• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi pada Mahasiswa Empat Universitas Terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi pada Mahasiswa Empat Universitas Terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta)"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF STUDENT ENTREPRENEURSHIP INTENTIONS OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Study on Students of The Best Four Universities in Daerah Istimewa Yogyakarta)

Oleh :

METIK DIAH TRISNAWATI 20130430192

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

ANALYSIS OF STUDENT ENTREPRENEURSHIP INTENTIONS OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(The Study On Students Of The Best Four Universities in Daerah Istimewa Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

METIK DIAH TRISNAWATI 20130430192

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

(3)

ii Dengan ini saya,

Nama : Metik Diah Trisnawati

Nomor mahasiswa : 20130430192

Menyatakan bahwa skrispsi ini dengan judul : “Analisis Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi pada Mahasiswa Empat Universitas terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelarkesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 20 Januari 2017

(4)

iii

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib seseorang

atau nasib suatu kaum itu sebelum seseorang atau kaum itu

bertindak atau berusaha merubah nasibnya sendiri”

(QS. Ar-Ra’du: 11)

“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada

keringanan. Karena itu bila kamu telah selesai (mengerjakan

yang lain). Maka, berharaplah kepada Tuhanmu.” (Q.S Al Insyirah : 6-8)

Lakukan sesuatu dengan gemetar jika itu harus kamu

(5)

iv

memudahkan, melancarkan dan memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat memperoleh gelar Sarjana. Tak lupa juga saya mengucapkan terimakasih kepada :

Bapak Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si yang telah sabar membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.

Untuk Bapak Danuri dan Ibu Kasinah terimakasih atas doa, dukungan dan segala pengorbanan. Berkat doa dan dukungan dari Bapak Ibuk penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Persembahan ini juga untuk Kakakku tercinta Eka Nuryanti dan Agung Prambudi, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Persembahan ini juga teruntuk myndes Wisnu Eko Nurcahyo, terimakasih supportnya.Lveyou

Buat sahabat sekaligus penyemangatku, terimakasih Intan Windys.

Buat sahabat-sahabatku dari awal kuliah kita berjuang bareng-bareng : Winanda Ismi Anggini, Rifqi Khoirunnisa Tissa, Nurul Imtichannah terimakasih supportnya dan terimakasih telah berjuang bersama selama 3 tahun 5 bulan ini. missyou

(6)

v

Buat sahabat-sahabatku di IKATAN MAHASISWA KULON PROGO dan, terimakasih doa dan supportnya.

(7)

vi

Allhamdulilahirabbil’alamin. Puji syukur penulis penjatkan kehadiran

Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS INTENSI

KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA (Studi pada Mahasiswa Empat Universitas di DIY)”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unioversitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat, karunia-Nya dan kemudahaan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ibu Bapak yang telah memberikan do’a, dukungan dan motivasi yang

tulus ikhlas.

3. Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(8)

vii

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk peneliti.

7. Kakak terbaik, Eka Nuryanti atas do’a, dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu, dan telah banyak membantu penulis dalam penyelesaiaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyususn skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik ke depannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Januari 2017

(9)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah... 13

C. Rumusan Masalah ... 15

D. Tujuan Penelitian ... 15

E. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Landasan Teori ... 17

1. Tinjauan Kewirausahaan ... 17

(10)

ix

e. Faktor Keberhasilan Wirausaha ... 27

f. Faktor Penyebab Kegagalan Wirausaha... 27

2. Tinjauan Tentang Intensi Kewirausahaan ... 29

a. Pengertian Intensi Kewirausahaan ... 29

b. Komponen Intensi ... 30

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan.. 31

3. Tinjauan Faktor Demografi ... 32

a. Latar belakang pendidikan... 32

b. Jenis Kelamin ... 33

c. Pekerjaan Orang Tua... 34

4. Kebutuhan Akan Prestasi ... 35

5. Efikasi Diri (Self efficacy)... 36

a. Dimensi-dimensi self efficacy... 37

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self Efficacy ... 37

6. Kemampuan Mendapatkan Akses ... 39

7. Dukungan Akademik (academic support)... 40

8. Hubungan variabel terikat dengan variabel bebas... 42

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 46

(11)

x

B. Jenis Data ... 54

C. Teknik Pengambilan Sampel... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 58

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 63

G. Uji Asumsi Klasik ... 64

H. Uji Hipotesis dan Analisa Data ... 65

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN... 68

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 68

B. Hasil Penyebaran Kuesioner... 73

C. Karakteristik Responden ... 74

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 78

B. Uji Asumsi Klasik ... 79

C. Hasil Penelitian dan Uji Hipotesis ... 82

D. Pembahasan ... 115

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 130

(12)
(13)

xii

Tabel 1.2. Daftar Universitas Empat Terbaik di DIY ... 8

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 56

Tabel 4.1 Jumlah Kuesioner yang disebar dan Kuesioner yang kembali ... 73

Tabel 4.2 Jumlah Kuesioner Masing-masing perguruan Tinggi... 74

Tabel 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 75

Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan.. 75

Tabel 4.5 Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua... 76

Tabel 5.1 Uji Validitas... 78

Tabel 5.2 Uji Reliabilitas... 78

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas... 80

Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 81

Tabel 5.6 Statistik Deskriptif ... 82

Tabel 5.7 Frekuensi Kebutuhan Akan prestasi 1... 84

Tabel 5.8 Frekuensi Kebutuhan Akan Prestasi 2... 84

Tabel 5.9 Frekuensi Kebutuhan Akan Prestasi 3... 85

Tabel 5.10 Frekuensi Kebutuhan Akan Prestasi 4... 86

Tabel 5.11 Frekuensi Efikasi Diri 1... 87

Tabel 5.12 Frekuensi Efikasi Diri 2... 88

Tabel 5.13 Frekuensi Efikasi Diri 3... 88

(14)

xiii

Tabel 5.18 Frekuensi Kemudahan Mendapatkan Akses 1... 93

Tabel 5.19 Frekuensi Kemudahan Mendapatkan Akses 2... 94

Tabel 5.20 Frekuensi Kemudahan Mendapatkan Akses 3... 95

Tabel 5.21 Frekuensi Dukungan Akademik 1... 96

Tabel 5.22 Frekuensi Dukungan Akademik 2... 97

Tabel 5.23 Frekuensi Dukungan Akademik 3... 98

Tabel 5.24 Frekuensi Dukungan Akademik 4... 99

Tabel 5.25 Frekuensi Intensi Kewirausahaan 1... 100

Tabel 5.26 Frekuensi Intensi Kewirausahaan 2... 101

Tabel 5.27 Frekuensi Intensi Kewirausahaan 3... 101

Tabel 5.28 Frekuensi Intensi Kewirausahaan 4... 102

Tabel 5.29 Tes Homogenity Varians... 103

Tabel 5.30 Uji Beda Intensi Kewirausahaan... 104

Tabel 5.31 Ringkasan Hasil Uji Beda... 106

Tabel 5.32 Hasil Uji Regresi Berganda... 107

Tabel 5.33 Hasil Uji Koefisien Determinasi... 110

Tabel 5.34 Hasil Uji F... 110

Tabel 5.13 Hasil Uji t... 111

(15)
(16)
(17)
(18)

viii

Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan pada mahasiswa. Faktor-faktor yang digunakan oleh peneliti adalah 7 faktor yaitu kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kemampuan mendapatkan akses, dukungan akademik, faktor sosio demografi (gender, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan orang tua). Penelitian ini dilakukan di 4 universitas yaitu UGM, UNY, UMY, dan UII. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner dengan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis sttistik deskriptif, regresi linier berganda, uji anova, uji asumsi klasik dan sampel yang digunakan sebanyak 397 mahasiswa.

Pengujian statistik yang dilakukan membuktikan bahwa kebutuhan akan prestasi, gender, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan orang tua tidak berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa dan tidak terdapat perbedaan intensi kewiraushaan mahasiswa berdasarkan gender dan latar belakang pendidikan. Namun intensi kewirausahan berdasarkan pekerjaan orang tua menunjukkan adanya perbedaan, mahasiswa yang berlatar belakang pekerjaan orang tua pengusaha memiliki intensi kewiraushaan lebih tinggi. Pengujian hipotesis pada variabel efikasi diri, kemampuan mendapatkan akses, dan dukungan akademik menunjukan berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahan mahasiswa.

(19)

ix

entrepreneurship in students. Factors that predicted by the researchers are seven factors: the need for achievement, self-efficacy, ease of access, academic support, demographic factors (gender, educational background and work of parents). The population in this study are all students of four universities, there are UGM, UNY, UMY and UII. The data used is quantitative data by using the method of data collection was a questionnaire with purposive sampling method. The analysis technique used is deskriptiv statistic analysis, multiple linear regression, classic assumption test samples used as many as 397 students.

The result showed that needs for achievement, gender, educational background and work of parents does nothave relation on entrepreneurial intentions of students and there is no difference entrepreneurship intentions of students by gender and educational background. But the intention of entrepreneurship based on the work of parents indicate a difference, the student whose background work of parents entrepreneurs have higher intentions. Hypothesis testing in variable self efficacy, ability of access, and academic support showed a significant relates on student entrepreneurship intentions.

Keywords: Intention entrepreneurship, demographic factors, need for

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Permasalahan kependudukan di dunia sekarang ini mungkin telah menjadi masalah yang serius dan hampir meluas diseluruh negara. Permasalahan kependudukan dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia dan terbatasnya lapangan kerja yang memadai membuat masalah pengangguran sulit untuk diatasi pemerintah. Menurut data dari CIA World Factbook(2016), Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki penduduk yang sangat banyak dengan total jumlah penduduk 258.316.051 jiwa.Indonesia menempati urutan nomor lima negara berpenduduk terpadat di dunia (setelah Cina, India, Eropa, Amerika Serikat)

Persaingan dunia tenaga kerja yang semakin pesat bertolakbelakang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan membuat tingkat pengangguran di Indonesia masih tinggi. Jumlah pengangguran terdidik di Indonesia setiap tahunnya meningkat seiring dengan bertambah banyaknya lulusan sarjana baru (fresh graduate) baik lulusan dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

(21)

lapangan pekerjaan.Banyaknya pengangguran tersebut bisa jadi karena faktor ketidaksesuaian jurusan pendidikan/keahlian dengan kebutuhan penyedia lapangan pekerjaan, serta masih melekatnya pikiran untuk mencari pekerjaan ketimbang menciptakan pekerjaan. Sehingga, banyak lulusan dari berbagai perguruan tinggi tidak terserapoleh lapangan pekerjaan yang tersedia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi masih cukup besar, berikut ini gambaran data tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Tabel 1.1

(22)

Berdasarkan data dari BPS diatas, jumlah pengangguran terdidik di Indonesia masih cukup tinggi, untuk jenjang universitas pada februari 2014 tercatat sebesar 398.298, pada tahun 2015 tercatat 565.402 dengan pertumbuhan sebesar 41%, pada tahun 2016 naik menjadi 695.304 dengan pertumbuhan sebesar 74%. Jumlah tersebut setiap tahunnya akan selalu bertambah sebab setiap tahun universitas pasti akan meluluskan para sarjana yang jumlahnya ribuan namun tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat tertampung di dunia kerja, permasalahan pengangguran terdidik jika dibandingkan dengan pengangguran non terdidik justru lebih komplekspengangguran terdidik sebab pengangguran non terdidik bersedia bekerja di sektor non formal sedangkan pengangguran terdidik dengan bekal ilmu yang dimiliki justru menginginkan bekerja di sektor formal agar mendapat gaji tinggi dan prestise ditengah masyarakat.

Kenyataannya,ada tiga pilihan yang mungkin akan dialami lulusan perguruan tinggi setelah menyelesaikan studinya yaitu sebagian besar dari mereka memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta, dan instansi pemerintah, kedua adalah menjadi pengangguran intelektual karena sulit atau sengitnya dunia persaingan kerja, dan yang ketiga adalah membuka usaha sendiri atau berwirausaha (Paulina, 2011).

(23)

karena mereka beranggapan dengan berpendidikan tinggi akan mudah mendapatkan pekerjaan. Hal ini diperkuat dengan Darmaningtyas (2008), bahwa antara pendidikan dengan pekerjaan ada hubungan antara keduanya. Jika pendidikan seseorang cenderung semakin tinggi maka seseorang memiliki peluang besar untuk mendapatkan pekerjaan

Sebagian besar dari lulusan perguruan tinggi mereka mendambakan menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Seolah-olah PNS itu sudah menjadi pekerjaan warisan budayayang diminati di masyarakat Indonesia, karena memang menjanjikan dan mendapatkan gaji tetap setiap bulannya. Hal itulah yang menjadi faktor utama penarik para mahasiswa. Padahal peluang untuk menjadi PNS sangatlah kecil bila dibandingkan dengan jumlah lulusan perguruan tinggi setiap tahunnya.Masyarakat menjadi penggemar setia berbondong-bondong untuk menunggu mengikuti seleksi PNS pada setiap tahun berikutnya tanpa melakukan ataupun mendirikan usaha lainnya guna mengurangi pengangguran di Indonesia.

(24)

bekerja di perusahaan karena gaji besar dan prestisenya untuk menjadi pegawai daripada terjun dibidang kewirausahaan yang dikarenakan keterampilan dan mental berwirausahanya yang dinilai masih kurang (Oktarilis, 2012).

Wirausaha adalah seseorang yang melihat peluang bisnis dan menciptakan bisnis tersebut dengan mengalamai berbagai resiko dan ketidakpastian, dengan memanfaatkan kesempatan dan sumberdaya guna memperoleh profit (Rosmiati dan Munawar 2015). Kewirausahaan merupakan suatu persoalan penting bagi perekonomian suatu negara.

Kontribusi kehadiran kewirausahaan baik pengusaha besar, sedang dan kecil akan memperbaiki sedikit demi sedikit daya saing Indonesia, karena mampu menghasilkan nilai tambah barang dan jasa, sehingga memperkuat daya saing dan pertumbuhan perekonomian negara (Indarti dan Rostiani, (2008). Menurut Tama (2010), menyatakan bahwa terdapat 2 kontribusi entrepreuner terhadap pembangunan bangsa, yang pertama adalah memberikan darma baktinya melancarkan proses produksi, distribusi dan konsumsi serta yang kedua adalah sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, ketahan nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap bangsa lain.

(25)

pemerintah akan memperoleh pajak dan devisa yang selanjutnya akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan umum dan infrastruktur.

Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara maju apabila memiliki entrepreneur, namun yang terjadi justru malah sebaliknya.Menurut PBB suatu negara dapat berkembang secara mandiri apabila jumlah wirausahawan di negara tersebut yaitu sebesar minimal 2 persen dari total jumlah penduduk (Alma, 2011). Jumlah pelaku wirausaha di Indonesia hingga kini masih belum mencapai angka ideal yakni 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Data terkini dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM)(2016), menunjukkan bahwa Indonesia baru mempunyai sekitar 1,65% pelaku wirausaha dari total jumlah penduduk.Data itu juga menunjukkan bahwa jumlah yang dimiliki Indonesia tertinggal ketimbang tiga negara di kawasan Asia Tenggara yakni Singapura mencapai angka 7%, Malaysia sebesar 5%, dan Thailand unggul 1% dibandingkan Indonesia yaitu sebesar 3%. Indonesia untuk menjadi pelaku wirausaha masih menduduki posisi kedua. Posisi ini cuma satu level di bawah Filipina.Sementara, negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang bahkan memiliki jumlah pengusaha lebih dari 10% dari jumlah populasi.

(26)

Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2016) menyebutkan bahwa lebih dari 7,2% pengusaha Singapura dan 3% pengusaha Malaysia yang menjadikan pertumbuhan di segala bidang termasuk ekonomi. Indonesia semakin jauh tertinggal yang hanya baru memiliki 1,65% pelaku wirausaha dari jumlah penduduk saat ini.

Massachusette Institute Technology (MIT) merupakan salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat yang merubah kebijakan perguruan tingginya dari High Learning InstituteandResearch University menjadi Entrepreuner University disaat kondisi sosial ekonomi dan politiknya kurang stabil, seperti meluasnya pengangguran terdidik. Meskipun banyak pro dan kontra terhadap kebijakan tersebut, namun selama kurun waktu 16 tahun, MIT berhasil memunculkan perusahaan-perusahaan di Amerika sebanyak 4 ribu perusahaan yang mana itu merupakan buah tangan hasil kerja keras alumni-alumni dari MIT dan mampu memperkerjakan 1.1 juta tenaga kerja dan omset sebesar 232 miliar dollar per tahun (Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016).

(27)

memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja sehingga mengurangi masalah pengangguran. Oleh karena itu, para sarjana lulusan perguruan tinggi perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) namun harapannya mampu dan siap menjadi pencipta pekerjaan (job creator) (Suharti dan Sirine, 2011).

Yogyakarta di sebut sebagai kota pelajar karena di kota ini terdapat fasilitas sekolah dan perguruan tinggidengan kualitas pendidikannya yang sudah terjamin akreditasinya secara baik di dunia pendidikan Indonesia. Webometrics merupakan salah satu perangkat/sistem yang dapat mengukur dalam memberikan penilaian terhadap kemajuan seluruh universitas/perguruan tinggi terbaik di dunia (world class university) melalui website universitas tersebut (wikipedia). Berikut ini peringkat Universitas Terbaik Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan peringkat dari Webometric.

Tabel 1.2

Daftar Universitas Empat Terbaik di DIY Ranking 2. Universitas Negeri Yogyakarta

(28)

Upaya memperkuat daya saing bangsa di era dunia bisnis pasar bebas, yang tidak hanya mengandalkan pengetahuan namun juga perlu menciptakan sumberdaya manusia yang berkompeten dantangguh dalam jiwa berwirausaha.Seperti yang telah ditegaskan (Oswari dalam Prabowo, 2016) bahwa untuk mengatasi pengangguran educated people adalah dengan memunculkan intensi berwirausaha pada mahasiswa. Seperti yang telah dikemukakan Alma (2011) pendidikan tinggi yang diperoleh dibangku kuliah diharapkan mampu mengembangkan minat seseorang untuk berwirausaha bukan sebagai pencari lowongan pekerjaan.

Berbagai strategi telah diterapkan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia, diantaranya mengadakan lomba PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan) sebagai wujud pengembangan budaya kewirausahaan. Selain itu Dirjen Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI) sebagai lembaga yang menaungi pendidikan tingkat universitas memberlakukan program mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikan, hal ini diberlakukan semenjak tahun 1980 an (Wijatno, 2009).

(29)

untuk menjadi pengusaha yang secara garis besar terdiri dari faktor-faktor kepribadian (kebutuhan akan prestasi, efkasi diri), faktor sosio demografi (jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pekerjaan orang tua) serta faktor lingkungan (kemampuan mendapatkan akses).

Kebutuhan akan prestasi merupakan suatu watak yang melekat pada diri seseorang yang dapat memotivasi seseorang dalam menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan. Kebutuhan akan prestasi yang tinggi dapat mendorong kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan dan cenderung mengambil resiko dalam berwirausaha (Indarti dan Rostiani, 2008). Farouk dan Ikram (2014) menyebutkan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan.

Faktor kepribadian lainnya yang mempengaruhi intensi kewirausahaan adalah efikasi diri. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam menilai kemampuan untuk melaksanakan dan mengatur sebuah tugas guna mencapai tujuan (Bandura, 1997). Oleh karena itu efikasi diri menjadi faktor penting dalam penentuan apakah intensi kewirausahaan sudah terbentuk pada masa awal seseorang memulai kariernya. Semakin tinggi tingkat efikasi diri terhadap kewirausahaan maka akan semakin kuat intensi kewirausahaannya (Sumarsono, 2013).

(30)

seseorang dalam berwirausaha, mengingat ada perbedaan pandangan terhadap pekerjaan. Ada kecenderungan bahwa perempuan kurang berani dalam memulai usaha dibandingkan dengan laki-laki karena perempuan dihadapkan pada tuntutan budaya sebagai seseorang yang mengurus rumah tangga berbeda dengan laki-laki yang bertanggung jawab menafkahi keluarga. Oleh karena itu mahasiswa laki-laki memiliki intensi kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa perempuan (Indarti dan Rostiani, 2008).

Variabel latar belakang pendidikan merupakan faktor penting untuk mempengaruhi seseorang dalam berwirausaha. Latar belakang pendidikan yang berhubungan dengan bisnis seperti fakultas ekonomi, materi perkuliahan akan lebih banyak berkaitan dengan kewirausahaaan, sehingga akan memberikan mahasiswa pengetahuan yang lebih mengenai kewirausahaan dibandingkan dengan fakultas non ekonomi. Oleh karena itu mahasiswa berlatar belakang pendidikan yang berkaitan dengan ekonomi (bisnis) memiliki intensi kewirausahan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non ekonomi (Sumarsono, 2013).

(31)

kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang berlatar belakang keluarga non pengusaha (Sarwoko, 2011).

Upaya meningkatkan intensi berwirausaha, dukungan akademik diperlukan dalam meningkatkan intensi kewirausahaan mahasiswa. Lingkungan universitas bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sarana, informasi serta infrastruktur yang memadai (Tanjungsari dan Hani, 2013). Hasil dari penelitian Meidora dan Warmika (2016) menunjukkan bahwa academic support berpengaruh positif terhadap intensi berwirausahamahasiswa.Dengan mengetahui intensi seseorang untuk berwirausaha, maka kemungkinan orang tersebut dapat memulai suatu usaha atau berwirausaha di masa depan. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan yang logis untuk memahami siapa saja yang akan menjadi wirausaha (Choo dan Wong dalam Indarti dan Rostiani, 2008).

Melihat intensi kewirausahaan pelajar memiliki peran yang penting bagi pembentukan pengusaha di Indonesia, maka penelitian mengenai faktor-faktor penentu intensi kewirausahan pelajar di Indonesia menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini penting dilakukan karena hasilnya dapat memberikan gambaran perbedaan intensi kewirausahaan dilihat berdasarkan perbedaan bidang keilmuan serta faktor-faktor pendorongnya.

(32)

variabel independen yaitu dukungan akademik (academic support) dan perbedaan sampel. Penambahan variabel dukungan akademik dikarenakan variabel dukungan akademik ini cukup memberikan kontribusi dalam hal peningkatan intensi kewirausahaan, namun dari hasil penelitian sebelumnya variabel dukungan akademik selalu menunjukkan hasil yang berbeda-beda, oleh karena itu hal ini menjadi hal yang menarik bagi penulis untuk menelitinya lebih lanjut.

Berdasarkan penjelasan ditas yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “AnalisisIntensi Kewirausahaan MahasiswaDaerah Istimewa Yogyakarta (Studi pada Mahasiswa Empat Universitas Terbaik di DIY)”. Namun penelitian ini,peneliti hanya memfokuskan penelitian hanya pada sampel mahasiswa di Universitas (UGM, UNY, UMY, UII) dikarenakan ke empat Universitas tersebut merupakan Perguruan Tinggi terbaik di Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

(33)

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah jenis kelaminberpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa dan adakah perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan pengelompokan jenis kelamin?

2. Apakah latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa dan adakah perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan pengelompokan latar belakang pendidikan? 3. Apakah pekerjaan orang tua berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan

mahasiswa dan adakah perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan pengelompokan pekerjaan orang tua?

4. Apakah kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa?

5. Apakah efikasi diri berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa?

6. Apakah kemampuanmendapatkan akses berpengaruh terhadap intensi kewirausahan mahasiswa?

7. Apakah dukungan akademik berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian

(34)

2. Menganalisis pengaruh dan perbedaan berdasarkan latar belakang pendidikanterhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

3. Menganalisis pengaruh dan perbedaan berdasarkan pekerjaan orang tuaterhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

4. Menganalisis pengaruh faktor kepribadian (kebutuhan akan prestasi) terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

5. Menganalisis pengaruh faktor kepribadian (efikasi diri) terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

6. Menganalisis pengaruh kemampuan mendapatkan aksesterhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

7. Menganalisis pengaruh dukungan akademik terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat dan mendatangkan temuan bagi penulis, instansi terkait dan masyarakat luas. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagian berikut :

a. Manfaat Praktis

(35)

2. Bagi dosen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pentingnya menanamkan jiwa kewirausahaan dan minat berwirausaha mahasiswa.

3. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian dapat memberikan masukan untuk dijadikan evaluasi bagi perguruan tinggi, pengambil kebijakan dan institusi terkait lainnya untuk mengembangkan program pendidikan yang tepat dalam mendorong semangat kewirausahaan. 4. Hasil empiris dapat digunakan untuk merencanakan prospek masa

depan dalam menerapkan kurikulum pendidikan kewirausahan di dunia pendidikan.

b. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian dapat digunkan untuk menambah pengetahuan dan penelitian yang berhubungan dengan kewirausahaan.

(36)

17 A. Landasan Teori

1. Tinjauan Kewirausahaan a. Pengertian Kewirausahaan

Kata entrepreuner berasal dari bahasa Prancis, entre berarti „antara’ dan prendre berarti „mengambil’. Pada dasarnya kata ini

digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang berani mengambil resiko dan memulai sesuatu yang baru.

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses menciptakan sesuatu yang baru dengan berdasarkan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang ditimbulkan guna mencapai kepuasan dan keuntungan yang dihasilkan (Hisrichet al., 2008).

Kewirausahaan (Schraam dalam Wijatno, 2009) adalah sebagai proses seseorang/sekelompok yang memikul resiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan mengeksploitasi teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk orang lain.

(37)

berorientasi pada pemerolehan keuntungan.Pendapat lain Soegoto (2009), menyatakan bahwa kewirausahaan adalah usaha yang dibangun untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan bernilai tambah dengan berdasarkan kreatif dan inovasi sehingga memberi manfaat, menciptakan lapangan pekerjaan dan hasilnya dapat bermanfaat bagi orang lain.

Berdasarkan beberapa penjelasan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda serta memiliki nilai melalui proses berfikir kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan peluang usaha dengan menggunakan waktu, modal serta berani mengambil resiko guna meraih keuntungan/profit.

b. Pengertian Wirausaha

Zimmerer dan Scarborough (2008) mengungkapkan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dengan memanfaatkan peluang dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.

(38)

peluang bisnis, memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mencapai profit/keuntungan.

Menurut Kusuma dan Warmika (2016) menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang memiliki jiwa pemberani dalam memulai usaha serta mampu mengambil resiko di berbagai kesempatan. Berbekal jiwa kewirausahaan, seorang akan mampu mendorong individu tersebut dalam mengelola dan mengembangkan usahanya secara profesional. Berjiwa berani mengambil resiko artinya seorang wirausaha bermental mandiri dan berani mengambil resiko ketika usaha yang didirikannya mengalami kondisi pasang surut.

Menurut Sumarsono (2013)berpendapat bahwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki usaha dan mampu mengambil resiko demi kepentingan mengorganisasi dan mengelola bisnisnya, sehingga menerima imbalan atau balas jasa berupa keuntungan/profit baik berupa keuntungan finansial maupun non finansial. Menurut Soegoto (2009) juga mengungkapkan hal serupa yang menyatakan bahwa wirausaha adalah orang yang berjiwa kreatif dan inovatif dengan segala usaha mampu mendirikan, membangun, mengembangkan, memajukan sehingga menjadikan perusahaannya unggul.

(39)

memperoleh profit (Rosmiati dan Munawar, 2015). MenurutKurniati (2015)mengungkapkan bahwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki keberanian mengambil resiko dalam ketidakpastian dengan cara memanfaatkan sumberdaya dan peluang bisnis yang ada dengan menggabungkan dengan ide inovatifnya untuk menghasilkan nilai tambah.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah orang yang memiliki jiwa kreatif dan pemberani dalam mengambil resiko untuk membuka usaha dengan memanfaatkan sumberdaya yang diperlukan guna mencapai keuntungan.

c. Karakteristik Wirausaha

Menurut (Fredericket al.,dalam Wijatno, 2009), mengemukakan bahwa ada tujuh belas karakteristik entrepreneur adalah sebagai berikut:

1) Komitmen total, determinasi dan kekuatan hati

Memiliki komitmen total dan determinasi untuk maju sehingga dapat mengatasi berbagai hambatan, kesulitan yang timbul tidak memadamkan semangat entrepreneur dalam berkreasi dan ber inovasi.

2) Dorongan kuat untuk berprestasi

(40)

3) Berorientasi pada kesempatan dan tujuan

Entrepreneur harus fokus pada peluang yang ada dan mencapai sasaran.

4) Inisiatif dan tanggung jawab

Bergantung pada diri sendiri dan secara aktif dalam mengambil inisiatif untuk memcahkan masalah.

5) Pengambilan keputusan yang persisten

Seorang entrepereneur memiliki kepercayaan diri dan optimis sehingga tidak mudah terintimidasi oleh situasi yang sulit.

6) Mencari umpan balik

Entrepreneur memiliki keinginan kuat untuk belajar, mengetahui bagaimana mereka bertindak dengan benar dan memperbaiki kinerjanya.

7) Internal locus of control

Entrepreneur percaya bahwa pencapaian yang diperoleh merupakan hasil pengendalian lingkungan melalui aktivitas yang dilakukan.

8) Toleransi terhadap ambiguitas

(41)

9) Pengambilan risiko yang terkalkulasi

Entrepreneurakan memperhitungkan dengan pemikiran yang matang dalam menghindari pengmbilan resiko yang tidak perlu. 10) Integritas dan reliabilitas

Karakter ini merupakan kunci kesuksesan antara wirausaha dan bisnis yang membuat entrepreneur mampu bertahan lama.

11) Toleransi terhadap kegagalan

Ketika seorang entrepreneur mengalami kegagalan, mereka tidak merasa kecewa ataupun depresi tetapi mereka terus mencari kesempatan, karena mereka percaya bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan.

12) Energi tingkat tinggi

Entrepreneur selalu memiliki energi yang tinggi dalam menghadapi beban kerja yang berat dan tingkat stress yang tinggi. 13) Kreatif dan inovatif

Berjiwa kreatif dan inovatif mampu menyuksesakan suatu usaha yang dibangun seorang entrepreneur.

14) Visi

(42)

15) Independen

Entrepreuner menginginkan kebebasan dalam mengembangkan bisnisnya.

16) Percaya diri dan optimis

Entrepreneur selalu percaya diri dan optimis dalam mengatasi berbagai kesulitan yang mneghadang.

17) Membangun tim

Pembisnis yang sukses membutuhkan tim yang handal dalam menangani pertumbuhan dan perkembangan usaha.

(43)

d. Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha

Menjadi seorang wirausahawan harus memiliki mental yang kuat karena banyak tantangan yang harus dihadapi. Zimmerer dan Scarborough (2008) mengemukakan keuntungan dalam berwirausaha yaitu :

1) Peluang untuk menentukan nasib sendiri

Memiliki perusahaan sendiri memberikan kebebasan dan peluang bagi para wirausahawan untuk mewujudkan apa yang diinginkan dan penting baginya.

2) Peluang untuk melakukan perubahan

Wirausahawan yang memulai bisnis karena mereka melihat peluang untuk membuat perubahan yang menurut mereka anggap penting.

3) Peluang untuk mencapai potensi sepenuhnya

Bisnis merupakan alat aktualisasi diri yang mana keberhasilan mereka ditentukan oleh bakat dan kekuatan sendiri.

4) Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas

(44)

5) Peluang untuk berperan dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usaha anda

Memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional atau masyarakat sekitar adalah kepuasan pribadi bagi seorang wirausaha.

6) Peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai

Dengan membuat suatu pekerjaan menjadi suatu kesenangan karena mereka tertarik dan menyenangi pekerjaan tersebut.

Zimmerer dan Scarborough (2008) mengungkapkan kelemahan berwirausaha yaitu :

1) Ketidakpastian Pendapatan

Seorang wirausaha ketika memulai awal usaha, mayoritas modal yang digunakan adalah modal sendiri, maka margin/laba yang diperoleh akan relatif kecil bahkan seorang wirausaha hidup dari tabungan. Ketika terjadi kesalahan dalam pengelolaan akan berimbas pada bisnis dan kemungkinan mengalami kerugian dan berefek pada kelangsungan usaha.

2) Resiko Kehilangaan Seluruh Investasi

(45)

3) Kerja Lama dan Kerja Keras

Seorang wirausaha yang gigih dan bekerja keras akan mengorbankan waktunya untuk kepentingan bisnisnya karena memang pekerjaannya yang sangat sibuk dan menyita waktu lama. 4) Tanggung Jawab Penuh

Menjadi wirausaha memiliki tanggung jawab terhadap resiko pada setiap pengambilan keputusan. Kesalahan sedikit saja dapat menyebabkan kehilangan penghasilan dan bisnisnya.

5) Keputusasaan

Membangun sebuah bisnis, wirausahawan akan selalu menghadapi berbagai macam hambatan yang beberapa diantaranya tidak dapat diatasi. Dalam menghadapi kesulitan tersebut keputusasaan dan kekecewaan menjadi emosi yang biasa dirasakan.

(46)

e. Faktor Keberhasilan Wirausaha

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha berhasil dalam menjalankan usahanya:

1) Mengembangkan rencana bisnis yang solid

Tanpa rencana bisnis dan persiapan yang matang, perusahaan berjalan tanpa arah yang jelas.

2) Mengelola sumberdaya keuangan

Dalam mengelola sumberdaya keuangan yang efektif adalah dengan memiliki modal yang cukup, karena biaya yang diperlukan dalam mendirikan perusahaan hampir selalu lebih besar daripada yang diperkirakan.

3) Memahami laporan keuangan

Seorang wirausahawan harus mengandalkan catatan dan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangannya, laporan ini dapat membantu dalam memberi peringatan adanya masalah. 4) Menjaga kondisi

Kesehatan fisik dan mental perlu diperhatikan, karena kebrhasilan bisnis bergantung pada keberadaan dan perhatian pemilik bisnis. : f. Faktor Penyebab Kegagalan Wiraushaa

(47)

1) Ketidakmampuan dalam manajerial

Tidak memiliki kemampuan dalam mengelola suatu usaha, dapat menyebabkan gagalnya berwirausaha.

2) Kurang Pengalaman

Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan dalam mengkoordinasi dan mengintegrasikan berbagai operasi usaha serta tidak terampilnya mengelola sumberdaya manusia dan memotivasi mereka untuk mencapai kinerja yang baik.

3) Pengendalian keuangan yang buruk

Tidak telitinya memelihara aliran kas, dapat menyebabkan terhambatnya operasional perusahaan.

4) Lemahnya usaha pemasaran

Kadang kala wirausahawan membuat kesalahan dalam hal usaha pemasaran, seharusnya seorang wirausaha menyusun rencana pemasaran yang kuat dengan tujuan mempertahankan kenyamanan pelanggan.

5) Gagal dalam perencanaan

Sekalipun gagal dalam perencanan di tahap awal, maka akan mengalami kesulitan dalam menjalankan kegiatan usaha.

6) Lokasi yang kurang memadai

(48)

7) Pengendalian persediaan yang tidak tepat

Kurangnya pengawasan terhadap barang persediaan dapat mengakibatkan penggunaan alat yang tidak efisien dan efektif. 8) Penetapan harga yang tidak tepat

Kesalahan wirausahawan dalam menetapkan harga berdasarkan pesaingnya atau hanya perkiraan samar-samar tanpa mempertimbangkan biaya produksi barang dan jasa tersebut. 9) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi

kewirausahaan

Keberhasilan wirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

2. Tinjauan Intensi Kewirausahaan a. Pengertian Intensi Kewirausahaan

Menurut Wijaya (2008), intensi adalah niat seseorang yang bersungguh-sungguh untuk melakukan atau memunculkan suatu perbuatan tertentu. Menurut Hisrich et al.,(2008) intensi berkaitan dengan indikasi seberapa susah seseorang bersedia untuk berusaha dalam merencanakan sesuatu.

(49)

seseorang dalam melakukan kegiatan wirausaha dan kemudian mengembangkan usaha tersebut (Vilathuvahna dan Nugroho, 2015).

Menurut Tanjungsari dan Hani (2013), intensi kewirausahaan adalah niat seseorang untuk mendirikan suatu usaha atau menerapkan konsep bisnis yang baru.Intensi kewirausahaan (Choo dan Wong dalam (Indarti dan Rostiani, 2008) dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang baik serta masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang menjadi wirausaha.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, sehingga dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan sesuatu yang melekat pada diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan sesuatu.Intensi kewirausahaan diartikan sebagai niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan kegitan kewirausahaan yang dapat dilihat dari sikap individu dalammemanfaatkan peluang bisnis.

b. Komponen Intensi

Menurut (Fishbein dan Ajzen dalam Sawqy, 2010) mengemukakan bahwa terdapat elemen penting dalam pembentukan intensi yaitu :

1) Tingkah laku

(50)

2) Situasi dimana tingkah laku ditampilkan

Kemungkinan seseorang akan berintensi untuk berperilaku pada situasi dan lokasi tertentu.

3) Waktu saat tingkah laku ditampilkan

Intensi bisa muncul pada waktu tertentu, periode khusus atau periode waktu tanpa batas (waktu di masa akan datang).

Oleh karena itu, untuk dapat meramalkan perilaku seseorang, intensi berwirausaha dapat diuraikan melalui tiga komponen diatas, dimana intensi berwirausaha merupakan perilaku yang spesifik, dan berwirausaha adalah target objek yang dilakukannya perilaku.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan

Menurut Indarti dan Rostiani (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan adalah faktor sosio demografi, faktor kepribadian, dan faktor lingkungan.

1) Faktor Kepribadian

Faktor kepribadian merupakan salah satu motif psikologis yang ada pada diri seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki kewirausahaan. Faktor kepribadian ini antara lain kebutuhanakan prestasi dan efikasi diri.

2) Faktor Lingkungan

(51)

Indarti dan Rostiani, 2008) membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter utama yang dimiliki seorang wirausaha. Oleh karena itu dengan dengan memiliki akses jaringan seorang wirausaha bisa memperbaiki akses-akses terhadap bisnis, informasi serta akses modal.

3) Faktor Demografi

Faktor demografi mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha. Faktor demografis ini antara lain gender, usia, latar belakang pendidikan.

3. Tinjauan Tentang Faktor Sosio Demografi a. Latar belakang pendidikan

Pendidikan sangatlah penting dalam perjalanan usaha, pendidikan berfungsi untuk memainkan peranan penting dalam membantu para pengusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapi nantinya. Latar belakang pendidikan dapat mempengaruhi pilihan seseorang dalam menentukan karier.

(52)

diajarkan akan lebih banyak berkaitan dengan kewirausahaan. Latar belakang pendidikan berpengaruh posisif terhadap kesempatan berwirausaha seseorang (Hisrich et al., 2008). Hal ini dapat memberikan pengetahuan tentang kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa fakultas non ekonomi. Mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan ekonomi (bisnis) memiliki intensi kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan non ekonomi (Sumarsono, 2013).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin dapat menentukan perbedaaan pandangan dalam menentukan pilihan karier, sehingga gender memiliki pengaruh terhadap intensi kewirausahaan mengingat adanya perbedaan pandangan terhadap pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga didukung dengan faktor tuntutan tradisional, karena seorang wanita dihadapkan sebagai seorang istri atau ibu rumah tangga (Wijaya, 2007).

(53)

memiliki intensi yang lebih kuat dibandingkan dengan mahasiswa perempuan (Indarti dan Rostiani, 2008). Sarwoko (2011) menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal intensi kewirausahaan antara laki-laki dan perempuan.

c. Pekerjaan orang tua

Keluarga merupakan letak dasar seseorang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pengaruh eksternal (Koranti dalam Pratiwi dan Wardana, 2016) merupakan faktor dari luar individu entrepreneur, yang dapat berupa unsur lingkungan seperti lingkungan keluarga. Peran keluarga berupa pola asuh, pendidikan, dorongan, pendapat berdasarkan pengalaman dan pengetahuan orang tua terhadap sesuatu hal dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam menentukan pilihan berkarier. Pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan berkariernya. Banyak orang tua yang bekerja sebagai pegawai mengharapkan anaknya juga bekerja sebagai pegawai, dengan alasan menjadi pegawai memiliki resiko lebih rendah dibandingkan dengan pengusaha (Azwar, 2013).

(54)

bahwa lingkungan keluarga dapat mempengarui seseorang untuk berwirausaha dilihat dari segi faktor pekerjaan orang tua, dari orang tua yang bekerja sendiri dan memiliki usaha sendiri maka seorang anak cenderung menjadi pengusaha. Oleh karena itu mahasiswa yang berlatar belakang keluarga pengusaha memiliki intensi kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang berlatar belakang non pengusaha (Sarwoko, 2011).

4. Kebutuhan akan prestasi (Need of Achievement)

Menurut Oktarilis (2012) kebutuhan akan prestasi (need of achievement) adalah menunjukkan keinginan seseorang untuk membuat sesuatu atau bekerja dengan lebih baik atau lebih cepat dibandingkan dengan prestasi orang lain atau perstasi masalalunya.Menurut Indarti dan Rostiani (2008) kebutuhan akan prestasimerupakan suatu watak yang dapat memotivasi seseorang dalam menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan. Kebutuhan akan prestasi adalah suatu watak yang memotivasi seseorang dalam menghadapi tantangan guna mencapai kesuksesan dan keunggulan (Sumarsono, 2013).

Menurut (McClleland dalam Hamid, 2014) menyebutkan lima atribut yang terdapat pada diri seseorang yang memiliki kebutuhan akan prestasi diantaranya adalah:

a) Menghindari spekulasi dan memiliki tanggung jawab tinggi.

(55)

c) Senang pada pekerjaan yang menantang dan bekerja tanpa mengharapkan imbalan materi.

d) Cenderung bekerja keras dan memiliki inisiatif yang luar biasa. e) Keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik pada

perfomance kerja.

Berdasarkan paparan yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan prestasi adalah suatu watak yang melekat pada diri seseorang yang dapat memotivasi individu dalam melaksanakan tugas guna meraih tujuan yang telah ditentukan. Sehingga seseorang yang kebutuhan akan prestasinya tinggi maka memiliki keinginan yang kuat dalam mengerjakan tugas yang bersifat menantang. Selain itu orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi tinggi, cenderung memiliki prestasi kerja yang tinggi pula, atau sebaliknya.

5. Efikasi diri (Self Efficacy)

Efikasi diri (self efficacy) adalah suatu kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (Sumarsono, 2013). Menurut Bandura (1997), efikasi diri adalah keyakinan seseorangdalam menilai kemampuan untuk melaksanakan dan mengatur sebuah tugas guna mencapai suatu tujuan.

(56)

akan kemampuannya, akan memandang tugas yang sulit sebagai sebuah tantangan yang harus diselesaikan.

a. Dimensi-dimensi Self Eficacy

Menurut Bandura (1997), efikasi diri pada tiap individu berbeda antara satu sama lain berdasarkan tiga dimensi yaitu :

1) Dimensi tingkat (level)

Tingkat kesulitan tugas ketika individu mampu untuk menyelesaikannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas yang mudah bahkan sulit, maka indisvidu tersebut akan menyesuaikan diri sesuai kemampuan yang dimilikinya dalam memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat.

2) Dimensi kekuatan (strength)

Tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan individu yang kuat mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya.

3) Dimensi generalisasi (generality)

Individu merasa yakin akan kemampuan dirinya, apakah terbatas atas suatu bidang atau aktivitas tertentu.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy

(57)

1) Mastery experiencesatau pengalaman menguasai sesuatu, hal ini menjelaskan bahwa kesuksesan dapat membangun kepercayaan terhadap keberuntungan seseorang, sedangkan kegagalan akan meruntuhkan kepercayaan terhadap keberuntungannya.

2) Social modelling atau vicarious learning, seseorang melihat orang lain seperti dirinya bisa meraih kesuksesan melalui usaha yang berkelanjutan, seseorang akan mempercayai bahwa dirinya juga mampu meraih kesuksesan.

3) Bujukan sosial atau persuasi, bujukan kepada seseorang bahwa dirinya memiliki potensi serta kemampuan dalam meraihkesuksesan sehingga dirinya akan mengerahkan segala usahanya ketika menghadapi suatu masalah.

4) Kondisi fisik dan emosional. Tingkat emosional seseorang akan mempengaruhi performa, saat seseorang mengalami kecemasan dan depresi diri, kemungkinan akan memilikiefikasi yang rendah. Sedangkan seseorang yang memiliki emosi yang stabil akan cenderung tenang dan percaya diri.

(58)

6. Kemampuan Mendapatkan Akses

Akses terhadap modal merupakan salah satu hambatan yang sering dihadapi oleh orang yang sedang memulai usaha baru. Hal ini sering terjadi dilapangan, terutama di negara-negara berkembang dengan dukungan lembaga keuangan yang masih belum begitu kuat (Indarti dan Rostiani, 2008). Sehingga akses terhadap modal menjadi penentu kesuksesan usaha.

Ketersediaan terhadap informasi merupakan sarana yang penting dalam mendorong keinginan dan keberhasilan seseorang dalam memulai suatu bisnis baru. Menurut (Singh dan Krishna dalam Indarti dan Rostiani, 2008) bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi merupakan salah satu karakter utama seorang wirausaha. Semakin banyak informasi yang berkaitan mengenai kewirausahaan meliputi, modal, keterampilan serta pasar, maka akan semakin besar untuk menangkap peluang yang ada untuk berwirausaha. Kristiansen dalam (Achadiyah dan Irafami, 2013) mengungkapkan bahwa ketersediaan informasi akan tergantung pada karakterisitk seseorang, seperti tingkat pendidikan dan kualitas infrastruktur, meliputi cakupan media dan telekomunikasi. Pencarian informasi tersebut mengacu pada hasil dari aktivitas individu tersebut baik melalui usaha sendiri atau sumberdaya sosial seperti cakupan media atau sistem telekomunikasi.

(59)

yang baik dipercaya akan memiliki jalur untuk mendapatkan akses sumberdaya yang diperlukanuntuk berwirausaha.Hisrich et al., (2008) menyatakan bahwa jaringan sosial adalah hubungan formal maupun informal antar perseorangan atau organisasi-organisasi yang dapat menggambarkan jalur bagi individu-individu tersebut untuk mendapatkan akses berbagai sumberdaya penting yang diperlukan guna pendirian maupun perkembangan usaha.

Jaringan sosial ini mencakup komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain, pertukaran barang maupun jasa maupun ekspektasi seseorang terhadap orang lain karena karakter tertentu (Indarti dan Rostiani, 2008). Kekuatan dari jaringan sosial tersebut bergantung pada tingkat timbal balik yang ada. Sejauh mana sebuah jaringan sosial yang terbentuk tersebut dapat memberikan keyakinan yang lebih besar kepada seseorang dalam mengakses sumberdaya yang dibutuhkan dalam berwirausaha, maka hal tersebut akan memperkuat niat seseorang dalam berwirausaha

7. Dukungan akademik (Academic Support)

Dukungan akademik adalah dukungan dari pihak akademik seperti lingkungan universitas meliputi pendidikan kewirausahaan, sarana, informasi kampus maupun infrastruktur yang memadai (Tanjungsari dan Hani, 2013).

(60)

dengan kepercayaan atau motivasi individu dalam berwirausaha (Kurniati, 2015).

Berbagai strategi telah diterapkan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia, salah satunya adalah pada tahun 1980 an Dirjen Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI) sebagai lembaga yang menaungi pendidikan tingkat universitas menggalakkan program mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikan, bahkan di beberapa kampus entrepreneurship telah menjadi mata kuliah wajib untuk semua fakultas (Wijatno, 2009).

Teori pendidikan yang telah dikemukakan oleh Alma (2013), bahwa keberanian seseorang dalam membentuk wirausaha karena didorong oleh lembaga pendidikan atau sekolah dengan memberikan pendidikan kewirausahaan pada mahasiswanya dengan tujuan menumbuhkan minat mahasiswa untuk berwirausaha. Jika Universitas menyediakan pengetahuan mengenai kewirausahaan, kemungkinan pemilihan karier sebagai wirausaha akan meningkat pada mahasiswa , hal ini membuktikan adanya kontribusi dari pendidikan atau akademis dalam meningkatkan niat berwirausaha (Gerald dan Saleh, 2011). Sehingga dengan begitu pendidikan kewirausahaan dapat membentuk karakter dan perilaku mahasiswa untuk berwirausaha serta mandiri dalam bekerja.

(61)

mahasiswa melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DITLITABMAS) merealisasikan Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di lingkungan Perguruan Tinggi (PBKPT) (Kurniati, 2015). Salah satu komponen didalamnya adalah Program Karya Alternatif Mahasiswa (KAM) yang dalam perkembangannya menjadi Program Kreativitas Mahasiswa seperti PKM-Kewirausahaan (PKM-K).

Sehingga melalui pendidikan formal, seminar-seminar serta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-K), pihak universitas bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, fasilitas, dukungan dan keterampilan berwirausaha serta memberikan motivasi kepada mahasiswa dan lulusannya untuk berani memilih karier sebagai wirausaha. Oleh karena itu, pengetahuan yang didapatkan selama masa kuliah diyakini dapat mengembangkan potensi yang dimilki seseorang dalam berwirausaha serta dapat dijadikan modal dasar dalam berwirausaha.

8. Hubungan Variabel Terikat dengan Variabel Bebas

(62)

a. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

Gender memiliki pengaruh terhadap intensi kewiraushaan, karena terdapat perbedaan pandangan dalam hal pekerjaan. Perempuan kurang berani dalam memulai usaha dibandingkan dengan laki-laki karena perempuan dihadapkan pada tuntutan budaya bahwa perempuan harus mengurus keluarga dan kalaupun bekerja tidak sepenuhnya seperti laki-laki yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga (Rustiyaningsih, 2013).Mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibandingkan dengan mahasiswa perempuan (Indarti dan Rostiani, 2008). Sarwoko (2011) menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal intensi kewirausahaan antara laki-laki dan perempuan.

b. Hubungan antara Pekerjaan Orang Tua dengan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

(63)

kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang berlatar belakang non pengusaha (Sarwoko, 2011).

c. Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan dengan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

Latar belakang pendidikan (Carnegie dalam Hisrich et al., 2008) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam berwirausaha terutama pendidikan tersebut yang berhubungan dengan bisnis. Perbedaan kurikulum antar fakultas, yaitu fakultas ekonomi lebih banyak materi perkuliahan mengenai kewirausahaan dibandingkan fakultas non ekonomi. Hal ini akan memberikan tingkat pemahaman tentang kewirausahaan yang lebih tinggi pada mahasiswa fakultas ekonomi dibandingkan dengan non ekonomi, sehingga mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis memiliki intensi kewirausashaan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non ekonomi (Sumarsono, 2013).

d. Hubungan antara Kebutuhan akan Prestasi dengan Intensi Kewiraushaan Mahasiswa.

(64)

berminat berwirausaha, karena dengan kebutuhan prestasi yang tinggi dapat mendorong kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan yang tepatdan cenderung mengambil resiko seorang wirausaha (Indarti dan Rostiani, 2008). Kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang untuk berminat berwirausaha (Sumarsono, 2013).

e. Hubungan antara Efikasi diri dengan Intensi kewirausahaan Mahasiswa

Efikasi diri terlihat dalam perilaku seseorang dalam mempercayai kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi intensi seseorang. Efikasi diri seseorang terhadap karier yang akan diminatinya menggambarkan proses pemilihan dan penyesuaian diri terhadap pilihan kariernya (Indarti dan Rostiani, 2008). Semakin tinggi tingkat efikasi diri terhadap kewiraushaan maka akan semakin kuat intensi kewiraushaaan (Sumarsono, 2013). f. Hubungan antara Kemampuan Mendapatkan akses dengan

Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

(65)

seorang wirausaha. Akses terhadap modal menjadi penentu dalam berwirausaha, karena dalam membangun bisnis tentu memerlukan modal dalam perkembangannya. Memiliki jaringan sosial yang bagus dapat menggambarkan jalur akses sumberdaya yang diperlukan guna pendirian dan perkembangan usaha (Hisrich et al., 2008).

g. Hubungan antara Dukungan Akademik dengan Intensi Kewirausahaan

Keberanian seseorang untuk berwirausaha karena didukung oleh lembaga pendidikan atau sekolah dengan memberikan pendidikan kewirausahaan kepada mahasiswanya dengan tujuan menumbuhkan minat berwirausaha pada mahasiswa Alma (2013). Jika universitas menyediakan pengetahuan mengenai kewirausahaan, kemungkinan hal ini akan meningkatkan minat wirausaha pada mahasiswa, hal ini menunjukkan adanya kontribusi pihak akademik dalam meningkatkan minat berwirausaha (Gerald dan Saleh, 2011). B. Hasil Penelitian Terdahulu

1) Penelitian yang dilakukan oleh Indarti dan Rostiani(2008) yang berjudul “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Jepang, Indonesia, dan Norwegia” dengan mengambil sampel

(66)

menunjukkan bahwa efikasi diri terbukti mempengaruhi mempengaruhi intensi mahasiswa Indonesia dan Norwegia. Kebutuhan akan prestasi, umur dan gender tidak terbukti secara signifikan sebagai prediktor intensi kewirausahaan. Hasil pengujian variabel latar belakang pendidikan menunjukkan bahwa pada mahasiswa Norwegia yang berlatar belakang ekonomi dan bisnis memiliki intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan yang non ekonomi. Namun pengujian hipotesis latar belakang pendidikan pada mahasiswa Indonesia menunjukkan bahwa mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis justru memiliki intensi kewirausahaan yang lebih rendah.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Rustiyaningsih, (2013) yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intensi kewirausahaan“. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Hasil uji variabel efikasi diri diri, kemampuan mendapatkan akses berpengaruhberpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Hasil uji gender, umur, pekerjaan orang tua tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha dan tidak ada perbedaan intensi kewirausaah mahasiswa berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan orang tua.

(67)

Program Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya tahun 2006-2009”. Penelitian ini mengambil 7 faktor yaitu kebutuhan akan prestasi, locus of control, efikasi diri, pengambilan resiko, pekerjaan orang tua, gender dan usia. Hasil Pengujian statistik menunjukkan bahwa kebutuhan akan prestasi, locus control, efikasi diri, pengambilan resiko, pekerjaan orang tua, gender berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa, sedangkan variabel usia tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan.

4) Selain itu berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Vilathuvahna dan Nugroho (2015) yang berjudul“Intensi Kewiraushaan Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura” dengan mengambil sampel sebanyak 400 responden disebarkan ke 7 fakultas di UTM diantaranya. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa faktor kepribadian yakni efikasi diri, faktor lingkungan yaitu akses terhadap modal dan faktor demografi yakni meliputi latar belakang pendidikan dan latar belakang pekerjaan orang tua yang memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa di Universitas Trunojoyo Madura.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Azwar (2013) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Niat KewirausahaanStudi Pada Mahasiswa UIN SUSKA Riau “ dengan

(68)

regresi berganda. Berdasarka uji hipotesis menunjukkan bahwa faktor sosio demografi seperti jenis kelamin dan pekerjaan orang tua tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap niat kewirausahaan. Faktor sikap seperti economic opport and challenge dan perceived confidence terbukti berpengaruh signifikan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa sedangkan academic support dan environtmental support tidak berpengaruh signifikan terhadap niat kewirausaahan mahasiswa 6) Penelitian yang dilakukan oleh Sumarsono (2013) yang berjudul “

(69)

dibandingkan mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan non ekonomi. Ada perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa antara mahasiswa yang berlatar belakang orang tua pengusaha dan bukan pengusaha, mahasiswa yang berlatar belakang pekerjaan orang tua sebagai pengusahaa memiliki intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan yang non pengusaha.

7) Penelitian yang dilakukan oleh Meidora dan Warmika (2016) yang berjudul “Pengaruh Konstektual Terhadap Niat Berwirausaha Pada

Mahasiswa Program S1 FEB Universitas Udayana“. Penelitian ini mengambil faktor pengaruh academic support, structural support, dan relational support dalam mempengaruhi niat berwirausaha pada mahasiswa. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 108 responden dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa academic support, relational support, dan structural support, berpengaruh dan signifikan terhadap niat berwirausaha.

8) Penelitian yang dilakukan oleh Sarwoko (2011)dengan judul penelitiaa “Kajian Empiris Entrepreneur Intention Mahasiswa”. Penelitian ini

(70)

belakang pekerjaan orang tua terhadap level intensi kewirausahaan mahasiswa. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 125 mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma subyektif dan efikasi diri berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha. Kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki memiliki intensi kewirausahaan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa perempuan dan mahasiswa yang berlatar belakang keluarga pebisnis memiliki intensi kewirausahaan lebih besar dibandingkan mahasiswa yang berlatar belakang keluarga buka pebisnis.

9) Penelitian yang dilakukan oleh Gerald dan Saleh (2011) dengan judul penelitian “Impact Of Some Contextual Factors on Entrepreneurial

Intention of University Students”. Penelitian ini dilakukan di

(71)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berguna untuk memberikan arah dan tujuan dalam penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Ada perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin.

H2: Ada perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan latar belakang pendidikan.

H3: Ada perbedaan intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan pekerjaan orang tua .

H4: Kebutuhan akan prestasi berpengaruh positif signifikan terhadap intensi untuk berwirausaha.

H5: Efikasi diri berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kewirausahan mahasiswa.

H6: Kemampuan mendapatkan akses berpengaruh positif signifikan terhadap intensi kewirausahan mahasiswa.

(72)

D. Model Penelitian

Dari landasan teori yang telah dikembangkan, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Model Penelitian Gender

Latar Belakang Pendidikan

Pekerjaan Orang Tua

Kebutuhan Akan Prestasi

Efikasi Diri

Kemampuan

Mendapatkan Akses

Dukungan akademik

Intensi

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 4.1
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan hasil penilitian di atas, penilitian yang dilakukan oleh Rolan Sihotang dkk pada tahun 2015 tentang “Pengaruh Pasar Moderen Terhadap Pedagang

Untuk masalah penegakan tidak kita saja mas, terkadang kita dibantu sama polres atau satpol pp, kalo sekarang ada pkl pasti ada parkir, tapi kita ga bisa gegabah buat mengambil

Sensor segera mendeteksi saat sekat dalam kawasan parkir dimasuki oleh mobil, maka antara IR Led Tx dengan Photo Transistor akan tertutup oleh mobil sehingga Photo Transistor tidak

Penelitian yang berjudul “Analisis Perkembangan Usaha HomeIndustry Makanan dan Minuman di Kota Binjai” ini bertujuan guna mengetahui faktor internal yang terdiri dari kekuatan

Ini berarti bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap return on asset pada

 Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.  Volume cairan rumatan

Model terbaik adalah hasil pemodelan dari metode RKU yang ditambahkan peubah boneka pada data presipitasi GCM dengan time lag berdasarkan bentuk model yang lebih

Pengetesan tahunan maupun Shore Based Maintenance (SBM) yang dilakukan pada EPIRB diharapkan mampu menjamin kinerjanya, namun prosedur dan keterbatasan instrumen