Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Klinik
Bersalin Kota Medan
Dwi Suci Puspitasari
101121011
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rakhmat, Nikmat dan Karunia-Nya yang tidak terhingga kepada penulis dan menguatkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Kota Medan”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari dalam penyelesaian penelitian ini mengalami banyak keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sebagai masukan untuk perbaikan di waktu yang akan dating.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selama ini telah berjasa dalam membantu dan memberi dukungan dengan sepenuh hati kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Siti Saidah Nst. S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan serta nasehat yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
juga selaku dosen Penguji II. Kepada, Ibu Ellyta Aizar S.Kp selaku dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia sebagai dosen yang membantu dalam melakukan validitas instrumen penelitian. Kepada Ibu Nunung Febriany Sitepu S.Kep, Ns, MNS selaku dosen Penguji I. Kepada Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada penulis. Kepada Ibu Suryani, SST, M.Kes selaku Pimpinan Klinik Bersalin Suryani. Kepada Ibu Hj. Rukni, SST selaku pimpinan Klinik Bersalin Rukni. Dan kepada Ibu Sumiariani, AM.Keb, SST selaku pimpinan Klinik Bersalin Sumiariani yang telah bersedia memberikan izin kepada penulis untuk penelitian di klinik mereka.
Teristimewa buat kedua orang tua saya tersayang ayahanda Muliadi dan ibunda Sri Utami yang sampai saat ini telah membesarkan, mendidik, mendoakan dan selalu memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dengan sepenuh hati dan kesabaran. Terima kasih banyak atas kasih sayangnya. Kakakku tersayang Hartati dan adikku tersayang Tri suci yang selalu memberi dukungan, semangat serta doanya. Penulis berharap semoga mereka selalu diberi Rahmat dan Karunia oleh Allah SWT serta selalu mendapat keberkahan, kebahagiaan dan kesejahteraan dunia maupun akhirat.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan sebagai bahan atau tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi yang membutuhkan pada umumnya mahasiswa keperawatan.
Medan, Februari 2012
DAFTAR ISI
2.1.2. Macam-macam Persepsi... 8
2.1.3. Syarat agar Individu Dapat Melakukan Persepsi ... 8
2.1.4. Proses Terjadinya Persepsi ... 8
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9
2.2. Kehamilan... 12
2.2.1. Defenisi Kehamilan ... 12
2.2.2. Proses laktasi dan Menyusui ... 14
2.3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 14
2.3.1. Defenisi Inisiasi Menyusu Dini ... 15
2.3.2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 16
2.3.3. Tahapan Perilaku Bayi dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini 18 2.3.4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini ... 19
2.3.5. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan ... 24
2.3.6. Inisiasi Menyusu Dini yang Tidak Dianjurkan ... 25
2.3.7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini ... 26
2.3.8. Kriteria Bayi yang Tidak Dapat Memungkinkan Diterapkannya Proses Inisiasi Menyusu Dini ... 30
2.4. Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini ... 31
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 34
3.1. Kerangka Konseptual ... 34
3.2. Defenisi Operasional ... 36
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 38
4.1. Desain Penelitian ... 38
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
4.4. Pertimbangan Etik ... 41
4.5. Instrumen Penelitian Validitas dan Reliabilitas ... 41
4.6. Validitas dan Reabilitas ... 43
4.7. Pengumpulan Data ... 44
4.8. Analisa Data ... 45
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
5.1. Hasil Penelitian ... 47
5.2. Pembahasan ... 50
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... Lampiran
DAFTAR TABEL
DAFTAR SKEMA
Skema Hal Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 35
Judul : Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Kota Medan
Peneliti : Dwi Suci Puspitasari
NIM : 101121011
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi Tahun Akademik : 2011/2012
ABSTRAK
Judul : Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Kota Medan
Peneliti : Dwi Suci Puspitasari
NIM : 101121011
Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi Tahun Akademik : 2011/2012
ABSTRAK
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Saleha, 2009). Banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu sejak dilahirkan. Selama ini, penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai, dan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat menganggu proses alami bayi untuk menyusu (Roesli, 2008).
Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam satu jam pertama, karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam satu jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking refleks) sangat kuat pada saat itu. Proses menyusui dilakukan dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit ke kulit antara ibu dengan bayi. Bayi akan mulai bergerak mencari puting susu ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi (IDAI, 2008).
Sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon yang penting agar menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan. Hal ini dapat menurunkan angka kematian ibu pasca persalinan. Inisiasi menyusu dini tidak hanya menyukseskan pemberian ASI eksklusif tetapi juga menyelamatkan nyawa bayi. Resiko kematian bayi meningkat dengan di tundanya inisiasi menyusu dini. Oleh karena itu menyusu di satu jam pertama bayi baru lahir sangat berperan dalam menurunkan angka kematian bayi (Roesli, 2008).
dapat menyusu 1 jam pertama dapat menyelamatkan 22% bayi dari kematian saat usia bayi sebelum 28 hari (Roesli, 2008).
Sesuai dengan (SDKI) 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran 34 per 1.000 kelahiran hidup. Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang baru disosialisasikan di Indonesia sejak agustus 2007 adalah melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pemberian ASI sejak dini dapat memberikan efek perlindungan pada bayi dan balita dari penyakit infeksi. Oleh karena itu, disarankan untuk memberi ASI bagi bayi segera mungkin yaitu dalam waktu 1 jam sesaat setelah bayi lahir (Roesli, 2008).
Jarangnya pelaksanaan IMD, dan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan IMD menyebabkan keberhasilan menyusui tidak optimal. Menurut survei demografi kesehatan yang dilakukan pada tahun 2002-2003 hanya 4% bayi yang mendapat ASI pada satu jam pertama kelahiran dan 8% bayi mendapatkan ASI eksklusif sedangkan pemerintah menargetkan 80% pencapaian pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2008).
Dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengetahui apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak. Kadang-kadang ibu keberatan untuk menyusui bayi nya dengan alasan ASI belum keluar. Dalam hal ini ibu harus diberi penjelasan sebaik-baiknya tentang maksud dan tujuan pemberian ASI sedini mungkin (Sumarah dkk, 2009).
mulut bayi atau menyusuinya. Padahal, bayi baru lahir belum siap menyusu sehingga jika ibu menyusui bayi nya untuk pertama kali, kadang bayi hanya melihat dan menjilat puting susu, bahkan menolak untuk meyusu (Roesli, 2008).
Beberapa alasan yang melandasi dalam prakteknya, sulit sekali untuk melaksanakan IMD. Kesulitan ini tidak terletak pada aspek tekhnis, tetapi lebih pada aspek sosial. Aspek sosial disini meliputi masyarakat yang belum banyak tahu tentang IMD (terutama Ibu yang mau melahirkan), tenaga penolong persalinan yang belum mengenal lebih jauh IMD, serta keengganan tenaga kesehatan untuk melakukan IMD karena berbagai alasan.
Penting untuk menyampaikan informasi tentang IMD pada tenaga kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan juga kepada tenaga kesehatan untuk menyampaikan informasi IMD pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan IMD. Juga dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenang, nyaman, dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi merangkak mencari payudara ibu atau ”the breast crawl” (Roesli, 2008).
Kondisi ini juga perlu dipersiapkan sejak bayi dalam kandungan. Selama kehamilan, ibu sudah mendapatkan konseling tentang pentingnya ASI dan makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI. Secara psikologis ibu harus siap sehingga ia mau dan mampu untuk menyusui (Purwanti, 2004).
menyusu dini. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi ibu tentang inisiasi menyusu dini. Pengetahuan yang cukup tentang IMD bagi masyarakat dan keluarga sangat diperlukan. Terutama mengenai manfaatnya yang luar biasa, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan IMD bagi calon anak yang akan terlahir kelak. Hal ini penting, karena bagaimanapun keluarga ingin memberikan yang terbaik bagi si anak, terutama pada awal-awal kehidupannya dan yang terbaik bagi bayi di awal kehidupan tersebut adalah ASI. Dengan informasi yang diberikan kepada ibu hamil diharapkan terjadi suatu proses perubahan perilaku ibu sehingga ibu memiliki keinginan dan mau melakukan inisiasi menyusu dini pada saat persalinan. Maka berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengidentifikasi persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam ruang lingkup pembelajaran yang akan disampaikan dalam mata kuliah keperawatan maternitas.
1.4.2. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil terutama mengenai inisiasi menyusu dini. 1.4.3. Bagi penelitian Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi
2.1.1. Defenisi Persepsi
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Sunaryo, 2004).
Sedangkan menurut Rakhmat (2007) menyatakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan aktivitas yang integreted dalam diri individu (Bimo Walgito, 2001 dalam Sunaryo, 2004).
2.1.2. Macam – Macam Persepsi
Menurut Sunaryo (2004) ada dua macam persepsi, yaitu : Eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu dan self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
2.1.3. Syarat Agar Individu Dapat Mengadakan Persepsi
Menurut Sunaryo (2004) Syarat untuk terjadinya persepsi adalah: adanya objek: Objek menuju stimulus lalu dihantarkan menuju alat indra (resptor), stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra/reseptor) dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensori yang bekerja sebagai reseptor). Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus dan adanya saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran), dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons.
2.1.4. Proses Terjadinya Persepsi
proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengar (Sunaryo, 2004).
Menurut Sobur (2003) persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Dari segi psikologis dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Terdapat tiga komponen utama dalam proses terjadinya persepsi antara lain : Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atu sedikit. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
2.1.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
menjadi faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional, dan faktor personal.
a. Faktor fungsional
b. Faktor Stuktural
Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya. Disini Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua : Medan perseptual dan koknitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Dalam hubungan dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga : sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, bila individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya.
c. Faktor Situasional
Faktor – faktor situasional yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan bahasa nonverbal (Sobur, 2003).
d. Faktor Personal
Faktor keempat yang mempengaruhi persepsi adalah faktor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Leathers membuktikan bahwa pengalaman akan membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses adalah motivasi. Kemudian, kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang individu (Sobur, 2003).
2.2. Kehamilan
2.2.1. Defenisi Kehamilan
Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu: Primigravida dan Multigravida. Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri-cirinya adalah payudara tegang, puting susu runcing, perut tegak menonjol, striae livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen perforatus, vagina sempit denga rugae, portio runcing dan tertutup dan Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup bulan. Ciri-cirinya adalah payudara lembek, puting susu tumpul, perut lembek dan menggantung, striae livide dan albikan, perineum terdapat bekas robekan, vulva terbuka, karunkule mirtiformis, vagina longgar tanpa rugae, portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan belakang.
belum lahir) dalam rahim dari sel telur yang terbuahi (Simkin dkk, 2007).
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyususi bayinya. Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap yang positif harus sudah terjadi pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Banyak ibu yang memiliki masalah, oleh karena bidan harus dapat membuat ibu tertarik dan simpati. Langkah-langkah yang harus diambil dalam mampersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui adalah: setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ibu akan sukses dalam menyusui bayi nya, meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formulamemecahkan masalah yang timbul dalam menyusui, mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan, memberikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya (Yeyeh dkk, 2009).
2.2.2. Proses Laktasi dan Menyusui
bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. Proses ini juga dikenal dengan istilah inisiasi menyusu dini, dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta terlepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon palsenta tersebut tidak diproduksi lagi sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi pembunuh kuman (Saleha, 2009).
2.3. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) 2.3.1. Defenisi IMD
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah pemberian ASI atau menyusui yang dilakukan seketika setelah bayi baru lahir (Kristiansari, 2009).
Inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Ambarwati & Wulandari, 2009).
2.3.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Manfaat inisiasi menyusui dini bagi bayi adalah kualitas dan kuantitas ASI yang keluar sesuai dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Selain itu dapat meningkatkan kecerdasan dan membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas serta juga dapat meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Memulai menyusu dini akan dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Inisiasi menyusu dini meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh. Merangsang produksi ASI dan memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir (JNPK-KR, 2008).
dikeluarkan melalui puting susu. Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih. Hal ini memaksa penolong persalinan memberikan makanan pengganti ASI (Kristiyansari, 2009). Dengan memberi pengganti ASI setelah bayi lahir berarti akan menekan pengeluaran ASI. Bayi yang sudah mendapatkan susu tambahan akan tertidur dan tidak akan terjadi rangsangan pada putting susu. Keadaan ini akan menyebabkan ASI yang keluar sedikit bahkan mungkin berhenti setelah bayi lahir atau ASI akan keluar sedikit, dan berhenti sebelum bayi berumur enam bulan. Hal ini akan sangat merugikan bayi (IDAI, 2008).
yang penting agar menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan (Roesli, 2008).
2.3.3. Tahapan Perilaku Bayi Dalam Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini
Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan diperut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahap perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil menyusui. Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut:
a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
b. Antara 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum, mencium, dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
d. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik (Roesli, 2008).
2.3.4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Kita sudah mengetahui perilaku alamiah bayi baru lahir di satu jam pertamanya, tinggal kita mengetahui langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk menyukseskan inisiasi menyusu dini.
a. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum
Menurut Roesli (2008) tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum yaitu:
maupun ibunya sehingga mereka bisa memberikan dukungan yang besar kepada ibu hamil untuk mau menerapkan proses inisiasi menyusu dini.
2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin bisa menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibunya. Kelahiran dengan obat-obatan dan tindakan seperti operasi, vakum, forcep, bahkan perasaan sakit didaerah kulit yang digunting saat episiotomi dan kelelahan ibu dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini.
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.
4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan
6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi SectioCaesarea.
9. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
b. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Caesar
Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar dapat segera memberi respon pada bayinya. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahan menyusu pertama dilakukan dikamar operasi. Jika keadaan bayi dan ibu belum memungkinkan, bayi diberikan kepada ibu dalam kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anstesi umum, kontak dapat terjadi diruang pulih saat ibu sudah merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat.
Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan Caesar, berikut ini tatalaksananya :
1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.
3. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi. 4. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
5. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah akan dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
6. Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan ibu atau kamar pulih (Roesli, 2008).
dengan persalinan caesar. Pada kelompok responden yang menjalani persalinan normal dari 24 responden, 21 orang (87,5%) berhasil melakukan IMD dan pada kelompok responden yang menjalani persalinan caesar dengan jumlah responden juga 24, hanya 1 orang (4,2%) responden yang berhasil melakukan IMD. Dimana hal ini terjadi karena terdapat sayatan pada bagian perut, cenderung masih mengeluhkan sakit pada daerah sayatan dan jahitan diperut sehingga ibu memilih untuk istirahat dahulu dan memulihkan kondisinya yang lemas sebelum memberikan inisiasi menyusu dini dengan bayinya. Bagi ibu, dalam kondisi nyeri seperti itu maka tidak bisa dipaksakan untuk membantu anak dalam melakukan inisiasi menyusu dini. Karena hal ini, maka pada pasien dengan persalinan caesar baru bisa berhasil memberikan ASI pertamanya kepada bayi setelah lebih dari 1 jam pasca melahirkan. Masyarakat awam masih belum mengetahui benar tentang pentingnya inisiasi menyusu dini.
2.3.5. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
Menurut Roesli (2008) berikut ini adalah langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.
c. Tali pusat dipotong lalu di ikat. Verniks (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
d. Tanpa di bedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengeluarkan panas dari kepala.
Sering kita khawatirkan bayi kedinginan. Menurut penelitian Dr. Niels Bergman dari Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi kedinginan, suhu kulit ibu secara otomatis naik dua derajat unyuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat termoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi (Roesli, 2008).
2.3.6. Inisiasi Menyusu Dini yang Tidak Dianjurkan
Menurut Roesli (2008) saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini sebagai berikut.
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu diikat.
c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak kulit dengan ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium.
e. Selanjutnya diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.
f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntika vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
2.3.7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008) berikut ini pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi.
a. Bayi kedinginan – tidak benar
yang tidak melahirkan. Jiak bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 derajat. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 derajat untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir.
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya – tidak benar.
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setalah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. (Roesli, 2008). Pertimbangan dalam hal waktu pelaksanaan proses inisiasi menyusu dini, yang memungkinkan memakan waktu lama serta faktor kelelahan yang dialami ibu pasca persalinan tidak menjadi kendala dalam mempengaruhi niat ibu hamil untuk mau menerapkan proses inisiasi menyusu dini segera setelah bayi dilahirkan. Hal ini didasari atas pedoman ibu hamil untuk mau menerapakan proses tersebut, pedoman tersebut adalah keinginan ibu hamil untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya. Ibu beranggapan bahwa faktor kelelahan akan hilang jika sudah melihat bayinya lahir dengan sehat (Yulianti, 2008).
c. Tenaga kesehatan kurang tersedia – tidak masalah
ayah atau keluraga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. Pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini (IMD) belum banyak diketahui masyarakat, bahkan juga oleh petugas kesehatan. Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, dan diberi pakaian. Berhasil atau tidaknya inisiasi menyusu dini tergantung pada petugas kesehatan karena merekalah yang pertama membantu ibu bersalin melakukan nisiasi menyusu dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Mereka diharapkan dapat memahami dan mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini (Roesli, 2008).
d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk – tidak masalah
e. Ibu harus dijahit – tidak masalah
Kegiatan merangkak mencapai payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir – tidak benar
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur – tidak benar
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
h. Bayi kurang siaga – tidak benar
i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) – tidak benar Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.
2.3.8. Kriteria Bayi yang Tidak Dapat Memungkinkan Diterapkannya
Proses Inisiasi Menyusu Dini
b. Bayi yang dilahirkan dari ibu hamil yang terinveksi virus HIV/AIDS, dimana bagi ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-21%, terlebih jika putting payudara ibu mengalami perlukaan, baik terjadi lecet ataupun radang.
c. Bayi yang dilahirkan tidak pada waktunya yang disebut bayi prematur, dimana bayi normalnya lahir adalah berumur kurang lebih 280 hari.
2.4. Persepsi ibu tentang inisiasi menyusu dini
Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya persepsi, sikap, dan perilaku seseorang (over behavior). Persepsi, sikap dan perilaku yang didasari oleh kesadaran dan pengetahuan, akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu tersebut juga akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif terhadap hal tersebut. Menurut Rakhmat (2007) bahwa pengalaman mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang belum pernah memperoleh informasi tentang sesuatu objek, akan memiliki persepsi yang lebih buruk dari pada individu yang telah memperoleh informasi sebelumnya (Sunaryo, 2004).
tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.
Pengetahuan yang cukup tentang IMD bagi masyarakat dan keluarga sangat diperlukan. Terutama mengenai manfaatnya yang luar biasa, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan IMD bagi calon anak yang akan terlahir kelak. Hal ini penting, karena bagaimanapun keluarga ingin memberikan yang terbaik bagi si anak, terutama pada awal-awal kehidupannya dan yang terbaik bagi bayi di awal kehidupan tersebut adalah ASI. Dengan informasi yang diberikan kepada ibu hamil diharapkan terjadi suatu proses perubahan perilaku ibu sehingga ibu memiliki keinginan dan mau melakukan inisiasi menyusu dini pada saat persalinan (Yulianti, 2008).
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini. Inisiasi menyusu dini adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibu nya, setidaknya selama satu jam untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang benar. Kontak kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi (Roesli, 2008).
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Persepsi ibu hamil tentang
inisiasi menyusu dini :
• Manfaat IMD
• Tahapan perilaku bayi dalam pelaksanaan IMD • Tatalaksana IMD
• IMD yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan • Penghambat IMD
3.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati. Defenisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukurannya merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristeristiknya (Hidayat, 2009).
Variabel Defenisi operasional
4. IMD yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan
5. Penghambat IMD
19, 20, 21, 22
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antar variable, tidak ada variable bebas maupun terikat (Hidayat, 2009). Maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang dipilih peneliti untuk diteliti (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Klinik Bersalin Rukni, Klinik Bersalin Suryani, dan Klinik Bersalin Sumiariani. Jumlah populasi di ambil dari banyak nya jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada ketiga klinik bersalin tersebut dalam satu tahun terakir yaitu sebanyak 2124 orang.
4.2.2. Sampel penelitian
untuk menentukan jumlah sampel dengan menggunakan pendekatan statistik yang tingkat kesalahannya 1%, 5%, 10%, dimana semakin besar tingkat kesalahan yang ditoleransi semakin kecil jumlah sampel yang diambil. Sebaliknya semakin kecil tingkat kesalahan yang ditoleransi, maka makin besar mendekati populasi sampel yang harus diambil.
Penentuan jumlah sampel menggunakan tingkat kesalahan 10% dengan pertimbangan biaya yang tersedia dan waktu penelitian yang terbatas. Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel adalah :
( )
2 +1d : tingkat kesalahan yang dipilih
( )
2 +14.2.3. Sampling
Sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan teknik accidental sampling yaitu teknik penarikan sampel secara kebetulan, maksudnya sampel diambil secara kebetulan pada saat peneliti melakukan penelitian (Hidayat, 2009). Sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria berikut : Ibu hamil yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilannya, pada saat diteliti ibu hamil tidak sedang mengalami gannguan jiwa, ibu hamil yang dapat membaca dan menulis serta bersedia menjadi responden penelitian.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Rukni, Klinik Bersalin Suryani, dan Klinik Bersalin Sumiariani dengan pertimbangan bahwa di klinik tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dan tersedia sampel yang dibutuhkan peneliti. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober s/d Desember 2011.
4.4. Pertimbangan Etik
Besalin Rukni, Klinik Bersalin Suryani, dan Klinik Bersalin Sumiariani. Dalam penelitian ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta tidak menimbulkan resiko terhadap fisik maupun mental.
Peneliti menjelaskan bahwa partisipasi responden sebagai subjek dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa ada tekanan ataupun paksaan, dan peneliti akan menghormati hak responden. Peneliti memberi lembar persetujuan (Informed Consent) kepada responden dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan atau menyetujui secara lisan.
Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan kepada responden tanpa nama. Selama proses pengambilan data, tidak menimbulkan tekanan psikologis pada responden yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap responden (Nursalam, 2009).
4.5. Instrumen Penelitian.
a. Data demografi yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia kehamilan, pendapatan per bulan, serta riwayat persalinan sebelumnya.
4.6. Validitas dan Reliabilitas 4.6.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002). Validitas yang akan diukur adalah validitas isi yaitu isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2009). Menurut Polit & Huengler (1999) suatu istrumen dikatakan valid apabila memiliki nilai CVI (content validity indexs) >0,70. Uji validitas telah dilakukan oleh dosen yang ahli dalam bidang keperawatan Maternitas yaitu sebanyak dua orang dengan nilai CVI 0,85 dan 0,93.
4.6.2. Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan kepada 20 orang ibu hamil, maka diperoleh rata-rata nilai Cronbach Alpha 0,742. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Setelah peneliti mendapatkan izin dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan kemudian izin dari pemimpin Klinik Besalin Rukni, Klinik Bersalin Suryani, dan Klinik Bersalin Sumiariani
b. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta kesediaannya menjadi responden penelitian ini.
c. Responden yang bersedia untuk menjadi responden penelitian menandatangani surat persetujuan menjadi responden (informed consent) atau responden dapat menyetujuinya secara lisan. Responden yang tidak bersedia menjadi responden penelitian juga dapat memberikan persetujuan secara lisan.
d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan mengingatkan untuk mengisi semua pernyataan secara teliti dan cermat. e. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
4.8. Analisa Data
Data yang telah terkumpul, diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing: Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, sehingga dapat dipastikan bahwa responden telah mengisi semua kuesioner.
b. Coding: Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehinggga memudahkan penelliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data.
c. Processing: Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
d. Cleaning: Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahann atau tidak.
e. Analisis: Analisis yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan kriteria jawaban responden (Hidayat, 2009).
Menurut rumus statistika Hidayat (2009), untuk menentukan panjang kelas dapat digunakan rumus :
s banyakkela
g ren
i= tan
pada kuesioner. Nilai terendah dari skor skala likert kuesioner adalah 0 dan skor tertinggi adalah 3. Jumlah keseluruhan pernyataan pada kuesioner sebanyak 28 pernyataan. Banyak kelas yaitu 2 dimana banyak kelas terdiri dari persepsi negatif dan persepsi positif. Maka disimpulkan :
s banyakkela
g ren i= tan
2
) 28 3 ( ) 28 0
( x x
i= −
42 2 84
= = i
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang telah dilaksanakan pada bulan Oktober s/d Desember di klinik bersalin kota medan yaitu di klinik bersalin Suryani, klinik bersalin Rukni dan klinik bersalin Sumiariani dengan jumlah responden sebayak 96 orang.
5.1.1 Karakteristik Responden
orang (57,3%). Dan sebanyak 54 orang ibu hamil memiliki riwayat persalinan secara normal (56,3%).
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan presentasi karakteristik responden di Klinik Bersalin Kota Medan (n=96)
No Karakteristik Responden
Frekuensi Presentase
1. Usia Responden
7. Riwayat Persalinan
5.1.2. Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Kota Medan
Tabel 2 Disrtibusi frekuensi dan persentasi persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di klinik bersalin kota medan (manfaat IMD, tahapan perilaku bayi pada pelaksanaan IMD, tatalaksana IMD, proses IMD yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, serta penghambat IMD).
No. Kategori Frekuensi Presentasi
1.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, usia ibu hamil di kelompokkan menjadi tiga kategori yaitu usia <20 tahun dan usia >35 tahun yang merupakan kelompok usia resiko tinggi pada masa kehamilan dan usia 20-35 tahun yang merupakan kelompok usia reproduktif (tidak beresiko tinggi). Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 77 orang (80,2%) merupakan kelompok usia 20-35 tahun. Seorang ibu diharapkan dapat hamil dan melahirkan pada usia yang reproduktif agar ibu tetap sehat dan menghasilkan bayi yang sehat juga. Periode usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan salah satu kondisi yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dijalani.
informasi yang diperoleh ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dari tenaga kesehatan pada saat pemeriksaan kehamilan.
Tingkat pendidikan seseorang akan sangat berpengaruh kepada respon orang tersebut terhadap sesuatu yang datang dari luar (Rusnita, 2008 dalam Ananda, 2009). Pendidikan ibu hamil dalam penelitian ini lebih dari setengah (52,1%) ibu hamil lulusan SMA yaitu sebanyak 50 orang. Tingkat pendidikan ibu hamil yaitu lulusan SMA, tetapi ibu hamil masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang inisiasi menyusu dini. Dimana inisiasi menyusu dini merupakan suatu ilmu pengetahuan yang baru di Indonesia.
pada saat pengalaman melahirkan sebelumnya. Alasan ibu tidak menyusui bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI ibu tidak keluar setelah melahirkan.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil merupakan kategori memiliki pendapatan keluarga 1-3 juta perbulan yaitu sebanyak 55 orang (57,3%) dimana pendapatan keluarga ibu hamil tersebut dapat dikategorikan kedalam UMR. Dengan pendapatan tersebut ibu hamil dapat menentukan makanan yang terbaik bagi bayinya yaitu tidak hanya mengandalkan ASI saja tetapi juga dalam pemberian susu formula. Pada penelitian ini, lebih dari setengah ibu hamil berpendapat apabila ASI tidak keluar setelah bayi lahir maka bayi dapat diberikan susu formula dan jika bayi hanya diberikan ASI saja bayi tidak kenyang.
5.2.2. Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini
Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di klinik bersalin kota medan, dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang.
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa 43,8% ibu hamil memiliki persepsi positif tentang inisiasi menyusu dini dan 56,3% ibu hamil memiliki persepsi negatif tentang inisiasi menyusu dini. Pada penelitian ini, persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dinilai dalam lima aspek yaitu persepsi ibu hamil terhadap manfaat inisiasi menyusu dini, tahapan perilaku bayi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, tatalaksana inisiasi menyusu dini, inisiasi menyusu dini yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, serta penghambat inisiasi menyusu dini.
pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini. Tenaga kesehatan kurang memberikan informasi tentang inisiasi menyusu dini kepada ibu hamil. Sesuai dengan pendapat Sunaryo (2004) bahwa seseorang yang belum pernah memperoleh informasi tentang suatu objek, akan memiliki persepsi yang lebih buruk dari pada individu yang telah memperoleh informasi sebelumnya. Pada saat peneliti melakukan pengumpulan data lebih dari setengah ibu hamil juga mengatakan tidak pernah melakukan inisiasi menyusu dini saat pengalaman melahirkan sebelumnya dikarenakan ASI masih sulit keluar setelah melahirkan. Selain itu, responden memiliki persepsi negatif tentang iniasasi menyusu dini dapat dinilai dari lima aspek yaitu :
a. Manfaat inisiasi menyusu dini
mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini. Dari penelitian yang dilakukan, responden menyatakan bahwa meraka tidak menyusui bayinya segera setelah lahir dikarenakan ASI ibu yang belum keluar setelah persalinan. Jadi pemberian ASI di tunda sampai ASI keluar dan bayi di beri makanan pengganti ASI seperti susu formula.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kristiyansari (2009) isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui puting susu. Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih. Hal ini memaksa penolong persalinan memberikan makanan pengganti ASI.
b. Tahapan perilaku bayi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu
dini
menit pelaksanaan inisiasi menyusu dini bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, menjilat tangan dan ini merupakan saat yang tepat untuk segera menyusui bayi. Ibu hamil tidak setuju dengan pernyataan 10 yaitu Antara 30-40 menit pelaksanaan inisiasi menyusu dini bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan. Ini saat yang tepat untuk segera menyusui bayi.
Ibu hamil juga tidak setuju dengan pernyataan 11 yaitu bayi harus melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya paling tidak selama satu jam segera setelah bayi lahir agar bayi mengenali ibu dan siap untuk menyusu. Ibu hamil tidak mengetahui tentang tahapan perilaku bayi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini. Ibu hamil kurang memperoleh informasi tentang inisiasi menyusu dini dari tenaga kesehatan.
c. Tatalaksana Inisiasi menyusu dini
keluar sehingga memberikan makanan pengganti seperti susu formula. Kemudian, lebih dari setengah ibu hamil berpendapatan cukup besar perbulan yaitu 1-3 juta perbulan dimana pendapatan tersebut dapat dikategorikan kedalam UMR. Dengan penghasilan tersebut terkait dengan kesanggupan ibu hamil dalam membeli susu formula. Dari penelitian yang dilakukan peneliti, juga didapatkan bahwa ibu hamil beranggapan apabila bayinya hanya diberikan ASI saja bayi tidak kenyang untuk itu harus diberi makanan tambahan lain seperti susu formula.
Lebih dari setengah ibu hamil tidak setuju dengan pernyataan 18 yaitu penggunaan obat-obatan pada saat persalinan akan mempengaruhi proses menyusui segera setelah bayi lahir. Hal ini berbeda dengan pendapat Roesli (2008) yang menyatakan bahwa disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin bisa menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibunya.
negatif pada pernyataan 19 yaitu apabila bayi kesulitan mencari puting susu ibu pada saat melakukan proses menyusui segera setelah bayi lahir, maka dapat membantu memasukkan puting susu ibu kedalam mulut bayi. Peneliti mengasumsikan hal ini terkait dengan lama nya waktu pelaksanaan proses inisiasi menyusu dini, dimana bayi memerlukan waktu untuk beradaptasi dalam proses inisiasi menyusu dini. Karena waktu nya yang lama maka lebih baik tenaga kesehatan ataupun ibu membantu bayi untuk segera menyusu.
Lebih dari setengah ibu hamil setuju dengan pernyataan negatif pada pernyataan 20 yaitu lebih baik bayi dibersihkan terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses menyusui segera setelah lahir. Berbeda dengan pendapat Roesli (2008) yang berpendapat Verniks (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
hasil penelitian (Dr. Niels Bergman,2005 dalam Roesli, 2008) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan 1 derajat lebih panas dari pada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 derajat. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 derajat untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir.
e. Penghambat pelaksanaan inisiasi menyusu dini
Ibu hamil setuju dengan pernyataan negatif pada pernyataan 27 yaitu penting sekali membersihkan, memandikan, menimbang dan mengukur bayi sebelum melakukan proses menyusui segera setelah bayi lahir. Hal ini berbeda dengan pendapat Roesli (2008) Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
diharapkan dapat memahami dan mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini (Roesli, 2008).
Serta lebih dari setengah ibu hamil tidak setuju dengan pernyataan positif pada pernyataan 28 yang menyatakan bahwa jika bayi tidak disusui segera setelah bayi lahir, maka ia akan sulit menyusu karena akan tertidur. Pernyataa tersebut berbeda dengan pendapat Roesli (2008) yang menyatakan biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam satu jam pertama, karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam satu jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur.
lahir. Maka dari itu ibu harus memberikan susu formula sebagai makanan pengganti ASI bagi bayi.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa ibu hamil memiliki persepsi negatif tentang inisiasi menyusu dini. Hal ini disebabkan karena : a. Tingkat pendidikan ibu hamil yaitu lulusan SMA, tetapi ibu hamil
memiliki pengetahuan yang kurang tentang inisiasi menyusu dini baik dari manfaat inisiasi menyusu dini, tahapan perilaku bayi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, tatalaksana inisiasi menyusu dini, inisiasi menyusu dini yang dianjurkan dan tidak dianjurkan serta penghambat terjadinya proses inisiasi menyusu dini. Dimana inisiasi menyusu dini merupakan ilmu pengetahuan yang baru di Indonesia.
yang tidak keluar setelah bayi lahir. Maka ibu harus memberikan susu formula sebagai makanan pengganti ASI bagi bayi.
6.2. Saran
6.2.1. Untuk Praktek Keperawatan
a. Praktik keperawatan diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang baik bagi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini. Sangat diperlukan sekali pemberian informasi berupa penyuluhan ataupun promosi kesehatan mengenai inisiasi menyusu dini. Penyuluhan tidak hanya diberikan kepada ibu yang melahirkan saja tetapi pada saat masa kehamilan ibu sudah diberi informasi mengenai inisiasi menyusu dini.
b. Tenaga kesehatan agar lebih menggalakkan program inisiasi menyusu dini, mengingat peran tenaga kesehatan yang cukup besar dalam proses pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
6.2.2. Untuk Penelitian Selanjutnya
6.2.3. Untuk Pendidikan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati & wulandari. (2009). Asuhan Kebidanan NIFAS. Jogjakarta: Mitra Cendikia (kepanjangan nama nya masih salah).
Ananda. (2009). Gambaran Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Januari-Maret 2009.
Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatab Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Arifah, Isnaini. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Antara Persalinan Normal Dengan Persalinan Caesar di Ruang Nisa Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Hidayat, A.A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: PT Salemba Medika IDAI. (2008). Bedah ASI. Jakarta: FKUI
JNPK-KR (Jaringan Nasional PelatihanKlinik-Kesehatan Reproduksi). (2008). Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini, Edisi 3 (Revisi). Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Kristiansari, Weni. (2009). ASI, Menyusui & Sadari. Yogjakart: Nuha Medika Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta: Trans Info Media
Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mandriwati, G.A. (2007). Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT Salemba Medika
Notoadmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Andi Offset
Polit D.F. & Hungler.B.P. (1999). Nursing Research Principles and Method. Philadelpia: Lippincatt Company.
Purwanti, Sri Hubertin. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono, Jonathan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogjakarta: Graha Ilmu
Simkin. dkk. (2007). Panduan Lengkap kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta: Arcan
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI
Sumarah. dkk. (2008). Perawatan Ibu Bersalin (Asihan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Yeyeh. dkk. (2009). Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: CV. Trans Info Media
Yulianti. (2008). Studi Kualitatif Mengenai Gambaran Niat Ibu Hamil Dalam Penerapan Proses Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2008.
Lampiran 1
Surat Persetujuan resmi (Informed Concent)
Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini Oleh:
Dwi Suci Puspitasari (101121011)
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui persepsi ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini.
Demi terlaksananya penelitian ini, saya mengharapkan partisipasi Ibu sebagai responden. Saya mengharapkan jawaban yang Ibu berikan sesuai dengan pendapat Ibu sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Ibu. Informasi yang Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Terlepas dari semua itu, Ibu bebas menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mungkin mengundurkan diri dari penelitian ini setiap waktu dan tidak ada sanksi apapun. Jika Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan menandatangani formulir ini.
Medan, Oktober 2011
( )
Lampiran 2
KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Petunjuk pengisian :
a. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang( √ ) pada point yang paling cocok dengan keadaan ibu.
b. Bila jawaban salah dapat dicoret dengan tanda kros (=) pada kolom yang salah.
c. Setelah diisi dimohon untuk dikumpulkan kembali dan peneliti ucapkan terima kasih.
Kode : Tanggal :
DATA DEMOGRAFI.
1. Umur : < 20 thn 20-35 thn
>35 thn
2. Pekerjaan : PNS IRT Peg.Swasta Wiraswasta lain-lain
3. Pendidikan terakhir ibu : SD SMP SMA Diploma/Perg. Tinggi lain-lain 4. Usia Kehamilan : ≥ 1-3 bulan ≥ 4-6 bulan ≥ 7-9 bulan 5. Jumlah anak : Belum ada ≥ 1 orang
6. Pendapatan per bulan : < Rp1.000.000 >Rp 3.000.000 Rp1.000.000 – 3.000.000
7. Riwayat persalinan sebelumnya : Normal HIV/AIDS Seksio sesar Perdarahan
Kuesioner Penelitian Persepsi Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami dimana pernyataan : SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menyusui segera setelah persalinan dan kelahiran bayi (Inisiasi Menyusu Dini) dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.
2 Menyusui segera setelah persalinan dan kelahiran bayi memberikan banyak manfaat bagi ibu dan bayi. 3 Menyusui segera setelah persalinan dan kelahiran
bayi dapat meningkatkan keberhasilan menyusui bayi secara eksklusif (memberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan tanpa makanan tambahan).
4 Bayi tidak dapat segera disusui setelah lahir karena saat disusui untuk pertama kalinya ASI masih sulit keluar.
5 Jika ASI yg keluar sedikit ataupun tidak keluar setelah bayi lahir, pemberian ASI dihentikan sementara sampai ASI mulai keluar.
7 Menyusui segera setelah bayi lahir dapat membantu bayi untuk melatih kemampuan menghisap ASI.
8 Tidak ada pengaruh atau hubungan antara menyusui segera setelah bayi lahir dengan peningkatan kekebalan tubuh bayi.
9 Dalam 30 menit pertama pelaksanaan proses menyusui segera setelah bayi lahir, bayi diam tidak bergerak, matanya terbuka melihat ibu yang merupakan penyesuaian dari keadaan diluar kandungan.
10 Antara 30-40 menit pelaksanaan inisiasi menyusu dini bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan. Ini merupakan saat yang tepat untuk segera menyusui bayi.
11 Bayi harus melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya paling tidak selama satu jam segera setelah bayi lahir agar bayi mengenali ibu dan siap untuk menyusu.
12 Bayi baru lahir tidak dapat langsung menyusu karena pernafasan bayi belum stabil sehingga beresiko bayi tersedak dan sulit bernafas.
14 Proses menyusui segera setelah bayi lahir tidak hanya dapat dilakukan pada ibu yang melahirkan secara normal tetapi dapat juga dilakukan pada ibu yang melahirkan melalui cara operasi seksio sesar. 15 Sentuhan ibu kepada bayi akan membantu bayi
mencari puting susu ibu untuk menyusu pertama kalinya.
16 Jika bayi tidak dapat menyusu segera setelah lahir, maka bayi dapat diberikan makanan pengganti ASI seperti susu formula.
17 Ibu dapat menentukan cara melahirkan yang diinginkan (normal atau operasi) agar lebih merasa nyaman dalam melakukan proses menyusui segera setelah bayi lahir.
18 Penggunaan obat-obatan pada saat persalinan akan mempengaruhi proses menyusui segera setelah bayi lahir.
19 Apabila bayi kesulitan mencari puting susu ibu pada saat melakukan proses menyusui segera setelah bayi lahir, maka dapat membantu memasukkan puting susu ibu kedalam mulut bayi.
20 Lebih baik bayi di bedong pada saat melakukan proses menyusui segera setelah bayi lahir agar bayi tidak kedinginan.
21 Lemak putih pada tubuh bayi sebaiknya tidak langsung dibersihkan karena akan membuat bayi merasa nyaman merangkak mencari puting susu ibu untuk menyusu pertama kalinya.
dilakukan jika bayi tidak dibedong, langsung di tengkurapkan di dada ibu lalu ibu dan bayi diselimuti bersama kemudian mencari puting susu tanpa dibantu.
23 Proses menyusui segera setelah bayi lahir tidak dapat langsung dilakukan karena akan membuat bayi kedinginan.
24 Bayi belum siap untuk menyusu dalam satu jam pertama setelah lahir karena akan tertidur.
25 Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayi.
26 Terbatasnya tenaga kesehatan pada saat persalinan dapat menghambat pelaksanaan proses menyusui segera setelah bayi lahir.
27 Penting sekali membersihkan, memandikan, menimbang dan mengukur bayi sebelum melakukan proses menyusui segera setelah bayi lahir.
28 Jika bayi tidak disusui segera setelah bayi lahir maka ia akan sulit menyusu karena akan tertidur.
Lampiran 3
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Perkiraan biaya yang diperlukan dalam penyelesaian penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan peralatan.
a. Biaya copy dan print Rp. 400.000,-
b. Kuesioner penelitian Rp. 120.000,-
c. Pengandaan proposal Rp. 35.000,-
d. Biaya Klinik Rp. 600.000.-
e. Biaya tak terduga Rp. 150.000,-
Sub total Rp.1.405.000,-
2. Seminar.
a. Konsumsi Rp. 200.000,-
b. Penggandaan skripsi Rp. 85.000,-
c. Biaya sidang skripsi Rp. 300.000,-
Sub total Rp. 585.000,-