• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Kasus Kriptosporidiosis pada Sapi Potong di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Kasus Kriptosporidiosis pada Sapi Potong di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI KASUS KRIPTOSPORIDIOSIS PADA SAPI

POTONG DI KECAMATAN CIPATUJAH DAN CIKALONG,

TASIKMALAYA, JAWA BARAT

BAMBANG RIFKY YUDYANTORO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prevalensi Kasus Kriptosporidiosis pada Sapi Potong di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Bambang Rifky Yudyantoro

NIM B04090125

(4)

ABSTRAK

BAMBANG RIFKY YUDYANTORO. Prevalensi Kasus Kriptosporidiosis pada Sapi Potong di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Dibimbing oleh UMI CAHYANINGSIH.

Kasus kriptosporidiosis disebabkan oleh parasit Cryptosporidium sp. yang sering terjadi pada ternak sapi potong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi Cryptosporidium sp.yang menginfeksi sapi potong pada peternakan rakyat di wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai Juni 2013 menggunakan sampel feses sapi sebanyak 203 sampel dari 117 peternak. Berdasarkan jenis kelamin, sampel terdiri dari 168 ternak betina dan 35 ternak jantan, sedangkan berdasarkan umur, ternak terdiri dari 151 ternak dewasa, 24 anakan, dan 28 pedet. Sampel feses diperiksa dengan menggunakan metode gula apung sheather, selanjutnya dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Persentase prevalensi Cryptosporidium sp. di daerah Cipatujah (13,08%) lebih lebih tinggi dibandingkan di Kecamatan Cikalong (8,33%). Infeksi Cryptosporidium sp. lebih tinggi pada pedet dan anak daripada sapi dewasa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa prevalensi kriptosporidiosis berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Cipatujah adalah berbeda nyata (P<0.05), namun berdasarkan umur pada Kecamatan Cipatujah dan Cikalong menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05).

Kata kunci: Cryptosporidium sp., jenis kelamin, prevalensi, sapi, umur

ABSTRACT

Cryptosporidiosis is caused by Cryptosporidium sp. often occurs in cattle. This research aimed to determine the prevalence of Cryptosporidium sp infection in cattle at Cipatujah and Cikalong regency, Tasikmalaya, West Java. The research started in October 2012 to June 2013 used fecal specimens from 203 cattles of 117 farmers. Based on gender, sample consisted of 168 cows and 35 bulls. Based on age, consisted of 151 adult cattles, 24 heifers and 28 calves.

Sample of feces were examined by floating sheather sugar, then afterwards observed using a light microscope. Percentage prevalence of Cryptosporidium sp at Cipatujah regency (13.08%) was higher than at Cikalong regency (8.33%). The infection of Cryptosporidium sp was higher in calves and heifers than adult cattles. The result of statistical tests shows the prevalence of cryptosporidiosis infection based on gender at Cipatujah regency is significant difference (P<0.05), but based on age at Cipatujah and Cikalong regency are no significant difference (P>0.05).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PREVALENSI KASUS KRIPTOSPORIDIOSIS PADA SAPI

POTONG DI KECAMATAN CIPATUJAH DAN CIKALONG,

TASIKMALAYA, JAWA BARAT

BAMBANG RIFKY YUDYANTORO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Prevalensi Kasus Kriptosporidiosis pada Sapi Potong di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat

Nama : Bambang Rifky Yudyantoro NIM : B04090125

Disetujui oleh

Prof Dr drh Umi Cahyaningsih, MS Pembimbing

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai Juni 2013 ini adalah kriptosporidiosis, dengan judul Prevalensi Kasus Kriptosporidiosis pada Sapi Potong di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr drh Umi Cahyaningsih, MS yang telah membimbing penulis mulai dari pemilihan materi penelitian hingga penulisan skripsi. Terima kasih atas segala masukan dan sarannya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Bambang Suprayitno, ibunda Endah Sudarti, kakanda Bambang Puguh Murdyantoro, adinda Kharisma Ratna Widyantari, serta keluarga besar Geochelone FKH 46 atas doa, kasih sayang, dan dukungannya kepada penulis selama. Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh Arifin Budiman yang telah banyak membantu selama di laboratorium. Penghargaan penulis sampaikan kepada Tim Peneliti Kriptosporidiosis (Irwan Manshur A, Sarah Friska M, dan Natasha Larinzky S), Tim Seminar (Hery Nur Ichsan dan Jessica Rizkina Wibowo), Wulandari Utami, Ridho Septiadi, teman-teman seperjuangan C2 (Budi Setiawan, Danagata Kana, Stephanus Wahyu Nugroho, Hendro Dwi Sugiyanto, dan Ifan Aria Munandar) yang telah memberi semangat dan doa kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi. Penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Dr dra Nastiti Kusumorini sebagai dosen pembimbing akademik penulis selama menjalani studi di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih atas segala bimbingan dan arahannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf di Institut Pertanian Bogor, terkhusus di Fakultas Kedokteran Hewan yang telah dengan ikhlas mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta bekal di kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Februari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat 2

Bahan 3

Prosedur Penelitian 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Tingkat prevalensi Cryptosporidiumsp. pada ternak sapi rakyat Kecamatan

Cipatujah dan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya 4

Sistem manajemen peternakan di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong 5 Sistem manajemen ternak berdasarkan sumber air yang digunakan 6 Prevalensi infeksi Cryptosporidium sp. berdasarkan jenis kelamin dan umur 7

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tingkat prevalensi Cryptosporidium sp. 4 2. Sistem manajemen peternakan di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong 5 3. Sistem manajemen peternakan berdasarkan sumber air yang digunakan 6 4. Prevalensi infeksi Cryptosporidium sp. berdasarkan jenis kelamin dan

umur 7

5. Nilai Odds ratio infeksi Cryptosporidium sp. berdasarkan jenis kelamin

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah Indonesia mencanangkan adanya program swasembada daging pada tahun 2014. Program peningkatan produksi ternak ruminansia sering mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh penyakit parasiter. Hal tersebut dapat menjadi kendala bagi tercapainya swasembada daging di Indonesia. Sapi potong merupakan salah satu komoditi yang banyak diminati peternak di Indonesia. Peternakan sapi potong menyediakan banyak lapangan kerja, membantu meningkatkan produksi daging nasional, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak, serta meningkatkan pendapatan daerah. Ternak sapi potong sangat rentan terkena kriptosporidiosis.

Kriptosporidiosis pada umumya menginfeksi ternak sapi yang berumur 1 sampai 6 bulan (Silverlas 2010). Infeksi yang terjadi pada ternak sapi dapat disebabkan oleh parasit Cryptosporidium parvum (Sischo et al. 2000). Bagi peternak dapat menyebabkan kerugian berupa peningkatan biaya pengobatan dan perawatan untuk ternak yang terkena kriptosporidiosis. Tindakan yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan agar tidak terkena kriptosporidiosis adalah dengan lebih memperhatikan sanitasi peralatan dan kandang serta manajemen ternak.

Penyebaran penyakit kriptosporidiosis sangat luas dengan vertebrata sebagai inangnya. Parasit keluar bersama tinja dan dapat mencemari lingkungan dalam bentuk ookista. Ookista dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada kondisi lingkungan buruk, serta pada air minum. Ookista umumnya dapat hidup lama di air tetapi tidak dapat bertahan hidup pada pengeringan (Cook 1996). Bentuk ookista bulat dan oval berukuran 4 hingga 6 mikrometer. Ookista terdiri dari 4 sporozoit tetapi tidak selalu terlihat, refraktil dan terdiri dari 2 dinding tebal.

Parasit menyerang saluran pencernaan induk semang terinfeksi sehingga menyebabkan diare akut bahkan dapat berlanjut menjadi kronis. Cryptosporidium parvum menginfeksi mukosa intestinal baik pada manusia maupun spesies mamalia lainnya. Infeksi dapat bersifat asimptomatis, diare akut dan self limiting

pada penderita immunocompromise (Sara et al. 2000).

(13)

2

Ookista yang berdinding tipis melakukan autoinfeksi dan ookista berdinding tebal akan keluar bersama dengan tinja.

Gejala klinis kriptosporidiosis pada pedet adalah diare, demam, dan penurunan nafsu makan (Rosie et al. 2003). Cryptosporidium parvum dapat menyerang kantung empedu dan menyebabkan dinding kantung empedu menebal. Dapat juga menyebabkan gangguan saluran respirasi dan menimbulkan gejala klinis berupa batuk kronis, dyspnea, bronchiolitis, dan pneumonia (Hannah 2000). Kriptosporidiosis dilaporkan telah terjadi diseluruh dunia dan menyerang manusia dengan prevalensi cukup tinggi di beberapa Negara di Amerika Latin dan Afrika. Hasil studi pada dua tempat di Brazil yaitu pada daerah Rio de Janeiro dan Uberlandia menujukkan angka prevalensi 18.20% dan 13% (Marcelo dan Borges 2002).

Ookista Cryptosporidium sp. resisten terhadap pengaruh lingkungan yang buruk sehingga parasit ini tahan terhadap klorinasi air yang berfungsi untuk desinfeksi. Ookista Cryptosporidium parvum dapat bertahan dalam pemaparan larutan klorin 1.05% dan 3% selama 18 jam (Hannah 2000). Beberapa ookista tidak infektif pada temperatur -15 ºC selama 24 jam. Perlakuan pengeringan dapat menurunkan populasi ookista. Tinja yang mengandung ookista dengan perlakuan pengeringan dapat bersifat tidak infeksius (Fayer 2003).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi

Cryptosporidium sp. yang menginfeksi sapi potong di peternakan rakyat Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui prevalensi penyakit kriptosporidiosis di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan sampel dilaksanakan di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Proses pengamatan ini dilaksanakan di Laboratorium Protozoologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet pada bulan Oktober 2012 sampai Juni 2013.

Alat

(14)

3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah aquades, feses sapi, gula sheater, larutan Ziehl Neelsens A (pewarna karbol fuchsin), Ziehl Neelsens B (alkohol asam:HCl 3% dalam methanol 95%), dan Ziehl Neelsens C(pewarna biru metilen).

Prosedur Penelitian

Pengumpulan Data

Pengisian kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data dari responden. Responden adalah petugas kandang atau pemilik kandang.

Pengambilan Sampel Feses

Pengambilan sampel feses diambil dari rektum sapi atau diambil dari feses yang baru dikeluarkan dengan mengambil bagian atas. Sampel feses kemudian disimpan di dalam cool box untuk selanjutnya diperiksa di laboratorium. Setiap sampel dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi label.

Ukuran Sampel

Target populasi sampel adalah sapi potong peternakan rakyat Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sampel yang digunakan adalah 203 ekor sapi potong dari 117 peternak. Sampel feses diambil dari sapi potong dewasa (>12 bulan), anak (>6 sampai 12 bulan), pedet (0 sampai 6 bulan).

Jumlah sampel ditentukan dengan asumsi dugaan bahwa tingkat kejadian penyakit parasit sebesar 50% dengan tingkat kepercayaan 90%. Menurut (Selvin 2004), besaran sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: n = Jumlah sampel feses sapi yang diambil.

P = Asumsi dugaan tingkat kejadian penyakit kriptosporidiosis. L = Tingkat kesalahan 10% (0.1).

Pemeriksaan Sampel Feses dengan Gula Sheater

Sampel feses sebanyak 1 gram diencerkan dengan menggunakan air sebanyak 14 ml. Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm/10 menit. Supernatan dibuang sedangkan sedimennya ditambahkan larutan gula sheater

hingga volume 15 ml. Kemudian dilakukan sentrifugasi kembali dengan kecepatan 1500 rpm/10 menit. Supernatan diambil dan diperiksa di mikroskop cahaya dengan perbesaran 450 kali (Castro et al. 2002).

Pewarnaan Sampel Feses

(15)

4

sebagai pewarna penutup. Hasil positif terinfeksi Cryptosporidium sp. menunjukkan warna merah pada ookista dan daerah sekitarnya berwarna biru (Pinge et al. 2004).

Tahapan dalam pewarnaan Ziehl Neelsen ialah membersihkan objek gelas menggunakan alkohol agar tidak terdapat lemak dan kotoran. Ookista yang mengapung pada larutan gula sheater digunakan untuk membuat preparat ulas. Preparat ulas dikeringkan di udara dan kemudian difiksasi diatas api. Larutan

Ziehl Neelsen A diteteskan pada preparat ulas yang telah difiksasi, dan dikeringkan di atas api bunsen dengan cara dilewatkan hingga beberapa kali selama 5−10 menit. Proses tersebut dilakukan agar Ziehl Neelsen A terserap ke dalam sel,selanjutnya larutan Ziehl Neelsen B diteteskan hingga pewarnaan terlihat pucat (pink) dan dicuci pada air mengalir kemudian keringkan di udara. Tahapan berikutnya ialah larutan Ziehl Neelsen C diteteskan sebanyak 2 tetes selama 3 menit, setelah itu dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan di udara. Pengamatan dilakukan di mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Ookista

Cryptosporidium sp. akan berwarna merah muda.

Pewarnaan dengan menggunakan Ziehl Neelsen bertujuan untuk menghindari adanya hasil positif palsu. Sampel feses positif Cryptosporidium sp. pada pemeriksaan natif dilanjutkan dengan pewarnaan Ziehl Neelsen, kemudian diperiksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.

Analisis Data

Data dari pemeriksaan natif dan kuesioner dianalisis secara deskriptif. Uji statistik untuk mengetahui pengaruh umur, pengaruh jenis kelamin, dan hubungan faktor risiko dan infeksi kriptosporidiosis yang bersumber dari manajemen peternakan diukur dengan menggunakan metode chi-square. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan program SPSS 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat prevalensi Cryptosporidiumsp. pada ternak sapi rakyat Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya (Tabel 1).

Tabel 1 Tingkat prevalensi infeksi Cryptosporidium sp.

Kode Kecamatan Jumlah Sampel Jumlah sampel positif Prevalensi (%)

Cipatujah 107 14 13.08

Cikalong 96 8 8.33

Tabel 1 menunjukkan tingkat prevalensi kriptosporidiosis pada Kecamatan Cipatujah (13.08%) lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Cikalong (8.33%). Manajemen ternak yang baik dapat mengurangi potensi terjadinya infeksi

(16)

5 (2010) menyatakan bahwa infeksi Cryptosporidium sp. dapat disebabkan oleh dosis infeksi, dan manajemen ternak.

Faktor manajemen ternak seperti alas kandang, sistem pemeliharaan dan frekuensi membersihkan kandang dapat menjadi penyebab adanya infeksi kriptosporidiosis pada sapi. Sistem manajemen peternakan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Sistem manajemen peternakan di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong

Manajemen Peternakan Cipatujah Cikalong

N n* % N n* %

Keterangan: N: jumlah peternak, n*: jumlah peternak pengguna, %: persentase n*

Alas kandang yang digunakan oleh peternak dibagi menjadi 3, yaitu alas kandang yang berupa semen, tanah dan lainnya. Tabel 2 menunjukkan bahwa penggunaan alas kandang pada Kecamatan Cipatujah dan Cikalong mayoritas menggunakan kandang dengan alas tanah. Hal ini dapat memengaruhi tingginya infeksi kriptosporidiosis. Artama (2005) menyebutkan bahwa salah satu penyebab kasus kriptosporidiosis pada pedet adalah adanya kontak langsung dengan lantai yang sebelumnya sudah tercemar Cryptosporidium sp. yang berasal dari ternak dan lingkungan tercemar. Muhid et al. (2011) menyatakan bahwa faktor penyebab tingginya prevalensi kriptosporidiosis adalah ternak yang ditempatkan pada kandang dengan alas tanah, karena alas tanah menyebabkan kondisi kandang menjadi lembab. Pernyataan tersebut sesuai dengan Castro et al. (2002) yang menyatakan bahwa ternak yang menggunakan alas kandang tanah memiliki resiko terinfeksi Cryptosporidium sp. lebih tinggi daripada ternak yang menggunakan alas kandang semen.

(17)

6

atau digembalakan terus menerus (1.82%). Prevalensi infeksi Cryptosporidium sp. lebih tinggi pada ternak yang dikandangkan secara terus-menerus, karena pada umumnya ternak defekasi dan mengkonsumsi pakan dan air pada tempat yang sama (Muhid et al. 2011). Sistem pemeliharaan ternak pada Kecamatan Cikalong tergolong baik, karena persentase ternak yang dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari (67.75%) lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang dikandangkan secara terus-menerus (14.51%), dan ternak yang dilepas atau digembalakan secara terus-menerus (17.74%).

Frekuensi membersihkan kandang termasuk faktor yang dapat memengaruhi prevalensi infeksi kriptosporidiosis pada ternak sapi. Kandang yang dibersihkan secara terus-menerus dapat mengurangi tumpukan feses sapi yang berpotensi sebagai media penyebab infeksi kriptosporidiosis. Frekuensi membersihkan kandang pada Kecamatan Cipatujah dan Cikalong terdiri dari 3, yaitu dibersihkan setiap hari, seminggu sekali, dan beberapa kali dalam seminggu. Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase kandang yang dibersihkan setiap hari pada Kecamatan Cipatujah dan Cikalong lebih tinggi dibandingkan dengan kandang yang dibersihkan seminggu sekali, dan beberapa kali dalam seminggu. Kandang yang jarang dibersihkan menyebabkan adanya tumpukan kotoran yang dapat mengakibatkan kondisi kandang menjadi lembab. Office International des Epizooties (2004) menyebutkan kondisi lingkungan yang basah dan cukup lembab dapat menyebabkan ookista Cryptosporidium sp. bertahan hidup selama berbulan-bulan, namun ookista Cryptosporidium sp. tidak dapat bertahan lama pada kondisi kering.

Salah satu faktor penyebab infeksi Cryptosporidium sp. adalah sumber air yang digunakan oleh peternak sapi. Sumber air yang digunakan oleh peternak sapi rakyat di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat yaitu air sumur gali, air sumur pantek, dan air sungai/ telaga/ kolam disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Sistem manajemen peternakan berdasarkan sumber air yang digunakan

Sumber Air Kode

(18)

7 memandikan ternak. Menurut Barbara et al (2004) kriptosporidiosis dapat ditularkan melalui air sungai, air danau ataupun menelan air dalam jumlah sedikit ketika berenang. Air permukaan yang tercemar ookista Cryptosporidium sp. dapat mencapai 97% (Barbara et al. 2004). Ookista Cryptosporidium sp. dapat bertahan lama pada lingkungan buruk karena memiliki struktur berdinding ganda (Barer danWright 1990).

Tabel 4 Prevalensi infeksi Cryptosporidium sp. berdasarkan jenis kelamin dan umur pada kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (p<0.05).

Tabel 5 Nilai Odds ratio infeksi Cryptosporidium sp. berdasarkan jenis kelamin dan umur ternak

Peubah Cipatujah Cikalong

P OR SK 95% P OR SK 95%

Keterangan : uji Regresi logistik: * signifikan (p<0.05). a P: P- value, OR: Odds ratio, SK: Selang Kepercayaan.

Tingkat prevalensi Cryptosporidium sp. berdasarkan jenis kelamin ternak di Kecamatan Cipatujah, diperoleh hasil bahwa pada sapi jantan (30%) lebih tinggi daripada sapi betina (9.19%) dan pada Kecamatan Cikalong diperoleh hasil sapi jantan (13.33%) lebih tinggi daripada sapi betina (7.40%) (Tabel 4). Hasil (Tabel 4) dianalisis secara statistika menunjukkan bahwa pada Kecamatan Cipatujah hewan jantan dan betina berbeda nyata (p<0.05) (Tabel 5). Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sapi jantan di Kecamatan Cipatujah lebih beresiko 4.232 kali daripada sapi betina. Hal ini tidak sesuai dengan Ayinmode dan Benjamin (2010) yang menyatakan bahwa hewan betina memiliki resiko terinfeksi dua kali lebih besar dibandingkan hewan jantan. Penyebab betina lebih beresiko terinfeksi

(19)

8

dan jantan memiliki resiko terinfeksi Cryptosporidium sp. tidak berbeda nyata dikarenakan memiliki sistem imunitas yang sama. Penyebab hewan dapat terinfeksi Cryptosoridium sp. dapat berasal dari dosis infeksi dan manajemen ternak (Silverlas 2010).

Tingkat prevalensi Cryptosporidium sp. berdasarkan umur ternak pada Kecamatan Cipatujah menunjukkan bahwa anak (28.57%) lebih tinggi daripada pedet (20%) dan dewasa (8.97%). Pada Kecamatan Cikalong diperoleh hasil bahwa pedet (15.38%) lebih tinggi daripada anak (0%) dan dewasa (8.10%). Hasil (Tabel 4) dianalisis secara statistika menunjukkan bahwa faktor umur tidak berbeda nyata (p>0.05) (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan Artama (2005) yang menyatakan bahwa kejadian infeksi dapat terjadi pada semua tingkat umur tergantung pada tatalaksana peternakan, yang meliputi penggabungan semua ternak pada satu kandang, belum adanya saluran pembuangan maupun bak penampungan kotoran ternak, dan limbah ternak yang belum tertangani dengan baik. Namun, hal tersebut bertentangan dengan Faubert dan Litvinsky (2000) yang menyatakan bahwa infeksi Cryptosporidium sp. lebih dominan pada pedet dan anakan karena sistem kekebalannya belum terbentuk sempurna. Kriptosporidiosis pada pedet kejadiannya mencapai 92% (Faubert dan Litvinsky 2000).

.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Faktor umur ternak tidak berbeda nyata sehingga tidak berpengaruh terhadap infeksi Cryptosporidium sp. Jenis kelamin pada Kecamatan Cipatujah memiliki hasil berbeda nyata yang ditunjukkan dengan hewan jantan memiliki resiko terinfeksi Cryptosporidium sp lebih tinggi dibandingkan dengan hewan betina. Alas kandang dan sistem pemeliharaan ternak pada Kecamatan Cikalong lebih baik daripada Kecamatan Cipatujah. Frekuensi membersihkan kandang pada Kecamatan Cipatujah dan Cikalong tergolong baik. Sumber air yang digunakan sudah cukup baik, yaitu berasal dari air sumur gali.

.

Saran

(20)

9 cattle from South Western Nigeria. Vet archive. 80(6):723-731.

Barbara K, Darling S, Lemley A. 2004. A Waterborne Pathogen. USDA Water Quality Program. Cornell University Cooperative Extension.

Barer MR, Wright AW. 1990. Cryptosporidium and Water. (GB): University of Newcastle upon Tyne. hlm 271-277.

Castro HJA, Losadaand YAG, Aresmazas E. 2002. Prevalence of and risk factor invold in the spread of neonatal bovine Cryptosporidiosis in Galacia (NW Spain). Vet Parasitol. 106(1):1-10.

Cook G. 1996. Manson’s Tropical Disease. Ed 20. London. WB Saunders.

Faubert GM, Litvinsky Y. 2000. Natural transmission of Cryptosporidium parvum

between dams and calves on a dairy farm. J Parasitol. 86(3):495-500. Fayer R. 2003. Basic Biology of Cryptosporidium parvum. United State (US):

Kansas State University [Internet]. [diunduh 2013 Mei 10]. Tersedia pada: http://www.ksu.edu/par asitology/basicbio.

Hannah G. 2000. Cryptosporidium parvum: an Emerging Pathogen. Ohio (US): Kenyon College [Internet]. [diunduh 2013 Juni 4]. Tersedia pada:

http://biology.kenyon.edu/slonc/bio38/hannahs/crypto.htm.

Marcelo S dan AS Borges. 2002. Some aspecs of protozoan infection in immunocompromised patient – a review. Mem Inst Oswaldo Cruz. Rio de Janeiro. 97 (4) : 443-457.

Muhid A, Roberston I, Josephine NG, Ryan U. 2011. Prevalence of and management factors contributing to Cryptosporidium sp. Infection in pre-weaned and post-pre-weaned calves in Johor, Malaysia. Experiment Parasitol. 127:534–538.

Nasir A, Avais M, Khan MS, Ahmad N. 2009. Prevalence of Cryptosporidium parvum infection in Lahore (Pakistan) and its association with diarrhea dairy calves. Int J Agric Biol. 11:221-224.

[OIE] Office International des Epizooties Collaborating Center Iowa State University College of Veterinary Medicine. 2004. Cryptosporidiosis. United State (US): Iowa State University.

Pinge VS, Douglas C, Antony W. 2004. Cyclospora infection masquerading as coeliac disease. Med J. 180(6):295-296.

Rosie HA, JC David, M Avner, MC Joe, DK Martyn. 2003. An outbreak of cryptosporidiosis associated with animal nursery at regional fair. CDI. 27 (2): 244-249.

Sara MD, Okhuysen PC, Salameh BM, Dupont HI dan Chappel AL. 2000. Fecal antibodies to Cryptosporidium parvum in healthy volunteers. Infect Immun. 68:5068-5074.

(21)

10

Silverlas C. 2010. Cryptosporidium Infection in Dairy Cattle (Thesis). Uppsala (SW): Swedish University of Agricultura Sciences.

Sischo WM, Atwill ER, Lanyon LE, George J. 2000. Cryptosporidia on dairy farms and the role these farms may have in contaminating surface water supplies in the Northeastern United States. Prev Vet Med. 43: 253-367.

Smith HV, Nichols RAB. 2009. Cryptosporidium: Detection in water and food.

(22)

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 22 Juni 1991 di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Penulis merupakan putra kedua dari 3 bersaudara pasangan Bambang Suprayitno dan Endah Sudarti. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis sebelumnya yaitu SD Negeri Kutoharjo 2 Rembang pada tahun 1997, SMP Negeri 2 Rembang pada tahun 2003, dan SMA Negeri 1 Rembang pada tahun 2006.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah yang diselenggarakan di FKH IPB. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Pengelolaan Kesehatan Hewan dan Lingkungan pada tahun ajaran 2013/2014 dan Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif dalam berbagai lembaga kemahasiswaan. Beberapa lembaga kemahasiswaan yang pernah diikuti penulis yaitu paduan suara Gita Klinika FKH IPB, STERIL FKH IPB, dan Wakil Ketua Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Satwaliar.

(23)

Gambar

Tabel 2  Sistem manajemen peternakan  di Kecamatan Cipatujah dan Cikalong
Tabel 3  Sistem manajemen peternakan berdasarkan sumber air yang digunakan
Tabel 4  Prevalensi infeksi Cryptosporidium sp. berdasarkan jenis kelamin dan

Referensi

Dokumen terkait

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN

Konsumen dapat membedakan produk oleh country of origin reputation akan tetapi mereka mungkin juga generalisasi sikap dan pendapat mereka pada produk suatu negara dan perusahaan

Penelitian ini menggunakan analisa Indeks Williamson (IW) dan analisa tipologi daerah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) dengan analisa IW di Kabupaten Gresik

Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua karakteristik maupun potensi yang ada di objek wisata Umbul Ngrancah merupakan faktor pendorong dalam usaha pengembangan

Tujuan lainnya yang diperhitungkan oleh perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran (kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan

saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan kesatuan yang utuh, 3) mampu mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks di luar

Sehingga dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Net Profit Margin akan mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

Puji Lestari, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X SMK Negeri 1 Bawang yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian..