• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN INFORMASI MAHASISWA PENDIDIKAN NERS (COASS) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA UNTUK MEMBUAT TUGAS LAPORAN PASIEN

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

OLEH

ARDHA ORIZA SWENY 060709002

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Sweny, Ardha Oriza, 2010. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien. Medan: Program Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan informasi dan sumber-sumber informasi yang dipilih, serta digunakan oleh Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam membuat laporan penyakit pasien.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan USU yang sedang mengambil pendidikan Profesi Ners atau mahasiswa keperawatan yang sedang coass. Populasi penelitian ini sebanyak 84 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei-06 Juni 2010.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan informasi dalam memenuhi tugas laporan kasus pasien dapat diperoleh dari perpustakaan karena pada umumnya responden (91,7%) mengatakan bahwa koleksi yang tersedia di perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya, dan sebagian lagi diperoleh dari luar perpustakaan seperti internet (79,8%). Sumber informasi yang sering digunakan ialah buku (45,2%) dan laporan penelitian (33,3%).

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

Maha Pemurah atas segala rahmat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah diberikan

kepada penulis sehingga dapat menyelesikan penulisan skripsi dengan judul

“Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam

Memenuhi Tugas Laporan Pasien”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini

Penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa dan sebesar-besarnya

kepada Ayahanda Jhon H. Ht. Barat dan Ibunda tercinta Maryam Br. Pasaribu,

Kakanda Yesrizon Ht. Barat, Wisri Ht. Barat, SE dan adik Monthana Ht. Barat,

Zorro Ht. Barat atas segala doa, dukungan dan kasih sayang serta pengorbanan

selama ini kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu secara moral maupun material. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof., Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si, selaku Ketua Departemen Studi

Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Syakirin Pangaribuan, SH, selaku dosen pembimbing I yang

telah membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos. selaku dosen pembimbing II yang telah

(4)

5. Seluruh Staff pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan

Informasi yang telah banyak memberikan ilmu dibidang Ilmu

Perpustakaan dan Informasi bagi penulis.

6. Kepada staff pegawai Program Studi Perpustakaan dan Informasi

(B’Yudi) yang telah membantu dalam megurus surat-surat yang

berhubungan dengan penyusunan skripsi.

7. Kepada staff Fakultas Keperawatan USU yang telah banyak

memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis selama

penulisan skripsi ini.

8. Buat Keluarga Besar Op.Yes Ht.Barat dan Op. Anton Pasaribu, terima

kasih atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan kepada

penulis.

9. Buat teman kos 15 L (k’tina, k’kitty, k’lenny, k’ika, siska, novel dan

sahabat terdekat penulis Teresia, Susi, Hetli, dan leo terimakasih atas

dukungan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

10.Rekan-rekan angkatan 2006 Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

khususnya siska, elis, abang apri, tata, dan tina hite terimakasih atas

kerjasama dan dukungan semangat dan doa sehingga penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan.

11.Buat seluruh mahasiswa Program Pendidikan Ners Fakultas

Keperawatan USU, khususnya k’Eva S.Kep, Friska S.Kep, dan Bang

Juprianto S.Kep yang telah membantu penulis dalam membagikan

kuesioner dan memberikan waktunya mengisi kuisioner penelitian ini.

Medan, 19 Juni 2010

Penulis

Ardha Oriza Sweny

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kebutuhan Informasi ... 6

2.1.1 Pengertian Kebutuhan Informasi ... 6

2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Informasi ... 8

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pengguna ... 10

2.3 Karakteristik Kebutuhan Informasi ... 11

2.4 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan ... 14

2.5 Jenis Layanan Perpustakaan... 15

2.6 Jenis-jenis Sumber Informasi yang Digunakan ... 16

2.7 Pendidikan Ners ... 19

2.7.1 Profesi Ners ... 19

2.7.2 Laporan Kasus Pasien ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1 Populasi ... 24

3.3.2 Sampel ... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 25

3.6 Instrumen Penelitian ... 25

3.6.1 Kuesioner... 26

3.6.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 26

3.7 Analisis Data ... 27

(6)

4.1 Karakteristik Responden ... 28

4.2 Analisis Deskriptif ... 28

4.2.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi dan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan ... 28

4.2.1.1 Pemanfaatan informasi ... ... 28

4.2.1.2 Kesesuaian Koleksi dengan Kebutuhan Informasi Mahasiswa... 30

4.2.1.3 Cara Responden Melihat Informasi ... 31

4.2.2 Faktor dan Karakteristik Kebutuhan Informasi serta Layanan Perpustakaan ... 32

4.2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi dalam Memperoleh Informasi ... 32

4.2.2.2 Hambatan dalam Pencarian Informasi ... 33

4.2.2.3 Tindakan dalam Mendapatkan Informasi ... 35

4.2.2.4 Penggunaan Layanan Perpustakaan Universitas dan Perpustakaan Fakultas ... 36

4.2.3 Sumber Informasi ... 37

4.2.3.1 Jenis-jenis Sumber Informasi ... 37

4.2.3.2 Waktu yang Diperlukan dalam Memperoleh Informasi .... 39

4.2.3.3 Sarana untuk Memperoleh Informasi ... 40

4.2.3.4 Langkah-langkah Memperoleh Informasi ... 41

4.2.3.5 Media Informasi yang Digunakan ... 42

4.2.4 Kebutuhan Informasi Profesi Keperawatan ... 44

BAB V K ES I M PU L A N D A N SA R A N 5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 46

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Manfaat Informasi ... 28

Tabel 2: Cara memanfaatkan informasi ... 29

Tabel 3: Kesesuaian Koleksi di Perpustakaan dengan Kebutuhan Informasi Pengguna ... 30

Tabel 4: Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pencarian informasi ... 31

Tabel 5: Cara melihat informasi ... 31

Tabel 6: Faktor yang mempengaruhi dalam memperolehh informasi ... 32

Tabel 7: Hambatan dalam pencarian informasi ... 33

Tabel 8: Cara mengatasi hambatan ... 34

Tabel 9: Tindakan dalam mendapatkan informasi ... 35

Tabel 10: Layanan perpustakaan ... 36

Tabel 11: Jenis sumber informasi yang digunakan ... 37

Tabel 12: Alat untuk memantau perkembangan informasi pasien ... 38

Tabel 13: Waktu memperoleh informasi... 39

Tabel 14: Cara memperoleh sumber informasi ... 40

Tabel 15: Langkah-langkah dalam memperoleh informasi ... 41

Tabel 16: Cara memperoleh sumber informasi selain perpustakaan USU ... 42

Tabel 17: Media informasi yang digunakan ... 43

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

ABSTRAK

Sweny, Ardha Oriza, 2010. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien. Medan: Program Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan informasi dan sumber-sumber informasi yang dipilih, serta digunakan oleh Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam membuat laporan penyakit pasien.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan USU yang sedang mengambil pendidikan Profesi Ners atau mahasiswa keperawatan yang sedang coass. Populasi penelitian ini sebanyak 84 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei-06 Juni 2010.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan informasi dalam memenuhi tugas laporan kasus pasien dapat diperoleh dari perpustakaan karena pada umumnya responden (91,7%) mengatakan bahwa koleksi yang tersedia di perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya, dan sebagian lagi diperoleh dari luar perpustakaan seperti internet (79,8%). Sumber informasi yang sering digunakan ialah buku (45,2%) dan laporan penelitian (33,3%).

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan sejak dahulu telah

berkembang. Perkembangan informasi itu dipengaruhi oleh kebutuhan kognitif

manusia yang erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperkuat maupun

menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman tentang lingkungannya, yang

didasarkan pada keinginan untuk memahami lingkungan itu sendiri, seperti pada

lingkungan pekerjaan.

Pengguna perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasinya tidak

hanya menggunakan jasa perpustakaan saja. Tetapi saat ini pengguna

perpustakaan lebih banyak memilih menggunakan layanan internet dalam mencari

informasi untuk memenuhan kebutuhan informasinya. Internet menjadi sasaran

utama bagi pencari informasi karena dengan menggunakan internet pengguna

dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat tanpa harus membuang-buang

waktu. Sehingga demi mewujudkan keinginan penggunanya perpustakaan harus

memiliki layanan internet agar dapat memenuhi kebutuhan para penggunanya.

Untuk itu perpustakaan harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dengan

menyediakan fasilitas internet kepada pengguna perpustakaan.

Informasi yang diterima pemakai akan dimanfaatkan sesuai dengan

kebutuhan pengguna. Oleh sebab itu jasa layanan informasi perlu memperhatikan

kebutuhan penggunanya. Dalam hal ini, bidang jasa informasi dan perpustakaan

sebagai sarana layanan informasi juga ikut berpengaruh. Misalnya dalam

pengemasan informasi bukan hanya dalam bentuk tercetak saja, tetapi

pengemasan informasi dalam bentuk elektronik juga sudah banyak ditemukan

salah satunya adalah internet. Dimana melalui internet pengguna dapat

memperoleh informasi dari berbagai sumber dengan berbagai kemudahan yaitu

dengan menggunakan internet maka pengguna dapat menjelajahi berbagai

(12)

sangat diminati dewasa ini adalah tersedianya layanan penelusuran terhadap

informasi-informasi ilmiah yang terdapat pada jurnal-jurnal elektronik.

Mahasiswa keperawatan sebagai masyarakat informasi memiliki

kebutuhan utama untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan sebagai penunjang

berbagai aktivitas keseharian maupun tuntutan-tuntutan yang lain. Kebutuhan

akan informasi dirasakan akan terus bertambah bagi seseorang setiap kali ia selalu

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu. Rasa ingin tahu timbul

ketika seseorang ingin menambah daftar panjang khasanah pengetahuannya. Dari

keterangan di atas dapat diperjelas oleh Wersig dalam Harisanty (2007:1) bahwa

”kebutuhan informasi didorong oleh a problematic situation dimana seseorang

merasa harus memperoleh masukan dari sumber-sumber di luar dirinya”.

Mahasiswa Pendidikan Ners juga telah merasakan dimana mereka dapat

menemukan informasi yang mereka butuhkan dengan cepat dan tepat. Dengan

menggunakan internet yang ada di perpustakaan maupun di luar perpustakaan.

Hal ini jika sumber informasi yang ada di perpustakaan tidak dapat menyediakan

informasi yang mereka inginkan. Dimana jam buka perpustakaan sering

bersamaan dengan jam dinas/praktik mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak dapat

berkunjung ke perpustakaan dan mereka menggunakan internet dalam mencari

dan menemukan informasi yang mereka butuhkan.

Mahasiswa Pendidikan Ners FKep-USU diharapkan mampu

memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan kiat dan ilmu pengetahuan serta

teknologi keperawatan, menggunakan pendekatan metodologi keperawatan dan

berlandaskan etika keperawatan. Proses pembelajaran menunjukkan adanya

kontinuitas antara teori dan praktik yang didapatkan melalui pengalaman belajar

di lahan praktik yang mendukung pertumbuhan dan pembinaan kemampuan

profesional. Kegiatan di lahan praktik memberi kesempatan kepada mahasiswa

untuk mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dipelajari pada tahap

pendidikan sebelumnya dengan sikap dan keterampilan profesional. Menurut

Schweek dalam Buku Panduan Program Pendidikan Profesi Ners Edisi V (2010:

1) mengatakan: “Praktik klinik merupakan the heart of the total curriculum

(13)

adalah bagaimana proses pembelajaran dikelola di lahan praktik. Untuk itu perlu

disiapkan panduan pembelajaran klinik bagi mahasiswa dan juga bagi dosen

pembimbing klinik dan preseptor sehingga asuhan keperawatan yang

menitikberatkan pada kualitas melalui terciptanya suatu lingkungan belajar yang

sarat dengan model peran (role model) dapat diwujudkan.

Mahasiswa melaksanakan praktik Program Pendidikan Profesi Ners di

rumah sakit umum pemerintah/swasta, klinik bersalin, rumah sakit jiwa,

puskesmas, wilayah binaan, panti sosial, serta panti werda melalui pelayanan

sampai masalah yang kompleks secara tuntas melalui pengkajian, perumusan

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan

sesuai dengan batas kewenangan, tanggung jawab, dan kemampuan melandaskan

kiat dan ilmu serta etika profesi keperawatan. Dalam Buku Panduan Program

Pendidikan Profesi Ners Edisi V (2010:6) mengatakan bahwa bidang keilmuan

keperawatan itu dibagi dalam sembilan bagian yaitu:

“Bidang keperawatan; (1) Keperawatan Medikal Bedah; (2) Keperawatan Maternitas; (3) Keperawatan Anak; (4) Keperawatan Jiwa; (5) Keperawatan komunitas; (6) Keperawatan Keluarga; (7) Keperawatan Gerontik; (8) Manajemen Keperawatan; dan (9) Keperawatan Gawat Darurat”

Mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai seluruh bidang keperawatan

tersebut, sehingga untuk memenuhi tuntutan tersebut mahasiswa harus mencari

dan menemukan informasi yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut.

Sehingga membutuhkan informasi yang akurat. Setiap mahasiswa yang sedang

coass juga diwajibkan mengikuti visit yang dilakukan oleh dokter di bagian

tempatnya stase, kemudian juga diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ilmiah.

Coass juga membuat referat atau makalah tinjauan kepustakaan dan laporan kasus

sebagai syarat untuk dapat mengikuti evaluasi atau ujian dibagian tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran apakah sumber

informasi dan jasa layanan yang ada di perpustakaan FKep-USU dan

perpustakaan Universitas Sumatera Utara sudah membantu dalam memenuhi

(14)

informasi apa saja yang akan mereka gunakan, dan bagaimana upaya pencarian

informasi yang dilakukan.

Latar belakang penulis memilih judul Kebutuhan Informasi

Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien adalah karena penulis ingin mengetahui bagaimana mahasiswa

Keperawatan yang sedang coass dalam memenuhi kebutuhan informasinya, cara

memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Maka untuk mengetahui hal

tersebut dilakukan penelitian terhadap Mahasiswa Pendidikan Ners yang sedang

coass sebagai objek penelitian mengenai kebutuhan informasi.

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Apa sajakah kebutuhan informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass)

dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien?

b. Sumber-sumber informasi apa saja yang dipilih dan digunakan Mahasiswa

Pendidikan Ners (Coass) dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah.

a. Untuk mengetahui kebutuhan informasi Mahasiswa Pendidikan Ners

(Coass) dalam membuat laporan penyakit pasien.

b. Untuk mengetahui sumber-sumber informasi yang dipilih dan digunakan

Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam membuat laporan penyakit

pasien.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

a. Untuk pembaca yaitu dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

membahas masalah penelitian yang sama dan menambah pengetahuan

(15)

b. Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis mengenai kebutuhan

informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam Memenuhi Tugas

Laporan Pasien.

c. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian pengguna tentang kebutuhan informasi

Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners yang sedang Coass yang mencakup

menentukan informasi yang dibutuhkan, dan mengevaluasi informasi yang

dibutuhkan secara efektif dan efisien, serta sumber informasi yang digunakan oleh

(16)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Kebutuhan Informasi

2.1.1 Pengertian Kebutuhan Informasi

Informasi di era globalisasi seperti sekarang ini telah menjadi kebutuhan

utama dalam kehidupan manusia. Pemanfaatannya telah merambah ke seluruh

aspek kehidupan tidak terkecuali dibidang perpustakaan. Krikelas dalam Pasya

(2009:6) mendefinisikan “kebutuhan informasi sebagai pengakuan seseorang atas

adanya ketidakpastian dalam dirinya”. Dalam kehidupan yang nyata kebutuhan

informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information

wants), namun pada umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan,

biaya, faktor fisik, dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua

kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin

bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan

berubah menjadi permintaan informasi (information demands) (Purnomowati,

2008:1).

Kuhlthau dalam Budiyanto (2000:13) menyatakan bahwa kebutuhan

informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang

dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Hal yang sama juga disampaikan

oleh Belkin dalam Handajani (2004:14) bahwa kebutuhan informasi timbul ketika

seseorang menyadari adanya kesenjangan antara pengetahuan dengan keinginan

untuk memecahkan masalah yang terasa ganjil. Dari kedua definisi di atas penulis

dapat mengambil kesimpulan bahwa kebutuhan informasi itu timbul ketika

seseorang itu mendapat masalah sehingga membutuhkan informasi yang dapat

memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah yang terasa ganjil.

Banyaknya informasi yang beredar saat ini dapat meningkatkan kualitas

hidup masyarakat. Yang dikenal sebagai masyarakat informasi, dimana pada

masyarakat ini standar hidup, bentuk pekerjaan dan sistem pendidikan

dipengaruhi oleh informasi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan

(17)

kebutuhan informasi, maka kondisi yang menyebabkan munculnya kebutuhan

informasi adalah pada saat seseorang menemui suatu masalah yang belum dapat

dicari solusinya secara pribadi, sehingga ia memerlukan informasi dari

sumber-sumber di luar dirinya.

Kebutuhan informasi menurut Katz dalam Yulianah (2009:14)

mengatakan bahwa kebutuhan informasi dapat dilihat dari berbagai bentuk

kebutuhannya yaitu:

- Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu kebutuhan ini dapat memberikan kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

- Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media sering dijadikan sebagai alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan seperti media elektronik.

- Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), yaitu kebutuhan yang sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individu. Kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

- Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), yaitu kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

- Kebutuhan berkhayal (escapist needs), yaitu kebutuhan individu dikaitkan dengan kebutuhan–kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion).

Wilson (2006: 663) membagi kebutuhan informasi kedalam tiga bagian yaitu (1) Kebutuhan fisiologis (Physiological needs), seperti kebutuhan makanan,

air, tempat tinggal,dll.

(2) Kebutuhan afektif (Affective needs) (kadang-kadang psikolog mengatakannya sebagai kebutuhan emosional), kebutuhan untuk pencapaian, untuk dominasi,dlll

(18)

Berdasarkan kedua pendapat di atas dinyatakan bahwa kebutuhan informasi erat

kaitannya dengan aktivitas sehari-hari manusia dilihat dari berbagai segi seperti

kebutuhan fisiologi, emosi, kognitif, pekerjaan, disiplin ilmu, jabatan, dan

lain-lain. Dimana setiap kegiatan memiliki satu keterikatan. Walaupun Kebutuhan

setiap manusia tidak lepas dari berbagai kebutuhan di atas sehingga manusia

cenderung mencari informasi yang dibutuhkannya dengan berbagai cara yang

berbeda-beda dengan tujuan agar setiap informasi yang dibutuhkan dapat

diperoleh dengan cepat, dan tepat.

Menetapkan kebutuhan informasi bagi pengguna suatu perpustakaan

merupakan fenomena yang rumit, karena perpustakaan melayani komunitas yang

terdiri atas individu-individu pemakai yang memiliki kebutuhan yang beragam.

Bahkan pemakai sendiri mengalami kesulitan mengungkapkan dan

mendefinisikan informasi mereka. Oleh karena itu prosedur pengumpulan data

yang komprehensif perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan informasi oleh

suatu kelompok pemakai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi adalah

pernyataan seseorang atas adanya ketidakcocokan antara tingkat kepastiannya

dengan obyek lingkungan yang sedang dihadapinya. Atau dengan kata lain bahwa

kebutuhan informasi ini muncul pada saat seseorang mulai menganggap bahwa

keadaan pengetahuan yang ia miliki saat itu kurang dari yang dibutuhkannya

untuk menyelesaikan suatu masalah.

2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Informasi

Identifikasi kebutuhan informasi merupakan langkah awal dalam

menentukan jenis informasi apa yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada

keberhasilan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi. Identifikasi

kebutuhan informasi yang tidak tepat akan menghasilkan informasi yang tidak

berguna.

Menurut Sankarto (2008:10) Identifikasi kebutuhan informasi adalah

(19)

diinginkan pengguna”. Dalam proses identifikasi kedua belah pihak yaitu pihak

pengguna informasi dan pihak penyedia informasi terlibat aktif pada tahap ini.

Informasi yang diperoleh dari pengguna menjadi acuan bagi penyedia informasi

sebagai bahan pertimbangan menyediakan informasi yang tepat. Tiga faktor yang

harus dipenuhi ketika melakukan identifikasi kebutuhan informasi yaitu lengkap,

detail, dan benar. Lengkap, artinya semua informasi yang diharapkan pengguna

didapatkan oleh pihak yang melakukan identifikasi. Detail, adalah informasi yang

terkumpul terinci sampai hal-hal yang kecil. Benar, yaitu semua data yang

diperoleh harus benar, bukan benar menurut identifikator tetapi benar dan sesuai

dengan apa yang dimaksud pengguna (Sankarto, 2008: 10).

Pengidentifikasian kebutuhan informasi pada dasarnya merupakan suatu

proses penyelidikan. Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun dan diidentifikasi

data utama dan data tambahannya. Dalam proses identifikasi kebutuhan informasi,

sumber data utama adalah perilaku berupa kata-kata dan tindakan pengguna.

Sedangkan data lainnya berupa tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan.

Prawati dalam Ishak (2006:92) menyatakan bahwa untuk mengidentifikasi

kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan

a). Current approach, yaitu memperhatikan kebutuhan pengguna terhadap informasi mutakhir, b). Everyday approach, yaitu kebutuhan pengguna terhadap informasi sehari-hari, c). Exhaustive approach, yaitu kebutuhan pengguna terhadap informasi secara menyeluruh, dan yang terakhir d).

Cathing-up approach, yaitu kebutuhan pengguna terhadap informasi yang

cepat dan singkat.

Pengguna harus dapat memperhatikan informasi yang bagaimana yang

dibutuhkannya misalnya informasi yang mutakhir yang dapat memenuhi

kebutuhan informasinya sehari-hari dan dapat diperoleh dengan cepat dan singkat

tanpa menggunakan proses yang panjang.

Untuk mendukung pernyataan di atas, Chowdhury dalam Handajani

(2004:16) juga mengemukakan pendapatnya mengenai hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi yaitu:

(20)

lingkungan dimana orang tersebut berada; (e) Mengukur kebutuhan informasi adalah hal yang sulit; dan (f) Kebutuhan informasi sering sekali diperlukan dalam waktu yang cepat.

Berdasarkan pernyataan Chowdhury di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan individu dan

lingkungannya.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pengguna

Setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda dan

perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu menurut Crawford dalam

Handajani (2004:16) kebutuhan informasi seseorang tergantung dari:

kegiatan pekerjaan, disiplin ilmu, tersedianya berbagai fasilitas, jenjang jabatan individu, faktor motivasi terhadap kebutuhan informasi, kebutuhan untuk mengambil keputusan, kebutuhan untuk mencari gagasan baru, kebutuhan untuk memberikan kontribusi profesional, dan kebutuhan untuk melakukan penemuan baru.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Wilson dalam Ishak (2006:93) yaitu

bahwa “kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi,

kesenjangan dan ketidak-berdayaan seseorang dalam mendapatkan sumber

informasi”.

Kebutuhan informasi juga dapat dikaitkan dengan lingkungan seseorang

(person’s environment), peran sosial yang disandang (social roles), dan personal.

Salah satu kebutuhan terbesar manusia adalah memenuhi kebutuhan kognitifnya

seperti yang telah diutarakan oleh Wilson (2006:663) sebelumnya. Kebutuhan ini

berkaitan erat dengan motif seseorang untuk memperkuat atau menambah

informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungannya. Lingkungan

memiliki andil besar dalam membentuk perilaku yang ditunjukkan oleh seorang

individu. Manusia secara adaptif membentuk perilaku mereka berdasarkan

lingkungan informasinya (information environments), demikian juga sebaliknya,

lingkungan informasi juga dibentuk oleh manusia. Sehingga tidak mengherankan

jika alat yang digunakan dalam penemuan informasi masyarakat pun banyak

(21)

konteks kebutuhan informasi terkait peran sosial (social roles) memiliki hubungan

erat dengan teori peran (role theory).

Konteks kebutuhan informasi yang terakhir menurut Wilson (2006:663)

adalah kebutuhan terkait dengan karakteristik personal (individual

characteristics). Kebutuhan ini berkaitan erat dengan pemenuhan faktor-faktor

kognitif, afektif, serta kebutuhan untuk memperoleh hiburan (escapist needs).

2.3 Karakteristik Kebutuhan Informasi

Menurut Nicholas dalam Ishak (2006:94), ia menyatakan bahwa ada

sebelas kerakteristik kebutuhan informasi yang dapat menunjukkan wujud dari

kebutuhan informasi tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Pokok Masalah (Subject)

Aspek ini merupakan suatu karakteristik kebutuhan informasi yang paling

jelas terlihat, dimana di dalamnya terdapat tiga aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam menguraikan pokok masalah yaitu antara lain:

1). Berapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam sebuah

2). Seberapa jauh kedalaman pokok masalah tersebut, dan

3). Apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih rinci.

b. Fungsi (Function)

Setiap pemakai memiliki fungsi yang berbeda antara satu pemakai dengan

pemakai lainnya dalam menggunakan informasi yang digunakan

tergantung dari jenis kegiatan dan hasil dari kegiatan pemakai. Kebutuhan

pengguna akan informasi bertujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok,

antara lain:

1). Fungsi temuan (fact-finding)

2). Fungsi aktualisasi (current awareness)

3). Fungsi penelitian (research)

4). Fungsi penyegaran (briefing; dan

(22)

c. Sifat (Nature)

Sifat informasi menurut ciri esensial yaitu: berubah pada periode tertentu,

dan perbedaan kebutuhan informasi antara satu orang dengan orang yang

lain.

d. Tingkat Intelektual (Intelectual Level)

Kemampuan seseorang dalam memahami informasi itu cenderung

berbeda, sehingga pengguna memiliki tingkat intelektualitas dalam

melakukan proses pemahaman tersebut secara efektif dengan persyaratan

keluasan pengetahuan minimum atau tingkat kecerdasan tertentu.

e. Titik Pandang (View Point)

Ilmu sosial menuangkan informasi dengan menggunakan titik pandang

tertentu berdasarkan kategori pemikiran, orientasi politik, pendekatan

positif-negatif, dan orientasi disiplin ilmu.

f. Kuantitas (Quantity)

Setiap pengguna membutuhkan informasi dalam jumlah dan kuantitas

yang berbeda-beda dalam memenuhi keperluan pekerjaan dan dalam

memecahkan setiap permasalahan. Sehingga pengguna mampu membatasi

kebutuhan terhadap informasinya. Dan jumlah informasi yang di butuhkan

tergantung pada sifat individu pengguna, dimana pengguna dianggap

mampu membatasi kebutuhannya terhadap informasi.

g. Kualitas (Quality)

Kualitas kebutuhan informasi tergantung terhadap kesesuaian pokok

masalah dengan informasi yang di butuhkan oleh pengguna. Sehingga

pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat sangat di

perlukan pemahaman yang mendalam terhadap pengguna informasi.

h. Batas Waktu Informasi (Date)

Batas waktu informasi berkaitan dengan seberapa lama masa informasi

lampau yang di perlukan? dan seberapa baru informasi yang di peroleh?.

Dimana informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada memiliki umur

(23)

i. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)

Setiap informasi di upayakan agar cepat sampai kepada penggunanya

artinya informasi yang ada itu harus selalu up-to-date.

j. Tempat Asal Publikasi (Place)

Tempat asal publikasi ini dapat menjadi masalah bagi para pengguna

dikarenakan pokok masalah dalam informasi, posisi sipengguna, dan

kelancaran bahasa.

k. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging)

Pemrosesan berhubungan dengan cara penyajian informasi dari pokok

pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan behubungan dengan

tampilan luar atau bentuk fisik informasi.

Sedangkan menurut Leckie dalam Ishak (2009:94) kebutuhan informasi memiliki

enam karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi,

yaitu :

1. Demografis seseorang, seperti tingkat pendidikan atau usia. Semakin

tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak kebutuhan informasinya.

2. Konteks, misalnya kebutuhan khusus, kebutuhan internal atau

eksternal. Kebutuhan khusus misalnya kebutuhan tentang pekerjaan

seseorang atau kebutuhan seorang siswa tentang pelajaran dan

tugas-tugas sekolah.

3. Frekuensi, misalnya apakah kebutuhan informasi itu berulang atau

baru. Pengguna informasi tentunya akan memilih informasi yang

terbaru daripada informasi lama dan berulang.

4. Kemungkinan, misalnya apakah kebutuhan informasi tersebut dapat

diramalkan atau tidak terduga. Jika kebutuhan informasi seseorang

muncul dengan tiba-tiba atau tidak terduga, misalnya terjadi ketika

seseorang mencari informasi tentang pelajaran sekolah dan tiba-tiba

muncul dalam benaknya untuk mencari informasi lain yang

berhubungan dengan pelajaran tersebut, maka orang tersebut akan

(24)

5. Kepentingan, misalnya kebutuhan informasi dilihat dari tingkat

urgensinya. Apabila informasi yang dibutuhkan sangat penting maka

orang yang membutuhkan informasi tersebut akan berusaha mencari

dan menemukan informasi tersebut.

6. Kerumitan, misalnya kebutuhan informasi tersebut mudah atau sulit

untuk dipecahkan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas yang membahas tentang karakteristik

kebutuhan informasi dapat diambil kesimpulan bahwa dimana pendapat pertama

lebih fokus kepada informasi itu sendiri dilihat dari pokok masalah, fungsi,

tingkat intelektual dan lain sebagainya. Sedangkan pendapat kedua lebih

difokuskan kepada demografis dan kepentingan dari pengguna informasi tersebut.

Meskipun kedua pendapat ini berbeda tapi keduanya masih terdapat saling

keterkaitan antara setiap karakteristik kebutubuhan informasi seseorang.

2.4 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan memiliki koleksi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi

para penggunanya. Menurut Siregar (1999:2) tujuan perpustakaan perguruan

tinggi menyediakan koleksi ialah untuk:

a. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan civitas akademika perguruan tinggi induknya

b. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang-bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi yang menyelenggarakan perpustakaan tersebut.

c. Memiliki koleksi, bahan atau dokumen yang lampau dan yang mutakhir dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lain-lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi penaungnya

d. Memiliki koleksi yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serta pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi induknya e. Memiliki bahan pustaka/informasi yang berhubungan dengan sejarah dan

ciri perguruan tinggi tempatnya bernaung.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwa koleksi sebuah perpustakaan

(25)

tinggi. Koleksi yang tersedia juga harus sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi

serta dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan penggunanya.

2.5 Jenis Layanan Perpustakaan

Setiap perpustakaan memiliki layanan yang berbeda-beda yang menjadi

daya tarik tersendiri bagi pengguna untuk berkunjung dan menggunakan layanan

perpustakaan. Dalam Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan

Perguruan Tinggi (1999:34) dinyatakan bahwa pada umumnya perpustakaan

memiliki layanan-layanan sebagai berikut:

• Orientasi Perpustakaan

• Layanan Sirkulasi

• Layanan Rujukan

• Layanan Masalah

• Layanan Pandang dengar

• Jasa Kesiagaan Informasi

• Penelusuran Pustaka, yang terbagi 2 (dua) yaitu: - Layanan Internet

- Layanan CD-ROM

• Layanan Fotokopi

• Kerjasama Pinjam Antar Perpustakaan

• Kerjasama Silang Layan

• Pembuatan Indeks, Abstrak dan Bibliografi

• Layanan Terjemahan

Tandon Buku (Books on Reseved)

• Penyewaan Fasilitas

Sedangkan Atherton dalam ishak (2005:36) menyebutkan bahwa layanan

sebuah perpustakaan itu antara lain layanan penelusuran, layanan referensi,

penyebaran informasi mutakhir, layanan fotokopi, peminjaman, dan layanan

penerjemahan.

Sebagian besar perpustakaan hanya menyediakan layanan penelusuran, layanan

referensi, layanan fotokopi dan layanan peminjaman saja. Hal ini dikarenakan

keterbatasan dana yang dimiliki olek perpustakaan tertentu.

Layanan perpustakaan dikatakan baik jika perpustakaan dapat memenuhi

(26)

kebutuhan pengguna, menurut Djatin dalam Ishak (2005:37) memerlukan

beberapa unsur pendukung antara lain:

1. Kelengkapan informasi 2. Kemudahan memperoleh 3. Kecepatan layanan 4. Ketepatan layanan

5. Lokasi yang mudah dijangkau

6. Sumber daya manusia yang profesional dibidangnya 7. Biaya jasa yang terjangkau

8. Kerjasama jaringan pusdokinfo 9. Kenyamanan

untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh koleksi yang dibutuhkannya

perpustakaan menyediakan alat bantu yaitu katalog atau yang sering disebut

dengan OPAC yaitu katalog yang berbasis komputer. Dimana dalam katalog

tersebut telah tergambar fisik dari koleksi yang dicari mulai dari judul, pengarang,

penerbit, tempat terbit, serta lokasi koleksi di rak.

2.6 Jenis-jenis Sumber Informasi yang Digunakan

Berbagai sumber informasi digunakan para peneliti dalam menjalankan

strategi pencarian informasi, berupa literatur (primer dan sekunder) dan

individu/manusia (rekan peneliti dan pustakawan). Para peneliti selalu

menggunakan media cetak untuk memperoleh informasi, sedangkan media lain

yang tersedia (koleksi CD-ROM dan koleksi bentuk mikro) relatif sedikit

penggunaannya dibanding media cetak. Para peneliti memanfaatkan informasi

untuk melaksanakan tugas dan mengikuti perkembangan yang terjadi pada bidang

yang ditekuni, dengan cara membaca dan membuat kutipan pada kartu. Hambatan

yang dialami para peneliti pada saat melakukan strategi pencarian informasi

umumnya berhubungan dengan layanan informasi yang disediakan perpustakaan.

Menurut Suwanto dalam Harisanty (2007:5) ”sumber informasi

merupakan sarana penyimpanan informasi. Informasi dapat tersimpan dalam

dokumen dan non-dokumen”. Sumber informasi yang berupa dokumen dapat

berbentuk buku, majalah, laporan penelitian, jurnal, sedangkan sumber informasi

(27)

informasi. Sumber informasi terdiri dari dokumen, manusia, lembaga, benda,

ataupun situasi. Sumber informasi yang berupa dokumen meliputi textbook,

ensiklopedia, kamus, majalah, jurnal, skripsi, laporan penelitian film, dsb.

Manusia juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi misalnya aktor, penulis,

dosen, peneliti, pemimpin atau informan-informasn lainnya. Hampir semua

lembaga baik lembaga pemerintah maupun swasta, yang bergerak dalam berbagai

bidang dapat menjadi sumber informasi. Sumber-sumber informasi ini dapat

diakses langsung maupun melalui internet. Menurut Gunawan (2008:37) yang

perlu diperhatikan dan dilakukan mengenai sumber informasi yaitu menilai:

1. Relevansi

Relevansi adalah penilaian tentang sejauh mana informasi yang dikandung suattu sumber informasi sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat judul, daftar isi, abstrak, dan pendahuluan atau tujuan suatu sumber (tercetak mauupun digital, termasuk situs).

2. Kredibilitas

Penilaian kredibilitas digunakan untuk menentukan sejauh mana suatu sumber informasi dapat dipercaya kualitas dan kebenarannya. Kredibilitas suatu sumber dapatt dilihat dari segi penanggung jawabnya (pencipta karya, penulis, penerbit, sponsor, editor), proses pembuatannya dan pemanfaatan sumber tersebut.

3. Kemutakhiran

Kemutakhiran, suatu karya dapat dilihat dari tahun terbit karya tersebut. Khusus untuk tulisan dapat juga dilihat dari tahun publikasi daftar pustaka yang digunakan. Kemutakhiran suatu situs dapat dilihat melalui tangggal dan/ atau tahun dibuat, tanggal dan/atau tahun terakhir direvisi, dan sejauh mana links yang disediakan dan daftar pustaka yang digunakan, up-to-date”.

Ini perlu dilakukan agar pengguna tidak membuang-buang waktu, tenaga

dan uang untuk mencari, menghubungi, meminjam, membeli, mengunduh

(download), dan mencetak informasi.

Suatu sumber informasi adalah pembawa informasi yang dipercaya dapat

memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Brown dalam

Harisanty (2007:5) secara khusus membagi sumber informasi ke dalam tiga tipe

yaitu dirinya sendiri, orang lain, dan sumber lain yang bukan manusia.

(28)

informasi dari dirinya sendiri, maka mereka berusaha untuk mencari sumber

informasi secara interpersonal yaitu melalui bertanya dengan teman, ahli bidang

tertentu, dan orang lain. Sedangkan buku, surat kabar, memo, selebaran adalah

contoh dari impersonal sources (sumber informasi yang bukan orang).

Pemilihan sumber informasi juga didasarkan pada pola kebiasaan. Pola

kebiasaan diartikan bila dimasa lalu sebuah sumber informasi dapat memenuhi

kebutuhan seseorang maka ia akan cenderung menggunakan sumber informasi

tersebut untuk waktu-waktu selanjutnya. Qureshi dalam Harisanty (2007:6)

menambahkan bahwa semakin paham pengguna terhadap sumber-sumber

informasi yang ada, maka akan menyebabkan pengguna tersebut paham terhadap

cara menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga akan meningkatkan

kemampuan pengguna dalam memanfaatkan media informasi yang ada.

Kondisi lingkungan yang penuh informasi akan mendorong mahasiswa

untuk berusaha menemukan informasi secara positif (optimal). Sebaliknya kondisi

lingkungan di sekitar pengguna yang kurang informasi akan menjadikan

pengguna mengambil langkah tertentu guna mendapatkan informasi di tempat

lain. Dengan demikian perlu peran dari pustakawan sebagai spesialis informasi

yang memiliki keahlian tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk

kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis dan menyaringnya, yakni dengan

memantau perkembangan informasi global, memilih, menyaring, dan mampu

menyeleksi yang relevan dan up to date bagi kepentingan pengguna (Komalasari

dalam Harisanty, 2007:6).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber informasi

bukan hanya dalam bentuk tercetak saja tetapi dalam bentuk elektronik juga dapat

dijadikan sebagai sumber informasi bahkan manusianya sendiri dapat dijadikan

sebagai sumber informasi yang dapat membantu pengguna dalam memenuhi

(29)

2.7 Pendidikan Ners 2.7.1 Profesi Ners

Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua

tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat

gelar S.Kep dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners

(Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya

merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan

antara satu sama lain.

Menurut Reilly dalam Nurhidayah (2009:2) pendidikan keperawatan

terbagi dua yaitu disiplin akademik dan disiplin profesional (proses pembelajaran

klinik). Disiplin akademik lebih menekankan pada pengetahuan dan teori yang

bersifat deskriptif, sedangkan disiplin profesional diarahkan pada tujuan praktis.

Disiplin profesi didapatkan dilingkungan klinis atau lahan praktik karena

lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat

pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis didalam kur ikulum profesional.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi

suara perawat nasional, mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi

masyarakat/publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat. Praktek

keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan sistem pengaturan

serta pengendaliannya melalui perundang – undangan keperawatan (Nursing Act),

dimanapun perawat itu bekerja (PPNI, 2000:5). Keperawatan hubungannya sangat

banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena

berbagai masalah kesehatan aktual dan potensial. Keperawatan memandang

manusia secara utuh dan unik sehingga praktek keperawatan membutuhkan

penerapan ilmu Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya

untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan ners dan

klien harus dipelihara interaksi dinamikanya dan kontuinitasnya.

Dalam kegiatan keperawatan ada beberapa standar yang harus di

perhatikan yaitu standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang

(30)

Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat,

karena malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat

dan memburuk.

Penilaian essensial asuhan keperawatan melalui penataan standar sebagai

dasar kesepakatan untuk mencapai asuhan keperawatan optimal. Standar

keperawatan dalam prakteknya harus dapat diterima, dimana setiap klien berhak

mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa membedakan usia dan diagnosa. Dengan

demikian standar dapat diharapkan memberikan fondasi dasar dalam mengukur

kualitas asuhan keperawatan.

Pada dasarnya ada tiga sumber informasi utama, untuk mengembangkan

standar yaitu: penelitian, keputusan kelompok ahli/spesialis, observasi cara

praktek keperawatan aktual. Dalam organisasi pelayanan keperawatan standar

bersumber baik dari sumber eksternal maupun internal. Tujuan utama standar

memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan penilaian

hasil akhir, dengan demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi

perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan. Kriteria kua litas asuhan

keperawatan mencakup: aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya, manusiawi dan

memberikan harapan yang sama tentang apa yang baik bagi perawat dan pasien.

Standar menjamin perawat mengambil keputusan yang layak dan wajar dan

melaksanakan intervensi – intervensi yang aman dan akuntabel.

Dalam Buku Panduan Program Pendidikan Ners Edisi V (2010:2) untuk

menghasilkan perawat yang memenuhi karakteristik esensial profesi maka proses

pendidikan keprofesian perawat ”Ners” dirancang dengan mempertimbangkan

lima aspek berikut:

(1) Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Peserta didik dan pembimbing klinik harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Peserta didik harus menguasai ”body of knowledge” dan berbagai metode dan teknik keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

(31)

berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien melalui tahapan proses keperawatan.

(3) Sikap dan tingkah laku profesional. Sikap dan tingkah laku profesional dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi. Penumbuhan dan pembinaan kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak profesional merupakan proses panjang dan berkelanjutan yang dapat terlaksana melalui suatu lingkungan yang sarat dengan model peran (role model)

(4) Belajar aktif dan mandiri. Belajar aktif dan mandiri pada pengalaman praktik klinik dapat dicapai dengan antara lain membuat laporan pendahuluan, presentasi kasus dan lain – lain.

(5) Pendidikan berada di masyarakat. Pendidikan atau pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community-based learning) memungkinkan untuk menumbuhkan dan membina sikap dan keterampilan para mahasiswa.

Berdasarkan kelima aspek tersebut diharapkan lulusan program Pendidikan

Profesi Ners Fakultas Keperawatan USU memiliki sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang profesional sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya

sebagai perawat profesional yaitu sebagai profesional care provider (pemberi

asuhan keperawata), community leader (pemimpin dikomunitas), educator

(pendidik), manager (pengelola) dan researcher (peneliti pemula).

2.7.2 Laporan Kasus Pasien

Pada point ini penulis membahas mengenai laporan perawat mengenai

masalah pasien yang akan dikaji selama satu minggu. Dimana pelayanan

keperawatan adalah essensial bagi kehidupan dan kesejahteraan klien oleh karena

itu profesi keperawatan harus akuntabel terhadap kualitas asuhan yang diberikan.

Pengembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perawat untuk mendapatkan

informasi yang dibutuhkan dalam rangka menerapkan asuhan bagi klien dengan

kebutuhan yang kompleks. Untuk menjamin efektifitas asuhan keperawatan pada

klien, harus tersedia criteria dalam area praktek yang mengarahkan keperawatan

mengambil keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara aman.

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu

bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada

(32)

mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah

mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Nursalam (2009:515) Seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien terlebih dahulu harus memperhatikan standar instrumen penilaian kerja perawat yaitu:

1. Standar Pengkajian Keperawatan

Pada standar ini perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.

Kriteria pengkajian keperawatan, meliput i:

a). Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

b). Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

c). Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: - Status kesehatan klien masa lalu.

- Status kesehatan klien saat ini.

- Status biologis-psikologis-sosial-spiritual. - Respons terhadap terapi.

- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal. - Risiko-risiko tinggi masalah

d). Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru).

2. Standar Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan.

Kriteria proses:

a). Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosis keperawatan. b). Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah (P), penyebab (E), dan

tanda atau gejala (S), atau terdiri atas masalah dan penyebab (PE). c). Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk

mevalidasi diagnosis keperawatan.

d). Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

3. Standar Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

Kriteria proses, meliput i

a). Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan.

b). Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

(33)

d). Mendokumentasi rencana keperawatan. 4. Standar Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan

Kriteria proses, meliput i:

a). Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. b). Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

c). Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. d). Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,

keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

e). Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respons klien.

5. Standar Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Kriteria proses

a). Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara konprehensif, tepat waktu, dan terus-menerus.

b). Menggunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan.

c). Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.

d). Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

e). Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Dalam memenuhi standar asuhan keperawatan inilah mahasiswa profesi

keperawatan banyak membutuhkan informasi yang dapat dijadikan sebagai

pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan

ini akan dipertanggung jawabkan didepan para dosen penguji masing-masing.

Sehingga mahasiswa keperawatan harus benar-benar memperhatikan datanya

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Deskriptif. Menurut Sugiyono (2002:6) “penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan

atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.

Pada penelitian ini penulis hanya memberikan suatu gambaran secara apa

adanya data yang didapat dari fakta-fakta yang didapat dilapangan, lalu

menghubungkannya dengan pendapat para ahli.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jalan Prof. T. Maas No.3 Kode

pos 20155.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah data yang dibutuhkan dalam mendukung kegiatan

penelitian. Menurut Sugiyono (2002:52) populasi adalah “wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”

Populasi Penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan yang sedang

mengambil pendidikan Profesi Ners atau mahasiswa keperawatan yang sedang

coass. Populasi penelitian ini sebanyak 84 orang yang terdiri dari mahasiswa

(35)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagaian dari populasi. Menurut Sugiyono (1999:57),

bahwa Sampel adalah “sebagian dari jumlah dan kerakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”. Mengingat jumlah populasi dalam penelitian ini tidak banyak,

maka penulis menetapkan seluruh populasi berhak dijadikan sebagai sampel

penelitian atau yang disebut dengan total sampling. Dimana seluruh mahasiswa

Program Pendidikan Profesi Ners yang sedang Coass Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dijadikan sebagai responden.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian dapat

dilakukan dengan cara:

1. Kuesioner: yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar

pertanyaan kuisioner untuk diisi oleh responden.

2. Studi kepustakaan dan dokumen melalui berbagai bahan pustaka

seperti buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah

1. Data primer: data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang dicari yaitu: data dari kuesioner.

2. Data sekunder: data yang diperoleh dan bersumber dari buku, jurnal,

majalah dan laporan penelitian dan dokumen lain yang berhubungan

dengan penelitian

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan

(36)

penelitian yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam

penelitian yaitu

Tes

a. Angket atau Quesioner b. Interview

c. Observasi d. Skala bertingkat

e. Dokumentasi (Arikunto, 2006:150)

Instrumen yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini ialah instrumen

kuesioner.

3.6.1 Kuesioner

Kuesioner adalah pertanyaan penelitian yang diberikan kepada responden.

Menurut Arikunto (2006:150) kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dan jenis kuesioner yang

dibuat adalah kuesioner langsung yaitu dimana pertanyaan langsung diberikan

kepada responden. Dalam hal ini kuesioner juga langsung diberikan kepada

responden. Penyebaran kuesioner ini dilakukan selama 2 minggu. Dimana

perharinya responden yang terjaring sebanyak 6 orang.

3.6.2 Kisi-kisi Kuesioner

Sebelum membuat kuesioner terlebih dahulu membuat kisi-kisi kuesioner.

Tabel 1: Kisi-kisi kuesioner

Variabel Indikator Item pertanyaan Jumlah

Kebutuhan

informasi

mahasiswa

1. Identifikasi kebutuhan

informasi dan Ketersediaan

koleksi perpustakaan

2. Faktor dan karakteristik

(37)

4. Kebutuhan informasi

profesi keperawatan

18 1

Total 18

3.7 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan

menggunakan metode deskriptif. Data yang diperoleh diambil dengan menyusun

kedalam tabel kemudian dihitung persentasenya, selanjutnya dianalisis dan

diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan rumusan sebagai berikut:

P = F/n

Keterangan P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang diperoleh

n = jumlah responden (Hadi, 1981:421)

Untuk menafsir besarnya persentase yang dibuat dari tabel tabulasi data,

maka penulis menggunakan Metode Supardi (1979:20) yaitu:

1-25% Sebagian kecil 26-49% Hampir setengah 50% Setengah

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini adalah objek penelitian yang

homogen, yaitu mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners yang sedang

melaksanakan praktik klinik (coass) (T.A 2009-2010).

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi dan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

Identifikasi kebutuhan informasi pengguna dilakukan agar informasi yang

diperoleh pengguna itu lebih valid dan lebih akurat sehingga proses dalam

pencariannya juga tidak memakan waktu yang banyak. Ketersediaan koleksi juga

dapat mempengaruhi proses pencarian tersebut. Apabila koleksinya tidak lengkap

otomatis informasi yang dibutuhkanpun kurang akurat.

4.2.1.1 Pemanfaatan Informasi

Mahasiswa dalam mencari informasi yang dibutuhkannya selalu

menggunakan jasa perpustakaan dimana mahasiswa dapat merasakan manfaat

akan tersedianya informasi di perpustakaan. Untuk itu penulis dapat

menginterpretasikan hasil jawaban yang diberikan oleh responden terhadap

kuesioner yang telah disebarkan sebagai berikut:

Tabel 2: Manfaat Informasi Nomor

Pertanyaan

Kategori Jawaban Frekuensi (f)

Persentase (%)

1 a.Untuk mengetahui perkembangan ilmu

pengetahuan

b. Untuk membantu pemecahan masalah

c. Untuk menambah ilmu

d. Untuk membuat karya tulis

(39)

Tabel 2 menunjukkan bahwa manfaat informasi yang paling banyak dipilih

responden adalah untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan, yang

dipilih sebanyak 40 responden (47,6%). Manfaat informasi yang juga dianggap

penting oleh responden ialah untuk membantu pemecahan masalah dipilih

sebanyak 25 responden (29,8%), untuk menambah ilmu pengetahuan dipilih

sebanyak 17 responden (20,2%), dan untuk membuat karya tulis dipilih sebanyak

2 responden (2,4%).

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir setengah dari responden

manfaatkan informasi untuk dapat mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan.

Hal ini dapat membuktikan bahwa responden memanfaatkan informasi untuk

melaksanakan tugas praktik lapangan (coass). Dan sebagian kecil dari responden

memanfaatkan informasi untuk membuat karya tulis.

Dalam memanfaatkan informasi yang telah diperoleh, ada beberapa cara

yang sering digunakan oleh responden yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3: Cara memanfaatkan informasi Nomor

Pertanyaan

Kategori Jawaban Frekuensi (f)

Persentase (%)

2 a. Membaca dan Membuat intisari

b. Membaca dan mencoret-coret

c. Membaca saja

Berdasarkan tabel 3 di atas cara yang paling banyak dilakukan responden

dalam hal memanfaatkan informasi yang dibutuhkannya ialah dengan membaca

dan membuat inti sari dijawab 75 responden (89,3%). Pada waktu yang lain

responden juga memanfaatkan informasi dengan cara membaca saja yaitu dijawab

sebanyak 2 responden (2,4%), cara yang lain juga dapat dilakukan dengan

memfotokopy 7 responden (8,3%). Dan tidak seorangpun dari responden yang

(40)

sadar bahwa informasi itu diambil bukan untuk dicoret-coret melainkan dibaca

dan diambil intisarinya.

4.2.1.2 Kesesuaian Koleksi dengan Kebutuhan Informasi Mahasiswa

Untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian koleksi perpustakaan pusat

maupun koleksi perpustakaan fakultas dengan kebutuhan informasi mahasiswa

Program Pendidikan Ners USU dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4: Kesesuaian Koleksi di Perpustakaan dengan Kebutuhan Informasi Pengguna

Nomor Pertanyaan

Kategori Jawaban Frekuensi (f)

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diinterpretasikan bahwa koleksi yang

tersedia di perpustakaan universitas maupun perpustakaan fakultas sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa Program Pendidikan Ners dimana terdapat 77 responden

(91,7%) memilih sesuai. Dan 6 responden (7,1%) memilih kurang sesuai, hanya 1

responden (1,2%) yang memilih jawaban tidak sesuai.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang ada di

perpustakaan sesuai dengan kebutuhan informasi responden.

Mahasiswa keperawatan USU biasanya dalam melakukan pencarian

informasi di perpustakaan terlebih dahulu melakukan kegiatan merumuskan

(41)

Tabel 5: Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pencarian informasi Nomor

Pertanyaan

Kategori Jawaban Frekuensi (f)

Persentase (%)

4 a. Merumuskannya

b. Bertanya Kepada Teman

c. Langsung mencari ke Rak

d. Tidak merumuskannya

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar

(71,4%) responden sebelum melakukan pencarian informasi terlebih dahulu

merumuskannya. Sebagian kecil (23,8%) bertanya kepada teman, dan langsung

mencari ke rak (4,8%), dan tidak seorangpun dari responden yang menjawab tidak

merumuskan informasi yang dibutuhkannya. Dalam hal ini responden mengetahui

apa tujuannya dalam mencari informasi yaitu untuk mendapatkan informasi yang

relevan dan akurat.

4.2.1.3 Cara Responden Melihat Informasi

Mahasiswa dalam mencari informasi yang dibutuhkannya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 6: Cara melihat informasi Nomor

Pertanyaan

(42)

Dalam tabel 6 di atas dapat diinterpretasikan bahwa setengah dari

mahasiswa (53,5%) dalam mencari informasi melihat dari daftar isi, hampir

setengah (41,7%) melihat informasi dari judul, dan sebagian kecil melihat

informasi dari abstrak (3,6%) dan dari pendahuluan (1,2%).

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir setengah mahasiswa

Program Pendidikan Ners dalam mencari informasi yang dibutuhkan selalu

melihat dari daftar isi koleksi, hal ini disebabkan daftar isi lebih menggambarkan

isi dokumen karena langsung terhubung dengan isi dari suatu dokumen. Judul,

abstrak dan pendahuluan juga menggambarkan isi dari suatu dokumen akan tetapi

lebih jelas terlihat dari daftar isi.

4.2.2 Faktor dan Karakteristik Kebutuhan Informasi serta Layanan Perpustakaan

4.2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi dalam Memperoleh Informasi

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi responden dalam memperoleh

informasi yang dibutuhkannya, dimana faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 7: Faktor yang mempengaruhi dalam memperolehh informasi Nomor

Pertanyaan

Kategori Jawaban Frekuensi (f)

d. Laporan penyakit pasien

35

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diinterpretasikan bahwa faktor yang

(43)

responden (41,6%) memilih faktor data dan kesehatan pasien. Selanjutnya

terdapat 5 responden (6%) memilih faktor tindakan yang akan dilakukan dan 5

responden (6%) memilih diagnosa pasien.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

mahasiswa yang sedang praktik klinik (coass) dalam memperoleh informasi ialah

laporan penyakit pasien, karena dalam melaksanakan praktik mahasiswa

diharuskan membuat sebuah laporan dan diwajibkan menangani seorang pasien

setiap minggunya. Oleh karena itu mahasiswa diharuskan dapat memperoleh

informasi sebagai rujukan dalam membuat laporan. Faktor data kesehatan pasien

juga dapat mempengaruhi responden.

4.2.2.2 Hambatan dalam Pencarian Informasi

Para mahasiswa sering menjumpai adanya hambatan dalam mendapatkan

informasi yang mereka butuhkan dan hambatan-hambatan tersebut dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 8: Hambatan dalam pencarian informasi Nomor

Pertanyaan

Kategori Jawaban Frekuensi (f)

Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengah

(34,5%) yang menjadi hambatan responden dalam mencari informasi ialah

ketiadaan waktu. Dimana waktu dinas sering bersamaan dengan jam buka

perpustakaan sehingga responden sering terkendala pada waktu berkunjung ke

(44)

merasa lelah setelah dinas di rumah sakit karena ada yang dinas sampai malam.

Sebagian kecil (28,6%) responden memilih biaya sebagai faktor yang menjadi

penghambat dalam mendapatkan informasi. Dimana koleksi bidang kesehatan

khususnya keperawatan pada umumnya lebih mahal dibandingkan dengan koleksi

bidang ilmu lain. Dan sebagian kecil yang menjadi hambatan responden ialah

mengenai kemampuan responden dalam mencari informasi yang dibutuhkannya

sebanyak (3,6%). Dalam hal ini responden tidak terlalu mempermasalahkan

mengenai kemampuan dalam mencari informasi yang mereka butuhkan karena

penulis menganggap bahwa responden telah mampu untuk mencari, memilih dan

mengolah informasi yang dibutuhkannya.

Responden berusaha melakukan upaya-upaya dalam mengatasi hambatan

atau kendala tersebut, agar tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Upaya

responden tersebut digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 9: Cara mengatasi hambatan Nomor

Pertanyaan

Kategori Jawaban Frekuensi (f)

Persentase (%)

8 a. Mencoba lagi pada waktu yang lain

b. Mencoba ke sumber lain

c. Memperjelas Pertanyaan

d. Menggunakan informasi seadanya

19

Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa apabila responden

menemui hambatan saat melakukan pencarian informasi, maka 33 responden

(39,3%) memilih untuk memperjelas pertanyaan yang akan dicarinya, 32

responden (38,1%) memilih untuk mencoba ke sumber lain, 19 responden

(22,6%) memilih untuk mencoba lagi pada waktu yang lain, dan tak seorangpun

dari responden yang memilih untuk menggunakan informasi seadanya, apalagi

Gambar

Tabel 1:  Kisi-kisi kuesioner
Tabel 2: Manfaat Informasi
Tabel 3: Cara memanfaatkan informasi
Tabel 4: Kesesuaian Koleksi di Perpustakaan dengan Kebutuhan Informasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut di atas tergambar bahwa pengadaan koleksi perpustakaan harus dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna sehingga dalam pengadaan bahan pustaka

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa koleksi yang tersedia di Perpustakaan RSMC sudah relevan, lengkap dan mutakhir dan mampu memenuhi kebutuhan

Dan sebagian besar (61,2%) responden menjawab koleksi yang tersedia di Perpustakaan UMTS kurang memadai dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna9. Kata kunci:

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan koleksi jurnal dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka di perpustakaan Telkom University dilihat dari

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa website perpustakaan UPT BIT LIPI sudah bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan informasi, konten website perpustakaan UPT BIT LIPI

Apakah sumber daya teknologi yang digunakan pada perpustakaan STIKes Senior Medan sudah memenuhi kebutuhan andaa. Sumber daya teknologi

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI KEPADA PENGGUNA.. 2.1 Perpustakaan

Penelitian ini berjudul Kontekstualisasi Kebijakan Pengembangan Koleksi dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna : Studi kasus di perpustakaan Univeristas Islam Negeri