• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklan Kartu Xl Dan Tindakan Membeli (Buying Actions) Pengguna Telepon Selular (Studi Kasus Tentang Pengaruh Iklan Televisi Kartu Xl Versi “Kawin Sama Monyet” Terhadap Tindakan Membeli Kartu Xl Oleh Siswa-Siswi Smu Negeri 10 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Iklan Kartu Xl Dan Tindakan Membeli (Buying Actions) Pengguna Telepon Selular (Studi Kasus Tentang Pengaruh Iklan Televisi Kartu Xl Versi “Kawin Sama Monyet” Terhadap Tindakan Membeli Kartu Xl Oleh Siswa-Siswi Smu Negeri 10 Medan)"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

IKLAN KARTU XL DAN TINDAKAN MEMBELI (BUYING ACTIONS) PENGGUNA TELEPON SELULAR

(Studi Kasus tentang Pengaruh Iklan Televisi Kartu XL Versi “Kawin Sama Monyet” terhadap Tindakan Membeli Kartu XL

oleh Siswa-Siswi SMU Negeri 10 Medan) D

I

S

U

S

U

N

Oleh :

Raja Agung Ridho Ilahi Nasution 030904033

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Raja Agung Ridho Ilahi Nasution

N.I.M. : 030904033

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : IKLAN KARTU XL DAN TINDAKAN MEMBELI (BUYING

ACTIONS) PENGGUNA TELEPON SELULAR (Studi Kasus

tentang Pengaruh Iklan Televisi Kartu XL Versi “Kawin Sama

Monyet” terhadap Tindakan Membeli Kartu XL oleh Siswa-Siswi

SMU Negeri 10 Medan)

Medan, September 2009

Dosen Pembimbing, Kepala Departemen Ilmu Komunikasi,

Drs. Humaizi, M.A. Drs. Amir Purba, M.A. NIP. 1959 080 919 860 11 002 NIP. 1951 021 919 870 11 001

Dekan FISIP USU

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lembar Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji Departemen Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tim Penguji :

Tempat :

Panitia Penguji Skripsi

1.

2.

(4)

ABSTRAKSI

Komunikasi merupakah salah satu cara manusia untuk dapat melakukan hubungan dan berinteraksi dalam kehidupan social mereka. Dengan komunikasi, segala hal yang ingin disampaikan oleh seorang manusia kepada manusia lainnya bias terucapkan dengan jelas. Salah satu bentuk dari komunikasi itu adalah iklan, yaitu pesan-pesan (penjualan) yang paling persuasif, yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. Tujuan dari iklan ini sendiri adalah untuk memupuk citra masyarakat calon konsumen, karena iklan bertalian dengan nilai kebaikan dan kebenaran. Ia membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai.

Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan hubungan antara periklanan dengan tindakan membeli (buying actions) dari masyarakat atas produk yang diiklankan, dengan mengambil objek kartu telepon selular produksi PT. Excelcommindo Pratama (XL). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, dengan populasi seluruh siswa-siswi SMA Negeri 10 Medan, di mana kemudian digunakan metode Purposive Sampling dalam penarikan sampelnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penayangan iklan XL versi “Kawin Sama Monyet” dengan Tindakan Membeli (Buying Actions) Kartu XL dari Siswa/i SMA Negeri 10 Medan.

(5)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis ucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena

kekuatan, semangat, dan kasih sayang yang ia berikan tanpa henti-hentinya melalui

tangan orang-orang yang tanpa kita sadari, sungguh besar misteri Allah SWT. Tak

lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagiku,

bagi umat manusia, bagi para sahabat dan bagi orang-orang yang tetap berikhtiar dan

istiqomah di jalan-Nya.

Penulisan skripsi dengan judul “Iklan Kartu XL dan Tindakan Membeli

(Buying Actions) Pengguna Kartu Telepon Seluler” ini, merupakan salah satu syarat

guna memenuhi untuk menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan, kelemahan,

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada penulis. Oleh karena itu

penulis menerima setiap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Keberhasilan penulis dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, terutama Bang Dediku dan Kak Inaku.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW.

2. Orangtuaku, Bapak Drs. Pangihutan Nasution, SH dan Ibuku Kamariah Afsyam,

atas kasih sayang, kesabaran, perhatian dan do’anya yang tulus dan tiada duanya

untuk keberhasilan penulis.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A,selaku Dekan FISIP USU

(6)

5. Bapak Drs. Humaizi, M.A, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan sabar

membimbing, membantu, dan membagi pengetahuannya kepada penulis.

6. Semua dosen di Departemen Ilmu Komunikasi dan FISIP USU.

7. Kepala Sekolah dan guru-guru di SMA Negeri 10 Medan atas izin dan waktunya

yang diberikan kepada penulis. Kak Adek dan Siswa SMA Negeri 10 Medan,

terima kasih atas tempat tongkrongannya yang rame, yang penuh cerita dan tawa.

8. Kak Ros, Kak Cut, Maya, Bang Ria, atas semua bantuannya dalam urusan

administrasi. Buat Kak Ros, terima kasih sekali lagi, jangan sering marah-marah

kak, ^_^.

9. Bang Dedi dan Kak Ina, semua bantuan dan jerih payahnya takkan bisa penulis

lupakan, semoga semua tidak sia-sia dan menjadi bekal buat penulis agar bisa

membalasnya. Terima kasih ya Bang Dedi dan Kak Ina, kalian memang saudara

yang paling baik.

10.Buat keponakanku, senyum, tangis dan tawa kalian selalu meramaikan hati

penulis.

11.Teman-teman Angkatan 2003, makasih ya woy buat hari-harinya di kampus dan

semoga pertemanan kita semakin akrab hingga kita tua nanti.

12.Buat sahabat-sahabatku, Via makasih ya dan buat kata-kata yang mengingatkanku

dan waktu yang diberikan buatku, makasih Apis, yang telah setia menemaniku,

makasih buat Godek, Bang Hendra, Pudan, Wendy, Atok, Kak Desi, Apis, Diko,

Kiting, Umar dan yang lainnya yang tidak tersebut. Makasih buat tawa ceria,

cerita-cerita kita, touring-touring kita, rame-rame dan heboh-heboh kita, semuanya

sangat berarti bagi penulis.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa setiap manusia itu tidak

(7)

menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian,

demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan penulis sendiri. Semoga Allah SWT memberikan berkat dan karunia-Nya yang

berlimpah kepada kita semua, Amin.

Medan, September 2009

(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Abstraksi

Kata Pengantar i

Daftar Isi iv

Daftar Gambar/Tabel vi

Daftar Lampiran ix

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 2

B. Perumusan Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

E. Kerangka Teori 6

F. Kerangka Konsep 10

G. Model Teoritis 12

H. Operasional Variabel 13

I. Definisi Operasional 14

J. Hipotesis 16

K. Metode Penelitian 16

L. Lokasi Penelitian 17

M. Populasi dan Sampel 17

(9)

Bab II Uraian Teoritis 21

A. Komunikasi Massa 21

B. Periklanan 26

C. Teori AIDDA 36

D. Positioning 40

Bab III Metodologi Penelitian 44

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 44

B. Metode Penelitian 48

C. Populasi dan Sampel 49

Bab IV Hasil dan Pembahasan 59

A. Analisa Tabel Tunggal 59

B. Analisa Tabel Tunggal 94

C. Pengujian Hipotesis 107

D. Pembahasan 110

Bab V Penutup 112

A. Kesimpulan 112

B. Saran 116

(10)

DAFTAR GAMBAR/TABEL

Gambar/Tabel Halaman

1. Model Teoritis 12

2. Operasional Variabel 13

3. Struktur Organisasi SMA 10 Medan 46

4. Jenis Kelamin Responden 59

5. Usia Responden 60

6. Jenjang Kelas Responden 61

7. Jumlah Uang Saku Responden 62

8. Kemenarikan Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 64

9. Kepercayaan Responden terhadap Isi Pesan Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 65

10. Kejujuran PT. Excelcommindo Pratama dalam Menyampaikan Isi Pesan Iklan 66

11. Keahlian PT. Excelcommindo Pratama sebagai Penyedia Jasa Komunikasi 67

12. Kesesuaian Cerita dalam Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” dengan Kenyataan 69

13. Tingkat Pengertian Responden Terhadap Isi Pesan Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 70

14. Kejelasan Kesimpulan Makna Pesan dalam Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 71

15. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Makna yang Tersirat dalam Tayangan Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” di Televisi 72

(11)

17. Tingkat Pengertian Responden Terhadap Kalimat Percakapan dalam Iklan

XL Versi “Kawin Sama Monyet” 75

18. Kejelasan Tayangan Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 76

19. Kejelasan Kesinambungan Cerita dalam Iklan XL Versi “Kawin Sama

Monyet” 77

20. Konsistensi (Frekuensi) Penayangan Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet”

di Televisi 78

21. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Media Apa Saja yang Digunakan

Untuk Mempromosikan Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 79

22. Ketepatan Penggunaan Media Televisi dalam Mempromosikan Iklan XL

Versi “Kawin Sama Monyet” 80

23. Keefektifan Penggunaan Media Televisi dalam Menyampaikan Isi Pesan

Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 81

24. Tingkat Kemampuan Responden dalam Mencerna Isi Pesan Iklan XL Versi

“Kawin Sama Monyet” 82

25. Frekuensi Menonton Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” dalam Sehari 84

26. Tingkat Perhatian Responden Saat Menonton Iklan XL Versi “Kawin Sama

Monyet” di Televisi 85

27. Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Keseluruhan Isi Pesan Iklan XL

Versi “Kawin Sama Monyet” 87

28. Tingkat Rasa Ingin Tahu Responden tentang Produk XL Setelah Menonton

Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 88

29. Tingkat Ketertarikan Responden untuk Membeli Kartu GSM XL Setelah

(12)

30. Tingkat Keinginan Responden untuk Terus Menggunakan Kartu GSM XL

Setelah Menonton Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” 90

31. Tingkat Motivasi Responden untuk Membeli dan Menggunakan Kartu GSM

XL Setelah Adanya Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet” di Televisi 92

32. Sumber Pembelian dan Penggunaan Produk (Kartu XL) dari Responden 93

33. Hubungan Antara Keahlian PT. Excelcommindo Pratama dengan Tingkat

Pemahaman Responden tentang Keseluruhan Isi Pesan Iklan XL Versi

“Kawin Sama Monyet” di Televisi 95

34. Hubungan Antara Tingkat Pengertian Responden tentang Isi Pesan Iklan

XL Versi “Kawin Sama Monyet” dengan Tingkat Rasa Ingin Tahu

Responden Terhadap Produk-produk XL 98

35. Hubungan Antara Tingkat Pengertian Responden tentang Isi Pesan Iklan

dengan Tingkat Motivasi Responden untuk Membeli dan Menggunakan

Produk XL 100

36. Hubungan Antara Penyajian Iklan Secara Keseluruhan dan Tingkat

Pemahaman Responden tentang Keseluruhan Isi Pesan XL Versi “Kawin

Sama Monyet” 102

37. Hubungan Antara Frekuensi Penayangan Iklan di Televisi dengan

Frekuensi Responden Menonton Iklan XL Versi “Kawin Sama Monyet”

di Televisi 104

38. Hubungan Antara Tingkat Motivasi Responden untuk Membeli dan

Menggunakan Kartu GSM XL Setelah Adanya Iklan XL Veri “Kawin

Sama Monyet” di Televisi dengan Sumber Pembelian/Pemakaian Produk/-

(13)

ABSTRAKSI

Komunikasi merupakah salah satu cara manusia untuk dapat melakukan hubungan dan berinteraksi dalam kehidupan social mereka. Dengan komunikasi, segala hal yang ingin disampaikan oleh seorang manusia kepada manusia lainnya bias terucapkan dengan jelas. Salah satu bentuk dari komunikasi itu adalah iklan, yaitu pesan-pesan (penjualan) yang paling persuasif, yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya. Tujuan dari iklan ini sendiri adalah untuk memupuk citra masyarakat calon konsumen, karena iklan bertalian dengan nilai kebaikan dan kebenaran. Ia membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai.

Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan hubungan antara periklanan dengan tindakan membeli (buying actions) dari masyarakat atas produk yang diiklankan, dengan mengambil objek kartu telepon selular produksi PT. Excelcommindo Pratama (XL). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, dengan populasi seluruh siswa-siswi SMA Negeri 10 Medan, di mana kemudian digunakan metode Purposive Sampling dalam penarikan sampelnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penayangan iklan XL versi “Kawin Sama Monyet” dengan Tindakan Membeli (Buying Actions) Kartu XL dari Siswa/i SMA Negeri 10 Medan.

(14)

Dunia periklanan telah menjadi salah satu industri terbesar yang sangat

menjanjikan dan melibatkan media massa, baik itu media lini atas (above the line)

maupun media lini bawah (below the line). Persaingan di dunia iklan mengharuskan

para produsen dan pembuat iklan untuk menampilkan iklan-iklan yang efektif demi

meningkatkan brand awareness konsumen atas produknya. Dewasa ini, para pembuat

iklan juga semakin kreatif dalam menciptakan sebuah iklan. Mereka berusaha untuk

membuat sebuah iklan yang bersifat out of box dari iklan-iklan sejenisnya.

Sebuah iklan yang baik adalah iklan yang secara efektif dan efisien dapat

langsung mengkomunikasikan pesan yang dimaksud sehingga komunikan pun

mengerti maksud dari iklan tersebut, dan dapat terus mengingat iklan tersebut. Pesan

yang biasanya berupa ajakan untuk membeli dan/atau mengkonsumsi suatu produk

tertentu itu pun pada gilirannya akan cenderung menimbulkan minat beli dari

komunikan berdasarkan apa yang di ingat oleh komunikan, yang telah dipicu oleh

penyampaian pesan lewat suatu iklan yang menarik. Dengan demikian, iklan adalah

salah satu sarana promosi yang cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness

dan tingkat penjualan suatu produk.

Pada masa sekarang ini persaingan para produsen kartu telepon selular sangat

kompetitif, hal ini dapat kita lihat dari iklan yang mereka tawarkan di media massa

khususnya media elektronik yaitu televisi. Para produsen kartu selular ini sangat

terang-terangan dalam bersaing, mereka berlomba-lomba membuat iklan yang

berbeda dan lain dari yang lain, bahkan mereka juga bersaing dalam tarif telepon yang

ditawarkan, sehingga media pun menyebutkan para produsen kartu telepon sedang

(15)

Di dalam iklannya kali ini, XL (PT. Excelcomindo Pratama) menawarkan

sesuatu yang berbeda dari iklan yang lain dan iklan sebelumnya, provider XL

melakukan terobosan dengan mulai memasukkan hewan di dalam iklan kartu telepon

selularnya, dan dalam hal ini peneliti melihat terjadi peningkatan dalam penggunaan

kartu telepon selular XL di karenakan iklan tersebut.

Iklan yang menjadi objek penelitian ini adalah iklan kartu telepon selular yang

diproduksi oleh provider XL (PT. Excelcomindo Pratama) versi “Kawin sama

Monyet”. Peneliti berpendapat bahwa iklan tersebut efektif, memiliki konsep yang

original, kreatif, membidik sasaran konsumen yang tepat dan dilaksanakan dengan

cukup sempurna. Iklan kartu GSM yang berdurasi sekitar 30 detik ini cukup sering

kita saksikan di televisi.

Iklan ini sendiri mengambil setting di sebuah jalan raya, dimana dua orang

pemuda sedang berjalan dan berbincang-bincang mengenai tarif kartu GSM yang

murah. Menurut pemuda yang bertubuh gemuk, tidak ada tarif kartu GSM yang paling

murah, semuanya sama dan mahal jika menghubungi operator yang berbeda.

Kemudian dia berkata kepada temannya, pemuda yang bertubuh langsing, bahwa ia

bertaruh, jika ada tarif kartu GSM yang murah, maka ia akan bersedia kawin dengan

monyet.

Sesaat setelah itu, ketika mereka melewati sebuah jembatan fly-over, mereka

berdua melihat papan iklan yang menampilkan tarif kartu XL yang hanya Rp. 0.1 per

detik ke semua operator. Pemuda yang gemuk tentu saja terbelalak dan teringat

kembali dengan ikrar taruhan yang diucapkannya, sehingga kemudian ia digambarkan

hidup satu rumah dan/atau kawin dengan seekor monyet, sebagai akibat dari

(16)

Iklan ini kemudian diakhiri dengan munculnya model XL yang menampilkan

kembali tarif Rp. 0.1 per detik ke semua operator.

Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wacana dan bahan

pembanding bagi para pengguna kartu telepon selular dalam menentukan pilihannya

dan juga sebagai wacana penambah dalam hal periklanan.

Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan oleh Peneliti, iklan ini cukup

mendapat perhatian di masyarakat. Peneliti melihat iklan ini telah menjadi fenomena

tersendiri di masyarakat, dengan seringnya digunakan istilah “Kawin sama Monyet”

dalam percakapan sehari-hari di masyarakat.

Peneliti memilih siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10

Medan sebagai subjek penelitian karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh

Peneliti, cukup banyak siswa yang memakai produk XL sebagai kartu GSM telepon

selular mereka, dan cukup populernya ungkapan yang digunakan dalam iklan ini.

Menurut pengamatan Peneliti, cukup banyak siswa yang menggunakan ungkapan di

iklan ini dalam berinteraksi antar sesamanya. Ungkapan “Kawin sama Monyet” cukup

sering digunakan dan telah menjadi bahasa gaul (slank) di kalangan anak remaja.

Selanjutnya Peneliti melihat pengaruh iklan tersebut terhadap tindakan membeli kartu

GSM XL tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana Pengaruh Iklan XL ‘Kawin

Sama Monyet’ terhadap Tindakan Membeli Kartu GSM XL oleh Siswa-Siswi SMA

(17)

C. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup masalah yang akan diteliti tidak terlalu luas, lebih spesifik

dan menghindarkan salah pengertian, maka Peneliti membuat pembatasan masalah

sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan hanya pada siswa/i SMA Negeri 10 Medan..

2. Penelitian dilakukan hanya pada siswa/i yang menonton tayangan iklan XL versi

“Kawin Sama Monyet”.

3. Penelitian dilakukan terbatas hanya pada pengaruh iklan XL versi “Kawin Sama

Monyet” terhadap tindakan membeli kartu GSM XL dari siswa/i tersebut..

4. Pra penelitian dan Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai

dengan bulan Desember 2008.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui besarnya minat beli dan menggunakan kartu telepon selular

XL.

b. Untuk mengetahui pengaruh iklan XL versi “Kawin Sama Monyet” terhadap

tindakan membeli kartu GSM XL oleh siswa/i, khususnya siswa/i SMA Negeri

10 Medan.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan

referensi bagi studi dan penelitian, khususnya bagi studi ilmu komunikasi

(18)

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi peneliti

untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama ini serta menjadi wadah

dalam memperkaya cakrawala pengetahuan tentang periklanan.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi/masukan

yang positif kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

E. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam

memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok fikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

penelitian akan disoroti. (Nawawi, 2001: 39)

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep),

definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala

dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan

gejala tersebut.2

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan untuk dipergunakan

adalah Periklanan, Positioning, dan Teori AIDDA.

1. Periklanan

Secara sederhana iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu

(19)

Dalam literatur pemasaran, Iklan atau advertising didefinisikan sebagai

kegiatan berpromosi barang atau jasa lewat media massa (Wibowo, 2003:5).

Menurut Jefkins (1997:15), Iklan sebagai cara menjual melalui penyebaran

informasi.

Institut Periklanan Inggris mendefinisikan periklanan sebagai pesan penjualan

yang paling persuasive yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling

potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya

(Jefkins, 1997:5).

Sedangkan periklanan menurut Masyarakat Periklanan Indonesia merupakan

keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan penyampaian iklan (Kasali, 1992:11).

Iklan menuurut AMA (American Marketing Association) adalah setiap bentuk

pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan, dan

layanan yang bersifat non personal atas tanggapan sponsor tertentu (Liliweri,

1997:20).

Menurut Kleeper(Liliweri, 1997:17), iklan atau advertising berasal dari bahasa

Latin “Advere” yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain.

Menurut Wright(Liliweri, 1997:20), iklan merupakan suatu proses komunikasi yang

mempunyai kekuatan yang sangat pentingsebagai alat pemasaran yang membantu

menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran

tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama

dari iklan adalah untuk memberitahukan (to inform), membujuk (to persuade), dan

(20)

kemampuannya untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada sejumlah besar

orang pada suatu waktu.

2. Positioning

Positioning menurut Rhenald Kasali adalah suatu proses atau upaya untuk

menempatkan suatu produk, merek, perusahaan, individu atau apa saja dalam pikiran

mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Upaya ini di anggap perlu

karena situasi masyarakat yang sudah over-communicated.

Dengan demikian maka positioning yang dimaksudkan disini merupakan suatu

cara mendekatkan suatu produk yang dihasilkan dengan konsumen yang dituju.

Menurut David A. Aacker strategi ini dapat diterapkan melalui (Alo, 1997: 14):

• Penonjolan karakteristik produk.

• Penonjolan harga dan mutu. • Penonjolan penggunaan.

• Positioning menurut pemakaiannya.

• Positioning menurut kelas produk.

• Positioning dengan menggunakan simbol budaya.

• Positioning langsung terhadap pesaing.

Positioning atau juga disebut penempatan, merupakan model baru dalam dunia

periklanan, dalam buku “Mengatur Posisi” Al Rise dan Jack Trout mengemukakan

bahwa penempatan berarti menempatkan suatu produk ke dalam pikiran konsumen.

(21)

harga jual,pengepakan, dan sebagainya. Namun tidak merubah produk itu sendiri,

perubahan ini hanya terjadi pada kulitnya saja.

3. Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from Attention to Action

Procedure. Teori AIDDA ini di dalam (Effendy, 2003:304) merupakan akronim dari :

A : Attention (Perhatian)

I : Interest (Minat)

D : Desire (Hasrat/Keinginan)

D : Decision (Keputusan)

A : Action (Tindakan)

Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang terjadi pada diri

khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi.

Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik

komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan

membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan komunikasi harus dapat

menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian

komunikannya.

Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah

komunikatornya. Dalam hal ini komunikaort harus mampu menimbulkan suatu daya

tarik pada dirinya (source attractiveness) yang selanjutnya dapat memancing

perhatian komunikan terhadap pesan komunikasi yang disampaikannya. Namun yang

harus diperhatikan juga bahwa dalam membangkitkan perhatian khalayak harus

(22)

Dalam hal ini, komunikatornya adalah provider kartu telepon selular GSM

XL, dan yang menjadi komunikan adalah masyarakat yang menjadi pemirsa televise

dan juga pengguna kartu telepon selular. Sebuah iklan harus mampu menarik

perhatian pemirsanya, dalam hal ini iklan kartu telepon selular GSM XL “Kawin

Sama Monyet” harus membangkitkan perhatian pemirsa televise sehingga akan

muncul minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh tentang iklan tersebut.

Selanjutnya minat akan melahirkan rasa ingin/hasrat untuk melakukan seperti yang

disampaikan oleh iklan tersebut, dan pada akhirnya akan menuju pada tindakan

membeli (buying action) yang dilakukan komunikan (masyarakat) terhadap produk

dari komunikator (kartu telepon selular GSM XL).

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam

memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai. Kerangka konsep juga

merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa penelitian

(Nawawi, 2001: 40).

Kerangka konsep memuat variabel-variabel yang akan diteliti beserta

indikatornya untuk memperjelas hasil penelitian yang akan dicapai. Adapun

variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

(23)

Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari

variabel lain (Rakhmat, 2001: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah iklan

kartu GSM XL versi “Kawin Sama Monyet”, yang indikatornya meliputi :

a. Frekuensi Penayangan Iklan

b. Model Iklan

c. Slogan

d. Penonjolan karakteristik produk

e. Penonjolan harga dan mutu

f. Penonjolan penggunaan

2. Variabel terikat / Dependent Variable (Y)

Merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh

variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2001: 12). Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah “Tindakan Membeli Kartu GSM XL”, yang meliputi :

a. Attention (Perhatian)

b. Interest (Minat)

c. Desire (Hasrat/Keinginan)

d. Decision (Keputusan)

e. Action (Tindakan)

G. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi suatu

(24)

Gambar 2 Model Teoritis

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Iklan GSM XL versi + Tindakan Membeli

“Kawin Sama Monyet” Kartu GSM XL

Variabel Antara (Z)

Karakteristik

Responden

x = Variabel Bebas

y = Variabel Terikat

z = Variabel Antara

+ = Kuat/Lemah Hubungan

H. Operasional Variabel

Operasional variabel digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan

kesesuaian penelitian berdasarkan kerangka konsep di atas, yakni:

(25)

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas

Iklan XL versi “Kawin Sama Monyet”

Frekuensi Penayangan Iklan

• Model Iklan • Slogan

• Penonjolan karakteristik produk

• Penonjolan harga dan mutu • Penonjolan penggunaannya

Variabel Terikat

Tindakan Membeli Kartu GSM XL

Attention (Perhatian)

• Pendapatan (per bulan)

I. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penelitian yang memberitahukan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1995: 46). Dengan kata lain, definisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur

suatu variabel. Dalam penelitian ini variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai

(26)

1. Iklan Kartu GSM XL versi “Kawin Sama Monyet”, yang terdiri dari :

a. Waktu penayangan iklan, yaitu iklan kartu selular GSM XL versi Kawin sama

Monyet yang ditayangkan secara berulang-ulang agar dapat diingat oleh

khalayak.

b. Model iklan, yaitu orang-orang yang digunakan sebagai model dalam iklan

kartu seluler GSM XL versi Kawin sama Monyet.

c. Slogan, yaitu frase pendek yang memberikan deskripsi atau informasi dari

suatu merek.

d. Penonjolan karakteristik suatu produk, yaitu menampilkan karakter produk

yang menjadi ciri khas produk. Seorang pengiklan harus memilih salah satu di

antara sekian unsur produk yang dapat ditonjolkan. Penonjolan ini meliputi

karakteristik fisik, seperti warna, kemasan, ukuran, dan bentuk; dan juga

karakteristik semu, yaitu karakter yang tidak dapat diukur, seperti hal-hal yang

berkaitan dengan selera, rasa, simbol-simbol maupun keuntungan konsumen.

e. Penonjolan harga dan mutu, yaitu apakah harga produk itu terjangkau dan

bagaimana kualitas produk, apakah sudah sesuai dengan informasi yang

diberikan oleh iklan kartu selular GSM XL.

f. Penonjolan penggunaan, yaitu apa kegunaan atau manfaat dari produk tersebut

untuk dikonsumsi.

2. Tindakan Membeli kartu GSM XL versi “Kawin sama Monyet”

a. Attention (Perhatian), yaitu perhatian khalayak dan/atau individu yang

ditimbulkan dari metode penayangan iklan televisi kartu seluler GSM XL

(27)

b. Interest (Minat), yaitu alasan penggerak dalam diri individu untuk

menggunakan produk kartu seluler GSM XL tersebut.

c. Desire (Hasrat/keinginan), yaitu timbulnya keinginan untuk mencoba kartu

seluler GSM XL sebagai pemenuhan kebutuhan.

d. Decision (Keputusan), yaitu keadaan dimana individu mengambil keputusan

tertentu untuk melakukan pertimbangan terlebih dahulu apakah ia akan

menggunakan produk kartu seluler GSM XL ataukah tidak.

e. Action (Tindakan), yaitu tindakan untuk membeli dari individu yang

menyebabkan ia berubah menjadi konsumen dari produk kartu seluler GSM

XL, setelah sebelumnya menyaksikan iklan (versi Kawin sama Monyet) dan

mengadakan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

J. Hipotesis

Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentatif

(sementara), yang hanya akan berlaku setelah terbukti kebenarannya (Nawawi, 2001:

161).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Terdapat hubungan antara menonton tayangan iklan XL versi “Kawin Sama Monyet” terhadap tindakan membeli kartu GSM XL di kalangan siswa/i SMA

Negeri 10 Medan.

Ho : Tidak terdapat hubungan antara menonton tayangan iklan XL versi “Kawin Sama Monyet” terhadap tindakan membeli kartu GSM XL di kalangan siswa/i

(28)

K. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

Metode ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel suatu faktor yang berkaitan

dengan variasi terhadap faktor lainnya. Selain itu metode korelasional ini digunakan

untuk mengukur hubungan di antara berbagai variabel, meramalkan variabel tidak

bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas, meratakan jalan untuk dapat

membuat sebuah rancangan eksperimental.

Adapun pengumpulan data dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan atau

melakukan observasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Medan.

L. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Medan,

Jalan Tilak No. 108 Medan.

M. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang

memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2001: 141).

Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah siswa/I SMA Negeri 10

Medan, yang berjumlah + 700 orang.

(29)

Sampel merupakan pengambilan sejumlah bagian dari populasi yang dianggap

mewakili dari seluruh populasi (Nawawi, 2001: 141). Oleh karena jumlah populasinya

besar (lebih dari 100 orang), maka dapat diambil 10-25% dari populasi tersebut

sebagai sampel.

Menurut Arikunto (2002: 112) jika populasi kurang dari 100, lebih baik di

ambil semua, namun jika populasi diatas 100 orang maka dapat diambil antara 10-15

% atau 20-25%. Berdasarkan data populasi yang ada sebanyak 693 orang, maka

diambil sampel sebesar 10,11%, yaitu 70 orang.

Untuk menentukan 70 orang yang menjadi responden (sampel) dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penarikan sample Purposive Sampling

yaitu penarikan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel

yang digunakan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan

berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria sampelnya adalah siswa-siswi SMA Negeri 10

Medan (kelas 1, 2, 3) yang pernah menyaksikan iklan XL versi kawin sama monyet

(minimal 1 kali).

Langkah selanjutnya adalah mengarahkan teknik penarikan sampel diarahkan

kepada Accidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan

dijumpai, atau siapa saja yang secara kebetulan bertemu deengan peneliti yang dapat

dipergunakan sebagai sampel, sepanjang orang/responden tersebut sesuai sebagai

sumber data penelitian.

N. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan (Library Study), yaitu dengan cara mempelajari dan

(30)

2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data secara langsung di

lokasi penelitian, yang dilakukan melalui kuisioner, yaitu dengan menyebarkan

daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan secara tertulis untuk dijawab oleh para

responden.

O. Teknik Analisa Data 1. Analisa Tabel Tunggal

Dilakukan dengan membagi variabel penelitian ke dalam kategori yang

ditentukan atas dasar jumlah frekuensi dan persentase.

2. Analisa Tabel Silang

Digunakan untuk menganalisa dan mengetahui apakah variabel yang satu

mempunyai hubungan dengan variabel yang lain. Dengan analisa seperti ini maka

dapat diketahui apakah hubungan tersebut bersifat positif atau negatif. Selanjutnya

berguna untuk memperoleh nilai yang jelas dari variabel yang dimaksud, maka

terlebih dahulu ditabulasikan ke dalam bentuk tabel-tabel atau penentuan skor.

3. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis merupakan suatu cara untuk mengathui apakah hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini ditolak atau diterima. Uji hipotesis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berdasarkan Korelasi Rank Spearman, karena dengan

menggunakan korelasi ini, tingkat pengukurannya adalah ordinal, yaitu menyangkut

(31)

rs

rs = Koefisien Korelasi Spearman

di = Perbedaan antara pasangan jenjang/ranking

x = Jumlah variabel x yang beranking sama

y = Jumlah variabel y yang beranking sama

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi, maka digunakan skala

Gildford.

< 0,20 = Hubungan rendah sekali.

0,20 – 0,40 = Hubungan rendah tetapi pasti.

0,41 – 0,70 = Hubungan yang cukup berarti.

0,71 – 0,90 = Hubungan yang tinggi/kuat.

> 0,91 = Hubungan sangat tinggi.

Untuk mengukur tingkat signifikasi korelasi, digunakan rumus t.

t = rs

2

t = Koefisien korelasi variabel x dan y

(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media

massa modern (surat kabar, televise, radio, dan film) yang sifatnya satu arah (one way

traffic). Berdasarkan keadaan hidup sekarang, dapat dikatakan bahwa hidup ini

dikendalikan oleh media massa. Artiya, setiap saat kita sering merasakan proses

komunikasi massa tersebut.

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi massa

memiliki cirri tersendiri. Ciri yang paling khas adalah antara sumber pesan dan

penerima pesan dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik.

Proses penyampaian pesan dalam komunikasi massa juga lebih formal,

terencana, dan lebih rumit. Karena sumber pesannya merupakan lembaga atau

institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi, dan

sebagainya. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan

memerlukan dukungan tenaga kerja yang relatif banyak untuk mengelolanya. Pesan

dalam komunikasi massa bersifat tahan lama bila di dokumentasikan.

Pengertian komunikasi massa merujuk pada pendapat Tan dan Wright,

merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam

menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,

bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek

tertentu (Ardianto, 2004:3).

Menurut Pool (Wiryanto, 2000: 3), mendefinisikan komunikasi massa sebagai

(33)

penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan – pesan komunikasi mengalir

kepada penerima melalui saluran – saluran media massa ( surat kabar, radio, televisi

dan film).

Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa

adalah komunikasi yangditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa

banyaknya. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang

disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio dan visual (Effendy, 2000:21).

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan

menggunakan media modern yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni

sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan, misalnya pembaca surat

kabar, pendengar radio, penonton televise dan film. Mempelajari komunikasi massa

tidak ada gunanya tanpa mengkaitkan peran medianya, bahkan bisa dikatakan media

massa menjadi alat utama dalam proses komunikasi massa.

Beberapa karakteristik dari komunikasi massa menurut definisi-definisi di

atas, yaitu (Nurudin, 2004: 16-28):

1. Komunikasi massa bersifat satu arah

Artinya, setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak diketahui

apakah pesan itu dapat di terima dan di mengerti dengan baik oleh komunikan atau

tidak. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak tahu sama sekali apakah

komunikasinya berhasil atau gagal. Umpan balik terhadap pesan yang disampaikan itu

(34)

(sifatnya tertunda/delayed feedback). Artinya, komunikan tidak dapat secara langsung

memberikan umpan balik atas pesan yang disampaikan oleh komunikator.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan

orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsure dan bekerja satu sama

lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah

system. Di dalam komunikasi massa, yang namanya komunikator itu lembaga media

massa itu sendiri. Dalam sebuah system ada interdependensi, artinya adanya interaksi,

saling keterkaitan, dan saling ketergantungan antara komponen – komponen di

dalamnya. Jadi, apabila ada satu komponen yang tidak bekerja akan mempengaruhi

kinerja komponen yang lainnya.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan

untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Dengan kata

lain, pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu,

pesan-pesan yang disampaikan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus di sini artinya pesan-pesan

itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Misalnya televisi, Karena

televise ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak, maka pesannya harus

bersifat umum. Misalnya dalam pilihan katanya, sebisa mungkin memakai

kata-kata populer bukan kata-kata-kata-kata ilmiah, sebab kata-kata ilmiah itu hanya dapat dimengerti

(35)

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah

jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak

terbatas. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang banyak itu secara serempak dan

pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),

karena komunikasinya menggunakan media massa dan tidak tatap muka. Dalam

komunikasi massa, komunikannya juga heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan

dan kelompok masyarakat. Baik dari segi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan,

tingkat ekonomi, dan lain-lain. Juga bersi individu – individu yang tidak mengenal

satu sama lain. Komunikan tersebut juga tidak mempunyai kepemimpinan atau

organisasi formal.

6. Stimulan alat indera terbatas/komunikasi massa mengandalkan peralatan teknisnya

Karakteristik komunikasi massa ini juga menjadi kelemahan dari komunikasi

massa tiu sendiri, karena terbatasnya stimulasi alat indera.

Pada komunikasi antar pribadi (tatap muka), seluruh alat indera komunikator

dan komunikan dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat,

mendengar, bahkan mungkin merasa secara langsung. Tidak tergantung pada media

massa yang digunakan (surat kabar, televisi, radio dan film) seperti di dalam

(36)

7. Umpan balik pada komunikasi massa tertunda. (delayed)

Ciri ini berhubungan komunikasi massa yang bersifat satu arah. Karena pada

komunikasi massa umpan balik tidak dapat diberikan secara langsung oleh komunikan

kepada komunikator, Umpan baliknya bersifat tertunda (delayed).

Berbicara tentang komunikasi massa berarti berbicara tentang media massa.

Harold D. Lasswell menyebutkan fungsi dari media massa, yaitu (Wiryanto, 2000:

10-11):

a. Fungsi pengamatan lingkungan atau dengan kata lain pemberi informasi dan

penyampaian berita.

b. Menekankan pada seleksi, evaluasi, dan interpretasi dari media massa. Peranan

media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang

tidak perlu disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, redaktur, dan pengelola

media massa (sebagai gatekeeper dari arus berita dan informasi).

c. Sebagai sarana unutk memindahkan nilai dan warisan budaya dari generasi ke

generasi.

d. Sebagai media hiburan.

e. Sedangkan Wilbur Schramm menambahkan fungsi kelima dari media massa yaitu

sebagai media advertensi/iklan. (Wahyudi, 1986: 43-44).

B. Periklanan a. Sejarah Iklan

Kegiatan periklanan sudah dimulai sejak zaman peradaban Yunani Kuno dan

Romawi Kuno, jauh sebelum sistem percetakan ditemukan oleh Guttenburg pada

tahun 1450, yaitu dalam bentuk pesan berantai yang disebut juga the word of mouth.

(37)

masyarakat, yang pada waktu itu belum mengenal huruf dan hanya mengenal sistem

barter dalam kegiatan jual belinya. Iklan pertama kali dikenal lewat

pengumuman-pengumuman yang disampaikan secara lisan, artinya dilakukan dengan komunikasi

verbal. Karena disampaikan secara lisan maka daya jangkaunya sempit, namun pada

masa itu iklan yang demikian sudah dianggap efektif.

William F.Arens membagi lima masa perkembangan iklan, yaitu :

a. Masa Pra Masyarakat Industrial.

Diawali dengan ditemukannya kertas di China tahun 1275 hingga mesin cetak

ciptaan Johann Guttenburg di Jerman pada tahun 1450. Penemuan terakhir ini

membawa perubahab besar terhadap kehidupan masyarakat secara massal termasuk

dunia periklanan saat itu. Masa itu dikenal sebagai publicity era yang memunculkan

format baru periklanan yaitu poster dan leaflet.

b. Masa Revolusi Industri.

Dimulai pertengahan tahun 1700 sampai akhir perang dunia I. Pada masa ini

pemakaian mesin produksi yang memproduksi barang secara massal di eksploitasi

secara besar-besaran. Pada masa ini telah ditemukan teknologi fotografi, telepon dan

film yang semakin membawa iklan masuk periode periklanan modern.

c. Masa Masyarakat Industrial.

Ditandai dengan perubahan orientasi produksi ke penjualan. Langkah-langkah

yang dilakukan pada waktu itu antara lain diversifikasi produk-produk baru, membuat

harga barang lebih murah, mendesain kemasan lebih menarik, dan mengiklankan

produk secara nasional. Munculnyya televisi pada tahun 1941 membuat

(38)

d. Masa Interaktif Global.

Pada masa ini perkembangan teknologi TV kabel dan jaringan Internet yang

memungkinkan pengiklan-pengiklan kecil ikut menggunakannya bersama pengiklan

besar.

Sementara itu perkembangan iklan di Indonesia dimulai pada abad 17, saat

Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoen menerbitkan iklan yang diberi nama “Memories

Des Novvelis” yang membuat keputusan sang Gubernur untuk diketahui masyarakat

secara cepat dan luas. Tahun 1799-1980 merupakan titik awal pertumbuhan industri

periklanan di Indonesia. Salah satu contoh iklan adalah dimuat dalam surat kabar

Tjahja Sijang yang diterbitkan sebulan sekali dengan ketebalan delapan halaman

setiap terbit dan empat halaman sebagai tambahan. (http//www.iklan.blogdrive.com/).

1. Definisi Periklanan

Well et.al. (Umar, 2002: 10) mendefinisikan periklanan sebagai komunikasi

non individual dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh

perusahaan, lembaga nirlaba serta individu untuk mempengaruhi audience.

Menurut Institut Praktisi Periklanan Inggris, Periklanan merupakan pesan-

pesan penjualan yang paling persuasif, yang diarahkan kepada para calon pembeli

yang palin potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang

semurah-murahnya (Jefkins, 1996: 5). Iklan juga merupakan sebagai cara menjual

melalui penyebaran informasi, iklan adalah pesan yang sifatnya informatif, persuasif

(39)

Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu

produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media (Kasali, 1992: 9).

Menurut Masyarakat Periklanan Indonesia, iklan merupakan keseluruhan proses yang

meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan

(Kasali, 1992: 11).

Iklan menurut AMA (American Marketing Association) adalah setiap bentuk

pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan, dan

layanan yang bersifat non personal atas tanggapan sponsor tertentu (Liliweri, 1997:

20). Menurut Wright, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai

kekuaatan yaang sagat penting sebagai alat pemasaran yang menjual barang,

memberikan layanan serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk

informasi yang persuasif (Liliweri, 1997: 20)

Dalam literatur pemasaran, iklan atau advertising didefenisikan sebagai

kegiatan berpromosi barang atau jasa lewat media massa (Wibowo, 2003: 5).

2. Tujuan, manfaat dan fungsi iklan

Iklan ditujukan demi memupuk citra masyarakat calon konsumennya, karena

iklan bertalian dengan nilai kebaikan dan kebenaran. Tujuan penyajian iklan (Wahyu

Wibowo, 2003: 5):

a. Untuk menarik perhatian masyarakat konsumen.

b. Menjaga atau memelihara citra nama (brand image) yang terpatri di benak

masyarakat.

(40)

Menurut Crawford (Wibowo, 2003: 213), tujuan iklan adalah :

a. Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang suatu barang, jasa dan

ide.

b. Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa

ataupun ide yang disajikan dengan memberikan referensi kepada mereka.

c. Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang apa tentang apa yang dianjurkan

dalam iklan itu dan karenanya menggerakkan untuk berusaha memiliki dan

menggunakan barang/jasa yang dianjurkan.

Manfaat iklan yang terbesar adalah membawa pesan yang ingin disampaikan

oleh produsen kepada khalayak ramai. Ada beberapa manfaat iklan bagi

pembangunan masyarakat dan ekonomi, yaitu :

a. Iklan memperluas alternatif bagi konsumen. Dengan adanya iklan, konsumen

dapat mengetahui adanya berbagai produk sehingga menimbulkan adanya pilihan.

b. Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumennya.

Iklan-iklan yang secara gagah tampil di hadapan masyarakat dengan ukuran besar dan

logo yang cantik menimbulkan kepercayaan yang tinggi bahwa perusahaan yang

membuatnya bonafit dan produknya bermutu.

c. Iklan membuat orang kenal, ingat dan percaya.

Periklanan sebagai salah satu bentuk komunikasi mempunyai beberapa fungsi

(Shimp, 2003: 357-361), yaitu :

(41)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan produk/merek baru, mendidik

mereka tentang berbagai fitur dan manfaat produk/merek, serta memfasilitasi

penciptaan citra merek yang positif. Dengan kata lain, periklanan dapat

menampilkan atau memberikan informasi-informasi bernilai lainnya kepada para

calon konsumen.

b. Persuading (Membujuk).

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) para calon konsumen

untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang bujukan ini memang

benar-benar membujuk para calon konsumen agar menginginkan produk yang

diiklankan tersebut, namun kadangkala juga bujukan ini hanya untuk menjual

merk (nama perusahaan).

c. Reminding (mengingatkan).

Iklan juga dapat menjaga agar produk atau merk perusahaan tetap segar dalam

ingatan para konsumennya, dengan kata lain menjaga loyalitas konsumennya.

d. Adding Value (memberikan nilai tambah).

Ada tiga nilai dasar agar perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi penawaran –

penawaran mereka, yaitu : inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah

persepsi konsumen. “Inovasi tanpa kualitas adalah semata-mata hal yang baru.”

Persepsi konsumen tanpa kualitas dan atau inovasi adalah semata-mata reklame

(42)

dalam persepsi-persepsi konsumen seperti pohon terkenal yang tumbang di hutan

yang kosong (hal yang sia-sia).

3. Jenis-jenis iklan

Secara garis besar, iklan dapat digolongkan ke dalam tujuh kategori pokok

(Jefkins, 1996: 39-55), yaitu :

a. Iklan Konsumen

Iklan jenis ini adalah iklan yang menawarkan barang-barang konsumen (consumer

goods) seperti bahan makanan, shampo, sabun dan sebagainya, serta menawarkan

barang tahan lama (durable goods) misalnya rumah, mobil, dan perhiasan, juga

iklan yang menawarkan jasa konsumen (consumer services), seperti iklan

asuransi, bank, layanan hotel, restoran,biro perjalanan dan liburan, dan lainnya.

b. Iklan Antar Bisnis

Iklan antar bisnis adalah ikaln yang mempromosikan barang-barang dan jasa

nonkonsumen. Artinya, bahwa pemasang maupun sasaran iklan sama-sama

perusahaan. Produk yang diiklankan adalah barang antara yang harus diolah ataau

menjadi unsur produksi. Antara lain barang-barang mentah, komponen, suku

cadang, fasilitas pabrik, dan lain-lain. Media bagi iklan antar bisnis adalah

majalah-majalah dan surat kabar bisnis yang teratur menerbitkan topik-topik

spesifik, misalnya tentang komputer, peralatan pengolah data dan lain-lain.

c. Iklan Perdagangan

Iklan perdagangan adalah iklan-iklan yang secara khusus ditujukan kepada

(43)

diiklankan adalah barang-barang untuk dijual kembali. Kegunaan dari iklan

perdagangan adalah memberikan informasi kepada para pedagang tentang

barang-barang yang tersedia untuk dijual kembali, apakah dengan mengingatkan mereka

pada merek-merek yang terkenal. Iklan ini semacam menawarkan unutk memesan

atau menanyakan informasi lebih lanjut, serta membantu salesman lapangan untuk

menghubungi pemilik stok barang.

d. Iklan Eceran

Iklan jenis ini banyak digunakan oleh pasar swalayan ataupun toko serba ada

berukuran besar. Iklan ini dibuat dan disebarluaskan oleh pihak pemasok atau

perusahaan /pabrik pembuat produk, dan iklan ini biasanya ditempatkan di semua

lokasi yang menjual produk tadi ke para konsumen.

Tujuan iklan ini adalah untuk mempopulerkan perusahaan, memikat para

konsumen/orang-orang yang lalu lalang di depan toko tersebut untuk masuk ke

dalam toko; untuk menjual barang-barang yang eksklusif bagi toko tertentu; untuk

menjual stok suatu toko, bisa juga mempromosikan barang-barang yang sifatnya

musiman atau untuk mengumumkan penawaran khusus.

e. Iklan Bersama

Iklan yang dibuat oleh dua perusahaan yang mengadakan hubungan kerjasama

dalam mempromosikann produknya masing-masing. Biasanya produk-produk

yang ditawarkan oleh iklan ini adalah produk-produk yang sifatnya saling

melengkapi, misalnya iklan tentang produk roti dan mentega.

(44)

Iklan keuangan meliputi iklan-iklan untuk bank, jasa tabungan, asuransi dan

investasi. Tujuan iklan keuangan adalah untuk menghimpun dana pinjaman atau

menawaran modal, baik dalam bentuk asuransi, penjualan saham, surat obligasi

atau dengan pengumuman laporan keuangan kepada publik dengan tujuan untuk

menunjukan betapa solidnya keuangan perusahaan yang bersangkutan.

g. Iklan Rekruitmen (Iklan Lowongan Kerja)

Iklan seperti ini bertujuan untuk merekrut calon pegawai pada perusahaan dan

badan- badan umum. Iklan ini berbentuk iklan kolom yang menjanjikan

kerahasiaan pelamar atau iklan selebaran biasa. Media utamanya adalah surat

kabar, radio dan televisi.

Iklan ini terdiri dari dua jenis, yaitu iklan yang diisi oleh para pencari kerja dengan

menyertakan identitas atau kotak pos dan iklan yang berasal dari lembaga,

perusahaan atau biro-biro rekruitmen yang diberi wewenang oleh suatu

perusahaan untuk mencari dan memilih calon untuk mengisi suatu lowongan yang

tersedia.

4. Kelebihan dan kelemahan iklan

Kelebihan dan kelemahan iklan ( Philip Kotler, 1998: 87) antara lain :

a. Kelebihan Iklan, yaitu:

- Periklanan dapat mencapai sejumlah besar pembeli yang tersebar secara

(45)

- Periklanan memungkinkan penjual mengulang pesan berkali-kali sedangkan

pembeli dapat membandingkan pesan yang diterima dari beberapa pesaing.

- Karena sifat publik dari periklanan, konsumen cenderung memandang produk

sebagai baku dan sah. Pembeli mengetahui bahwa membeli produk yang

diiklankan akan dipahami dan diterima oleh khalayak.

- Perusahaan yang bersangkutan dapat mendramatisasi produknya melalui seni

menggunakan gambar, cetakan, suara dan warna. Pada satu periklanan dapat di

pakai unutk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk, pada sisi

lain periklanan dapat mendongkrak penjualan dengan cepat.

b. Kelemahan iklan, yaitu :

- Walaupun dapat menjangkau banyak orang dengan cepat, periklanan tidak

menyertakan manusia sehingga tidak dapat membujuk seperti wiraniaga.

- Pada umumnya periklanan hanya dapat menyampaikan komunikasi satu arah

dengan khalayaknya sehingga khalayak tidak merasa harus memperhatikan

atau memberi reaksi.

- Periklanan memerlukan biaya mahal. Walaupun beberapa bentuk periklanan

seperti iklan di surat kabar dan radio dilakukan dengan anggaran kecil,

bentuk-bentuk lain seperti iklan di televisi membutuhkan anggaran yang besar.

C. Teori AIDDA

Menurut Wilbur Schramm (Effendy, 2003: 304), menyatakan bahwa teori

AIDDA disebut A-A Procedur atau from Attention to Action Procedure. Teori

(46)

A : Attention (Perhatian)

I : Interest (Minat/Ketertarikan)

D : Desire (Hasrat/Keinginan)

D : Decision (Keputusan)

A : Action (Tindakan)

Formula AIDDA dirumuskan untuk memudahkan mengarahkan suatu tujuan

komunikasi yang dilakukan. Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis

yang terjadi pada diri khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi.

Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi

hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan

komunikasi harus dapat menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing

perhatian komunikannya.

Dalam membangkitkan perhatian yang berperan adalha komunikatornya.

Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan daya tarik pada dirinya

(source attractive) yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap

pesan komunikasi yang disampaikannya. Namun yang harus diperhatikan juga dalam

membangkitkan perhatian khalayak harus di hindari munculnya suatu himbauan yang

negatif.

Dimulainya proses komunikasi dengan membangkitkan perhatian (Attention)

komunikan merupakan awal suksesnya komunikasi tersebut. Apabila perhatian

komnikan telah terbangkitkan hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat

(47)

tolak dari timbulnya hasrat / keinginan (Desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang

diharapkan komnikator. Tetapi itu tidaklah cukup harus dilanjutkan dengan datangnya

keputusan (Decision) yakni keputusan untuk melakukan tindakan (Action) seperti

yang diharapkan komunikator.

Dalam hal ini komunikatornya adalah iklan XL Kawin Sama Monyet dan yang

menjadi komunikan adalah masyarakat yang menjadi pemirsa televisi. Sebuah iklan

harus mampu membangkitkan perhatian komunikannya, dalam hal ini iklan XL

Kawin Sama Monyet harus mampu membangkitkan perhatian pemirsa televisi

sehingga muncul minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh tentang iklan

tersebut. Selanjutnya minat akan menumbuhkan rasa ingin /hasrat untuk melakukan

seperti yang disampaikan iklan tersebut.

Dalam penelitian ini tahapannya adalah :

1. Attention : pada tahap awal iklan XL tersebut harus mampu membangkitkan

perhatian dari komunikan yang menjadi khalayaknya. Perhatian adalah pemusatan

atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau

sekumpulan objek. Selanjutnya dikatakan bahwa perhatian adalah penyeleksian

terhadap stimulus, dan tujuan akhir dari perhatian adalah menciptakan kesadaran

terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

2. Interest : Setelah perhatian komunikan terbangkitkan maka tahap selanjutnya

adalah menimbulkan ketertarikan dalam diri komunikan yang akhirny

amelahirkan minat untuk mengetahui lebih lanjut tentang produk yang ditawarkan,

yaitu kartu telepon selular XL serta dapat menggunakannya karena komunikan

(48)

3. Desire : Pada tahap ini iklan XL tersebut harus mampu mengembangkan

keinginan komunikannya agar mau menerima pesan yang disampaikannya,

sehingga memunculkan hasrat di dalam diri komunikan, dimana hasrat itu timbul

dari dorongan dan terarah pada satu tujuan yang konkrit.Disini khalayak harus

dibuat agar merasa membutuhkan produk yang diiklankan,yaitu menggunakan

Kartu XL.

4. Decision : Dalam tahap ini iklan XL harus dapat membuat atau mempengaruhi

khalayaknya untuk mengambil keputusan di dalam diri komunikan tersebut bahwa

iklan XL ini adalah yang diinginkan oleh komunikan selama ini.

5. Action : Dalam tahap ini komunikan telah sampai pada satu tindakan yaitu

membeli kartu XL, komunikan telah yakin XL merupakan kartu yang

digunakannya sebagai kartu telepon selularnya. Komunikan telah menggunakan

kartu XL, maka dapat dikatakan bahwa iklan XL telah berhasil mempengaruhi

komunikannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk sampai pada tahap

pembelian, di dalam jiwa si komunikan terlebih dahulu harus ada rasa perhatian

terhadap produk yang diiklankan, kemudian muncul rasa ketertarikan serta keinginan

sehingga pada akhirnya komunikan membuat keputusan bahwa produk tersebut pantas

untuk dibeli dan digunakan. Oleh karena itu produsen harus jeli dalam membaca

(49)

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta konsumen dapat mengambil

manfaat dari produk tersebut.

D. Positioning

Konsep ini mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1980, sedangkan para

praktisi iklan Indonesia sendiri telah mengenal konsep ini sejak tahun 1976. Rhenald

Kasali dalam bukunya “Manajemen Periklanan” memberikan definisi positioning

yaitu suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk, merek, perusahaan,

individu atau apa saja dalam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau

konsumennya. Upaya ini dianggap perlu karena situsdi mayarakat yang sudah over

communicated. Sedangkan Al Rise dan Jack Trout dalam bukunya “Mengatur Posisi”

mengemukakan rumusan tentang positioning yaitu penempatan dimulai dari suatu

produk, sekotak barang, suatu jasa, sebuah perusahaan, instansi bahkan perorangan.

Namun penempatan bukanlah apa yang dilakukan terhadap pikiran prospek,

penempatan adalah kerangka dasar berpikir yang digunakan untuk memecahkan

persioalan sulit yaitu bagaiman bias di dengar oleh masyarakat yang sudah over

communicated.

Menurut David A. Aacker (Alo, 1997: 17-19) ada beberapa cara untuk

mencoba melaksanakan strategi positioning, strategi ini dapat diterapkan melalui:

1. Penonjolan karakteristik produk

Cara yang paling sering dilakukan adalah menghubungkan saut objek dengan

karakter produk. Seorang pengiklan harus memilih satu dari sekian unsure produk

(50)

bahan bakar, sedangkan mobil keluaran Eropa menawarkan kenyaman

berkendara.

2. Penonjolan harga dan mutu

Merupakan dua unsur yang terpisah namun dipersepsikan sama oleh konsumen.

Harga yang tinggi dianggap sebagai produk yang memiliki kualitas dibandingkan

dengan harga yang murah. Dalam pikiran konsumen harga yang tinggi pasti

membutuhkan bahan baku yang mahal, kebutuhan mesin yang lebih canggih.

Melalui jalan pikiran demikian konsumen mudah diarahakan pada logika mahal

berarti memiliki kualitas yang tinggi, sedangkan murah berarti murahan.

3. Penonjolan penggunaan

Cara lain untuk mengkomunikasikan citra adalah mengkaitkannya dengan

penggunaannya. Ditengah persaingan bisnis komunikasi yang semakin tinggi

seperti kartu telepon selular, XL menawarkan produk kartunya yang baru yang

lebih bersaing dan kompetitif dalam harga.

4. Positioning menurut pemakaiannya

Pendekatan lain mengkaitkan produk dengan pemakaiannya. Banyak produk yang

memberikan sentuhan pribadi yaitu dengan mencantumkan tanda tangan arits atau

selebriti. Cara seperti ini dilakukan untuk menciptakan citra bahwa artis tersebut

juga mengggunakan produk tersebut.

(51)

Produk-produk tertentu di tengah persaingan sering terjepit oleh produk lain, perlu

mengambil keputusan positioning yang kritis dengan mengkaitkannya pada kelas

produk yang bersangkutan.

6. Positioning dengan menggunakan simbol-simbol budaya

Banyak pengiklan ynag menggunakan symbol budaya untuk mengikalankan

produknya agar tercipta citra yang berbeda dimata calon pembeli terhadap produk

para pesaingnya. Strategi ini terutama mengupayakan identifikasi atas sejumlah

simbol yang memiliki arti penting bagi calon pembeli yang tidak digunakan dan

ditonjolkan oleh para pesaingnya. Seperti beberapa iklan kosmetik dalam negeri

yang menonjolkan pada ketradisionalan yang alami.

7. Positioning langsung terhadap pesaing

Citra konsumen terhadap pesaing dapat digunakan sebagai jembatan untuk

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Gambaran umum SMA Negeri 10 Medan

Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Medan merupakan salah satu sekolah yang

terletak di daerah perkotaan Medan, yaitu terletak di JL. Tilak No. 108

Medan,Kelurahan Sei Rengas I, Kecamatan Medan Kota, Kodya Medan. Sekolah ini

tidak jauh dari JL. Thamrin dan dari JL. Sutomo.

Sekolah ini berdiri pada tahun 1966, dengan nama SMA Negeri 9 Medan yang

diambil alih oleh pemerintah dimana pada saat itu merupakan bekas dari sekolah buat

orang China yang bernama SD Chinkang. Lalu pada tahun 1998 berubah menjadi

SMA Negeri 10 Medan sampai dengan sekarang.

Visi dan misi SMA Negeri 10 Medan, yaitu :

Visi : Menyiapkan siswa agar beriman dan bertaqwa, terdidik, mandiri, dan

disiplin sebagai insan yang berkualitas pengisi pembangunan di masa depan.

Misi :

1. Melaksanakan kurikulum sekolah

2. Meningkatkan pembinaan keagamaan secara rutin sesuai dengan ajaran agamanya

masing-masing.

3. Menumbuhkan sikap yang terdidik dan mandiri.

4. Membentuk kesehatan jasmani melalui olahraga berenang.

5. Menumbuhkan sikap semangat siap bertanding melalui Pra Olimpiade, Penelitian

ilmiah remaja, Panel diskusi dan sebagainya.

(53)

7. Menerapkan manajemen partisipasi antar sekolah dengan komite sekolah serta

koordinasi dengan instansi terkait.

8. Menjalin kegiatan dengan alumni, pihak swasta utuk membantu pengadaan dana

dan sarana/prasarana sekolah.

9. Menumbuhkembangkan disiplin dan tanggung jawab.

10.Membina dan membentuk penguasaan teknologi informasi siswa, guru dan

pegawai melalui computer dan intenet.

Tujuan Sekolah :

Bertitik tolak dari visi dan misi yang dirumuskan maka SMA Nengeri 10

Medan mempunyai tujuan yang akan dicapai, yaitu :

1. Tamatan SMA Negeri 10 Medan 70% diterima di perguruan tinggi negeri.

2. Berdisiplin, beriman, berkepribadian, dan peduli lingkungan.

2. Struktur Organisasi SMA Negeri 10 Medan.

KEPALA SEKOLAH

Drs. MUHAMMAD DAUD

(54)

KEPALA TATA USAHA

HONNY K. MATONDANG

NIP. 130 528 918

PERSURATAN KESISWAAN KEUANGAN

SUABATUL ASLAMIYAH SRI NANI T. ISKANDAR

NIP. 131 589 272 NIP. 131 117 671 NIP. 130 907 702

KEPEGAWAIAN SARANA/

TUTI SRIYANI PRASARANA

NIP. 130 907 682 MESINA SIMBOLON

NIP. 130 938 514

PEMBANTU PELAKSANA PENJAGA MALAM

RIANTO SOFYAN

Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 10 Medan.

3. Kondisi /keadaan SMA Negeri 10 Medan Saat ini. a. Staf Pengajar (Guru) dan Pegawai

Saat ini SMA Negeri 10 Medan mempunyai 63 orang staf pengajar (23 orang

laki-laki dan 40 orang perempuan) yang mengajar di berbagai bidang ilmu eksakta

dan sosial. Staf pengajarnya juga memiliki berbagai latar belakang pendidikan, mulai

dari D3 (6 orang), Sarjana Muda (3 orang), hingga Sarjana (S1) (54 orang).

Gambar

Tabel 4
Tabel 5
Tabel  7 Jumlah Uang Saku Responden
Tabel  8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan kajian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi perawat tentang discharge planning dengan pelaksanaan dischrge planning yang

Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi dengan j udul : “ Akibat Hukum Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia (Studi Kasus

Informan: jika itu menurut saya, yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan sudah baik, seperti menjalin dan mengembangkan

Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pedoman pelaksanaan hari kerja di lingkungan Lembaga Pemerintah ini dimaksudkan sebagai acuan umum bagi seluruh Lembaga Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun di tingkat

Lain halnya dalam pembelajaran kewirausahaan di SMA Adiguna Bandar Lampung cenderung lebih bersifat teoritis, sehingga siswa tidak memiliki kemampuan untuk memulai

Pada hari ini Jumat tanggal Dua Belas bulan Sembilan tahun dua ribu empat belas , Pokja III yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Hulu Sungai Selatan Nomor 391 Tahun

Maju Jaya Mulya merasa sistem manual yang sekarang dipakai sudah tidak memadai, maka sistem terkomputerisasi sangat dibutuhkan dalam membantu kegiatan penjadwalan produksi,