KEBUTUHAN INFORMASI MAHASISWA PENDIDIKAN NERS (COASS) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA UNTUK MEMBUAT TUGAS LAPORAN PASIEN
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi
OLEH
ARDHA ORIZA SWENY 060709002
DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Sweny, Ardha Oriza, 2010. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien. Medan: Program Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan informasi dan sumber-sumber informasi yang dipilih, serta digunakan oleh Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam membuat laporan penyakit pasien.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan USU yang sedang mengambil pendidikan Profesi Ners atau mahasiswa keperawatan yang sedang coass. Populasi penelitian ini sebanyak 84 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei-06 Juni 2010.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan informasi dalam memenuhi tugas laporan kasus pasien dapat diperoleh dari perpustakaan karena pada umumnya responden (91,7%) mengatakan bahwa koleksi yang tersedia di perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya, dan sebagian lagi diperoleh dari luar perpustakaan seperti internet (79,8%). Sumber informasi yang sering digunakan ialah buku (45,2%) dan laporan penelitian (33,3%).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
Maha Pemurah atas segala rahmat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesikan penulisan skripsi dengan judul
“Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam
Memenuhi Tugas Laporan Pasien”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini
Penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa dan sebesar-besarnya
kepada Ayahanda Jhon H. Ht. Barat dan Ibunda tercinta Maryam Br. Pasaribu,
Kakanda Yesrizon Ht. Barat, Wisri Ht. Barat, SE dan adik Monthana Ht. Barat,
Zorro Ht. Barat atas segala doa, dukungan dan kasih sayang serta pengorbanan
selama ini kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu secara moral maupun material. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof., Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si, selaku Ketua Departemen Studi
Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Syakirin Pangaribuan, SH, selaku dosen pembimbing I yang
telah membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos. selaku dosen pembimbing II yang telah
5. Seluruh Staff pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi yang telah banyak memberikan ilmu dibidang Ilmu
Perpustakaan dan Informasi bagi penulis.
6. Kepada staff pegawai Program Studi Perpustakaan dan Informasi
(B’Yudi) yang telah membantu dalam megurus surat-surat yang
berhubungan dengan penyusunan skripsi.
7. Kepada staff Fakultas Keperawatan USU yang telah banyak
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis selama
penulisan skripsi ini.
8. Buat Keluarga Besar Op.Yes Ht.Barat dan Op. Anton Pasaribu, terima
kasih atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan kepada
penulis.
9. Buat teman kos 15 L (k’tina, k’kitty, k’lenny, k’ika, siska, novel dan
sahabat terdekat penulis Teresia, Susi, Hetli, dan leo terimakasih atas
dukungan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.
10.Rekan-rekan angkatan 2006 Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
khususnya siska, elis, abang apri, tata, dan tina hite terimakasih atas
kerjasama dan dukungan semangat dan doa sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan.
11.Buat seluruh mahasiswa Program Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan USU, khususnya k’Eva S.Kep, Friska S.Kep, dan Bang
Juprianto S.Kep yang telah membantu penulis dalam membagikan
kuesioner dan memberikan waktunya mengisi kuisioner penelitian ini.
Medan, 19 Juni 2010
Penulis
Ardha Oriza Sweny
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kebutuhan Informasi ... 6
2.1.1 Pengertian Kebutuhan Informasi ... 6
2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Informasi ... 8
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pengguna ... 10
2.3 Karakteristik Kebutuhan Informasi ... 11
2.4 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan ... 14
2.5 Jenis Layanan Perpustakaan... 15
2.6 Jenis-jenis Sumber Informasi yang Digunakan ... 16
2.7 Pendidikan Ners ... 19
2.7.1 Profesi Ners ... 19
2.7.2 Laporan Kasus Pasien ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Lokasi Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Sampel ... 24
3.3.1 Populasi ... 24
3.3.2 Sampel ... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 25
3.6 Instrumen Penelitian ... 25
3.6.1 Kuesioner... 26
3.6.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 26
3.7 Analisis Data ... 27
4.1 Karakteristik Responden ... 28
4.2 Analisis Deskriptif ... 28
4.2.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi dan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan ... 28
4.2.1.1 Pemanfaatan informasi ... ... 28
4.2.1.2 Kesesuaian Koleksi dengan Kebutuhan Informasi Mahasiswa... 30
4.2.1.3 Cara Responden Melihat Informasi ... 31
4.2.2 Faktor dan Karakteristik Kebutuhan Informasi serta Layanan Perpustakaan ... 32
4.2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi dalam Memperoleh Informasi ... 32
4.2.2.2 Hambatan dalam Pencarian Informasi ... 33
4.2.2.3 Tindakan dalam Mendapatkan Informasi ... 35
4.2.2.4 Penggunaan Layanan Perpustakaan Universitas dan Perpustakaan Fakultas ... 36
4.2.3 Sumber Informasi ... 37
4.2.3.1 Jenis-jenis Sumber Informasi ... 37
4.2.3.2 Waktu yang Diperlukan dalam Memperoleh Informasi .... 39
4.2.3.3 Sarana untuk Memperoleh Informasi ... 40
4.2.3.4 Langkah-langkah Memperoleh Informasi ... 41
4.2.3.5 Media Informasi yang Digunakan ... 42
4.2.4 Kebutuhan Informasi Profesi Keperawatan ... 44
BAB V K ES I M PU L A N D A N SA R A N 5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 46
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Manfaat Informasi ... 28
Tabel 2: Cara memanfaatkan informasi ... 29
Tabel 3: Kesesuaian Koleksi di Perpustakaan dengan Kebutuhan Informasi Pengguna ... 30
Tabel 4: Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pencarian informasi ... 31
Tabel 5: Cara melihat informasi ... 31
Tabel 6: Faktor yang mempengaruhi dalam memperolehh informasi ... 32
Tabel 7: Hambatan dalam pencarian informasi ... 33
Tabel 8: Cara mengatasi hambatan ... 34
Tabel 9: Tindakan dalam mendapatkan informasi ... 35
Tabel 10: Layanan perpustakaan ... 36
Tabel 11: Jenis sumber informasi yang digunakan ... 37
Tabel 12: Alat untuk memantau perkembangan informasi pasien ... 38
Tabel 13: Waktu memperoleh informasi... 39
Tabel 14: Cara memperoleh sumber informasi ... 40
Tabel 15: Langkah-langkah dalam memperoleh informasi ... 41
Tabel 16: Cara memperoleh sumber informasi selain perpustakaan USU ... 42
Tabel 17: Media informasi yang digunakan ... 43
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Sweny, Ardha Oriza, 2010. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien. Medan: Program Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan informasi dan sumber-sumber informasi yang dipilih, serta digunakan oleh Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam membuat laporan penyakit pasien.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan USU yang sedang mengambil pendidikan Profesi Ners atau mahasiswa keperawatan yang sedang coass. Populasi penelitian ini sebanyak 84 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei-06 Juni 2010.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan informasi dalam memenuhi tugas laporan kasus pasien dapat diperoleh dari perpustakaan karena pada umumnya responden (91,7%) mengatakan bahwa koleksi yang tersedia di perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya, dan sebagian lagi diperoleh dari luar perpustakaan seperti internet (79,8%). Sumber informasi yang sering digunakan ialah buku (45,2%) dan laporan penelitian (33,3%).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan sejak dahulu telah
berkembang. Perkembangan informasi itu dipengaruhi oleh kebutuhan kognitif
manusia yang erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperkuat maupun
menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman tentang lingkungannya, yang
didasarkan pada keinginan untuk memahami lingkungan itu sendiri, seperti pada
lingkungan pekerjaan.
Pengguna perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasinya tidak
hanya menggunakan jasa perpustakaan saja. Tetapi saat ini pengguna
perpustakaan lebih banyak memilih menggunakan layanan internet dalam mencari
informasi untuk memenuhan kebutuhan informasinya. Internet menjadi sasaran
utama bagi pencari informasi karena dengan menggunakan internet pengguna
dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat tanpa harus membuang-buang
waktu. Sehingga demi mewujudkan keinginan penggunanya perpustakaan harus
memiliki layanan internet agar dapat memenuhi kebutuhan para penggunanya.
Untuk itu perpustakaan harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dengan
menyediakan fasilitas internet kepada pengguna perpustakaan.
Informasi yang diterima pemakai akan dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Oleh sebab itu jasa layanan informasi perlu memperhatikan
kebutuhan penggunanya. Dalam hal ini, bidang jasa informasi dan perpustakaan
sebagai sarana layanan informasi juga ikut berpengaruh. Misalnya dalam
pengemasan informasi bukan hanya dalam bentuk tercetak saja, tetapi
pengemasan informasi dalam bentuk elektronik juga sudah banyak ditemukan
salah satunya adalah internet. Dimana melalui internet pengguna dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber dengan berbagai kemudahan yaitu
dengan menggunakan internet maka pengguna dapat menjelajahi berbagai
sangat diminati dewasa ini adalah tersedianya layanan penelusuran terhadap
informasi-informasi ilmiah yang terdapat pada jurnal-jurnal elektronik.
Mahasiswa keperawatan sebagai masyarakat informasi memiliki
kebutuhan utama untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan sebagai penunjang
berbagai aktivitas keseharian maupun tuntutan-tuntutan yang lain. Kebutuhan
akan informasi dirasakan akan terus bertambah bagi seseorang setiap kali ia selalu
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu. Rasa ingin tahu timbul
ketika seseorang ingin menambah daftar panjang khasanah pengetahuannya. Dari
keterangan di atas dapat diperjelas oleh Wersig dalam Harisanty (2007:1) bahwa
”kebutuhan informasi didorong oleh a problematic situation dimana seseorang
merasa harus memperoleh masukan dari sumber-sumber di luar dirinya”.
Mahasiswa Pendidikan Ners juga telah merasakan dimana mereka dapat
menemukan informasi yang mereka butuhkan dengan cepat dan tepat. Dengan
menggunakan internet yang ada di perpustakaan maupun di luar perpustakaan.
Hal ini jika sumber informasi yang ada di perpustakaan tidak dapat menyediakan
informasi yang mereka inginkan. Dimana jam buka perpustakaan sering
bersamaan dengan jam dinas/praktik mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak dapat
berkunjung ke perpustakaan dan mereka menggunakan internet dalam mencari
dan menemukan informasi yang mereka butuhkan.
Mahasiswa Pendidikan Ners FKep-USU diharapkan mampu
memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan kiat dan ilmu pengetahuan serta
teknologi keperawatan, menggunakan pendekatan metodologi keperawatan dan
berlandaskan etika keperawatan. Proses pembelajaran menunjukkan adanya
kontinuitas antara teori dan praktik yang didapatkan melalui pengalaman belajar
di lahan praktik yang mendukung pertumbuhan dan pembinaan kemampuan
profesional. Kegiatan di lahan praktik memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dipelajari pada tahap
pendidikan sebelumnya dengan sikap dan keterampilan profesional. Menurut
Schweek dalam Buku Panduan Program Pendidikan Profesi Ners Edisi V (2010:
1) mengatakan: “Praktik klinik merupakan the heart of the total curriculum
adalah bagaimana proses pembelajaran dikelola di lahan praktik. Untuk itu perlu
disiapkan panduan pembelajaran klinik bagi mahasiswa dan juga bagi dosen
pembimbing klinik dan preseptor sehingga asuhan keperawatan yang
menitikberatkan pada kualitas melalui terciptanya suatu lingkungan belajar yang
sarat dengan model peran (role model) dapat diwujudkan.
Mahasiswa melaksanakan praktik Program Pendidikan Profesi Ners di
rumah sakit umum pemerintah/swasta, klinik bersalin, rumah sakit jiwa,
puskesmas, wilayah binaan, panti sosial, serta panti werda melalui pelayanan
sampai masalah yang kompleks secara tuntas melalui pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan
sesuai dengan batas kewenangan, tanggung jawab, dan kemampuan melandaskan
kiat dan ilmu serta etika profesi keperawatan. Dalam Buku Panduan Program
Pendidikan Profesi Ners Edisi V (2010:6) mengatakan bahwa bidang keilmuan
keperawatan itu dibagi dalam sembilan bagian yaitu:
“Bidang keperawatan; (1) Keperawatan Medikal Bedah; (2) Keperawatan Maternitas; (3) Keperawatan Anak; (4) Keperawatan Jiwa; (5) Keperawatan komunitas; (6) Keperawatan Keluarga; (7) Keperawatan Gerontik; (8) Manajemen Keperawatan; dan (9) Keperawatan Gawat Darurat”
Mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai seluruh bidang keperawatan
tersebut, sehingga untuk memenuhi tuntutan tersebut mahasiswa harus mencari
dan menemukan informasi yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut.
Sehingga membutuhkan informasi yang akurat. Setiap mahasiswa yang sedang
coass juga diwajibkan mengikuti visit yang dilakukan oleh dokter di bagian
tempatnya stase, kemudian juga diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ilmiah.
Coass juga membuat referat atau makalah tinjauan kepustakaan dan laporan kasus
sebagai syarat untuk dapat mengikuti evaluasi atau ujian dibagian tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran apakah sumber
informasi dan jasa layanan yang ada di perpustakaan FKep-USU dan
perpustakaan Universitas Sumatera Utara sudah membantu dalam memenuhi
informasi apa saja yang akan mereka gunakan, dan bagaimana upaya pencarian
informasi yang dilakukan.
Latar belakang penulis memilih judul Kebutuhan Informasi
Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) Fkep-USU Dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien adalah karena penulis ingin mengetahui bagaimana mahasiswa
Keperawatan yang sedang coass dalam memenuhi kebutuhan informasinya, cara
memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Maka untuk mengetahui hal
tersebut dilakukan penelitian terhadap Mahasiswa Pendidikan Ners yang sedang
coass sebagai objek penelitian mengenai kebutuhan informasi.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Apa sajakah kebutuhan informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass)
dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien?
b. Sumber-sumber informasi apa saja yang dipilih dan digunakan Mahasiswa
Pendidikan Ners (Coass) dalam Memenuhi Tugas Laporan Pasien?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah.
a. Untuk mengetahui kebutuhan informasi Mahasiswa Pendidikan Ners
(Coass) dalam membuat laporan penyakit pasien.
b. Untuk mengetahui sumber-sumber informasi yang dipilih dan digunakan
Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam membuat laporan penyakit
pasien.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
a. Untuk pembaca yaitu dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
membahas masalah penelitian yang sama dan menambah pengetahuan
b. Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis mengenai kebutuhan
informasi Mahasiswa Pendidikan Ners (Coass) dalam Memenuhi Tugas
Laporan Pasien.
c. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian pengguna tentang kebutuhan informasi
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners yang sedang Coass yang mencakup
menentukan informasi yang dibutuhkan, dan mengevaluasi informasi yang
dibutuhkan secara efektif dan efisien, serta sumber informasi yang digunakan oleh
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kebutuhan Informasi
2.1.1 Pengertian Kebutuhan Informasi
Informasi di era globalisasi seperti sekarang ini telah menjadi kebutuhan
utama dalam kehidupan manusia. Pemanfaatannya telah merambah ke seluruh
aspek kehidupan tidak terkecuali dibidang perpustakaan. Krikelas dalam Pasya
(2009:6) mendefinisikan “kebutuhan informasi sebagai pengakuan seseorang atas
adanya ketidakpastian dalam dirinya”. Dalam kehidupan yang nyata kebutuhan
informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information
wants), namun pada umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan,
biaya, faktor fisik, dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua
kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin
bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan
berubah menjadi permintaan informasi (information demands) (Purnomowati,
2008:1).
Kuhlthau dalam Budiyanto (2000:13) menyatakan bahwa kebutuhan
informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang
dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Hal yang sama juga disampaikan
oleh Belkin dalam Handajani (2004:14) bahwa kebutuhan informasi timbul ketika
seseorang menyadari adanya kesenjangan antara pengetahuan dengan keinginan
untuk memecahkan masalah yang terasa ganjil. Dari kedua definisi di atas penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa kebutuhan informasi itu timbul ketika
seseorang itu mendapat masalah sehingga membutuhkan informasi yang dapat
memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah yang terasa ganjil.
Banyaknya informasi yang beredar saat ini dapat meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Yang dikenal sebagai masyarakat informasi, dimana pada
masyarakat ini standar hidup, bentuk pekerjaan dan sistem pendidikan
dipengaruhi oleh informasi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kebutuhan informasi, maka kondisi yang menyebabkan munculnya kebutuhan
informasi adalah pada saat seseorang menemui suatu masalah yang belum dapat
dicari solusinya secara pribadi, sehingga ia memerlukan informasi dari
sumber-sumber di luar dirinya.
Kebutuhan informasi menurut Katz dalam Yulianah (2009:14)
mengatakan bahwa kebutuhan informasi dapat dilihat dari berbagai bentuk
kebutuhannya yaitu:
- Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu kebutuhan ini dapat memberikan kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.
- Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media sering dijadikan sebagai alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan seperti media elektronik.
- Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), yaitu kebutuhan yang sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individu. Kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.
- Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), yaitu kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.
- Kebutuhan berkhayal (escapist needs), yaitu kebutuhan individu dikaitkan dengan kebutuhan–kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion).
Wilson (2006: 663) membagi kebutuhan informasi kedalam tiga bagian yaitu (1) Kebutuhan fisiologis (Physiological needs), seperti kebutuhan makanan,
air, tempat tinggal,dll.
(2) Kebutuhan afektif (Affective needs) (kadang-kadang psikolog mengatakannya sebagai kebutuhan emosional), kebutuhan untuk pencapaian, untuk dominasi,dlll
Berdasarkan kedua pendapat di atas dinyatakan bahwa kebutuhan informasi erat
kaitannya dengan aktivitas sehari-hari manusia dilihat dari berbagai segi seperti
kebutuhan fisiologi, emosi, kognitif, pekerjaan, disiplin ilmu, jabatan, dan
lain-lain. Dimana setiap kegiatan memiliki satu keterikatan. Walaupun Kebutuhan
setiap manusia tidak lepas dari berbagai kebutuhan di atas sehingga manusia
cenderung mencari informasi yang dibutuhkannya dengan berbagai cara yang
berbeda-beda dengan tujuan agar setiap informasi yang dibutuhkan dapat
diperoleh dengan cepat, dan tepat.
Menetapkan kebutuhan informasi bagi pengguna suatu perpustakaan
merupakan fenomena yang rumit, karena perpustakaan melayani komunitas yang
terdiri atas individu-individu pemakai yang memiliki kebutuhan yang beragam.
Bahkan pemakai sendiri mengalami kesulitan mengungkapkan dan
mendefinisikan informasi mereka. Oleh karena itu prosedur pengumpulan data
yang komprehensif perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan informasi oleh
suatu kelompok pemakai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi adalah
pernyataan seseorang atas adanya ketidakcocokan antara tingkat kepastiannya
dengan obyek lingkungan yang sedang dihadapinya. Atau dengan kata lain bahwa
kebutuhan informasi ini muncul pada saat seseorang mulai menganggap bahwa
keadaan pengetahuan yang ia miliki saat itu kurang dari yang dibutuhkannya
untuk menyelesaikan suatu masalah.
2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Informasi
Identifikasi kebutuhan informasi merupakan langkah awal dalam
menentukan jenis informasi apa yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada
keberhasilan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi. Identifikasi
kebutuhan informasi yang tidak tepat akan menghasilkan informasi yang tidak
berguna.
Menurut Sankarto (2008:10) Identifikasi kebutuhan informasi adalah
diinginkan pengguna”. Dalam proses identifikasi kedua belah pihak yaitu pihak
pengguna informasi dan pihak penyedia informasi terlibat aktif pada tahap ini.
Informasi yang diperoleh dari pengguna menjadi acuan bagi penyedia informasi
sebagai bahan pertimbangan menyediakan informasi yang tepat. Tiga faktor yang
harus dipenuhi ketika melakukan identifikasi kebutuhan informasi yaitu lengkap,
detail, dan benar. Lengkap, artinya semua informasi yang diharapkan pengguna
didapatkan oleh pihak yang melakukan identifikasi. Detail, adalah informasi yang
terkumpul terinci sampai hal-hal yang kecil. Benar, yaitu semua data yang
diperoleh harus benar, bukan benar menurut identifikator tetapi benar dan sesuai
dengan apa yang dimaksud pengguna (Sankarto, 2008: 10).
Pengidentifikasian kebutuhan informasi pada dasarnya merupakan suatu
proses penyelidikan. Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun dan diidentifikasi
data utama dan data tambahannya. Dalam proses identifikasi kebutuhan informasi,
sumber data utama adalah perilaku berupa kata-kata dan tindakan pengguna.
Sedangkan data lainnya berupa tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan.
Prawati dalam Ishak (2006:92) menyatakan bahwa untuk mengidentifikasi
kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan
a). Current approach, yaitu memperhatikan kebutuhan pengguna terhadap informasi mutakhir, b). Everyday approach, yaitu kebutuhan pengguna terhadap informasi sehari-hari, c). Exhaustive approach, yaitu kebutuhan pengguna terhadap informasi secara menyeluruh, dan yang terakhir d).
Cathing-up approach, yaitu kebutuhan pengguna terhadap informasi yang
cepat dan singkat.
Pengguna harus dapat memperhatikan informasi yang bagaimana yang
dibutuhkannya misalnya informasi yang mutakhir yang dapat memenuhi
kebutuhan informasinya sehari-hari dan dapat diperoleh dengan cepat dan singkat
tanpa menggunakan proses yang panjang.
Untuk mendukung pernyataan di atas, Chowdhury dalam Handajani
(2004:16) juga mengemukakan pendapatnya mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi yaitu:
lingkungan dimana orang tersebut berada; (e) Mengukur kebutuhan informasi adalah hal yang sulit; dan (f) Kebutuhan informasi sering sekali diperlukan dalam waktu yang cepat.
Berdasarkan pernyataan Chowdhury di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan individu dan
lingkungannya.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pengguna
Setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda dan
perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu menurut Crawford dalam
Handajani (2004:16) kebutuhan informasi seseorang tergantung dari:
kegiatan pekerjaan, disiplin ilmu, tersedianya berbagai fasilitas, jenjang jabatan individu, faktor motivasi terhadap kebutuhan informasi, kebutuhan untuk mengambil keputusan, kebutuhan untuk mencari gagasan baru, kebutuhan untuk memberikan kontribusi profesional, dan kebutuhan untuk melakukan penemuan baru.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Wilson dalam Ishak (2006:93) yaitu
bahwa “kebutuhan informasi berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi,
kesenjangan dan ketidak-berdayaan seseorang dalam mendapatkan sumber
informasi”.
Kebutuhan informasi juga dapat dikaitkan dengan lingkungan seseorang
(person’s environment), peran sosial yang disandang (social roles), dan personal.
Salah satu kebutuhan terbesar manusia adalah memenuhi kebutuhan kognitifnya
seperti yang telah diutarakan oleh Wilson (2006:663) sebelumnya. Kebutuhan ini
berkaitan erat dengan motif seseorang untuk memperkuat atau menambah
informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungannya. Lingkungan
memiliki andil besar dalam membentuk perilaku yang ditunjukkan oleh seorang
individu. Manusia secara adaptif membentuk perilaku mereka berdasarkan
lingkungan informasinya (information environments), demikian juga sebaliknya,
lingkungan informasi juga dibentuk oleh manusia. Sehingga tidak mengherankan
jika alat yang digunakan dalam penemuan informasi masyarakat pun banyak
konteks kebutuhan informasi terkait peran sosial (social roles) memiliki hubungan
erat dengan teori peran (role theory).
Konteks kebutuhan informasi yang terakhir menurut Wilson (2006:663)
adalah kebutuhan terkait dengan karakteristik personal (individual
characteristics). Kebutuhan ini berkaitan erat dengan pemenuhan faktor-faktor
kognitif, afektif, serta kebutuhan untuk memperoleh hiburan (escapist needs).
2.3 Karakteristik Kebutuhan Informasi
Menurut Nicholas dalam Ishak (2006:94), ia menyatakan bahwa ada
sebelas kerakteristik kebutuhan informasi yang dapat menunjukkan wujud dari
kebutuhan informasi tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Pokok Masalah (Subject)
Aspek ini merupakan suatu karakteristik kebutuhan informasi yang paling
jelas terlihat, dimana di dalamnya terdapat tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam menguraikan pokok masalah yaitu antara lain:
1). Berapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam sebuah
2). Seberapa jauh kedalaman pokok masalah tersebut, dan
3). Apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih rinci.
b. Fungsi (Function)
Setiap pemakai memiliki fungsi yang berbeda antara satu pemakai dengan
pemakai lainnya dalam menggunakan informasi yang digunakan
tergantung dari jenis kegiatan dan hasil dari kegiatan pemakai. Kebutuhan
pengguna akan informasi bertujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok,
antara lain:
1). Fungsi temuan (fact-finding)
2). Fungsi aktualisasi (current awareness)
3). Fungsi penelitian (research)
4). Fungsi penyegaran (briefing; dan
c. Sifat (Nature)
Sifat informasi menurut ciri esensial yaitu: berubah pada periode tertentu,
dan perbedaan kebutuhan informasi antara satu orang dengan orang yang
lain.
d. Tingkat Intelektual (Intelectual Level)
Kemampuan seseorang dalam memahami informasi itu cenderung
berbeda, sehingga pengguna memiliki tingkat intelektualitas dalam
melakukan proses pemahaman tersebut secara efektif dengan persyaratan
keluasan pengetahuan minimum atau tingkat kecerdasan tertentu.
e. Titik Pandang (View Point)
Ilmu sosial menuangkan informasi dengan menggunakan titik pandang
tertentu berdasarkan kategori pemikiran, orientasi politik, pendekatan
positif-negatif, dan orientasi disiplin ilmu.
f. Kuantitas (Quantity)
Setiap pengguna membutuhkan informasi dalam jumlah dan kuantitas
yang berbeda-beda dalam memenuhi keperluan pekerjaan dan dalam
memecahkan setiap permasalahan. Sehingga pengguna mampu membatasi
kebutuhan terhadap informasinya. Dan jumlah informasi yang di butuhkan
tergantung pada sifat individu pengguna, dimana pengguna dianggap
mampu membatasi kebutuhannya terhadap informasi.
g. Kualitas (Quality)
Kualitas kebutuhan informasi tergantung terhadap kesesuaian pokok
masalah dengan informasi yang di butuhkan oleh pengguna. Sehingga
pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat sangat di
perlukan pemahaman yang mendalam terhadap pengguna informasi.
h. Batas Waktu Informasi (Date)
Batas waktu informasi berkaitan dengan seberapa lama masa informasi
lampau yang di perlukan? dan seberapa baru informasi yang di peroleh?.
Dimana informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada memiliki umur
i. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)
Setiap informasi di upayakan agar cepat sampai kepada penggunanya
artinya informasi yang ada itu harus selalu up-to-date.
j. Tempat Asal Publikasi (Place)
Tempat asal publikasi ini dapat menjadi masalah bagi para pengguna
dikarenakan pokok masalah dalam informasi, posisi sipengguna, dan
kelancaran bahasa.
k. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging)
Pemrosesan berhubungan dengan cara penyajian informasi dari pokok
pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan behubungan dengan
tampilan luar atau bentuk fisik informasi.
Sedangkan menurut Leckie dalam Ishak (2009:94) kebutuhan informasi memiliki
enam karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi,
yaitu :
1. Demografis seseorang, seperti tingkat pendidikan atau usia. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak kebutuhan informasinya.
2. Konteks, misalnya kebutuhan khusus, kebutuhan internal atau
eksternal. Kebutuhan khusus misalnya kebutuhan tentang pekerjaan
seseorang atau kebutuhan seorang siswa tentang pelajaran dan
tugas-tugas sekolah.
3. Frekuensi, misalnya apakah kebutuhan informasi itu berulang atau
baru. Pengguna informasi tentunya akan memilih informasi yang
terbaru daripada informasi lama dan berulang.
4. Kemungkinan, misalnya apakah kebutuhan informasi tersebut dapat
diramalkan atau tidak terduga. Jika kebutuhan informasi seseorang
muncul dengan tiba-tiba atau tidak terduga, misalnya terjadi ketika
seseorang mencari informasi tentang pelajaran sekolah dan tiba-tiba
muncul dalam benaknya untuk mencari informasi lain yang
berhubungan dengan pelajaran tersebut, maka orang tersebut akan
5. Kepentingan, misalnya kebutuhan informasi dilihat dari tingkat
urgensinya. Apabila informasi yang dibutuhkan sangat penting maka
orang yang membutuhkan informasi tersebut akan berusaha mencari
dan menemukan informasi tersebut.
6. Kerumitan, misalnya kebutuhan informasi tersebut mudah atau sulit
untuk dipecahkan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas yang membahas tentang karakteristik
kebutuhan informasi dapat diambil kesimpulan bahwa dimana pendapat pertama
lebih fokus kepada informasi itu sendiri dilihat dari pokok masalah, fungsi,
tingkat intelektual dan lain sebagainya. Sedangkan pendapat kedua lebih
difokuskan kepada demografis dan kepentingan dari pengguna informasi tersebut.
Meskipun kedua pendapat ini berbeda tapi keduanya masih terdapat saling
keterkaitan antara setiap karakteristik kebutubuhan informasi seseorang.
2.4 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan memiliki koleksi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi
para penggunanya. Menurut Siregar (1999:2) tujuan perpustakaan perguruan
tinggi menyediakan koleksi ialah untuk:
a. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan civitas akademika perguruan tinggi induknya
b. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang-bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi yang menyelenggarakan perpustakaan tersebut.
c. Memiliki koleksi, bahan atau dokumen yang lampau dan yang mutakhir dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lain-lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi penaungnya
d. Memiliki koleksi yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serta pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi induknya e. Memiliki bahan pustaka/informasi yang berhubungan dengan sejarah dan
ciri perguruan tinggi tempatnya bernaung.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwa koleksi sebuah perpustakaan
tinggi. Koleksi yang tersedia juga harus sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
serta dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan penggunanya.
2.5 Jenis Layanan Perpustakaan
Setiap perpustakaan memiliki layanan yang berbeda-beda yang menjadi
daya tarik tersendiri bagi pengguna untuk berkunjung dan menggunakan layanan
perpustakaan. Dalam Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan
Perguruan Tinggi (1999:34) dinyatakan bahwa pada umumnya perpustakaan
memiliki layanan-layanan sebagai berikut:
• Orientasi Perpustakaan
• Layanan Sirkulasi
• Layanan Rujukan
• Layanan Masalah
• Layanan Pandang dengar
• Jasa Kesiagaan Informasi
• Penelusuran Pustaka, yang terbagi 2 (dua) yaitu: - Layanan Internet
- Layanan CD-ROM
• Layanan Fotokopi
• Kerjasama Pinjam Antar Perpustakaan
• Kerjasama Silang Layan
• Pembuatan Indeks, Abstrak dan Bibliografi
• Layanan Terjemahan
• Tandon Buku (Books on Reseved)
• Penyewaan Fasilitas
Sedangkan Atherton dalam ishak (2005:36) menyebutkan bahwa layanan
sebuah perpustakaan itu antara lain layanan penelusuran, layanan referensi,
penyebaran informasi mutakhir, layanan fotokopi, peminjaman, dan layanan
penerjemahan.
Sebagian besar perpustakaan hanya menyediakan layanan penelusuran, layanan
referensi, layanan fotokopi dan layanan peminjaman saja. Hal ini dikarenakan
keterbatasan dana yang dimiliki olek perpustakaan tertentu.
Layanan perpustakaan dikatakan baik jika perpustakaan dapat memenuhi
kebutuhan pengguna, menurut Djatin dalam Ishak (2005:37) memerlukan
beberapa unsur pendukung antara lain:
1. Kelengkapan informasi 2. Kemudahan memperoleh 3. Kecepatan layanan 4. Ketepatan layanan
5. Lokasi yang mudah dijangkau
6. Sumber daya manusia yang profesional dibidangnya 7. Biaya jasa yang terjangkau
8. Kerjasama jaringan pusdokinfo 9. Kenyamanan
untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh koleksi yang dibutuhkannya
perpustakaan menyediakan alat bantu yaitu katalog atau yang sering disebut
dengan OPAC yaitu katalog yang berbasis komputer. Dimana dalam katalog
tersebut telah tergambar fisik dari koleksi yang dicari mulai dari judul, pengarang,
penerbit, tempat terbit, serta lokasi koleksi di rak.
2.6 Jenis-jenis Sumber Informasi yang Digunakan
Berbagai sumber informasi digunakan para peneliti dalam menjalankan
strategi pencarian informasi, berupa literatur (primer dan sekunder) dan
individu/manusia (rekan peneliti dan pustakawan). Para peneliti selalu
menggunakan media cetak untuk memperoleh informasi, sedangkan media lain
yang tersedia (koleksi CD-ROM dan koleksi bentuk mikro) relatif sedikit
penggunaannya dibanding media cetak. Para peneliti memanfaatkan informasi
untuk melaksanakan tugas dan mengikuti perkembangan yang terjadi pada bidang
yang ditekuni, dengan cara membaca dan membuat kutipan pada kartu. Hambatan
yang dialami para peneliti pada saat melakukan strategi pencarian informasi
umumnya berhubungan dengan layanan informasi yang disediakan perpustakaan.
Menurut Suwanto dalam Harisanty (2007:5) ”sumber informasi
merupakan sarana penyimpanan informasi. Informasi dapat tersimpan dalam
dokumen dan non-dokumen”. Sumber informasi yang berupa dokumen dapat
berbentuk buku, majalah, laporan penelitian, jurnal, sedangkan sumber informasi
informasi. Sumber informasi terdiri dari dokumen, manusia, lembaga, benda,
ataupun situasi. Sumber informasi yang berupa dokumen meliputi textbook,
ensiklopedia, kamus, majalah, jurnal, skripsi, laporan penelitian film, dsb.
Manusia juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi misalnya aktor, penulis,
dosen, peneliti, pemimpin atau informan-informasn lainnya. Hampir semua
lembaga baik lembaga pemerintah maupun swasta, yang bergerak dalam berbagai
bidang dapat menjadi sumber informasi. Sumber-sumber informasi ini dapat
diakses langsung maupun melalui internet. Menurut Gunawan (2008:37) yang
perlu diperhatikan dan dilakukan mengenai sumber informasi yaitu menilai:
1. Relevansi
Relevansi adalah penilaian tentang sejauh mana informasi yang dikandung suattu sumber informasi sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat judul, daftar isi, abstrak, dan pendahuluan atau tujuan suatu sumber (tercetak mauupun digital, termasuk situs).
2. Kredibilitas
Penilaian kredibilitas digunakan untuk menentukan sejauh mana suatu sumber informasi dapat dipercaya kualitas dan kebenarannya. Kredibilitas suatu sumber dapatt dilihat dari segi penanggung jawabnya (pencipta karya, penulis, penerbit, sponsor, editor), proses pembuatannya dan pemanfaatan sumber tersebut.
3. Kemutakhiran
Kemutakhiran, suatu karya dapat dilihat dari tahun terbit karya tersebut. Khusus untuk tulisan dapat juga dilihat dari tahun publikasi daftar pustaka yang digunakan. Kemutakhiran suatu situs dapat dilihat melalui tangggal dan/ atau tahun dibuat, tanggal dan/atau tahun terakhir direvisi, dan sejauh mana links yang disediakan dan daftar pustaka yang digunakan, up-to-date”.
Ini perlu dilakukan agar pengguna tidak membuang-buang waktu, tenaga
dan uang untuk mencari, menghubungi, meminjam, membeli, mengunduh
(download), dan mencetak informasi.
Suatu sumber informasi adalah pembawa informasi yang dipercaya dapat
memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Brown dalam
Harisanty (2007:5) secara khusus membagi sumber informasi ke dalam tiga tipe
yaitu dirinya sendiri, orang lain, dan sumber lain yang bukan manusia.
informasi dari dirinya sendiri, maka mereka berusaha untuk mencari sumber
informasi secara interpersonal yaitu melalui bertanya dengan teman, ahli bidang
tertentu, dan orang lain. Sedangkan buku, surat kabar, memo, selebaran adalah
contoh dari impersonal sources (sumber informasi yang bukan orang).
Pemilihan sumber informasi juga didasarkan pada pola kebiasaan. Pola
kebiasaan diartikan bila dimasa lalu sebuah sumber informasi dapat memenuhi
kebutuhan seseorang maka ia akan cenderung menggunakan sumber informasi
tersebut untuk waktu-waktu selanjutnya. Qureshi dalam Harisanty (2007:6)
menambahkan bahwa semakin paham pengguna terhadap sumber-sumber
informasi yang ada, maka akan menyebabkan pengguna tersebut paham terhadap
cara menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga akan meningkatkan
kemampuan pengguna dalam memanfaatkan media informasi yang ada.
Kondisi lingkungan yang penuh informasi akan mendorong mahasiswa
untuk berusaha menemukan informasi secara positif (optimal). Sebaliknya kondisi
lingkungan di sekitar pengguna yang kurang informasi akan menjadikan
pengguna mengambil langkah tertentu guna mendapatkan informasi di tempat
lain. Dengan demikian perlu peran dari pustakawan sebagai spesialis informasi
yang memiliki keahlian tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk
kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis dan menyaringnya, yakni dengan
memantau perkembangan informasi global, memilih, menyaring, dan mampu
menyeleksi yang relevan dan up to date bagi kepentingan pengguna (Komalasari
dalam Harisanty, 2007:6).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber informasi
bukan hanya dalam bentuk tercetak saja tetapi dalam bentuk elektronik juga dapat
dijadikan sebagai sumber informasi bahkan manusianya sendiri dapat dijadikan
sebagai sumber informasi yang dapat membantu pengguna dalam memenuhi
2.7 Pendidikan Ners 2.7.1 Profesi Ners
Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua
tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat
gelar S.Kep dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners
(Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya
merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan
antara satu sama lain.
Menurut Reilly dalam Nurhidayah (2009:2) pendidikan keperawatan
terbagi dua yaitu disiplin akademik dan disiplin profesional (proses pembelajaran
klinik). Disiplin akademik lebih menekankan pada pengetahuan dan teori yang
bersifat deskriptif, sedangkan disiplin profesional diarahkan pada tujuan praktis.
Disiplin profesi didapatkan dilingkungan klinis atau lahan praktik karena
lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat
pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis didalam kur ikulum profesional.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi
suara perawat nasional, mempunyai tanggung jawab utama yaitu melindungi
masyarakat/publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat. Praktek
keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan sistem pengaturan
serta pengendaliannya melalui perundang – undangan keperawatan (Nursing Act),
dimanapun perawat itu bekerja (PPNI, 2000:5). Keperawatan hubungannya sangat
banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh karena
berbagai masalah kesehatan aktual dan potensial. Keperawatan memandang
manusia secara utuh dan unik sehingga praktek keperawatan membutuhkan
penerapan ilmu Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya
untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan ners dan
klien harus dipelihara interaksi dinamikanya dan kontuinitasnya.
Dalam kegiatan keperawatan ada beberapa standar yang harus di
perhatikan yaitu standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang
Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat,
karena malelui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat
dan memburuk.
Penilaian essensial asuhan keperawatan melalui penataan standar sebagai
dasar kesepakatan untuk mencapai asuhan keperawatan optimal. Standar
keperawatan dalam prakteknya harus dapat diterima, dimana setiap klien berhak
mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa membedakan usia dan diagnosa. Dengan
demikian standar dapat diharapkan memberikan fondasi dasar dalam mengukur
kualitas asuhan keperawatan.
Pada dasarnya ada tiga sumber informasi utama, untuk mengembangkan
standar yaitu: penelitian, keputusan kelompok ahli/spesialis, observasi cara
praktek keperawatan aktual. Dalam organisasi pelayanan keperawatan standar
bersumber baik dari sumber eksternal maupun internal. Tujuan utama standar
memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan penilaian
hasil akhir, dengan demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi
perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan. Kriteria kua litas asuhan
keperawatan mencakup: aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya, manusiawi dan
memberikan harapan yang sama tentang apa yang baik bagi perawat dan pasien.
Standar menjamin perawat mengambil keputusan yang layak dan wajar dan
melaksanakan intervensi – intervensi yang aman dan akuntabel.
Dalam Buku Panduan Program Pendidikan Ners Edisi V (2010:2) untuk
menghasilkan perawat yang memenuhi karakteristik esensial profesi maka proses
pendidikan keprofesian perawat ”Ners” dirancang dengan mempertimbangkan
lima aspek berikut:
(1) Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Peserta didik dan pembimbing klinik harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Peserta didik harus menguasai ”body of knowledge” dan berbagai metode dan teknik keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien melalui tahapan proses keperawatan.
(3) Sikap dan tingkah laku profesional. Sikap dan tingkah laku profesional dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi. Penumbuhan dan pembinaan kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak profesional merupakan proses panjang dan berkelanjutan yang dapat terlaksana melalui suatu lingkungan yang sarat dengan model peran (role model)
(4) Belajar aktif dan mandiri. Belajar aktif dan mandiri pada pengalaman praktik klinik dapat dicapai dengan antara lain membuat laporan pendahuluan, presentasi kasus dan lain – lain.
(5) Pendidikan berada di masyarakat. Pendidikan atau pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community-based learning) memungkinkan untuk menumbuhkan dan membina sikap dan keterampilan para mahasiswa.
Berdasarkan kelima aspek tersebut diharapkan lulusan program Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan USU memiliki sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang profesional sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya
sebagai perawat profesional yaitu sebagai profesional care provider (pemberi
asuhan keperawata), community leader (pemimpin dikomunitas), educator
(pendidik), manager (pengelola) dan researcher (peneliti pemula).
2.7.2 Laporan Kasus Pasien
Pada point ini penulis membahas mengenai laporan perawat mengenai
masalah pasien yang akan dikaji selama satu minggu. Dimana pelayanan
keperawatan adalah essensial bagi kehidupan dan kesejahteraan klien oleh karena
itu profesi keperawatan harus akuntabel terhadap kualitas asuhan yang diberikan.
Pengembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perawat untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan dalam rangka menerapkan asuhan bagi klien dengan
kebutuhan yang kompleks. Untuk menjamin efektifitas asuhan keperawatan pada
klien, harus tersedia criteria dalam area praktek yang mengarahkan keperawatan
mengambil keputusan dan melakukan intervensi keperawatan secara aman.
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu
bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah
mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Nursalam (2009:515) Seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien terlebih dahulu harus memperhatikan standar instrumen penilaian kerja perawat yaitu:
1. Standar Pengkajian Keperawatan
Pada standar ini perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan, meliput i:
a). Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.
b). Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.
c). Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: - Status kesehatan klien masa lalu.
- Status kesehatan klien saat ini.
- Status biologis-psikologis-sosial-spiritual. - Respons terhadap terapi.
- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal. - Risiko-risiko tinggi masalah
d). Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru).
2. Standar Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Kriteria proses:
a). Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosis keperawatan. b). Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah (P), penyebab (E), dan
tanda atau gejala (S), atau terdiri atas masalah dan penyebab (PE). c). Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk
mevalidasi diagnosis keperawatan.
d). Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
3. Standar Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria proses, meliput i
a). Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan.
b). Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
d). Mendokumentasi rencana keperawatan. 4. Standar Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan
Kriteria proses, meliput i:
a). Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. b). Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c). Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. d). Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
e). Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respons klien.
5. Standar Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Kriteria proses
a). Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara konprehensif, tepat waktu, dan terus-menerus.
b). Menggunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan.
c). Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d). Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
e). Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Dalam memenuhi standar asuhan keperawatan inilah mahasiswa profesi
keperawatan banyak membutuhkan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan
ini akan dipertanggung jawabkan didepan para dosen penguji masing-masing.
Sehingga mahasiswa keperawatan harus benar-benar memperhatikan datanya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Deskriptif. Menurut Sugiyono (2002:6) “penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.
Pada penelitian ini penulis hanya memberikan suatu gambaran secara apa
adanya data yang didapat dari fakta-fakta yang didapat dilapangan, lalu
menghubungkannya dengan pendapat para ahli.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jalan Prof. T. Maas No.3 Kode
pos 20155.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah data yang dibutuhkan dalam mendukung kegiatan
penelitian. Menurut Sugiyono (2002:52) populasi adalah “wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Populasi Penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan yang sedang
mengambil pendidikan Profesi Ners atau mahasiswa keperawatan yang sedang
coass. Populasi penelitian ini sebanyak 84 orang yang terdiri dari mahasiswa
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagaian dari populasi. Menurut Sugiyono (1999:57),
bahwa Sampel adalah “sebagian dari jumlah dan kerakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. Mengingat jumlah populasi dalam penelitian ini tidak banyak,
maka penulis menetapkan seluruh populasi berhak dijadikan sebagai sampel
penelitian atau yang disebut dengan total sampling. Dimana seluruh mahasiswa
Program Pendidikan Profesi Ners yang sedang Coass Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dijadikan sebagai responden.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian dapat
dilakukan dengan cara:
1. Kuesioner: yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar
pertanyaan kuisioner untuk diisi oleh responden.
2. Studi kepustakaan dan dokumen melalui berbagai bahan pustaka
seperti buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian ini adalah
1. Data primer: data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada
subjek sebagai sumber informasi yang dicari yaitu: data dari kuesioner.
2. Data sekunder: data yang diperoleh dan bersumber dari buku, jurnal,
majalah dan laporan penelitian dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penelitian
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan
penelitian yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam
penelitian yaitu
Tes
a. Angket atau Quesioner b. Interview
c. Observasi d. Skala bertingkat
e. Dokumentasi (Arikunto, 2006:150)
Instrumen yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini ialah instrumen
kuesioner.
3.6.1 Kuesioner
Kuesioner adalah pertanyaan penelitian yang diberikan kepada responden.
Menurut Arikunto (2006:150) kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dan jenis kuesioner yang
dibuat adalah kuesioner langsung yaitu dimana pertanyaan langsung diberikan
kepada responden. Dalam hal ini kuesioner juga langsung diberikan kepada
responden. Penyebaran kuesioner ini dilakukan selama 2 minggu. Dimana
perharinya responden yang terjaring sebanyak 6 orang.
3.6.2 Kisi-kisi Kuesioner
Sebelum membuat kuesioner terlebih dahulu membuat kisi-kisi kuesioner.
Tabel 1: Kisi-kisi kuesioner
Variabel Indikator Item pertanyaan Jumlah
Kebutuhan
informasi
mahasiswa
1. Identifikasi kebutuhan
informasi dan Ketersediaan
koleksi perpustakaan
2. Faktor dan karakteristik
4. Kebutuhan informasi
profesi keperawatan
18 1
Total 18
3.7 Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif. Data yang diperoleh diambil dengan menyusun
kedalam tabel kemudian dihitung persentasenya, selanjutnya dianalisis dan
diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan rumusan sebagai berikut:
P = F/n
Keterangan P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang diperoleh
n = jumlah responden (Hadi, 1981:421)
Untuk menafsir besarnya persentase yang dibuat dari tabel tabulasi data,
maka penulis menggunakan Metode Supardi (1979:20) yaitu:
1-25% Sebagian kecil 26-49% Hampir setengah 50% Setengah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik RespondenKarakteristik responden pada penelitian ini adalah objek penelitian yang
homogen, yaitu mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners yang sedang
melaksanakan praktik klinik (coass) (T.A 2009-2010).
4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi dan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan
Identifikasi kebutuhan informasi pengguna dilakukan agar informasi yang
diperoleh pengguna itu lebih valid dan lebih akurat sehingga proses dalam
pencariannya juga tidak memakan waktu yang banyak. Ketersediaan koleksi juga
dapat mempengaruhi proses pencarian tersebut. Apabila koleksinya tidak lengkap
otomatis informasi yang dibutuhkanpun kurang akurat.
4.2.1.1 Pemanfaatan Informasi
Mahasiswa dalam mencari informasi yang dibutuhkannya selalu
menggunakan jasa perpustakaan dimana mahasiswa dapat merasakan manfaat
akan tersedianya informasi di perpustakaan. Untuk itu penulis dapat
menginterpretasikan hasil jawaban yang diberikan oleh responden terhadap
kuesioner yang telah disebarkan sebagai berikut:
Tabel 2: Manfaat Informasi Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban Frekuensi (f)
Persentase (%)
1 a.Untuk mengetahui perkembangan ilmu
pengetahuan
b. Untuk membantu pemecahan masalah
c. Untuk menambah ilmu
d. Untuk membuat karya tulis
Tabel 2 menunjukkan bahwa manfaat informasi yang paling banyak dipilih
responden adalah untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan, yang
dipilih sebanyak 40 responden (47,6%). Manfaat informasi yang juga dianggap
penting oleh responden ialah untuk membantu pemecahan masalah dipilih
sebanyak 25 responden (29,8%), untuk menambah ilmu pengetahuan dipilih
sebanyak 17 responden (20,2%), dan untuk membuat karya tulis dipilih sebanyak
2 responden (2,4%).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir setengah dari responden
manfaatkan informasi untuk dapat mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal ini dapat membuktikan bahwa responden memanfaatkan informasi untuk
melaksanakan tugas praktik lapangan (coass). Dan sebagian kecil dari responden
memanfaatkan informasi untuk membuat karya tulis.
Dalam memanfaatkan informasi yang telah diperoleh, ada beberapa cara
yang sering digunakan oleh responden yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3: Cara memanfaatkan informasi Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban Frekuensi (f)
Persentase (%)
2 a. Membaca dan Membuat intisari
b. Membaca dan mencoret-coret
c. Membaca saja
Berdasarkan tabel 3 di atas cara yang paling banyak dilakukan responden
dalam hal memanfaatkan informasi yang dibutuhkannya ialah dengan membaca
dan membuat inti sari dijawab 75 responden (89,3%). Pada waktu yang lain
responden juga memanfaatkan informasi dengan cara membaca saja yaitu dijawab
sebanyak 2 responden (2,4%), cara yang lain juga dapat dilakukan dengan
memfotokopy 7 responden (8,3%). Dan tidak seorangpun dari responden yang
sadar bahwa informasi itu diambil bukan untuk dicoret-coret melainkan dibaca
dan diambil intisarinya.
4.2.1.2 Kesesuaian Koleksi dengan Kebutuhan Informasi Mahasiswa
Untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian koleksi perpustakaan pusat
maupun koleksi perpustakaan fakultas dengan kebutuhan informasi mahasiswa
Program Pendidikan Ners USU dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4: Kesesuaian Koleksi di Perpustakaan dengan Kebutuhan Informasi Pengguna
Nomor Pertanyaan
Kategori Jawaban Frekuensi (f)
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diinterpretasikan bahwa koleksi yang
tersedia di perpustakaan universitas maupun perpustakaan fakultas sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa Program Pendidikan Ners dimana terdapat 77 responden
(91,7%) memilih sesuai. Dan 6 responden (7,1%) memilih kurang sesuai, hanya 1
responden (1,2%) yang memilih jawaban tidak sesuai.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang ada di
perpustakaan sesuai dengan kebutuhan informasi responden.
Mahasiswa keperawatan USU biasanya dalam melakukan pencarian
informasi di perpustakaan terlebih dahulu melakukan kegiatan merumuskan
Tabel 5: Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pencarian informasi Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban Frekuensi (f)
Persentase (%)
4 a. Merumuskannya
b. Bertanya Kepada Teman
c. Langsung mencari ke Rak
d. Tidak merumuskannya
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar
(71,4%) responden sebelum melakukan pencarian informasi terlebih dahulu
merumuskannya. Sebagian kecil (23,8%) bertanya kepada teman, dan langsung
mencari ke rak (4,8%), dan tidak seorangpun dari responden yang menjawab tidak
merumuskan informasi yang dibutuhkannya. Dalam hal ini responden mengetahui
apa tujuannya dalam mencari informasi yaitu untuk mendapatkan informasi yang
relevan dan akurat.
4.2.1.3 Cara Responden Melihat Informasi
Mahasiswa dalam mencari informasi yang dibutuhkannya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 6: Cara melihat informasi Nomor
Pertanyaan
Dalam tabel 6 di atas dapat diinterpretasikan bahwa setengah dari
mahasiswa (53,5%) dalam mencari informasi melihat dari daftar isi, hampir
setengah (41,7%) melihat informasi dari judul, dan sebagian kecil melihat
informasi dari abstrak (3,6%) dan dari pendahuluan (1,2%).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir setengah mahasiswa
Program Pendidikan Ners dalam mencari informasi yang dibutuhkan selalu
melihat dari daftar isi koleksi, hal ini disebabkan daftar isi lebih menggambarkan
isi dokumen karena langsung terhubung dengan isi dari suatu dokumen. Judul,
abstrak dan pendahuluan juga menggambarkan isi dari suatu dokumen akan tetapi
lebih jelas terlihat dari daftar isi.
4.2.2 Faktor dan Karakteristik Kebutuhan Informasi serta Layanan Perpustakaan
4.2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi dalam Memperoleh Informasi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi responden dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkannya, dimana faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 7: Faktor yang mempengaruhi dalam memperolehh informasi Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban Frekuensi (f)
d. Laporan penyakit pasien
35
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diinterpretasikan bahwa faktor yang
responden (41,6%) memilih faktor data dan kesehatan pasien. Selanjutnya
terdapat 5 responden (6%) memilih faktor tindakan yang akan dilakukan dan 5
responden (6%) memilih diagnosa pasien.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
mahasiswa yang sedang praktik klinik (coass) dalam memperoleh informasi ialah
laporan penyakit pasien, karena dalam melaksanakan praktik mahasiswa
diharuskan membuat sebuah laporan dan diwajibkan menangani seorang pasien
setiap minggunya. Oleh karena itu mahasiswa diharuskan dapat memperoleh
informasi sebagai rujukan dalam membuat laporan. Faktor data kesehatan pasien
juga dapat mempengaruhi responden.
4.2.2.2 Hambatan dalam Pencarian Informasi
Para mahasiswa sering menjumpai adanya hambatan dalam mendapatkan
informasi yang mereka butuhkan dan hambatan-hambatan tersebut dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 8: Hambatan dalam pencarian informasi Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban Frekuensi (f)
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengah
(34,5%) yang menjadi hambatan responden dalam mencari informasi ialah
ketiadaan waktu. Dimana waktu dinas sering bersamaan dengan jam buka
perpustakaan sehingga responden sering terkendala pada waktu berkunjung ke
merasa lelah setelah dinas di rumah sakit karena ada yang dinas sampai malam.
Sebagian kecil (28,6%) responden memilih biaya sebagai faktor yang menjadi
penghambat dalam mendapatkan informasi. Dimana koleksi bidang kesehatan
khususnya keperawatan pada umumnya lebih mahal dibandingkan dengan koleksi
bidang ilmu lain. Dan sebagian kecil yang menjadi hambatan responden ialah
mengenai kemampuan responden dalam mencari informasi yang dibutuhkannya
sebanyak (3,6%). Dalam hal ini responden tidak terlalu mempermasalahkan
mengenai kemampuan dalam mencari informasi yang mereka butuhkan karena
penulis menganggap bahwa responden telah mampu untuk mencari, memilih dan
mengolah informasi yang dibutuhkannya.
Responden berusaha melakukan upaya-upaya dalam mengatasi hambatan
atau kendala tersebut, agar tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Upaya
responden tersebut digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 9: Cara mengatasi hambatan Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban Frekuensi (f)
Persentase (%)
8 a. Mencoba lagi pada waktu yang lain
b. Mencoba ke sumber lain
c. Memperjelas Pertanyaan
d. Menggunakan informasi seadanya
19
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa apabila responden
menemui hambatan saat melakukan pencarian informasi, maka 33 responden
(39,3%) memilih untuk memperjelas pertanyaan yang akan dicarinya, 32
responden (38,1%) memilih untuk mencoba ke sumber lain, 19 responden
(22,6%) memilih untuk mencoba lagi pada waktu yang lain, dan tak seorangpun
dari responden yang memilih untuk menggunakan informasi seadanya, apalagi