• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Publik Alternatif dalam Cyber Space

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ruang Publik Alternatif dalam Cyber Space"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Ruang Publik Alternatif dalam Cyber Space

1

Permasalahan ini menarik untuk diamati karena dalam pembahasannya nanti mencoba melihat salah satu fasilitas dari cyber space yaitu weblog, sebagai bentuk ruang publik alternatif yang menawarkan freedom of spech and freedom of interacsion melalui tulisan-tulisan yang terdapat di dalamnya.

Meskipun pada akhirnya online citizen journalism dalam bentuk weblog sebagai sebuah ruang publik baru ini banyak kekurangannya, seperti tidak semua masyarakat atau warga negara yang bisa mengakses ruang ini, serta kesannya yang eksklusif karena hanya bisa diakses oleh penjelajah dunia maya.

Tetapi minimal online citizen journalism, misalnya dalam bentuk weblog telah menawarkan sebuah ruang yang bebas dari intervensi pihak manapun, sehingga warga negara disana merasakan iklim demokrasi dan kebebasan berkomunikasi.

Kata Kunci : Ruang Publik, Weblog dan Online Citizen Journalism

Abstrac

This problem is fascinating to be observed since we are trying to explore cyber space facility which is called weblog as the form of alternative public sphere that offers the freedom of speech and freedom of interaction through the writings inside it.

Unfortunately, online citizen journalism in the form of weblog has got a lot of weak points as a public sphere at the end, for example, not all of the people or citizens are able to access this public sphere. It also got an exclusive impression because it only can be assessed by internet users.

Yet online citizen journalism in the form of weblog at least has offered a space which are free from interventions by all sides. As the result, the citizens are able to enjoy the atmosphere of democracy and also the freedom of communication.

Keywords: Public Sphere, Weblog and Online Citizen Journalism

1

(4)

Pendahuluan

Permasalahan tentang ruang publik merupakan sebuah isu yang sering

diperbincangkan oleh berbagai kalangan, baik dari masyarakat awam sampai pada para

pemegang kebijakan. Hal ini dikarenakan minimnya ruang publik di sekitar masyarakat yang

tersedia, sehingga sebagian masyarakat mencoba menemukan ruang publik dalam dunia

cyber. Cyber space sendiri dengan berbagai perkembangan teknologi informasinya

memberikan berbagai pilihan bagi masyarakat untuk berekspresi dan bersuara.

Permasalahan ini menarik untuk diamati karena dalam pembahasannya nanti mencoba

melihat salah satu fasilitas dari cyber space yaitu weblog, sebagai bentuk ruang publik

alternatif yang menawarkan freedom of spech and freedom of interacsion melalui

tulisan-tulisan yang terdapat di dalamnya.

Tulisan yang terdapat dalam weblog sendiri dalam dunia jurnalistik bisa dikatakan

sebagai online citizen journalism. Geliat online citizen journalism sendiri berawal dari

fenomena citizen journalism atau biasa dikenal dengan jurnalisme warga, yang dalam 10

tahun terakhir menjadi perhatian tersendiri dalam dunia jurnalistik. Karena dalam citizen

journalism masyarakat bisa menjadi seorang wartawan atau jurnalis tanpa harus bekerja di

sebuah media. Hal inilah yang menarik karena masyarakat bisa melaporkan berbagai hal yang

ada ditengah-tengah mereka, tanpa harus memenuhi berbagai kaidah penulisan berita yang

lazim dilakukan oleh seorang wartawan profesional.

Perkembangan zaman serta budaya masyarakat yang mengarah pada cyber space,

membuat internet mempunyai peranan yang cukup besar. Jika sebelum tahun 80-an

masyarakat yang ingin melaporkan kejadian-kejadian disekelilingnya harus melalui radio

yang sedang on air. Tetapi di era cyber space, masyarakat cukup mempunyai blog, maka

(5)

Hadirnya blog dalam era cyber space inilah yang membuat lahirnya online citizen

journalism sebagai sebuah metamorforsis dari jurnalisme warga. Hadirnya online citizen

journalism telah memberikan sebuah ruang bagi publik untuk berbicara berbagai hal yang

mereka ketahui lewat dunia cyber. Ruang publik alternatif seperti inilah yang sebenarnya

dirindukan oleh masyarakat sebagai sarana untuk mengekspresikan diri tanpa ada tekanan

dari pihak-pihak lain.

Kemudian muncul pertanyaan apakah akses untuk setiap warga negara benar-benar

terjamin? Maka ketika berbicara cyber space, yang terjadi tidak semua warga negara bisa

untuk mengakses dan masuk di dalamnya. Tetapi lepas dari berbagai hal tersebut online

citizen journalism setidaknya memberikan pilihan kepada masyarakat bahwa terdapat ruang

untuk mengkritisi berbagai permasalahan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.

Fenomena Cyber space

Perkembangan cyber space ini dipaparkan dengan begitu detail oleh Asa Briggs dan

Peter Burke (2006 : 391, 393, 397). Menurut mereka Kata ‟cyber space (ruang maya)‟, kata

kunci yang tidak digunakan dalam kosakata Valley, yang selalu membutuhkan daftar

kata-kata terbaru, pertama kali digunakan oleh seorang penulis fiksi ilmiah, william Gibson. Cyber

space dapat dimasuki melalui sebuah ‟deck (pelataran)‟, bagi penulis Amerika Scott

Bukatman, yang terpesona oleh ekspresi-ekspresi kultural perubahan teknologi semacam ini,

bahasa dan ekspresi maya mewakili ”pengejawantahan yang sebenarnya dari kultur media”.

Cyber space, tidak seperti televisi tapi mirip sebuah bacaan yang tidak disensor, tidak

juga oleh penjaga pintu, namun ia tidak dapat melarikan diri dari akumulasi sejarah. Bahkan

seorang cybernot dapat melihat dan bergerak bebas menelusuri dunia maya, sebuah dunia

dimana anak-anak dapat bertamasya, dan dalam dunia itu sebuah kata lama, ‟komunitas‟,

(6)

‟Komunitas virtual‟ tampaknya didorong mengatasi ruang dan waktu. Realitas virtual disini

adalah ketika dan dimana ”komputer lenyap dan Anda menjadi hantu dalam mesin”.

Tidaklah pantas memperlakukan cyber space sebagai ilusi, fantasi, dan pelarian. Ia

memiliki ekonomi internalnya dengan dengan psikologi dan sejarahnya sendiri. Sebuah

konfrensi universitas pada tahun 1999 yang disebut ‟Exploring Cyber Society (Masyarakat

Penjelajah Maya)‟ mengusung empat untai di dalamnya, yaitu : cyber society, cyber politics

and policy, cyber economics, cyber culture, dan diantara mereka ketiga untaian tersebut

sangat berhubungan pada pasar, industri, dan korporasi dunia maya.

Melalui pandangan yang sedikit berbeda Barker (2009 : 329 & 330) menjelaskan

bahwa konsep cyber space, menerangkan adanya tempat ‟yang tidak ada dimana pun‟ di

mana e-mail berlalu lalang, pesan-pesan digital bergerak dalam situs-situs world-wide web

diakses. ”Suatu tempat tanpa ruang” secara konseptual, dimana kata-kata, hubungan

antarmanusia, data, status, kekayaan dan kekuasaan dimunculkan oleh orang-orang yang

menggunakan teknologi komunikasi dengan perantara komputer.

Akhirnya teknologi elektronik menyediakan lebih banyak informasi dan layanan

terhadap orang pada kecepatan yang lebih tinggi pada jarak yang lebih jauh. Sejumlah

layanan bersifat interaktif, meski kini dia berada pada level yang relatif rendah. Ini

memungkinkan semakin banyak infomasi yang beredar pada kecepatan yang lebih tinggi

pada jarak yang lebih jauh.

Perkembangan cyber space memang cukup fenomenal, karena di dalamnya banyak

menawarkan berbagai ruang publik, yang bisa dijelajahi oleh berbagai orang dengan latar

belakang yang bebeda. Tetapi cyber space tetap tidak bisa lepas dari muatan ekonomi karena

dalam perkembangannya cyber space banyak dimanfaatkan oleh pasar, industri dan korporasi

(7)

Melihat dari sisi pengguna cyber space, Karlina (2010 : 340) menjelaskan bahwa

banyak pengguna hanya menampilkan nama samaran tanpa memaparkan ciri fisik maupun

karakter asli. Setiap warga bebas memilih hal-hal yang mau atau tidak mau ia tampilkan

kepada publik, tanpa warga lain dapat mengecek atau mempertanyakannya. Warga juga bisa

mengajukan pendapat atau komentar terhadap apa saja tanpa perlu keahlian khusus dan

hampir tanpa perlu mempertanggungjawabkannya. Internet memang jauh lebih menekankan

kesegeraan daripada keaslian informasi dan ketepatannya. Orang cukup berkomentar dan bisa

tetap menampilkan diri sebagai makhluk anonim. Ia dapat mengirim informasi atas nama

siapa saja, dari mana saja, tanpa perlu berpihak pada posisi moral tertentu, karena tujuannya

memang sekedar berkomentar. Sehingga Nurudin (2010 : 25) sedikit menambahkan bahwa

apa yang dilakukan internet sebagai bentuk teknologi komunikasi beserta perangkat yang

menyertainya (termasuk blog) membentuk seperti apa masyarakat sekarang. Blog atau

perangkat internet lainnya telah mengubah perilaku manusia kaitannya dengan proses

peredaran informasi ke masyarakat.

Ruang Publik Ala Habermas

Konsep ruang publik yang dijelaskan Habermas (2006 : 73), bahwa ketika kita

mengatakan "ruang publik" berarti kita pertama-tama masuk dalam wilayah kehidupan sosial

di mana sesuatu yang mendekati opini publik dapat dibentuk. Akses dijamin untuk semua

warga negara.

Lebih lanjut dalam konsep ruang publiknya Habermas juga menjamin kebebasan

berkumpul, berserikat serta kebebasan untuk mengekspresikan dan mempublikasikan

pendapat mereka tentang masalah-masalah kepentingan umum. Sehingga opini publik yang

(8)

berbagai kebijakan publik, yang nantinya berbagai opini publik dalam ruang publik mampu

menjadi penengah antara masyarakat dan negara.

Dengan adanya fasilitas dalam ruang publik untuk mempublikasikan berbagai

masalah yang terkait kepentingan umum, maka fungsi ruang publik sebagai alat kontrol

dalam masyarakat bukanlah sebuah mimpi belaka. Habermas juga menjelaskan ruang publik

dalam Barker (2009 : 384) adalah suatu wilayah yang muncul pada ruang spesifik dalam

”masyarakat borjuis”. Ia adalah ruang yang memerantarai masyarakat sipil dan negara,

dimana publik mengorganisasi dirinya sendiri dan dimana ‟opini publik‟ dibangun. Di dalam

ruangan ini individu mampu mengembangkan dirinya sendiri dan terlibat dalam debat tentang

arah dan tujuan masyarakat.

Kemudian Habermas mendokumentasikan apa yang dia lihat sebagai kemunduran

ruang publik akibat perkembangan kapitalisme yang mengarah kepada monopoli dan

penguatan negara. Namun, dia mencoba meletakkan pembaruan ini dengan istilah ‟situasi

bertutur ideal‟ dimana klaim kebenaran yang saling bersaing terikat kepada debat dan

argumen rasional. Jadi ruang publik dikonsepsikan sebagai satu ruang bagi debat yang

didasarkan pada kesetaraan konversasional.

Ruang publik menurut Habermas dalam Budi Hardiman (2010 : 189) memiliki tiga

ciri utama yaitu sebagai berikut :

1. para aktornya bukan berasal dari birokrasi negara ataupun dari kalangan bisnis, melainkan

„orang-orang privat‟, yaitu warga biasa yang tentu dalam konteks saat itu berasal dari

kelas menengah.

2. Terjadi suatu proses pemberdayaan diantara mereka, yaitu pertimbangan-pertimbangan

rasional tanpa rasa takut dinyatakan secara publik dan dilandasi oleh keprihatinan

(9)

3. Ruang publik itu sendiri menjadi mediasi antara isu-isu privat para individu didalam

kehidupan keluarga, bisnis, dan sosial mereka.

Mengkritisi Ruang Publik dalam Cyber space

Kritik terhadap pemikiran ruang publik ala Habermas memang berdatangan dengan

deras. Konsep ruang publik Habermas yang menonjolkan kekuatan ruang yang bebas dari

intervensi pihak manapun dan mampu menampung pendapat dari berbagai golongan, dinilai

oleh beberapa pakar ilmu sosial sebagai mimpi belaka.

Salah satunya dari Fraser (1995b) dalam Barker (2009 : 385), menjelaskan dalam

praktiknya kondisi semacam itu tidak pernah ada. Justru ketimpangan sosial menegaskan

bahwa warga negara tidak mendapatkan akses setara terhadap ruang publik.

Kelompok-kelompok subordinat tidak memiliki ruang untuk mengartikulasikan bahasa, kebutuhan dan

keinginan mereka. Menurut Fraser, konsep modern Hebermas tentang ruang publik

memerlukan penggerak yang fungsinya untuk mengelompokkan perbedaan status,

menyelenggarakan diskusi dalam rangka mempertanyakan kebaikan bersama

(mengesampingkan kepentingan bersama) dan menciptakan satu ruang publik saja (karena ini

adalah milik bersama).

Karena ketimpangan sosial tidak bisa dikesampingkan, banyak isu pribadi menjadi isu

publik (misalnya, kekerasan dalam rumah tangga), dan ada kebaikan-kebaikan umum tertentu

yang saling bersaing, maka dia menyatakan bahwa konsepsi pascamodern tentang ruang

publik harus menerima keinginan publik yang beragam sambil pada saat yang sama berusaha

mereduksi ketimpangan sosial.

Pada kenyataannya ruang-ruang yang dibayangkan oleh Habermas tersebut tidak bisa

lepas sepenuhnya dari berbagai kepentingan, terutama kepentingan kapitalisme dan

(10)

konsepsi ruang publik Habermas, karena mampu menampung berbagai opini publik untuk

dijadikan sebagai alat kontrol penguasa, tetapi pada kenyataan adanya blog tersebut justru

menjadi keuntungan tersendiri bagi para perusahaan pemilik blog seperti Blogspot misalnya.

Patut dicermati juga adalah perusahaan pemilik blog mendapatkan keuntungan dari

masuknya berbagai iklan yang memasang reklamenya di berbagai blog, yang tersebar di

seluruh dunia. Sehingga semakin banyak masyarakat yang menggunakan blog maka

perusahaan pemilik blog akan semakin tertawa lebar, karena pundi-pundi keuntungan akan

mengalir dengan deras.

Selain itu, ruang publik yang bebas dari kepentingan golongan-golongan tertentu juga

patut dipertanyakan. Jika merujuk pada fenomena blog, maka para pengguna blog justru

hanya golongan-golongan tertentu saja dan tidak semua warga negara bisa mengakses blog

dan berdiskusi di dalamnya. Jika melihat fenomena tersebut maka gugurlah bayangan

Habermas tentang ruang publik yang bisa diakses oleh setiap warga negara.

Jelas sekali tergambar bahwa dari fenomena blog sebagai ruang publik ini

memanjakan masyarakat yang bisa dikatakan melek media dan teknologi, tetapi

mengesampingkan golongan masyarakat subordinat yang mempunyai pemikiran kritis tetapi

gagap media dan teknologi. Disinilah ruang publik kurang bisa melihat

kepentingan-kepentingan kaum subordinat, dan jika dikaitkan dengan sejarah pertama kali ruang publik

zaman yunani kuno, maka sepertinya ruang publik hanya dikuasai oleh kaum borjuis belaka.

Derasnya arus kritik terhadap konsep ruang publik yang dikembangkan Habermas

muda akhirnya dalam beberapa diskusi terakhir Habermas tua memberikan sebuah jawaban

atas berbagai kritik dari para ilmuwan sosial tersebut. Habermas tua tidak memungkiri bahwa

konsep ruang publik yang diusungnya tidak bisa lepas dari kepentingan-kepentingan

(11)

Habermas tua juga berpendapat bahwa ruang publik yang ditelurkannya juga sulit

untuk diakses seluruh warga negara dari semua golongan. Sehingga Habermas tua

berpendapat bahwa ruang publik hanya bersifat temporer. Artinya suatu waktu ruang tersebut

menjadi ruang publik tetapi kadangkala juga tidak bisa disebut sebagai ruang publik.

Geliat Weblog Sebagai Online Citizen Journalism

Dengan berbagai fasilitas yang disediakan lewat kemajuan teknologi dalam cyber

space membuat online citizen journalism seakan-akan menggeliat serta tumbuh dengan pesat.

Meskipun bisa dikatakan online citizen journalism sebagai sebuah ruang publik masih

menemui banyak kekurangan, tetapi minimal dalam ruang ini banyak menawarkan kebebasan

berekspresi dan berkomentar.

Kehadiran weblog atau yang lebih dikenal dengan nama blog sebagai salah satu

fasilitas yang bisa dimanfaatkan dalam dunia cyber space , menjadikan kegiatan publikasi

yang dulunya hanya didominasi oleh media massa, kini dapat dilakukan siapapun yang

memiliki akses internet. Ketika seseorang memutuskan menjadi citizen journalism,

sebenarnya orang tersebut telah mempunyai gairah untuk berbagi tentang cerita

kesehariannya, menyuarakan opininya, sampai dengan mendokumentasi peristiwa yang

disaksikan atau diketahuinya.

Sedangkan sejarah istilah Weblog atau blog ini pertama kali dikenalkan Jorn Barger

dalam websitenya – Robot Wisdom – pada bulan Desember 1997 yang digunakan untuk

menyebut suatu jenis website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan berisi

link-link ke website lain disertai dengan komentar-komentar. Bahkan Peter Merholz dalam

websitenya (www.peterne.com), pada awal 1999 telah menggunakan kata “we‟ blog” atau

dipendekkan menjadi blog untuk menghindari kerancuan dengan kata “web log”, yaitu istilah

(12)

pengunjung suatu website pada suatu server. Karena berkaitan dengan kegiatan mencari,

menulis, dan menyiarkan informasi, Weblog atau blog kemudian disebut dengan citizen

journalism (Nurudin, 2010 : 20)

Terlihat jelas bahwa semangat yang di bawa blog sangat mendukung iklim

demokratisasi di masyarakat. Karena muatan utamnya adalah untuk berbagi berbagai hal baik

tentang dirinya sendiri atau sesuatu yang menyangkut kepentingan orang banyak. Sehingga

blog telah menyediakan sebuah ruang yang bebas dari intervensi pihak manapun, karena isi

dari suatu blog tergantung dari pemilik blog tersebut.

Blog sendiri mempunyai fungsi yang beragam mulai sebagai catatan harian dan

perjalanan, media publikasi bagi perusahaan dan kampanye politik, serta sebagai tempat

diskusi tentang permasalahan yang menyangkut masyarakat luas. Sehingga bisa dikatakan

blog mempunyai manfaat yang luar biasa bagi masyarakat dalam mendorong hasrat untuk

menulis.

Dalam perkembangannya tidak hanya seorang jurnalis atau penulis buku yang bisa

menulis tetapi ibu rumah tangga juga bisa menulis berbagai resep masakan atau seorang

pemain sepak bola yang menulis perjalanan hidupnya sendiri selama berkarier di lapangan

hijau dalam sebuah blog.

Kekuatan lain dari blog adalah adanya tempat untuk berinteraksi, sehingga pendapat

dari semua orang bisa terfasilitasi, tanpa melihat status, golongan atau berasal dari daerah

mana orang tersebut. Selain itu secara tidak langsung blog juga mampu menjelaskan

perbedaan mendasar media online dengan media konvensional yang bersifat top-down,

arogan, dan membosankan.

Para penulis blog juga memeperlihatkan bagaimana keberanian mereka dalam

(13)

media konvensial yang harus hati-hati, karena banyak sekali kepentingan-kepentingan

pemilik media yang bermain didalamnya.

Bisa dikatakan blog adalah sebuah suara-suara alternatif yang menyuarakan bunyi

independent dalam setiap ulasannya. Blog bukanlah obat mujarab untuk budaya yang telah

jenuh dengan media konvensional, tetapi minimal blog telah memberikan sebuah ruang bagi

masyarakat untuk menyuarakan aspirasinya.

Tak salah jika dalam hal ini cyber space memberikan kesempatan bagi masyarakat

untuk menjalankan kegiatan jurnalistik yaitu online citizen journalism, salah satunya dengan

memanfaatkan fasilitas yang ada seperti weblog ataupun sejenisnya. Kesempatan yang begitu

besar untuk menulis inilah yang tidak bisa didapatkan seseorang dalam media konvesional

seperti majalah ataupun koran

Geliat weblog sebagai online citizen journalism ini termasuk dari beberapa bentuk

citizen journalism yang dipaparkan oleh Steven Outing dalam Nurudin (2010 : 63) adalah

sebagai berikut :

1. Citizen journalism membuka ruang untuk komentar publik. Dalam ruang itu, pembaca

atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik atau menambahkan bahan tulisan

jurnalisme profesional. Pada media cetak konvensional jenis ini biasa dikenal dengan

surat pembaca.

2. Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis. Warga

diminta untuk ikut menuliskan pengalamannya pada sebuah topik utama liputan yang

dilaporkan jurnalis.

3. Bloghouse warga. Bentuknya blog-blog gratisan yang dikenal, misalnya ada wordpress,

blogger, atau multiply. Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa

(14)

Melihat Online Citizen Journalism Sebagai Ruang Publik Alternatif

Sebuah situs online citizen journalism menjadi milik citizen, milik publik, jika banyak

pengunjungnya. Maka, pengelola citizen journalism harus mampu memelihara kandungan

situsnya, dan mengundang partisipasi publik, untuk membuka diskusi dalam frame yang

jelas.

Dalam bentuk inilah online citizen journalism mampu membentuk sebuah ruang

publik. Ketika dalam weblog tersebut mengangkat berbagai permasalahan yang melibatkan

banyak elemen dalam masyarakat dan lahirlah sebuah diskusi maka disitulah terletak

ruang-ruang bebas untuk berekspresi dan berinteraksi.

Ketika sebuah diskusi tentang permasalahan publik sedang berlangsung maka ruang

publik mampu menjadi alat kontrol serta mampu menghasilkan kritik terhadap negara yang

sifatnya mewakili publik bukan mewakili kepentingan golongan atau kepentingan pribadi.

Seharusnya sebuah diskusi dalam online citizen journalism telah menjadi alat kontrol

dan menghasilkan kritik terhadap berbagai kebijakan negara yang merugikan masyarakat

maka sebaiknya diikuti dengan aksi nyata. Salah satu caranya dengan membentuk sebuah

komunitas dari forum diskusi tersebut untuk terjun ke masyarakat, dan mencoba

menyelesaikan permasalahan tersebut.

Dengan adanya kondisi dan iklim yang demokratis dalam ruang publik. Maka ruang

ini akan selalu dirindukan dan dijaga keberadaanya oleh masyarakat. Karena didalamnya kita

bebas berbicara dan bertindak untuk membela kepentingan masyarakat dalam bentuk

kebebasan berkomunikasi.

Seperi yang diyakini Habermas dalam Littlejohn, dkk (2009 :475), bahwa kebebasan

berbicara penting untuk komunikasi produktif normal dan wacana yang lebih tinggi terjadi.

Walaupun tidak mungkin dicapai, Habermas menjelaskan sebagai sebuah situasi ideal

(15)

kebebasan berbicara ; harus tidak ada batasan pada apa yang dapat diungkapkan. Kedua,

semua individu harus mempunyai akses yang sama untuk berbicara.

Dengan kata lain, Habermas menjelaskan bahwa semua kedudukan dan pembicara

harus dianggap sah. Akhirnya, norma kewajiban masyarakat tidak sepihak, tetapi

menyebarkan kekuasaan secara setara untuk semua status di masyarakat. Hanya ketika semua

persyaratan ini terpenuhi, kebebasan berkomunikasi benar-benar dapat terjadi.

Melalui iklim yang demokrtis disertai kebebasan berkomunikasi dan sebuah aksi

nyata hasil dari online citizen journalism maka ruang publik yang dibentuk mampu menjawab

cita-cita awal Habermas yang ingin menjadikan ruang publik sebagai ruang yang bebas dari

kepentingan-kepentingan kapitalis serta memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan

yang dihadapi oleh masyarakat.

Kesimpulan

Ketika berbagai ruang publik di ”dunia nyata” sudah banyak hilang karena berbagai

kepentingan, Mulai dari kepentingan individu, golongan sampai dengan kepentingan

kapitalisme yang tidak henti-hentinya mempersempit ruang publik untuk berkembang. Maka

cyber space menawarkan berbagai ruang alternatif yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh

masyarakat untuk berekspresi dan berinteraksi

Sedangkan untuk saat ini perkembangan dunia maya benar-benar merangsang online

citizen journalism untuk menjadi sebuah ruang publik alternatif. Salah satu bentuk online

citizen journalism yang paling diminati dan mempunyai wadah untuk mendiskusikan

berbagai hal serta menghasilkan berbagai kritik untuk kepentingan masyarakat adalah

weblog.

Weblog sebagai salah satu bentuk online citizen journalism menawarkan dan memberi

(16)

sebuah tulisan tentang berbagai kepentingan masyarakat, diharapkan hasilnya bisa menyentuh

langsung ke akar permasalahan. Salah satu caranya, permasalahan tersebut tidak hanya

menjadi wacana tetapi para pelaku online citizen journalism harus berani terjun langsung atau

action.

Meskipun hadirnya online citizen journalism sebagai sebuah ruang publik baru ini

banyak kekurangannya, seperti tidak semua masyarakat atau warga negara yang bisa

mengakses ruang ini, serta kesannya yang eksklusif karena hanya bisa diakses oleh penjelajah

dunia maya. Tetapi minimal online citizen journalism, misalnya dalam bentuk weblog telah

menawarkan sebuah ruang yang bebas dari intervensi pihak manapun, sehingga warga negara

disana merasakan iklim demokrasi dan kebebasan berkomunikasi. Dua kalimat terakhir,

(17)

Daftar Pustaka

Barker, Chris.2009, Cultural Studies, Yogyakarta : Kreasi Wacana

Briggs, Asa dan Peter Burke. 2006, Sejarah Sosial Media, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Habermas. 2006, The Public Sphare : An Encyclopedia Article : Media and Cultural Studies, USA : Blackwell publishing

Hardiman, Budi, 2010. Komersialisasi Ruang Publik menurut Hannah Arendt dan Jurgen Habermas : Ruang Publik, Yogyakarta : Kanisius

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009, Theories of Human Communication, Jakarta : Salemba Humanika.

Nurudin, 2010. Citizen Jornalism Sebagai Katarsis Baru Masyarakat, Yogyakarta : Litera

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian tersebut karakteristik bobot badan dan ukuran dimensi tubuh diamati untuk menduga bobot badan mengingat bobot badan merupakan sifat yang memiliki nilai

Jika sedang kebingungan mencari hunian yang tepat, Anda harus lirik salah satu apartemen besutan Signature Park Grande Development yaitu Pikko.. Apartemen yang

Menganai sum~er daya informasi terkait petunjuk pelaksanaan kebijakan, Informan 8 mengatakan: " Petunjuk PelaksanaanJuklak dan Petunjuk Teknis Juknis berkaitan dengan implementasi

Konsekuensi dari adanya syarat diatas, maka sebuah lembaga pembiayaan tidak diperbolehkan membuat kesepakatan jual beli secara kredit dengan konsumen, selama barang

Sentra bermain adalah zona atau arena bermain anak yang dilengkap dengan seperangkat alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkaran yang diperlukan untuk

iapun juga mengakui perbedaan yang paling mencolok dari program radio Berbagi Hidup dengan program radio yang lainnya adalah kalau program Berbagi Hidup ini sendiri hanya fokus

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global

Kayu merupakan komoditi utama dalam pembuatan mebel yang berasal dari alam. Dewasa ini penyusutan hutan dunia telah mengkhawatirkan mencapai 80%. Sehingga kebutuhan oksigen akan