• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT ) Pada Budidaya Padi Sawah ( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT ) Pada Budidaya Padi Sawah ( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat )"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (PTT ) PADA BUDIDAYA

PADI SAWAH

( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat )

SKRIPSI

OLEH :

IRMAYANA

070309005

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (PTT ) PADA BUDIDAYA

PADI SAWAH

( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat )

SKRIPSI OLEH :

IRMAYANA

070309005

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si) NIP:195411111981031001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RIWAYAT HIDUP

Irmayana dilahirkan di AFD A PSL 1 di Langkat, pada tanggal 03 Mei 1988, Anak ketiga dari tiga saudara dari ayahanda Permono dan ibunda tercinta

Suhanti.

Jenjang Pendidikan yang ditempuh penulis :

1. Tahun 1995 masuk SD Negri Teladan Rejo dan tamat tahun 2001

2. Tahun 2001 masuk Madrasah Tsanawiyah (TPI) Sawit Seberang dan

Tamat tahun 2004

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Persiapan Stabat dan

menyelesaikan SMA tamat pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

5. Tanggal 27 juni – 27 juli 2011 melaksanakan Praktrek Kerja Lapangan

(PKL) di desa Perupuk kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batubara

6. Bulan Juli – September melaksanakan penelitian Desa Sambirejo

(4)

ABSTRAK

Irmayana (070309005), dengan judul skripsi “ EVALUASI

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA BUDIDAYA PADI SAWAH”. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir. H. Hasman Hayim, M.Si dan bapak Ir. Sinar Indra kesuma, M.Si.

Tujuan penelitian penulis adalah untuk melihat tingkat keberhasilan

teknologi model PTT, dan perkembangan produksi yang menerapkan teknologi

model PTT, serta melihat hubungan karekteristik sosial ekonomi petani dengan

tingkat adopsi teknologi komponen PTT.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu dengan

sengaja di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat yang didasarkan

bahwa desa Sambirejo merupakan desa yang terbanyak kelompok tani yang

menerapkan teknologi model PTT tersebut. Metode penarikan sampel

menggunakan simple random sampling (metode acak sederhana), yaitu pengambilan dalam cara tertentu yang mewakili populasinya, sedangkan jumlah

pengambilan jumlah sampel secara propotional yang diambil dari tiap kelompok

tani sehingga di dapat jumlah sampel petani 30 orang, sedangkan untuk melihat

tingkat keberhasilan Teknologi model PTT menggunakan skoring serta melihat

hubungan karekteristik sosial ekonomi petani di uji dengan metode statistik

korelasi rank spearman dengan program SPSS 13 for windows.

Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan teknologi PTT berjaln

dengan baik, dan mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahun,

kemudian tingkat keberhasilan teknologi PTT dikaegorikan tinggi, serta terdapat

hubungan nyata karekteristik sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, frekuensi

mengikuti penyuluhan, serta produksi dengan tingkat adopsi dalam menerapkan

teknologi model PTT, dan tidak terdapat hubungan nyata karekteristik sosial

ekonomi yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani, serta

luas lahan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen teknologi PTT.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Kuasa karena atas rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “ Evaluasi Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Pada Budidaya Padi Sawah ”. Dengan studi kasus di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

1. Bapak Ir.H.Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi.

2. Bapak Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak membantu untuk membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi.

3. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen yang ada di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Khususnya Departemen Agribisnis.

5. Seluruh Staf pengajar dan Pegawai Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Ridwan Selaku Kordinator PPL kecamatan Binjai dan Bapak Ali Jubaidah

selaku PPL desa sambirejo yang banyak memberikan informasi demi kelancaran

(6)

7. Kelompok tani desa sambirejo yang banyak membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian.

8. Seluruh responden yang terkait dalam penelitian ini yang telah banyak

membantu penulis dalam memperoleh data.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapakan kepada

ayahanda Permono dan ibunda Suhanti, atas motivasi, kasih sayang, dan

dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan pada penulis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman – teman seperjuangan

stambuk SEP’07 yang telah memberi dukungan dan semangat sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih dan semoga skripsi ini

berguna dan bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2011

(7)

DAFTAR ISI

Penyuluhan Pertanian ... 11

Tingkat Penerapan Padi sawah Terhadap Komponen PTT... 13

Teori ... 15

Kerangka Pemikiran... 21

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

Metode Pengambilan Sampel ... 26

Metode Pengumpulan Data ... 28

Metode Analisis Data ... 28

Definisi Dan Batasan Operasional ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis ... 33

Kondisi Demografis ... 33

1.Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

2.Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... 35

3.Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

4.Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama... 37

5.Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 38

6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

(8)

Karekteristik Petani Sampel ... 42

Pelaksanaan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT) ... 44

Perkembangan Teknologi Komponen Model PTT ... 55

Tingkat Penerapan Komponen PTT pada budidaya Padi Sawah ... 57

1.Tingkat Penerapan pada Komponen Varietas Unggul ... 58

2.Penggunaan Varietas Unggul Baru ... 59

3.Tingkat Penerapan pada Komponen Benih Bermutu ... 60

4.Tingkat Penerapan pada Komponen Bibit Muda Umur 15-20HSS ... 61

5.Tingkat Penerapan pada Komponen Pengolahan Tanah ... 61

6.Tingkat Penerapan pada Komponen Penggunaan bahan Organik ... 62

7.Tingkat Penerapan pada Komponen Sistem Tanam Legowo 4:1 ... 63

8.Tingkat Penerapan pada Komponen Irigasi Bersilang ... 63

9.Tingkat Penerapan pada Komponen Pemupukan Spesifik Lokasi ... 64

10.Tingkat Penerapan pada Komponen Pupuk Mikro ... 65

11.Tingkat Penerapan pada Komponen PHT sesuai OPT ... 65

12.Tingkat Penerapan pada Komponen Pengendalian Gulma ... 68

13.Tingkat Penerapan pada Penanganan Pasca Panen ... 69

Hubungan Karekteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 74

Masalah Yang Dihadapi Petani Desa Sambirejo ... 83

Upaya upaya yang Dilakaukan Untuk Mengatasi Masalah yang dihadapi Dalam Penerapan Teknologi PTT ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 86

Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Realisasi Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Komoditi Padi

Sawah Kabupaten Langkat Tahun2006/2010 ... 5

2. Luas Panen, Produksi dan produktivitas Padi Sawah Kabupaten langkat ... 6

3. Jumlah Sampel Petani ... 27

4. Spesifikasi Pengumpulan data ... 28

5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tata Guna Lahan ... 35

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur ... 37

8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 37

9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 38

10.Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 38

11.Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

12.Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana ... 41

13.Distribusi Penduduk Berdasarkan Prasarana ... 41

14.Karekteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sambirejo ... 42

15.Rata rata produksi Di desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 55

16.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Varietas Unggul Baru Sesuai Anjuran ... 58

17.Penggunaan Varietas Unggul Baru ... 59

18.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Benih Bermutu Sesuai Anjuran ... 59

(10)

20.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Pengolahan Lahan Sesuai

Anjuran ... 61

21.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Bahan Organik Sesuai Anjuran ... 62

22.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Sistem Tanam Legowo 4:1

Sesuai Anjuran ... 63

23.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Irigasi Bersilang Sesuai Anjuran ... 64

24.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Pemupukan Spesifik Lokal

Sesuai Anjuran ... 65

25.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Pupuk Mikro Sesuai Anjuran ... 66

26.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan PHT sesuai OPT Sesuai

Anjuran ... 67

27.Jumlah Persentase Persentase yang Menggunakan Pengendalian Gulma Sesuai Anjuran ... 68

28.Jumlah dan Persentase yang Menggunakan Penanganan Pasca Panen

Sesuai Anjuran ... 68

29.JPersentase Petani Yang Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi sawah Sesuai Anjuran di Desa Sambirejo Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat ... 70

30.Kriteria Penilaian Tingkat Penerapan Teknologi PTT terhadap Budidaya Padi Sawah ... 71

31.Hasil Perbandingan Nilai yang diharapkan dan Nilai yang diperoleh dalam Penerapan PTT terhadap Budidaya Padi sawah Sesuai Anjuran

di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 73

32.Hubungan Umur Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 75

33.Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 76

(11)

35.Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 79

36.Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Adopsi dalam Menerapkan Komponen Model PTT pada Budidaya Padi Sawah ... 82

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Hubungan karekteristik sosial ekonomi Petani dengan tingkat adopsi

teknologi PTT ... 22

(13)

DAFTAR SINGKATAN

1. BPP : Balai Penyuluhan Pertanian

2. BPTP : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

3. BWD : Bagan Warna Daun

12.Kcl : Kalium clorida

13.Km : Kilometer

14.Mdpl : Meter diatas permukaan laut

15.OPT : Organisme Pengganggu Tanaman

16.pH : Potential Hidronium

17.PHT : Pengendalian Hama Tanaman

18.PTT : Pengelolaan Tanaman Terpadu

19.POPT : Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman

20.PBT : Penggunaan Benih Tanaman

21.PUTS : Perangkat Uji Tanah Sawah

22.P2BN : Peningkatan Produksi Beras Nasional

23.Rs : Rank Spearman

24.SPSS : Statistical Product and Service Solutions

25.SP36 : Sulfur phospate 36

26.SMP : Sekolah Menengah Pertama

27.SMA : Sekolah menengah Atas

28.SL-PTT : Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Skor tingkat penerapan teknologi komponen pada budidaya padi

sawah di daerah penelitian ... 1

2. Nama petani dan kelompok tani yang menerapkan komponen PTT di desa Sambirejo kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 3

3. Penggunaan varietas unggul baru ... 4

4. Hasil produksi tahun 2009-2011 ... 5

5. Karekteristik Sosial Ekonomi petani sampel ... 6

6. Korelasi rank spearman antara umur dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 7

7. Hasil SPSS umur dengan tingkat adopsi petani ... 8

8. Korelasi rank spearman antara pendidikan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 9

9. Hasil SPSS pendidikan dengan tingkat adopsi petani ... 10

10.Korelasi rank spearman antara lamanya berusaha tani dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 11

11.Hasil SPSS lamanya berusahatani dengan tingkat adopsi petani ... 12

12.Korelasi rank spearman antara Jumlah Tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 15

13.Hasil SPSS jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi petani... 16

14.Korelasi rank spearman antara luas lahan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 17

15.Hasil SPSS luas lahan dengan tingkat adopsi petani ... 18

16.Korelasi rank spearman antara produksi dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen PTT pada budidaya padi sawah ... 19

17.Hasil SPSS produksi dengan tingkat adopsi petani ... 20

(15)

ABSTRAK

Irmayana (070309005), dengan judul skripsi “ EVALUASI

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA BUDIDAYA PADI SAWAH”. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir. H. Hasman Hayim, M.Si dan bapak Ir. Sinar Indra kesuma, M.Si.

Tujuan penelitian penulis adalah untuk melihat tingkat keberhasilan

teknologi model PTT, dan perkembangan produksi yang menerapkan teknologi

model PTT, serta melihat hubungan karekteristik sosial ekonomi petani dengan

tingkat adopsi teknologi komponen PTT.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu dengan

sengaja di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat yang didasarkan

bahwa desa Sambirejo merupakan desa yang terbanyak kelompok tani yang

menerapkan teknologi model PTT tersebut. Metode penarikan sampel

menggunakan simple random sampling (metode acak sederhana), yaitu pengambilan dalam cara tertentu yang mewakili populasinya, sedangkan jumlah

pengambilan jumlah sampel secara propotional yang diambil dari tiap kelompok

tani sehingga di dapat jumlah sampel petani 30 orang, sedangkan untuk melihat

tingkat keberhasilan Teknologi model PTT menggunakan skoring serta melihat

hubungan karekteristik sosial ekonomi petani di uji dengan metode statistik

korelasi rank spearman dengan program SPSS 13 for windows.

Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan teknologi PTT berjaln

dengan baik, dan mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahun,

kemudian tingkat keberhasilan teknologi PTT dikaegorikan tinggi, serta terdapat

hubungan nyata karekteristik sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, frekuensi

mengikuti penyuluhan, serta produksi dengan tingkat adopsi dalam menerapkan

teknologi model PTT, dan tidak terdapat hubungan nyata karekteristik sosial

ekonomi yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani, serta

luas lahan dengan tingkat adopsi dalam menerapkan komponen teknologi PTT.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dalam keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

ditunjukan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup dan bekerja

pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, secara prinsip produksi padi

tergantung pada dua variabel yaitu luas panen dan hasil perhektar. Intensifikasi

pertanian dalam perluasan areal tanaman merupakan usaha pokok dalam

pengelolahan usahatani dalam meningkatkan produksi, produktivitas, dan

pendapatan petani (Mubyarto, 1985).

Meningkatnya produksi pertanian suatu Negara adalah tugas yang sangat

kompleks, bahkan tidak jarang merupakan tugas yang sangat memusingkan.

Dikatakan kompleks karena sedemikian banyak kondisi yang berbeda beda yang

harus dibina atau diubah orang atau kelompok yang berbeda-beda pula karena

semangat orang yang tersangkut didalamnya. Untuk mewujudkan pembangunan

pertanian tidak cukup hanya teknologi saja tetapi juga harus didukung kerja keras

semua pihak sehingga meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani

( Mosher, 1983 ).

Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan

pertanian pun berhenti, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan

(17)

merajalela. Oleh karena itu, perlunya peran para peneliti untuk dapat

meningkatkan kualitas produksi yang tidak merusak lingkungan tumbuhnya

( Mubyarto, 1989).

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi bila

para pengolah usahatani lebih terbuka sikapnya dan mampu melaksanakan anjuran

penggerak perubahan terdapat hal hal yang baru. Pengolahan usahatani dimana

saja dan kapan saja pada hakekatnya akan dipengaruhi oleh perilaku usahatani

yang melakukan usahatani. Perilaku orang yang ternyata tergantung banyak faktor

diantaranya watak, suku, dan kebudayaan dari petani itu sendiri, tingkat

kebudayaan bangsa dan masyarakatnya juga dari kebijakan pemerintah

(Van dan Hawkins, 1999).

Usahatani sangat dipengaruhi keadaan iklim, curah hujan, ketersediaan air

irigasi, oleh karena itu teknologi usahatani yang sesuai untuk suatu lokasi belum

tentu sesuai untuk lokasi lainnya. Dalam kaitan itu harus didasarkan oleh hasil

percobaan / penelitian dilokasi yang bersangkutan. Untuk itu pula dilakukan

percobaan kesesuain varietas, bercocok tanam, pemupukan, pemberantasan hama

dan lainnya dilahan petani. Partisipasi petani dimulai dengan penggunaan

lahannya untuk percobaan teknologi baru dan sekaligus sebagai etalase bagi

teknologi baru untuk meyakinkan petani lain tentang keberhasilan teknologi baru

yang dicoba (Slamet, 2003).

Usaha meningkatkan produksi padi sawah dengan menerapkan berbagai

cara. Memberi bimbingan kepada petani mengenai panca usaha dan penggunaaan

mesin mesin pertanian untuk mencapai hasil produksi maksimal terus ditingkatkan

(18)

menyebarkan informasi teknologi mengenai pertanian oleh dinas pertanian

(AAK, 1990).

Peningkatan Produktivitas usaha tanaman padi sangat dibutuhkan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi merupakan

bahan makanaan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu Balai pengkajian

Teknologi Pertanian menciptakan komponen teknologi PTT yaitu Pengolaan

tanaman terpadu yang terdiri dari 12 komponen teknologi

(Yusuf dan Harnowo, 2010).

Upaya peningkatan produksi padi sawah telah menjadi pengertian dan

keinginan mendalam pada petani sangat ditentukan oleh penggunaan bibit yang

baik. Terhadap semua kegagalan yang dialami, jeleknya benih yang selalu

dijadikan lebih utama. Bagi petani umumnya, telah menjadi kesadaran kalau

benihnya sudah bagus keberhasilan produksi sudah pasti ada ditangan. Dengan

produksi benih yang berlimpah maka benih petani dapat diganti dalam jumlah

yang terus menerus mencukupi, dan dapat produksi secara lebih teratur. Kondisi

demikian tidak mungkin dipenuhi kalau pengadaan benih diserahkan kepada

petani untuk memproduksi secara mandiri (Sadjad, 2001).

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera

Utara yang cukup diwarnai nilai sejarah. Sektor pertanian merupakan sektor

dominan dalam perekonomian Kabupaten Langkat. Kabupaten ini merupakan

salah satu daerah andalan Propinsi Sumatera Utara sebagai penghasil beberapa

produk pertanian terutama perkebunan dan tanaman bahan makanan andalan

adalah Padi, jagung, dan kacang kedelai. Untuk mengetahui peningkatan keadaan

(19)

Tabel 1. Data Realisasi Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tahun 2006 S/D 2010 Komoditi Padi Sawah Kabupaten Langkat

No Tahun Luas Panen ( ha) Produksi ( ton ) Produktivitas (kw/ Ha)

1 2006 83.178 432.451 53.97

2 2007 80.375 433.423 54.47

3 2008 82.444 448.825 54.44

4 2009 85.227 468.322 54.95

5 2010 67.155 3.943 58.73

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultural Kabupaten Langkat Tahun 2006-2010

Dari Tabel 1 menunjukan bahwa luas panen, produksi dan produktivitas

padi sawah semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 luas panen

83.178 H dan produksi 432.451 ton dan produktivitas 53.97, tahun 2007 luas

panen 80.375H dan produksi 433.423 ton dan produktivitas 54.47, hal ini bahwa

mengalami peningkatan produksi dari tahun 2006 sampai 2007 yaitu 1.042 ton.

Pada tahun 2008 luas panen 82.444 Ha dan produksi 448.825 ton dan

produktivitas 54.44, hal ini juga menunjukan ada peningkatan dari tahun 2007

hingga 2008 yaitu 8.618 ton. Pada tahun 2009 luas panen 85.227 H dan produksi

468.322 ton dan produktivitas 54.95 , hal ini juga menunjukan ada peningkatan

dari tahun 2008 hingga 2009 yaitu 10.809 ton. Pada tahun 2010 ton luas panen

67.155 Ha dan produksi 3.943 ton dan produktivitas 58.73. selanjutnya keadaan

luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di kabupaten Langkat.

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis diarahkan oleh BPTP

( Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ) Kabupaten Langkat untuk melihat secara

langsung serta meneliti kegiatan percontohan yang telah dilakukan terlebih dahulu

di lahan percontohan yaitu Kabupaten Langkat Kecamatan Binjai Desa Sambirejo.

Namun untuk mengetahui tingkat produksi di Kabupaten Langkat dan produksi

(20)

Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah Kabupaten Langkat

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat Tahun 2006-2010

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Binjai merupakan salah satu

daerah sentra produksi padi sawah Kabupaten Langkat dengan luas panennya

3.408 H dan produksi 21.566 Ton. Meskipun total produksi di Kecamatan

Secanggang paling tinggi tetapi penerapan teknologi tersebut adalah dengan

dilaksanakannya pengelolaan tanaman terpadu ( PTT ). Untuk mengetahui No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas

(21)

keberhasilan dari pelaksanaan sistem pertanian tersebut di kecamatan Binjai maka

perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pelaksanaan penerapan teknologi

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didaerah penelitian? Bagaimana

perkembangan penerapan teknologi PTT Di daerah Penelitian? Bagaimana tingkat

keberhasilan dalam penerapan Teknologi PTT di daerah penelitian? Bagaimana

hubungan karekteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya

berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan produksi) dengan

tingkat adopsi dalam menerapkan komponen pengelolahan tanaman terpadu

(PTT) didaerah penelitian?, Masalah masalah apa saja yang dihadapi petani

dalam pelaksanaan sistem pengelolaan tanaman terpadu didaerah penelitian ?,

Upaya upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi petani dalam melaksanakan sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

di Daerah Penelitian ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut : Untuk mengetahui bagaimana teknologi pelaksanaan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didaerah penelitian. Untuk mengetahui

Perkembangan Penerapan teknologi model PTT Di Daerah Penelitian. Untuk

(22)

penelitian. Untuk mengetahui bagaimana hubungan karekteristik sosial

ekonomi(umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani,luas lahan, jumlah

tanggungan keluarga dan produksi) dengan tingkat adopsi dalam menerapkan

komponen model pengelolahan tanaman terpadu (PTT) didaerah penelitian.

Untuk mengetahui masalah masalah apa saja dalam pelaksanaan sistem

pengelolaan tanaman terpadu didaerah penelitian. Untuk mengetahui upaya upaya

apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah dalam melaksanakan

sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Daerah Penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai pertimbangan bagi pihak pihak yamg terkait terhadap pengembangan

tingkat adopsi petani terhadap teknologi PTT.

2. Sebagai bahan masukan kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Kabupaten Langkat, sebagai lembaga penyaluran teknologi bagi petani

(23)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian sebagai

berikut : Ada hubungan beberapa karekteristik sosial ekonomi petani (umur,

tingkat pendidikan, keluarga, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas

lahan dan produksi) dengan tingkat adopsi petani dalam menerapkan komponen

model pengelolahan tanaman terpadu (PTT) didaerah penelitian. Tingkat

keberhasilan dalam penerapan teknologi PTT padi sawah di daerah penelitian

diketegorikan tinggi.

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi Sawah

Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan

Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas.

Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat dekat,

dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas tunas baru (Siregar, 1981).

Padi merupakan bahan makanan pokok sehari hari pada kebanyakan

penduduk di negara Indonesia. Padi dikenal sebagai sumber karbohidrat terutama

pada bagian endosperma, bagian lain daripada padi umumnya dikenal dengan

bahan baku industri, antara lain : minyak dari bagian kulit luar beras (katul),

sekam sebagai bahan bakar atau bahan pembuat kertas dan pupuk. Padi memiliki

nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat digantikan oleh

bahan makanan yang lain, oleh sebab itu padi disebut juga makanan energi

(AAK, 1990).

Padi adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan

pokok karbohidrat bagi penduduk. Komoditas padi memiliki peranan pokok

sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat

sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang besar, serta berkembangnya

industri pangan dan pakan (Yusuf, 2010).

Kalau umur padi mulai dari benih sampai panen mencapai empat bulan

petani harus menunggu sambil merawat tanamannya sedemikian rupa sesuai

(25)

yang mampu diserap atau mampu diterapkan petani. Setiap tanam tergantung

varietasnya mempunyai kemampuan genetik tanaman yang diusahakan dalam

penerapan teknologi yang mampu diterapkan mulai dari pengelolahan sampai

panen. Disamping itu, perlu juga diperhatikan dan diperhitungkan akibat yang

ditimbulkan oleh cuaca, ketersediaan air dan lainnya. Karena faktor tersebut akan

berdampak pada teknologi yang diterapkan dan sudah pasti berpengaruh terhadap

hasil yang akan diterima (Daniel, 2002).

Teknologi PTT ( Pengolahan tanaman Terpadu )

Untuk meningkatkan produksi beras dalam rangka pencapaian

swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial,

ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah

satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT). Beberapa komponen teknologi budidaya padi sawah

dengan pendekatan PTT adalah:

1. Varietas unggul baru

2. Bibit bermutu dan Sehat

3. Bibit muda umur 15-20 hari setelah sebar

4. Pengolahan Tanah

5. Penggunaaan bahan organik

6. Pengelolaan Tanaman sistem legowo 4:1

7. Irigasi berselang

8. Pemupukan Spesifik Lokal

(26)

10.PHT sesuai OPT

11.Pengendalian Gulma

12.Penanganan panen dan Pasca panen

(Yusuf, 2010).

Pengelolaan tanaman terpadu adalah pendekatan dalam budidaya tanaman

dan berperan penting dalam meningkatkan produksi padi dalam beberapa tahun

terakhir. Keberhasilan program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional)

yang diimplementasikan sejak tahun 2007 tentu tidak dapat dipisahkan dari

pengembangan PTT padi sawah. Untuk mempertahankan swasembada beras yang

telah berhasil diraih kembali pada tahun 2008, inovasi teknologi ini terus

dikembangkan oleh Departemen Pertanian (Firdaus, 2008).

Penyuluhan Pertanian

Dalam hal penyuluhan pertanian, kita lihat bermula dari usaha mengajak

dan membimbing para petani untuk melaksanakan cara cara modern dalam

bercocok tanam. Melalui penyuluhan pertanian diusahakan agar para petani

memahami, tertarik dan menerapkan cara cara baru dalam bertani. Sedangkan

penyuluh sanitasi sebagai contoh yang lain, bermaksud agar mayarakat menjadi

prinsip prinsip sanitasi sebagian dari perilaku hidup mereka sehari hari. Begitu

juga dengan penyuluhan penyuluhan yang lainnya (Nasution, 1990).

Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang dirancang

untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar dapat atau mampu

mencapai tujuan yang di inginkannya. Dengan demikian hal ini yang sangat

(27)

semua belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman yang baru,

berupa keterampilan yang baru, pengetahuan baru serta sikap positif yang perlu

untuk mereka guna memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan maupun di

rumah tangganya (Suhardiyono, 1992).

Dapat kita lihat bersama bahwa penyuluh jelas tidak dapat memecahkan

masalah semua yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai

hanya digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang dikemukakan.

Ini pun jika agen penyuluhan sendiri memiliki pengetahuan serta wawasan yang

dibutuhkan atau bersama sama dengan petani mengupayakan. Fungsi sosial lain,

seperti penelitian ilmiah dapat membantu memecahkan persoalan sosial, misalnya

dengan mengembangkan metode untuk meningkatkan hasil panen

(Van dan Hawkins, 1999).

Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan

inovasi dan mempengaruhi petani melalui metoda dan teknik tertentu sampai

mereka itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi

yang disampaikan, selain itu penyuluh juga mampu menjadi jembatan

penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya

dengan masyarakatnya baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan

kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran maupun

untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah

(28)

Tingkat Penerapan Padi Sawah Terhadap Komponen Model PTT

Proses adopsi merupakan perubahan kelakuan yang terjadi dalam diri

petani malalui penyuluhan biasanya berjalan lambat. Hal ini disebabkan karena

dalam penyuluhan hal hal yang disampaikan sebelum dapat diterima dan di

adopsi, memerlukan keyakinan dalam diri petani bahwa hal hal baru ini akan

berguna. Bila dalam diri petani telah timbul keyakinan akan manfaat dari

teknologi baru sehingga petani mau melaksanakannya (Suhardiyono, 1992).

Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang

kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi

sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam

proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan

proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian, banyak

kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk sampai

tahapan mereka mau menerima ide ide tersebut diperlukan waktu yang relatif

lama.

Perubahan perilaku yang diusahakan melalui penyuluhan pertanian pada

diri petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan tingkat

pengetahuan yang rendah dan penyuluhan hal hal yang disampaikan hanya akan

diterima dan dipraktekan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat

gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal hal baru yang diterima penyuluhan

akan berguna, memberikan keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekan atau

tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Petani yang

mengikuti penyuluhan harus mendapat keyakinan terlebih dahulu akan manfaat

(29)

mengikuti penyuluhan penyuluhan berikutnya juga mangajak petani sesama

lainnya, sehingga adopsi (penerapan) teknologi atau hal hal baru akan meluas dan

berkembang (Kartasapoetra, 1993).

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh petani tentang ciri ciri inovasi dan

perubahan yang di kehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian dari

keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena :

- Memilki keuntungan relatif tinggi bagi petani.

- Kompatibilitas/ keselarasan dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan

- Tidak rumit

- Dapat dicoba

- Dapat diamati

Inovasi adalah suatu gagasan yang melukiskan objek yang dianggap sebagai

sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir

(Van dan Hawkins, 1999).

Menurut Van dan Hawkins (1999), mereka yang cepat menerapkan inovasi

dapat dicirikan sebagai berikut:

a. Banyak melakukan kontak dengan penyuluh dan orang lain di luar kelompok

sosialnya dan berpartisipasi aktif dalam organisasi.

c. Memanfaatkan secara intensif informasi dari media massa terutama yang

menyangkut informasi dari para ahli.

d. Memiliki pendapatan dan taraf hidup yang relatif tinggi.

e. Memiliki sikap yang positif terhadap perubahan dan memiliki aspirasi yang

(30)

Teori

Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu cara untuk

mengkomunikasikan berbagai informasi dan teknologi baru kepada masyarakat

dalam segala bidang, khususnya bidang pertanian. Penyuluhan pertanian

merupakan ujung tombak dalam pembangunan pertanian, karena melalui kegiatan

penyuluhan, segala informasi dan penemuan baru disampaikan kepada petani.

Bukan hanya sekedar menyampaikan, seorang penyuluh juga harus mampu

mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup petani yang sifatnya tertutup

menjadi lebih terbuka dan akhirnya mau mengadopsi untuk digunakan dalam

kehidupan sehari-hari (Soekartawi, 1994).

Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi pemerintah selalu

berupaya mendapatkan jenis jenis padi yang mempunyai sifat baik. Jenis padi

yang mempunyai sifat sifat baik adalah varietas unggul. Caranya dengan

mengawinkan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat baik dengan jenis

padi yang bagus pula, hal ini akan memberikan produksi tinggi, umur tanaman

pendek, dan tahan terhadap hama penyakit tanaman serta mutu beras baik

( Sugeng, 1989)

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat

diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan

(cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri

seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh

masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”,

tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar

(31)

tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh

orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau

keterampilannya (Mardikanto, 1993).

Petani, di dalam menanggapi suatu ide/informasi yang baru berbeda beda,

menurut karakteristik sosial ekonomi dari petani itu sendiri, dan perbedaan yang

terjadi kadang sangat beragam (Gerungan, 1996).

Karakteristik petani meliputi tingkat pendidikan, umur, kosmopolitanan

dan tingkat kemampuan ekonominya. Dengan karaktiristik sosial ekonomi yang

berbeda beda akan membedakan respon petani terhadap ragam metode

penyuluhan, baik berupa respon poitif maupun negatife ( Winarni, 2001).

Selain keragamannya, karakteristik masing-masing kelompok penerima

manfaat (petani) juga perlu mendapat perhatian dalam kegiatan penyuluhan

pertanian. Hal ini penting kaitannya dengan pemilihan dan penetapan: materi,

metoda, waktu, tempat, dan perlengkapan penyuluhan yang diperlukan. Beberapa

karakteristik penerima manfaat yang perlu dicermati adalah:

1. Karakteristik pribadi, yang mancakup: jenis kelamin, umur, suku/etnis, agama.

2. Status sosial ekonomi, yang meliputi: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,

dan keterlibatannya dalam kelompok/organisasi kemasyarakatan.

3. Prilaku keinovatifan sebagaimana yang dikelompokkan oleh Rogers (1971)

(Dalam bukunya Totok Mardikanto, 2009) yang terdiri dari: perintis

(inovator), pelopor (early adopter), penganut dini (early majority), penganut

lambat (late majority), dan kelompok yang tidak bersedia berubah (laggards).

4. Moral ekonomi yang dibedakan dalam moral subsistensi dan moral

(32)

(Mardikanto, 2009).

Berdasarkan pada penelitian (Ritonga, 2008:41-53), hubungan antara

karakteristik sosial ekonomi petani, ada yang berhubungan nyata dan ada yang

berhubungan tidak nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap suatu inovasi.

Berikut ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitiannya:

- Ada hubungan yang tidak nyata antara umur petani,Lamanya berusahatani,

luas lahan dan jumlah tanggungan dengan tingkat adopsi suatu inovasi.

- Ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi

petani terhadap suatu inovasi.

karakteristik sosial ekonomi petani yang dapat mempengaruhi dalam

penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di Desa Sambirejo,

kecamatan Binjai kabupaten Langkat yang diteliti yaitu umur, tingkat

pendidikan,lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi mengikuti

penyuluhan, luas lahan, serta produksi.

1. Umur Petani

Semakin muda umur petani, maka akan semakin semangat untuk

mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk

cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka belum

berpengalaman soal adopsi tersebut (Lubis, 2000).

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan

kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Umur dapat

dijadikan sebagai tolok ukur dalam melihat aktivitas seorang dalam

(33)

kemungkinan besar seorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal

(Hasyim, 2006).

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan

menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju

pembangunan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang

berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih cepat dalam melaksanakan

adopsi, Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak

sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Lubis, 2000).

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukan

tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan

apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006).

3. Lamanya berusahatani

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh

karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar

tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal

yang baik untuk waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Maksud dari jumlah tanggungan disini adalah berapa banyak beban

tanggungan petani dalam satuan jiwa (Lubis, 2000).

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi

yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan petani dalam

(34)

5. Luas Lahan

Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih

mudah menerapkan inovasi dibanding daripada petani yang berlahan

sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan

sarana produksi (Soekartawi, 1994).

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah

menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan

adopsi inovasi dari pada yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan

keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kesuma, 2006).

6. Produksi

Produksi adalah kemampuan luas lahan menghasilkan produksi

padi sawah dengan kata lain jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan

dibagi dengan luas lahan dihasilkan dengan satuan ton (Hasyim, 2006).

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan

para petani perlu mengadopsi teknologi baru. Petani harus berubah dari

penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju.

Perubahan mengatakan ala biasa karena biasa, ini betul tetapi apakah petani itu

cukup hanya mengetahui saja tanpa sekaligus mengerti dan menghayati segala apa

yang dilakukannya (Slamet, 2003).

Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahap–tahapan sebelum

masyarakat mau menerima, menerapkan dengan keyakinanya sendiri, meskipun

selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainya itu tidak selalu sama.

(35)

a. Penaruh Minat yaitu tumbunya mianat yang sering kali ditandai oleh

keinginanya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan

oleh penyuluh.

b. Penilaian (Evaluation) yaitu penilaian terhadap baik / buruk atau manfaat

inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada

penilaian ini, masyarakat sasaranya tidak hanya melakukan penilaian

terhadap aspek teknisnya saja tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek

aspek sosial budayanya.

c. Mencoba (trial) mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan

penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

d. Adopsi (adoption) yaitu menerima atau menerapkan dengan penuh

keyakinannya berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah

dilakukan/diamatinya sendiri

(Mardikanto, 2009) .

Evaluasi merupakan kegiatan yang saling terkait dan merupakan aspek

penting dalam manajemen pengelolaan produksi terutama untuk mengontrol

sasaran dari program yang direncanakan. Evaluasi yang dimaksud dalam

penelitian adalah melakukan pengamatan kepada petani apakah seluruh komponen

PTT yang diterapkan petani sepenuhnya. Dengan demikian, kegiatan ini

merupakan proses untuk memperbaiki dan memyempurnakan efektifitas yang

sedang berrjalan. Evaluasi juga dimaksud untuk membantu dan pengambilan

(36)

Evaluasi merupakan metoda untuk mengkaji keberhasilan suatu aktivitas

tertentu, dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan lagi hasil hasil yang telah

dicapai sebelumnya. Setelah melaksanakan langsung dilapangan rencana kerja

yang tadinya tertulis di atas kertas, adalah perlu untuk mengevaluasinya dan

melaporkan perkembangan yang terjadi ( Nasution, 1990).

Evaluasi sebagai suatu proses pengambilan keputusan melalui kegiatan

yang membanding bandingkan hasil pengamatan suatu objek atau evaluasi sebagai

kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran dan

penilaian terhadap suatu objek berdasarkan pedoman yang meliputi pengamatan

untuk pengumpulan data atau fakta, pengukuran atau membandingkan hasil

pengamatan serta pengambilan keputusan atau nilai (Mardikanto, 2009)

Kerangka Pemikiran

Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah wawasan para

petani dalam usahanya memperoleh hasil hasil yang dapat memenuhi keinginan

mereka. Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan, keterampilan dan

pengetahuan sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya.

Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu usaha untuk meningkatkan

hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan

sumber daya alam secara bijak. komponen teknologi yang dapat di terapkan

dalam pengembangan model pengelolaan tanaman terpadu diantaranya yaitu:

varietas unggul, bibit bermutu dan sehat, bibit umur 15-20 HSS, pengolahan

(37)

pemupukan spesifik lokasi, pupuk mikro, PHT sesuai OPT, pengendalian gulma

serta penanganan pasca panen.

Tingkat penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah berbeda beda,

hal ini karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, salah satunya yaitu

karekteristik sosial ekonomi diantaranya yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah

tanggungan, lamanya berusahatani, luas lahan, produksi sehingga perlu diteliti

bagaimana hubungan antara karekteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat

penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Dalam Menerapkan Teknoligi PTT

Karakteristik sosial ekonomi

pendidikan

Luas lahan Jumlah Tanggungan

Keluarga

Produksi

Tingkat Adopsi Teknologi PTT umur

(38)

Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sistem pengelolaan tanaman

terpadu ini maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud dalam

penelitian adalah melihat apakah tingkat keberhasilan penerapan komponen

teknologi PTT tinggi atau rendah serta melakukan pengamatan kepada petani

apakah seluruh komponen PTT yang diterapkan petani sepenuhnya. Dengan

demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk memperbaiki dan

memyempurnakan efektifitas yang sedang berjalan. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian secara ilmiah. Berdasarkan penjelasan, maka dapat dilihat dalam skema

(39)
(40)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive ) yaitu

berdasarkan pertimbangan tertentu yang direncanakan dengan tujuan penelitian

( Singarimbun dan Sofian efendi, 1995).

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Binjai memiliki

Produksi yang bagus dan memiliki potensi wilayah pertanian yang subur untuk

mengembangkan tanaman padi sawah. Dan alasan memilih Desa Sambirejo

karena desa ini merupakan Desa percontohan dan sedang melaksanakan teknologi

sistem pertanian terpadu berupa PTT (pengelolaan Tanaman Terpadu) pada

budidaya tanaman padi sawah dan jumlah petani yang menerapkan model

pengelolaan tanaman terpadu padi sawah terbanyak di Desa tersebut.

Metode Penentuan Populasi dan Sampel

1. Penentuan Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk

benda, barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat

kredibilitas penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

petani yang menerapkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi

sawah di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

(41)

2. Penentuan Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari Populasi yang dapat mewakili

karakteristik bagian populasi sehingga mampu menggambarkan secara

umum dari populasi tersebut. Penentuan sampel diambil berdasarkan

kriteria petani padi sawah yang menerapkan teknologi PTT. Penentuan

sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu

semua petani yang menerapkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu

padi sawah di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Metode pengambilan sampel menggunakan Propotional Random sampling

yakni populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area yang diambil dari tiap

tiap kelompok tani karena di desa sambirejo terdapat 13 kelompok tani, sampel

yang diambil 30 petani. Menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel yang

diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal 30

sampel.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl Js

N n × =

Dimana:

Spl = Sampel

n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap kelompok

N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang

(42)

spl 1 : 60 x 30 spl 2 : 49 x 30 spl 3 : 55 x 30

Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

(43)

Metode Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2005), pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara

angket, wawancara, pengamatan, ujian test dan dokumentasi. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer

diperoleh secara langsung melalui survey lapangan dengan wawancara kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dibuat

terlebih dahulu. Sedangkan data skunder merupakan data pelengkap yang

diperoleh dari Dinas Pertanian, BPTP, dan lembaga terkait serta literatur yang

berhubungan dengan penelitian ini. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

Spesifikasi pengumpulan data pada Tabel 4.

Table 4. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber data Metode

1 Karekteristik petani petani Wawancara

2 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah

Dinas Pertanian Kabupaten Langkat

Pencatatan data

3 Teknologi budidaya

yang dianjurkan

Petani/Kord. PPL/literatur

Wawancara dan pencatatan data

4 Populasi dan Sample petani

PPL Wawancara dan

pencatatan data

Metode Analisis Data

Masalah pelaksanaan penerapan teknologi PTT, dianalisis secara deskriptif

dengan menjelaskan tentang cara pelakasanaan dalam penerapan komponen

model PTT.

Masalah perkembangan penerapan PTT, dianalisis secara deskriptif

(44)

Untuk masalah bagaimana tingkat penerapan teknologi PTT di desa

Sambirejo tersebut juga dianalisis secara deskriptif yaitu dengan melihat besarnya

jumlah dari skoring. Penilaian skoring paket teknologi PTT terhadap budidaya

padi sawah di desa Sambirejo, kecamatan Binjai, kabupaten Langkat dengan

kriteria penilaian sebagai berikut :

1. Menerapkan semua teknologi sesuai dengan anjuran penerapan , skor 2

2. Menerapkan teknologi tertentu tidak sesuai anjuran penerapan, skor 1

Tingkat penerapan teknologi PTT di Desa Sambirejo dapat diukur dengan

kriteria diatas, maka skor tingkat penerapanya berada diantara skor 12 sampai

dengan skor 24, sehingga dapat ditentukan kategori tingkat adopsi petani padi

sawah terhadap teknologi PTT desa Sambirejo, kecamatan Binjai, kabupaten

Langkat berdasarkan skor, sebagai berikut :

12 – 18 adalah tingkat adopsi rendah

19-24 adalah tingkat adopsi tinggi

Untuk masalah hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur,

tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan,

jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan produksi ) dengan tingkat adopsi

petani dalam menerapkan komponen PTT padi sawah, digunakan metode statistik

Korelasi Rank Spearman dengan program SPSS 13 for windows. Untuk

menghitung koefisien Korelasi Rank Spearman (rs), dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Merangking nilai pengamatan dari dua variabel yang akan diukur

hubungannya. Bila ada nilai pengamatan yang sama, dihitung rangking

(45)

b. Menghitung perbedaan setiap pasangan ranking.

c. Menghitung jumlah kuadrat perbedaan setiap pasang ranking.

d. Menghitung nilai rs dihitung dengan menggunakan rumus:

)

r

s = nilai koefisien Korelasi Rank Spearman

di = perbedaan setiap pasangan ranking

n = jumlah pengamatan

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t dengan

rumus:

t

=

r

s

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 :

ρ

s = 0 (tidak ada hubungan antara ranking variabel yang satu dengan ranking

dari variabel lainnya)

H1 :

ρ

s≠ 0 (ada hubungan antara ranking variabel yang satu dengan ranking dari

variabel lainnya).

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

- Jika t-hitung ≥ t-tabel, maka H1 diterima dan H0 tidak diterima. Berarti ada

hubungan yang nyata antara karaketristik sosial ekonomi petani dengan

(46)

- Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H1 tidak diterima dan H0 diterima. Berarti tidak

ada hubungan yang nyata antara karaketristik sosial ekonomi petani dengan

tingkat adopsi petani dalam menerapkan teknologi komponen PTT.

- (Supriana, 2010 ).

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran maka beberapa

defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Pengelolaaan Tanaman Terpadu adalah salah satu jenis teknologi pada

budidaya padi sawah yang terdiri dari 12 komponen teknologi.

2. Sampel adalah petani padi sawah yang mengikuti paket teknologi PTT

3. Adopsi adalah suatu teknologi baru yang sudah diterapkan petani secara sadar

dan tanpa paksaan / seluruh lagi pada usahatani padi sawah.

4. Tingkat adopsi adalah tingkat skor petani mengaplikasikan teknologi

budidaya yang diterima dalam usahataninya dengan ukuran tin ggi, sedang

dan rendah.

5. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai dampak dari kegiatan dalam

kaitannya dengan pencapaian tujuanya.

6. Karekteristik sosial ekonomi, meliputi :

- Umur (X1) adalah diukur berdasarkan usia petani sampel, dihitung sejak ia

dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan tahun.

- Tingkat Pendidikan (X2) adalah lamanya petani sampel menjalankan

pendidikan formal dihitung mulai pendidikan SD sampai pendidikan

(47)

- Lamanya berusahatani (X3) adalah petani sampel melakukan usaha tani

padi sawah dihitung berdasarkan jumlah petani mulai usaha taninya hingga

saat penelitian dilaksanakan dengan satuan tahun.

- Jumlah tanggungan keluarga (X5) adalah petani sampel yang mempunyai

jumlah jiwa yang tinggal bersama atau yang tidak tinggal bersama yang

masih tanggungan keluarga hingga saat penelitian dilaksanakan dengan

satuan jiwa.

- Luas lahan (X6) adalah luas lahan petani sampel yang mengusahakan

usaha petani padi sawah berigasi hingga saat penelitian dilaksanakan

dengan satuan Ha.

- Produksi (X7) adalah kemampuan luas lahan mengahsilkan produksi padi

sawah dengan kata lain jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan

dengan satuan ton.

7. Masalah adalah faktor faktor yang dapat menghalangi atau mengurangi

kelancaran dalam proses adopsi teknologi PTT di daerah penelitian

8. Upaya adalah usaha yang dilakukan guna mengatasi permasalahan yang ada

dalam proses adopsi teknologi PTT di daerah penelitian.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

2. Waktu penelitian adalah dari bulan juli hingga September 2011.

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis

Desa Sambirejo merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat, dengan luas daerah 1.081 Ha. Yang sebagian besar

terdiri dari areal persawahan, perkebunan penduduk. Tanah yang dimanfaatkan

berupa tanah tegalan.

Desa Sambirejo memiliki iklim tropis atau iklim sedang. Tanah di desa ini

termasuk jenis tanah lempungan, pasiran,dan debuan dengan warna umumnya abu

abu,dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 6-7 mdpl, curah hujan 140 Mm

/ bulan yang jumlah sekitar 8 bulan dan mempunyai temperature antara 27-32O C .

Adapun batas – batas desa daerah penelitian adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan perkebunan PTPN IV – Kwala Madu

- Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN I Tanjung jati

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kwala Begumit

- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sendang Rejo

Desa ini berjarak ± 1,7 Km dari ibu kota Kecamatan dan ± 11,6 Km dari

Stabat yang merupakan ibu kota Kabupaten Langkat dan 30 Km ke ibukota

propinsi.

Tata guna tanah telah dimanfaatkan secara optimal, terbukti dengan

luasnya areal untuk tanaman kosumsi dan produktif yang ditanami padi, kacang

kedelai, kacang panjang, mentimun, jagung. Mengenai tata guna lahan secara

(49)

Tabel 5.Tata Guna Lahan Tahun 2011

No Tata Guna Lahan Luas Areal(ha) Persentase(%)

1 Luas Pemukiman 55 5.08

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian lahan Desa Sambirejo

digunakan untuk areal persawahan yang seluas 581 ha, yang rata rata banyak

ditanamami komoditas padi sawah, sedangkan penggunaan lahan yang terkecil

yang untuk lain lain misalnya perkarangan(261ha), Kuburan(1ha),

perkebunan(571 ha), luas prasarana lainya (10 ha), luas Pemukiman (55 ha).

Kondisi Demografis

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Sambirejo tahun 2011 adalah terdiri dari

6461 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.961 KK. Berikut ini di

jelaskan pada Tabel 6 dimana jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 No Jenis Kelamin Jumlah ( jiwa) Persentase (%)

laki laki relatif dominan 3340 jiwa atau 51.69 % daripada penduduk

(50)

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu

daerah, terutama berhubungan dengan faktor tenaga kerja. Tersedianya

tenaga kerja yang besar merupakan peluang bagi pengembangan berbagai

macam usaha. Daerah penelitian ini memiliki penduduk 6461 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 1.961 KK. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur tahun 2011 No Usia Laki laki Perempuan Jumlah Persentase(%)

1 < 1 73 33 106 1,64

2 1-4 177 214 391 6,05

3 5-14 568 589 1157 17,90

4 15-44 1510 1431 2941 45,51

5 45-64 898 738 1636 25,32

6 >65 114 116 250 4,02

Total 3340 3121 6461 100

Sumber : Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui jumlah penduduk yang

berusia produktif 4827 Jiwa dengan jumlah persentase 74,85% yang

berarti bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sambirejo ini masih

berusia produktif. Dengan melihat masih banyaknya penduduk yang

berusia produktif maka dapat memudahkan proses masuknya teknologi di

Desa Sambirejo ini karena usia produktif yang lebih tinggi berarti sektor

perokonomian masih potensial untuk ditingkatkan selain itu kemungkinan

(51)

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran

pembangunan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi

akan mudah untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga akan

memperlancar proses pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang

memiliki tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk mengadopsi suatu

inovasi baru sehingga dalam hal ini akan mempersulit pembangunan. Jadi

tingkat pendidikan digunakan sebagai parameter kemampuan sumber daya

manusia dan kemajuan suatu wilayah. Orang yang berpendidikan

cenderung berpikir lebih rasional dan umumnya cenderung menerima

adanya inovasi. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya di

lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tamat SD 1214 28.23

2 Tamat SLTP 1372 31.91

3 Tamat SMA 1359 31.61

4 Perguruan Tinggi 354 8.23

Total 4299 99.98

Sumber : Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa penduduk desa

Sambirejo kecamatan Binjai sebagian besar tingkat pendidikannya tamat

sekolahpertama yaitu 16.90 (26,16%). Tingkat pendidikan penduduk yang

paling sedikit adalah tamat akademi atau perguruan tinggi yaitu sebanyak

472 (7.30 %) Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2162 dimana yang belum

TK 303 jiwa, sekolah TK 151 jiwa, masih SD 863 jiwa, masih SMP 409

(52)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan

penduduk desa Sambirejo sebagian besar tergolong sedang, hal ini dapat

meningkatkan pembangunan di desa tersebut, karena orang yang

berpendidikan akan mudah menerima inovasi baru dan selalu berhati hati

dalam mengambil keputusan.

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Sebagian besar masyarakat desa Sambirejo beragama islam,

sebagai sarana tempat melaksanakan kegiatan peribadatan terdapat mesjid

dan musholla, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik. Selain

agama islam ada penduduk yang memeeluk agama Kristen dan budha

yang hidup berdampingan dengan rukun dan damai, hal ini dapat dilihat

pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2011 No Agama Laki Laki Perempuan Total Persentase

1 Islam 3326 3109 6435 99.59

2 Kristen Protestan

10 11 21 0.32

3 Kristen katolik

- - -

4 Budha 4 1 5 0.07

5 Hindu - -

3340 3121 6461 99.98

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Dari Tabel 9 diketahui bahwa yang memeluk agama islam lebih

banyak yaitu 6435 jiwa dengan jumlah persentase 99.59% sedangkan yang

paling sedikit adalah yang memeluk agama budha yaitu 5 orang dengan

(53)

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku

Adat istiadat merupakan budaya masyarakat dalam kehidupannya,

adat istiadat di desa sambirejo masih terpelihara dengan baik sebagai

norma kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10

berikut ini:

Tabel 10. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2011 No Suku Bangsa Pria Wanita Persentase

1 Jawa 3191 2988 95.7

2 Aceh 9 12 0.33

3 Batak 26 23 0.76

4 Nias 4 4 0.14

5 Melayu 35 41 1.19

6 Minang 22 19 0.63

7 Sunda 18 10 0.43

8 Banjar 21 18 0.60

9 China 6 4 0.15

10 Ambon - 1 0.01

Jumlah 3340 3121 99.94

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui suku jawa merupakan suku

bangsa yang terbesar menempati di desa Sambirejo yaitu sebanyak 6187

jiwa dengan jumlah persentase 95,7 % dan yang paling terkecil adalah

suku nias yaitu 9 jiwa dengan jumlah persentase 0.14%.

6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan

struktur perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata

pencaharian penduduk di desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten

(54)

menurut mata pencaharian di desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten

langkat dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk di desa

Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten Langkat paling banyak bermata

pencaharian di sektor pertanian sebagai petani (1720 jiwa) dan buruh tani

( 678 jiwa) serta peternak (371 jiwa). Mata pencaharian yang paling

sedikit dijumpai di Desa Sambirejo adalah sebagai pengusaha Besar yaitu

sebanyak 3 jiwa (2,55 %).

Tingginya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai

petani menunjukkan bahwa desa Sambirejo kecamatan Binjai kabupaten

Langkat merupakan daerah pertanian. Hal ini juga didukung dengan

(55)

sawah yang masih luas dan kondisi tanah yang cocok untuk pertanian

selain itu suplai air yang cukup dari curah hujan maupun dari waduk.

Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2758 jiwa yang merupakan penduduk

yang mencari kerja dan penduduk bukan angkatan kerja seperti masih

sekolah, ibu rumah tangga, anak yang berusia 0-12 bulan hingga umur 3

tahun, kemudian yang tergolong cacat. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan

bahwa jumlah penduduk di Desa Sambirejo tergolong angkatan kerja yang

bekerja lebih banyak daripada penduduk yang bukan angkatan kerja.

Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana perekonomian yang ada mempunyai peranan

penting dalam menunjang kegiatan ekonomi dari suatu wilayah. Sarana

dan prasarana perekonomiam yang ada di desa Sambirejo kecamatan

Binjai dapat dilihat berikut ini.

Sarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat

dalam mencapai makna dan tujuan atau segala sesuatu (bisa berupa syarat

atau upaya) yang dapat dipakai sebagai dalam mencapai maksud atau

(56)

Tabel 12. Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana Tahun 2011

No Sarana desa Jumlah

1 Jalan desa / kelurahan 4 km

2 Jembatan desa / kelurahan 3 km

3 Transportasi darat 14

4 Gedung TK 1

12 Gedung Lembaga pendidikan agama 11

13 Poskamling 9

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Prasarana

Prasarana merupakan segala sesuatu yang merupakan utama

terselenggaranya suatu proses terutama yang menunjang perubahan di desa

Sambirejo tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Penduduk Berdasarkan Prasarana Tahun 2011

No Prasarana desa Jumlah

1 Hand Traktor 4 buah

10 Alat alat pertanian ada

11 Toko pupuk ada

Sumber: Monografi Desa Sambirejo 2011

Dari Tabel 12 dan Tabel 13 dapat diketahui keadaan sarana dan

prasarana di desa Sambirejo dapat diasumsikan bahwa kebutuhan masyarakat

sudah cukup terpenuhi. Untuk dapat mencapai desa Sambirejo ini, kendaraan

Gambar

Gambar 1 berikut ini:
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Penerapan Teknologi
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Desa Sambirejo Kecamatan
Table 4. Spesifikasi Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan tujuh komponen pengelolaan tanaman terpadu padi sawah oleh petani menunjukkan bahwa terdapat lima komponen teknologi

Dalam hubungan dengan introduksi inovasi teknologi PTT Padi di Provinsi Jambi, persoalannya adalah: Faktor-faktor apa yang diduga mempengaruhi percepatan adopsi inovasi

Di Indonesia laju peningkatan produktivitas tanaman padi sawah cenderung melandai. Sistem intensifikasi padi sawah yang selama ini diterapkan tidak dapat lagi diharapkan

Pengaturan cara tanam dengan jajar legowo (jarwo) adalah salah satu komponen teknologi dasar Pengelolaan Tanaman Terpadu, sebagai teknologi budidaya padi sawah yang

Penelitian Haryani (2009), salah satu cara peningkatan pendapatan petani adalah melalui teknologi inovasi pada Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada padi sawah, sehingga

Petani dapat meningkatkan efisiensi teknis usaha tani padi sawah dengan menerapkan komponen PTT secara tepat meliputi penggunaan benih VUB dan bermutu (benih

Analisis adopsi komponen teknologi sebelum dan sesudah dilaksanakannya sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi sawah irigasi di Lampung dilaksanakan di

Tingkat penerapan PTT padi sawah untuk komponen panen tepat waktu yang dilakukan petani sampel di Kecamatan Kebasen mencapai penerapan sebesar 58,33%. Hal ini