• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS PEKERJA PEREMPUAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 DI KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS PEKERJA PEREMPUAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 DI KABUPATEN BANTUL"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS PEKERJA

PEREMPUAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 DI KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Disusun Oleh : Annisa Nurul Hanifah

20120610143

Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PELAKSANAAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS PEKERJA

PEREMPUAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 DI KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Disusun Oleh : Annisa Nurul Hanifah

20120610143

Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

HALAMAN MOTTO

“ hai orang-orang yang beriman. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

( QS. Al-baqarah : 153 )

“ sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

( QS. Al-Insyiroh : 6-8 )

“ sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain”

“Allah akan menaikkan orang-orang yang beriman dari kamu dan

orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat”

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1.

Ayahanda Catur Drajad Ali Basyah dan Ibunda Sri Asih, kedua orang tua

tercintaku sebagai penyemangat yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi dan yang rela mengorbankan serta memberikan segala hal dan yang

a

’a a aya

a a

a ya aya a a a a a

ini.

2.

Kakak tercinta saya Laila Normalita Sari Yurista dan adik tercinta saya

Syaifulloh Qoimuddin yang selalu setia menemani sepanjang hari dan

memberikan keceriaan.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wararahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunia dan hidayahnya, dan tak lupa pula penulis haturkan puji syukur kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan penerangan di muka bumi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PELAKSANAAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS

PEKERJA PEREMPUAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13

TAHUN 2003 DI KABUPATEN BANTUL” . Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tiak akan bisa berjalan tanpa adanya pihak-pihak yang sangat membantu , serta menyumbangkan pikiran , sehingga penulis dapat melewati semua hambatan sampai pada terseleaikan skripsi ini. Untuk itu dengan rasa rendah hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Trisno Raharjo, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)

4. Bapak Bagus Sarnawa, SH., M.Hum, selaku Dosen pembimbing I penulisan hukum ini, mulai dari judul sampai pendadaran yang dengan sabar, baik, telaten, ramah, selalu menyempatkan waktu untuk bimbingan dan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulisan hukum ini.

5. Bapak Beny Hidayat, SH., M.Hum selaku Dosen pembimbing II penulisan hukum ini yang dengan sabar, ramah, baik, telaten dalam membimbing, memberikan masukan, serta pengarahan yang bermanfaat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan seluruh ilmunya kepada para mahasiswa dan mahasiswi.

7. Para staf Dekanat dan Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah banyak membantu dalam segala hal menyangkut administrasi perkuliahan.

8. Bapak Adin selaku pihak pengawas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul yang menyediakan waktunya untuk diwawancarai dan memberikan infomasi yang saya butuhkan, dan semua pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bantul yang sangat ramah dan baik dalam menyambut saya.

(8)

10.Kepala sekolah MTs.Muhammadiyah Kasihan dan seluruh staff pekerja perempuan yang dengan sangat ramah menyediakan waktu kepada saya.

11.Jefri ginanjar, eria novita sari, mega tri susilowati, ingrit sarmita, diah ayu pramita, duhkita arrum, dan seluruh teman-teman fakultas hukum UMY angkatan 2012.

12.Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-satu, penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya

Akhir kata , penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaaan, sehingga skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Waarakatuh

Yogyakarta, ... April 2016

(9)

DAFTAR ISI PEKERJA PEREMPUAN DAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS PEKERJA PEREMPUAN A. Perlindungan Hukum Pekerja Perempuan...9

B. Waktu Istirahat Khusus Pekerja Perempuan...35

(10)

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Waktu Isitirahat Khusus Pekerja Perempuan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 di Kabupaten Bantul...50 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Waktu Istirahat Khusus Pekerja Perempuan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 di Kabupaten Bantul...80 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...86 B. Saran ...86 DAFTAR PUSTAKA

(11)
(12)
(13)

ABSTRAK

Pelaksanaan waktu istirahat khusus pekerja peempuan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya psal 81-83 yang berkaitan dengan waktu istirahat melahirkan, haid, menyusui dalam suatu perusahaan dalam praktiknya sudah dikatakan cukup baik sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, dan hal ini sangat diharapkan oleh pemerintah pad umumnya serta pengusaha dan pekerja pada khususnya.

Peraturan mengenai perlindungan kerja waktu istirahat tenaga kerja perempuan, iu memerlukan kebijakan tersendiri dari pengusaha, dimana pihak pengusaha tersebut juga wajib membina hubungan yang baik dengan pihak pemerintah, dalam hal ini adalah pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, karena kebijakan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh peusahaan tidak terlepas dari pengawsannya, untuk menghindari kemungkinan terjadinya tindakan sewenang-wenang oleh pengusaha terhadap lembaga kerja perempuan itu sendiri.

Kendala-kendala dan hambatan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam menerapkan pasal 81-83 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, dengan adanya kodrat perempuan sebagai makhluk yang lemah fisiknya dibandingkan dengan kaum pria dimana saat-saat tertetu mengalami hal-hal yang alamiah seperti haid, dan melahirkan dan mendorogn diberlakukannya pasal 81-83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang diwujudkan dalam bentuk cuti. Dalam mengatasi kendala dan hambatan tersebut, pihakperusahaan berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan inti dari pasal 81-8 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dalam hal cuti haid, melahirkan, dan menyusui dengan memberikan kebijakan tertentu dengan diberlakukannya setelah diadakan musyawarah antara pihak perusahaan dan wakil pekerja perempuan terlebih dahulu.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan masyarakat ialah kesejahteraan rakyat tenaga kerja1. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat seorang tenaga kerja baik pria maupun wanita perlu memenuhi kebutuhan hidupnya. Demi memenuhi kebutuhan hidup seorang tenaga kerja perlu memiliki sebuah pekerjaan yang dapat menghasilkan upah bagi kelangsungan hidupnya. Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan bekerja kepada negara atau yang biasa disebut sebagai pegawai atau bekerja kepada orang lain (swasta) atau yang dapat kita sebut sebagai pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek pelaksanaan pembangunan harus dilindungi haknya, diatur kewajibannya, dan juga dikembangkan daya gunanya demi tercapainya suatu tujuan nasional2.

Demi tercapainya tujuan nasional hukum mengenai ketenagakerjaan harus memenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja atau buruh, menjamin kesamaan

1

Sendjun H.Manulang,1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta, PT.Rineka Cipta, hlm, 07

2

(15)

serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluargnya dengan tetap memperhatikan kepentingan pengusaha serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi perkembangan dunia usaha3. Hukum ketenagakerjaan itu sendiri merupakan sekelompok aturan dan norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja. Perlindungan hukum bagi pekerja diatur didalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pelaksana dari perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Perlu kita ketahui pada saat ini di indonesia pembangunan mulai bergerak semakin pesat dan semakin luas mulai dari pusat kota menuju ke daerah-daerah. Hal ini dapat dilihat dari potensi di tiap-tiap daerah yang mulai berkembang di setiap sektornya. Perkembangan yang cukup nampak di tiap daerah adalah mulai dari bidang properti dan juga industri, mulai dari industri kecil hingga perusahaan besar baik koperasi atau pun yayasan yang tentunya berbadan hukum dan harus mematuhi undang-undang negara republik indonesia. Hal ini memacu para pemilik usaha berlomba-lomba untuk memunculkan ide untuk bersaing di dunia usaha perindustrian. Persaingan di bidang perindustrian seperti perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap dunia perekonomian maupun dunia ketenagakerjaan di negara yang mempunyai lebih dari 250 juta jiwa ini.

(16)

Meningkatnya jumlah kelahiran di indonesia, semakin menambah permasalahan yang dihadapi pemerintah untuk memberikan peluang pekerjaan kepada warga negara dalam rangka pembangunan masyarakat yang sejahtera. Perkembangan sektor perindustrian yang semakin pesat ini sedikit memberikan solusi penyelesaian masalah tersebut, karena dalam suatu industri perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Hal tersebut memberikan suatu kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi warga negara kita yang membutuhkan pekerjaan. Warga negara berhak mendapatkan pekerjaan guna mempertahankan hidup, ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya maupun hidup keluarganya yang semakin lama segala kebutuhan pokok dan kebutuhan lain yang semakin beraneka ragam dan mahal.

Perusahaan, koperasi, atau pun yayasan yang memiliki tenaga kerja laki-laki dan perempuan harus paham akan hak dan kewajiban yang harus diberikan kepada pekerjanya. Dimana hak dan kewajiban tersebut harus sama dan tidak diperbolehkan adanya diskriminasi. Berkaitan dengan pekerja perempuan dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa “Setiap tenaga kerja

memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”. Dengan ketentuan Pasal 5 tersebut memberikan peluang

(17)

masih luas terjadi dalam berbagai peradaban, konstruksi sosial, bahkan adanya kebudayaan yang masih membedakan pekerja berdasarkan gender, seperti penempatan posisi perempuan di bawah laki-laki, pemberian label kepada perempuan sebagai makhluk yang lemah, rentan, dan mudah ditindas. Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 menentukan bahwa “Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh

perlakuan yang sama tanpa adanya diskriminasi dari pengusaha”.

Ketentuan Pasal 6 ini semakin menguatkan ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja.

Zaman sekarang tidak hanya kaum pria yang dapat berstatus sebagai pekerja. Eksistensi kaum wanita pada abad ke-20’an ini tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, namun wanita dapat ikut serta berpartisipasi dalam meningkatan kesejahteraan keluarga, membantu suami meningkatkan penghasilan karena tuntutan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. Hal ini sudah biasa terjada pada zaman sekarang. Kaum wanita memiliki beberapa potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi intelektual, kemampuan, maupun keterampilan. Disisi lain terdapat keistimewaan yang diberikan Allah S.W.T kepada kaum wanita yang bersifat permanen dan tidak dapat diubah.

(18)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu hak reproduksi, seperti cuti haid, hamil, melahirkan, menyusui dan lain sebagainya yang tidak terjadi pada kaum pria. Secara kodrati perempuan memang berbeda dengan laki-laki, Oleh karena itu diperlukan perlindungan khusus terhadap tenaga kerja wanita agar terjaga haknya dalam melaksanakan perkerjaannya.

Hak-hak tersebut dalam prakteknya seringkali tidak diberikan kepada pemegang hak yaitu kaum wanita, dan juga perusahaan yang berperan sebagai penguasa seringkali mengabaikan hak-hak istimewa kaum pekerja perempuannya. Perusahaan juga tidak memberikan pemahaman kepada pekerja perempuan akan hak yang mereka miliki. Banyak pengusaha hanya meraih keuntungan sebanyak-banyaknya demi kemakmuran perusahaannya dan memikirkan kerugian yang didapat apabila produktifitas karyawan berkurang dan tetap memberikan upah penuh terhadap cuti yang diambil kaum wanita menjadi alasan perusahaan mengabaikan keistimewaan hak pekerja perempuan.

(19)

yang tidak mengetahui akan keistimewaan yang dia miliki dalam memperoleh haknya.

Rendahnya pengetahuan tenaga kerja wanita mengenai keistimewan yang diberikan oleh undang-undang dalam hal perolehan hak tersebut juga menjadi problem yang harus di ketahui oleh para pekerja wanita atau pun masyarakat pada umumnya. Tenaga kerja wanita yang tidak mengetahui hak cuti yang diberikan kepadanya seringkali merugikan diri mereka sendiri, dengan memaksakan diri bekerja hanya karena takut upah yang diterima tidak penuh. Menurut pengetahuan mereka tidak bekerjasama saja memotong upahnya sendiri.

Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khususnya yang terkait dengan pelaksanaan waktu isitirahat khusus bagi pekerja perempuan di Kabupaten Bantul berdasarkan uraian diatas yang sesuai dengan latarbelakang, maka dalam penelitian ini menggunakan judul :

“PELAKSANAAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS BAGI

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan waktu istirahat khusus pekerja perempuan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada pekerja perempuan di Kabupaten Bantul?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan waktu istirahat khusus bagi pekerja perempuan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Kabupaten Bantul

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan waktu istirahat khusus pekerja perempuan menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan di Kabupaten Bantul.

(21)

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Hukum Administrasi Negara khususnya berkaitan dengan pelaksanaan waktu istirahat khusus bagi pekerja perempuan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

2. Praktis

(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA PEREMPUAN DAN WAKTU ISTIRAHAT KHUSUS PEKERJA PEREMPUAN

A. Perlindungan Hukum Pekerja Perempuan

1. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia dan Pengertian Ketenagakerjaan.

Secara historis lahirnya hukum ketenagakerjaan terkait erat dengan revolusi industri yang terjadi di eropa, khususnya di inggris pada abad ke-19, revolusi ini ditandai dengan penemuan mesin uap yang telah mengubah secara permanen hubugan buruh-majikan. Penemuan mesin juga telah mempermudah proses produksi. Revolusi industri menandai munculnya zaman mekanisme yang tidak dikenal sebelumnya. Ciri utama mekanisme ini adalah hilangnya industri kecil, jumlah buruh yang bekerja dipabrik meningkta, anak-anak dan perempuan ikut diterjukan ke pabrik daam jumlah massal, kondisi kerja yang berbahaya dan tidak sehat, jam kerja panjang, dan juga upah yang sangat rendah.

(23)

tahun 1802, kemudian menyusul di jerman dan peranci pada tahun 1870. Riwayat hukum keteagakerjaan di indonesia sendiri di awali dengan suatu masa yang sangat suram yakni zaman perbudakan, rodi, dan poenai sanksi (sanksi poenale).

Perbudakan merupakan suatu peristawa dimana seseorang yang disebut budak melakukan pekerjaan dibawah pimpinan atau pun kekuasaan orang lain. Para budak ini tidak mempunyai hak apapun termasuk hak atas kehidupannya. Sebagai contoh peristiwa sumba pada tahun 1877 , dimana pada tahun ini di inggirs, jerman, dan perancis sudah menetapkan peraturan hukum ketenagaerjaan, namun di indonesia sebanyak 100 orang budak dibunuh karena rajanya meninggal dunia, hal ini dilakukan atas dasar kepercayaan bahwa budak yang dibunuh tersebut akan mengabdi pada tuannya diakhirat. Para budak hanya memiliki kewajiban untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya. Pemilik budak merupakan satu-satunya pihak yang mendominasi antara pemberi dan penerima pekerjaan. Kalaupun ada pemberian yang dilakukan kepada budak seperti makan, pemondokan tapi hal ini bukan merupakan kewajiban dari pemilik budak melainkan hanya merupakan kebijaksanaanya sebagai belas kasihan belaka.

(24)

mempunyai kemampuan secara ekonomis saat itu cukup banyak yang disebabkan karena rendahnya kualitas sumber daya manusia, sehingga tidak mengherankan perbudakan tumbuh dengan subur.

Perbudakan sebagai bentuk pengerahan tenaga kerja yang tidak manusiawi dan tercela terebut mulai mendapat perhatian dari gubernur jenderal inggris yang berkuasa saat itu yakni T.S Raffles yang dikenal anti perbudakan, upaya untuk penghapusan perbudakan saat itu dilakukan dengan mendirikan suatu lembaga yang disebut The Java Benevolent Institution.

(25)

Rodi merupakan kerja paksa yang dilakukan oleh rakyat untuk kepentingan pihak penguasa atau pihak lain dengan tanpa pemberian upah, dilakukan diluar batas perikemanusiaan. Pada kerajaan-kerajaan di jawa, rodi itu dilakukan untuk kepentingan raja dan anggota keluarganya, para pembesar, para kepala dan pegawai serta kepentingan umum seperti pembuatan dan pemeliharaan jalan, jembatan, dan sebagainya.

Kompeni pandai menggunakan rodi ini untuk kepentingannnya sendiri. Rodi digunakannya untuk segala macam keperluan seperti mendirikan pabik, jalan, untuk pengangkatan barang dan sebagainya, untuk pekerjaan lainnya bagi kepentingan pegawai kompeni. Hendrik Willem Daendels (1807-1811) adalah tersohor karena kerja paksanya untuk membuat jalan dari anyer sampai banyuwangi. Jumlah penduduk yang mati karenanya tidak terbilang.

(26)

dijatuhkan terhadap buruh yang tidak melaksanakan pekerjaan inilahyang disebut dengan “poenali sanksi”.

Riwayat yang dijelaskan diatas menunjukan bahwa hubungan perburuhan itu dimulai dari peristiwa pahit yakni penindasan dan perlakuan diluar batas kemanusiaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkemampuan secara sosial ekonomi maupun penguasa pada saat itu. Para budak atau pekerja tidak diberikan hak apa pun, yang ia miliki hanyalah kewajiban untuk menaati perintah dari majikannya atau tuannya. Nasib para budak/pekerja hanya dijadikan barang atau obyek yang kehilangan hak kodratnya sebagai manusia.1

Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan republik indonesi pada 17 Agustus 1945 terdapt perbedaan yang mendasar antara hukum ketenagakerjaan sebelum dan sesudah kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan arah hukum ketenagakerjaan banyak diwarnai oleh politik hukum pemerintah hindia-belanda, yang pada dasarnya merupakan pemerintah kolonial, maka setelah kemerdekaan arah yang mendasarinya jelas, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini dapat dijelaskan dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “tiap-tiap warga

negara berhak atas pekerjaan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Dalam rangka reformasi ketenagakerjaan, pemerintah bersama-sama dengan DPR telah mengundangkan beberapa undang-undang

1

(27)

yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, yaitu Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

Hukum ketenagakerjaan yang menjadi pokok pembicaraan adalah seseorang yang bekerja pada orang lain dan bukan orang yang bekerja untuk dirinya sendiri. Pengertian hukum ketenagakerjaan amatlah luas scopenya sehingga perlu adanya pembatasan tentang macam pekerjaan yang tidak tercakup dalam hukum ketenagakerjaan2.

Bekerja merupakan suatu wujud dari pada pemenuhan kebutuhan, itu dikarenakan manusia ebaai makhluk sosial yang mempunyi akal dan pikiran yang melebihi makhluk lain dan memiliki berbagai kebutuhan hidup. Demi memenuhi kebutuhan hidup harus melakukan usaha dan bekerja, kebebasan berusaha untuk meghasilkan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari merupakan hak seseorang. Hal tersebut berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 27 ayat (1) dan (2) yang menyatakan : “ (1). Segala

warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (2). Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. “ Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

2

(28)

dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.3

Ketenagakerjaan berasal dari kata “tenaga kerja” yang artinya

segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa, “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Jadi pengertian tenaga kerja

menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun diluar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran4.

Menurut kartasapoetra dan widianingsih5 yang dimaksud dengan hukum ketenagakerjaan adalah sebagian dari hukum yang berlaku (segala peraturan-peraturan) yang menjadi dasar dalam mengatur hubungan kerja antara buruh (pekerja) dengan majikan atau perusahaannya, mengeni tata kehidupan dan tata kerja yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja tersebut.

3

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/592/jbptunikompp-gdl-feriyudhan-29566-9-unikom-f-i-pdf

4

zaeni asyhadie,2007, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Keja di Indonesia,

Jakarta:Rajawali Pres,hlm, 01 5

(29)

Sedangkan menurut mollenaar6 , hukum ketenagakerjaaan (arbeidrechts) adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara pekerja dan majikan, pekerja dengan pekerja dan pekerja dengan penguasa.

Pendapat terakhir adalah dari imam soepomo yang mengatakan bahwa tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat7.

Dari beberapa perumusan tentang pengertian hukum ketenagakerjaan dari para ahli tersebut di atas maka dapatlah kiranya dirumuskan beberapa unsur pokok yang harus ada dalam pengertian hukum ketenagakerjaan, yaitu :

a. Adanya serangkaian peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis

b. Peraturan tersebut mengenai suatu kejadian

c. Adanya orang yang bekerja (buruh atau pekerja) pada pihak lain (majikan atau pengusaha)

d. Adanya upah

6

Mollenaar dalam Asikin, 1993, Dasar Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 02

7

(30)

Berkaitan dengan pengertian hukum ketenagakerjaan ini perlu pula dikemukakan pendapat dari Mr Van Esveld yang tidak membatasi lapangan hukum ketenagakerjaan pada hukuman kerja dimana pekerjaan dilakukan dibawah pimpinan tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan risiko sendiri. Pendapat esveld ini jelas bertentangan dengan pembatasan yang telah disebutkan di atas yaitu tentang macam pekerjaan yang tidak tercakup dalam hukum ketenagakerjaan, salah satunya adalah orang yang bekerja atas dasar risiko dan tanggung jawab sendiri, menunujuk pada suatu kejadian di mana seseorang yang disebut majikan dengan menerima upah, jadi jelas bahwa orang bekerja atas risiko dan tanggung jawab sendiri tidak termasuk dalam hukum keteagakerjaan. Karena tidak menunjukan adanya hubungan antara orang yang satu (buruh atau pekerja) dengan orang lain (majikan atau pengusaha).8

2. Hakekat

Hubungan antara pekerja dengan buruh dan penjual dengan pembeli sangatlah berbeda. Orang yang melakukan jual beli barang bebas untuk melakukan pekerjaan jual beli barangnya tersebut, artinya seorang penjual tidak dapat dipaksa untuk menjual barang yang dimilikinya kalau harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan kehendaknya. Demikian juga pembeli tidak dapat dipaksa untuk

8

(31)

membeli barang kalau harga atas barang yang dia inginkan tidak sesuai dengan keinginannya.

Dalam hubungan pekerja dengan pengusaha secara yuridis hubungannya adalah bebas karena prinsip negara kita tidak seorang pun boleh diperbudak, maupun diperhamba. Semua bentuk dan jenis perbudakan dan perhambaan dilarang, tetapi secara sosiologis pekerja terikat sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup yang lain selain tenaganya dan kadang-kadang terpaksa untuk menerima hubungan kerja dengan pengusaha meskipun memberatkan bagi pekerja itu sendiri, terlebih lagi pada saat sekarang ini dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia9.

Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan tenaga kerja seringkali diperas oleh pengusaha dengan upah yang relatif kecil. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan untuk melindung pihak pekerja untuk melindungi mereka sebagai pihak yang lemah dari kekuasaan pengusaha guna menempatkan pada kedudukan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.

9

(32)

3. Sifat

Hukum ketenagakerjaan mempunyai tujuan untuk melaksanakan keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan dengan cara melindungi pekerja terhadap penguasaan pengusaha. Perlindungan pekerja ini terlaksana apabila peraturan-peraturan dalam bidang ketenagakerjaan yang mengharuskan atau memaksa pengusaha bertindak sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dilaksanakan dengan benar oleh para pihak khususnya pengusaha. Peraturan perundang-undangan tersebut merupakan peraturan yang berupa perintah atau larangan dan memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan10. Dengan demikian hukum ketenagakerjaan dapat bersifat hukum privat maupun hukum publik :

a. Bersifat privat karena adanya hubungan ketenagakerjaan yang bersifat orang perorang, misalnya dalam pembuatan perjanjian kerja.

b. Bersifat publik karena adanya campur tangan pemerintah dalam hubungan kerja misalnya dalam penepatan upah, dalam penepatan pemutusan hubungan kerja , dalam pemberian hak, dll.

4. Peraturan Perusahaan

Pembuatan peraturan perusahaan ini berdasarkan kepada peraturan menteri tenaga kerja, transmigrasi dan koperasi Nomor 02/MEN/1978 tentang peraturan perusahaan dan perundingan pembuatan perjanjian

10

(33)

ketenagakerjaan. Menurut pasal 1 bagian a dari peraturan ini dikatakan bahwa :

“Peraturan ketenagakerjaan adalah suatu peraturan yang

dibuat secara tertulis yang memuat ketentuan tentang syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan”.

Peraturan perusahaan hanya dibuat secara sepihak oleh pemilik/pengusaha (yang mempunyai pekerja lebih dari 25 orang), karena dilakukan secara sepihak tentu saja pengusaha akan mencantumkan kewajiban-kewajiban pekerja semaksimal mungkin, asal peraturan perusahaan tersebut tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, dan tidak melanggar ketertiban umum, tata kesusilaan, serta dengan syarat-syarat yang harus dipenuhinya sebagai berikut :

a. Harus disetujui secara tertulis oleh pekerja ;

b. Selembar lengkap peraturan perusahaan harus diberikan secara cuma-cuma kepada buruh, dan harus ditempelkan pada tempat yang dapat dibaca oleh umum (pekerja) ;

c. Selembar lagi yang ditanda tangani oleh majikan harus diserahkan kepada dinas tenaga kerja ;

d. Peraturan perusahaan hanya boleh berlaku paling lama 2 tahun; e. Pada perusahaan yang telah dibuat perjanjian ketenagakerjaan

(34)

Kewajiban para pihak dalam suatu perjajian umumnya disebut dengan prestasi. Dalam hal prestasi ini suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga menerima kewaibankewajiban yang merupakan kebalikan dari hak yang diperolehnya, dan sebaliknya suatu pihak yang memikul kewajiban-kewajiban juga memperoleh hak-hak yang dianggap sebagai kebalikannya kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya.11

Dalam perjanjian kerja, karena dia juga merupakan salah satu dari bentuk khusus perjanjian pada umumnya, artinya apa yang menjadi hak pekerja akan menjadi kewajiban pengusaha, sebaliknya hak majikan adalah kewajiban pekerja. Berdasarkan pada pengertian diatas maka kewajiban pekerja dan pengusaha adalah :

a. Kewajiban buruh

Dalam melaksanakan kewajibannya pekerja harus bertindak sebagai seorang pekerja yang baik, bertindak sebagai pekerja yang baik dapat kita katakan juga sebagai kewajiban pekerja, yang dimaksud dengan pekerja dalam KUPerdata pada 163d dikatakan bahwa pekerja yang baik adalah :

“Pekerja yang menjalankan kewajiban-kewajiban dengan baik.

Yang dalam hal ini kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu dalam keadaan yang sama, seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan”

11

(35)

Selanjutnya di dalam KUHPerdata juga dirinci tentang berbagai kewajiban dari pekerja yaitu :

1) Pekerja berkewajiban melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut kemampuannya dengan sebaik-baiknya ;

2) Pekerja berkewajiban melakukan sendiri pekeraanya, hanya dengan seizin pemilik perusahaan ia dapat menyuruh orang ketiga untuk menggantikannya ;

3) Pekerja wajib taat terhadap peraturan mengenai hal melakukan pekerjaanya ;

4) Pekerja yang tingal dengan pemilik perusahaan, wajib berkelakukan baik menurut tata tertib rumah tangga pengusaha.

Menurut Imam Soepomo , kewajiban baru yang utama adalah melakukan perjanjian menurut petunjuk pengusaha, dan kewajiban lainnya adalah membyar ganti kerugian.12

b. Kewajiban pemilik perusahaan

Kewajiban umum dari pemilik perusahaan sebagai akibat dari timbulnya hubungan kerja adalah membayar upah. Sedangkan kewajiban tambahan adalah memberikan surat keterangan kepada pekerja yang dengan karena kemauannya

12

(36)

sendiri hendak berhenti bekerja diperusahaan itu. Demikian pula dapat dikatakan sebagai kewajiban pokok lainnya yaitu, mengatur pekerjaan, mengatur tempat kerja, mengadakan buku upah, dan mengadakan buku pembayaran upah.

1) Membayar upah

Dalam melakukan pekrjaan ada beberapa makna yang dapat diperoleh oleh pekerja. Hal ini RG. Tertasapoetra dan Rience G. Widianingsih dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu : 13

a) Ditinjau dari segi individu : merupakan gerak dari pada bahan dan pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan hidup badaniah dan rohaniah ;

b) Ditinjau dari segi sosial : adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat ;

c) Ditinjau dari segi spiritual : merupakan hak da kewajiban manusia dalam memulihkan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kaitannya dengan makna yang pertama, maka pembayaran upah oleh pemilik usaha akan memegang peranan yang penting karena untuk dapat memelihara

13

(37)

kelangsungan hidup badaniah dan rohaniah upahlah yang menunjangnya.14

Kewajiban lain yang tak kalah pentingnya dari seorang pemilik perusahaan adalah bertindak sebagai seorang pemilik perusahaan yang baik. Menurut pasal 1602y KUHPerdata pengusaha yang baik wajib melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan yang sama seharusnya dilakukan atau tidak dilakukannya dalam lingkungan perusahaannya. Ketentuan diatas mengundang pengertian yang sangat luas melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan yang sama seharusnya dilakukan atau tidk dilakukan, ini berarti bahwa pengusaha itu harus berbuat dan bertindak sebijaksana mungkin :

a. Apa yang seharusnya berdasarkan ketentuan hukum harus dilakukan, dibiasakan untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya ;

b. Apa yang seharusnya berdasarkan ketentuan hukum harus dicegah dan dihindari, dibiasakan untuk dicegah, dihindari dan tidak dilakukan dengan penuh ketaatan ;

14

(38)

5. Tentang Para Pihak Ketenagakerjaan a. Tenaga kerja

Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undanf Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Pengertian tenaga kerja

menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yangbekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja, dengan alat reproduksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.

b. Karyawan

Karyawan adalah setiap orang melakukan pekerjaan dan hasil kerja itu sesuai dengan pekerjaan atau profesi atas dasar keahlian yang digunakan sebagai mata pencaharian.

c. Buruh/pekerja

Buruh diartikan sebagai seseorang yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah, dengan sekaligus mengesampingkan persoalan antara pekerja bebas dan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan mengesampingkan pula persoalan antara pekerja dan pekerjaan15.

d. Ketenagakerjaan

15

(39)

Pengertian tenaga kerja atau manpower mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga16. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut payaman J.simanjuntak dibedakan hanya oleh batas umur.

e. Tenaga Kerja Wanita

Beberapa pengertian yang sudah disebutkan diatas mengenai tenaga kerja, maka tenaga kerja wanita dalam hal pekerjaan termasuk didalamya, tenaga wanita sendiri adalah setiap wanita yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan sesuatu yang berupa jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

f. Pengusaha

Sebagaimana halnya dengan istilah pekerja, istilah pengusaha ini juga sangat populer karena perundang-undangan sebelum Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menggunakan istilah majikan. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang penyelesian perselisihan perburuhan disebutkan bahwa majikan adalah “orang atau badan hukum yang mempekerjakan

buruh”. Sama halnya dengan istilah buruh, istilah majikan juga

kurang sesuai dengan konsep hubungan industrial pancasila karena

16

(40)

istilah majikan berkonotasikan sebagai pihak yang selalu berada diatas sebagai lawan atau kelompok penekan dari buruh, padahal buruh dan majikan secara yuridis merupakan mitra kerja yang mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu lebih tepat sebagai pegusaha.17 Sehubungan dengan hal tersebut, Perundang-undangna yang lahir kemudian seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menggunakan istilah pengusaha.

Pengertian pengusaha adalah seorang atau kumpulan orang yang mampu mengidentifikasi kesempatam-kesempatan usaha (bussiness opportunities) dan merealisasikannya dalam bentuk sasaran-sasaran yang harus di capai18. Dalam pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian tentang majikan atau pengusaha adalah :

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di indonesia mewakili perusahaan sebagaimana

17

Lalu Husni, 2000, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada, hlm 36

18

(41)

dimaksudkan dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah indonesia;

Selain pengertian pengusaha Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 juga memberikan pengertian pemberi kerja yaitu orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan memberikan atau membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 angka 4). Pengaturan istilah pemberi kerja ini muncul untuk menghindari orang yang bekerja pada pihak lain yang tidak dapat dikategorikan sebagai pengusaha khususnya bagi pekerja pada sekto informal. Maksud pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 adalah :

a. Orang perseorangan adalah orang pribadi yang menjalankan atau mengawasi operasional perusahaan ; b. Persekutuan adalah suatu bentuk usaha yang tidak berbadan

hukum seperti CV, Firma, Maatchap, an lain-lain. Baik yang bertujuan untuk mencari keuntungan atau tidak ; c. Badan hukum adalah suatu badan yang oelh hukum

(42)

Pada prinsipnya pengusaha adalah pihak yang menjalankan perusahaan, baik miliknya sendiri maupun bukan. Secara umum istilah pengusaha adalah orang yang melakukan suatu usaha (entrepreneur). Istilah yang dipergunakan dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya adalah majikan yaitu orang atau badan yang mempekerjakan buruh (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1954 jo. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957).

Sebagai pemberi kerja pengusaha adalah seorang majikan dalam hubungnnya dengan pekerja. Pada sisi yang lain pengusaha yang menjalankan perusahaan bukan miliknya adalah seorang pekerja dalam hubungannya dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham karena bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Pengusaha adalah orang menjalankan kegiatan usaha baik usaha jual-beli, maupun usaha produksi yang tujuan utamnya adalah mendapatlan kuntungan dan menanggung resiko yang akan terjadi dalam kegiatan usahanya.

Pihak perusahaan memiliki hak untuk mempekerjakan pekerja dengan kewajiban memberikan mereka upah atas kerja yang telah dilakukan dan juga melakukan program “employee

benefit” sebagai bentuk untuk memotivasi dalam meningkatkan

(43)

kewajiban untuk bekerja sesuai dengan kontrak kerja yang telah di buat pada saat memasuki perusahaan dan memperoleh rasa aman ketika menjalankan pekerjaan juga mendapatkan ha-hak nya sebagai tenaga kerja wanita sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

g. Serikat Pekerja

Pekerja/buruh perempuan sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam suatu organisasi, serta mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh19. h. Asosiasi Pengusaha

Asosiasi atau gabungan pengusaha, misalnya kamar dagang dan industri. Juga dikenal gabungan dalam asosiasi pengusaha indonesia dan lain-lain.

i. Peran Pemerintah terhadap perlindungan hukum pekerja perempuan

Campur tangan pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan dimaksudkan untuk terciptanya hubungan ketenagakerjaan yang adil, karena jika hubungan antara pengusaha dan pekerja perempuannya yang sangat berbeda status antara pemilik dengan pekerja diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, maka tujuan

19

(44)

untuk menciptakan keadilan dalam hukum ketenagakerjaan akan sulit tercapai, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai para pihak yang berada dibawah pimpinannya. Atas dasar itulah pemerintah ikut campur tangan melalui peraturan perundang-undangan untuk memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban para pihak.

6. Perlindungan hukum pekerja perempuan

Subyek hukum selaku pemikul hak dan kewajiban, baik itu manusia, badan hukum, maupun jabatan, dapat melakukan tindakan-tindakan hukum berdasarkan kemampuan atau kewenangan yang dimilikinya. Dalam pergaulan di tengah masyarakat, banyak terjadi hubungan hukum yang muncul sebagai akibat adanya tindakan hukum dari subyek hukum tersebut.

Tindakan hukum ini merupakan awal lahirnya hubungan hukum, yakni interaksi antar subyek hukum yang memiliki relevansi hukum atau mempunyai akibat-akibat hukum. Agar hubungan hukum antar subyek hukum itu berjalan secara harmonis, seimbang, dan adil, dalam arti setiap subyek hukum mendapatkan apa yang menjadi haknya dan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya, maka hukum tampil sebagai aturan main dalam mengatur hubungan hukum tersebut.20

20

(45)

Hukum diciptakan sebagai saran dan instrument untuk mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum. Di samping itu, hukum juga berfungsi sebagai instrument perlindungan bagi subyek hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusi terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum.21

Pelanggaran hukum terjadi ketika subyek hukum tertentu tidak menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak-hak subyek hukum lain. Subyek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan perlindungan hukum.

Untuk perlindungan hukum terhadap karyawan dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusa, perlindungan fisik dan tekhnis serta sosial dan ekonomis melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu.

Jenis perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 macam yaitu :

a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.

21

(46)

b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.

c. Perlindungan tekhnis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.22

Perlindungan tenaga kerja di atas mutlak harus dipahami dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh pengusaha sebagai pemberi kerja. Jika pengusaha melakukan pelanggaran, maka dikenakan sanksi. Dasar hukum perlindungan tenaga kerja sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ; b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor

Ketenagakerjaan ;

d. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ;

e. Peraturan Pemerintah Nomror 13 Tahun 1950 tentang Waktu Istirahat dan Waktu Kerja ;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1954 tentang Istirahat Tahunan bagi tenaga kerja ;

g. Keputusan bersama Menteri Tenaga Kera Republik Indonesia dan Kepala Kepolisian Indonesia Nomor KEP-275/MEN/1989 dan

22

(47)

Nomor POL.04/V/1989 tetang Jam Kerja, Shift, dan Kerja Istirahat, serta Pembinaan Tenaga Kerja Satuan Pengamanan (Satpam) ;

Berdasarkan obyek tenaga kerja Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur tentang perlindungan khusus pekerja perempuan sebagai berikut :

a. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 (pasal 76 ayat 1).

b. Selanjutnya disebutkan pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib:

1) Memberikan makanan dan minuman bergizi.

2) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. c. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi

pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00 (pasal 76 ayat 4)23.

23

(48)

Pengaturan buruh/pekerja perempuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah banyak mengalami perubahan dari ketentuan sebelumnya yang melarang perempuan diperkejakan pada malam hari, kecuali karena sifatnya pekerjaan tersebut harus dikerjakan oleh wanita dengan meminta izin instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Dengan berkembangan zaman dan tuntutan hidup seperti sekarang ini sudah waktunya laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama untuk melakukan pekerjaan, hanya saja karena sifat dan kodrat kewanitaannya, maka bagi pengusaha yang mempekerjakan perempuan pada malam hari harus memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 76 Undang-Undang No.13 Tahun 200324.

B. Waktu Istirahat Khusus Pekerja Perempuan 1. Waktu istirahat khusus pekerja perempuan

Pekerja wanita, adalah tenaga kerja wanita dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja dengan menerima upah. Pekerja wanita (dalam hal ini seorang wanita) adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat25. Puluhan juta wanita yang bekerja di indonesia, sebagaimana kodratnya wanita mengalami menstruasi, hamil, dan menyusui. Mengenai hal ini para

24

Lalu husni, 2000, hukum ketenagakerjaan indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,hal 109 25

(49)

pekerja wanita perlu mengetahui aturan dan hak pekerja wanita. Aturan hukum untuk pekerja perempuan berbeda dengan pekerja laki-laki, perbedaan tersebut dikarenakan pekerja perempuan lebih dilindungi hak-haknya. Berikut pengertian dan penjelasan mengenai hak-hak tenaga kerja wanita :

a. Larangan pemutusan hubungan kerja

Pekerja wanita dalam pasal 153 UUKK mengatatur larangan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja wanita dengan alasan pekerja wanita menikah, sedang hamil dan melahirkan, merupakan bentuk perlindungan bagi pekerja wanita sesuai kodrat, harkat dan martabatnya. Kodrat wanita menglama menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui adalah suatu keadaan dan wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh manusia. Diskriminasi atas kodrat adalah suatu yang mustahil. b. Waktu istirahat hamil/keguguran

(50)

mengatakan pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter atau bidan26. Selama pekerja wanita melaksanakan cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan maka pekerja tersebut tetap berhak mendapatkan upah penuh.

c. Waktu istirahat cuti haid

Pada pasal 81 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan diatur masalah perlindungan dalam masa haid yang menyatakan “pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada masa haid”27

. Bagi sebagaian wanita yang tidak setuju dimaksudkan pasal 81 UUKK tentang cuti haid melihat bahwa pengaturan tersebut merupakan perlakukan diskriminatif karena haid adalah kodrat. Alasan mereka, dengan semakin canggihnya teknologi dan semakin tingginya kesadaran wanita akan kesehatan maka masalah haid bukan lagi menjadi faktor penghambat untuk beraktifitas. Masalah haid adalah berkaitan dengan reproduksi dan reproduksi adalah masalah kodrat. Sebagai wanita ada yang setuju dengan pasal tersebut

26

Adisu editus&Jehani libertus,2006, Hak-Hak Pekerja Perempuan , Tangerang : Agromedia Pustaka,hal, 37QA

27

(51)

menganggap bahwa kewajiban cuti haid bagi pekerja wanita adalah masalah hak, dan hak boleh diambil atau tidak. Memang seiring begulirnya pendapat pro dan konra tersebut, walaupun cuti haid adalah suatu yang wajib dilaksanakan tetapi kenyataannya banyak sekali pekerja wanita diperusahaan tertentu tidak menggunakan haknya atau mengabaikan ketentuan tersebut, artinya bahwa pekerja wanita tetap melaksanakan tugas dan kewajibannya walaupun dalam keadaan haid.

d. Waktu istirahat menyusui

Pekerja wanita selain diberikan cuti hamil juga diberikan kesempatan untuk menyusui anaknya selama melakukan pekerjaan. Ketentuan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang menyatakan “pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusui

harus diberikan kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja”.

(52)

kesempatan pada pekerja wanita untuk menyusui anaknya hanya efektif untuk lokasinya yang dekat dengan perusahaan28. 2. Sanksi-sanksi pelanggaran hak pekerja perempuan

Hak-hak pekerja pada umumnya dan pekerja wanita pada khususnya sudah diatur lebih rinci baik dalam UUKK maupun dalam peraturan pelaksanaanya. Dalam UUKK ada banyak pasal yang mencantumkan sanksi atau hukuman yang dapat dijatuhkan kepada pengusaha atau siapapu yang melakukan pelanggaran. Sanksi-sanksi terhadap pelanggaran pekerja wanita yaitu :

a. Sanksi Administratif

Sanksi administratif terjadi apabila pengusahan atau siapapun memperlakukan pekerja wanita secara diskriminasi, misalnya dalam hal kesempatan yang berbeda dalam mendapatkan kesempatan kerja. Bentuk sanksi administratif tersebut dapat berupa :

1) Teguran

2) Peringatan tertulis

3) Pembatasan kegiatan usaha 4) Pembekuan kegiatan usaha 5) Pembatalan persetujuan 6) Pembatalan pendaftaran

7) Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi

28

(53)

8) Pencabutan izin usaha (pasal 190 UUKK) b. Sanksi Perdata

Alasan-alasan pemberlakuan sanksi perdata adalah apabila pekerjaan yang diperjanjikan tersebut ternyata bertentangan dengan kwsusilaan dan norma norma umum. Akibat hukumnya perjanjian tersebut batal demi hukum (pasal 52 dan 155 UUKK)

c. Sanksi Pidana

Sanksi pidana penjara atau denda terhadap pelanggaran hak pekerja wanita termuat dalam beberapa pasal UUKK. Berikut beberapa ketentuan yang mengatur tentang sanksi pidana penjara atau denda tersebut.

1) Sanksi tindak pidana kejahatan dengan ancaman pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) bagi pengusaha yang tidak memberikan kepada pekerja wanita hak istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan (pasal 185 UUKK) 2) Sanksi tindak pidana pelanggaran dan diancam penjara paling

(54)

bagi pengusaha yang tidak membayar upah bagi pekerja wanita yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat menjalankan pekerjaannya (pasal 185 UUKK) 3) Sanksi tindak pidana dengan ancaman hukuman kurungan

paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan atau denda paling sedikit Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) bagi pengusaha yang :

a) Mempekerjakan pekerja perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun anatara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00

b) Mempekerjakan pekerja wanita hamil menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun bagi dirinya bila bekerja pada pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00

c) Mempekerjakan pekerja wanita antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 yang tidak memberikan makanan dan minuman serta tidak menjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja.

(55)

3. Tentang Pengupahan

a. Hak untuk mendapatkan upah

Pasal yang mengatur mengenai upah dalam UUKK cukup banyak mulai dari pasal 88 s/d 98. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusahan atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi para pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan29.

Pengertian upah yang dianut oleh negara indonesia sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 08 tahun 1981 mengenai perlindungan upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya30.

Dengan pengertian upah tersebut, maka upah disatu sisi adalah merupakan hak pekerja/buruh dan kewajiban pengusaha, di

29

Adisu editus&Jehani libertus,2006, Hak-Hak Pekerja Perempuan , Tangerang : Agromedia Pustaka, hal,05

30

(56)

sisi lain pekerja/buruh berkewajiban memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk bekerja atau memberikan jasa. Di samping itu negara kita juga menganut bahwa upah juga memiliki sifat sosial,di mana besarnya upah dan tunjangan harus dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Undang-Undang Republik Inodonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengatur dengan tegas dan jelas mengenai pengupahan yang diatur pad bagian kedua “pengupahan” yang dimulai dari pasal 88 sampai dengan pasal 98. upah memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ciri khas dari suatu hubungan kerja bahkan dikatakan upah merupakan tujuan utama dari seseorang pekerja melakukan pekerjaan pada orang atau badan hukum lain.

(57)

Peraturan mengenai pengupahan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Bab 10 tentang pengupahan. Menurut pasal 88 ayat 1 Undang-Undang ketenagakerjaan, setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kebijakan pemerintah megenai pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi :

a. Upah minimum b. Upah keja lembur

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya

e. Upah karena menjalankan waktu istirahat kerjanya f. Bentuk dan cara pembayaran upah

g. Denda dan pemotongan upah

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional j. Upah untuk pembayaran pesangon

k. Upah untuk penghitungan pajak penghasilan

(58)

provinsi atau kabupaten/kota dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Pada prinsipnya upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan (pasal 93 ayat 1), kecuali ditentukan dalam ayat (2) apabila :

a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan

b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaannya.

c. Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan, membaptiskan anaknya, interi melahirkan, atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia.

d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara. e. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaanya

karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.

(59)

baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha.

g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat.

h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atau persetujuan pengusaha. i. Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris yaitu suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Metode penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis karena diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum, atau badan pemerintah. B. Jenis Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber hukum pertama atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung dengan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan permasalahan penelitian kepada responden dan narasumber.

(61)

C. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara adalah suatu cara mencari data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung atau lisan kepada subjek penelitian, yaitu pimpinan dan staff atau pekerja perempuan di Kabupaten Bantul untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Studi kepustakaan adalah suatu cara memperoleh data dengan cara mengkaji peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur, arsip-arsip, laporan-laporan yang berkaitan dengan objek penelitian.

D. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian kali ini, yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten Bantul.

E. Narasumber

(62)

F. Responden

Responden adalah pihak yang terkait dalam penelitian, pihak tersebut diminta memberikan informasi tentang suatu fakta atau pendapat yang dilakkan dalam bentuk lisan atau wawancara langsung yang terkait dengan pelaksanaan waktu istirahat khusus pekerja perempuan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah 3 (tiga) pemimpin perusahaan di Kabupaten Bantul dan Pekerja perempuan yang terdiri dari 3 orang pekerja.

G. Teknik Analisis Data

(63)
(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Waktu Istirahat Khusus Pekerja Perempuan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 di

Kabupaten Bantul

1. Gambaran Umum Mengenai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul

Dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bantul merupakan salah satu perangkat daerah pemerintah kabupaten bantul yang memberikan perlindungan kepada pekerja dan pengusaha di kabupaten bantul. Hal ini tertuang dalam peraturan daerah Nomor 46 tahun 2000 tentang pembentukan dan organisasi dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bantul. Dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bantul berada dibawah seketariat daerah kabupaten bantul dan bertanggung jawab kepada bupati bantul dan dipimpin oleh seorang kepala dinas. Tugas pokok dinas tenaga kerja kabupaten bantul diatur di dalam keputusan bupati nomor 153 tahun 2001 tanggal 8 mei 2001 tentang penjabaran tugas pokok dan fungsi dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bantul , berikut merupakan fungsi dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bantul :

(65)

b. Perencanaan pengembangan kepegawaian daerah ; c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pegawai ; d. Penyiapan bahan dan pelaksanaan mutasi pegawai ; e. Penyelenggaraan dokumen dan tata naskah pegawai ; f. Pelaksanaan tata usaha badan kepegawaian daerah ;

Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bantul sebagai berikut :

a. Penyediaan tenaga kerja dan transmigrasi yang berkualitas ; b. Menciptakan perluasan kesempatan kerja dan mengoptimalkan

penempatan tenaga kerja ;

c. Keseimbangan pertumbuhan wilayah melalui penyebaran penduduk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ; d. Melindungi hak dan kewajiban dan meningkatkan

kesejahteraan pekerja ;

e. Terwujudnya perlindungan norma kerja dan norma kesehatan dan keselamatan kerja ;

(66)

pengusaha sebagai badan hukum yang berada di bawah peraturan perundang-undangan indonesia.

Tugas pokok Dinas Ketenagakerjaan salah satunya adalah dalam bidang pengawasan. Bidang pengawasan ketenagakerjaan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada kepala dinas. Bidang pengawasan ketenagakerjaan mempunyai tugas menyusun pedoman dan tekhnis penyelenggaraan pengawasan ketenagakerjaan dan perlindungan tenaga kerja, melaksanakan pembinaan dan pengawasan norma kerja, penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja, norma keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja.

(67)

Imam soepomo memisahkan antara penguasa dan pengawas sebagai para pihak yang berdiri sendiri dalam hukum ketenagakerjaan, namun keduanya merupakan satu kesatuan sebab pengawasan bukan merupakan institusi yang berdiri sendiri tetapi merupakan (bidang) dari Dinas tenaga kerja.1

Pengawasan terhadap peraturan di bidang ketenagakerjaan dilakukan oleh Dinas Tenaga kerja (bidang pengawasan). Secara normative pengawasan ketenagakerjaan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948 jo Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pengawasan ketenagakerjaan. Dalam Undang-Undang ini pengaws tenaga kerja yang merupakan penyidik pegawai negeri sipil memiliki wewenang :

a. Mengawasi berlakunya Undang-Undang dan peraturan ketenagakerjaan pada khususnya ;

b. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal hubungan kerja dan kedaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan lainnya ;

c. Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan :

1

(68)

Berikut merupakan struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul :

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, terdiri dari :

1) Sub bagian umum dan kepegawaian 2) Sub bagian perencanaan

3) Sub bagian keuangan c. Bidang Sosial, terdiri dari :

1) Seksi Bina Kesejahteraan Sosial

2) Seksi Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial 3) Seksi Perlindungan Sosial

d. Bidang Tenaga Kerja, terdiri dari :

1) Seksi Penyediaan Lowongan Kerja dan Penempatan 2) Seksi Pengembangan dan Pelatihan

e. Bidang Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja, terdiri dari :

1) Seksi Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Tenaga Kerja 2) Seksi Pengawasan Ketenagakerjaan

f. Bidang Transmigrasi, terdiri dari : 1) Seksi Penyediaan

(69)

Kepala dinas yang dimaksud kedudukannya di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati. Untuk sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang kedudukannya di bawah kepala dinas. Untuk bidang-bidang tersebut dipimpin oleh kepala bidang yang kedudukannya di bawh dan bertanggung jawab kepada kepala dinas. Untuk sub bagian dipinpin oleh kepala sub bagian yang kedudukannya dibawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris. Sedangkan untuk seksi-seksi kedudukannya di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang.

2. Peran Penting Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul Terhadap Pelaksanaan Waktu Istirahat Khusus Pekerja Perempuan

Demi menjaga dan melindungi hak reproduksi tenaga kerja wanita dalam menjalankan kewajibannya sebagai pekerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul sudah menjalankan tugasnya sesuai aturan yang dimuat didalam Undang-Undang. Peraturan mengenai hak tenaga kerja yang dimuat di dalam hukum indonesia sudah menjadi amanah untuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Bantul yang harus dijalankan sesuai prosedur.

(70)

pengawasan terhadap ketenagakerjaan yang berada di Kabupaten Bantul. Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh bagian pengawasan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul.

Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan untuk melindungi hak-hak tenaga kerja dari pelaksanaan peraturan Perundang-undangan oleh perusahaan-perusahaan di wilayah Kabupaten Bantul khususnya tenaga kerja wanita yang sangat dilindungi haknya. Adapun tujuan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul adalah :

a. Mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di perusahaan-perusahaan ;

b. Memberikan pembinaan terhadap pelaksanaan norma-norma keselamatan dan kesehatan kerja ;

c. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja ;

d. Menciptakan ketenangan bekerja dan berusaha untuk mencapai produktifitas yang setinggi-tingginya ;

Referensi

Dokumen terkait

Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis. Lapisan luar terdapat korteks renalis dan lapisan sebelah dalam disebut medula renalis.

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk

Pada penelitian ini untuk pembuatan gambir galamai, gambir yang digunakan adalah gambir dengan pengeringan cool drying karena memiliki kadar katekin yang

Ayat 3 huruf a : Setiap orang dilarang : Mengerjakan atau menggunakan dan ataumenduduki kawasan hutan secara tidak sah; Berdasarkan pada penjelasan atas Undang

dipindahkan termasuk perpindahan ibuKota ke Banyuwangi. Pada zaman pemerintahan Banyuwangi dipegang Bupati Mas Alit, perkembangan agama Islam tidak dapat dibendung

Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah analisa lingkungan eksternal mengikuti teori Porter Five Forces , yaitu ancaman pendatang baru, kekuatan tawar-menawar

pendidikan Islam, sekaligus dapat dijadikan bahan informasi dan acuan bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan sistem pembelajaran pada

Berdasarkan beberapa definisi istilah di atas yang merupakan acuan dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti, maka keterkaitan antar setiap kata sangat mempengaruhi tujuan