu la‘allahum yarji‘ūna.

Artinya : Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya):

"Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan

kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang

dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu'min)

kembali (kepada kekafiran) (Ali-imran : 72).

Berdasarkan pada contoh ayat pertama bahwasanya kata /wajhun/ dapat diterjemahkan dengan kata wajah, dengan pengertian arah atau tujuan umat menghadap

kepada Allah SWT, maka contoh seperti ini dapat di golongkan kedalam makna leksikal

atau makna sebenarmya.

Pada contoh ayat kedua terjadi perubahan makna asli kata menjadi makna

permulaan siang disebabkan proses gramatikal yaitu penggabungan kata wajh dengan kata an-nahāri, proses gramatikal ini disebut komposisi.

Menurut (Ali, 2009 : 147) makna gramatikal dari kata /wajhun/ merupakan “permulaan siang” sesuai dengan konteks kalimatnya. Menurut Ali wajh disini mengandung arti permulaan ,”bagian awal”. Orang – orang yang suka memperolok yang berkomplot terhadap Islam menyuruh kaki tangan mereka agar bergabung dengan mereka yang beriman dan kemudian meninggalkan mereka.

Dari dua contoh yang telah dipaparkan tersebut, dapat diketahui bahwasanya

(29)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sekilas Tentang AL-Qur’an

Al-qur’an diturunkan secara berangsur- angsur berupa beberapa ayat dari sebuah

surat atau berupa sebuah surat yang pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al- qur’an

secara keseluruhan makan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni : 13 tahun waktu Nabi

masih tinggal di Makkah sebelum Hijrah dan 10 tahun waktu Nabi sesudah Hijrah ke

Madinah.

Menurut Dr. Subhi Al-salih dalam Zuhdi (1993:1) merumuskan defenisi

al-Qur’an yang dipandang sebagai defenisi yang dapat diterima oleh para Ulama terutama

ahli bahasa, ahli fiqh dan ahli Usul Fiqh.

Al- qur՝ ānu huwa al-kitābu al-mu jizu al-munazzalu alā an-nabiyyi .m

al-maktūbu fī al-maāifi al-manqūlu alaihi bi at-tawāturi al- muta bbadu

bitilāwatihi.

Artinya : Al-qur’an adalah firman Allah yang bersifat/berfungsi mu’jizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis di dalam mushaf- mushaf, yang dinukil/diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dan yang dipandang beribadah membacanya.

Pada pendapat diatas, kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya Al-qur’an

(30)

pokok dan isi kandungan yang berharga untuk menjadi pedoman kepada kita dalam

kehidupan sehari- hari.

Adapun pokok- pokok dan isi kandungan Al-Qur’an mengandung lima prinsip

sebagai berikut :

1.

Tauhid (Ajaran atau aqidah tentang kepercayaan Ketuhanan Yang

Maha Esa)

2.

Janji Dan Ancaman Tuhan

Tuhan menjanjikan kepada setiap orang yang beriman selalu mengikuti

semua petunjuk-Nya akan mendapatkan kebahagiaan hidupnya didunia

maupun di akhirat, dan akan dijadikan Khalifah (penguasa) di muka bumi

ini. (perhatikan surat an-Nur : 55). Sebaliknya Tuhan mengancam kepada

siapa saja yang ingkar kepada Tuhan dan memusuhi Nabi/ Rasul-Nya serta

melanggar perintah- perintah dan larangan- larangan-Nya, akan

mendapatkan kesengsaraan hidupnya baik didunia dan di akhirat.

(perhatikan surat at-taubah : 67-68 ; al-

ajj : 72)

3.

Ibadah

Ibadah bagi manusia adalah berfungsi sebagai manifestasi manusia

bersyukur kepada Tuhan Penciptanya atas segala nikmat dan karunianya

yang telah diberikan kepadanya, dan juga berfungsi sebagai realisasi dan

konsekwensi manusia atas kepercayaan nya terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, sebab tidaklah cukup bagi manusia hanya beriman tanpa disertai

dengan amal/ibadah, sebagaimana pula tidak cukup bagi manusia

(31)

4.

Jalan dan Cara menggapai Kebahagian

setiap orang yang beragama pasti bercita- cita ingin mendapatkan

kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Untuk bisa

mencapai cita- citanya itu, Tuhan dalam al-qur’an memberikan petunjuk-

petunjuknya bahwa manusia harus menempuh jalan yang lurus – jalan

yang diridahai oleh allah – dengan cara menghayati dan mematuhi segala

aturan agama yang ditetapkan oleh allah dan rasul-Nya.

5.

Cerita- cerita/ sejarah- sejarah umat manusia sebelum nabi

Muhammad

Didalam al-qur’an terdapat cerita-cerita tentang para nabi atau rasul

beserta umatnya masing- masing. Cerita- cerita tentang mereka itu

diungkapkan kembali oleh Tuhan didalam al-qur’an dengan maksud agar

dijadikan pelajaran bagi manusia sekarang (umat Muhammad) tentang

bagaimana nasib manusia yang taat kepada Tuhan dan siksa bagi yang

durhaka.

3.2 Makna leksikal kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/ yang terdapat

dalam Al-Qur’an

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan melalui software Al-Qur’an

Player Versi 2.0.1.0 copyright c 2005-2007 Wawan Sajcriyanto dan Fathurraḥmān, maka

kata /wajhun/ atau /wujūhun/ ditemukan 41 kata di dalam Al-Qur’an.

1.

Di dalam Surat Al-Baqarah ditemukan 4 ayat di dalamnya terdapat

kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 115,144,149,

dan 150.

(32)

Walillahi al-masyriqu wa al-magribu fa`ainamā tuwallū faamma wajhu allh `inna wasi‘un ‘al īmun

Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu

menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas

(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah : 115).

b.

Surat Al-Baqarah ayat 144 bermakna muka :

Qad narā taqalluba wajhika fī as-samā՝ i falanuwalliyannaka qiblatan tarāhā fawalli wajhaka syara al- masjidi al-arāmi waaiu mā kuntum

fawallū wujuhakum syarahu wa՝ inna al-lażina ՝ ūtū al- kitāba laya

lamūna ՝ annahu al-aqqu mirrabbihim wa mā allāhu bighāfilin ammā ya malūna.

Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wajhun/ yang jamaknya /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka. Muka disini artinya menghadaplah di waktu shalat ke arah masjidil haram yakni ka’bah yang ditujukan kepada seluruh umat.

(33)

c.

Surat Al-Baqarah ayat 149 bermakna wajah :

Wa min ḥaiṡu kharajta fawalli wajhaka syaṭra al- masjidi al-

arāmi

wa

՝

innahu lal

aqqu mirrabbika wa mā

allāhu bighāfilin ammā

ta

malūna.

Artinya : Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.

d.

Surat Al-baqarah 150 bermakna wajah :

Wa min aiu kharajta fawalli wajhaka syara al- masjidi al-arāmi wa

aisu mā kuntum fawallū wujūhakum syarahu li՝ allā yakūna linnāsi alaikum ujjatun ՝ illa al-lażina alamū minhum falā takhsyau hum wa khsyauni waliutimma ni matī alaikum wa laallakum tahtadūna.

Artinya : Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan ni`mat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.

Berdasarkan ayat diatas, poin c dan d padakata /wajhun/ dan

/wujūhun/ diterjemahkan dengan wajah. Wajah disini merupakan arah atau tujuan menghadap kepada Allah S.W.T yakni kiblat yang diridhai-Nya. Maka makna ini

(34)

2.

Di dalam Surat

Āli Imrān

ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 106 dan107.

a.

Surat

Āli Imrān

ayat 106 bermakna muka :

Yauma tabyaḍḍ

u wujūhun wa taswaddu wujūhun fa

՝

ammā al

-lażīna swaddat wujūhuhum

՝

akfartum ba da

՝

īmānikum fażūqū

al-

ażāba bimā kuntum takfurūna.

Artinya : Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".

b.

Surat Āli Imrān ayat 10

7 bermakna muka :

wa՝ ammā al-lażīna byaḍḍat wujūhuhum fafī ramati allāhi hum fīhā

khālidūna.

Artinya : Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka

berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Muka disini merupakan arah atau tujuan menghadap kepada

Allah S.W.T yakni kiblat yang diridhai-Nya. Maka makna ini digolongkan menjadi

makna leksikal atau makna sebenarnya.

(35)

3.

Di dalam Surat An- Nis

ā

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 47 pada surat An-

Nisā

bermakna muka :

Yᾱ

՝

ayyuhā al

-

lażīna

՝

ūtū al

-

kitāba āminū bimā nazzalnā

muṣ

addiqān limā ma

akum min qabli

՝

anna

misa wuj

ūhān

fanaruddaha ala

՝

adb

ārihā

՝

au

՝

nal

anahum kamā la

annā

‘asḥ

āba as

-

sabti wa kāna

՝

amru allāhi maf

ūlān

.

Artinya : Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah

kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang

membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah

muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk

mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang

berbuat ma`siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ jamak dari kata diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna

leksikal atau makna sebenarnya.

Menurut Ali (2009 : 198) wajah ialah inti ekspresi manusia yang paling utama.

Juga ia merupakan petunjuk mengenai nama baiknya untuk dinilai.

4.

Di dalam Surat Al- Ar

ā

f ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 29 pada surat Al- A

rāf

bermakna muka :

Qul

՝

amara rabbī bi al

-qis

i wa

՝

aqīmū wujūhakum

inda kulli

masjidin wād

ūhu mukhl

īna lahu ad

-d

īna kamā bada

՝

akum ta

ūdūna

.

(36)

sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta`atanmu kepada-Nya.

Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian

pulalah) kamu akan kembali kepadaNya)".

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

Menurut Jalalain (2008 :631)Wajh disini yakni hadapkanlah dirimu atau mukamu

kepada Allah di setiap shalatmu, ikhlaslah kamu kepadanya di dalam sujudmu dan

beribadalah kepada-Nya dengan bersih dari kemusyrikan.

5.

Di dalam Surat Al-

Anfāl ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 50 pada surat Al-

Anfāl

bermakna muka :

Walau tarā ՝ iżyatawaffa fī al-lażīna kafarū al-malā՝ ikatu yaribūna

wujūhahum wa՝ adbārahum ważūqū ażāba al-arīqi.

Artinya :Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri).

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

6.

Di dalam Surat Yunus ditemukan 3 (tiga) ayat yang di dalamnya terdapat

(37)

Lil-

lażīna

a

sanū al

-

usnā waziyādatun walā yarhaqu wujūhahum

fatarun

walā żillatun

ulaika as

ābu al

-

jannati hum fīha khālidūna.

Artinya : Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

b.

Surat Yunus ayat 27 bermakna muka :

Wa al-lażīna kasabū as-sayyi’āti jazā՝ u sayyi՝ atin bimilihā watarhaquhum żillatun mā lahum min allāhi min ᾱṣimin ka՝ annamā ՝ ughsyiyat wujūhuhum qiṭᾱ an min al- laili mulimān ՝ ula՝ ika ՝ asābu an-nāri hum fīhā khālidūna.

Artinya : Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

c.

Surat Yunus ayat 105 bermakna muka :

Wa ՝ an ՝ aqim wajhaka lid-dīna anīfān wa lā takūnanna min al

-musyrikīna.

Artinya : Dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada

agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk

orang-orang yang musyrik.

Beberapa poin diatas kata /wajhun/ dan /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau

(38)

Menurut Ali (2009 : 483) Wajah merupakan lambang kepribadian, isi batin dan pribadi yang sesungguhnya, lawan lahir dan pribadi yang fana. Ia akan disinari oleh cahaya Tuhan, tak ada lagi bayangan noda atau kehinaan di balik itu. Dengan adanya rasa malu, segala kekurangan yang dulu akan terhapus, karena dalam pandangan Tuhan hanya kesempurnaan yang ada.

7.

Di dalam Surat Yusuf ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya terdapat

kata

/ wajhun/, yaitu dalam ayat 93 dan 96.

a.

Surat Yusuf ayat 93 bermakna wajah:

Iżhabū biqamīi hażā fa`alqūhu ‘alā wajhi `abī ya`ti baīrān wa`tūnī

bi`ahlikum `ajma‘īna.

Artinya : Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu

letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan

bawalah keluargamu semuanya kepadaku (Yusuf : 93).

b.

Surat Yusuf ayat 96 bermakna wajah :

Falammā

՝

an jā

՝

a al-

basyīru

՝

alqāhu

alā wajhihi fārtadda

baṣ

īrān

՝

aqāla

՝

alam

՝

aqul lakum

՝

innī

՝

a lam

u min allāhi

mā lā ta

lamūna

.

(39)

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau

makna sebenarnya.

Menurut Ali (2009 : 573) Wajah. Berdasarkan ayat tersebut bahwasanya perlu diingat bahwa dulu mereka menutupi kejahatan mereka dengan mengambil bajunya itu, diberi noda darah, dan pura – pura katanya dibunuh serigala. Sekarang mereka sudah mengakui kejahatan itu dan sudah dimaafkan, dan ada berita gembira tentang yusuf yang akan mereka sampaikan kepada Yakub. Yusuf memberikan bajunya yang lain untuk membuktikan kebenaran cerita itu. Sebuah baju yang mewah, cocok sebagai pakaian seorang pembesar Mesir, untuk emmbuktikan kedudukannya yang baik, namun pola dan warnanya beraneka ragam mengingatkan Yusuf yang sudah hilang. Baju pertama yang telah menghanyutkan Yakub kedalam kesedihan. Baju yang sekarang akan menjadi obat penawarnya. Dan ayah melihat dengan jelas wajahnya Yakub dan Yusuf.

8.

Di dalam Surat Ibrahim ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya terdapat

kata

/wajhun/ atau

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 50 pada surat

Ibrahim bermakna muka :

Sarābīluhum min qa

irānin wa taghsyā wujūhahum an

-

nāru

.

Artinya : Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka

ditutup oleh api neraka.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ yang bentuk tunggalnya /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi

makna leksikal atau makna sebenarnya.

9.

Di dalam Surat An-Na

l ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wajhun/, yaitu dalam ayat 58 pada surat An-Nahl

bermakna muka :

Wa

՝

iżā busysyira

՝

a

aduhum bi al

՝

unṡ

ā

alla wajhuhu

(40)

Artinya : Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)

anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat

marah.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya. Menurut Jalalain (2008 : 1089), Wajah merupakan (roman mukanya menjadi

hitam) dengan perubahan yang menunjukkan kedukaan dan kesusahan.

10. Di dalam Surat Al-Is

՝

ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 7 dan 97.

a.

Surat Al-

Isrā

՝

ayat 7 bermakna muka- muka :

In asantum li՝ anfusikum wa in asā tum falahā fa iża jā a wa du

al-khirati liyasū ū wujūhakum waliyadkhulū al-masjida kamā dakhalūhu awwala marratin waliyutabbirū mā alaū tatbīrān.

Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

(41)

Wa man yahdī allāhu fahuwa al

-muhtadi wa man yu

lil falan

tajida lahum

՝

auliyā

՝

u min dūnihi wa na

syuruhum yauma

al-qiyāmati alā wujūhihim

umyān wa bukman wa

ummān ma

՝

hum jahan

namu kullamā khabat zirnāhum sa

īrān.

Artinya: Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wujūhun/ bentuk tunggalnya /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna sebenarnya.

11. Di dalam Surat Al-Kahfi ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 29 pada surat Al-Kahfi

bermakna muka :

Waquli al-aqqu min rabbikum faman syā`a falyu`min wa man syā`a

falyakfur `innā `a‘tadnā li-alimīna nārān `aāā bihim surādiquhā

wa`in yastghīū yughāū bimā`in ka al-muhli yasywī al-wujūha bi`sa asy-syarābu wasā`at murtafaqān.

(42)

dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ bentuk jamak dari wajh diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna

leksikal atau makna sebenarnya.

Menurut Ali (2009: 724) bahwasanya muka memiiki arti, pilihan kita dalam kebebasan berikhtiar yang terbatas meliputi juga suatu pertanggung jawaban yang seimbang. Kebenaran telah ditawarkan kepada kita, berulang- ulang, supaya mendapat perhatian kita. Kalau kita menolaknya juga, kita harus memikul segala akibatnya yang mengerikan, yang dibayangkan dalam api neraka. Nayalanya akan sepenuhnya mengurung kita seperti sebuah kemah. Biasanya akan ada air yang memadamkan rasa dahaga; disini, satu- satunya minuman hanya semacam cairan tembaga, kental, berat, menyala dan panas sekali. Sebelum sampai kemulut orang yang malang- malang itu, tetesannya akan membakar mukanya, seperti dituangkan habis.

12. Di dalam Surat Ṭ

āha

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya terdapat

kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 111 pada surat

āha bermakna

muka :

Wa ‘anati al-wujūhu lil-ayyī al-qayyūmi wa qad khāba man amala

ulmān.

Artinya : Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman (111.)

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ bentuk jamak dari /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna sebenarnya.

(43)

13. Di dalam Surat Al-

Anbiyā

՝

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 39 pada surat Al-

Anbiyā

՝

bermakna muka :

Lau ya lamu al-

lażīna kafarū

īna lā yakufūna an wujūhihimu an

-nāra wa lā

an ẓ

uhūri

him

wa lā hum yun

arūna

.

Artinya : Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui, waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka, sedang mereka (tidak pula) mendapat pertolongan, (tentulah mereka tiada meminta disegerakan).

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

14. Di dalam Surat Al-

ajj ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya terdapat

kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 72 pada surat Al-

ajj bermakna

muka :

Wa

՝

iżā tutlā alaihim āyātunā bayyināti

n ta

rifu fī wujūhi al

-lażīna kafarū al

-

munkara yakādūna yas

ūna bi al

-

lażīna yatlūna

alaihim āyātinā qul

՝

afa

՝

unabbi

՝

ukum b

isyarrin min żālikum

an-

nāra wa

adahā allāhu al

-

lażīna kafarū wa bi

՝

sa al-maṣ

īru

.

(44)

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

15. Di dalam Surat Al- Mu

minūn

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 104 pada surat Al-

Mu

minūn bermakna

muka:

Talfa

u wujū

hahumu an-

nāru

wa hum

fīhā kāli

ūna

.

Artinya : Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka

itu dalam keadaan cacat.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

16. Di dalam Surat Al-

Furqān

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 34 pada surat Al-

Furqān

bermakna muka- muka mereka :

Al-lażīna yusyarūna alā wujūhihim ՝ ilā jahannama ՝ ula՝ ika syarrun makānān wa ՝ aallu sabīlān.

Artinya : Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahannam dengan

diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling

(45)

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

17. Di dalam Surat An- Namal ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 90 pada surat An- Namal

bermakna muka :

Wa man jā

՝

a bi as-sayyi

՝

ati fakubbat wujūhuhum fī an

-

nāri

h

al tajzauna īlla mā kuntum ta

malūna.

Artinya :Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka

disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu

dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu

kerjakan.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

18. Di dalam Surat Ar-

Rūm

ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wajhun/, yaitu dalam ayat 30 dan 43.

a.

Surat Ar-

Rūm

ayat 30 bermakna wajah :

fa

՝

ukim wajhaka lid-d

īna

anīfān fi

ṭrata

allāhi al

-

latī fa

ṭara

an-nāsa

alaihā lā tabdīla likhalqi allāhi żalika ad

-

dīnu al

-qayyimu

walakinna

՝

akṡara an-

nāsi lā ya

lamūna

.

(46)

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

b.

Surat Ar-

Rūm

ayat 43 bermakna wajah :

fa

՝

ukim wajhaka lid-

dīna al

-qayyimi min qabli

՝

an ya

՝

tiya

yaumun lā maradda lahu min allāhi yauma

՝

iżin ya

ṣṣadda

ūna

.

Artinya :Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama

yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak

dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah.

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau

makna sebenarnya.

19. Di dalam Surat Al- A

zāb

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 66 pada surat Al- A

zāb

bermakna muka :

Yauma tuqallabu wuj

ūhuhum fī an

-

nāri yaqūlūna yā laitanā a

ṭa

ar-

rasūlā

.

Artinya : Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam

neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at

kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul".

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

(47)

20. Di dalam Surat Az- Zumar ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 60

pada surat Az- Zumar bermakna muka :

Wa yauma al-qi

yāmati tarā al

-

lażīna każabū

alā allāhi

wujūhuhum mu

swaddatun

՝

alaisa fī jahannama ma

n‘

li

lmutakabbirīna

.

Artinya : Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

21. Di dalam Surat Az- Zukhruf ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wajhun/, yaitu dalam ayat 17 pada surat Az- Zukhruf

bermakna muka :

Wa

՝

iża busyira

՝

a

aduhum bimā

ḍaraba lir-ra

m

āni ma

alān

alla wajhuhu muswaddā

n wa huwa kaẓ

īmun

.

Artinya : Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi

kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi

Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang

dia amat menahan sedih.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

(48)

22. Di dalam Surat Al- Fat

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 29 pada surat Al- Fat

bermakna muka :

mu

am

madun rasūl allāhi wa al

-

lażīna ma

ahu

՝

asyiddā

՝

u

alā

al-kuf

fāri ru

amā

՝

u

bainahum tarāhum rukkaā

n

sujjadā

yabtaghūna fa

lān min allāhi wa ri

wānā

n

sīmāhum fī wujūhihim

min

՝

aṡari as-

sujūdi żalika ma

aluhum fī at

-

taurāti wa

maṡaluhum fi al-

՝

injīli kaz

ar in

՝

akhraja sya

a

hu fā

՝

azarahu

fā staghla

ẓa

fāstawā alā sūqihi yu

jibu az-

zirā

a

liyaghī

ẓa bihimu

al-

kuffāra wa ada allāhu al

-

lażīna

՝

āmanū waamilū a

ṣ-ṣali

āti

minhum maghfiratan wa

՝

ajrān

aẓ

īmān

.

Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

(49)

23. Di dalam Surat

-

Żariyāt

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wajhun/, yaitu dalam ayat 29 pada

surat Aż

-

Żariyāt

bermakna muka :

fa

՝

aqbalati

՝

amra

՝

atuhu fī

ṣarratin faṣ

akkat wajhahā wa qālat

ajūzun aqīmun

.

Artinya : Kemudian isterinya datang memekik (tercengang) lalu

menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang

perempuan tua yang mandul".

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

24. Di dalam Surat Al- Qamar ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 48 pada surat Al- Qamar

bermakna muka :

Yauma yus

abūna fi an

-

nāri alā wujūhihim żūqū massa saqara

Artinya : (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka

mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api

neraka".

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

(50)

Wa yabqā wajhu rabbika żū al

-

jalāli wa al

-

՝

ikrāmi

.

Artinya : Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai

kebesaran dan kemuliaan.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

26. Di dalam Surat Al- Mulk ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wajhun/ dan

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 22 dan

27.

a.

Surat Al- Mulk ayat 22 bermakna muka :

afaman yamsyī mukibbān alā wajhihi

՝

ahdā

՝

aman yamsyī

sawiyyān alā

irā

in mustaqīmin

.

Artinya : Maka apakah orang yang berjalan terjungkel di atas

mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang

berjalan tegap di atas jalan yang lurus?.

b.

Surat Al- Mulk ayat 27 bermakna muka :

Falammā ra

՝

ūhu zulafatan sīat wujūhu al

-

lażīna kafarū waqīla

(51)

Artinya : Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat,

muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya.

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wajhun/ dan

/wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna sebenarnya.

27. Di dalam Surat Al-

Qiyāmah

ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 22 dan 24.

a.

Surat Al-

Qiyāmah

ayat 22 bermakna wajah :

Wujūhun yauma`iżin nāiratun.

Artinya: Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri- seri.

b.

Surat Al-

Qiyāmah

ayat 24 bermakna wajah :

Wa wujūhun yauma`iżni bāsiratun.

Artinya : Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram.

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau

makna sebenarnya.

28. Di dalam Surat Abasa ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya terdapat

(52)

wujūhun yauma`żin musfiratun.

artinya : Banyak muka pada hari itu berseri-seri.

b.

Surat Abasa ayat 40 bermakna muka :

wujūhun

yauma`żin ‘alaihā ghabaratun.

artinya : dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu.

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau

makna sebenarnya.

29.

Di dalam Surat Al-

Ghāsyiyah

ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya

terdapat kata

/wuj

ū

hun/, yaitu dalam ayat 8 pada surat Al-

Ghāsyiyah bermakna

muka :

wujūhun yauma`żin nā‘imatun.

Artinya: . Banyak muka pada hari itu berseri-seri.

Berdasarkan ayat diatas, pada kata /wujūhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna

sebenarnya.

(53)

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka kata /wajhun/ dan /wujūhun/ yang mengalami proses makna gramatikal ada 25 ayat yang terdapat dalam surat :

1.

Surat Al- Baqarah ayat 112 mengalami proses komposisi :

Balā man `aslama wajhahu lillahi wahuwa musinun falahu `ajruhu ‘inda

rabbihi walā khaufun ‘alaihim wa lā hum yazanūna

Artinya : “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan

diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala

pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan

tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Pada ayat di atas, terjadi perubahan makna asli kata menjadi makna diri

disebabkan proses gramatikal yaitu penggabungan kata wajh dengan domir hu ,proses

gramatikal ini disebut komposisi.

Menurut Ali (2009 : 53) Kata /Wajhun/ yang terdapat di dalam ayat tersebut merupakan diri bukan diartikan sebagai wajah. Dan Ali juga menyimpulkan bahwa wajah

mengesankan kepribadian atau diri seseorang.

2.

Surat Al- Baqarah ayat 272

Referensi

Dokumen terkait

Tafsir Indonesia Jalalain Surah Al- Mumtahanah ayat 8 (Allah tiada melarang kalian terhadap orang-orang yang tidak memerangi kalian) dari kalangan orang-orang kafir

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (a) bilangan-bilangan yang disebut dalam Al-Qur’an, (b) pada surat dan ayat berapa bilangan tersebut disebutkan, (c) kata

Dengan penjabaran makna dari ayat 177 surat al-Baqarah dalam yang terdapat dalam tafsir al-Mishbah diharapkan dapat menjadi materi dakwah yang baik bagi para

Pada kata urutan terakhir ini yakni al-rahbi, berarti ‘katakutan’ pada surah al- Qashah ayat 32 berasal dari kata rahaba yang memiliki jenis kata isim masdhar atau

Makna ini muncul dipengaruhi oleh konteks bahasa (al-Siyaq al-Luqhawi), karena berkaitan dengan konteks ayat sebelumnya yang menyatakan Allah SWT mengabarkan kepada

Dalam ayat 229 dan 230 surat al- Baqarah adalah menghapus kebiasaan sebelum Islam yang mana suami tetap suami tetap ruju’ pada istrinya dalam iddah meskipun telah

Panduan Praktis Menemukan Ayat dan Hadis, al-Qur‟an al-Karim yang dikaji dengan asal kata dan derivasinya yang bermakna kewirausahaan dalam 3 bentuk kata

Dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pemaknaan kata ḍayq al-ṣadr dalam al-Qur‟an secara teori denotasi dan konotasi Roland Barthes menghasilkan, 1 Surah Hud ayat 12, makna