• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Insentif terhadap Perputaran Karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Insentif terhadap Perputaran Karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN INSENTIF TERHADAP PERPUTARAN KARYAWAN PADA PESANTREN DARUL

ARAFAH DELI SERDANG

TESIS

Oleh

HERLINA NOVITA 087019024/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

S

EK

O L A

H

P A

S C

A S A RJA

(2)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN INSENTIF TERHADAP PERPUTARAN KARYAWAN PADA PESANTREN DARUL

ARAFAH DELI SERDANG

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERLINA NOVITA 087019024/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN INSENTIF TERHADAP PERPUTARAN KARYAWAN PADA PESANTREN DARUL ARAFAH DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Herlina Novita Nomor Pokok : 087019024

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ac. Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 01 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE., MS..

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Insentif terhadap Perputaran Karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, September 2010 Yang membuat pernyataan,

(6)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN INSENTIF TERHADAP PERPUTARAN KARYAWAN PADA

PESANTREN DARUL ARAFAH DELI SERDANG

ABSTRAK

(7)

lebih dominan dari pada insentif. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, prestasi kerja dan disiplin kerja secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap insentif pada Pesantren Darul Arafah, dan secara parsial variabel disiplin kerja berpengaruh lebih dominan dari pada prestasi kerja. Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara simultan, lingkungan kerja dan insentif berpengaruh sangat signifikan terhadap perputaran karyawan pada Pesantren Darul Arafah dan 2) Secara simultan prestasi kerja dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh sangat signifikan terhadap insentif pada Pesantren Darul Arafah.

(8)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN

INSENTIF TERHADAP PERPUTARAN KARYAWAN PADA

PESANTREN DARUL ARAFAH

DELI SERDANG

ABSTRACT

(9)

variable of performance.The conclusions were as follows: 1) Simultaneuslly, working environment and incentives had significant influence on the rotation of employees at Pesantren Darul Arafah, and 2) Simultaneously, performance and discipline had significant inflluence on incentives at Pesantren Darul Arafah.

(10)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

Tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian

yang dilakukan peneliti adalah: ”Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja dan Insentif

terhadap Perputaran Karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku

Ketua Komisi Pembimbing.

4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ac. selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan penulisan Tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifudin, M.Ec., Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya,

M.Si., dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Komisi Pembanding atas

saran dan kritik yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu

(11)

7. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda H. Hasanuddin dan Ibunda Hj. Mulia

br Sitepu (Almh) tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan

dukungan.

8. Suamiku tercinta Praka Mar. Andri Susilo, yang selalu sabar, dan senantiasa

meluangkan waktu untuk membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Buah hatiku tersayang Dhifaf Tabriz Andrea yang selalu menjadi penyemangat

bagi saya dalam penyelesaian tesis ini.

10.Kakak-kakakku dan adikku tersayang atas semangat yang mereka berikan.

11.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XIV di Program Studi Magister

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas

bantuan dan kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan

Tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh

dari sempurna. Namun harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat kepada

seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan yang Maha Esa memberkati kita semua.

Amin.

Medan, September 2010

Penulis,

(12)

RIWAYAT HIDUP

Herlina Novita, lahir di Medan tanggal 20 April 1983. Anak ketiga dari

empat bersaudara, dari pasangan Ayahanda H. Hasanuddin dan Ibunda Hj. Mulia

br Sitepu (Almh).

Menikah dengan Andri Susilo pada tahun 2009. Dikaruniai seorang putera

bernama Dhifaf Tabriz Andrea.

Pendidikan dimulai dari sekolah dasar di MI YPIS Medan, tamat dan

lulus tahun 1996. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP

Galih Agung Deli Serdang, tamat dan lulus tahun 1999. Selanjutnya meneruskan

pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Galih Agung Deli Serdang, tamat

dan lulus tahun 2002. Kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1)

Program Studi Manajemen di STIE IBBI Medan, tamat dan lulus tahun 2006.

Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi Magister

Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sebagai staff accounting di P.T. Wira Persada dari tahun 2005 sampai

2006. Sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini bekerja sebagai staff pengajar di

Yayasan Pesantren Darul Arafah Deli Serdang.

Medan, September 2010

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Kerangka Berpikir ... 7

1.6. Hipotesis ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Teori Tentang Lingkungan Kerja ... 11

2.2.1. Pengertian dan Jenis Lingkungan Kerja ... 11

2.2.2. Manfaat Lingkungan Kerja ... 16

2.2. Teori Tentang Insentif ... 17

2.2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Insentif ... 17

2.2.2. Program Insentif yang Efektif ... 21

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Insentif 23

2.2.4. Pengertian Prestasi Kerja ... 25

2.2.5. Pengertian Disiplin Kerja ... 25

2.3. Teori tentang Perputaran Karyawan... 26

2.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Perputaran Karyawan ... 26

2.3.2. Faktor-faktor Penyebab Perputaran Karyawan ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.2. Metode Penelitian ... 33

3.2.1. Pendekatan Penelitian ... 33

3.2.2. Jenis Penelitian ... 33

(14)

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 36

3.6.1. Identifikasi Variabel Hipotesis Pertama ... 36

3.6.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 37

3.6.3. Identifikasi Variabel Hipotesis Kedua ... 38

3.6.4. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 39

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

3.7.1. Uji Validitas Instrumen ... 40

3.7.1.1. Uji Validitas Instrumen Variabel Lingkungan Kerja... 41

3.7.1.2. Uji Validitas Instrumen Variabel Pemberian Insentif ... 42

3.7.1.3. Uji Validitas Instrumen Variabel Perputaran Karyawan ... 43

3.7.1.4. Uji Validitas Instrumen Variabel Prestasi Kerja ... 44

3.7.1.5. Uji Validitas Instrumen Variabel Disiplin Kerja ... 45

3.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

3.8. Model Analisis Data ... 46

3.8.1. Model Analisis Data Hipotesis Pertama ... 46

3.8.2. Model Analisis Data Hipotesis Kedua ... 48

3.9. Uji Asumsi Klasik ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Hasil Penelitian ... 52

4.1.1. Gambaran Umum Pesantren Darul Arafah Deli Serdang ... 52

4.1.1.1. Sejarah Singkat Pesantren Darul Arafah Deli Serdang ... 53

4.1.1.2. Visi dan Misi Pesantren Darul Arafah Deli Serdang ... 53

4.1.1.3. Struktur Organisasi Pesantren Darularafah Deli Serdang ... 53

4.1.2. Karakteristik Responden ... 54

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .. 54

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 56

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57

4.1.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 58

4.1.2.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan ... 59

(15)

4.1.3.1. Penjelasan Responden atas Variabel

Lingkungan Kerja ... 60

4.1.3.2. Penjelasan Responden atas Variabel Insentif 64

4.1.3.3. Penjelasan Responden atas Variabel Perputaran Karyawan ... 67

4.1.3.4. Penjelasan Responden atas Variabel Prestasi Kerja ... 71

4.1.3.5. Penjelasan Responden atas Variabel Disiplin Kerja ... 73

4.2. Pembahasan ... 76

4.2.1. Pengujian Hipótesis Pertama ... 76

4.2.1.1. Pengujian Asumís Klasik Hipótesis Pertama . 76 4.2.1.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipótesis Pertama ... 79

4.2.1.3. Koefisien Determinasi (R-square) ... 80

4.2.1.4. Uji Secara Serempak ... 80

4.2.1.5. Uji Secara Parsial ... 82

4.2.2. Pengujian Hipótesis Kedua ... 83

4.2.2.1. Pengujian Asumís Klasik Hipótesis Kedua .... 85

4.2.2.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipótesis Kedua ... 86

4.2.2.3. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 86

4.2.2.4. Uji Secara Serempak ... 86

4.2.2.5. Uji Secara Parsial96 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jumlah Karyawan yang Keluar dan Masuk pada Pesantren

Darularafah Deli Derdang pada Tahun Ajaran 2006/2007

sampai 2008/2009 ... 4

3.1. Jumlah Sampel Penelitian ... 35

3.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... 38

3.3. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 40

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Lingkungan Kerja ... 41

3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pemberian insentif ... 42

3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Perputaran Karyawan ... 43

3.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Prestasi Kerja ... 44

3.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Disiplin Kerja ... 45

3.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 46

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 56

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57

4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 58

4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan ... 59

4.7. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama ... 78

4.8. Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Pertama ... 78

4.9. Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... 80

4.10. Uji F Hipotesis Pertama ... 80

4.11. Uji Parsial Hipotesis Pertama ... 82

4.12. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua ... 84

4.13. Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Kedua... 85

4.14. Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua ... 86

4.15. Uji F Hipotesis Kedua ... 87

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Kerangka Berpikir ... 10

4.1. Struktur Organisasi Pesantren Darul Arafah Deli Serdang ... 54

4.2. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 77

4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 79

4.4. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 83

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 94

2. Data Output SPSS ... 102

(19)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN INSENTIF TERHADAP PERPUTARAN KARYAWAN PADA

PESANTREN DARUL ARAFAH DELI SERDANG

ABSTRAK

(20)

lebih dominan dari pada insentif. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, prestasi kerja dan disiplin kerja secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap insentif pada Pesantren Darul Arafah, dan secara parsial variabel disiplin kerja berpengaruh lebih dominan dari pada prestasi kerja. Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara simultan, lingkungan kerja dan insentif berpengaruh sangat signifikan terhadap perputaran karyawan pada Pesantren Darul Arafah dan 2) Secara simultan prestasi kerja dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh sangat signifikan terhadap insentif pada Pesantren Darul Arafah.

(21)

ANALISIS PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN

INSENTIF TERHADAP PERPUTARAN KARYAWAN PADA

PESANTREN DARUL ARAFAH

DELI SERDANG

ABSTRACT

(22)

variable of performance.The conclusions were as follows: 1) Simultaneuslly, working environment and incentives had significant influence on the rotation of employees at Pesantren Darul Arafah, and 2) Simultaneously, performance and discipline had significant inflluence on incentives at Pesantren Darul Arafah.

(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap organisasi mempunyai tujuan yang akan dicapai melalui

penggunaan sumber daya yang dimiliki. Salah satu tujuan yang akan dicapai oleh

organisasi adalah kinerja yang tinggi tetapi juga efisien. Kinerja yang diperoleh

suatu organisasi berhubungan dengan faktor sumber daya manusia (tenaga kerja)

yang ada dalam organisasi, karena tenaga kerja merupakan faktor penentu dalam

pencapaian kinerja tersebut, dan yang menggerakkan berbagai peralatan-peralatan

yang beroperasi dalam suatu organisasi.

Pencapaian produktivitas kerja berhubungan dengan stabilitas kerja dalam

suatu organisasi, dan stabilitas kerja tersebut dipengaruhi oleh keluar masuknya

karyawan (perputaran karyawan) dalam organisasi. Sebagai mahluk hidup,

karyawan mempunyai keterbatasan, baik fisik maupun kemampuan. Oleh karena

itu, karyawan dalam suatu organisasi pada suatu saat akan mengalami perputaran

karena pensiun, mengundurkan diri atau dikeluarkan oleh organisasi. Adanya

karyawan yang pensiun, mengundurkan diri atau yang dikeluarkan organisasi,

menyebabkan organisasi harus mencari pengganti karyawan tersebut.

Adanya pergantian atau perputaran karyawan dalam suatu organisasi akan

mempengaruhi stabilitas kerja karyawan, karena karyawan juga mempunyai

hubungan dengan sesama karyawan. Dengan adanya pergantian, karyawan akan

memulai hubungan baru lagi dengan karyawan yang baru, demikian juga dalam

(24)

mengetahui proses pekerjaan dalam organisasi sehingga mampu mengikuti

karyawan lama lainnya. Perputaran karyawan bisa terjadi pada berbagai

organisasi, baik organisasi nonpendidikan maupun organisasi pendidikan seperti

pesantren.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang

sudah ada sejak sekitar abad XIII M. Pesantren merupakan lembaga untuk

mendalami ilmu agama Islam dan mengimplementasikannya dalam kehidupan

sehari-hari dengan penekanan pada moral dalam hidup bermasyarakat. Dalam

perkembangannya, pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam yang tumbuh

dan berkembang subur di daerah pedesaan. Belakangan pada dekade tahun

1980-an, pesantren sudah berkembang pesat bukan saja di daerah yang dikategorikan

pedesaan melainkan Juga tumbuh dan berkembang di daerah perkotaan. Dalam

kaitan ini pesantren telah terbukti mampu hidup menyatu dengan masyarakat

sekitamya, dan bahkan menjadi rujukan bagi masyarakat sekitamya terutama

dalam bidang moral.

Pengelolaan pesantren tidak berbeda dengan pengelolaan lembaga

pendidikan lainnya yang melibatkan sejumlah karyawan baik sebagai pendidik

maupun sebagai karyawan administratif. Dalam operasionalnya, Pesantren Darul

Arafah Deli Serdang mempekerjakan sejumlah karyawan, dan para karyawan

tersebut setelah beberapa waktu lamanya sebagian mengajukan pengunduran diri

karena berbagai alasan. Hal ini menyebabkan pihak manajemen pesantren mencari

kembali karyawan pengganti. Dengan demikian terjadi perputaran karyawan pada

(25)

Dalam hal ini faktor yang dianalisis adalah lingkungan kerja dan insentif yang

diterima.

Berbagai permasalahan lingkungan kerja pada Pesantren Darul Arafah

Deli Serdang, adalah keluhan sebagian besar karyawan berkaitan dengan ruangan

kerja yang masih belum nyaman, karena tidak adanya pembatas antara satu

karyawan dengan karyawan lain. Sebagian ruangan juga belum menggunakan

penyejuk ruangan serta perlengkapan kerja yang belum memenuhi standar yang

dibutuhkan. Begitu juga dalam hal penentuan jabatan karyawan lebih mengarah

kepada hubungan keluarga, sehingga kedekatan keluarga merupakan faktor

dominan dalam penempatan karyawan. Hal ini bagi sebagian karyawan menjadi

kendala dalam peningkatan kinerjanya. Kondisi ini selanjutnya juga

mempengaruhi pemberian insentif kepada karyawan.

Pada dasarnya pemberian insentif mengacu pada lamanya karyawan

bekerja di pesantren. Jika karyawan sudah lama bekerja di pesantren, maka

insentif yang diberikan lebih besar. Demikian sebaliknya, jika karyawan masih

baru bekerja, maka insentif yang diberikan lebih kecil. Tapi yang terjadi

sebenarnya tidak sesuai dengan pernyataan diatas, karena ada karyawan baru yang

mendapat insentif yang lebih besar daripada karyawan lama. Oleh karena itu

sebagian karyawan merasa diperlakukan dengan kurang adil dan mejadi tidak

puas, karena dasar penilaian untuk penempatan yang pada akhirnya akan

mempengaruhi insentif, dilakukan kurang objektif. Hal tersebut pada akhirnya

(26)

Jumlah karyawan yang keluar dan masuk pada Pesantren Darul Arafah

Deli Serdang tahun 2007 – 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Jumlah Karyawan yang Keluar dan Masuk pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang tahun ajaran 2006/2007 sampai 2008/2009

Tahun Ajaran

Jumlah Awal Keluar Masuk Jumlah

Akhir

2006/07 119 22 17 107

2007/08 107 31 38 114

2008/09 114 14 10 110

Sumber: Bagian Kepegawaian Pesantren Darul Arafah Deli Serdang, 2010

Data tersebut menunjukkan tingkat perputaran karyawan pada Pesantren

Darul Arafah Deli Serdang cukup tinggi, dimana hal ini akan berpengaruh

terhadap kinerja karyawan dan pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian

tujuan organisasi. Sehubungan dengan penelitian ini, maka terjadinya perputaran

karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang diduga berhubungan dengan

lingkungan kerja dan insentif.

Lingkungan kerja dan pekerjaan merupakan dua faktor penting yang

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan suatu organisasi. Seorang yang bekerja di

lingkungan kerja yang sehat, baik secara langsung maupun tidak langsung ikut

mendorong meningkatnya semangat kerja dirinya. Sedangkan seorang yang

bekerja di lingkungan kerja yang tidak sehat, baik secara langsung maupun tidak

langsung ikut mendorong turunnya semangat kerja dirinya. Seorang yang bekerja

dibidang pekerjaan yang menarik dan menantang juga dapat mendorong

(27)

membosankan dan dikerjakan secara rutin maka semangat kerja orang itu juga

dapat menurun. Keberhasilan suatu organisasi dalam pencapaian tujuan selain

ditentukan oleh kualitas SDM-nya, juga ditentukan oleh fasilitas-fasilitas yang

mendukung operasional organisasi itu sendiri. Fasilitas itu harus dapat mendorong

proses kerja karyawan yang lebih produktif dan profesional dibidang kerjanya.

Adapun fasilitas yang dimaksud tidak lepas dengan adanya faktor lingkungan

kerja yang erat kaitannya dengan motivasi kerja pegawai.

Dalam bekerja, setiap karyawan mengharapkan agar lingkungan kerja

senyaman mungkin. Namun kenyamanan lingkungan kerja bukan merupakan

kewajiban karyawan tetapi merupakan upaya yang dilakukan oleh organisasi, baik

dalam hal fasilitas dan hubungan kerja. Pada lingkungan kerja yang nyaman para

karyawan dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan. Rasa nyaman tersebut

menyebabkan karyawan untuk betah bekerja pada organisasi.

Setiap karyawan mengharapkan imbalan dari organisasi sesuai dengan

hasil kerjanya. Selain memberikan gaji setiap bulan yang ditetapkan berdasarkan

golongan dan jabatan, sebagian organisasi juga memberikan insentif kepada

pegawai. Insentif yang diterima setiap karyawan berbeda sesuai dengan prestasi

kerjanya. Jika karyawan merasa bahwa insentif yang diterima telah sesuai dengan

hasil kerjanya dan adanya penghargaan dari organisasi terhadap pekerjaannya,

maka karyawan akan tetap bertahan dan loyal terhadap organisasi. Penghargaan

organisasi dalam bentuk insentif juga sering berhubungan dengan disiplin kerja

karyawan, dimana karyawan dengan disiplin yang tinggi diberi penghargaan

(28)

Bagi organisasi, perputaran karyawan akan menimbulkan beban, terutama

dalam pelatihan karyawan baru untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara

optimal. Perputaran karyawan yang tinggi juga, khususnya karena karyawan

mengundurkan diri menunjukkan adanya suatu permasalahan dalam hal sumber

daya manusia dalam organisasi. Masalah ini dapat menimbulkan berbagai dampak

yang negatif bagi perusahaan, seperti : keluarnya biaya untuk perputaran

karyawan, menurunnya produktivitas, menurunnya kualitas pelayanan,

hilangnya berbagai peluang bisnis, meningkatnya beban administrasi serta

menyebabkan demoralisasi karyawan yang masih tinggal

Berbagai kebijakan dari pihak organisasi dapat memberikan dampak

langsung terhadap tingkat perputaran karyawan ini, misalnya kebijakan

kompensasi atau insentif, kebijakan promosi yang berkaitan dengan jenjang

karier seseorang, ataupun situasi serta lingkungan kerja yang juga berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya tingkat perputaran karyawan ini.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Sejauh mana pengaruh lingkungan kerja, dan insentif terhadap perputaran

karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang ?

2. Sejauh mana faktor prestasi kerja dan disiplin kerja mempengaruhi insentif

yang diterima oleh karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang ?

(29)

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja, dan

insentif terhadap perputaran karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli

Serdang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis prestasi kerja dan disiplin kerja yang

mempengaruhi insentif yang diterima oleh karyawan pada Pesantren Darul

Arafah Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi manajemen Pesantren Darul Arafah Deli Serdang

dalam upaya menekan perputaran karyawan.

2. Sebagai menambah referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi

Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

3. Sebagai menambah pengetahuan dan wawasan peneliti di bidang ilmu

manajemen, Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya..

4. Sebagai bahan acuan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya terutama

yang berminat untuk melakukan penelitian yang sama pada masa mendatang.

1.5. Kerangka Berpikir

Keberhasilan suatu organisasi di dalam mencapai tujuannya tergantung

pada kualitas kegiatan dan upaya bersama dari orang-orang yang terlibat di

(30)

harus dilakukan dalam organisasi tergantung kepada karyawan yang

melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Semakin berpengalaman seorang

karyawan dalam bekerja, maka kualitas kerjanya pun akan semakin baik. Seorang

karyawan memiliki pengalaman kerja jika dia dapat bekerja selama waktu tertentu

di dalam suatu organisasi. Demikian juga dalam hal melaksanakan

kegiatan-kegiatan organisasi, merupakan hasil kerjasama antara beberapa dan atau seluruh

karyawan di dalam organisasi. Oleh karena itu jika terjadi pergantian karyawan

atau perputaran karyawan dalam hal ada karyawan yang keluar dari perusahaan

dan kemudian ada penggantinya, maka akan mempengaruhi kerjasama antar

karyawan.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat perputaran karyawan.

Menurut Woods dan Macaulay dalam Gustafson (2002), ada delapan alasan utama

yang menyebabkan tingkat perputaran karyawan yaitu :

a. Rendahnya pembayaran dan benefit

b. Kondisi kerja yang kurang nyaman

c. Kurangnya kualitas pengawasan

d. Komunikasi yang kurang efektif

e. Kurangnya kualitas rekan sekerja

f. Ketidakcocokan dengan "budaya" perusahaan

g. Kurangnya definisi dan tanggung jawab yang jelas tentang pekerjaan

h. Pengarahan yang kurang jelas untuk hal yang harus dilakukan.

Woods et al. (1998) juga menjelaskan bahwa ada lima faktor internal yang

dapat menyebabkan perputaran karyawan, yaitu:

(31)

b. Masalah komunikasi

c. Kurangnya kesempatan untuk berkarir

d. Konflik karyawan

e. Adanya konflik dengan pihak manajemen

Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat perputaran

karyawan, maka penulis mengelompokkan berbagai faktor tersebut menjadi dua

faktor utama yang mempengaruhi perputaran karyawan, yaitu faktor lingkungan

kerja dan insentif (kompensasi).

Kedua faktor tersebut sama-sama memiliki pengaruh terhadap tingkat

perputaran karyawan. Hubungan sebab akibat antara kedua faktor tersebut terlihat

sangat erat. Demikian pula dengan hubungan antara kedua faktor tersebut dengan

tingkat perputaran karyawan. Insentif dan lingkungan kerja yang baik dapat

mengurangi tingkat perputaran karyawan sedangkan lingkungan kerja yang

kurang baik akan mendorong karyawan untuk keluar.

Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan

prestasi kerja. Menurut Long (1998) insentif merupakan bagian dari upah

berdasarkan kinerja (performance pay) yang diberikan dalam bentuk uang dan

ditetapkan berdasarkan prestasi. Semakin tinggi prestasi kerjanya, semakin besar

pula insentif yang diberikan. Menurut Agency Theory (Jensen dan Meckling, 1976

dalam Ruky, 2002) insentif digunakan untuk mendorong karyawan dalam

memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Apabila insentif yang diterima

tidak dikaitkan dengan prestasi kerja, tetapi bersifat pribadi, maka karyawan akan

merasakan adanya ketidakadilan. Dengan adanya ketidakadilan tersebut akan

(32)

Pemberian insentif juga sering dikaitkan dengan tingkat disiplin kerja seorang

karyawan, dimana karyawan dengan disiplin tinggi akan diberikan insentif.

[image:32.595.111.520.174.320.2]

Dengan demikian prestasi dan disiplin kerja dapat mempengaruhi insentif, dimana lingkungan kerja dan insentif dapat mempengaruhi perputaran karyawan.

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dihipotesiskan sebagai berikut:

1. Lingkungan kerja, dan insentif berpengaruh terhadap perputaran karyawan

pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang.

2. Faktor prestasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap pemberian

insentif pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang.

Lingkungan Kerja

Insentif

Perputaran Karyawan Prestasi Kerja

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Tentang Lingkungan Kerja

2.1.1. Pengertian dan Jenis Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah tempat dimana karyawan melakukan aktivitas

setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat

mempengaruhi emosi karyawan. Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja

dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah di tempat kerjanya,

melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif.

Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama

karyawan dan hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik

tempat karyawan bekerja.

Menurut Supardi dalam Subroto, (2005) “lingkungan kerja merupakan

keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang dapat

memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan, menentramkan, dan

betah kerja. Menurut Nitisemito (dalam Intanghina, 2008) mendefinisikan

lingkungan kerja sebagai berikut: Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang

ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi drinya dalam menjalankan

(34)

Menurut Sedarmayati (dalam Intanghina, 2008) mendefinisikan

lingkungan kerja sebagai berikut: Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat

(35)

bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya, baik sebagai perseorangan

maupun sebagai kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja

merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik

yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat

mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. Lingkungan kerja yang

mendukung produktivitas kerja akan menimbulkan kepuasan kerja bagi pekerja

dalam suatu organisasi. Menurut Sihombing (2004) indikator dari lingkungan

kerja adalah: fasilitas kerja, gaji dan tunjangan, dan hubungan kerja.

Menurut Sedarmayati (dalam Intanghina, 2008), yang menjadi

indikator-indikator lingkungan kerja adalah sebagai berikut: penerangan, suhu udara, suara

bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan, keamanan kerja, dan

hubungan karyawan.

Menurut Pattanayak (2002), motivasi kerja karyawan akan terdorong dari

lingkungan kerja. Jika lingkungan kerja mendukung, maka akan timbul keinginan

karyawan untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Keinginan ini

kemudian akan menimbulkan persepsi karyawan dan kreativitas karyawan yang

diwujudkan dalam bentuk tindakan. Persepsi karyawan juga dipengaruhi oleh

faktor insentif yang diberikan perusahaan.

Lingkungan kerja dapat dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu: lingkungan kerja

sosial, dan lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja sosial mencakup hubungan

kerja yang terbina dalam perusahaan. Kita bekerja di dalam perusahaan tidaklah

seorang diri, dan dalam melakukan aktivitas, kita juga membutuhkan bantuan

(36)

rekan kerja, bawahan maupun atasan karena kita saling membutuhkan. Hubungan

kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologi karyawan.

Komunikasi yang baik merupakan kunci untuk membangun hubungan

kerja. Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kesalah-pahaman karena gagal

menyampaikan pikiran dan perasaan satu sama lain. Komunikasi yang baik dapat

digunakan sebagai alat untuk memotivasi kerja karyawan dan membangun tim

kerja yang solid. Untuk membangun hubungan kerja yang baik, menurut

Mangkunegara (2003) diperlukan:

a. Pengaturan waktu

b. Tahu posisi diri

c. Adanya kecocokan

d. Menjaga keharmonisan

e. Pengendalian desakan dalam diri

f. Memahami dampak kata-kata atau tindakan pada diri orang lain.

g. Jangan mengatur orang lain sampai anda mampu mengatur diri sendiri.

h. Bersikap bijak dan bijaksana.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk membangunan hubungan kerja yang baik

diperlukan pengendalian emosional yang baik di tempat kerja.

Mangkunegara (2003) menyatakan bahwa “untuk menciptakan hubungan

relasi yang harmonis dan efektif, pimpinan dan manajer perlu (1) meluangkan

waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi karyawan dan bagaimana

mereka berhubungan dengan tim kerja, serta (2) menciptakan suasana

memperhatikan dan memotivasi kreativitas”. Berdasarkan pernyataan ini dapat

(37)

tempat kerja sangat perlu untuk diperhatikan karena akan memberikan dampak

terhadap prestasi kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena manusia bekerja

bukan sebagai mesin, manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan

bekerja untuk uang saja.

Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja karyawan melakukan

aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat kerja dan emosi

para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas

ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat

mempengaruhi tingkah laku manusia. Sarwono (1992) menyatakan bahwa

“kadang-kadang peningkatan suhu menghasilkan kenaikan prestasi kerja, tetapi

kadang-kadang malah menurunkan”. Menurut Bell, dkk dalam Sarwono (1992),

kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan arousal yang merangsang

prestasi kerja, tetapi setelah melewati ambang batas tertentu, kenaikan suhu ini

sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula

prestasi kerja. Lingkungan kerja fisik ini juga merupakan faktor penyebab stress

kerja karyawan yang berdampak pada kinerja karyawan.

Robbins (2002) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik adalah: suhu, kebisingan, penerangan, dan mutu udara.

Suhu adalah variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar. Dengan

demikian untuk memaksimalkan produktivitas, adalah penting bahwa karyawan

bekerja di suatu lingkungan dimana suhu di atur sedemikian rupa sehingga berada

(38)

Bukti dari telaah-telaah tentang kebisingan menunjukkan bahwa

suara-suara yang konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan

penurunan kinerja, sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat diramalkan

memberikan dampak negatif dan menganggu konsentrasi karyawan.

Bekerja pada ruangan yang gelap dan samar-samar akan menyebabkan

ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu karyawan

dalam memperlancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya

juga tergantung pada usia karyawan. Pencapaian kinerja pada tingkat penerangan

yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk karyawan yang lebih tua dibandingkan

yang lebih muda.

Mutu udara merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika

menghirup udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan

pribadi. Udara yang tercemar dapat mengganggu kesehatan pribadi karyawan.

Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala, mata

perih, kelelahan, lekas marah, dan depresi.

Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan

ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan kenyamanan

bagi karyawan di tempat kerjanya. Faktor-faktor dari rancangan ruang kerja

tersebut menurut Robbins (2002) terdiri atas: ukuran ruang kerja, pengaturan

ruang kerja, dan privasi.

Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Ruang kerja yang

sempit dan membuat karyawan sulit bergerak akan menghasilkan kinerja yang

lebih rendah jika dibandingkan dengan karyawan yang memiliki ruang kerja yang

(39)

Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per karyawan, pengaturan

merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting

karena sangat mempengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi

dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu lokasi kerja

karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan-sekatan fisik

lainnya. Kebanyakan karyawan menginginkan tingkat privasi yang besar dalam

pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi manajerial, dimana privasi

diasosiasikan dalam status). Namun kebanyakan karyawan juga menginginkan

peluang untuk berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan

meningkatnya privasi. Keinginan akan privasi tersebut kuat pada banyak orang.

Privasi membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkan orang-orang

yang melakukan tugas-tugas rumit.

2.1.2. Manfaat Lingkungan Kerja

Menurut Ishak dan Tanjung (2003), manfaat lingkungan kerja adalah

menciptakan gairah kerja sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu,

manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang yang termotivasi adalah

pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai

standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan

dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan membutuhkan terlalu

(40)

2.2. Teori Tentang Insentif

2.2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Insentif

Pemberian insentif yang adil dan layak merupakan daya penggerak yang

merangsang terciptanya pemeliharaan karyawan. Karena dengan pemberian

insentif karyawan merasa mendapat perhatian dan pengakuan terhadap prestasi

yang dicapainya, sehingga semangat kerja dan sikap loyal karyawan akan lebih

baik.

Pelaksanaan pemberian insentif dimaksudkan perusahaan terutama untuk

meningkatkan prestasi kerja karyawan dan mempertahankan karyawan yang

mempunyai produktivitas tinggi untuk tetap berada di dalam perusahaan. Insentif

itu sendiri merupakan rangsangan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan

untuk mendorong karyawan dalam bertindak dan berbuat sesuatu untuk tujuan

perusahaan. Hal ini berarti insentif merupakan suatu bentuk motivasi bagi

karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk

berprestasi bagi perusahaan.

Ada beberapa definisi mengenai insentif seperti:

1. Menurut Hasibuan (2004), insentif merupakan suatu perangsang atau

pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam

diri mereka timbul semangat yang yang lebih besar untuk berprestasi bagi

perusahaan.

2. Menurut Sarwoto (1996), insentif merupakan sarana motivasi, dapat berupa

perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para

pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang yang lebih besar

(41)

3. Menurut Panggabean (2002), Insentif adala

gaji denga

uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar

yang telah ditentukan.

4. Adapun definisi insentif menurut Terry dan Leslie (2003) adalah :

Incentive is an important actuating tool. Human being tend to strive more

itensely when the reward for accomplishing satisfies their personal

demand”.

Artinya: Insentif adalah suatu alat penggerak yang penting. Manusia

cenderung untuk berusaha lebih giat apabila balas jasa yang diterima

memberikan kepuasan terhadap apa yang diminta.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa insentif

diartikan sebagai bentuk pembayaran langsung yang didasarkan atau dikaitkan

langsung dengan kinerja. Sistem ini merupakan bentuk lain dari upah langsung di

luar gaji yang merupakan kompensasi tetap, yang disebut sistem kompensasi

berdasarkan kinerja (pay for petfortnance plan).

Menurut Panggabean (2002), fungsi utama dari insentif adalah untuk

memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin

bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan tujuan utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan

(42)

Secara lebih spesifik tujuan pemberian Insentif dapat dibedakan dua

golongan yaitu:

a. Bagi Perusahaan

Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam kegiatan

produksi adalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan dengan

jalan mendorong/merangsang agar karyawan :

1) Bekerja lebih bersemangat dan cepat.

2) Bekerja lebi

3) Bekerja lebih kreatif.

b. Bagi Karyawan

Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapat keuntungan :

1) Standar prestasi dapat diukur secara kuantitatif.

2) Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas jasa

yang diukur dalam bentuk uang.

3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.

Pada dasarnya ada dua jenis insentif yang umum diberikan, seperti yang

diuraikan oleh Sarwoto (1996) yaitu:

1. Insentif Finansial

Insentif finansial merupakan insentif yang diberikan kepada karyawan atas

hasil kerja mereka dan biasanya diberikan dalam bentuk uang berupa bonus,

komisi, pembagian laba, dan kompensasi yang ditangguhkan, serta dalam

bentuk jaminan sosial berupa pemberian rumah dinas, tunjangan lembur,

(43)

2. Insentif Non Finansial

Insentif non finansial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain :

a. Pemberian piagam penghargaan

b. Pemberian pujian lisan ataupun tertulis, secara resmi ataupun pribadi

c. Ucapan terima kasih secara formal maupun informal

d. Promosi jabatan kepada karyawan yang baik selama masa tertentu serta

dianggap mampu.

e. Pemberian tanda jasa/medali kepada karyawan yang telah mencapai

masa kerja yang cukup lama dan mempunyai loyalitas yang tinggi.

f. Pemberian hak untuk menggunakan sesuatu atribut jabatan (misalnya

pada mobil atau lainnya)

g. Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja

Menurut Hariandja (2002), bentuk-bentuk insentif adalah:

a. Piece rate plan, yaitu insentif yang diberikan berdasarkan jumlah output atau

barang yang dihasilkan seseorang.

b. Production bonus, yaitu tambahan upah yang diterima akibat basil kerja

melebihi standar yang ditentukan, di mana pekerja juga mendapatkan upah

pokok. Bonus dapat diakibatkan pegawai menghemat waktu penyelesaian

pekerjaan.

c. Commission, yaitu insentif yang diberikan berdasarkan jumlah barang yang

terjual. Sistem ini biasanya digunakan untuk tenaga penjual atau wiraniaga.

d. Maturity curve. Organisasi mengembangkan apa yang disebut dengan maturity

curve, yang merupakan kurva yang menunjukkan jumlah tambahan gaji yang

(44)

diharapkan terus meningkatkan prestasi.

e. Merit raisin. Merit diartikan dengan sifat terpuji, jasa, atau bobot yang

dimiliki seseorang. Bila dikaitkan dengan pengkompensasian, ini menjadi

kontribusi yang diberikan seseorang kepada perusahaan. Kontribusi yang

diberikan kepada perusahaan ditentukan oleh prestasi kerja karyawan, yang

berarti karyawan yang mempunyai merit (kontribusi yang tinggi) diberi

tambahan gaji. Merit seseorang dilakukan melalui penilaian prestasi atau

kinerja.

f. Par for knowledge or par for skill compensation. Pemberian insentif yang

didasarkan bukan pada apa yang dikerjakan oleh seseorang akan menghasilkan

produk nyata, tetapi pada apa yang dapat dilakukan untuk organisasi melalui

pengetahuan yang diperoleh, yang diasumsikan mempunyai pengaruh besar

dan penting bagi organisasi.

g. Nonmonetary incentive. Insentif berupa fasilitas kerja seperti mobil dinas,

rumah dinas, dan lain sebagainya, yang diberikan kepada seorang pegawai

akibat prestasi kerja yang diperoleh.

h. Insentif eksekutit Bonus yang diberikan kepada para manajer atau eksekutif

atas peran yang mereka berikan untuk menetapkan dan mencapai tingkat

keuntungan tertentu bagi organisasi.

2.2.2. Program Insentif yang Efektif

Sebuah sistem insentif biasanya akan memiliki kesempatan sukses yang

lebih besar jika semua karyawan di dalam organisasi diberi kesempatan

berpartisipasi. Jika beberapa karyawan dikucilkan, mereka mungkin akan menjadi

(45)

bayaran insentif ekstra, dan akibatnya akan kurang mau bekerja sama sampai

maksimal.

Program insentif yang dirancang dengan baik akan berjalan karena

program tersebut didasarkan pada dua prinsip psikologis yang diterima dengan

baik, yaitu: motivasi yang meningkat menyebabkan melejitnya kinerja dan

pengakuan merupakan faktor utama dala motivasi. Sayangnya, banyak program

insentif yang dirancang secara tidak tepat, dan program tersebut akhirnya

tersendat-sendat.

Menurut Simamora (1997) program insentif yang baik harus memenuhi

beberapa aturan sebagai berikut:

a. Sederhana, aturan sistem insentif haruslah ringkas, jelas, dan dapat dimengerti.

b. Spesifik, para karyawan perlu mengetahui secara rinci apa yang diharapkan

supaya mereka kerjakan.

c. Dapat dicapai, setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang masuk akal

untuk memperoleh sesuatu.

d. Dapat diukur, tujuan yang terukur merupakan landasan dimana rencana

insentif dibangun. Program bernilai rupiah merupakan pemborosan jika

pencapaian spesifik tidak dapat dikaitkan dengan uang dikeluarkan.

Menurut Dessler (1997), jenis rencana insentif secara umum adalah:

a. Program insentif individual memberikan pemasukan lebih dan di atas gaji

pokok kepada karyawan individual yang memenuhi satu standar kinerja

individual spesifik. Bonus di tempat diberikan, umumnya untuk karyawan

individual, atas prestasi yang belum diukur oleh standar, seperti 'mengakui jam

(46)

b. Program insentif kelompok adalah seperti rencana insentif individual namun

memberi upah lebih dan di atas gaji pokok kepada semua anggota tim ketika

kelompok atau tim secara kolektif mencapai sate standar yang khusus kinerja,

produktivitas atau perilaku sehubungan dengan kerja lainnya.

c. Rencana pembagian laba secara umum merupakan program insentif di seluruh

organisasi yang memberikan kepada karyawan satu bagian (share) dari laba

organisasi dalam satu periode khusus.

d. Program pembagian perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di seluruh

organisasi yang dirancang untuk memberi imbalan kepada karyawan atas

perbaikan dalam produktivitas organisasi.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Insentif

Handoko (1996) menyatakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian insentif yaitu:

a. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

Untuk jabatan yang mempunyai tingkat permintaan hanya berjumlah sedikit

maka insentif cenderung rendah. Sedangkan untuk tenaga kerja langka dimana

penawaran hanya berjumlah sedikit, maka insentif cenderung tinggi.

b. Serikat pekerja

Tingkat insentif juga dipengaruhi oleh ada tidaknya serikat pekerja serta

kekuatan pengaruhnya. Tingkat insentif akan meningkat bila pengaruhnya

cukup kuat.

c. Kesediaaan perusahaan untuk membayar

Tinggi rendahnya insentif yang diberikan bergantung pada kemampuan

(47)

perusahaan.

d. Prestasi karyawan

Tingkat insentif yang diterima oleh seseorang juga dipengaruhi oleh prestasi

orang tersebut dalam pekerjaannya. Tingginya prestasi akan meningkatkan

tingkat insentif yang diterimanya.

Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan

prestasi kerja. Menurut Long (1998) insentif merupakan bagian dari upah

berdasarkan kinerja (performance pay) yang diberikan dalam bentuk uang dan

ditetapkan berdasarkan prestasi. Semakin tinggi prestasi kerjanya, semakin besar

pula insentif yang diberikan. Menurut Agency Theory (Jensen dan Meckling, 1976

dalam Ruky, 2002) insentif digunakan untuk mendorong karyawan dalam

memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Apabila insentif yang diterima

tidak dikaitkan dengan prestasi kerja, tetapi bersifat pribadi, maka karyawan akan

merasakan adanya ketidakadilan. Dengan adanya ketidakadilan tersebut akan

mengakibatkan ketidakpuasan yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku.

Konsep tentang insentif telah diperkenalkan oleh Frederick Taylor pada

akhir tahun 1800, bahwa yang dinamakan insentif adalah kompensasi yang

mengaitkan gaji dengan produktivitas (dalam Ruky : 2002). Insentif merupakan

penghargaan dalam bentuk finansial yang diberikan kepada mereka yang dapat

bekerja melampui standar yang telah ditentukan.

Istilah sistem insentif pada umumnya digunakan untuk menggambarkan

rencana-rencana pembayaran upah yang dikaitkan baik secara langsung maupun

(48)

dibawah sistem insentif berarti prestasi kerja mereka menentukan baik secara

keseluruhan atau sebagian penghasilan mereka (Handoko, 2001).

2.2.4. Pengertian Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya, (Dharma 1996)

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu penyelesaian, (Hasibuan,

2005)

Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai seorang tenaga kerja dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya, (Sastro Hadiwirya,

2002)

2.2.5. Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja adalah sikap dan tingkah laku seseorang yang

mencerminkan tingkat kepatuhan dan ketaatannya pada berbagai ketentuan yang

berlaku dan tindakan korektif terhadap pelanggaran atas ketentuan yang telah

ditetapkan, (Siagian, 2003)

Disiplin kerja adalah seetiap perseorangan atau kelompok yang menjamin

adanya kepatuhan terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu

tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah, (Heidjrachman dan

(49)

2.3. Teori tentang Perputaran Karyawan

2.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Perputaran Karyawan

Dalam setiap kegiatannya, perusahaan menggunakan sumber daya

manusia untuk mengelola setiap aktivitas perusahaan. Sebagai mahluk hidup,

sumber daya manusia (karyawan) memiliki keterbatasan kemampuan, baik fisik

maupun non fisik. Adanya keterbatasan kemampuan tersebut menyebabkan

karyawan memiliki batas lama kerja pada perusahaan sehingga pada suatu saat,

karyawan tersebut pasti meninggalkan perusahaan. Perusahaan senantiasa

berusaha agar proses produksinya berjalan sebagaimana mestinya, sehingga

apabila ada karyawan yang meninggalkan perusahaan, maka pihak manajemen

akan berusaha untuk menutupi kekurangan karyawan tersebut, melalui rekrutmen.

Menurut Ranupandojo dan Husnan (2001), perputaran (turnover)

karyawan diartikan sebagai aliran para karyawan yang masuk dan keluar

perusahaan. Perputaran karyawan merupakan petunjuk kestabilan karyawan,

dimana semakin tinggi turnover, berarti semakin sering terjadi pergantian

karyawan.

Selanjutnya Flippo (2001) menyebutkan bahwa pergantian tenaga kerja

merujuk pada perpindahan karyawan ke dalam dan keluar dari suatu organisasi,

dan perpindahan tersebut adalah suatu indeks stabilitas tenaga kerja.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran

karyawan adalah aliran perpindahan atau pemberhentian dan penerimaan

karyawan dalam suatu perusahaan. Perputaran karyawan menunjukkan stabilitas

kerja dalam perusahaan. Perputaran karyawan (labour turnover) dapat dihitung

(50)

∑ karyawan (yang keluar + yang masuk)

Turnover = x 100 %

½ ∑ karyawan (awal tahun + akhir tahun)

Semakin tinggi angka turnover, berarti bahwa stabilitas kerja dalam perusahaan

semakin rendah dan sebaliknya, semakin rendah angka turnover, stabilitas kerja

dalam perusahaan semakin tinggi. Dengan demikian, perusahaan selalu berusaha

untuk menekan angka turnover agar stabilitas kerja dalam perusahaan tetap

terjaga sesuai dengan ketentuan.

Menurut Lee-Ross (1999) perputaran karyawan dibagi menjadi perputaran

karyawan yang sukarela dan tidak sukarela, fungsional dan tidak fungsional, serta

bisa dihindari dan tidak bisa dihindari.

a. Sukarela dan Tidak Sukarela

Perputaran karyawan sukarela adalah perputaran karyawan yang terjadi alas

kemauan karyawan sendiri, sedangkan perputaran karyawan tidak sukarela

adalah perputaran karyawan yang terjadi bukan alas kemauan karyawan

sendiri (diberhentikan oleh perusahaan).

b. Fungsional dan Tidak Fungsional

Perputaran karyawan fungsional terjadi bila karyawan dengan performa yang

tidak memenuhi harapan perusahaan keluar, sedangkan perputaran karyawan

fungsional terjadi bila karyawan dengan performa yang memenuhi harapan

perusahaan keluar.

c. Bisa Dihindari dan Tidak Bisa Dihindari

Perputaran karyawan yang tidak bisa dihindari terjadi ketika karyawan keluar

karena alasan-alasan yang berhubungan dengan pekerjaan. misalnya masalah

(51)

perputaran karyawan yang bisa dihindari terjadi ketika karyawan keluar

karena alasan-alasan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, misalnya

seseorang harus pindah keluar kota karena mengikuti suami (Lee-Ross,

1999).

2.3.2. Faktor-faktor Penyebab Perputaran Karyawan

Menurut Griffeth dan Gaertner (2001), penyebab perputaran karyawan

yang terjadi di industri-industri secara umum, yaitu:

1. Kependudukan dan karakter individu:

a. Wanita cenderung untuk lebih setia daripada laki-laki dalam bekerja pada

suatu perusahaan.

b. Karyawan dengan kewajiban keluarga yang lebih besar cenderung lebih

jarang keluar dari suatu perusahaan.

c. Karyawan yang lebih tua dan punya jabatan yang lebih balk lebih jarang

keluar dari suatu perusahaan.

2. Kepuasan kerja:

a. Karyawan yang tidak puas memiliki kemungkinan keluar atau berhenti

dari pekerjaannya daripada karyawan yang puas.

b. Hubungan antara ketidakpuasan kerja dengan berhentinya karyawan

adalah lebih kuat pada saat tingkat pengangguran rendah, tetapi melemah

pada saat sebaliknya atau tingkat kesempatan kerja rendah.

c. Karyawan dengan harapan-harapan tertentu tentang pekerjaannya lebih

sering berhenti bekerja pada waktu harapan-harapan mereka tidak

terpenuhi, dibandingkan dengan karyawan yang harapan-harapannya

(52)

3. Organisasi dan lingkungan kerja

a. Ketidakpuasan terhadap pembayaran (tidak termasuk benefit) tidak

berhubungan dengan perputaran karyawan.

b. Tingkat keadilan dari kompensasi memiliki korelasi yang sangat rendah

dengan tingkat perputaran karyawan.

c. Organisasi dengan sistem hirarki yang kaku mengakibatkan karyawan

cenderung lebih mudah keluar dibanding dengan sistem organisasi

participative management.

d. Persepsi yang luas tentang peranan seseorang dalam organisasi

mengurangi perputaran karyawan .

e. Sentralisasi dalam organisasi mempengaruhi perputaran karyawan.

f. Kepuasan tentang promosi mengurangi perputaran karyawan.

Peluang-peluang yang jelas dan transparan mengurangi perputaran karyawan.

i. Promosi secara nyata mempengaruhi perputaran karyawan.

4. Kejelasan tugas-tugas dalam pekerjaan dan motivasi-motivasi khusus

a. Karyawan dengan pekerjaan yang lebih kompleks, dengan tantangan

tertentu dalam pekerjaan memiliki tingkat perputaran karyawan yang lebih

rendah.

b. Karyawan dengan pekerjaan-pekerjaan rutin lebih mudah keluar.

c. Stres kerja mendorong perputaran karyawan

d. Motivasi dari dalam mengurangi perputaran karyawan.

e. Karyawan yang merasa dilibatkan dalam pekerjaannya cenderung untuk

memiliki tingkat perputaran karyawan yang lebih rendah.

(53)

g. Karyawan yang mempunyai wewenang untuk mengatur (managerial

motivation) memiliki tingkat perputaran karyawan yang lebih rendah.

5. Lingkungan eksternal

Adanya tawaran dan tersedianya pekerjaan lain yang lebih menarik memiliki

pengaruh terhadap perputaran karyawan.

6. Motivasi-motivasi pengunduran diri

a. Karyawan yang aktif mencari peluang kerja yang lebih balk di tempat

lain memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk keluar.

b. Karyawan akan keluar apabila merasa hal tersebut bisa memberi

keuntungan tertentu.

7. Ketidakhadiran, keterlambatan dan performa kerja

a. Ketidakhadiran dan keterlambatan memiliki hubungan yang kuat terhadap

tingkat perputaran karyawan.

b. Karyawan dengan performa kerja yang buruk memiliki kecenderungan

keluar lebih besar.

Menurut Bell dan Winters (1993), bahwa perputaran karyawan pada

hospitality industry disebabkan oleh lebih banyaknya kesempatan yang

memudahkan karyawan untuk berpindah tempat yang dianggap dapat memberikan

kondisi kerja yang lebih baik.

Adapun variabel-variabel khusus yang mempengaruhi tingkat perputaran

karyawan menurut Iverson dan Deery (1997) adalah:

1. Variabel struktural yang berhubungan dengan kepuasan kerja, tekanan

kerja, keambiguan peran, konflik peran serta pekerjaan yang terlalu

(54)

itu keamanan kerja, peluang promosi dan pengembangan karir juga

berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

2. Variabel Pre-entry yaitu variabel yang terdiri dari kepribadiankepribadian

yang positif, misalnya kecenderungan untuk bahagia dan

kepribadian-kepribadian yang negatif misalnya kecenderungan untuk merasa tidak

nyaman.

3. Variabel lingkungan yang berkaitan dengan kesempatan kerja yang mana

memiliki efek negatif terhadap kepuasan kerja dan memiliki efek positif

terhadap kemauan untuk keluar.

4. Variabel union. karyawan yang menjadi anggota serikat pekerja cenderung

untuk lebih mudah keluar apabila merasa tuntutanmya tidak terpenuhi.

5. Orientasi karyawan, berkaitan dengan kepuasan kerja, komitmen terhadap

organisasi, dan pencarian kerja. Kepuasan kerja akan mempengaruhi

komitmen karyawan terhadap organisasi tersebut. Hal ini mengakibatkan

keinginan karyawan untuk mencari pekerjaan lain berkurang (Lee-Ross,

1999).

Menurut Woods dan Macaulay dalam Gustafson (2002), ada delapan

alasan utama yang menyebabkan tingkat perputaran karyawan pada industri

secara umum, yaitu:

a. Rendahnya pembayaran dan benefit

b. Kurangnya kualitas pengawasan

c. Komunikasi yang kurang efektif

d. Kondisi kerja yang kurang nyaman

(55)

f. Ketidakcocokan dengan "budaya" perusahaan

g. Kurangnya definisi dan tanggung jawab yang jelas tentang pekerjaan

h. Pengarahan yang kurang jelas untuk hal yang harus dilakukan.

Berdasarkan suatu penelitian yang melibatkan 5000 general manager dari

industri perhotelan, Woods et al. (1998) menjelaskan bahwa ada lima faktor

internal yang dapat menyebabkan perputaran karyawan, yaitu:

a. Kompensasi

b. Masalah konuutikasi

c. Kurangnya kesempatan untuk berkarier

d. Kurangnya pengenalan yang balk terhadap pekerjaan

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Darul Arafah, Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan

Mei 2010 sampai dengan bulan September 2010.

3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan survey.

Menurut Arikunto (2005), “Pendekatan survey adalah kegiatan mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya mengenai fakta-fakta yang merupakan pendukung

terhadap penelitian, dengan maksud untuk mengetahui status dan gejala”.

Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan bahwa, “Penelitian survey adalah

penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpulan data yang pokok”.

3.2.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh lingkungan kerja dan insentif terhadap perputaran

karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang. Menurut Sugiyono (2006),

(57)

3.2.3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah explanatory. Menurut Sugiyono (2006),

Explanatory adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan

variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel-variabel dengan variabel-variabel yang

lain. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) bahwa “Penelitian penjelasan

menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa

yang telah dirumuskan sebelumnya”.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada Pesantren

Darul Arafah Deli Serdang pada tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 111

orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

Slovin (Umar, 2005), yaitu:

2

Ne 1

N n

+ =

Dimana :

n = Jumlah sampel

N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel.

Kesalahan yang ditolerir dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini

(58)

Dari rumus tersebut di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai

berikut:

2

(0,1) (111) + 1

111 =

n

n = 52,61 (dibulatkan menjadi 53 orang)

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 orang

karyawan pada Pesantren Darul Arafah Deli Serdang.

Selanjutnya pembagian jumlah sampel berdasarkan golongan karyawan

dilakukan dengan teknik proportionate random sampling yang didasarkan pada

ukuran populasi. Adapun distribusi populasi dan sampel pada masing-masing

[image:58.595.121.503.405.541.2]

golongan karyawan dirinci sebagaimana ditampilkan pada Tabel III.1 berikut ini:

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian

No. Golongan Populasi (orang) Sampel (orang)

1 IV 37 (37/111) x 53 = 18

2 III 45 (45/111) x 53 = 21

3 II 29 (29/111) x 53 = 14

Total 111 53

Sumber: Bagian Kepegawaian Pesantren Darularafah Tahun 2010 (Data Diolah)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara (interview) langsung kepada pihak yang berhak dan

berwenang untuk memberikan nformasi dan data yang mendukung

penelitian.

(59)

3. Studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan dan mempelajari

dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari wawancara

(interview) dan daftar pertanyaan (questionaire).

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Identifikasi Variabel Hipotesis Pertama

Untuk memperjelas antara variabel yang satu dengan yang lain, maka

variabel untuk hipotesis pertama dibedakan menjadi:

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab timbulnya perubahan variabel terikat. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas (X) adalah lingkungan kerja (X1), dan pemberian

insentif (X2

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah perputaran karyawan pada Pesantren Darul

(60)

3.6.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

1. Lingkungan kerja (X1

Segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan yang dapat mempengaruhi

dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Indikator

lingkungan kerja adalah ukuran ruang kerja, tata letak ruang kerja, privasi

ruang kerja, kebersihan tempat kerja, peralatan kerja, suhu ruang kerja,

kebisingan, penghargaan, hubungan kerja sesama karyawan, hubungan kerja

dengan atasan. Untuk mengukur variabel lingkungan kerja digunakan skala

Likert.

)

2. Pemberian insentif (X2

Merupakan suatu bentuk motivasi bagi pegawai agar dalam diri mereka )

timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi perusahaan. Indikator

insentif dalam penelitian ini adalah insentif dalam bentuk finansial dan

insentif dalam bentuk non finansial. Untuk mengukur variabel insentif

digunakan skala Likert.

3. Perputaran karyawan (Y)

Aliran perpindahan atau pemberhentian dan penerimaan karyawan dalam

suatu perusahaan. Indikator perputaran karyawan adalah tingkat

pemberhentian, pengunduran diri serta penerimaan karyawan. Untuk

(61)
[image:61.595.109.515.101.754.2]

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama No. Variabel Definisi

Operasional

Indikator Pengukuran

1 Lingkungan

kerja (X1

Segala sesuatu yang

ada di sekitar

karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. )

1.Ukuran ruang kerja

2.Tata letak ruang

kerja

3.Privasi ruang kerja

4.Suhu ruang kerja

5.Kebersihan tempat kerja 6.Peralatan kerja 7.Kebisingan 8.Penghargaan 9.Hubungan kerja sesama karyawan

10.Hubungan kerja

dengan atasan

Skala Likert

2 Pemberian

insentif (X2

Merupakan suatu

bentuk motivasi

bagi pegawai agar

dalam diri mereka

timbul semangat

yang lebih besar

untuk berprestasi )

1. Promosi jabatan

2. Tunjangan lembur

3. Tunjangan

kesehatan

4. Fasilitas tempat

tinggal

5. Piagam

(62)

bagi perusahaan pengahargaan

6. Pemberian tanda

jasa mendali

3 Perputaran

karyawan (Y)

Aliran perpindahan

atau pemberhentian

dan penerimaan

karyawan dalam

suatu perusahaan

1.Pe

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Karyawan yang Keluar dan Masuk pada Pesantren Darul
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel  Hipotesis Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkebunan Nusantara IV Kebun Air Batu Asahan yaitu menurunnya produktivitas kerja karyawan, terlihat dari hasil pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada instansi dalam meningkatkan kinerja karyawan dengan memperhatikan gaya

2.4.4 Pengaruh Sistem Insentif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan dengan Motivasi sebagai variabel Intervening………. METODE PENELITIAN

Untuk meningkatkan kinerja karyawan di lembaga medis otonom, pemerintah harus fokus menghadapi semua faktor- faktor kepuasan kerja dan tidak hanya fokus pada salah

Sedangkan keinginan karyawan untuk mencari pekerjaan baru di bidang yang berbeda pada perusahaan lain, dalam variabel t urnover intention, memiliki tingkat yang paling tinggi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja dan insentif terhadap produktivitas kerja karyawan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT

Sedangkan keinginan karyawan untuk mencari pekerjaan baru di bidang yang berbeda pada perusahaan lain, dalam variabel turnover intention, memiliki tingkat yang paling tinggi

Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah karyawan tidak puas atas insentif yang diberikan oleh perusahaan, besarnya insentif yang diberikan bukan