• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI PERILAKU PSIKOPAT DALAM FILM “ FIKSI ” (Studi Analisis Semiotik Terhadap Film “ fiksi. “ karya Mouly Surya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI PERILAKU PSIKOPAT DALAM FILM “ FIKSI ” (Studi Analisis Semiotik Terhadap Film “ fiksi. “ karya Mouly Surya)."

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI PERILAKU PSIK OPAT DALAM FILM “ FIKSI ”

(Studi Analisis Semiotik Ter hadap Film “ fiksi. “ karya Mouly Sur ya)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyar atan memper oleh Gelar Sar jana pada

FISIP Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Oleh :

EVA ZULMI FIRMALASARI

NPM. 0743010060

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, dan Sholawat serta Salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, penulis panjatkan karena dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, Skripsi yang berjudul “REPRESENTASI PERILAKU PSIKOPAT DALAM FILM “FIKSI” (Studi Analisis Semiotik Terhadap Film “fik si.” Kar ya Mouly Sur ya)” dapat penulis susun dan selesaikan sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, Mp, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim. 2. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

4. Zainal Abidin Achmad, S.Sos, M.Si, M.Ed, selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. Terima kasih atas segala kontribusi Bapak (bimbingan, dorongan, dan ilmu yang diberikan) terkait penyusunan Proposal Skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Drs. H. Moch. Farchan. M.Si, dan Hj. Ummu Hani’ah, Orang Tua yang selalu menjadi panutan atas semua kasih sayang, pengorbanan, dan didikannya hingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. I do love both of you. Thanks a million.

7. Erma Firdiana dan M. Zainul Fanani, Firman Arifianto dan Randayati Sopamena, Iwan Jefry Firmansyah dan Imelda Sendowati, kakak-kakak ku tersayang yang telah banyak memberi dukungan moril maupun financial… Thankz a lot guys, Love u all.

(3)

being a bad Auntie for you, who always teasing all of you and make you cry

because of me.

9. Vicky Altovan, yang menjengkelkan karena kecerewetannya agar tugas ini cepat selesai. Thank you for your attention and your support..

10. Sahabat-sahabat terbaik ku : Shellalizha, Lupita, Nyunyah, Lytha, Icha, Vega (The Qimz), Na’, Dewi, Sarah, Galih, Mega, Dhimas, Bagus, Sempronk, Pocong, Novan. Thankiu for coloring my day, my live, and my adventure J 11. Keluarga Bp. Misno dan Ibu Kadarwati, Cece, Aa’, Gustav, beserta keluarga

Ngagel Mulyo XVI / 37.

12. Keluarga Bp. Suroyo serta keluarga Bp. Imansyah dan Ibu Kuntorowati.

13. Temen-temen kuliah : Sigit Hitam, Amak Yek, Windy Chiko, Dody Dawuk, Kuswandi, Bembeng, Galih, Luthfi, Kentung, Axa, Prima, Dunk, Ratna Kodok (TFT), Kiki Lemper, Yeye, Eko Ende, Rian Ngok, Rombeng, Doyok, Syahriel, Panda, Amel Bunda, Anak2 kelas A (2007), Anak-anak Kinne Kom, KINETIK SUB, dan semua mahasiswa IKOM, yang sudah banyak membantu penulis. 14. 2ndBorn Activation family : Mas Rio, Mas Suluh, Mas Adjie, Lek Gun, Mas

Wawan, Bombom, Tyo’, Jojon, Baidi, Tari. Thankz a lot for supporting me… We are Family…

Maaf apabila ada nama yang tidak tercantum, jangan khawatir nama kalian akan tetap ada dan terukir di hati dan ingatan penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan untuk menjadikan yang terbaik. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

(4)

DAFTAR ISI

2.1.2. Film Sebagai Komunikasi Massa ... 15

2.1.3. Teori Konstruksi Realitas Sosial ... 17

2.1.4. Representasi ... 21

2.1.5. Perilaku Psikopat ... 25

2.1.5.1. Definisi Perilaku ... 25

2.1.5.2. Definisi Psikopat ... 26

2.1.5.3. Penyebab Terbentuknya Kepribadian Dissosial (Psikopat) ... 29

2.1.5.4. Gejala-gejala Psikopat ... 33

(5)

2.1.7. Teori Semiotika Menurut John Fiske ... 38

(6)

xvii ABSTRAKSI

EVA ZULMI FIRMALASARI. REPRESENTASI PERILAKU PSIKOPAT DALAM FILM “FIKSI” (Studi Analisis Semiotik Ter hadap Film “ fiksi. “ kar ya Mouly Sur ya)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku psikopat direpresentasikan dalam film melalui tokoh utama yaitu Alisha / Mia yang diperankan oleh Ladya Cheryl. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Teori Konstruksi Realitas Sosial, Perilaku Psikopat, Faktor Penyebab Terbentuknya Kepribadian Psikopat, Gejala-gejala Psikopat, Semiotika, Representasi, Efek Media Massa Dalam Kehidupan Masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, alasan penggunaan metode kualitatif ini dikarenakan pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah. Apabila berhadapan dengan kenyataan ganda selain itu metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002:5). Metode penelitian kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang berupa teks, gambar, simbol dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu.

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur, 2004:15). Dengan menggunakan metode semiotik, peniliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan dalam film, selanjutnya akan menjadi corpus dalam penelitian ini. Tanda-tanda adanya perilaku psikopat dalam scene-scene film ini akan direpresentasikan oleh peneliti dengan menggunakan teori semiotik Jhon Fiske, dengan melakukan pemilahan scene-scene yang menunjukkan adanya perilaku psikopat. Dengan menggunakan kode-kode yang diwakili atas tiga level, yaitu : Level Realitas (reality) seperti Penampilan, Kostum, Tata Rias, Lingkungan, Tingkah Laku, Cara Bicara, Gerak Tubuh, Ekspresi, Suara, dll, Level Representasi (representation) seperti Kamera, Cahaya, editing, Musik,, Level Ideologi (ideology) seperti dialog.

(7)

xviii

(8)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang Masalah

Satu kesatuan atau kelompok terkecil dari manusia sebagai makhluk sosial adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, dimana setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing yang saling berkolaborasi dalam berbagai pola pikir berbeda dalam mencapai tujuan bersama yang hendak diraih dalam komunitas paling sederhana tersebut. Sedangkan definisi keluarga menurut (Duvall dan Logan, 1986), keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

(9)

2

fungsi-fungsi keluarga yang digaris bawahi oleh ulama dan cendekia, yang kemudian ditetapkan dalam PP No.21, 1994, antara lain : (1). Fungsi Keagamaan ; (2). Fungsi Sosial Budaya ; (3). Fungsi Cinta Kasih ; (4). Fungsi Melindungi ; (5). Fungsi Reproduksi ; (6). Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan ; (7). Fungsi Ekonomi ; (8). Fungsi Pembinaan Lingkungan.

Ketidakharmonisan suatu keluarga dapat menyebabkan pengaruh negatif bagi individu-individu yang berada didalam lingkup keluarga itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, dewasa ini banyak sekali masalah ketidakharmonisan dalam rumah tangga di kalangan masyarakat, bahkan hingga terjadi perceraian. Melalui informasi yang penulis kutip dari situs www.suarasurabaya.net, angka kasus perceraian di Surabaya sepanjang tahun 2010 sebanyak 4.449 kasus yang diantaranya 2.849 kasus cerai gugat, dan 1600 kasus cerai talak. Perceraian tersebut terjadi karena beberapa faktor, yaitu : (1). Faktor Kesetiaan dan Kepercayaan ; (2). Faktor Seks ; (3). Faktor Ekonomi ; (4). Faktor Perasaan (Cinta) ; (5). Faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(10)

3

Apapun faktor dan masalahnya, ketidakharmonisan dalam keluarga dapat menimbulkan efek negatif terutama pada tumbuh kembang anak-anak, terlebih lagi hingga terjadi perceraian. Orang tua wajib memberikan perhatian, kasih sayang, dan bimbingan kepada anak-anak nya, hal ini juga sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang anak karena masalah kedua orang tua hingga sering menimbulkan pertengkaran bahkan perceraian akan sangat berpengaruh pada kondisi psikis anak.

Masalah dalam rumah tangga tidak dapat dilepaskan dari pengaruhnya terhadap anak, karena apabila seorang anak sering mengetahui atau melihat orang tuanya bertengkar maka anak akan merasa lebih menderita dan akan menimbulkan trauma yang mendalam. Dalam hal ini pertengkaran orang tua yang berujung perpisahan menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Dalam kasus perpecahan dalam rumah tangga, tidak hanya orang tua saja yang merasakan kepedihan, tetapi anak akan lebih merasakan kepedihan dan penderitaan yang mendalam (Johnston, 1996 ; Hurlock, 1992).

(11)

4

tuanya tentang perasaannya mengenai masalah orang tuanya. Perasaan tersembunyi inilah yang akan meningkatkan kecemasan dan memperlemah kemampuan anak dalam berpikir. Selain itu, perasaan yang tertekan bisa menjadi bibit bagi permasalahan yang lebih besar dalam kehidupannya kelak.

Secara psikologis, anak terikat pada kedua orang tuanya, apabila orang tuanya berpisah maka seorang anak akan merasakan seperti separuh kepribadiannya dirobek, hal ini akan berpengaruh terhadap rasa harga diri dan percaya diri yang buruk, dan akan timbul perasaan tidak aman dan kemurungan yang luar biasa. Hilangnya hubungan dengan salah satu orang tua membuat seorang anak beranggapan bahwa dirinya tidak pantas mendapatkan waktu dan kasih sayang. Perasaan seperti ini akan mengganggu kehidupannya, ia akan kehilangan rasa percaya diri sehingga takut berhubungan atau bersosialisasi dengan orang lain, dan ia akan sangat susah menjalin persahabatan atau dalam istilah saat ini disebut minder atau kuper.

Pada awal tahun 1960 dan 1970 an, rata-rata tingkat perceraian atau perpisahan semakin tinggi secara dramatis dengan adanya kasus yang menemukan bahwa anak-anak korban broken home mengalami trauma mendalam dengan memperlihatkan gejala-gejala depresi ringan dan anti sosial. ( http://herlianuari-cissy.blogspot.com/2010/11/dampak-perceraian-terhadap-anak.html)

(12)

5

didepan anaknya akan dapat mengakibatkan anak merasa terpukul dan tertekan dan akan melimpahkan kemarahannya kepada hal lain. Dalam hal ini seorang anak akan berpotensi menjadi pemberontak yang liar untuk menunjukkan ekspresi amarah akibat tekanan di dalam keluarga atau sebaliknya anak akan menjadi pribadi yang diam, tertutup, dan cenderung berkelakuan aneh karena memendam amarahnya.

Menurut C.G Jung menyatakan bahwa ada dua tipe kepribadian, yaitu :

1. Introvert : orang yang suka memikirkan tentang diri sendiri, banyak fantasi, cepat merasakan kritik, menahan ekspresi emosi, cepat tersinggung, suka membesarkan kesalahannya, analisa kritik diri sendiri menjadi buah pikirannya.

2. Extrovert : orang yang melihat pada kenyataan dan keharusan, tidak cepat merasakan kritik, ekspresi emosinya spontan, tidak dituruti dalam alasannya, tidak begitu merasakan kegagalannya, tidak banyak mengadakan analisa dan kritik diri sendiri.

(13)

6

Seperti kasus Very Idham Henyansyah atau biasa disebut Ryan Jagal dari Jombang yang marak dibicarakan di media pada pertengahan tahun 2008 lalu, yaitu seorang pemuda homoseksual dari kota Jombang yang didapati melakukan pembunuhan secara mutilasi terhadap rekannya atau lebih tepatnya mantan kekasihnya yang berinisial HS. Setelah diselidiki ternyata masih banyak kasus pembunuhan yang dilakukannya dengan cara yang sadis dan tidak berperikemanusiaan. Menurut pengakuan Ryan, dia membunuh untuk mendapatkan harta dari korbannya yang kemudian digunakan berfoya-foya dengan kekasihnya. Namun pihak penyidik kepolisian memiliki kesimpulan lain bahwa, latar belakang Ryan membunuh tidak semata-mata hanya karena harta, tetapi bias juga karena tekanan dalam hidupnya dimana keadaannya sebagai homoseksual yang merupakan “aib” di mata masyarakat, selain itu juga karena obsesi terhadap cinta nya, atau mungkin Ryan tidak ingin dipandang rendah oleh orang-orang atau komunitasnya di Jakarta, sehingga dia melakukan pembunuhan dengan modus merampas harta korbannya hingga membuatnya kaya dan mampu bersaing dengan

teman-temannya di Jakarta. Banyak orang yang tidak menyangka bahwa Ryan adalah seorang pembunuh berdarah dingin dibalik pribadinya yang polos dan pendiam. Bahkan tidak sedikit yang mengkategorikan Ryan sebagai psikopat.

(14)

7

Sementara itu pada masa kini semua dunia hiburan sedang naik daun. Terutama di Indonesia sekarang ini, dari musik, film, juga internet. Film Indonesia saat ini sangatlah beragam jenis bermunculan di masyarakat. Begitu juga dengan film-film yang mengandung unsur kekerasan. Padahal pengaruh film terhadap kehidupan realita masyarakat sangatlah besar.

“Film sebagai media massa memiliki kelebihan antara lain dalam hal jangkauan, realism, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Film juga memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya, yaitu dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu singkat, dan mampu memanipulasi kenyataan tanpa kehilangan kredibilitas” (McQuail 1994 : 14)

Untuk itu peneliti tertarik pada suatu film yang berjudul “fiksi.”, karena dalam film tersebut mencakup semua hal yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya pada latar belakang masalah. Film yang menceritakan tentang sisi gelap cinta, obsesi dan juga mimpi ini menunjukkan bagaimana seseorang yang baru mengenal cinta kemudian terobsesi untuk mendapatkan cinta tersebut hingga berusaha mewujudkan mimpi dari orang yang dicintainya dengan caranya sendiri yang cenderung menyimpang dan tidak masuk akal. Film yang diberi judul “fiksi.” ini merupakan film yang disutradarai oleh Mouly Surya yang dirilis pada 19 Juni 2008.

(15)

8

tangga yang mengakibatkan kondisi psikologis seorang anak terganggu. Selain itu juga menceritakan tentang gaya hidup masyarakat yang tinggal di sebuah rumah susun yang beragam hingga menimbulkan keinginan seseorang untuk membuat cerita fiksi tentang apa yang dilihatnya di dalam rumah susun tersebut.

Cerita yang memusatkan kisah pada kehidupan Alisha (Ladya Cheryl) ditengah keluarga yang tidak harmonis dan pergaulan luas diluar sana. Alisha adalah seorang gadis kaya yang serba kecukupan dalam segala hal kecuali perhatian, cinta, dan kasih sayang. Alisha hidup dalam tekanan akibat masa lalunya yang tragis, yaitu saat Alisha menyaksikan Ibunya bunuh diri dengan pistol milik Ayah Alisha yang direncanakan Ayah Alisha untuk membunuh istrinya sendiri. Masa lalunya yang tragis kerap membayanginya dalam setiap mimpinya, di dalam mimpinya selalu hadir sosok ibunya dengan keadaan tertekan dan selalu berkata “Semua kejadian itu pasti ada tujuannya!” dan karena itulah Alisha merasa tertekan.

(16)

9

memutuskan minggat dari rumah dan mengontrak sebuah kamar di rumah susun yang tepat disamping kamar Bari. Di rumah susun Alisha memperkenalkan diri sebagai Mia. Tidak peduli akan status Bari yang telah memiliki kekasih, Alisha tetap ingin menarik perhatian dan ingin memiliki Bari.

Setelah Alisha / Mia dan Bari saling mengenal, Bari mengajak Alisha / Mia berkeliling rumah susun tersebut mulai dari lantai 1 hingga lantai 9, Bari menjelaskan ada apa saja dan bagaimana kehidupan warga rumah susun tersebut. Selain itu Bari juga menceritakan tentang hal yang ditulisnya, cerita-cerita yang ditulis oleh Bari adalah realita kehidupan yang ada di dalam rumah susun tersebut.

Sebelum menceritakan itu semua Bari berkata “Semua cerita – cerita yang gua tulis masih belum ada ending nya, apa mungkin itu karena cerita yang gua bikin realita dari kehidupan-kehidupan orang yang ada disini ya?! Abisnya mereka masih ngejalanin kehidupannya. Mungkin ini juga bedanya fiksi sama realita, kalo fiksi kita bias atur dan bikin ending nya sendiri, tapi

kalo realita ya.. life goes on!!”

(17)

10

Dalam film ini menunjukkan beberapa perilaku menyimpang yang diakibatkan karena tekanan psikologis dari seorang gadis yang sejak kecil sudah mendapatkan banyak tekanan dalam hidupnya terutama dari keluarganya, dan ketika beranjak dewasa dia dihadapkan dengan permasalahan cinta, namun dia tidak bisa mengendalikan perasaan dan emosinya hingga pada akhirnya menjadi sebuah obsesi untuk memiliki lelaki yang dicintainya dengan menghalalkan segala cara.

Perilaku-perilaku menyimpang yang mengarah pada gangguan psikologis sangat jelas terlihat dalam film ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa pemeran utama dalam film ini yaitu Alisha / Mia menderita gangguan psikologis yang didapat sejak ia masih kecil karena masalah yang ada di keluarganya, hingga dia beranjak dewasa dan menghadapi masalah percintaan yang rumit sehingga membuat kondisi emosi dan jiwanya tidak stabil dan mendorongnya menjadi seorang yang dikategorikan sebagai psikopat.

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin memaknai representasi adanya

(18)

11

Penelitian ini mengambil judul Representasi Perilaku Psikopat) Dalam Film “ fiksi. ” (Studi Semiotik tentang Representasi Representasi Perilaku Psikopat Dalam Film “ fiksi. ” karya Mouly Surya).

1.2 Per umusan Masalah

Menindaklanjuti dari latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah “ Bagaimanakah representasi perilaku psikopat dalam film “fiksi.” Karya Mouly Surya.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain untuk mengetahui bagaimanakah perilaku psikopat dalam film “fiksi.” Karya Mouly Surya.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, antara lain:

1. Secara Teoritis

(19)

12

representasi kekerasan pada film, yang ingin menganalisa kajian kekerasan dengan menggunakan metode semiotika.

2. Secara Praktis

(20)

BAB II seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.

Film adalah gambar bergerak yang terbuat dari celluloid transparent dalam jumlah banyak,dan apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat akan tampak seperti gambar yang hidup ( Siregar, 1985 :9 ), McQuail menyatakan fungsi hiburan film sebagai berikut :

“Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulunya serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, serta tehnis lain kepada masyarakat umum. Kehadiran film merupakan respon penemuan waktu luang diluar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu luang secara hemat dan sehat bagi semua anggota keluarga.” ( McQuail, 1994 : 13 ).

(21)

14

memandang bahwa apabila dilihat dari isi pesannya, film sesungguhnya merupakan pencerminan ( refleksi ) dari sebuah masyarakat, yaitu masyarakat tempat membuat film itu sendiri, dalam arti tempat sineas, pendukung dan awak produksi yang ada didalamnya ( Jowett, 1971:74 ).

Film sebagai refleksi ( pencerminan ) dari masyarakat tampaknya menjadi perspektif secara umum lebih mudah disepakati oleh Garth Jowett :

“It’s more generally agreed that mass media are capable of reflecting society because they are forced by their comorcial nature to provide a level of content which will guarantee the widest possible audience.” ( Jowett, 1971:74 ).

Secara umum disepakati bahwa film sebagai media massa mampu merefleksikan masyarakat karena ia didorong oleh sifat komersialnya agar menyajikan isi yang dapat menjamin jumlah khalayak yang seluas – luasnya.

Media massa telah lama dianggap sebagai media pembentuk masyarakat demikian halnya denagn film. Film dipandang sebagai media yang selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat melalui muatan pesan yang dikandungnya. ( http://www.techeli.com/dokumen/produk/UU8-1992.htm)

(22)

15

2.1.2 Film Sebagai Komunikasi Massa

Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar, yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukkan kepada umum, dan film dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Mengapa hanya dibatasi di media tersebut? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah karena media itulah yang paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidang kehidupan dan semakin lama semakin canggih akibat perkembangan teknologi, sehingga senantiasa melakukan pengkajian yang seksama (Effendy,2003:79).

Dalam komunikasi massa film dengan televisi mempunyai sifat yang sama yaitu audio visual, bedanya mekanik atau non elektronik dalam proses komunikasinya dan rekreatif-edukatif persuasif atau no informatif dalam fungsinya. Dampak film bagi khalayak sangat kuat dalam menimbulkan efek afektif, karena medianya berkemampuan untuk menanamkan kesan, layarnya untuk menayangkan cerita relatif besar, gambarnya jelas, dan suaranya yang keras dalam ruangan yang gelap membuat suasana penonton mencekam.

“Film sebagai media massa memiliki kelebihan antara lain dalam hal jangkauan, realism, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Film juga memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya, yaitu dapat menjangkau sekian banyak orang dalam waktu singkat, dan mampu memanipulasi kenyataan tanpa kehilangan kredibilitas”. (McQuail 1994 : 14).

(23)

16

a. Surveillance, menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut Handling News.

b. Correlation, meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian, funsi di identifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda.

c. Transmissions, menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma sosial budaya dari satu generasi kegenerasi yang lain, atau dari anggota-anggota masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

d. Entertainment, menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk memberi hiburan tanpa mengaharapkan efek-efek tertentu.

Film merupakan media untuk komunikator, yang dalam hal ini adalah orang yang memiliki ide cerita (creator), untuk menyampaikan gagasannya tentang sesuatu. Yaitu apa yang menjadi tema suatu film yang dibuat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mira Lesmana :

(24)

17

Seorang komunikator melalui media massa dikatakan mahir, apabila ia berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya. Meskipun jumlah komunikannya mencapai jutaan, kontak yang asasi adalah antara dua orang, benak komunikator harus mengenai benak komunikan. Komunikasi Massa yang berhasil adalah kontak pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak.

“Jadi dalam komunikasi massa ada 2 tugas komunikator, yaitu mengetahui apa yang ia komunikasikan dan bagaimana ia harus menyampaikannya” (Effendy,2003:81). Adapun ciri-ciri dari komunikasi massa adalah :

(1). Komunikator melembaga; (2). Pesan bersifat umum; (3). Media menimbulkan keserempakan; (4). Komunikan bersifat heterogen; (5). Proses berlangsung satu arah.

Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang telah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail,1994:13).

2.1.3 Teor i Konstr uksi Realitas Sosial

(25)

18

Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik realitas dalam bentuk imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukkan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha menampilkan “citra bergerak” (moving image) namun juga telah di ikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya hidup. Film juga sudah dianggap bisa mewakili citra atau identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunitas sendiri, karena sifatnya yang universal. Meskipun demikian, film juga bukan tidak

menimbulkan dampak negatif. (Victor

C.Mambor:http//situskunci.tripod.com/teks/victor1.htm)

Teori konstruksi realitas sosial diperkenalkan oleh peter L Berger, seorang sosiolog interpretatif. Bersama Thomas Luckman, ia menulis sebuah risalat teoritis utamanya, The Social Construction of Reality (1996). Menurut Berger realitas sosial eksis dengan sendirinya dan dalam mode strukturalis, dunia sosial bergantung pada manusia yang menjadi subyeknya. Bagi Berger, realitas sosial secara objektif memang ada, tapi maknanya berasal oleh hubungan subyektif (individu) dengan dunia objektif. (Poloma, 2000 : 299)

(26)

19

mencari pengetahuan atau kepastian bahwa fenomena adalah riil adanya dan memiliki karakteristik yang khusus dalam kehidupan kita sehari-hari. Berger setuju dengan pernyataan fenomologis bahwa terhadap realitas berganda daripada hanya suatu realitas tunggal. Berger bersama Garfinkel berpendapat bahwa ada realitas kehidupan sehari-hari yang diabaikan, yang sebenarnya merupakan realitas yang lebih penting. Realitas ini dianggap sebagai realitas yang teratur dan terpola, biasanya diterima begitu saja dan non problematis, sebab dalam interaksi-interaksi yang terpola (typified) realitas sama-sama dimiliki oleh orang lain. Akan tetapi, berbeda dengan Garfinkel, Berger menegaskan bahwa realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi-dimensi subyektif dan obyektif manusia merupakan instrument dalam menciptakan realitas sosial yang obyektif melalui proses internalisasi (yang mencerminkan realitas subyektif). Dalam metode yang dialektis, Berger melihat masyarakat sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk masyarakat. (Poloma, 2000 : 13)

Bagi Berger, proses dialektis dalam konstruksi realitas sosial mempunyai tiga tahap :

Pertama, Eksternalisasi, yakni usaha untuk pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, Ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana Ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan

(27)

20

Kedua, Objektivasi, yakni hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu aktivitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.

Ketiga, Internalisasi. Proses ini lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh stuktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui proses internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. (Eriyanto, 2002 : 14-15).

(28)

21

yang tuntas manusia memiliki peluang untuk mengeksternalisasi atau secara kolektif membentuk dunia sosial mereka. Eksternalisasi mengakibatkan terjadinya perubahan aturan sosial. Dengan demikian, masyarakat adalah produk manusia yang tak hanya dibentuk oleh masyarakat, tapi secara sadar atau tidak telah mencoba mengubah masyarakat itu. (Poloma, 2000 : 316)

2.1.4 Repr esentasi

Representasi merupakan tindakan yang mengahadirkan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau symbol (Piliang, Yasraf Amir, 2006:24).

Representasi berasumsi bahwa praktik pemaknaan berbentuk menjelaskan atau menguraikan objek atau praktik lain di dunia nyata. Representasi membangun kebudayaan, makna, dan pengetahuan (Barker, Chris, 2004 : 14). Bagaimana dunia dikonstruksi dan direpresentasikan secara social kepada dan oleh individu. Mengharukan adanya eksplorasi pembentukan makna tekstual. Serta menghendaki penyelidikan tentang cara dihasilkanya makna pada beragam konteks.

Representasi memiliki materialitas tertentu, yang melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah dan program televise. Representasi diproduksi, ditampilkan, digunakan, dan dipahami dalam konteks tertentu (Barker, Chris, 2004:9).

(29)

22

Konsep representasi adalah proses pemaknaan yang berupa simbol-simbol yang terdapat dalam film yang diteliti, sehingga kita dapat mengetahui hasil yang didapat setelah melakukan representasi terhadap film yang diteliti. Menurut Stuart Hall ( 1997 ), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia – manusia yang kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk ssesuatu yang abstrak.

Kedua, ‘bahasa’ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan symbol-symbol tertentu.

(30)

23

sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘peta konseptual’, dan ‘bahasa/simbol’ adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama – sama itulah yang kita namakan representasi.

Representasi merupakan salah satu proses dalam sirkuit budaya (circuit of culture). Melalui representasi, maka makna (meaning) dapat berfungsi dan pada akhirnya diungkap. Representasi disampaikan melalui tanda-tanda (signs). Tanda-tanda (signs) tersebut sepert bunyi, kata-kata, tulisan, ekspresi, sikap, pakaian, dan sebagainya merupakan bagian dari dunia material kita (Hall, 1997).

Tanda-tanda tersebut merupakan media yang membawa makna-makna tertentu dan merepresentasikan ‘meaning’ tertentu yang ingin disampaikan kepada dan oleh kita. Melalui tanda-tanda tersebut, kita dapat merepresentasikan pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Pembacaan terhadap tanda-tanda tersebut tentu saja dapat dipahami dalam konteks social tertentu. (http://www.readingculture.net/index.php?option=com_content&task=view &item.id=43)

Representasi adalah proses dan hasil yang member makna khusus pada tanda. Melalui representasi, ide-ide ideologis dan abstrak mendapat benuk konkretnya. Representasi juga berarti konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya, secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

(31)

24

Representasi merujuk kepada konstuksi segala bentuk media (terutama media massa) terhadap segala aspek realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga identitas budaya. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film.

(http://www.aber.ac.uk/media/Modules/MC30820/represent.html).

Film dan televisi mempunyai bahasanya sendiri dengan susunan kalimat dan tata bahasa yang berbeda. Tata bahasa ini terdiri atas semacam unsure yang akrab, seperti pemotongan (cut), pengambilan gambar jarak dekat (close up), pengambilan gambar dari dua arah (two shot), dan lain-lain. Namun bahasa tersebut juga mencakup kode-kode representasi yang lebih halus, yang tercakup dalam komplektivitas dari penggambaran visual yang harfiah hingga simbol-simbol yang paling abstrak dan arbiter (berubah-ubah). (Sardar, 2001 : 156 dalam sobur 2003 : 130).

Representasi dalam film merupakan penggambaran suatu obyek yang ditampilkan dalam film. Penggambaran ini ditampilkan melalui serangkaian tanda-tanda. Tanda-tanda yang dimaksudkan berarti tanda yang menjadi unsur sebuah film. Unsur tersebut berupa dialog, sikap pemain, angel, kamera hingga music. Tanda dan unsure-unsur film ini akan dianalisis dan dicari maknanya, sehingga makna dibalik tanda tersebut dapat diungkap.

(32)

25

Graeme Turner, menyatakan bahwa : “Makna film sebagai representasi dari realitas masyarakat berbeda dengan film sekedar sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekedar memindah ke layar tanpa mengubah realitas itu” (Turner, 1991 : 128).

Dalam film, alat-alat representasi itu sebuah narasi besar, cara bercerita, skenario, penokohan, dialog dan beberapa unsur lain didalamnya. Sementara sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvoi-konvoi ada ideologi kebudayaanya. (Irawanto,1999:15).

2.1.5 Per ilaku Psikopat 2.1.5.1 Definisi Per ilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.

Perilaku adalah tanggapan atau reksi suatu individu yang tidak hanya meliputi reaksi gerakan tubuh saja melainkan juga pernyataan-pernyataan verbal dan pengalaman subjektif (Bungin, 2005 : 27)

(33)

26

covert ataupun overt, yaitu : covert artinya tersembunyi (hanya dapat

diamati oleh orang yang melakukannya), dan overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat).

Perilaku mempunyai beberapa dimensi, adapun dimensi-dimensi dari perilaku adalah sebagai berikut :

1. Dimensi Fisik : dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi, dan intensitasnya.

2. Dimensi Ruang : suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi. 3. Dimensi Waktu : suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang.

Secara sederhana, perilaku adalah segala tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat (Kartono ; Gulo, 2003 :45)

2.1.5.2 Definisi Psikopat

Secara harfiah psikopat berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga

sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.

(34)

27

hasil suatu proses penyakit dan berbeda secara kualitatif dengan reaksi-reaksi yang normal. Selain psikopatik, ada gangguan antisosial, asosial, dan amoral yang masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial.

Menurut Kurt Schneider, seorang dengan gangguan kepribadian ialah seorang yang menyukarkan dan merugikan dirinya sendiri dan masyarakat karena sifat-sifat kepribadiannya yang konstitusional itu (tidak diperoleh sesudah individu itu berkembang atau bukan karena stress yang berarti). Konstitusional disini artinya akibat interaksi badaniah dan psikologik. Dengan demikian, maka hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan kepribadian dapat dicari dalam kedua unsur ini sejak masa kanak-kanak, yaitu terutama factor keturunan, kelainan perkembangan susunan saraf dan hormonal, serat pengaruh lingkungan pada masa kanak-kanak.

Menurut DR. Kartini Kartono dalam bukunya “Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual” menyatakan bahwa :

(35)

28

kebencian, dendam, penolakan, dan rasa dikejar-kejar (dituduh). Sehingga jiwanya jadi gelisah, resah, dan penuh ketakutan. Pikirannya jadi kacau balau dengan bayangan-bayangan kegilaan, disinilah terjadi disorganisasi dan disintegrasi kepribadian tanpa memiliki rasa social dan rasa kemanusiaan.”

( Kartini Kartono, 1986 : 95 ).

Psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Namun, istilah psikopat yang sudah sangat dikenal masyarakat justru tidak ditemukan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat tidak tercantum dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli kedokteran jiwa Amerika Serikat.

Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia atau psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut sosiopat (orang gila tanpa gangguan mental), pengidapnya juga sukar disembuhkan.

Prof. Robert D. Hare, seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di British Columbia University, telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Menurutnya, seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.

(36)

29

dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau dirumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.

(http://www.enformasi.com/2009/07/deteksi-dini-psikopat.html)

2.1.5.3 Penyebab Ter bentuknya Kepr ibadian Dissosial (Psikopat)

Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakter dan kecenderungan perilaku dari individu. Biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial.

Gangguan kepribadian ini cenderung muncul pada akhir masa kanak atau masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Karenanya diagnosis gangguan kepribadian tidak cocok apabila diberikan pada usia di bawah 16 atau 17 tahun.

Gangguan Kepribadian Dissosial (Psikopat), dalam kasus ini terdapat pola perilaku bersifat pervasive berupa sifat pengabaian dan pelanggaran hak orang lain, berawal sejak usia remaja dan nyata dalam berbagai konteks.

(37)

30

frustasi dan agresif, tidak mampu menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman, dan sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi, untuk perilakunya. Mungkin disertai iritabilitas yang menetap, gangguan tingkah laku pada masa kanak-kanak dan remaja, meskipun tidak selalu, tetapi dapat mendukung diagnosis.

Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti untuk menjelaskan kemungkinan penyebab kepribadian psikopat. Di antaranya teori kelainan struktural otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian posterior hippocampal dan

peningkatan intensitas otak bagian callosal white matter. Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster seorang psikopat. (Pridmore, Chambers & McArthur, 2005).

(38)

31

sedangkan pada orang psikopat tidak tampak perbedaan sama sekali. Peningkatan aktivitas otak psikopat terjadi di area lain pada otak yaitu area ekstra-limbik. Tampaknya psikopat menganalisis materi emosional di area

otak tersebut.

Selain ada anomali di otak, faktor genetik dapat berperan besar melahirkan karakter psikopat. Stres atau tekanan hidup yang besar bisa pula merubah perilaku seseorang menjadi brutal. Ciri psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-kanak melalui berbagai perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-anak ternyata merupakan warisan genetik. Bila faktor genetik berpengaruh, maka gangguan perilaku psikopat dapat diminimalkan sejak usia anak. Langkah awal yang mungkin dilakukan adalah melakukan deteksi dini faktor risiko dan gangguan perilaku pada anak. Karena faktor genetik adalah faktor yang diturunkan, maka faktor orangtua juga harus menjadi perhatian. Artinya, jika salah satu orangtua menunjukkan gejala psikopat, maka anak akan berpotensi mempunyai risiko yang mengalami hal yang sama.

Sejumlah penelitian lain menyebutkan, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh, lingkungan tersebut bisa berupa fisik, biologis, dan sosial. Faktor lingkungan fisik dan sosial yang berisiko mengembangkan seorang psikopat adalah perlakuan kasar dan keras sejak usia anak, penelantaran, perceraian orangtua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi tertentu, serta kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama, dan sosial.

(39)

32

intoleransi makanan. Belakangan terungkap, bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh anak, termasuk gangguan fungsi otak. Akibat gangguan fungsi otak itulah, muncul gangguan pada perkembangan dan perilaku anak, seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, impulsivitas, hingga memperberat gejala autisma dan ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder).

Seorang dokter dari Sheffield University, Dr, Sean Spence dalam konferensinya yang bertajuk “Psychopathy and The Problem of Evil” menyatakan bahwa :

”Saat kita berbohong, ada bagian dari diri kita yang tak ingin memanipulasi bagian yang lain atau bahkan mengambil keuntungan dari bagian itu. Namun pada individu yang psikopat, aktivitas semacam itu tak dapat kita jumpai sehingga kebohongan adalah hal wajar bagi mereka. bahkan tak ada keraguan untuk saat melakukannya. Semua ini juga dipengaruhi orang dewasa yang tak memberikan rasa empati saat mereka masih bocah sehingga individu psikopat tak bisa mempelajari contoh yang kerap diberikan orang dewasa, dan memicu berkembangnya gangguan personality antisocial yang agresif. Good Parenting merupakan masalah penting untuk mencegah perkembangan kelainan tersebut. Bahkan jika seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual, atau tindak kekerasan, namun paling tidak mereka pernah menjalin hubungan baik dengan orang dewasa maka trauma tersebut tak membuat mereka berkembang menjadi seorang kriminal.”

(40)

33

Adanya korelasi antara perilaku orang-orang dengan sindrom psikopat, dengan skor yang tinggi dalam tes kepribadian Revised NEO Personality Inventory (NEO-P-I-R,1992). (Miller & Lynam, 2003)

Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab psikopat, namun ada tiga ciri utama yang melekat pada seorang psikopat, yaitu; egosentris, tidak punya empati, dan tidak pernah merasa menyesal.

2.1.5.4 Gejala-gejala Psikopat

Walaupun belum dapat ditentukan penyebab pastinya, saat ini terdapat alat yang baik untuk mendiferensiasi antara orang-orang dengan gejala psikopat dengan yang tidak, yaitu Psychopath Check List – Revised (PCL-R) yang dikembangkan oleh Prof. Robert D. Hare yang terdiri atas 20 kuesioner yang memiliki skor 0-2 di setiap pertanyaan. Sedikit kutipan dari 20 pertanyaan dalam PCL-R tentang ciri-ciri psikopat, sebagai berikut :

1. Persuasif dan memesona di permukaan. 2. Menghargai diri yang berlebihan. 3. Butuh stimulasi atau gampang bosan. 4. Pembohong yang patologis.

5. Menipu dan manipulatif.

6. Kurang rasa bersalah dan berdosa. 7. Emosi dangkal.

(41)

34

10.Buruknya pengendalian perilaku. 11.Longgarnya perilaku seksual

12.Masalah perilaku dini (sebelum usia 13 tahun). 13.Tidak punya tujuan jangka panjang yang realistis. 14.Impulsif.

15.Tidak bertanggung jawab atas kewajiban. 16.Tidak bertanggung jawab atas tindakan sendiri. 17.Pernikahan jangka pendek yang berulang. 18.Kenakalan remaja.

19.Melanggar norma. 20.Keragaman kriminal.

(http://sibermedik.wordpress.com/2007/08/23/psikopat-di-sekitar-kita2/.html)

Selain itu, terdapat sepuluh karakter spesifik psikopat, diantaranya : tidak memiliki empati; emosi dangkal; manipulative; pembohong; egosentris; pintar bicara; toleransi yang rendah pada frustasi; membangun relasi yang singkat dan episodic; gaya hidup parasitic; dan melanggar norma sosial yang persisten. Seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.

Melalui penjelasan diatas, maka dapat dijabarkan gejala-gejala spesifik pribadi psikopat adalah sebagai berikut :

(42)

35

mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.

2. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta. 3. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi

dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".

4. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.

(43)

36

6. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.

7. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.

8. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.

9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.

10.Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.

11.Sikap antisosial di usia dewasa.

(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=9761)

2.1.6 Semiotika

Secara etimologis, istilah Semiotik berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain ( Eco, 1979:16 dalam Alex Sobur, 2002:95 ).

(44)

37

berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”.

Semiotika, yang biasanya di definisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs) pada dasarnya merupakan sebuah study atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memunkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Scholes, 1982 : ix dan budiman , 2004 : 3)

Semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sitem tanda, ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam “teks” media, atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna (Fiske, 2004 : 282).

Di dalam sejarah perkembangan semiotika, berasal dari dua induk yang memiliki dua tradisi dasar yang berbeda. Pertama, Charles Sanders Peirce, seorang filsuf Amerika yang hidup di peralihan abad yang lalu (1839-1914). Sebagai seorang filsuf dan ahli logika, Peirce berkehendak untuk menyelidiki apa dan bagaimana proses bernalar manusia. Teori Peirce tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar ini sehingga tidak mengherankan apabila dia menyimpulkan bahwa semiotika tidak lain dan tidak bukan adalah sinonim bagi logika (Budiman, 2005 : 33).

(45)

38

kepada pernyataan-pernyataan yang bisa saja keliru dan, dengan demikian, dalam arti tertentu sama sekali tidak niscaya (Peirce, 1986 : 4 dalam Budiman, 2005 : 34).

Di sisi lain, kedua, terdapat pula tradisi semiotika yang dibangun berdasarkan teori kebahasan Ferdinand de Saussure (1857-1913), sebagai seorang sarjana linguistik di Perancis.

Sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat dapat dibayangkan, ia akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan, sebagai konsekuensinya, psikologi general, ia akan saya beri nama semiologi (dari bahasa Yunani semeion ‘tanda’). Semiologi akan menunjukkan hal-hal apa yang membentuk tanda-tanda, kaidah-kaidah apa yang mengendalikannya (Saussure, 1996 : 16 dalam Budiman, 2005 : 35)

2.1.6.1 Teor i Semiotika Menur ut J hon Fisk e

(46)

39

Definisi semiotik yang umum adalah studi mengenai tanda-tanda (Chandler, 2002 : www.aber.ac.uk) studi ini tidak hanya mengarah pada ‘tanda’ dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda tersebut. Bentuk-bentuk tanda disini antara lain berupa kata-kata, images, suara, gesture, dan objek.

Bila kita mempelajari tanda tidak biasa memisahkan tanda yang satu dengan tanda yang lain membentuk suatu sistem, dan kemudian disebut sistem tanda. Lebih sederhananya semiotik mempelajari bagaimana sistem tanda membentuk sebuah makna. Menurut John Fiske dan John Hartlye, konsentrasi semiotik adalah pada hubungan yang timbul antara sebuah tanda dan makna yang dikandungnya. Juga bagaimana tanda-tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode-kode (Chandler, 2002 : www.aber.ac.uk).

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Seperti dikemukakan (Van Zoest, 1993 : 109, dalam Sobur, 2004 : 128), film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagi sistem Tanda-tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.

Menurut Fiske dalam bukunya berjudul Television Cultural, analisis semiotik pada sinema atau film layar lebar (wide screen) disetarakan dengan analisis film yang ditayangkan di televisi. Fiske mengkategorikan sign pada film ke dalam tiga kategori, yakni kode sosial (social codes), dan kode-kode teknis (technical codes), dan kode-kode-kode-kode representasi (representational codes). Kode-kode tersebut bekerja dalam sebuah struktur hierarki yang

(47)

40

Peneliti menggunakan teori semiotika John Fiske karena semiotika John Fiske mampu memaknai obyek yang termasuk dalam gambar gerak (moving image). Analisis yang dilakukan pada film “fiksi.” ini dapat terbagi menjadi beberapa level, yaitu :

1. Level pertama adalah Reality (realitas), adalah suatu pesan yang dikode dimana kenyataannya disesuaikan berdasarkan kebudayaan kita. Kode sosialnya antara lain, appearance (penampilan), dress (kostum), make up (riasan), environment (lingkungan), behaviour (kelakuan), speech (dialog), gesture (gerakan), expressions (ekspresi), sound (suara).

2. Level kedua representation (representasi), adalah kode-kode sosial yang sudah ditetapkan berdasarkan realita yang sudah ditetapkan dan benar di dalam sebuah medium yang sudah di ekspresikan. Kode sosial antara lain camera (kamera), lighting (pencahayaan), editing (perevisian), music (musik), sound (suara). 3. Level ketiga adalah Ideology (ideologi), adalah ideologi tidak

hanya berisi kompleksitas arti sebuah pesan dimana sebuah pesan yang dangkal ternyata mempunyai arti yang lebih dalam dan

mempunyai efek buat penontonnya. Kode sosialnya antara lain, narrative (narasi), conflict (konflik), character (karakter), action

(48)

41

(49)

BAB III

M E T O D E P E N E L I T I A N

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, Bogdan dan Taylor dalam (Moleong, 2002:3) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif mempunyai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan, tulisan serta gambar dan bukan angka-angka dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Alasan penggunaan metode kualitatif ini dikarenakan pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah. Apabila berhadapan dengan kenyataan ganda selain itu metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Moleong, 2002 : 5).

Penelitian ini menggunakan deskriptif bermaksud untuk memberikan gambaran atau penjelasan yang lebih rinci terkait dengan permasalahan yang diajukan yaitu tentang perilaku psikopat yang terkonstruksi dalam film “fiksi.”.

(50)

43

menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan dalam film, selanjutnya akan menjadi corpus penelitian ini dan kemudian menggunakan metode penelitian analisis yang dikemukakan John Fiske untuk merepresentasikan atau memaknai perilaku psikopat dalam film “fiksi.” melalui aktor-aktor utama.

3.2 Ker angka Konseptual

3.2.1 Cor pus

Didalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesewenangan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsur akan memelihara sebuah system kemiripan dan perbedaan yang lengkap, Corpus juga bersifat homogen mungkin, baik homogeny pada taraf waktu (sinkroni) (Kurniawan, 2000:70).

(51)

44

3.2.1.1Alisha / Mia mencoret-coret foto Ayahnya dengan menggunakan spidol saat sedang marah dengan Ayahnya setelah mengobrol di ruang makan. Alisha / Mia : Saya mau cari kerja!

Ayah Alisha : Kamu perlu uang tambahan, berapa?! Alisha / Mia : Saya Cuma ingin punya kesibukan!

Kalau cuma dirumah nunggu bapak datang sekali-sekali, saya bisa mati bosan!

Atau ijinin saya ikut keluar dengan bapak donk!!! Ayah Alisha : Saya ini kan kerja!

Alisha / Mia : Kan saya bisa di hotel, atau jalan-jalan sendiri. Kecuali, mungkin perempuan itu sudah minta ikut duluan?!

Saya cuma bercanda, nggak perlu jadi drama.

(52)

45

Ibu Alisha : Kamu cantik sekali Alisha. (sambil mengusap pipi Alisha yang sudah dewasa)

(Kemudian Ibu Alisha menarik tangan Alisha seolah-olah mengajak Alisha dan ingin menunjukkan sesuatu kepada Alisha).

Ibu Alisha : Nggak ada yang percaya sama aku, tapi aku tahu rencana Bapak kamu!

(Kemudian Ibu Alisha mengambil sebuah buku tebal yang didalamnya terdapat sebuah pistol).

Ibu Alisha : Kamu lihat Alisha! (sambil menunjukkan pistol yang diambil dari dalam buku tadi).

Pistol ini yang akan dipakai bapak kamu untuk bunuh Ibu! Dulu kami sempet bingung mau kasih nama kamu siapa? (Kemudian dalam mimpi tersebut Alisha berubah menjadi Alisha kecil).

Ibu Alisha : Apakah Ajeng, atau Kirana, atau Alisha? Tapi akhirnya Bapak kamu nurut sama pendapat Ibu.

Tapi sejak Bapak kamu kenal sama perempuan itu, dia jadi Anjing dari perempuan itu!!! Dia nyuruh bapak kamu untuk bunuh Ibu, nanti setelah adik kamu lahir.

Tapi Ibu nggak akan biarin itu terjadi, adik kamu nggak akan pernah lahir.. Ibu nggak akan ijinin kalian dimilikin oleh perempuan itu!!!

Hanya ada satu cara Alisha… Anakku… (sambil menodongkan pistol tepat di dahi Alisha). Kamu, adik kamu, sama Ibu, kita bersatu lagi di surga..

Ibu nggak sanggup Alisha… (sambil menangis dan menarik pistol dari kepala Alisha). Ibu nggak sanggup!!!

(53)

46

3.2.1.3Alisha / Mia mulai memperhatikan Bari dan mulai jatuh cinta pada Bari Dengan menggambar karikatur Bari pada kaca dan menciumnya

3.2.1.4Alisha / Mia mulai terobsesi pada Bari, terlihat dari caranya mengintai Bari

(54)

47

3.2.1.6Alisha / Mia mengelabuhi Sopirnya agar berhasil melarikan diri dari rumah dan tinggal disamping kamar Bari di sebuah Rumah Susun Alisha : Ini buat Pak Bambang (sambil menyodorkan sekotak

cerutu). Saya minta maaf.. Pak Bambang : Ini kan mahal?

Alisha : Nggak papa, sekali-sekali..

Masih mau nganter-nganter saya kan pak? Saya janji nggak akan pergi-pergi sendiri lagi! (Kemudian Pak Bambang pergi mengantar Alisha untuk les cello) Pak Bambang : Hari ini sampai berapa lama di studio? (sambil

menyetir dan memperhatikan Alisha melalui spion tengah).

Alisha : Cuma sampai siang pak, pak bambang nanti ikut aja ke dalem sambil liat saya latihan!

(Setelah sampai di tempat latihan, Pak Bambang membantu Alisha menurunkan barang-barang)

Alisha : Tolong bawain ya Pak! Udah ditungguin tu sama anak-anak, kasian..

Nanti tolong turun lagi ya, bawain cello saya!

(55)

48

3.2.1.7Alisha / Mia melakukan pendekatan pada korban pertamanya yaitu Dani seorang pasangan gay Ayah dan Anak yang ada dalam cerita Bari Alisha / Mia : Hai…

Dani : Haloo,. Baru?

Alisha / Mia : Udah seminggu sih, tapi di lantai 6. Tempat sampahnya nggak bias dibuka.

Dani : Ooohhh… Kok malah naik, kenapa nggak turun? Alisha / Mia : Kebawah udah sering pengen lihat atas kaya apa? Dani : Ya kaya gini, sama aja!

Alisha / Mia : Kuliah?

Dani : Iya!

Alisha / Mia : Ngambil apa? Dani : Design Produk! Alisha / Nia : Lagi nggak kuliah?

Dani : Nanti siang! Sekarang masih nyelesaiin tugas presentasi, masih ribet.

Eh… Sebenernya gue mau undang loe masuk, tapi kan gue bilang, gue mau nyelesaiin tugas dulu. Maaf yah…

Alisha / Mia : Boleh lihat tugasnya kaya apa? Saya penasaran design produk itu kaya apa sih?

(56)

49

Gue tuh lagi ngerjain design, logo produk baru. Konsepnya sih udah ada di kepala gue, tapi nuangin di kertasnya yang susah.

Alisha / Mia : Kenapa nggak diginiin aja… (Alisha mencoba membantu). Dani : Wah… Loe jago banget!!!

Alisha / Mia : Saya pernah belajar design, boleh saya bantu?

Dani : Mmm… Biasanya sih gue kalo ngerjain tugas selalu sendirian, tapi berhubung waktunya uda mepet. Boleh deh!

3.2.1.8Alisha / Mia mulai menjalankan rencananya dengan mencari tau nomor telepon Ibu Dani

Alisha / Mia : Selesai!

Dani : Coba lihat! Wah… Bagus banget! Kalo kaya gini caranya tiap ngerjain tugas, gue minta bantuan loe yah? Kalo nggak, bias jomplang. (sambil tersenyum).

Alisha / Mia : Kapan aja..

Dani : Sekarang tinggal ngeprint..

(57)

50

3.2.1.9Alisha / Mia menelepon Ibu Dani untuk memberitahukan keberadaan Dani dan Rudi, sekaligus mengundang Ibu Dani untuk hadir dalam pesta gay yang diadakan di Rumah Susun dimana mereka tinggal. (Setelah mendapatkan nomor telepon Ibu Dani, Alisha / Mia segera ke Wartel untuk menelepon Ibu Dani).

Ibu Dani : Halo…

Alisha / Mia : Bisa bicara dengan Ibunya Dani? Ibu Dani : Saya sendiri!

Alisha / Mia : Benar ini Ibunya Dani? Ibu Dani : Iya betul, ini siapa ya? Alisha / Mia : Suami Ibu namanya Rudi? Ibu Dani : Betul! Ini siapa?

Alisha / Mia : Saya tahu mereka ada dimana!

(58)

51

(Dani memperkenalkan Alisha / Mia kepada Rudi)

Dani : Mas, kenalin ini temen aku Mia. Kemarin dia yang bantuin ngerjain tugas. Minum Mi! (Dani mempersilahkan Mia untuk menikmati minuman) (Kemudian Mia mengobrol dengan salah satu anggota club tersebut. Dan disela-sela pembicaraan mereka, tiba-tiba “DOR!!!” terdengar suara tembakan dari ruang tamu. Yaitu, Ibu Dani yang dating dan langsung menembak mati Rudi).

3.2.1.11 Alisha / Mia berusaha menarik perhatian Bari dengan memasang wajah sendu dan eksprei shock setelah melihat kejadian terbunuhnya Rudi. Sehingga Bari pun merasa bersimpati dan menenangkan Alisha / Mia.

Bari : Mia… Mi…! (memanggil Mia sambil berlari menghampiri)

Ternyata dugaan gue bener, si Dani sama Rudi tuh bener-bener Bapak sama Anak, Bapak tiri sih lebih tepatnya.

Tadi Ibunya dating terus nembak mati si Rudi. Gila yah!!

(Mia tetap diam dan tidak menanggapi Bari) Kamu kenapa Mi?

(59)

52

3.2.1.12 Alisha / Mia mengelabuhi Bari dan Renta untuk menjalankan rencana pembunuhan ke-2 nya, dengan cara menelepon Renta dan berkata sedang berada di luar dan menawarkan boneka kelinci. Tetapi Alisha / Mia sebenarnya sedang berada dalam kamarnya dan mengawasi Bari dan Renta meninggalkan rumah.

(HP Renta berdering, tanda telepon dari Mia) Renta : Halo Mi…

Hah… Mahal banget?!

Nggak usah lah! Iya.. Nggak usah lah..

Thanks Mi…

Bari : Ngapain si Mia?

Renta : Katanya dia lagi ada di toko apa gitu?! Terus dia lihat patung kelinci, dia nawarin bayar duluan. Tapi gila, mahal banget!

Kamu mandi gih, sana!

(60)

53

3.2.1.13 Alisha / Mia mengunci pintu pembuangan sampah di Lantai 7 agar Bu Dirah membuang sampah di lantai lain, dan Alisha / Mia bisa menjalankan rencananya

3.2.1.14 Pada saat Bu Dirah membuang sampah ke Lantai 8, Alisha / Mia masuk ke rumah Bu Dirah untuk mengambil kucing-kucing Bu Dirah kemudian membuangnya melalui pintu pembuangan sampah di Lantai 7

(61)

54

meninggal lompat dari lantai 7 karena mengetahui kucing-kucingnya hilang

Bari : Darimana Mi?

Alisha / Mia : Dari tempat temen sekalian belanja. Ada apa? Bari : Dari kapan pergi?

Alisha / Mia : Dari tadi pagi, kan saya telpon Renta tadi pagi! Ada apa sih?

Renta : Ada yang meninggal. Alisha / Mia : Hah! Siapa?

Renta : Namanya Bu Dirah. Mungkin kamu belum pernah lihat.

Alisha / Mia : Yang punya banyak kucing itu? Bari udah cerita, meninggal kenapa?

Bari : Dia lompat dari lantai 7, kucing-kucingnya lepas. Ada yang nemuin kucing-kucingnya mati di tempat sampah lantai dasar. Kayaknya ada yang sengaja deh?!

Alisha / Mia : Kok tega banget ya?

Renta : Makin banyak orang sakit disini! (sembari meninggalkan tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah).

(Kemudian Bari kembali bertanya pada Alisha / Mia). Bari : Eh Mi, kamu darimana aja sih?

Alisha / Mia : Kan tadi saya udah bilang dari tempat temen sekalian belanja. Kamu apaan sih, kaya interogasi?!

Bar, kalo kamu nyangka saya yang buang kucing-kucing itu, kamu gila ah! Kamu kemakan cerita fiksi kamu sendiri.

(62)

55

Kemarin Rudi mati, sekarang Bu Dirah. Dan semua itu kejadian setelah gue nunjukin cerita-cerita gue ke elo?! (Suasana hening sejenak, kemudian Alisha / Mia masuk ke dalam rumahnya).

3.2.1.16 Alisha / Mia mencoba mencari perhatian untuk mengalihkan kecurigaan Bari terhadapnya dengan memberi Renta patung kelinci, namun Bari terlihat acuh tak acuh kepadanya. Kemudian Alisha / Mia meneror Bari dengan mengirimkan sprei yang terdapat noda darah perawan Alisha / Mia setelah bercinta dengan Bari.

3.2.1.17 Alisha / Mia nekat menghadang Bari dan Renta yang baru datang dan meminta waktu untuk berbicara dan menyatakan perasaannya kepada Bari

Renta : Hai Mi…

(63)

56

Kamu tuh mau ngomong apa sih?

Alisha / Mia : Saya mau minta maaf soal kemarin, saya nggak tahu apa yang ada di kepala saya.

Bari : Maunya kamu tuh apa sih? Alisha / Mia : Saya sayang kamu.

Bari : (tersenyum kecil)

Alisha / Mia : Nggak.. Saya nggak mau apa-apa, saya nggak nuntut apa-apa. Saya Cuma mau bilang agar kamu tahu! (Bari bernjak meninggalkan Mia tapi dihalang-halangi oleh Mia) Alisha / Mia : Bari tunggu! Dengerin saya sebentar!

Bari : Nggak bias Mi, gue harus masuk! Gue mau ngomong ada keajaiban biar dia mau maafin gua!

Alisha / Mia : Seharusnya prioritas kamu bukan Renta, tapi cerita-cerita kamu.

Bari : Gua benci sama cerita gua Mi, semuanya tu berakhir klise! Yang paling klise adalah cerita gua sendiri, laki-laki yang udah punya pacar tapi masih ngelibatin diri sama perempuan yang …

Alisha / Mia : Perempuan apa?! Psikopat!

(64)

57

(Kemudian Bari beranjak meninggalkan Alisha / Mia dan masuk ke dalam rumahnya).

3.2.1.18 Alisha / Mia mendorong tubuh Pak Kardi dari balkon Lantai 7

3.2.1.19 Bari menghampiri Alisha / Mia dan menanyakan tentang kejadian meninggalnya Pak Kardi, tetapi Alisha / Mia hanya menjawab sambil lalu.

Bari : Kamu darimana aja? Kamu tahu ada apa kan?!

Bilang sama aku kalo kamu tuh nggak ada hubungannya!

Alisha / Mia : Saya pergi dari tadi siang Bar.

(65)

58

3.2.1.20 Alisha / Mia sempat menguping pertengkaran antara Bari dan Renta setelah Alisha / Mia menyatakan perasaannya kepada Bari. Kemudian Alisha / Mia mengajak Renta untuk bicara dengan modus akan meluruskan masalah yang ada dan Alisha / Mia berkata ingin menunjukkan sesuatu pada Renta ketika Bari keluar rumah untuk menenangkan diri.

(Alisha / Mia sedang menguping pertengkaran antara Bari dan Renta dari balik tembok biliknya) memanfaatkan kesempatan untuk berbicara pada Renta)

Alisha / Mia : Saya mau bicara… Renta : Ya udah bicara aja!

Alisha / Mia : Nggak bias disini. Ada yang penting yang perlu saya tunjukin ke kamu!

Ikut saya sebentar, please…!!! Setelah ini kamu akan ngerti kenapa?

(66)

59

(Keadaan kemudian hening, Renta masih ragu akan ajakan Alisha / Mia. Alisha / Mia beranjak pergi dan kembali mengajak Renta) Alisha / Mia : Percaya saya Renta!

(Akhirnya Renta pun mengikuti ajakan Alisha / Mia).

3.2.1.21 Alisha / Mia menyekap Renta di suatu ruangan di Lantai 9

(67)

60

3.1.2.23 Bari memergoki Alisha / Mia sedang berada didalam kamarnya dan Bari mulai curiga kepada Alisha / Mia mengenai keberadaan Renta. Bari : Kok kamu bisa masuk?

Alisha / Mia : Menarik sekali membaca deskripsi kamu tentang saya Bar..

(Bari masuk mendekati Alisha / Mia, dan Bari melihat kunci rumah milik Renta yang berada didepan Alisha / Mia)

Bari : Ini kuncinya Renta kan? Kamu dapet darimana, hah? Kamu apain Renta?! (Dengan nada keras dan meninggi)

3.1.2.24 Setelah Bari berhasil menemukan Renta, Alisha / Mia merasa kalah dan tertekan hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan lompat dari balkon lantai 9.

Gambar

gambar terlihat jelas dan terang.
gambar yang ditangkap oleh kamera.
gambar atap-atap bangunan. Pencahayaannya hanya memanfaatkan cahaya

Referensi

Dokumen terkait

Belakangan ini di Indonesia banyak beredar film yang mengangkat permasalahan

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, dalam film punk in Love Karya Ody C. Harahap 

Judul Skripsi : REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM REMAJA INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film “Satu Jam Saja” Karya Ario

Penelitian ini diarahkan pada setiap detik kemunculan scene dalam film 3 Idiot, yang terdapat penggambaran perilaku kontrol seorang guru pada murid- muridnya perilaku

Padahal, cinta Anissa hanya untuk Khudori (Oka Antara), paman yang juga sahabatnya sejak masih kecil. Dari Khudori, Anissa mendapatkan keteduhan jiwa. Sedari awal, kisah

Film Moana merupakah film animasi yang disutradarai oleh Sutradara Ron Clements dan John Musker pada tahun 2016 yang bercerita tentang seorang peran perempuan

Film Virgin 2 (bukan film porno), termasuk salah satu film Indonesia yang booming, tetapi setelah ditonton oleh masyarakat, banyak yang berpendapat bahwa film ini mengecewakan

Film ini termasuk salah satu film yang bermasalah karena dalam penayangan nya melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 26 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia