• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat dan Analisis Ekonomi terhadap Green Building PT. XYZ Subang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Masyarakat dan Analisis Ekonomi terhadap Green Building PT. XYZ Subang"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT DAN ANALISIS EKONOMI

TERHADAP

GREEN BUILDING

PT. XYZ SUBANG

AMALIA DWI MARSEVA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Masyarakat dan Analisis Ekonomi terhadap Green Building PT. XYZ Subang adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

AMALIA DWI MARSEVA. Persepsi Masyarakat dan Analisis Ekonomi terhadap Green Building PT. XYZ Subang. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Aktivitas pembangunan perlu dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan adalah green building. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi proses pembangunan, menganalisis persepsi masyarakat terhadap green building, analisis biaya pembangunan, serta mengestimasi efisiensi energi dan efisiensi air. Hanya 5% responden yang mengetahui konsep green building. Masyarakat memiliki persepsi yang baik terhadap green building. Biaya pembangunan green building adalah sebesar Rp22.154.000.000. Biaya pembangunan green building Rp8.354.000.000 (60,54%) lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya pembangunan gedung konvensional. Efisiensi energi pada green building jika dibandingkan dengan Indeks Konsumsi Energi (IKE) desain adalah 71,61% dengan nilai ekonomi Rp583.083.193/tahun dan jika dibandingkan dengan IKE standar gedung di Indonesia maka efisiensinya adalah 66,62% dengan nilai ekonomi efisiensi energi Rp461.401.792,5/tahun. Efisiensi air adalah 10,98% dengan nilai ekonomi Rp3.207.472,125/tahun.

Kata kunci: biaya pembangunan, efisiensi air, efisiensi energi, green building, persepsi masyarakat

ABSTRACT

AMALIA DWI MARSEVA. Community Perception and Economy Analysis of Green building PT. XYZ Subang. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI. Development activities needs to be sustainable .Green building is one of the sustainable development concept. The main purpose of this research is to analyze community perception of green building, identify the construction process, analyze the construction cost, estimate energy and water efficiency. Research shown only 5% respondents know the concept of green building. The community has a good perception about green building. Construction cost of the green building is IDR22,154,000,000. The construction cost is IDR8,354,000,000 (60,54%) more expensive compared with conventional buiding’s cost. Energy efficiency in the green building compared with design’s Energy Consumption Index (ECI) is 71,61% with the economy value IDR58,083,193 per year and if compared with conventional building’s ECI is 66,62% with economy value IDR461,401,792.5 per year. Water efficiency is 10,98% with the economy value IDR3,207,472.125 per year.

(5)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

PERSEPSI MASYARAKAT DAN ANALISIS EKONOMI

TERHADAP

GREEN BUILDING

PT.XYZ SUBANG

AMALIA DWI MARSEVA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat dan Analisis Ekonomi terhadap Green Building PT. XYZ Subang

Nama : Amalia Dwi Marseva NIM : H44100041

Disetujui oleh

Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Persepsi Masyarakat dan Analisis Ekonomi terhadap Green Building PT. XYZ Subang. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua Bapak Asep Mamun Azis (Alm) dan Ibu Epi Ruspitasari, Nenek Hj. Djulaeha, Tante Enung Rusanty, Kakak Asriel Adi Pratama, Hafsah Laelasari, serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat, dan kasih sayangnya.

2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen penguji utama dan Asti Istiqomah, SP, M.Si selaku dosen perwakilan departemen atas saran dan masukannya.

4. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menjalani perkuliahan. 5. Endang Kurniawan, S.Si, MT, Yasir Nurrahman, S.Si, dan Ketua RW 15

Kelurahan Soklat yang telah memberikan masukan serta membantu penulis dalam pengumpulan data dan informasi.

6. Sahabat-sahabat tersayang (Priska, Siti K. Nufus, Hania, Nurul, Agustin, Nana, Suci, Puti, Sumayyah, serta Bintang), teman satu bimbingan (Chadefi, Sheanie, Nadya, Andre, Frisca, Dhana, Dessy, Rahayu), serta teman-teman ESL 47 atas masukan, saran, dan dukungannya selama menjalani proses penyusunan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Mei 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Green Building ... 7

2.2 Intensitas Konsumsi Energi ... 8

2.3 Efisiensi ... 9

2.4 Penelitian Terdahulu ... 10

III KERANGKA PEMIKIRAN... 12

3.1 Kerangka Teoritis ... 12

3.2 Kerangka Operasional ... 14

IV METODE PENELITIAN ... 17

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4.2 Jenis dan Sumber Data... 17

4.3 Metode Pengambilan Data ... 17

4.4 Metode Analisis Data ... 18

V GAMBARAN UMUM ... 22

5.1 Lokasi Penelitian ... 22

5.2 Karakteristik Responden ... 23

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

6.1 Identifikasi proses pembangunan green building ... 27

6.2 Persepsi terhadap green building ... 30

6.3 Biaya pembangunan green building ... 34

(12)

6.5 Efisiensi Air ... 39

6.6 Implikasi dan Rekomendasi ... 42

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 44

7.1 Simpulan ... 44

7.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(13)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Nilai konstruksi yang diselesaikan menurut jenis pekerjaan, 2007-

2012 (000.000 rupiah) ... 1

2 Analisis biaya dan manfaat green building ... 3

3 Matriks penelitian terdahulu ... 11

4 Matriks analisis data ... 18

5 Tarif PDAM Tirta Rangga untuk kategori Niaga Besar ... 21

6 Score card green building PT.XYZ ... 29

7 Peranan pihak yang terlibat dalam pembangunan green building ... 30

8 Biaya pembangunan green building ... 35

9 Konsumsi listrik green building ... 36

10 Efisiensi energi pada green building ... 37

11 Efisiensi air pada green building ... 40

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1 Alur Kerangka Pemikiran ... 16

2 Gambar green building... 22

3 Sebaran responden menurut jenis kelamin ... 23

4 Sebaran responden menurut usia ... 24

5 Sebaran responden menurut tingkat pendidikan ... 24

6 Sebaran responden menurut jenis pekerjaan ... 25

7 Sebaran responden menurut tingkat pendidikan ... 26

8 Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga ... 26

9 Sebaran tingkat pengetahuan responden ... 31

10 Sebaran responden menurut kenyamanan ... 31

11 Sebaran responden menurut kebersihan ... 32

12 Sebaran responden menurut keindahan ... 32

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1 Kuisioner penelitian untuk masyarakat ... 48

2 Kuisioner penelitian untuk pengelola green building ... 50

3 Kuisioner penelitian untuk konsultan ... 52

(14)
(15)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan dengan peningkatan aktivitas pembangunan di berbagai sektor mulai dari industri, pendidikan, perkantoran hingga pemukiman. Pembangunan didefinisikan sebagai perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok- kelompok sosial yang ada didalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual (Todaro 2006). Aktivitas pembangunan ekonomi yang mengalami peningkatan setiap tahunnya mendorong peningkatan pembangunan gedung di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan nilai konstruksi yang diselesaikan menurut jenis pekerjaan.

Tabel 1 Nilai konstruksi yang diselesaikan menurut jenis pekerjaan, 2008-2012 (000.000 rupiah)

Jenis Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 2012

KonstruksiBangunan

Gedung 33.078.407 71.472.060 93.705.954 107.417.601 123.133.128

Konstruksi Bangunan

Sipil 46.241.921 137.098.864 164.791.068 199.260.546 248.300.855

Konstruksi Khusus 22.695.272 47.057.295 54.675.972 63.699.771 68.497.477

Total 102.015.600 255.628.219 313.172.994 370.377.918 439.931.460

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai konstruksi bangunan gedung dari tahun 2008 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2008 nilai konstruksi bangunan gedung sebesar Rp33.078.407.000.000 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp123.133.128.000.000. Aktivitas pembangunan memiliki keterkaitan dengan eksploitasi sumberdaya baik sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan. Pembangunan yang dilakukan dengan menggunakan sumberdaya alam secara besar-besaran tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan akan menimbulkan dampak negatif di masa yang akan datang.

(16)

2

2009, intensitas energi Indonesia berkisar 0,24 Kilo Ton Energy Equivalent (KTOE)/USD konstan 2005 sedangkan Jepang, Jerman, Thailand, dan Malaysia pada tahun yang sama berturut-turut adalah 0,12; 0,12; 023; dan 0,22 KTOE/USD konstan 2005. Energi listrik merupakan salah satu energi yang memiliki intensitas penggunaan yang tinggi. Hingga saat ini sektor kelistrikan masih didominasi oleh batubara, gas dan minyak bumi sebagai bahan bakar pembangkit listrik, baik yang dimiliki PLN maupun swasta atau Independent Power Producer (IPP) (BPPT 2012).

Dilihat dari pengguna listrik, maka sektor komersial mengkonsumsi sekitar 24,8% dari total penjualan listrik PLN selama tahun 2009. Sektor komersial adalah sektor yang terdiri dari perusahaan yang tidak terlibat pada transportasi atau industri pengolahan/manufaktur dan aktivitas industri lainnya (pertanian, pertambangan atau konstruksi). Jika dibandingkan dengan tahun 2000, pemakaian listrik untuk sektor komersial pada tahun 2010 meningkat tiga kali lipat dengan pertumbuhan konsumsi listrik untuk periode 2000-2010 rata-rata sebesar 9,6% per tahun. Pada umumnya, gedung di negara tropis seperti Indonesia paling banyak menggunakan energi untuk sistem tata udara (45-70%), sistem tata cahaya (10-20%), lift dan eskalator (2-7%), serta alat-alat kantor dan elektronik (2-10%) (EECCHI 2011).

(17)

3 Penggunaan sumberdaya yang berlebihan pada proses pembangunan akan mengurangi persediaan sumberdaya untuk masa yang akan datang. Pembangunan perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. (Beheiry 2006 dalam Liu 2012). Salah satu konsep dalam pembangunan berkelanjutan adalah konsep green building. Green building adalah konsep yang dikenal sebagai bangunan berkelanjutan atau eco home. Banyak pihak sepakat bahwa green building harus memenuhi syarat lokasi, sistem rancangan, renovasi, dan pengoperasian yang menganut prinsip ekonomi serta berdampak positif bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Empat aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green building yaitu material, energi, air, dan kesehatan (BEA Indonesia 2013).

Penerapan konsep green building dianggap mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan air sehingga berimplikasi pada penghematan biaya perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha. Berdasarkan Tabel 2 green building memberikan manfaat berupa penurunan biaya operasional, peningkatan nilai bangunan, peningkatan return of investment, peningkatan hunian, serta peningkatan sewa baik pada bangunan baru maupun bangunan yang sudah ada. Tabel 2 Analisis biaya dan manfaat green building

Sumber: McGraw Hill Construction (2010)

(18)

4

Hingga saat ini terdapat 213 proyek tersertifikasi di China, diantaranya yaitu satu platinum, 23 emas, dan 17 perak (Tan 2010 dalam Liu 2012).

Green building belum banyak diterapkan di Indonesia. Di Indonesia hanya terdapat beberapa bangunan yang menerapkan konsep green building yang telah tersertifikasi, diantaranya menara BCA, Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Kampus Institut Teknologi dan Sains Bandung, PT. Dahana, Kantor Sinarmas Land Plaza, serta Kantor Energy Efficiency and Clearing House Indonesia (EECCHI). Menurut Gunawan dkk (2012) keenam green building tersebut telah mencapai tingkat efisiensi energi dan efisiensi air yang tinggi. Menara BCA, Kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU), dan Kampus Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB), serta PT. Dahana yang merupakan green building yang tersertifikasi Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI) telah mencapai indeks konsumsi energi dibawah referensi standar SNI (250 kWh/m2/tahun) dengan pengurangan total masing-masing sebesar 48%, 56%, 44,01%, dan 35%. Kantor Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang direnovasi telah melakukan penghematan energi hingga lebih dari 50%, dari indeks efisiensi energi sebelum renovasi sebesar 170 kWh/m2/tahun menjadi 80 kWh/m2/tahun setelah renovasi. Kantor Sinarmas Land Plaza yang tersertifikasi Green Mark Singapura dengan level gold telah melakukan penghematan energi sebesar 31% dengan baseline indeks efisiensi energi sebesar 200 kWh/m2/tahun dan pada desain menjadi sebesar 147.5 kWh/m2/tahun dengan penghematan air sebesar 23%. Penghematan air yang berhasil dilakukan oleh setiap gedung yaitu Menara BCA 28%, Kantor Kementerian PU 17,72%, ITSB 15%, Sinarmas Land Plaza 23%, dan PT. Dahana 100%.

(19)

5 1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan gedung konvensional selama ini tidak menghemat energi dan air serta menggunakan bahan bangunan yang berpotensi mencemari lingkungan. Beberapa tahun terakhir muncul konsep green building. Green building merupakan konsep pembangunan berkelanjutan. Green building menekankan pada efisiensi energi, efisiensi air, dan ramah lingkungan namun dianggap membutuhkan biaya pembangunan yang lebih tinggi dibandingkan bangunan pada umumnya. Salah satu proyek pembangunan yang menerapkan konsep green building yang tersertifikasi adalah PT. XYZ yang berada di Subang, Jawa Barat. Green building milik PT. XYZ merupakan green building kedua yang dibangun di Kabupaten Subang.

Keberhasilan pengembangan green building ditentukan oleh komitmen seluruh pihak yang terkait, termasuk masyarakat sehingga masyarakat perlu dilibatkan. Tanpa adanya keterlibatan masyarakat, pengembangan konsep bangunan ramah lingkungan tidak mungkin berjalan dengan baik. Oleh karena itu penelitian terkait persepsi masyarakat dengan penting untuk dikaji.

Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembangunan green building PT. XYZ? 2. Bagaimana persepsimasyarakat terhadap green building? 3. Berapa biaya pembangunan green building PT. XYZ? 4. Berapa tingkat efisiensi energi green building PT. XYZ? 5. Berapa tingkat efisiensi air green building PT. XYZ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah melakukan analisis ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap green building. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi proses pembangunan green building PT XYZ.

(20)

6

4. Mengestimasi tingkat efisiensi energi green building PT. XYZ. 5. Mengestimasi tingkat efisiensi air green building PT. XYZ.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Akademisi dan peneliti, sebagai referensi untuk melakukan penelitian terkait green building.

2. Pemerintah, sebagai referensi untuk membuat kebijakan pembangunan berkelanjutan.

3. Swasta, sebagai referensi untuk melakukan kegiatan pembangunan gedung berwawasan lingkungan.

4. Masyarakat luas, untuk menambah pengetahuan mengenai bangunan ramah lingkungan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Terdapat beberapa batasan penelitian diantaranya:

1. Wilayah objek penelitian adalah green building yang dibangun oleh PT. XYZ yang terletak di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat.

2. Nilai efisiensi yang diestimasi adalah nilai efisiensi energi dan efisiensi air. 3. Efisiensi energi dihitung berdasarkan penggunaan energi listrik, konsumsi

energi dihitung dengan satuan kWh permeter persegi per tahun (kWh/m2/tahun).

4. Harga listrik yang dipakai adalah harga listrik per kWh yang ditetapkan oleh PT. PLN yaitu Rp 803/kWh.

5. Konsumsi air dihitung dengan satuan meter kubik (m3) dan harga yang dipakai adalah harga air yang ditetapkan oleh PDAM Tirta Rangga Subang.

(21)

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Green Building

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim. Menurut (BEA Indonesia 2013) terdapat empat aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green building. Empat aspek tersebut yaitu:

1. Material

Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam, merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan bahan material bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.

2. Energi

Green building harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan hemat energi lain, serta teknologi terbarukan seperti turbin angin dan panel surya. Selain itu green building perlu dilengkapi dengan jendela untuk menghemat penggunaan lampu dan pendingin ruangan.

3. Air

Green building perlu memasang sistem tangkapan air hujan sehingga dapat melakukan daur ulang air untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Peralatan sanitasi yang dipakai merupakan peralatan yang mampu menghemat seperti pancuran bertekanan rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang sistem pemanas air tanpa listrik.

4. Kesehatan

(22)

8

asma, alergi, dan penyakit lainnya. Bahan yang dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau non Volatil Organic Compound (VOC), dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistem ventilasi dan alat pengatur kelembaban udara.

Sistem rating bangunan dikembangkan di seluruh dunia untuk menciptakan kesadaran tentang green building. Sistem rating ini sukarela dan dikembangkan dengan kesesuaian industri bangunan dari masing-masing negara. Sistem rating menguntungkan masyarakat luas karena sistem rating ini bertujuan untuk memperbaiki lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi konsumsi sumberdaya alam (Kansal dan Kadambari 2010). Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) merupakan program sertifikasi green building yang dibuat oleh United States Green building Council (USGBC). LEED dibentuk pada tahun 1998 sebagai standar nasional sukarela untuk mengembangkan bangunan berkelanjutan dan berkinerja tinggi (Bowyer 2007).

Sertifikasi LEED diakui secara global sebagai tanda pembeda, baik untuk gedung baru maupun yang direnovasi. Poin Sertifikasi diberikan dalam enam kategori yaitu situs berkelanjutan, efisiensi air, energi dan atmosfer, kualitas lingkungan di dalam ruangan, material dan sumberdaya, serta inovasi dan desain. Terdapat empat level sertifikasi pada program LEED USGBC yaitu perunggu, perak, emas, dan platinum. Proses sertifikasi itu memerlukan pendaftaran proyek dengan USGBC, dukungan teknis USGBC dalam seluruh desain, konstruksi, dan proses commissioning, sertifikasi oleh USGBC (yang melibatkan kajian teknis dokumentasi proyek dan kajian panitia sertifikasi) (Nalewaik dan Venter 2009).

2.2 Intensitas Konsumsi Energi

(23)

9 membandingkan intensitas konsumsi energi bangunan dengan standar nasional, bisa diketahui apakah sebuah ruangan atau keseluruhan gedung sudah efisien atau tidak dalam menggunakan energi (Mukhlis 2011). Terdapat beberapa istilah yang digunakan antara lain IKE listrik per satuan luas gedung yang dikondisikan (netto), yaitu luas total ruangan yang dikondisikan (ruang ber-AC) dan IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung, yaitu luas total ruang ber-AC ditambah dengan luas total ruang gedung yang tidak dikondisikan (tanpa AC) (Marzuki dan Rusman 2012).

2.3 Efisiensi

Efisiensi adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan suatu keluaran (output) tertentu dengan menggunakan menggunakan sejumlah masukan (input) tertentu secara optimal (Stephanie 2012). Efisiensi menunjukkan perbandingan antara nilai produk marginal terhadap nilai faktor produksi. Analisis efisiensi diperlukan untuk membantu mengalokasikan faktor-faktor produksi agar tidak terjadi pemborosan (Rahayu dan Riptanti 2010).

(24)

10

2.4 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka diperoleh beberapa penelitian yang terkait dengan green building, dan kesediaan membayar untuk konservasi lingkungan. Hasil penelitian-penelitian tersebut dijadikan rujukan dalam penelitian ini.

Liu et al. (2012) melakukan penelitian terkait faktor pendorong pengembangan green building di Cina. Hasil analisis menunjukkan faktor pendorong pengembangan green building di Cina adalah untuk memperoleh insentif dari pemerintah, memperoleh reputasi sosial yang baik, untuk meningkatkan level proyek, untuk memenuhi target dari pengguna, untuk memperbaiki lingkungan kerja dan tempat tinggal, untuk mengurangi konsumsi energi, serta untuk memimpin industri.

Gunawan dkk (2012) melakukan studi kasus efisiensi energi dan bangunan bersertifikasi gedung hijau salah satunya adalah gedung Sinarmas Land Plaza Office, BSD Tangerang. Sinarmas Land Plaza didesain dengan konsep hijau seperti dalam hal penghematan energi dan air, emisi karbon, dan daur ulang air. Gedung tersebut telah mendapat sertifikasi dari Green Mark Singapura dengan level gold serta memperoleh penghargaan Best Office Building dari Asia Pacific Property Awards, serta finalis dalam Hong Kong Green Building Award. Efisiensi energi yang berhasil dicapai oleh gedung tersebut adalah 31%.

(25)

11 Tabel 3 Matriks penelitian terdahulu

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah metode penelitian yang digunakan dan membahas persepsi masyarakat dan efisiensi pada green building sedangkan yang membedakan adalah lokasi dan objek penelitian. Selain itu, penelitian ini memiliki tujuan lain yaitu mengestimasi biaya pembangunan green building.

Peneliti Tujuan Metode Hasil

(26)

12

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Biaya

Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi tujuan dan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya pembangunan gedung dapat dihitung melalui Bill of Quantity (BOQ). Secara matematis dapat dirumuskan:

...(1)

1. BOQ : Bill of Quantity

2. Biaya arsitektur meliputi biaya perancangan dan pembangunan gedung

3. Biaya Interior meliputi biaya peralatan-peralatan yang digunakan di dalam gedung.

Biaya pembangunan green building dibandingkan dengan biaya pembangunan gedung konvensional. Biaya pembangunan gedung konvensional dapat dirumuskan:

...(2)

3.1.2 Intensitas Konsumsi Energi

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik adalah besar nilai pemakaian energi listrik untuk setiap satuan luas bangunan dalam waktu setahun. Nilai IKE diperoleh dari audit awal energi listrik pada suatu fasilitas instansi yang bersangkutan (Pasisarha 2012). Efisiensi energi dapat diestimasi apabila nilai IKE Suatu bangunan diketahui. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi yang lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan yang tetap (BPPT 2012). Nilai IKE dapat diperoleh dengan membandingkan pemakaian listrik dengan luas bangunan (Pasisarha 2012). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

(27)

13 Penghitungan mencakup:

1. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan (m2)

2. Konsumsi energi bangunan green building per tahun (kWh/tahun) 3. IKE bangunan green building pertahun (kWh/m2/tahun)

4. Biaya energi listrik bangunan gedung (Rp/kWh)

3.1.3 Efisiensi Energi

Efisiensi energi dihitung dengan membandingkan penghematan konsumsi energi pada gedung yang diteliti dengan IKE gedung perkantoran berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu 250 kWh/m2. Penghematan energi dirumuskan sebagai berikut:

...(4)

Efisiensi penggunaan energi dirumuskan sebagai berikut:

...(5)

Penggunaan energi yang efisien memberikan manfaat ekonomi bagi pemilik gedung. Nilai ekonomi penghematan gedung adalah:

...(6)

Keterangan:

P= Penghematan (KWh/m2) L= Luas gedung (m2) H= Harga listrik (Rp/ KWh)

3.1.4 Efisiensi Air

Perhitungan efisiensi air dilakukan dengan menghitung konsumsi air terlebih dan penghematan yang dilakukan terlebih dahulu. Secara matematis

konsumsi air dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(7)

(28)

14

Penghematan air dapat dihitung dengan mencari selisih antara konsumsi standar dengan konsumsi aktual di dalam gedung. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(9)

Efisiensi air pada dihitung dengan membandingkan penghematan air pada gedung dengan standar penggunaan air perorang perhari di kota kecil di Indonesia. Standar penggunaan air bersih di kota kecil adalah 90 liter/orang/hari (ATB Batam 2013). Efisiensi air dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(10)

Efisiensi air memberikan manfaat ekonomi bagi pemilik gedung. Nilai ekonomi efisiensi air dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(11) Keterangan:

P : Penghematan (liter/orang) J : Jumlah penghuni (orang) JH : Jumlah hari pertahun (hari) H : Harga PDAM (Rp/m3)

3.2 Kerangka Operasional

Aktivitas pembangunan di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan kegiatan pembangunan akan berimplikasi pada peningkatan eksploitasi sumberdaya yang dapat menyebabkan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberaya listrik dan air merupakan salah satu sumberdaya yang dimanfaatkan dalam proses pembangunan dan operasional gedung. Penggunaan listrik dan air yang tidak efisien akan mendorong peningkatan eksploitasi terhadap batu bara, minyak dan gas yang merupakan sumber pembangkit listrik serta meningkatkan biaya operasional gedung.

(29)

15 yang dilakukan oleh PT. XYZ di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Proyek tersebut menerapkan standar LEED yang ditetapkan oleh USGBC. Green building dianggap memiliki biaya investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pembangunan gedung konvensional namun memiliki manfaat seperti efisiensi energi, efisiensi air, dan perbaikan kualitas udara.

Persepsi masyarakat terhadap green building danalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Biaya pembangunan green building dihitung dengan menggunakan Bill of Quantity (BOQ), efisiensi energi diestimasi dengan menggunakan Intensitas Konsumsi Energi, efisiensi air diestimasi dengan melakukan perbandingan terhadap standar konsumsi air.

(30)

16

Batasan Penelitian

Gambar 1 Alur Kerangka Pemikiran Peningkatan pembangunan

gedung

Penggunaan energi yang tidak efisien pada gedung

BOQ

Analisis ekonomi

Rekomendasi berdasarkan perhitungan biaya dan efisiensi green building

Peningkatan aktivitas pembangunan ekonomi

Green building sebagai konsep pembangunan

berkelanjutan

PT. XYZ membangun gedung green building

Analisis ekonomi dan preferensi masyarakat

Perbandingan

Analisis deskriptif

IKE

Persepsi

Efisiensi Energi

(31)

17

IV METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014. Penelitian dilakukan di Kecamatan Subang Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian adalah gedung milik PT. XYZ yang terletak di Kelurahan Cibogo dan pemukiman masyarakat di sekitar PT. XYZ yang berada di RT 46 dan RT 47 RW 15 Kelurahan Soklat. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan gedung tersebut merupakan salah satu bangunan green building tersertifikasi LEED USGBC dan pemukiman RT 46 dan RT 47 adalah pemukiman terdekat dengan lokasi green building.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara menggunakan kuisioner kepada masyarakat serta pihak pengelola PT. XYZ. Data sekunder yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini diperoleh melalui instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, jurnal, serta hasil penelitian.

4.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung pada proyek green building PT. XYZ serta dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat. Data mengenai biaya pembangunan green building serta data konsumsi listrik dan air diperoleh dari PT. XYZ.

(32)

18

masyarakat dan dua orang key persons dari pihak manajemen green building PT. XYZ dan konsultan yang terlibat dalam pembangunan green building.

4.4 Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan Microsoft Excel 2007. Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif. Metode analisis data untuk setiap tujuan penelitian terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4 Matriks analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Mengidentifikasi proses pembangunan

green building PT. XYZ.

Data primer Analisis deskriptif

2 Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap green building

Data primer Analisis deskriptif

3 Mengestimasi biaya pembangunan green building PT. XYZ

Data primer Analisis kuantitatif: Bill of Quantity

4 Mengestimasi tingkat efisiensi energi green building PT. XYZ.

Data primer Analisis kuantitatif: Intensitas Konsumsi Energi

5 Mengestimasi tingkat efisiensi air green building PT. XYZ

Data primer Analisis Kuantitatif: Perbandingan konsumsi

4.4.1 Identifikasi proses pembangunan green building

Identifikasi proses pembangunan green building bertujuan untuk mengetahui kondisi green building PT. XYZ. Analisis ini meliputi proses pembangunan dan sertifikasi green building, serta pihak yang terlibat dalam pembangunan green building.

4.4.2 Identifikasi persepsi terhadap green building

(33)

19 4.4.3 Biaya

Metode yang digunakan untuk melakukan analisis biaya green building PT XYZ adalah dengan menghitung Bill of Quantity (BOQ). Secara matematis dapat dirumuskan:

...(12)

Keterangan:

1. BOQ: Bill of Quantity

2. Biaya arsitektur meliputi biaya perancangan dan pembangunan green building PT. XYZ

3. Biaya Interior meliputi biaya peralatan-peralatan yang digunakan di dalam green building PT. XYZ.

Biaya pembangunan green building dibandingkan dengan biaya pembangunan gedung konvensional. Biaya pembangunan gedung konvensional dapat dirumuskan:

...(13)

4.4.4 Intensitas Konsumsi Energi

Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dapat dihitung dengan membandingkan jumlah pemakaian listrik (kWh) pertahun dengan luas bangunan green building PT. XYZ (m2). Secara matematis dapat dirumuskan:

...(14)

Penghitungan mencakup:

1. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan green building PT.XYZ (m2) 2. Konsumsi energi bangunan green building per tahun (kWh/tahun)

3. IKE bangunan green building pertahun (kWh/m2/tahun) 4. Biaya energi listrik bangunan gedung (Rp/kWh)

4.4.5 Efisiensi Energi

(34)

20

Nasional yaitu 250 KWh/m2. Penghematan energi dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(15)

Efisiensi energi dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(16)

Manfaat ekonomi dari efisiensi energi yang dihasilkan oleh green building PT. XYZ adalah:

...(17)

Keterangan:

P : Penghematan (KWh/m2)

L : Luas green building PT. XYZ (m2) H : Harga listrik (Rp/ KWh)

4.4.6 Efisiensi Air

Efisiensi air dihitung dengan terlebih dulu menghitung konsumsi air di green bulding PT. XYZ. Konsumsi air dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(18)

Green building dihuni selama 285 hari per tahun atau 24 hari per bulan. Sehingga konsumsi air perhari adalah:

...(19)

Efisiensi air dihitung dengan membandingkan penggunaan air pada green building PT. XYZ dengan standar konsumsi air di kota kecil di Indonesia sebesar 90 liter/orang/hari.

...(20)

Nilai ekonomi efisiensi air dapat dirumuskan sebagai berikut:

(35)

21 Keterangan:

P : Penghematan (liter/orang) J : Jumlah penghuni (224 orang) JH : Jumlah hari pertahun (285 hari) H : Harga PDAM (Rp/m3)

PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang menerapkan tarif progresif yaitu tarif yang semakin meningkat apabila pemakaian air semakin besar. Tarif PDAM untuk kategori niaga besar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tarif PDAM Tirta Rangga untuk kategori Niaga Besar

Volume air (m3) Tarif (Rp/m3)

1-10 7.605

11-20 7.605

21-30 10.140

>30 12.675

Sumber: PDAM Tirta Rangga 2014

(36)

22

V GAMBARAN UMUM

5.1 Lokasi Penelitian

Green building PT. XYZ terletak di Kecamatan Subang Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Greenbuilding berjarak satu kilometer dari pusat Kabupaten Subang. Green building dibangun diatas lahan seluas 9300 m2 terdiri dari dua lantai dengan luas bangunan 3.450 m2. Green building PT. XYZ merupakan gedung kantor yang terletak didalam area pabrik sepatu yang berorientasi ekspor.

Gambar 2 Green building PT. XYZ

Green building PT. XYZ dibangun menghadap arah utara-selatan dengan tujuan untuk mengurangi panas dari cahaya matahari serta untuk mendapatkan angin yang dapat menyejukkan suhu ruangan. Green building dibangun dengan material-material pilihan yang ramah lingkungan dan sesuai dengan standar USGBC seperti kaca khusus yang memiliki nilai refleksi sehingga dapat menyaring panas, lem dan cat yang tidak beracun, pendingin udara bebas Chloro Floro Carbon (CFC), lampu hemat energi, serta keran yang hemat air. Green building memiliki taman di lantai dua. Taman tersebut dibuat untuk menambah keindahan di lingkungan green building.

(37)

23 5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden yang dipilih adalah responden yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi green building. Variabel yang diamati yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga.

5.2.1 Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Jumlah responden perempuan sebanyak 36 orang (60%) dan responden laki-laki 24 orang (40%). Sebaran responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Sebaran jenis kelamin responden 5.2.2 Usia

Usia responden dalam penelitian ini cukup bervariasi. Mayoritas responden dalam penelitian ini berada pada usia produktif, yaitu dari 19-54 tahun. Sebagian besar responden berusia 27-34 tahun yaitu sebanyak 23 orang (38,33%). Responden dengan usia 35-42 tahun sebanyak 18 orang (31,67%). Responden berusia 43-50 tahun sebanyak 9 orang (15%). Responden berusia 19-26 tahun sebanyak 8 orang (13,33%) dan responden dengan usia diatas 50 tahun memiliki jumlah paling sedikit yaitu sebanyak 1 orang (1,67%). Sebaran responden menurut usia dapat dilihat pada Gambar 4.

40%

60%

Laki-laki

(38)

24

Gambar 4 Sebaran usia responden 5.2.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini terdiri dari lima kategori yaitu SMP, SMA, diploma, sarjana, dan magister. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu 24 orang (40%), 19 orang (31,67%) responden memiliki tingkat pendidikan sarjana, 13 orang (21,67%) responden memiliki tingkat pendidikan diploma, 2 orang (3,33%) berpendidikan SMP dan 2 orang (3,33%) yang berpendidikan magister. Secara umum masyarakat RW 15 memiliki tingkat pendidikan yang baik karena sebagian besar responden merupakan lulusan SMA. Sebaran responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Sebaran tingkat pendidikan responden

5.2.4 Jenis Pekerjaan

Responden dalam penelitian ini memiliki jenis pekerjaan yang cukup bervariasi yaitu PNS, ibu rumah tangga, pegawai swasta, wiraswasta, TNI/POLRI, dan lainnya. Sebanyak 23 orang (38,33%) responden memiliki pekerjaan sebagai

(39)

25 ibu rumah tangga, 13 orang (21,67%) responden memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), 11 orang (18,33%) responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, 11 orang (18,33%) responden bekerja sebagai wiraswasta. Terdapat 1 orang (1,67%) responden yang bekerja sebagai buruh lepas, dan 1 orang (1,67%) responden sebagai anggota TNI. Berdasarkan hasil survei tidak ada satupun responden yang bekerja di green building PT. XYZ. Sebaran responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Sebaran jenis pekerjaan responden

5.2.5 Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan responden pada penelitian ini dibagi ke dalam lima kategori dimulai dari Rp1.000.000->Rp5.000.000. Sebagian besar responden yaitu 19 orang (31,67%) memiliki pendapatan diantara Rp3.000.001-Rp4.000.000. Sebanyak 16 orang (26,67%) responden memiliki pendapatan Rp1.000.000-Rp2.000.000. Sebanyak 15 orang (25%) responden memiliki pendapatan Rp2.000.001-Rp3.000.000. Sebanyak 6 orang (10%) responden memiliki pendapatan Rp4.000.001-Rp5.000.000 dan hanya sebagian kecil responden yaitu sebanyak 4 orang (6,67%) yang memiliki pendapatan lebih dari Rp5.000.000. Secara umum tingkat pendapatan responden cukup baik. Sebaran responden menurut tingkat pendapatan dapat dilihat pada Gambar 7.

21,67%

38,33% 18,33%

18,33%

1,67% 1,67%

PNS

IRT

pegawai swasta

wiraswasta

TNI/POLRI

(40)

26

Gambar 7 Sebaran tingkat pendapatan responden 5.2.6 Jumlah Tanggungan Keluarga

Responden dalam penelitian ini memiliki jumlah tanggungan keluarga yang bervariasi. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden

Sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga tiga orang yaitu sebanyak 23 orang (38,33%). Sebanyak 15 orang (25%) responden memiliki tanggungan keluarga tiga orang. Sebanyak 13 orang (21,67%) responden memiliki tanggungan keluarga lima orang. Sebanyak 5 orang (8,33%) responden memiliki jumlah tanggungan keluarga dua orang dan hanya terdapat 4 orang (6,67%) responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga satu orang.

26,67%

25% 31,67%

10%

6,67%

Rp1.000.000-2.000.000

Rp2.000.001-Rp3.000.000

Rp3.000.001-Rp4.000.000

Rp4.000.001-Rp5.000.000

>Rp5.000.000

6,67% 8,33%

38,33% 25%

21,67%

≤1

2

3

4

(41)

27

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi proses pembangunan green building

Green building PT. XYZ dibangun dengan latar belakang untuk menghemat energi listrik dan air, menjaga lingkungan bekerja bebas dari polusi, meningkatkan kenyamanan penghuni, serta untuk memenuhi persyaratan untuk mengekspor produk karena adanya insentif pajak di negara tujuan ekspor bagi produk yang diproduksi dengan proses yang ramah lingkungan. Terdapat beberapa tahapan dalam pembangunan green building PT. XYZ, yaitu:

1. Registrasi proyek secara online

Proyek didaftarkan secara online melalui situs resmi USGBC. Pendaftaran dilakukan dengan melengkapi dokumen yang diperlukan dan membayar biaya registrasi.

2. Memilih standar dan level sertifikasi

Green building PT. XYZ memilih kriteria New Construction (NC) 2009 karena green building tersebut merupakan bangunan baru dan level yang dipilih adalah silver.

3. Mendapat score card

Setelah tahapan pemilihan standar dan level maka pihak USGBC memberikan score card. Score card berisi kriteria yang harus dipenuhi untuk memperoleh sertifikasi. Sertifikasi silver diperoleh apabila telah mendapat score 50-59 poin. 4. Mengirimkan aplikasi

Aplikasi yang dimaksud adalah desain yang akan ditinjau oleh pihak USGBC. Hasil tinjauan akan diberikan berupa feedback, setelah disetujui seluruhnya maka proses konstruksi dapat dilaksanakan. Desain dibuat pada bulan Oktober 2012. 5. Konstruksi

(42)

28

6. Mendapatkan sertifikasi

(43)

29

Y Minimum program requirement -

Y Project summary detail -

Y Occupant and usage data -

Y Schedule and overview documents -

18 Sustainable sites Possible

points: 18

Y Construction activities and pollutan prevention -

1 Site selection 1

6 Alternative transportation-Public transportation access 6

1 Alternative transportation-bicycle storage and changing room 1

3

Alternative transportation access-low-emitting and fuel efficient

vehicles 3

2 Alternative transportation- parking capacity 2

1 Site development-protect and restore habitat 1

1 Site development-maximize open space 1

1 Storm water design-Quality control 1

1 Storm water design-Quantity control 1

1 Heat island effect-non roof 1

13 Water efficiency Possible

points: 10

Y Water use -20% reduction -

5 Water efficient landscaping 2- 4

3 Innovative wastewater technologies 2

5 Water use reduction 2- 4

5 Energy and

atmosphere

Possible points: 24

Y Fundamental on commissioning of the building energy system -

Y Minimum energy performance -

Y Fundamental refrigerant management -

5 Optimize energy performance 1- 19

2 Enhanced refrigerant management 2

0 Meassurement verification 1- 3

6 Material and

resources

Possible points: 6

Y Storage and collection of recyclables -

2 Construction waste management 1- 2

Y Minimum indoor air quality performance -

Y Environmental tobbaco smoke (ETS) control -

1 Construction IAQ management plan-during construction 1

1 Construction IAQ management plan-before occupancy 1

1 Low-emitting materials-adhesives and sealants 1

1 Low-emitting materials-paints and coating 1

1 Low-emitting materials-composite woods and agrifiber products 1

1 Controlability of systems-thermal comfort 1

1 Thermal comfort-design 1

1 Thermal comfort-verification 1

1 Daylight-and views-daylight 1

1 Daylight-and views-views 1

4 Innovation in design Possible

points: 6

1 Innovation in design SSc5.2 1

1 Innovation in design Wec.3 1

1 Innovation in design Wec.2 1

1 Innovation in design-green building educational program 1

1 Innovation in design C D wase management 1

(44)

30

Pihak yang terlibat dalam pembangunan green building yaitu pemilik, tim commissioning, kontraktor, dan konsultan. Peranan pihak yang terlibat dalam pembangunan green building dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Peranan pihak yang terlibat dalam pembangunan green building

No Stakeholder Peranan

1 Pemilik (PT.XYZ) - Menyediakan dana dan data yang diperlukan untuk membantu kelancaran proses konstruksi.

2 Konsultan - Memfasilitasi pemilik untuk mendapatkan sertifikat dari USGBC

- Memberikan konsultasi kepada pemilik dan kontraktor.

3 Kontraktor - Membangun green building sesuai dengan desain dan konsep yang diinginkan oleh pihak pemilik.

4 Tim commissioning - Mengawasi proses pembangunan dan

operasional gedung agar sesuai dengan standar USGBC.

Sumber: PT XYZ 2014

6.2 Persepsi terhadap green building 6.2.1 Persepsi masyarakat terhadap green building

(45)

31

Gambar 9 Pengetahuan masyarakat dekat green building

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, sebagian besar responden yaitu sebanyak 26 orang (43,33%) menilai tingkat kenyamanan lingkungan di sekitar green building cukup nyaman. Sebanyak 23 orang (38,33%) responden menilai kondisi lingkungan nyaman. Sebanyak delapan orang (13,33%) responden menilai kondisi lingkungan kurang nyaman. Sebanyak 2 orang (1,67%) responden menilai kondisi lingkungan tidak nyaman dan hanya 1 orang responden yang menyatakan kondisi lingkungan sangat nyaman. Secara umum masyarakat menilai keberadaan green building disekitar tempat tinggalnya tidak mengganggu kenyamanan dan aktivitas masyarakat. Sebaran responden menurut kenyamanan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Sebaran persepsi kenyamanan masyarakat dekat green building

Berdasarkan hasil survei, sebanyak 29 orang (48,33%) responden menilai kebersihan di lingkungan sekitar green building cukup bersih, 23 orang (38,33%) responden menilai kondisi lingkungan sekitar green building bersih, 6 orang (10%) responden menilai kondisi lingkungan kurang bersih, 2 orang (3,33%) responden menilai lingkungan sangat bersih. Tidak ada satupun responden yang

95% 5%

Tidak tahu

Tahu

3%

38%

44% 13%

2%

Sangat nyaman

Nyaman

Cukup nyaman

Kurang nyaman

(46)

32

menilai lingkungan tidak bersih. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kebersihan lingkungan sekitar green building cukup terjaga. Sebaran responden menurut tingkat kebersihan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Sebaran persepsi kebersihan masyarakat dekat green building

Keindahan lingkungan dinilai dari tumbuhan. Sebanyak 31 orang (51,67%) dari total responden meniliai keindahan lingkungan sekitar green building cukup indah, 13 orang (21,67%) responden menilai keindahan lingkungan indah, 13 orang (21,67%) responden menilai keindahan lingkungan kurang indah, dan 3 orang (5%) responden menilai keindahan lingkungan tidak indah. Tidak ada satupun responden yang menilai bahwa lingkungan sangat indah. Secara umum persepsi responden terhadap keindahan green buiding baik. Sebaran responden menurut keindahan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Sebaran persepsi keindahan masyarakat dekat green building Konsep green building sebagai bangunan yang ramah lingkungan belum diketahui oleh responden. Hanya 5% responden yang mengetahui konsep green

(47)

33 building. Pengetahuan responden terhadap green building hanya sebatas green building sebagai konsep bangunan ramah lingkungan. namun secara umum responden memiliki persepsi yang baik terhadap green building. Sebanyak 43,33% responden menilai lingkungan sekitar green building cukup nyaman, 48,33% responden menilai lingkungan sekitar green building cukup bersih, dan 51,67% menilai lingkungan sekitar green building cukup indah. Hasil tersebut menunjukkan keberadaan green building tidak mengganggu kenyamanan masyarakat dan tidak merusak kebersihan serta keindahan lingkungan.

6.2.2 Persepsi pengelola terhadap greenbuilding

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pengelola green building PT. XYZ, tujuan pembangunan green building adalah untuk menghemat energi listrik, membina lingkungan yang bersih dan nyaman, mengurangi tingkat polusi di tempat kerja dan lingkungan sekitarnya, serta memberi pandangan baru pada karyawan dan lingkungan sekitar atas konsep green building untuk lingkungan dalam jangka panjang. Green building memberikan manfaat pada lingkungan yaitu mengurangi polusi dan emisi CO2. Keberadaan green building tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan tetapi juga memberikan manfaat bagi perusahaan diantaranya menghemat biaya listrik dan air yang berimplikasi pada pengurangan biaya operasional perusahaan serta menghasilkan insentif pajak bagi perusahaan untuk mengekspor hasil produksinya. Pembangunan green building didukung oleh mitra kerja PT. XYZ karena dapat meningkatkan kesehatan karyawan sehingga produktivitas pun meningkat.

Green building PT. XYZ mendapatkan poin maksimal pada kriteria lokasi berkelanjutan, efisiensi air, serta material dan sumberdaya namun pada kriteria energi dan atmosfer, kualitas udara di dalam ruangan, serta inovasi desain tidak mendapatkan poin maksimal. Green building berfokus pada efisiensi energi namun PT. XYZ hanya memperoleh 5 dari total 24 poin pada kategori energi dan atmosfer. Perolehan tersebut perlu ditingkatkan namun jumlah poin yang diperoleh telah memenuhi kriteria untuk memperoleh sertifiksi silver.

(48)

34

membutuhkan waktu yang lama, sulitnya mengumpulkan data dan material yang sesuai dengan standar yang ditetapkan USGBC, harga material yang lebih mahal dibandingkan material untuk membangun gedung kovensional, serta waktu pengiriman material yang cukup lama karena Subang merupakan kota kecil. Sejauh ini kekurangan green building adalah biaya pembangunan yang mahal. Biaya pembangunan dan sertifikasi yang mahal tidak menjadi hambatan bagi PT. XYZ karena manfaat jangka panjang yang akan diperoleh dengan adanya green building akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Pemeliharaan dan pengelolaan green building PT. XYZ dilakukan oleh tim maintenance yang bertugas memantau dan menjaga agar operasional green building tetap berjalan dengan baik. Pengelola green building menerapkan aturan-aturan agar operasional green building sesuai standar diantaranya mengurangi penggunaan pendingin udara dan lampu di dalam ruangan, memaksimalkan sumber pencahayaan alami yang berasal dari cahaya matahari, memberikan arahan kepada penghuni untuk membuang sampah pada tempatnya, serta melarang penghuni gedung merokok didalam ruangan. Green building PT. XYZ dilengkapi dengan tempat parkir sepeda untuk mendorong penghuni untuk menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan standar yang ada pada green building karena pengelola wajib mengirimkan laporan tahunan terkait operasional gedung. Pengelola berharap dengan adanya green building, karyawan menjadi lebih produktif, lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat, serta mengurangi biaya operasional perusahaan.

6.3 Biaya pembangunan green building

(49)

35 penyelesaian dinding, lantai, plafon, pintu, jendela, biaya penutupan dan pelapisan, peralatan saniter, atap, dan biaya penyelesaian tangga. Biaya MEP terdiri dari pipa saluran air, hidran, listrik, alarm kebakaran, data, telepon, sound system, dan biaya lain-lain. Biaya provisional sum terdiri dari tunjangan untuk pekerjaan eksternal, konstruksi, dan MEP work.

Salah satu yang membedakan biaya pembangunan green building dengan bangunan konvensional lainnya adalah adanya biaya sertifikasi green building, yaitu sebesar Rp67.000.000. Setelah sertifikasi diperoleh tidak terdapat biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pemilik terkait dengan sertifikasi. Uraian biaya pembangunan green building PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Biaya pembangunan green building

Uraian Jumlah (Rp)

Persiapan 2.575.200.000

Siteworks 20.399.540

Structure works 9.022.926.090

Arsitektur 5.582.808.816

MEP(Mechanical, Electrical,an Plumbing) works 1.412.344.700

Provisional sum 1.465.000.000

Berdasarkan hasil wawancara dengan kontraktor, biaya pembangunan gedung konvensional adalah sebesar Rp4.000.000 per m2 sehingga biaya pembangunan gedung konvensional seluas green building PT. XYZ adalah sebesar Rp13.800.000.000. Biaya pembangunan green building Rp8.354.000.000 (60,54%) lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya pembangunan gedung konvensional.

(50)

36

mampu memberikan manfaat yang besar seperti meningkatkan kenyamanan, mengurangi polusi, serta penggunaan air dan listrik yang lebih efisien. Penggunaan air dan listrik yang lebih efisien menurunkan biaya listrik dan air yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dan berimplikasi pada pengurangan biaya operasional perusahaan.

6.4 Efisiensi energi

Efisiensi energi pada green building PT. XYZ diperoleh melalui energy modelling untuk memilih kombinasi desain yang terbaik, mengurangi penggunaan pendingin udara, mengurangi penggunaan lampu pada siang hari, memaksimalkan pencahayaan alami, serta membentuk tim khusus yang menangani operasional green building agar berjalan sesuai dengan standar USGBC. Pada saat proses desain telah dilakukan energy modelling yang disahkan oleh USGBC. Berdasarkan energy modelling, konsumsi energi listrik green building adalah sebesar 1.014.038 kWh/tahun. Jika dibagi dengan luas bangunan 3.450 m2 maka intensitas konsumsi energi adalah sebesar 293,924 kWh/m2/tahun. Perhitungan aktual konsumsi listrik pada green building PT. XYZ adalah sebesar 287.907 kWh/tahun sehingga jika dibagi dengan luas green building maka intensitas konsumsi energinya sebesar 83,45 kWh/m2/tahun. Konsumsi listrik green building dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Konsumsi listrik green building

Keterangan Desain Pengukuran aktual KVA KWh/hari KWh/tahun KVA KWh/hari KWh/tahun

Internal Lighting 133,4 1.267 361.061 34 323 92.055

External Lighting 2,4 31 11.023 2,4 31,92 11.172

Air Conditioning 237,1 2.252 641.954 72 648 184.680

Total 373 3550 1.014.038 108,4 1.002,92 287.907

Sumber: PT. XYZ 2014

(51)

37 Tabel 10 Efisiensi energi pada green building

Pengukuran 1 2

Konsumsi listrik (KWh/tahun) 1.014.038 287.907

IKE (kWh/m2) 293,92 83,45

Penghematan (kWh/m2) 210,47 166,55

Efisiensi (%) 71,61 66,62

Nilai ekonomi (Rp/tahun) 583.083.193 461.398.179 Keterangan: 1: Perbandingan IKE green building aktual dengan desain

2: Perbandingan IKE green building aktual dengan standar SNI

Tingkat efisiensi energi pada green building jika dibandingkan dengan IKE desain adalah 71,61% dengan nilai ekonomi sebesar Rp583.083.193 per tahun. Tingkat efisiensi energi jika dibandingkan dengan IKE standar gedung di Indonesia maka efisiensinya adalah sebesar 66,62% dengan nilai ekonomi efisiensi energi sebesar Rp461.401.792,5 per tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa green building secara nyata bermanfaat dalam mengurangi konsumsi listrik yang berimplikasi pada penghematan biaya operasional gedung.

(52)

38

dibandingkan pendingin udara konvensional, serta lampu LED hemat energi. Efisiensi energi pada gedung Kementerian PU diperoleh dengan pemasangan sistem pencahayaan yang dapat dikontrol dan dilengkapi dengan sensor pencahayaan serta sistem pemantul cahaya yang dapat mengurangi intensitas panas yang masuk.

Menurut Lockwood (2006) dalam Nalewaik dan Venter (2009) Pada tahun pertama operasional green building di Amerika Serikat dapat mengurangi konsumsi energi sebesar 42% melalui desain bangunan berkelanjutan yang diterapkan, pengurangan peralatan elektronik, penggunaan cahaya matahari, ventilasi alami, penggunaan photovoltaic sebagai sumber daya, serta pengurangan penggunaan energi. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa efisiensi energi pada green building dipengaruhi oleh beberapa aspek. Pertama, sasaran efisiensi energi perlu ditentukan pada awal proyek. Pada proses desain perlu dilakukan simulasi energi untuk memperoleh desain yang menghasilkan kinerja terbaik. Efisiensi energi pada green building dicapai dengan membuat desain pengorganisasian ruangan yang memperhatikan pencahayaan matahari, arah angin, peninggian langit-langit, serta pemilihan arsitektur dan furnitur yang dapat membantu bias cahaya matahari.

Kedua, penerapaan teknologi dalam proses pembangunan dan operasional gedung juga dapat merubah kinerja bangunan. Teknologi yang digunakan adalah teknologi terbaik untuk mencapai bangunan hemat energi. Teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang dapat mengurangi penggunaan energi dalam bangunan seperti menggunakan lampu dan pendingin udara hemat energi yang dilengkapi dengan sensor agar dapat padam secara otomatis ketika tidak digunakan. Ketiga adalah sistem manajemen bangunan. Manajemen pengelola green building perlu memiliki komitmen untuk mengoperasionalkan green building sesuai standar agar tujuan efisiensi energi dapat tercapai.

(53)

39 energi, serta melakukan perawatan dan perbaikan pada teknologi penggunan energi.

Pencapaian efisiensi energi pada green building PT. XYZ merupakan prestasi bagi pengelola, kontraktor, dan konsultan yang terlibat di dalam pembangunan green building. Hal tersebut dikarenakan Subang merupakan kota dengan suhu yang panas namun green building PT.XYZ dapat mengurangi pemakaian energi untuk penyejuk udara. Efisiensi energi akan lebih tinggi pada saat musim hujan, karena pada saat musim hujan beban pendingin udara tidak maksimal sehingga konsumsi listrik berkurang.

6.5 Efisiensi Air

Efisiensi air pada green building PT. XYZ diperoleh melalui penggunaan material keran yang mengeluarkan debit air yang lebih kecil, menerapkan teknologi inovatif untuk mengolah air limbah, perancangan dan pembuatan lansekap yang hemat air, serta adanya ground tank yang dapat menampung air hujan. Air hujan yang ditampung kemudian dapat digunakan untuk keperluan menyiram tanaman.

Nilai efisiensi air diestimasi dengan membandingkan konsumsi air per orang per hari dengan standar konsumsi air di kota kecil. Konsumsi air di green building selama dua bulan adalah 359 m3 sama dengan 359.000 liter. Konsumsi air per bulan adalah 179500 liter per bulan. Green building dihuni selama 24 hari per bulan sehingga konsumsi air per hari adalah sebesar 7.479,17 liter per hari. Green building PT. XYZ dihuni oleh 224 orang karyawan sehingga konsumsi air per orang dapat diestimasi dengan membandingkan konsumsi air per hari dengan jumlah penghuni green building.

Green building PT. XYZ dihuni selama 10 jam per hari, maka standar konsumsi air pada green building adalah:

(54)

40

Perhitungan efisiensi air dihitung dengan membandingkan penghematan konsumsi air dengan standar konsumsi air di green building. Penghematan air per orang per hari di green building PT. XYZ adalah:

Efisiensi penggunaan air dihitung sebagai berikut:

Nilai ekonomi efisiensi air diestimasi dengan mengalikan penghematan konsumsi air dengan jumlah penghuni green building dan tarif air PDAM Tirta Rangga Kabupaten Subang.

Penghematan air di green building PT. XYZ perhari adalah:

= =

Penghematan air pertahun:

= Tabel 11 Efisiensi air pada green building

Volume air (m3) Tarif (Rp/m3) Jumlah (Rp)

10 7.605 76.050

10 7.605 76.050

10 10.140 101.400

233,055 12.675 2.953.972,125

Total 3.207.472,125

Efisiensi air pada green building PT. XYZ adalah sebesar 10,98%. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 11, nilai ekonomi dari efisiensi air adalah Rp3.207.472,125 per tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa green building

(55)

41 Gedung Kementerian PU mencapai efisiensi air dengan memasang sistem daur ulang air. Sistem daur ulang air tersebut mengolah air kotor menjadi air bersih yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman. Gedung ITSB mencapai efisiensi air dengan memasang meteran air, memiliki Water Treatment Plant (WTP), menggunakan saniter yang ramah lingkungan, dan memiliki kolam penampungan air hujan. Gedung Sinarmas Land Plaza mencapai efisiensi air dengan menggunakan teknologi dan desain yang dapat mengurangi penggunaan air dalam perancangan bangunan. Gedung BCA mencapai efisiensi air dengan menerapkan manajemen konservasi air dan inspeksi sistem pipa untuk mencegah kebocoran air, menggunakan air daur ulang, dan menggunakan keran otomatis. PT. Dahana mencapai efisiensi air dengan mengunakan sumber air alternatif seperti air hujan dan kondensat AC. Menurut Lockwood (2006) dalam Nalewaik dan Venter (2009) green building di Amerika Serikat dapat mengurangi konsumsi air 34% dibandingkan gedung standar dengan menerapkan sistem saluran air yang baik.

(56)

42

diterapkan adalah teknologi yang tidak hanya dapat mengurangi penggunaan air tetapi juga ramah lingkungan. Manajemen pengelola air pada gedung harus melakukan perawatan dan pengecekan pipa secara berkala agar tidak terjadi kebocoran air.

Apabila dibandingkan dengan gedung konvensional, efisiensi air pada green building PT. XYZ sudah baik karena melakukan penghematan sebesar 10,98%. Efisiensi air dapat ditingkatkan dengan mengurangi penggunaan air oleh penghuni serta menerapkan sistem daur ulang air. Sistem daur ulang air berguna untuk meminimalisir pemakaian air, sehingga air limbah yang telah diolah dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan menyiram taman. Sama seperti efisiensi energi, efisiensi air pun menurunkan biaya air yang harus dikeluarkan dan berimplikasi pada pengurangan biaya operasional gedung.

6.6 Implikasi dan Rekomendasi

Green building merupakan salah satu alternatif untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Pengembangan green building di Indonesia dapat mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan. Sebanyak 57 orang (95%) responden yang bertempat tinggal dekat dengan green building tidak mengetahui mengenai konsep green building, hanya tiga orang (5%) responden yang mengetahui konsep green building. Perusahaan yang membangun green building akan memperoleh insentif yaitu kemudahan dalam mengekspor barang serta pengurangan pajak di negara tujuan ekspor karena barang yang dihasilkan dengan proses produksi dan sistem manajemen yang ramah lingkungan memiliki nilai tambah di pasar dunia.

Gambar

Tabel 1  Nilai konstruksi yang diselesaikan menurut jenis pekerjaan, 2008-2012
Tabel 3  Matriks penelitian terdahulu
Gambar 1  Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 5  Tarif PDAM Tirta Rangga untuk kategori Niaga Besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, gedung dianggap belum memenuhi kriteria sebagai gedung terbangun yang menerapkan konsep Green Building sesuai perangkat penilaian dari GBCI yang

Dengan demikian, gedung dianggap belum memenuhi kriteria sebagai gedung terbangun yang menerapkan konsep Green Building sesuai perangkat penilaian dari GBCI yang

Latar belakang penerapan konsep green building pada gedung BI Surakarta adalah komitmen yang kuat dari owner sebagai pioneer dalam mewujudkan bangunan yang ramah

Objek studi terpilih adalah bangunan pusat administrasi Gedung Rektorat UB, karena konsep green building tampak sangat minim diterapkan, terlihat dari jendela yang

mendorong aplikasi green building, terutama untuk perkantoran, sekolah, universitas, yang dapat dimulai dari kantor-kantor pemerintah, seperti halnya yang telah

Dengan demikian, gedung dianggap telah memenuhi kriteria sebagai gedung terbangun yang menerapkan konsep Green Building sesuai perangkat penilaian dari GBCI Dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat mengenai dampak pembangunan hunian (rumah) terkait pemanasan global, dan penerapan green building

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk menciptakan bangunan yang lebih berkelanjutan serta bagaimana merancang inovasi bangunan perpustakaan dengan konsep sustainability green