PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN
SELF EFFICACY SISWA ANTARA PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH BERBANTUAN
GEOGEBRA
DENGAN
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN
AUTOGRAPH
DI MAN 1 MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
NAILUL HIMMI HASIBUAN NIM : 814 6172 050
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
NAILUL HIMMI HASIBUAN. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self Efficacy Siswa antara Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Geogebra dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph di MAN 1 Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dan autograph. (2) Interaksi antara model pembelajaran dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. (3) Perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dan autograph. (4) Interaksi antara model pembelajaran dan gender terhadap self efficacy siswa. (5) Deksripsi proses penyelesaian jawaban siswa terhadap kemampuan berpikir kritis matematis. Jenis penelitian quasi eksperiment. Populasi seluruh siswa MAN 1 Medan. Sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kelas XI IPA 3 (41 siswa) diajarkan dengan PBM berbantuan geogebra dan kelas XI IPA 4 (43 siswa) diajarkan dengan PBM berbantuan Autograph. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis matematis dan angket self eficacy. Analisis yang dilakukan menggunakan ANACOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dengan Autograph (signifikan 0.000). (2) Tidak terdapat interaksi signifikan antara model pembelajaran dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa (signifikan 0.313). (3) Terdapat perbedaan signifikan terhadap self efficacy antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dengan Autograph (signifikan 0.007) (4) Tidak terdapat interaksi signifikan antara model pembelajaran dan gender terhadap self efficacy siswa (signifikan 0.831). (5) Proses penyelesaian jawaban siswa dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra lebih baik dibandingkan dengan Autograph.
ii ABSTRACT
NAILUL HIMMI HASIBUAN. Differences for Students' Mathematical of Critical Thinking Skills Mathematics and Self Efficacy between Problem Based Learning by Geogebra with Problem Based Learning by Autograph in MAN 1 Medan. Thesis. Medan: Mathematics Education Post Graduate Program, State University of Medan. 2015.
The aims of this research to know about: (1) Differences for students' mathematical critical thinking skills between problem-based learning by Geogebra and Autograph. (2) The interaction between gender and learning model for students' critical thinking skills mathematics. (3) The difference students' self efficacy between problem-based learning by Geogebra and Autograph. (4) the interaction between gender and learning model for students' self efficacy. (5) description of answer proses in critical thinking skills. This research is a quasi experiment. Population is students of MAN 1 Medan. Samples using purposive sampling. Class XI IPA 3 (41 students) was taught by PBM by GeoGebra and class XI IPA 4 (43 students) was taught by PBM by Autograph. The instrument used consisted of a test of critical thinking skills and self eficacy questionnaire. Analysis is done using ANACOVA. The results showed that: (1) There are significant differences for students' mathematical critical thinking skills between problem-based learning by Geogebra and Autograph with sig(0.000). (2) There is no significant interaction between gender and learning model for students' mathematical of critical thinking with sig(0.313). (3) There are significant differences between the students' self-efficacy between problem-based learning by Geogebra and Autograph with sig (0.007). (4) There is no significant interaction between gender and learning model for students' self efficacy with sig (0.813). (5) description of answer proses in critical thinking skills by PBM by geogebra better than PBM Autograph
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamin hanya bagi Allah SWT sebagai Rabb semesta alam atas segala rahmat dan karunia yang dicurahkan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu dan rencana yang diharapkan. Shalawat berangkai salam kepada baginda Rasullah SAW. Sebagai Uswatun Hasanah bagi seluruh umat di dunia. Semoga kita termasuk umat yang senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah beliau.
Tesis yang berjudul ”Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self Efficacy Siswa antara Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Geogebra dan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph di MAN 1 Medan” dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Medan.
Dalam proses penyusunan Tesis ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak berupa materi, dukungan moril dan informasi. Dalam kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd Selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd Selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai narasumber I, Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd sebagai narasumber II dan Bapak Dr. Elvis Napitupulu, M.S sebagai narasumber III yang telah memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
iv
Nurhasanah Siregar, M.Pd sebagai validator sehingga menyempurnakan instrumen tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.
5. Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED dan para staf pegawai Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.
6. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis.
7. Bapak Drs. Ali Masran Daulay,M.A, Bapak Drs. Kurnia Senja, M.Sc dan Ibu Dra. Zaidar Fitriana berturut-turut selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika MAN 1 Medan yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin, termasuk dalam pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, serta guru-guru dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
v
9. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Wildan Hafiz Hasibuan, Ibunda tercinta Dra. Robiah Siahaan, serta adik-adik tersayang Fitra Hafiz Hasibuan, Muflih Hafiz Hasibuan dan Miftah Amalia Hasibuan yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi, moril dan materil kepada penulis setiap saat sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.
10.Serta yang tersayang Miftahul Siddiq, Muhammad Ridwansyah, Riski Yasmita Hasibuan, Erika Apriani, keluarga di B-1 2014 Pendidikan Matematika PPs UNIMED khususnya Ibu Lilis, Kak Efridayani Hutasuhut dan Kak Ruminda Hutagalung dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta Saudara/i, kiranya semua selalu dalam lindungan-Nya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun tutur bahasanya. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas keterbatasan yang ada. Semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk mewujudkan keberhasilan di dalam dunia pendidikan khususnya matematika. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2016 Penulis
vi
2.1.1.3 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 23
2.1.1.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 24
2.1.2 Self Efficacy ... 28
2.1.2.1 DefinisiSelf Efficacy ... 28
2.1.2.2 Sumber-sumber Self Efficacy ... 29
2.1.2.3 Proses-proses Self Efficacy ... 31
2.1.2.4 Karakteristik Individu yang memiliki self efficacy tinggi dan self efficacyRendah ... 33
2.1.3 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 35
2.1.3.1 Definisi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 35
2.1.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37
2.1.3.3 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40
2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah 41 2.1.4 Software Geogebra ... 42
vii
2.1.6 Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 48
2.1.7 Proses Jawaban Siswa ... 50
2.1.8 Interaksi Belajar Mengajar ... 52
2.1.9 Teori Belajar Mendukung yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Geogebradan Autograph ... 53
2.1.10 Hasil Penelitian yang Relevan ... 56
2.2 Kerangka Konseptual ... 58
2.2.1 Perbedaan Signifikann antara kemampuan berpikir kritits matematis siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran berbasis masalah tanpa geogebra ... 58
2.2.2 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gender Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 61
2.2.3 PerbedaanSelf Efficacy pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan GeoGebra dan self efficacy siswa pada pembelajaran berbasis masalahtanpa bantuan GeoGebra. ... 62
2.2.4 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gender Terhadapself efficacy Siswa ... 64
2.2.5 Proses Penyelesaian Jawaban yang dibuat siswa terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada masing-masing pelajaran ... 64
2.3 Hipotesis Penelitian ... 66
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 67
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 68
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 68
3.4 Variabel Penelitian ... 69
3.5 Definisi Operasional ... 69
3.6 Prosedur Penelitian ... 71
3.7 Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 73
3.7.1 Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 74
3.7.2 Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 74
3.7.3 Angket Self efficacy ... 76
3.8 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 77
3.8.1 Validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran ... 78
3.8.2 Validasi ahli terhadap butir soal ... 78
3.8.3 Validitas butir soal ... 79
viii
3.9 Teknik Analisis Data ... 82
3.9.1 Uji Normalitas ... 85
3.9.2 Uji Homogenitas ... 86
3.9.3 Menentukan Model Regresi ... 87
3.9.4 Uji Idependensi X terhadap Y/ Uji Keberartian Koefisien X dalam Model Regresi ... 88
3.9.5 Uji Linieraritas Model Regresi ... 89
3.9.6 Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 90
3.9.7 Uji Kesejajaran dua model regresi ... 91
3.9.8 Uji Hipotesis Penelitian ... 93
3.9.9 Proses Jawaban Kemampuan Berpikir kritis matematis ... 94
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Data ... 97
4.1.1 Dekskripsi Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa ... 97
4.1.2 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 100
4.1.2.1 Deksripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 100
4.1.2.2 Analisis Statistik Inferensial ANACOVA Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 102
4.1.2.2.1 Uji Normalitas ... 102
4.1.2.2.2 Uji Homogenitas ... 102
4.1.2.2.3 Model Regresi Linier ... 105
4.1.2.2.4 Uji Independensi dan Uji Linieritas ... 105
4.1.2.2.5 Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 110
4.1.2.2.6 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Linier ... 111
4.1.3 Hasil Self Efficacy ... 112
4.1.3.1 Deksripsi Hasil Self Efficacy ... 112
4.1.3.2 Analisis Statistik Inferensial ANACOVA Self Efficacy ... 114
4.1.3.3 Uji Normalitas ... 115
4.1.3.4 Uji Homogenitas ... 116
4.1.3.5 Model Regresi Linier ... 117
4.1.3.6 Uji Independensi dan Uji Linieritas ... 117
4.1.3.7 Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 122
4.1.3.8 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Linier ... 123
4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 124
4.1.4.1 Uji Hipotesis untuk Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa .. 124
4.1.4.2 Uji Hipotesis untuk self efficacy siswa ... 130
4.1.5 Deksripsi Jawaban Siswa ... 136
4.1.5.1 Deksripsi Proses Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada masing-masing pembelajaran ... 136
ix
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 148
4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 149
4.2.2 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis... 152
4.2.3 Self Efficacy Siswa ... 156
4.2.4 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gender Siswa Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self Efficacy Siswa ... 158
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 163
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 165
5.2 Saran ... 166
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Ujian Harian Matematika Semester Genap T.A. 2014-2015 ... 4
Tabel 1.2 Angket self efficacy ... 8
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40
Tabel 3.1 Desain Penelitian... 67
Tabel 3.2Jumlah Siswa MAN 1 Medan ... 68
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Berpikir Kritis Matematis... 75
Tabel 3.4Rubrik Penilaian Soal ... 75
Tabel 3.5Kisi-kisi Self Efficacy Siswa ... 77
Tabel 3.6 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 78
Tabel 3.7 Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Setiap Butir ... 79
Tabel 3.8 Analisis Tingkat Kesepakatan Pengamat ... 79
Tabel 3.9Interpretasi validitas ... 80
Tabel 3.10 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis .... 81
Tabel 3.11Interpretasi Reabilitas ... 82
Tabel 3.12 Rancangan Analisis Data untuk ANACOVA ... 83
Tabel 3.13 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 94
Tabel 3.14 Keterkaitan antara Permasalahan, Hipotesis dan Uji Statistik ... 96
Tabel 4.1 Deksripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Tiap Kelas Sampel .. 98
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Siswa Matematis Siswa ... 98
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 99
Tabel 4.4 Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 100
Tabel 4.5 Postest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 101
Tabel 4.6 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 103
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitastas Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 104
Tabel 4.8 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen 1 ... 105
Tabel 4.9 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen 2 ... 105
Tabel 4.10 Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis SIswa Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Geogebra ... 106
x
Kritis Matematis SIswa Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah
Tanpa Berbantuan Geogebra ... 108 Tabel 4.13 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah
Tanpa Berbantuan Geogebra ... 109 Tabel 4.14 Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regersi
Kemampuan Berpikir Kritis Marematis ... 110 Tabel 4.15 Koefisien Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regersi
Kemampuan Berpikir Kritis Marematis ... 111 Tabel 4.16 Analisis Kovarians Kemampuan Berpikir Kritis Matematis untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 112 Tabel 4.17 Rekapitulasi Self efficacy ... 112 Tabel 4.18 Postest Self efficacy Siswa ... 113 Tabel 4.19 Uji Normalitas Self efficacy Siswa Kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Eksperimen 2 ... 115 Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitastas Self efficacy Siswa Kelas Eksperimen 1
dan Kelas Eksperimen 2 ... 116 Tabel 4.21 Koefisien Persamaan Regresi Self efficacy Kelas Eksperimen 1 ... 117 Tabel 4.22 Koefisien Persamaan Regresi Self efficacy Kelas Eksperimen 2 ... 117 Tabel 4.23 Analisis Varians untuk Uji Independensi Self efficacy Siswa
Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Geogebra ... 118 Tabel 4.24 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Self efficacy Siswa
Kelas Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Geogebra ... 119 Tabel 4.25 Analisis Varians untuk Uji Independensi Self efficacy Siswa
Kelas Pembelajaran Berbasis MasalahTanpa Berbantuan Geogebra 120 Tabel 4.26 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Self efficacySiswa
Kelas Pembelajaran Berbasis MasalahTanpa Berbantuan Geogebra 121 Tabel 4.27 Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regersi
Self efficacy ... 122 Tabel 4.28 Koefisien Analisis Kovarians untuk Kesamaan Dua Model Regresi
Self efficacy ... 123 Tabel 4.29Analisis Kovarians Self Efficacy Matematis untuk Kesejajaran
Model Regresi... 123 Tabel 4.30 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis ... 126 Tabel 4.31 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Self Efficacy ... 131 Tabel 4.32Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Pola Jawaban Siswa1 ... 6
Gambar 1.2 Pola Jawaban Siswa 2 ... 6
Gambar 2.1 Tampilan Layar Geogebra... 45
Gambar 2.2 Tampilan Layar Autograph ... 48
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian... 73
Gambar 4.1 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 102
Gambar 4.2 Persentase Self Efficacy Siswa ... 114
Gambar 4.3 Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan GenderTerhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa . 129 Gambar 4.4 Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan GenderTerhadap self efficacy siswa ... 134
Gambar 4.5 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Perindikator Kelas Eksperiment 1 ... 137
Gambar 4.6 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen 1 ... 137
Gambar 4.7 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Perindikator Kelas Eksperiment 2 ... 138
Gambar 4.8 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen 2 ... 139
Gambar 4.9 Jawaban Indikator Mengidentifikasi ... 141
Gambar 4.10 Jawaban Indikator Mengeneralisasi ... 142
Gambar 4.11 Jawaban Indikator Mengklarifikasi ... 143
Gambar 4.12 Jawaban Indikator Mensintesis ... 144
Gambar 4.13 Persentase self efficacy Perindikator Kelas Eksperiment 1 ... 146
Gambar 4.14 Self efficacy Kelas Eksperimen 1 ... 146
Gambar 4.15 Persentase self efficacy Perindikator Kelas Eksperiment 2 ... 147
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perubahan cepat dan pesat sering terjadi dalam berbagai bidang seperti
pendidikan, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi serta budaya. Hal ini
membuat semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan
mudah dari berbagai sumber dan tempat didunia. Hal ini sesuai dengan fungsi
pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No
20 Tahun 2003 pasal 3 (Depdiknas, 2003) yaitu:
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab”.
Selain itu pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan
sumber daya manusia (SDM) yang handal, karena pendidikan dapat mendorong
memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang handal untuk dapat
bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Namun, tidak memungkinkan untuk seseorang
dalam mempelajari semua ilmu pengetahuan dan informasi yang tersedia karena
ilmu pengetahuan tersebut sangat banyak serta tidak semua ilmu pengetahuan
berguna dan diperlukan oleh setiap individu. Kondisi ini merupakan tantangan
oleh orang-orang pendidik untuk mampu memilih dan mengolah informasi atau
2
Pembelajaran matematika disekolah adalah pembelajaran yang mengacu
pada ketiga fungsi mata pelajaran matematika yaitu, sebagai alat, pola pikir dan
ilmu atau pengetahuan. Dimana bahan kajian matematika berupa berhitung, ilmu
ukur dan aljabar. Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan
pembelajaran matematika adalah pembentukan sifat dengan berpikir kritis dan
kreatif. Hal ini sesuai dengan standar untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No
32 Tahun 2013 Tentang Standar Pendidikan Nasional) telah disebutkan bahwa
mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang
dilakukan di Indonesia adalah untuk mengubah proses pembelajaran dari siswa
yang diberi tahu menjadi siswa yang mencari tahu, proses penilaian dari yang
berbasis output menjadi berbasis proses dan output serta menyeimbangkan
softskill dan hardskill. Salah satu hardskill yang dituntut pada kurikulum 2013 maupun kompetensi abad 21 harus dibangun adalah kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam pelajaran
matematika, sesuai dengan tujuan pendidikan matematika yang memberikan
penekanan pada penataan nalar anak serta dapat membentuk kepercayaan diri
anak dalam memberikan pendapat dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat
dipercaya dan logika yang masuk akal. Kemampuan berpikir kritis siswa dapat di
peroleh dengan pola pikir matematika. Haase (2010:889) mendefinisikan,
3
several qualities in a decision making process, it is also an important feature for the connection between entities of human thinking and institutions and institutional processes”. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Hal senada sesuai dengan Ennis (2011:1) bahwa
berpikir kritis adalah berpikir secara rasional dan reflektif yang memfokuskan
tentang apa yang diyakininya. Reflektif artinya mempertimbangkan atau
memikirkan kembali segala sesuatu yang dihadapinya sebelum mengambil
keputusan. Beralasan artinya memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung
oleh bukti yang tepat, aktual, cukup, dan relevan. Proses pengambilan keputusan
tersebut, menurut Moore dan Parker (Lambertus, 2009:137) hendaklah secara
hati-hati dan tidak tergesa-gesa. Ini berarti berpikir kritis menuntut penggunaan
berbagai strategi untuk dapat menghasilkan suatu keputusan sebagai dasar
mengambil suatu tindakan yang diyakininya.
Ada beberapa alasan perlunya membentuk budaya berpikir kritis dalam
kehidupan masyarakat pada umumnya dan siswa yang mempelajari matematika
pada khususnya. Salah satu adalah untuk mengahadapi perubahan dunia yang
begitu pesat yang selalu muncul pengetahuan baru setiap harinya, sementara
melalui proses berpikir yang logis dan kritis, pengetahuan yang lama ditata dan
dijelaskan ulang. Pengembangan kemampuan berpikir kritis saat ini jarang
dilakukan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Lambertus (2009:136)
bahwa dalam dunia pendidikan secara umum, proses-proses berpikir kritis jarang
4
Begitu pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam matematika, namun
fakta yang ditemui dilapangan menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan
berpikir kritis siswa. Tim Survey IMSTEP-JICA (Fachrurazi, 2011:77) di kota
Bandung menemukan bahwa sejumlah kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa
untuk mempelajarinya dan oleh guru untuk mengajarkannya antara lain,
pembuktian pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis,
menemukan, generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data
atau fakta yang diberikan. Kegiatan-kegiatan yang dianggap sulit tersebut
merupakan kegiatan yang menuntut kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu
dapat disimpulkan dari hasil survei tersebut bahwa siswa mengalami kesulitan
jika dihadapkan kepada persoalan yang memerlukan kemampuan berpikir kritis.
Hal ini sesuai dengan kenyataan yang terjadi hasil observasi di MAN 1
Medan pada 31 Juli 2015, hasil belajar matematika siswa MAN 1 Medan masih
tergolong rendah karena masih dibawah batas nilai yang Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang berlaku di sekolah yakni 80, dapat dilihat pada tabel 1.1:
Tabel 1.1 Hasil Ujian Harian Matematika Semester Genap T.A. 2014-2015
No Kelas Nilai Rata-rata Nilai KKM
1 2 3
1. XI IPA - 3 52.49 75.22 67.31 80
2 XI IPA - 4 62.55 77.13 70.36 80
3 XI IPA - 5 59.40 74.53 78.64 80
4 XI IPA - 6 72.00 67.27 69.45 80
(Sumber: Daftar Nilai Siswa)
Selanjutnya, untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa
5
6
Adapun pola jawaban siswa dalam menyelesaikan soal yang disajikan
dapat dilihat pada gambar 1.1, dan gambar 1.2:
Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 1.1: Pola jawaban siswa 1
Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 1.2: Pola jawaban siswa 2
Soal yang diberikan merupakan soal berpikir kritis dengan indikator
7
60 % siswa tidak mampu untuk mengidentifikasi syarat-syarat yang diperlukan
untuk menentukan persamaan garis singgung lingkarannya. Selanjutnya, sebanyak
70% siswa tidak mampu untuk mengeneralisasi persamaan garis singgung
lingkaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa belum mampu
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan baik dan benar, serta siswa belum
memiliki proses jawaban yang bervariasi.
Ketidak mampuan siswa menyelesaikan tes diatas dipengaruhi oleh
rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kritis matematis. Siswa tidak
dibiasakan dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk soal yang berasal
berdasarkan masalah yang mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh
karena itu kemampuan berpikir kritis matematis siswa perlu dilatih dan
dibiasakan kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan agar siswa mencapai
pemahaman yang mendalam, memecahkan masalah dan dapat mengambil
keputusan yang tepat.
Selain kemampuan berpikir kritis, Self efficacy memberikan peranan yang
besar dalam pencapaian kemampuan matematis tingkat tinggi siswa (Dewanto,
2008:124). Self efficacy seseorang akan mempengaruhi tindakan, upaya,
ketekunan, flesibilitas dalam perbedaan dan realisasi dari tujuan seseorang itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Katz (2015:42) menyatakan seseorang
yang memiliki self efficacy yang tinggi maka ia akan berpengaruh bagi orang
lainnya dimana self efficacy itu diperoleh dari prestasi yang dicapai dan
pengkondisian guru pada proses pembelajaran. Self efficacy merupakan keyakinan
8
dapat membuat mereka malu, gagal, ataupun sukses. Dimana self efficacy
memiliki sumber-sumber yang mempengaruhi self efficacy yang berasal dari
pencapaian kinerja, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan dorongan
emosional (Bandura, 1977: 195). Sehingga, self efficacy sangat mempengaruhi
kepercayaan diri manusia untuk dmampu melakukan tugas tertentu agar berhasil
yang terbentuk dari proses belajar dan berinteraksi dengan lingkungan, yang
dimana merupakan suatu proses untuk mengaktualisakan potensi yang
dimilikinya.
Namun, pada kenyataannya self efficacy yang dimiliki siswa masih
tergolong rendah berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dengan
memberikan angket self efficacy berupa angket skala tertutup yang berisikan 5
butir pertanyaan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak
setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) dengan indikator berdasarkan
sumber-sumber yang mempengaruhi self efficacy pada siswa kelas XI- IPA 5 MAN 1
Meden yang berjumlah 45 orang siswa. Adapun 5 butir pertanyaan angket self
efficacy dapat dilihat pada tabel 1.2:
Tabel 1.2 Angket self efficacy
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya tertantang untuk menyelesaikan soal-soal
matematika yang sulit 0 16 21 8
2 Saya akan tetap berusaha menyelesaikan soal-soal matematika sendiri meskipun soal-soal tersebut
sulit bagi saya. 0 17 19 9
3 Saya merasa gugup setika guru menyuruh saya
untuk menjawab soal didepan kelas. 1 15 21 8
4 Saya khawatir mendapat nilai jelek ketika
diperintah untuk mengumpulkan tugas. 0 11 23 11
5 Saya malas menjawab soal yang diberikan ketika
guru memberikan ujian secara tiba-tiba. 4 18 23 0
9
Berdasarkan tabel 1.2, untuk pertanyaan nomor (1) 46.67% siswa
menjawab tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki
keyakinan yang besar terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam
menyelesaikan soal-soal matematika yang sulit sehingga siswa tidak merasa
tertandang dalam mengerjakannya. Pertanyaan nomor (2) 42.22% siswa
menjawab tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak mengerjakan soal
matematika yang sulit secara individu, mereka akan melihat jawaban dari
temannya dalam menyelesaikan soal yang sulit. Pertanyaan nomor (3) 46.67%
siswa menjawab setuju, hal ini karena siswa merasa gugup ketika guru
menyuruhnya menyelesaikan soal didepan kelas serta tidak memiliki kepercayaan
diri dalam menjawab soal tersebut. Pertanyaan nomor (4) 51.11% siswa
menjawab setuju dimana siswa khawatir mendapat nilai jelek ketika diperintah
untuk mengumpulkan tugas, siswa tidak yakin terhadap jawaban yang akan
mereka kumpulkan. Pertanyaan nomor (5) 51.11% siswa menjawab setuju, hal ini
karena siswa merasa kurang memiliki pengetahuan sehingga tidak percaya diri
dalam menjawab soal ujian yang diberikan secara tiba-tiba. Berdasarkan
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy siswa masih rendah.
Self efficacy mempengaruhi pengambilan keputusan dan tindakan yang
akan dilakukannya (Bandura dalam Mukhid, 2009: 108). Siswa yang memiliki self
efficacy yang baik tidak menutup kemungkinan untuk menjawab soal-soal
matematika yang diberikan oleh guru dengan baik. Siswa yang memiliki self
efficacy tinggi akan membantu siswa membuat perasaan tenang dalam
10
efficacy rendah akan ragu untuk menyelesaikan tugas-tugas seulit yang diberikan.
Mengingat pentingnya self efficacy siswa, maka hendaknya self efficacy ini
ditumbuh kembangkan pada diri siswa.
Salah satu rendahnya kemampuan berpikir kritis dan self efficacy siswa
adalah karena kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan guru.
Dengan berlakunya kurikulum 2013 menuntut perubahan terhadap paradigma
dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan formal.
Perubahan itu harus diikuti oleh guru yang bertangung jawab atas
penyelenggaraan pembelajaran, dalam hal ini dimana seharusnya berpusat kepada
guru menjadi berpusat pada siswa. Metode pembelajaran yang semula lebih
didominasi ekspositori, beralih ke partisipatori, dan pendekatan yang semula lebih
banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.
Pada kurikulum 2013, disarankan untuk menggunakan model
pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Model-model pembelajaran tersebut antara lain: project based learning, problem
based learning, dan discovery learning (pembelajaran penemuan). Glasgow
mengemukakan Doing Science (Hamdani, 2011: 109). Dimana hendaknya siswa
mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam belajar. Dimana siswa
mengambil peran yang lebih dinamis untuk melakukan apa yang seharusnya
mereka lakukan.
Dalam memilih model pembelajaran hendaklah yang dapat digunakan
untuk mengakomodasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir
11
Arends (Trianto, 2009: 90) menyatakan pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik
sehingga mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh
kembangkan keterampilan tingkat tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan
kepercayaan dirinya. Hal senada juga di ungkapkan oleh Herman (2007: 55)
bahwa tersedianya masalah untuk siswa merupakan syarat awal yang harus
dipenuhi dalam pembelajaran berbasis masalah dan merupakan bagian tak
terpisahkan dari bahan ajar. Masalah yang relevan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa adalah berupa masalah
kontekstual.
Adapun kelebihan model pembelajaran berbasis masalah (Trianto, 2011:
96) yaitu: realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan
siswa, Memupuk sifat inquiry siswa, retensi konsep menjadi kuat; dan memupuk
kemampuan problem solving. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah
menurut Rusman (2012: 232) permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
permasalahan berasal dari dunia nyata, permasalahan membutuhkan perspektif
ganda, permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, memanfaatkan
pengetahuan yang beragam, serta belajar untuk berkolaboratif, komunikatif dan
kooperatif. Sementara pendidik lebih banyak dalam memfasilitasi pembelajaran.
Selanjutnya, tiga komponen yang berperan sentral dalam pembelajaran berbasis
masalah berupa bahan ajar, interaksi kelas dan intervensi guru sehingga dalam
kegiatan pembelajaran terjadi pemusatan perhatian kepada siswa. Dengan
12
matematika dalam bentuk yang sudah jadi, namun melalui kegiatan pemecahan
masalah siswa digiring kearah menemukan konsep pengetahuannya sendiri.
Selanjutnya, dari hasil wawancara kepada salah satu guru MAN 1 Medan,
dalam pembelajaran matematika sebanyak 75% guru belum memanfaatkan media
komputer khususnya belum menggunakan software pendukung. Guru masih
memberikan informasi dalam memvisualisasikan dengan menggambarnya secara
langsung di depan kelas. Sehingga untuk memvisualisasikan memerlukan waktu
yang lama dan siswa tidak dapat mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya yang
berasalah dari masalah dunia nyata kedalam bentuk matematika. Hal ini
mengakibatkan kemampuan berpikir matematika siswa rendah.
Dengan kemajuan teknologi dalam pembelajaran sudah mencakup
pemanfaatan komputer dalam menunjang perbedaan kualitas pembelajaran.
Program-program komputer sangat ideal untuk dimanfaatkan dalam
pembelajaran konsep-konsep matematika yang menuntut ketelitian tinggi,
konsep, penyelesaian grafik secara tepat, cepat, dan akurat. Inovasi pembelajaran
dengan bantuan komputer sangat baik untuk diintegrasika dalam pembelajaran
konsep-konsep matematika, terutama yang menyangkut transformasi geometri,
kalkulus, statistika, dan grafik fungsi. Salah satu alat bantu yang efektif dan
efisien adalah dengan menggunakan geogebra dan autograph.
Geogebra adalah software komputer untuk pendidikan matematika yang dapat digunakan untuk belajar (visualisasi, komputasi, ekplorasi dan eksperimen)
dan mengajar materi geometri, aljabar, dan kalkulus. Dengan menggunakan
13
baik dalam pembelajaran matematika, sehingga materi dapat disampaikan secara
maksimal dan siswa dapat lebih memahami materi tersebut (Anggroratri, 2014:
138, Maria, 2015:54). Selain itu dengan bantuan geogebra dapat membantu siswa
dalam meningkatkan koneksi dan penalaran siswa (Siswanto, 2014: 1).
Software Autograph adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam mempelajari tentang dua dimensi, tiga dimensi, statistik, transformasi, geometri,
persamaan, koordinat, differensial, grafik, aljabar dan lain-lain. Menurut Ahmadi
(Rusdianto, dkk: 2012) Autograph dapat meningkatkan wacana ilmiah dalam
kelas matematika yang mengarahkan siswa kepada pengalaman belajar investigasi
dan pemecahan masalah matematika. Autograph akan membantu guru dan siswa
untuk melihat hubungan antara representasi visual dan simbolik dan wacana
ilmiah yang selanjutnya akan menciptakan lingkungan untuk menggunakan
istilah-istilah yang benar dan konsep-konsep yang didalami.
Dalam penelitian terdahulu seperti Herawati (2013: 38) kemampuan awal
siswa merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa dalam mengikuti suatu pelajaran. Kemampuan awal yang dimiliki siswa
menggambarkan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada penelitian
Yamin (2008: 69) dengan mengetahui kemampuan awal matematis siswa maka
guru dapat menyusun strategi untuk memilih model atau pendekatan pembelajaran
yang tepat bagi siswa-siswanya. Namun pada penelitian Abdullah (2012: 17)
menyatakan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal
14
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Fennema (2000: 23) menyatakan
bahwa dalam menyelesaikan masalah, siswa perempuan cenderung menggunakan
stratergi konkrit dibandingkan siswa laki-laki yang cenderung menggunakan
strategi yang lebih abstrak. Nicole (Makkulau, 2009: 179) menunjukkan bahwa
remaja putri mempunyai kemampuan matematika yang sama baiknya dengan
remaja putra, akan tetapi remaja putri masih kurang percaya diri (PD) dibanding
remaja putra dengan kemampuan matematika mereka. Dan dalam penelitian
Pratiwi (2011:1) menyatakan tidak terdapat interaksi antara pendekatan
pembelajaran dan gender terhadap kemampuan pemehaman konsep matematika
siswa.
Anak perempuan memiliki motivasi yang tinggi untuk memacu dirinya
dalam mengejar prestasi. Rasa percaya diri anak perempuan lebih besar daripada
anak laki-laki. Dimana pada umumnya, anak laki-laki mempunyai kemampuan
berhitung lebih baik dibandingkan dengan anak perempuan. Akan tetapi pada saat
umur 14 tahun kemampuan anak perempuan tidak jauh berbeda dari kemampuan
anak laki-laki. Jadi, gender dan kemampuan awal matematika siswa berperan
dalam menunjang kemampuan matematika dan self efficacy siswa.
Dengan demikian penulis melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan
kemampuan berpikir kritis matematis dan self efficacy siswa antara pembelajaran
15
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka
masalah-masalah yang teridentifikasi antara lain:
1. Siswa belum mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan benar.
2. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah.
3. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa rendah.
4. Masih rendahnya self efficacy siswa.
5. Guru belum memanfaatkan media teknologi secara maksimal.
6. Siswa dan Guru belum menggunakan software matematika khususnya
Geogebra dan Autograph.
7. Proses penyelesaian jawaban siswa belum bervariasi.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
penelitian ini pada:
1. Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang
diajarkan dengan PBM berbantuan geogebra dengan PBM berbantuan
Autograph.
2. Interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan gender terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
3. Perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan PBM berbantuan
geogebra dengan PBM berbantuan Autograph.
4. Interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan gender terhadap
16
5. Proses penyelesaian jawaban siswa terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada masing-masing pembelajaran.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis antara siswa yang diajarkan dengan PBM berbantuan
geogebra dengan PBM berbantuan Autograph?
2. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan
gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap self efficacy antara
siswa yang diajarkan dengan PBM berbantuan geogebra dengan PBM
berbantuan Autograph?
4. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan
gender terhadap self efficacy siswa?
5. Bagaimana proses jawaban yang dibuat siswa terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis pada masing-masing pembelajaran?
1.5. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian diatas, maka
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis antara
siswa yang diajarkan dengan PBM berbantuan geogebra dengan PBM
17
2. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan gender
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
3. Untuk mengetahui perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan
dengan PBM berbantuan geogebra dengan PBM berbantuan Autograph.
4. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan gender
terhadap self efficacy siswa.
5. Mendeksripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis pada setiap pelajaran.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang memberikan
manfaat bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran di kelas. Temuan tersebut juga
diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam meningkatkan kualitas
mengajarnya, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa, guru, pihak sekolah,
bagi peneliti sendiri maupun peneliti selanjutnya dengan rincian sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi guru dalam menentukan model mengajar yang
tepat dalam pembelajaran dengan pemanfaatan software sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
2. Bagi siswa, memberikan manfaat berupa variasi pembelajaran matematika
sehingga memahami dan memudahkan dalam menyelesaikan masalah
sehingga menyebabkan siswa lebih aktif dan berpikir dalam
18
3. Bagi peneliti sebagai pengalaman langsung dan dapat menambah
cakrawala pengetahuan.
4. Sebagai referensi dan acauan bagi peneliti lain yang akan melakukan
165
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan temuan peneliti dari lapangan
tentang perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis dan self efficacy melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dan
tanpa geogebra, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban
atas petanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah, diataranya:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa antara pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph (signifikan 0.000).
2. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan gender
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa (signifikan 0.313).
3. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap self efficacy siswa antara pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dengan pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph (signifikan 0.007).
4. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan gender
terhadap self efficacy siswa (signifikan 0.831).
5. Proses penyelesaian jawaban siswa dengan pembelajaran berbasis masalah
berbantuan geogebra lebih baik dibandingkan dengan tanpa berbantuan
166
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah berbantuan geogebra dan tanpa geogebra,
memberikan beberapa hal untuk perbaikan kedepannya. Untuk itu peneliti
menyarankan kepada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan
hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Kepada Guru
a. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis khususnya
pada materi persamaan garis singgung lingkaran, umumnya materi-materi
yang memerlukan visualisasi hendaklah menggunakan pembelajaran
berbasis masalah berbantuan geogebra.
b. Untuk mengasah kemampuan berpikir kritis matematis siswa, hendaklah
guru memberikan soal-soal berpikir kritis yang berasal dari permasalah
yang berada disekitar siswa.
c. Guru diharapkan perlu menambah wawasan tentang teori-teori
pembelajaran yang lain (pembelajaran yang inovatif), dan dapat
menerapkannya dalam pembelajaran.
d. Dalam setiap pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka
sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani
167
e. Pada pembelajaran menggunakan software diharapkan setiap siswa memiliki laptop yang telah di instal software, jika tidak memungkinkan dilakukan secara berkelompok dengan minimal satu
unit laptop di setiap kelompok.
f. Guru diharapkan menggunakan software yang tepat, untuk membantu membantu visualisasi matematis siswa. Pada
pembelajaran persamaan garis singgung lingkaran lebih tepat
menggunakan geogebra.
2. Kepada Peneliti Lanjutan
1. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian mengenai
kemampuan berpikir kritis namun dengan indikator yang lebih terperinci
mengenai kemampuan berpikir kritis matematis.
2. Untuk peneliti selanjutnya, hendaklah mengembankan perangkat
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
berbantuan Geogebra dengan beberapa pokok bahasan yang berbeda.
3. Untuk peneliti selanjutnya, hendaklah memilih sofware pendukung yang
tepat terhadap materi yang dibawakan dalam melakukan penelitian.
4. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi
dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematik yang
lain yaitu kemampuan pemecahan masalah, koneksi, komunikasi dan
representasi matematik secara lebih terperinci dan melakukan penelitian di
168
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 2012. Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Kontetekstual yang Terintegrasi dengan Soft Skill. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema “Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa” pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Afriati,V. dan Saragih, S. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Grafik Fungsi Trigonometri Siswasmk Melalui Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph (The Increase Of Smk Student’s Conceptual Understanding Of Trigonometric Function Graph Through Guided Inquiry Using Autograph). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012. Anggroratri, A.S. 2014, Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbantuan Geogebra
Dengan Pendekatan Laboratorium Dibandingkan dengan Pendekatan Klasikal Untuk Topik Nilai-Nilai Stasioner Dan Menggambar Kurva di Kelas XI SMA. Educatio vitae, vol. 1/tahun1/2014.
Arends, R.I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Buku Dua
(diterjemahkan oleh Soedjipto, P. Dan Soedjipto, Sri, M.) Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ariawan, P.W. 2012. Pengembangan Model dan Perangkat Pemebelajaran Geometri
Bidang Berbantuan Open Sofware Geogebra. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, Vol 45 No 2: 141-150.
Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmin. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern, Medan: Larispa Indonesia.
Bandura, A. 1994. Self Efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed). Encyclopedia of human behavior, Vol 4: 71-81.
__________. 1999. Social Cognitive Theory: An Agentic Perspective. Asian Journal of Social Psychollogy, Vol 2: 21-41.
_________. 1977. Self efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, Vol 84 No 1: 191-215.
Burris, S & Garton, B.L. 2007. Effect of Instructional Strategy on Critical Thinking
and Content Knowledge: Using PBL in the Secondary Classroom. Journal of
Agriculture Education, 48 (1): 106-116.
169
Dewanto, S.P. 2008. Peran Kemampuan Akademik Awal, Self Efficacy dan Variabel
Non Kognitif Lain Terhadap Pencapaian Kemampuan Representasi Multipel Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Educationist. Vol 11(2): 123-133.
Ennis, R.H. 1991. Critical Thinking: A Streamlined Conception. Teaching Philosophy, 14(1): (5 - 24).
__________., 2011.The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Disampaikan pada Sixt Internasional Conference on Thingking at MIT, Cambridge, Juli 1994 (last revised May,2011).(Online, http://www.criticalthinking.net/longdefinition.html , 3 Maret 2015).
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal UPI. Edisi Khusus No.1: 76 -89.
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Fitriyani, W. 2012. Pemanfaatan Software Geogebra Melalui Strategi IDEAL pada Materi Sudut Pusat dan Sudut Keliling Lingkaran untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil belajar Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 3 PAti Tahun Pelajaran 2011/2012. Makalah dipresentasikan dalam seminar Nasional Matematika, pp: 959-966.
Fennema, E. 2000. Gender and Mathematics: What Is Known And What Do I Wish Known? Paper Presented in the Fifth Annual Forum of the National Institute for Science Education, May 22-23, 2000, Detroit, Michigan, (Online).
http://www.wcer.wisc.edu/archive/nise/news_Activities/Forums/Fennemapa per. htm. Paper (Online). Akses: 27 Juni 2015.
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk: Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu-ilmu Teknik, Biologi. Bandung: Armico
Graff. E.D. 2003. Characteristics of Problem Based Learning. Int J.Eng Ed, Vol 19, No 5: 657-662.
Haase, F.A,. 2010. Catagories of Critical Thinking in Information Management, Nomadas, Vol. 27: 889-916.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hasibuan, N.H. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Dengan Strategi Mind Mapping dan Pembelajaran Secara
Konvensional di MTs Negeri 1 Medan T.A. 2012 / 2013. Prosiding Seminar
170
Hasratuddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No
2, Hal: 19-33
Herawati, dkk. 2013. Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi ditinjau dari Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA
Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2
Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist, Vol 1 No. 1: 47-56.
Hidayat, B.D., Sugiarto, B., Pramesti, G. 2013. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada Ruang Dimensi Tiga ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi, (Online), Vol. 1 No. 1 Maret 2013.
Ismail, H. 2015. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis
Matematik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph dan Geogebra di SMA Free Methodist Medan. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: PPs Medan.
Kartz, S. 2015. Enhancing Self Efficacy of Elementary School Students to Learn Mathematic. Jurnal of Curriculum and Teaching. Vol 4. No 1: 2015.
Katminingsih, Y. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau Menurut
Gender Siswa SD Negeri Tarokan Kediri. Jurnal Math Educator Nusantara.
Vol 01 No. 01: 77-89.
Kowiyah. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 3 No. 5: 175-179.
Kurniasih, A.W. 2012. Scafolding sebagai Alternatif Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Kreano, Vol 3 No2: 113-124
Laili, N.I. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dan Self Efficacy pada Materi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Kelas XI SMA Negeri 4 Sidoarjo. UNESA Journal of Chemical Education. Vol 4. No1: 62-68: 2015.
Lambertus. 2009. Pentingnya Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika di SD. Forum Kependidikan. Vol 28 No 2: 2015.
Moma, L. 2014. Peningkatan Self Efficacy Matematis Siswa SMP Melalu
171
Majerek, D. 2014. Application of Geogebra for Teaching Mathematics. Advances In Science and Technology Research Journal. Vol 8 ( 24): pp 51-54.
Maria, T. 2015. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbantuan Geogebra dengan Pendekatan Laboratorium untuk Pokok Bahasan Turunan Fungsi di Kelas XI SMA. Educatio Vitae, Vol. 2/No. 1/2015.
Makkulau. 2009. Perempuan dan Matematika. Egelita, Vol 4 No 2: 178-184.
Misbahuddin. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Mukhid, A. 2009. Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya Terhadap Pendidikan). Tadris, Vol 4 No 1: 106-122.
Nasution, Amanda S. 2015. Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis dan Self Efficacy Pada Pembelajaran Matematika Realistik Siswa SMP Negeri 2 Silau Laut, Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs Unimed.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: USA.
Neter, J. 2005. Applied Linier Statistical Model Fifth Edition. New York : McGraw-Hill Companies, Inc
Pratiwi, 2011. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tigo Nagari. Tesis tidak diterbitkan. PPs Universitas Negeri Padang.
Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Peofesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, W. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode Dan Prosedur. Jakarta: Kencana.
Santoso, S. 2015. SPSS 20 Pengolah Data Statistik di Era Informasi. Jakarta: PT.Alex Media Kompetindo.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Simorangkir,F. 2013. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan
172
Siswanto, R. 2014. Peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan geogebra. Jurnal Pendidikan dan Keguruan. Vol 1 No 1
Sudjana. 1985. Disain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito. _______. 2002. Metoda Statistika. Bandung. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Surya, H. 2011. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: PT.Alex Media Kompetindo.
Syah, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tamba, S. 2015. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Metakognisi. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs Unimed.
Thobroni,M. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Yamin, M. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.
Walpole, R. 1993. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Warwick, J. 2008. Mathematical self efficacy and student engagement in the mathematics classroom. MSOR Connection, Vol 8 No 3: 31-37.
Zabit. 2010. Problem Based Learning on Students Critical Thingking Skills In
Teaching Business Education In Malaysia: A Literature Review. American