Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Pencarian Pelayanan
Kesehatan/Pengobatan
(
Health Seeking Behavior
)
pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru
Tahun 2010
Oleh :
MOHD FAKRULDDIN BIN EMBONG
070100459
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(
Health Seeking Behavior
)
pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru
Tahun 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
MOHD FAKRULDDIN BIN EMBONG
070100459
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2010
Nama : Mohd Fakrulddin Bin Embong NIM : 070100459
Pembimbing Penguji I
(dr. Rina Amelia,MARS) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc) NIP : 19760420 200312 2 002 NIP : 19700109 199702 2 001
Penguji II
(dr. Hemma Yulfi, DAP&E.M.Med.Ed) NIP : 19741019 200112 2 001
Medan, 24 Nopember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan merupakan suatu proses yang tidak pernah lepas dari kehidupam manusia karena setiap orang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah penyakit. Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang terjadi dalam masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda, hal ini terjadi karena dalam proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat Kelurahan Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori baik yaitu seramai 66 orang (66,0%). Hasil uji sikap responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu seramai 52 oorang (52,0%). Tindakan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang diperoleh adalah sama banyak antara kategori baik dan sedang yaitu masing-masing mencatatkan 50 orang (50,0%), dan tiada responden berada dalam kategori kurang.
Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai masalah kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat melalui penyuluhan yang lebih sering dilakukan dan pendekatan yang lebih efektif, serta sosialisasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya, sehingga masyarakat dapat menggunakannya dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.
ABSTRACT
The process of searching for medical care or treatment is a process that cannot be separated from the human life because everyone in his life is never free of disease problems. The process of seeking care medical or treatment occurring in society have different characteristics, this happens because in the process of searching for health care is influenced by the behavior of society itself.
The purpose of this study was to determine the level of knowledge, attitudes, and practices of health seeking behavior among community of Padang Bulan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The number of samples in this study of 100 people by using purposive sampling.
The results showed that majority respondents' level of knowledge in health seeking behavior is in good category which is 66 people (66,0%). For attitude in health seeking behavior , majority respondents in moderate category which is 52 people (52,0%). Practice of respondents in health seeking behavior is obtained as much between the two categories which is good and category and each carrying 50 people (50,0%), and no respondents in the poor category.
From the results of this research is expected to governments and health centers to enhance public knowledge about various health issues and health facilities in the community through counseling in more frequent and more effective approach, and the socialization of health care facilities with the ability of various assets, so that people can use it and use them according to their health needs.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu dr. Rina Amelia, MARS yang telah banyak memberi bimbingan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Tidak lupa juga ingin saya ucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah banyak membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penelitian ini berjudul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Tahun 2010”. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya penelitian serupa sebelumnya. Selain itu, perilaku pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan ini begitu erat dengan kehidupan masyarakat di semua tempat. Hal ini dikarenakan bahwa individu yang sakit cenderung untuk mengobati sakitnya dan ini akan menyebabkan individu tersebut berusaha untuk mencari pengobatan yang terbaik bagi sakitnya. Selain itu juga dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan pencarian pelayanan kesehatan ini.
Saya juga menyadari bahwa penelitian ini masih lagi jauh dari sempurna. Oleh itu, saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
menyempurnakan lagi penelitian ini.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK………. ii
ABSTRACT………... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR………. xi
DAFTAR SINGKATAN……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN………. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Konsep Perilaku Kesehatan... 5
2.1.1. Batasan Perilaku ... 5
2.1.2. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku ... 6
2.1.3. Perilaku Kesehatan ... 6
2.1.5. Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan ... 11
2.2. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan ... 12
2.2.1. Faktor-faktor yang mempegaruhi pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan ... 14
2.2.2. Model sistem kesehatan (health system model) ... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 16
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16
3.2. Definisi Operasional ... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18
4.1. Jenis Penelitian ... 18
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 18
4.2.2. Waktu Penelitian... 18
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18
4.3.1. Populasi ... 18
4.3.2. Sampel ... 19
4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 19
4.4.1. Data Primer ... 19
4.4.2. Data Sekunder ... 20
4.4.3. Uji Validitas ... 20
4.4.4. Uji Reabilitas ... 20
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24
5.1. Hasil Penelitian... .. 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24
5.1.2. Karakteristik Dasar Responden... 24
5.1.3.Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)………. 27
5.1.4. Sikap Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)………. 31
5.1.5. Tindakan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)……… 34
5.1.6. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) Mengikut Karakteristik Responden……….. 37
5.1.8. Tindakan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(Health Seeking Behavior) Mengikut
Karakteristik Responden……….. 42
5.2. Pembahasan... 41
5.2.1. Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)... 44
5.2.2. Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/ Pengobatan (Health Seeking Behavior)... ... 48
5.2.3. Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/ Pengobatan (Health Seeking Behavior)... ... 51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 56
6.1. Kesimpulan... .. 56
6.2. Saran... ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Table 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin……… 25 Table 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur………….. 25
Table 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku…………... 26 Table 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang
Pendidikan……… ……... 26 Table 5.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 27 Tabel 5.6 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/
Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat
Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010... 28 Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden mengenai Pengetahuan
Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2010……….. 29 Tabel 5.8 Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
( Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2010……….. 32
Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden mengenai Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)
Tabel 5.10 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2010... 35 Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden mengenai Tindakan
Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2010……….. 36 Tabel 5.12 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/
Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis
Kelamin………. 38 Tabel 5.13 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/
Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku………….. 39 Tabel 5.14 Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/
Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Tingkat
Pendidikan………... 40 Tabel 5.15 Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin……….. 41 Tabel 5.16 Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan
Tabel 5.17 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang
Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin……… 42 Tabel 5.18 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan
Tahun 2010 Mengikut Suku………. 43
Tabel 5.19 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan
Tahun 2010 Mengikut Tingkat Pendidikan………. 44
Tabel 5.20 Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia SD : Sekolah Dasar
SPSS : Statistical Product and Service Solutions Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
WHO : World Health Organization % : presentase
< : kurang dari
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan merupakan suatu proses yang tidak pernah lepas dari kehidupam manusia karena setiap orang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah penyakit. Proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang terjadi dalam masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda, hal ini terjadi karena dalam proses pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat Kelurahan Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori baik yaitu seramai 66 orang (66,0%). Hasil uji sikap responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu seramai 52 oorang (52,0%). Tindakan responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan yang diperoleh adalah sama banyak antara kategori baik dan sedang yaitu masing-masing mencatatkan 50 orang (50,0%), dan tiada responden berada dalam kategori kurang.
Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai masalah kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat melalui penyuluhan yang lebih sering dilakukan dan pendekatan yang lebih efektif, serta sosialisasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya, sehingga masyarakat dapat menggunakannya dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.
ABSTRACT
The process of searching for medical care or treatment is a process that cannot be separated from the human life because everyone in his life is never free of disease problems. The process of seeking care medical or treatment occurring in society have different characteristics, this happens because in the process of searching for health care is influenced by the behavior of society itself.
The purpose of this study was to determine the level of knowledge, attitudes, and practices of health seeking behavior among community of Padang Bulan. This research was conducted with the descriptive research method, the approach used in the design of this study is the cross-sectional study. The number of samples in this study of 100 people by using purposive sampling.
The results showed that majority respondents' level of knowledge in health seeking behavior is in good category which is 66 people (66,0%). For attitude in health seeking behavior , majority respondents in moderate category which is 52 people (52,0%). Practice of respondents in health seeking behavior is obtained as much between the two categories which is good and category and each carrying 50 people (50,0%), and no respondents in the poor category.
From the results of this research is expected to governments and health centers to enhance public knowledge about various health issues and health facilities in the community through counseling in more frequent and more effective approach, and the socialization of health care facilities with the ability of various assets, so that people can use it and use them according to their health needs.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut telah diciptakan Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan Teori H.L. Blum, derajat kesehatan masyarakat sangat erat dengan angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Angka kematian (mortalitas) orang dewasa di Indonesia masih lagi tinggi yaitu 239 orang per 1000 bagi laki-laki dan 200 orang per 1000 bagi wanita. Bagi balita pula, angka mortalitas ialah 41 orang bagi balita laki-laki dan 36 orang balita perempuan per 1000 kelahiran. Mortalitas maternal pula adalah 230 orang per 1000 orang (WHO, 2006). Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2005, persentase penduduk Indonesia yang mempunyai keluhan kesehatan adalah sebesar 26,51 persen atau sekitar 59 juta jiwa (Ikatan Dokter Indonesia, 2007).
sebesar 30%, sedangkan faktor pelayanan kesehatan hanya berpengaruh sebesar 20% dan faktor keturunan berpengaruh sebesar 5% (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2005), keempat faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan tersebut tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kesehatan, namun masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain misalnya, faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi kesehatan juga turut mempengaruhi tingkah laku, dan perilaku juga mempengaruhi pelayanan kesehatan, dan seterusnya. Kasnodihardjo dkk. (1997) juga menyatakan perkara sama yaitu kempat-empat faktor tersebut saling terkait dan faktor lingkungan dan perilaku adalah yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan.
Untuk faktor pelayanan kesehatan yang juga mempengaruhi derajat kesehatan, faktor yang termasuk di dalamnya cukup bervariasi. Antaranya adalah faktor seperti etnik, usia, tingkat pendidikan, jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien juga berperan dalam menentukan sarana pengobatan (Ahmed, 2005).
Dalam beberapa penelitian yang lain, faktor yang paling dominan menentukan pencarian pelayanan kesehatan atau pengobatan adalah etnik (Shi dan Stevens, 2005, Toan et al., 2002, Freeman dan Payne, 2002). Selain itu, usia juga menjadi determinan dalam pencarian pelayanan kesehatan (Taffa dan Chapngeno, 2005, Balabanova et al., 2004, Danso-Appiah et al., 2004). Contoh faktor dominan lain adalah tingkat pengetahuan (Shaikh dan Hatcher, 2005, Balabanova et al., 2004). Menurut Yanagisawa dkk. (2004), jarak tempat tinggal pasien amat mempengaruhi pasien untuk memilih tempat atau sarana pengobatan. Menurut Cockroft dkk. (2004), faktor yang paling menentukan adalah biaya.
Puskesmas adalah sebesar 37, 26 persen (21,9 juta jiwa); ke praktik dokter sebesar 24,39 persen (14,3 juta jiwa); ke poliklinik sebesar 3,86 persen (2,27 juta jiwa); rumah sakit pemerintah sebesar 6,01 persen (3,5 juta jiwa); dan ke rumah sakit swasta sebesar 3,32 persen (1,95 juta jiwa) (Ikatan Dokter Indonesia, 2007).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa belum maksimalnya penggunaan sarana pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini bisa saja terkait masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan serta fasilitas-fasilitas yang terdapat di sekitar mereka.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat kelurahan Padang Bulan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat.
1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Padang Bulan terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan.
2. Untuk mengetahui sikap masyarakat Padang Bulan terhadap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Data dari hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai data tambahan atau pertimbangan bagi Dinas Kesehatan mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan pada masyarakat.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi Puskesmas untuk meningkatkan penyuluhan mengenai kesehatan agar pembangunan kesehatan tercapai.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam pemilihan tempat pengobatan. 4. Menambah informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku Kesehatan
2.1.1. Batasan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai aktivitas yang dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Menurut seorang ahli psikologi, Skiner (1938), beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh itu, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus
Organisme Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" (stimulus-organisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu:
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons yang relatif tetap misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan da sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional misalnya sedih apabila ditimpa berita musibah. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
Perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku ini adalah respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior".
2.1.2. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku
Menurut Notoatmodjo lagi, perilaku pada seseorang individu itu terbentuk dari dua faktor utama yaitu stimulus yang merupakan faktor eksternal dan respons yang merupakan faktor internal. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dan faktor internal pula adalah faktor dari diri dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal yang paling berperanan dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, yaitu di mana seseorang tersebut berada. Sementara itu, faktor internal yang paling berperan adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga cabang ilmu yang membentuk perilaku seseorang itu yaitu ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoatmodjo, 2005).
2.1.3. Perilaku Kesehatan
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik yang dapat diamati
(observable) maupun yang tidak dapat diamati( unobservable). Pemeliharaan
kesehatan ini meliputi pencegahan dan perlindungan diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyenbuhan apabila sakit. Dengan demikian, perilaku kesehatan bisa dibagi dua, yaitu:
1. Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, sering disebut dengan perilaku sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab masalah kesehatan
(perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya
kesehatan (perilaku promotif).
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang untuk memperoleh penyembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Pelayanan kesehatan yang dicari adalah fasilitas kesehatan moden (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan sebagainya) maupun tradisional (dukun, sinshe, paranormal).
Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2005), beliau membagikan perilaku kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1.Perilaku sehat (healthy behavior)
Perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain:
a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.
c. Tidak merokok serta meminum minuman keras serta menggunakan narkoba.
e. Pengendalian atau manajemen stress. f. Perilaku atau gaya hidup pasitif. 2. Perilaku sakit ( Illness behavior)
Perilaku sakit adalah tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Tindakan yang muncul pada orang sakit atau anaknya sakit adalah:
a. Didiamkan saja, dan tetap menjalankan aktivitas sehari-hari.
b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) melalui cara tradisional atau cara moden.
c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan moden atau tradisional.
3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)
Becker mengatakan hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit antara lain:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan.
c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien
d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses pnyembuhannya.
e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya.
2.1.4. Domain Perilaku
pendidikan di Indonesia kemudian menterjemahkan ketiga domain ini ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak. Untuk kepentingan pendidikan praktis, tiga tingkat ranah perilaku telah dikembangkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan(knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia. Terdapat intensitas yang berbeda-beda pada setiap pengetahuan sesorang terhadap objek. Tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat, yaitu;
a. Tahu (know).
Tahu diartikanhanya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension).
Memahami sesuatu objek bukan sekadar tahu objek tersebut, tetapi orang itu harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application).
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-kompenen yang terdapat dalam sebuah masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (syntesis)
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Umumnya, analisis adalah kemampuan untuk menghasilkan formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam masyarakat.
2. Sikap (Attitude)
Menurut Campbell (1950), sikap dapat didefinisikan dengan sederhana, yakni :" An individual's attitude is syndrome of response consistency with regard to object." Dengan kata lain, sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sementara itu, Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005), pula merumuskan bahwa sikap terbentuk dari 3 komponen utama,yaitu :
1 Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. 2 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. 3 Kecenderungan untuk bertindak.
Sikap bisa dibagi menurut tingkat intensitasnya, yaitu: a. Menerima
Menerima diartikan individu atau subjek mau menerima stimulus atau objek yang diberikan.
b. Menanggapi
Menanggapi diartikan subjek memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
Menghargai diartikan apabila subjek dapat memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab diartikan subjek tersebut berani mengambil resiko terhadap apa yang diyakininya.
3. Tindakan atau Praktik( Practice)
Faktor-faktor misalnya adanya fasilitas atau sarana dan prasarana perlu supaya sikap meningkat menjadi tindakan. Praktik atau tindakan dapat dikelompokkan menjadi 3 tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu:
a. Praktik terpimpin (guide response).
Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism).
Subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis tanpa perlu kepada panduan.
c. Adapsi (adoption).
Tindakan yang sudah berkembang yaitu tindakan tersebut tidak sekadar rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas.
2.1.5. Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan 1. Pengetahuan kesehatan (health knowledge)
Pengetahuan kesehatan adalah pengetahuan seseorang mengenai cara- cara menjaga kesehatan, yakni:
a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular
b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan.
c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional.
2. Sikap terhadap kesehatan (health attitude)
Sikap terhadap kesehatan adalah penilaian individu terhadap hal-hal yang mencakupi pemeliharaan kesehatan, yaitu:
a. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular.
b. Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan. c. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional. d. Sikap untuk menghindari kecelakan.
3. Praktik kesehatan
Praktik kesehatan adalah tindakan seseorang untuk menjaga kesehatan, yaitu:
a. Tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular.
b. Tindakan tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan.
c. Tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional.
d. Tindakan untuk menghindari kecelakan.
2.2. Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
Masyarakat yang berpenyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) pasti tidak akan berbuat apa-apa mengenai penyakitnya. Ini berbeda apabila seseorang itu berpenyakit dan merasakan sakit, maka baru timbul berbagai macam perilaku dan usaha, misalnya:
2)Tindakan berobat sendiri (self treatment). Alasannya juga sama seperti di atas (1). Perkara lain yang bisa dijadikan tambahan untuk tindakan mengobat sendiri ini adalah mereka percaya kepada diri sendiri karena pengalaman yang lalu di mana pengobatan sendiri mendatangkan kesembuhan.
3)Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional
remedy). Bagi masyarakat desa, pengobatan tradisional ini masih menjadi
pilihan utama. Sementara itu, bagi masyarakat sederhana pula, pencarian pengobatan lebih cenderung ke arah sosial-budaya masyarakat berbanding hal-hal yang dianngap masih asing.
4)Tindakan berobat melalui pembelian obat-obat di warung obat (chemist shop) dan sejenisnya. Obat-obat yang dibeli umumnya obat-obat yang tidak memakai resep dan belum mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. 5)Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan moden seperti balai
pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6)Tindakan berobat ke dokter praktik (private medicine).
Menurut Lewin dalam Notoatmodjo (2007), apabila individu bertindak untuk mengobati sesuatu penyakit, ada empat variable yang penting dalam tindakan tersebut. Variable-variabel tersebut adalah:
1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap penyakit apabila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan pada penyakit tersebut. 2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)
Merupakan suatu tindakan mencari pengobatan dan pencegahan penyakit karena didorong oleh keseriusan penyakit tersebut pada dirinya atau masyarakat.
3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benefits and barriers)
manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.
4. Isyarat atau tanda-tanda (cues)
Faktor-faktor seperti pesan-pesan pada media massa, nasihat kawan-kawan atau individu lain perlu supaya pasien mendapatkan tingkat penerimaan yang benar mengenai kerentanan, kegawatan dan keuntungan sesuatu tindakan.
2.2.1. Faktor-faktor yang mempegaruhi pencarian pelayanan kesehatan atau
pengobatan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan ini misalnya jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien, mahalnya biaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, sikap meremehkan suatu penyakit dan maraknya kasus-kasus malpraktek medis akhir-akhir ini. Menurut Cockroft dkk. (2004), faktor yang paling berperan dalam pemilihan sarana pengobatan adalah mahalnya biaya pengobatan. Selain itu, faktor seperti etnik, usia, tingkat pendidikan, jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien juga berperan dalam menentukan sarana pengobatan (Ahmed, 2005). Sementara itu, Shaikh dan Hatcher (2004) pula membagikan faktor determinan pencarian pelayanan kesehatan pada negara membangun kepada beberapa komponen yaitu faktor demografi, gender, ekonomi, ketersediaan sarana pengobatan dan tingkat keparahan penyakit.
persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri cenderung menurun, dalam hal ini penggunaan obat menurun, tetapi penggunaan obat tradisional dan cara tradisional meningkat. Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat lebih tinggi pada kelompok usia kerja, pendidikan tamat SD, bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan sakit gigi, sakit kepala, batuk, pilek, dan demam, lama sakit tak lebih dari 3 hari, persepsi sakit ringan, dan biaya pengobatan tidak lebih dari Rp 2.000 (Supardi, 2002).
2.2.2. Model sistem kesehatan (health system model)
Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2007), membagikan tiga kelompok utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:
1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)
Karakteristik ini bertujuan untuk menggambarkan bahwa setiap invidu mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya cirri-ciri individu yaitu:
a. Ciri-ciri demografi seperti jenis kelamin dan usia
b. Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan sebagainya.
c. Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
2. Karakterisrik pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini menggambarkan seseorang tidak akan bertindak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali bila ia mampu untuk menggunakannya misalnya kesanggupan untuk membayar biaya.
3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
1. Pengetahuan
Definisi operasional: pengetahuan adalah mengenai kemampuan responden mengenal, memahami dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pencarian pelayanan kesehatan atau pencarian pengobatan.
Cara ukur: angket
Alat ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 11 pertanyaan yang diberi nilai 0-4. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, ukuran tingkat pengetahuan diukur menurut Pratomo (1990).
Tindakan Pengetahuan
Masyarakat
Kategori: i) Tingkat pengetahuan baik, apabila memperoleh nilai >75% ii) Tingkat pengetahuan sedang, apabila memperoleh nilai 40-75%
iii) Tingkat pengetahuan kurang, apabila memperoleh nilai < 40%
Skala pengukuran: ordinal 2. Sikap
Defenisi operasional: sikap adalah merupakan reaksi yang masih tertutup dan tidak bisa dilihat oleh orang lain terhadap suatu stimulus. Sikap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sikap responden terhadap pencarian pelayanan kesehatan atau pencarian pengobatan.
Cara ukur: angket
Alat ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 11 pertanyaan yang diberi nilai 1-4.
Defenisi operasional: reaksi atau perilaku yang dapat diamati oleh orang lain. Tindakan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh responden untuk menghilangkan rasa sakit pada dirinya atau orang lain dan juga cara responden memanfaatkan pelayanan kesehatan. Cara ukur: angket
Alat ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan yang diberi nilai 0-4.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Survei merupakan suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam waktu tertentu. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di kelurahan Padang Bulan di Kecamatan Medan Baru, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Lokasi ini dipilih karena masyarakat yang sangat heterogen bila ditinjau dari segi tingkat pendidikan, sosial budaya, dan tingkat ekonomi. Selain itu, banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di kelurahan Padang Bulan misalnya puskesmas, praktek dokter, apotek dan sebagainya sehingga memberi banyak pilihan kepada masyarakat Padang Bulan untuk memilih pelayanan kesehatan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat di kelurahan Padang Bulan yang berusia antara 21-70 tahun.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh populasi dan dianggap mewakili seluruh populasi. Untuk menentukan jumlah minimal sampel penelitian, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus:
Zα2PQ
N =
d2
N : Besar Sampel
Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α =
0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)
P : Proporsi kategori (0.5)
Q : 1-P = 1 - 0.5 = 0,5
d : Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki 10% atau 0,1
Dari perkiraan rumus di atas didapatkan bahwa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi ialah 97 orang. Jumlah sampel digenapkan kepada 100 orang bertujuan untuk memudahkan pengiraan.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang telah diambil langsung dari penelitian. Pengumpulan data telah dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuisioner.
4.4.2.Data Sekunder
Data diperoleh dari kantor kelurahan, puskesmas dan dinas kesehatan serta studi kepustakaan (literatur).
4.4.3. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dengan menggunakan rumus :
N (∑XY) – (∑X∑Y)
√ {(N∑X2 – (∑X)2 } {(N∑Y2 – (∑Y)2 }
Butir pertanyaan dikatakan significant apabila nilai korelasi yang didapatkan > nilai tabel r dengan taraf signifikasi 0,05.
4.4.4. Uji Reabilitas
Reabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach ( Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus :
k ∑ Si2 1 - i=1
k-1 ST2
α = koefisien alpha
k = banyaknya butir pertanyaan Si2 = ragam skor butir pertanyaan ke-i
ST2 = ragam skor total
Untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha. Jika nilai alpha lebih besar dari 0,60 maka bisa dikatakan reliabel.
[
]
Kepada Yth: Tim Penilai KTI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Nama : Mohd Fakrulddin Bin Embong Validasi Kuesioner KTI oleh Pakar Secara Validity of Content
NIM : 070100459
JUDUL : Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan,Kecamatan Medan Baru Tahun 2010
Dosen Pembimbing : Dr. Rina Amelia, MARS
Dengan hormat,
Kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini telah disahkan valid secara validity of content. Pengesahan ini telah dilakukan oleh Dr. Rina Amelia dari divisi Ilmu Kesehatan Masyarakat pada tanggal 9 November 2010. Kuesioner ini telah diperbaiki menurut saranan yang diberikan dan disetujui untuk digunakan dalam penelitian.
Penang, 9 November 2010 Dimaklumi dan Disahkan oleh,
D. Rina Amelia, MARS
4.5. Metode Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai Juni hingga Juli 2010.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Padang Bulan termasuk di dalam Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah kurang lebih 168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus, sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah seperti berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rante. c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang. d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia.
5.1.2. Karakteristik Dasar Responden Penelitian
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru yang berusia antara 21 sampai 70 tahun. Total responden adalah sebanyak 100 orang.
Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi: jenis kelamin, umur, suku, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah.
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin f (frekuensi) % Laki-laki 47 47,0 Perempuan 53 53,0 Total 100 100
Dari Tabel 5.2 didapati mayoritas responden yaitu sebanyak 36 orang (36,0%) berusia di antara 31-40 tahun dan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 61-70 tahun yang hanya sebanyak 7 orang (7,0%).
Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur (tahun) f (frekuensi) % 21-30 33 33,0 31-40 36 36,0 41-50 11 11,0 51-60 13 13,0 61-70 7 7,0 Total 100 100
Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
Suku f (frekuensi) % Batak Karo 45 45,0 Jawa 24 24,0 Minang 3 3,0 Mandailing 15 15,0 Lain-lain 13 13,0 Total 100 100
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden mendapat pendidikan terakhirnya dijenjang SMA yaitu sebanyak 26 orang (26,0%) dan yang paling sedikit adalah responden yang mendapat pendidikan terakhirnya dijenjang SD yaitu sebanyak 14 orang (14,0%).
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Dari tabel 5.5 didapatkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 25 orang (25,0%) dan seorang (1,0%) responden bekerja sebagai PNS/TNI.
Tabel 5.5
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan f (frekuensi) % PNS/TNI 2 2,0 Pegawai swasta 24 24,0 Wiraswasta 23 23,0 Buruh 18 18,0 Tidak bekerja 19 19,0 Mahasiswa 14 14,0 Total 100 100
5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pencarian Pelayanan
Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan
Padang Bulan Tahun 2010
Tingkat pengetahuan responden diperoleh guna untuk mendapat gambaran mengenai pengetahuan para responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 11 pertanyaan mengenai pengetahuan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan.
Berdasarkan Tabel 5.6 tentang tingkat pengetahuan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan (Health Seeking Behavior) pada masyarakat kelurahan Padang Bulan tahun 2010 dapat dilihat tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: tingkat pengetahuan baik sebanyak 66 orang (66,0%), sedang sebanyak 34 orang (34,0%), dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya tidak baik.
Tabel 5.6
Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Tingkat Pengetahuan f (frekuensi) % Baik 66 66,0 Sedang 34 34,0 Kurang 0 0 Total 100 100
Tabel 5.7 4.Pelayanan kesehatan yang terdapat di kelurahan Padang Bulan
Puskesmas, praktik dokter 35 35,0 6.Penilaian terhadap kelainan yang dirasakan misalnya nafsu makan
suatu penyakit yang memerlukan pengobatan segera
Ya 75 75,0 Tidak 25 25,0 10.Kapan suatu penyakit harus diobati ke pelayanan kesehatan
ketika timbul gejala penyakit seperti demam, selera makan menurun 55 55,0 ketika sakit belum mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari 41 41,0
ketika sakit telah parah 4 4,0 setelah mendapat nasehat dari orang lain 0 0 11.Manfaat yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mengobati penyakit 20 20,0 untuk mencegah penyakit/menjaga kesehatan 6 6,0 untuk pelayanan KB atau imunisasi 0 0 untuk konsultasi kesehatan 1 1,0 semua pernyataan di atas adalah benar 73 73,0
5.1.4. Sikap Responden Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Sikap responden diperoleh guna untuk mendapat gambaran mengenai sikap responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 11 pertanyaan mengenai sikap pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan.
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat sikap masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: sikap baik sebanyak 48 orang (48,0%), sedang sebanyak 52 orang (52,0%), dan tidak ada yang sikapnya kurang.
Tabel 5.8
Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Sikap f (frekuensi) % Baik 48 48,0 Sedang 52 52,0 Kurang 0 0 Total 100 100
Tabel 5.9
fasilitas kesehatan bekerja atau melakukan aktivitas
sehari-hari
9.Pengobatan moderen seperti 11 11,0 69 69,0 15 15,0 5 5,0 puskesmas lebih baik dibandingkan
pengobatan tradisional
10.Fasilitas pelayanan kesehatan di 15 15,0 10 10,0 72 72,0 3 3,0 rumah sakit sama sahaja dengan
puskesmas
11.Pemeriksaan kesehatan secara 17 17,0 70 70,0 9 9,0 4 4,0 berkala perlu dilakukan walaupun
tidak sakit
5.1.5. Tindakan Responden Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
responden dikatakan mempunyai tindakan sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan mempunyai tindakan kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data tindakan responden diperoleh melalui pengisian kuesioner.
Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat tindakan masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: tindakan baik sebanyak 50 orang (50,0%), sedang sebanyak 50 orang (50,0%), dan tidak ada yang tindakannya kurang.
Tabel 5.10
Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Tindakan f (frekuensi) % Baik 50 50,0 Sedang 50 50,0 Kurang 0 0 Total 100 100
Dari Tabel 5.11 tentang distribusi jawaban responden mengenai tindakan pencarian pelayanan kesehatan/pengobatan (Health Seeking Behavior) pada masyarakat Kelurahan Padang Bulan tahun 2010 dapat dilihat bahwa sebanyak 84 orang responden (84,0%) memilih rumah sakit sebagai pilihan pertama sebagai tempat berobat jika ada sakit. Dalam pada itu, 6 orang responden (6,0%) menyatakan alasan pergi ke suatu fasilitas pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat.
Distribusi Jawaban Responden mengenai Tindakan Pencarian Pelayanan 4.Tindakan yang dilakukan sekiranya timbul gejala seperti demam
bidan 0 0 7.Tindakan yang dilakukan jika kawasan tempat tinggal diserang
penyakit menular seperti flu burung
tidak melakukan apa-apa 3 3,0 periksa setelah mendapat nasehat dari orang lain 36 36,0 periksa tanpa disuruh orang lain 38 38,0 cukup sekadar berhati-hati 23 23,0 8.Tindakan yang dilakukan sekiranya biaya yang tinggi diperlukan
untuk mengobati suatu penyakit
teruskan pengobatan 28 28,0 mencari pengobatan lain 64 64,0 membeli obatan di apotek atau warung obat 8 8,0 menghentikan pengobatan 0 0 9.Tindakan yang dilakukan jika pengobatan awal tidak berhasil
teruskan mencari pengobatan lain 82 82,0 berhenti mencari pengobatan lain 0 0 mencari pengobatan lain apabila penyakit makin parah 18 18,0 10.Jika anda telah sembuh dari suatu penyakit, apakah yang anda akan
lakukan
5.1.6. Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun
2010 Mengikut Karakteristik Responden
a) Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan
(Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun
2010 Mengikut Jenis Kelamin
Dari Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai presentase tingkat pengetahuan baik sebanyak 76,6% dan perempuan sebanyak 56,6%.
Tabel 5.12
Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Mengikut Jenis Kelamin
Tingkat Pengetahuan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n % Jenis
kelamin
b) Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Mengikut Suku
Dari Tabel 5.13 dapat dilihat bahwa suku Mandailing mempunyai presentase paling tinggi tingkat pengetahuan baik dengan mencatatkan 93,3% dan yang paling sedikit adalah suku Batak Karo yaitu 51,1%.
Tabel 5.13
Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Mengikut Suku
Tingkat Pengetahuan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n %
Suku Batak Karo 23 51,1 22 48,9 0 0 45 100 Jawa 19 79,2 5 20,8 0 0 24 100 Minang 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100 Mandailing 14 93,3 1 6,7 0 0 15 100 Lain-lain 8 61,5 5 38,5 0 0 13 100
c) Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Mengikut Tingkat Pendidikan
Tabel 5.14
Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health
Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010
Mengikut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n %
Tingkat
Pendidikan
SD 1 7,1 13 92,9 0 0 14 100 SMP 7 36,8 12 63,2 0 0 19 100 SMA 21 80,8 5 19,2 0 0 26 100 Akademi/ 16 93,3 3 6,7 0 0 19 100 Diploma
Sarjana 21 95,5 1 4,5 0 0 22 100
5.1.7. Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking
Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Karakteristik Responden
a) Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Jenis Kelamin
Tabel 5.15
Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)
pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin
b) Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku
Dari Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa suku Mandailing mempunyai presentase paling tinggi sikap baik dengan mencatatkan 100,0% dan yang paling sedikit adalah suku lain-lain yaitu 30,8%.
Tabel 5.16
Sikap Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior)
pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Suku
5.1.8. Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking
Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Karakteristik Responden
a) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Jenis Kelamin
Dari Tabel 5.17 dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan mempunyai presentase sikap baik sebanyak 54,7% manakala responden laki-laki sebanyak 44,7%.
Tabel 5.17
Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking
Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Jenis Kelamin
Tindakan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n % Jenis
kelamin
Laki-laki 21 44,7 26 55,3 0 0 47 100 Perempuan 29 54,7 24 45,3 0 0 53 100
b) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking
Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Suku
Tabel 5.18
Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking
Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Suku
Tindakan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n %
Suku Batak Karo 19 42,2 26 57,8 0 0 45 100 Jawa 13 54,2 11 45,8 0 0 24 100 Minang 3 100 0 0 0 0 3 100 Mandailing 8 53,3 7 4,7 0 0 15 100 Lain-lain 7 53,8 5 46,2 0 0 13 100
c) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Tingkat Pendidikan
Tabel 5.19
Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking
Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Tingkat Pendidikan
Tindakan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n %
Tingkat
Pendidikan
SD 3 21,4 11 78,6 0 0 14 100 SMP 5 26,3 14 73,7 0 0 19 100 SMA 14 53,8 12 46,2 0 0 26 100 Akademi/ 8 42,1 11 57,9 0 0 19 100 Diploma
Sarjana 20 90,9 2 9,1 0 0 22 100
d) Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut Pekerjaan
Tabel 5.20
Tindakan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking
Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 Mengikut
Pekerjaan
Tindakan Total
Baik Sedang Kurang
n % n % n % n %
Pekerjaan PNS/TNI 1 50,0 1 50,0 0 0 2 100 Pegawai Swasta 14 58,3 10 41,7 0 0 24 100 Wiraswasta 16 69,6 7 30,4 0 0 23 100 Buruh 5 27,8 13 72,2 0 0 18 100 Tidak bekerja 6 46,2 13 53,8 0 0 19 100 Mahasiswa 7 50,0 7 50,0 0 0 14 100
5.2. Pembahasan
5.2.1. Tingkat Pengetahuan Pencarian Pelayanan Kesehatan/Pengobatan (Health Seeking Behavior) pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan Tahun
2010
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut: tingkat pengetahuan baik sebanyak 66 orang (66,0%), sedang sebanyak 34 orang (34,0%), dan tidak ada yang tingkat pengetahuannya kurang.
sebanyak 26 orang (26%) bisa menjawab definisi sehat dengan benar. Mayoritas responden tidak dapat menjawab definisi sehat dengan benar karena kurang mendapat pajanan dari media massa ataupun fasilitas pelayanan kesehatan yang berdekatan mengenai definisi sehat yang sebenar. Selain itu, masyarakat mendapatkan informasi yang salah mengenai konsep sehat ini karena masyarakat hanya diajar bahwa sehat itu tidak sakit. Justeru, ramai yang tidak dapat mendefinisikan sehat dengan benar. Berdasarkan Tabel 5.7 pada pertanyaan nomor 6, dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 68 orang (68,0%) bisa mengenal tanda-tanda awal dari suatu penyakit. Hal ini sangat baik untuk masyarakat itu sendiri. Masyarakat bisa mengenal tanda-tanda penyakit ini melalui pembacaan, penyuluhan, ataupun melalui pengalaman sendiri. Dengan pengenalan yang lebih dini tanda-tanda awal penyakit, penyakit tersebut dapat dicegah. Secara tidak langsung, ini akan mengurangkan biaya yang dikeluarkan berbanding apabila sudah jatuh sakit. Menurut Notoatmodjo (2007), sesorang itu berpengetahuan baik apabila sekurang-kurangnya mempunyai pengetahuan tentang penyakit, baik yang menular maupun tidak menular yang mencakup nama penyakit, tanda-tanda klinis, penyebab, cara penularan, cara pencegahan serta tempat yang tepat untuk mendapatkan pengobatan.
kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat dan kurangnya kesadaran dalam masyarakat itu sendiri mengenai hal ini. Menurut Notoatmodjo (2007), informasi kesehatan mempengaruhi kesadaran masyarakat dan selanjutnya kedua-dua faktor ini akan mempengaruhi pengetahuan kesehatan pada masyarakat.
Mayoritas responden yaitu sebanyak 67 orang (67,0%) bisa menjawab dengan benar pertanyaan nomor 8 mengenai contoh penyakit yang mempunyai tingkat keparahan tinggi. Ini dikarenakan sudah banyak informasi yang disampaikan misalnya pesan dari media massa dan juga dari fasilitas pelayanan kesehatan setempat yang menyebabkan masyarakat lebih mengetahui akan penyakit yang mempunyai tingkat keparahan tinggi misalnya demam berdarah denggi. Selain itu, penyuluhan yang berterusan mengenai penyakit-penyakit yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi ini dapat membantu warga memahami dengan lebih mendalam. Di samping itu, pengalaman seseorang juga membantu dalam menilai suatu penyakit memiliki tingkat keparahan yang tinggi atau sebaliknya.
Berdasarkan pertanyaan nomor 11, mayoritas responden yaitu sebanyak 73 orang (73,0%) bisa menjawab dengan benar pertanyaan mengenai manfaat yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan. Ini dikarenakan kebanyakan masyarakat berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pelbagai tujuan. Misalnya, seorang pasien berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan karena mahu mendapatkan pengobatan dan konsultasi kesehatan. Jadi, secara tidak langsung pasien tersebut tahu perkhidmatan yang disediakan di fasilitas pelayan kesehatan tersebut. Selain itu, penyuluhan atau kampenya mengenai perkhidmatan yang disediakan di fasilitas pelayanan kesehatan juga meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai fungsi fasilitas pelayanan kesehatan.
lebih banyak dihabiskan di rumah. Selain itu, biasanya keputusan berobat serta pengetahuan tentang sarana pengobatan lebih diketahui oleh laki-laki sebagai kepala keluarga dan sebagai pencari nafkah di dalam keluarga. Kaum perempuan kurang mendapat akses karena terikat dengan tradisi sesuatu masyarakat yang menyatakan bahwa kaum perempuan lebih sering dan hanya sesuai duduk di dapur dan menjaga anak serta tidak dibenarkan mengambil keputusan misalnya dalam hal-hal kesehatan. Apabila kurangnya akses untuk mendapatkan informasi kesehatan, ini akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang mengenai kesehatan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shaikh dan Hatcher (2004) yang menyatakan bahwa kaum laki-laki mempunyai hak mutlak dalam pengambilan keputusan sehingga menyebabkan kaum perempuan sering didiskriminasikan dalam pengambilan keputusan walaupun untuk dirinya sendiri.