• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis hypnoparenting pada wali murid Paud di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis hypnoparenting pada wali murid Paud di Bogor"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PENYULUHAN POLA ASUH ORANG

TUA BERBASIS HYPNOPARENTING PADA WALI

MURID PAUD PELANGI DI BOGOR

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Siti Nur Komariyah

NIM: 109052000019

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

ii Siti Nur Komariyah

109052000019

Efektifitas Penyuluhan Pola Asuh Orangtua Berbasis Hypnoparenting Pada Wali Murid Paud Pelangi Bogor.

Kegiatan Penyuluhan Hypnoparenting yang dilakukan di Paud Pelangi adalah salah satu kegiatan dalam program BKB di Paud Pelangi Bogor dalam memanfaatkan waktu wali murid saat menunggu anak-anaknya belajar di dalam kelas, dengan tujuan memberikan edukasi kepada orangtua tentang pengasuhan anak yang baik dan benar terutama dalam menangani masalah yang dihadapi pada anak. Orangtua akan diberikan pengetahuan hipnosis terlebih dahulu berupa langkah-langkah yang sederhana dalam penanganan anak yang bermasalah oleh seorang hipnotis dengan harapan, orangtua dapat menjadi hipnotis untuk anak-anaknya di rumah. Segala bentuk masalah yang dihadapi anak, baik yang berkaitan dengan kesulitan pada diri anak sampai pada pemasalahan perilaku yang membuat orangtua menjadi tidak nyaman diselesaikan dengan penerapan metode yang sama yaitu dengan penanaman sugesti positif pada pikiran alam bawah sadar anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalis efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi Bogor.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki ciri khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari para responden hasil wawancara dan atau observasi (Hamidi, 2008: 55). Informan dalam penelitian ini terdiri dari Penyuluh, dewan guru yang merangkap sebagai kader Bina Keluarga Balita (BKB) serta wali murid Paud Pelangi yang aktif mengikuti penyuluhan.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’alamin, Segala puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini dalam keadaan sehat lahir dan batin. Semoga Allah tetap memberikan hidayahNya kepada penulis untuk menjadi manusia yang membawa manfaat dan semoga Allah mengampuni kelalaian penulis selama pembuatan karya tulis ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh manusia.

Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi karena kekuasaan Allah SWT, malalui bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan walaupun banyak kesalahan dan kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Engkos Kosasih dan Umi Mumun Maemunah. Yang sangat penulis hormati, terima kasih yang tak terhingga untuk kasih sayang kalian yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. Hanya saja penulis belum dapat memberikan yang terbaik kepada Bapak dan Umi. 2. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu

(6)

iii

dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Nurul Hidayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus selaku Dosen Penasehat Akademik, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan pengalaman akademis berupa ilmu pengetahuan, semoga seluruh kebaikan mereka diberi balasan yang lebih baik dari semua yang sudah diajarkan.

7. Terima kasih untuk Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa kepada kami. Dengan beasiswa inilah sehingga penulis dapat mencapai cita-citanya.

(7)

iv

9. Kepada Amiruddin Maulana S. Pd. I, yang senantiasa setia, selalu memberikan motivasi dan selalu membantu secara moril dan materil kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini, “Terima kasih suamiku sayang”. Dan kepada Aqila Farasia Azni (anak pertama kami) sebagai motivasi bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Kepada Teh Nia Kurnia Wasih, dan Adik-adik ku, Sri Handayani, Ridwan, Ilyas, dan Rahma.Terima kasih untuk do’a dan motivasinya selama ini “I Love You All”.

11.Teman-teman BPI/K 2009 (Koplakers) semuanya yang telah bersama-sama mengarungi suka duka menjadi mahasiswa beasiswa.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik untuk kalian semua. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Ciputat, 20 Juni 2013

(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR. ... ii

DAFTAR ISI. ... v

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. ... 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. ... 6

D. Metodologi Penelitian. ... 7

E. Tinjauan Pustaka. ... 13

F. Sistematika Penulisan. ... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS. ... 17

A. EFEKTIFITAS. ... 17

1. Pengertian Efektifitas. ... 17

2. Pengukuran efektifitas. ... 19

B. PENYULUHAN ... 20

1. Pengertian Penyuluhan. ... 20

2. Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan. ... 23

3. Tujuan dan Peran Penyuluhan. ... 25

(9)

5. Metode Penyuluhan. ... 32

C. POLA ASUH ORANGTUA. ... 34

1. Pengertian Pola Asuh. ... 34

2. Dampak Pola Asuh... 35

D. HYPNOPARENTING. ... 37

1. Pengertian Hypnoparenting. ... 37

2. Fungsi Dan Tujuan Hypnoparenting. ... 38

3. Pengaruh Hypnosis Terhadap Anak. ... 39

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA. ... 47

A.Profil Paud Pelangi. ... 47

B. Sejarah Berdirinya Paud Pelangi. ... 47

C. Visi dan Misi Paud Pelangi. ... 49

D.Program Kegiatan Pembelajaran Paud Pelangi. ... 50

E.Keadaan Siswa Paud Pelangi. ... 53

F. Struktur Organisasi Paud Pelangi ... 53

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA. ... 55

A. Deskripsi Informan. ... 55

B. Metode penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hipnoparenting pada wali murid paud pelangi... 61

(10)

A. Kesimpulan. ... 72

B. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA. ... 76

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak dalam sebuah keluarga adalah anugerah. Sebuah kebahagiaan orangtua selalu berharap dan berupaya agar anak menjadi kebanggaan dalam kehidupannya. Orangtua bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan menyekolahkan anak kejengjang pendidikan yang lebih tinggi serta rela berkorban apa saja untuk mencapai tujuannya itu.

Harapan itu dapat menjadi kenyataan, tetapi terjadinya bukan seperti membalikan telapak tangan. Perlu suatu proses yang panjang, mungkin harapan itu akan kandas ditengah jalan dan dapat menjadi masalah yang berkepanjangan.

Sebenarnya pendidikan anak dimulai dari dalam kandungan, hanya saja sedikit sekali yang paham dan jarang pula ditemukan pembahasan mengenai hal tersebut. Pendidikan anak di rumah atau keluarganya, pendidikan anak di sekolah, serta pengaruh lingkungan permainan anak di luar rumah sangat mempengaruhi perkembangan perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak.

(12)

dihadapan tamu akan dianggap tidak sopan, kemudian sang orangtua mencubitnya karena mengganggu. Padahal sesuatu yang dianggap baik menurut orangtua belum tentu baik atau belum tentu dapat diterima oleh anak dengan senang hati.

Kesalah pahaman orangtua dalam mempersepsikan anak diantaranya disebabkan oleh ketidaktahuan atau sedikitnya pemahaman orangtua terhadap prinsip tumbuh kembang anak-anak yang meliputi berbagai aspek. Pendapat yang hingga kini masih tersebar ditengah-tengah masyarakat adalah anggapan bahwa insting, minat, hasrat, dan cara berfikir anak sama dengan orang dewasa, yang berbeda hanyalah fisiknya saja. Akibatnya banyak anak-anak yang menjadi korban kekerasan didalam rumah tangga disebabkan ketidak mampuan anak seperti orang dewasa. Segala bentuk keburukan yang dilakukan oleh anak dianggap sama dengan perbuatan buruk yang dilakukan orang dewasa yang berakal.

Al-Istambul dalam bukunya “Parenting Guide” mengatakan bahwa “…perilaku buruk atau nakal yang dilakukan oleh anak-anak cenderung akan dihukum dengan berbagai cara agar perilaku buruk tersebut tidak berulang lagi….”1 Hukuman-hukuman terkadang diluar kemampuan anak-anak, bahkan bukan hukuman lagi tetapi lebih pantas disebut dengan siksaan. Kalaupun keburukan ataupun kenakalan itu tidak tejadi lagi namun yang terjadi adalah perasaan trauma pada diri anak yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak, atau suatu saat hukuman tersebut tidak akan berguna lagi karena anak sudah terbiasa dalam kondisi tersebut.

1

(13)

3

Pola asuh yang diberikan oleh orangtua pada anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan yang diberikan.2

Orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anak, yang bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan paling utama pola asuh yang diterapkan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak, sehingga dapat mencegah dan menghindari segala bentuk dan perilaku menyimpang pada anak dikemudian hari, betapa sulitnya mendidik anak dan betapa repotnya mengasuh anak, bahkan anak merupakan salah satu ujian hidup manusia, Allah SWT telah memberitahukan dengan jelas dalam Al-Qur’an surah Al-anfal/8: 28 sebagai berikut:









“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”3

Anak merupakan titipan dari Allah dan tugas orang tua adalah mendidiknya, At-tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW, bersabda: “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh ayah (orang tua) kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik”. Ibnu majah juga meriwayatkan dari Ibnu

2

Theo Riyanto, Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) h. 89

3

(14)

Abbas ra. Bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Muliakanlah anak-anak kalian dan didikilah mereka dengan budi pekerti yang baik”. 4

Berdasarkan dari hadist-hadist pedagogis diatas dapat disimpulkan bahwa para orangtua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam membimbing anak-anak dengan kebaikan.

Tidak sedikit orang tua yang belum menyadari pentingnya mendidik anak dengan pola asuh yang baik, yang disebabkan minimnya wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh serta tidak adanya keterampilan dalam mengasuh dan mendidik anak. Sejatinya, orangtua diharapkan akan mampu menerima, menyerap, dan mencerna informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh dan mendidik anak.

Sikap dapat diubah atau berubah melalui banyak cara, melalui perubahan komponen sikap. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perubahan sikap adalah pengetahuan, pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.5

Pada akhir-akhir ini muncul beberapa metode untuk mengarahkan anak-anak berperilaku baik. Salah satu metode dalam rangka membawa anak-anak-anak-anak menjadi sesuatu yang diharapkan tanpa harus memaksa apalagi dengan ancaman dan kekerasan adalah dengan metode Hypnoparenting, yaitu metode yang menggabungkan praktek pengasuhan anak dengan pengetahuan hypnosis.

4

Abdullah Nahih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: Asy-Syi’fa, 1981), h. 179

5

(15)

5

Oleh karena itu Penyuluhan sebagai ilmu sosial terapan, seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Termasuk orangtua yang bermasalah dalam pola asuh. Lebih dari pada itu penyuluhan yang dilakukan tentang pola asuh orangtua terhadap anak berbasis hypnoparenting diharapkan dapat menyadarkan para orang tua bagaimana menyikapi anak yang bermasalah seperti anak yang tidak mau sekolah, tidak mau belajar, tidak mau shalat, susah makan, suka berbohong, berkata kasar dan tidak sopan dan kenakalan-kenakalan lainnya, dengan penyuluhan berbasis hypnoparenting memberikan pembekalan-pembekalan sehingga para orang tua menjadi lebih mengerti bagaimana mendidik anak dengan pola asuh yang baik. Dan pada akhirnya orang tua mendapatkan pengetahuan dan data menerapkan cara mendidik anak dengan baik.

(16)

B. Pembatasan dan perumusan masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas, maka penulis membatasi masalah hanya pada efektifitas penyuluhan tentang pola asuh orangtua berbasis

hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor. Meliputi pola komunikasi yang dilakukan orang tua sebelum mengikuti penyuluhan serta apakah orang tua menggunakan Pola asuh berbasis Hypnoparenting setelah mengikuti penyuluhan.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan penelitian ini adalah :

a. Bagaimana metode penyuluhan pola asuh orangtua berbasis

Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor?

b. Apakah terdapat efektifitas ketercapaian tujuan penyuluhan Pola asuh berbasis Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran tentang keefektifan penyuluhan pola asuh orang tua berbasis

[image:16.612.103.511.196.576.2]
(17)

7

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis. Yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah wawasan tentang ilmu penyuluhan, dan pola asuh orangtua berbasis hypnoparenting.

b. Akademis. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi perpustakaan Universitas, perpustakaan Fakultas, serta sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

c. Praktis. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama kaum orangtua yang ingin mengetahui tentang bagaimana pola asuh orangtua yang baik.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu field research (penelitian lapangan), yang dimana penelitian langsung terjun ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini mengenai efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor.

2. Pendekatan penelitian

(18)

dari orang-orang dan prilaku yang diamati.6 Penelitian kualitatif memiliki ciri khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari para responden hasil wawancara dan atau observasi.7 Perspektif penelitian dalam hal ini dikemukakan dalam sebutan perspektif emik, yakni data yang dipaparkan dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang subjek penelitian.8 Dalam hal ini penulis ingin mendeskripsikan subjek, menganalisis efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Paud Pelangi di Bogor yang beralamat di Jln.Johar VIII No. 1 Kel. Kedung Waringin Kec. Tanah Sareal Taman Cimanggu -Bogor 16163

Dan adapun waktu penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai dengan 13 September 2013.

4. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah satu orang penyuluh dari lembaga luar yaitu People Power Consulting (PPC) yang bekerja sama dengan Paud Pelangi, dua orang dewan guru yang merangkap sebagai kader Bina Keluarga Balita (BKB) yang merupakan tim penyuluh, dan

6

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Pt Rosdakarya, 2007),cet. Ke-33, edisi revisi, h. 4.

7

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, cet. 2 (Malang: UMM Press, 2010), h. 55.

8

(19)

9

lima orangtua wali murid di Paud Pelangi di Bogor yang aktif mengikuti kegiatan Penyuluhan.

b. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini ialah efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting.

5. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.9

Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapangan, tape recorder, dan pedoman wawancara.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi, berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain, jika terjadi) apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari baik sebelum, menjelang, ketika dan sesudahnya. Semua yang didengar dan dilihat (termasuk menggunakan alat perekam atau kamera) oleh peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para responden atau informan melakukan kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat

9

(20)

sehingga merupakan data atau informasi penelitian yang dapat mendukung, melengkapi atau menambah informasi yang berasal dari hasil wawancara.10 Dalam hal ini Penulis mengamati dan memperhatikan secara langsung, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dan fenomena tersebut. Observasi dilakukan dengan mengamati langsung ke Paud Pelangi di Bogor untuk memperoleh informasi sehingga data penelitian bisa didapatkan.

b. Wawancara

Melakukan wawancara mendalam berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan.11 Atau percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, sedangkan penyuluh dan wali murid sebagai terwawancara (interview) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu.12

Wawancara dilakukan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan pola asuh orangtua berbasis Hypnoparenting pada wali murid Paud Pelangi di Bogor.

10

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, cet. 2 (Malang: UMM Press, 2010), h. 58.

11

Ibid., h. 56. 12

(21)

11

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang berupa informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan.13

Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis yang didapat di Paud Pelangi dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi ini pun sebagai pelengkap untuk memperoleh identitas data wali murid Paud Pelangi di Bogor.

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria;

a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat pandangan orang lain, dalam hal ini penulis membandingkan jawaban yang diberikan oleh penyuluh dengan orang tua wali murid mengenai pelaksanaan penyuluhan.

2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

13

(22)

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumussan masalah saja.

8. Teknik Analisis Data

Analisa data kualitatif berawal dari mengumpulkan data atau informasi hasil wawancara atau observasi, selanjutnya “mengolahnya” dan akhirnya adalah menarik makna dari balik kumpulan data tersebut sebagai kesimpulan yang berupa konsep.14 Dengan ungkapan lain menganalisis data pada hakekatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang apa saja yang dilakukan terhadap data yang sedang dan telah dikumpulkan, sebagai cara yang nantinya bisa memudahkan peneliti dalam memberi penjelasan dari interpretasi dari responden dengan tujuan akhir menarik kesimpulan.15

Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.

14

Ibid., h. 63-64 15

(23)

13

9. Teknik penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang disusun oleh Hamid Nasuri, Ismatu Rofi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hatati, Syopiansyah Jaya Putra. Cetakan ke-2, yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah awal agar dalam melakukan penulisan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

E. Tinjauan Pustaka

Dari tinjauan yang dilakukan penulis baik itu di perpustakaan jurusan maupun perpustakaan utama.Penulis belum menemukan skripsi yang secara khusus membahas tentang judul yang disusun ini. Tetapi ada beberapa skripsi yang ada hubungannya dengan judul yang penulis ambil diantaranya:

(24)

unsure-unsur kepribadian, membentuk akhlak al-karimah dan akan bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala dorongan yang timbul yang tidak sesuai dengan ajaran agama, karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari akhlak itu akan mengatur secara otomatis sikap dan tingkahlaku dari dalam diri.

2. “Penerapan Metode Hypnoparenting Pada Penanggulangan Permasalahan Anak Usia Pra Sekolah Di Rumah Kaki Langit Nurul Amal Center Karawang” (disusun oleh: Syamsul Anwar, NIM: 103052028682, jurusan bimbingan penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah penanganan permasalahan anak dengan metode hypnoparenting dinilai sangat efektif dan termasuk metode yang sangat cepat bereaksi kerena dilakukan dengan penanaman sugesti dalam alam bawah sadar anak.

(25)

15

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi sangat diperlukan sistematika penulisan yang baik, benar, dan tepat melalui aturan atau cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan, maka penulis menyusun sistematika dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Meliputi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Meliputi pengertian Efektifitas, pengertian penyuluhan, metode penyuluhan, tujuan dan manfaat penyuluhan, pengertian pola asuh orangtua, pengertian Hypnoparenting, pengaruh pola asuh orangtua berbasis hypnoparenting, manfaat pola asuh orangtua berbasis hypnoparenting.

Bab III Profil Lokasi Penelitian. Terdiri dari Profil Paud Pelangi, Sejarah Berdirinya Paud Pelangi, Visi dan Misi, Program Kegiatan Rutin Paud Pelangi, Kegiatan Penyuluhan, Struktur Organisasi Paud Pelangi.

Bab IV Temuan Lapangan dan Analisis Data. Bab ini membahas mengenai hasil penelitian, meliputi Deskripsi Informan, Pelaksanaan Penyuluhan Metode Hypnoparenting Paud Pelangi, Metode Penyuluhan

Hypnoparenting di Paud Pelangi, Tujuan Penyuluhan Hypnoparenting di Paud Pelangi, Analisis Efektifitas Pelaksanaan Penyuluhan

(26)
(27)

17 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Efektifitas

1. Pengertian Efektifitas

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektifitas berarti adanya suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan agar tercapainya hasil yang memuaskan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”1

Kemudian dari segi terminologi (istilah), beberapa ahli mencoba untuk mengemukakan pengertian efektifitas sebagai berikut:

1. John M. Echol dan Hasan Sadily. Menuliskan bahwa efektifitas secara etimologi berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.2

2. Suharto, menerangkan bahwa efektifitas merupakan keterangan yang artinya ukuran hasil atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.3

1

Soewarno Hadayaningrat, Azas-azas Organisasi Manajem, 1994 hal. 16 2

John M. Echol, Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), Cet, ke-8, hal.207

3

(28)

3. Denis Mc. Quail, efektifitas secara teori komunikasi berasal dari kata efektif. Artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan sebagai akibat dari diterimanya suatu pesan, dan perubahan terjadi dari segi hubungan antara kedua-duanya yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.4

4. Menurut Effendy mendefinisikan efektifitas adalah komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan.5

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas, yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

2. Pengukuran Efektiifitas

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77), yaitu:6

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya karyawan dalam pelaksanakan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

4

Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengatar (Jakarta: Erlangga Pratama, 1992), hal. 281

5

http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/Pengertian-Efektifitas/, Diakses pada tanggal 10 Juni 2013.

(29)

19

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

(30)

B.Penyuluhan

1. Pengertian Penyuluhan

Kata penyuluhan merupakan ungkapan yang tidak asing lagi dalam masyarakat, lebih-lebih dalam dunia pendidikan. Disamping kata penyuluhan, terdapat pula kata bimbingan, yang maksud dan tujuannya pada hakekatnya adalah sama. Meskipun dalam pengertian mengandung sedikit perbedaan, namun pengertian penyuluhan dan pengertian bimbingan saling melengkapi, sehingga kedua kata tesebut tidak dapat dipisahkan.

Bimbingan dan penyuluhan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris

Guidance and Counseling. Istilah ini terbentuk dari dua perkataan yang telah menjadi satu sebagaimana dikemukakan di atas. Antara satu dan lainnya mengandung pengertian berbeda dengan tujuan dan tugas sama.7

Kata guidance adalah kata dalam bentuk masdar yangb berasal dari kata kerja to guide, artinya menunjukan atau membimbing atau menuntun orang lain kejalan yang benar. Jadi kata guidance berarti pemberian petunujuk atau pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan.

Sedangkan kata counseling adalah kata dalam bentuk masdar pula dari kata to counsel, yang artinya memberikan nasehat atau memberikan anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain). Jadi arti kata counseling adalah pemberian nasehat atau penasehatan kepada orang lain

7

(31)

21

secara individual (perseorangan) yang dilakukan secara face to face. Kemudian di kenal dengan penyuluhan.8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Penyuluhan mempunyai arti penerangan. Dengan demikian, maka arti penyuluhan sama dengan penerangan. Penyuluhan ini dimaksudkan dengan maksud dan tujuannya. Misalnya penyuluhan pertanian mempunyai arti usaha dalam membantu dan meningkatkan pengetahuan petani di bidang pertanian dan pembeharuan pertanian di pedesaan untuk meningkatkan efesiensi usaha tani.9

Kemudian dari segi terminologi (Istilah), penyuluhan (konseling) para ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Di bawah ini akan di kemukakan beberapa definisi dari para ahli tentang penyuluhan (konseling):

a. “H. Koestur Partowisastro menyebutkan definisi counseling dalam dua hal pengertian yaitu: dalam arti luas yaitu segala ikhtiar pengaruh psikologi terhadap sesama manusia. Sedangkan dalam arti sempit yaitu merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan berbagai cara psikologi, kita dapat mempengaruhi beberapa pribadinya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu”.10

b. “Menurut James. F. Adams yang di kutip oleh jumhur menjelaskan bahwa counseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana seorang konselor membantu conselee. Supaya ia dapat lebih baik

8

Drs. HM. Arifin MEd. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama (disekolah dan luar sekolah), (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 18

9

Departemen Pendidikan Dan Kebudatyaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1977), hal. 972

10

(32)

memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”.11

c. “konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu”.12

d. “konseling adalah suartu proses yang lernining-oriented atau suatu proses yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, antara klien dengan konseli, dimana seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologi”.

e. Rogers, yang dikutip oleh M. Luthfi menyatakan penyuluhan ialah serangkaian kegiatan hubungan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.13

Berdasarkan definisi di atas dapat penulis simpulkan yang dimaksud dengan penyuluhan (konseling) adalah suatu proses timbal balik antara konselor yang membantu klien dalam membantu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, agar ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya. Proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.

Adapun arti penyuluhan menurut Bino Walgito adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya. Pada

11

I. Jumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Disekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1981), cet. Ke-17, h. 25

12

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), cet. Ke-1, h. 12-13

13

(33)

23

hakekatnya pertolongan diberikan kepada individu ketika ia sedang mengalami kesulitan-kasulitan dalam hidupnya.

Sementara itu H. M. Arifin, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan penyuluhan adalah perjumpaan secara berhadapan antara penyuluh dan yang disuluh, dalam proses pemberian pertolongan yang esensial bagi usaha pemberian bantuan kepada sitersuluh saat mereka berusaha memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. 14

Dari uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan dan penyuluhan adalah suatu upaya memberikan pelajaran dan pendidikan serta bantuan kepada pribadi atau kelompok masyarakat. Upaya tersebut dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka agar mampu mamahami diri dan lingkungannya serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat mencapat kesejahteraan hidup yang lebih baik.

Perlu di ingat benar bahwa dalam proses penyuluhan tidak boleh ada unsur paksaan atau desakan, melainkan sebaiknya perlu ditimbulkan pada diri terbimbing kemampuan Self-direktif (pengarahan terhadap dirinya sendiri) kepada hal-hal yang dibimbingkan atau dinasehatkan kepadanya.15

1. Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan

Dalam melaksanakan opersionalnya, para penyuluh hendaknya memahami dan memperhatikan beberapa prinsip dasar penyuluhan. Dalam kaitan ini, Leslie

14

H. M. Arifin, Med., op. Cit., hal. 21.

15

(34)

E. Moser dan Ruth Small Moser yang dikutip oleh A.M. Romly merumuskan beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Setiap pribadi adalah makhluk yang dinamis dan masing-masing memiliki kelainan kepribadian, kemungkinan berkembang dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

b. Kepribadian tersebut terbentuk oleh dua faktor pengaruh, yakni pertama pengaruh dari dalam yang berupa bakat dan ciri-ciri keturunan baik jasmaniah maupun rohaniah; dan kedua faktor pengaruh yang diperoleh dari lingkungan baik lingkungan masa sekarang maupun masa lampau.

c. Setiap pribadi merupakan organisme yang tumbuh dan berkembang serta dalam keadaan yang senantiasa berubah. Namun perkembangannya dapat di bimbing ke arah pola hidup yang menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitar.

d. Tiap pribadi dapat memperoleh bantuan guna meraih kesempatan yang menguntungkan dalam melakukan pilihan-pilihan, meningkatkan kemampuan penyesuaian diri serta dalam mengarahkan segala upaya dan potensinya kepada kehidupan yang sukses.

e. Setiap pribadi hendaknya di beri hak, kesempatan dan kemampuan yang sama dalam mengembangkan pribadinya masing-masing tanpa memandang perdedaan suku bangsa, agama, ideologi dan lain-lain.

f. Perkembangan dan pertumbuhan setiap pribadi bersifat menyeluruh, yakni jiwa raganya menuju kepada kedewasaan yang penuh.16

16

(35)

25

Jadi, program dan pelaksanaan penyuluhan, sebagaimana yang dikemukakan Arifin, adalah agar lebih banyak memberikan kemungkinan kepada tersuluh untuk melakukan self-direction (pengarahan terhadap dirinya sendiri),

self-realization (kesadaran terhadap dirinya sendiri) dan self-inventory (pencatatan tentang kenyataan yang ada pada dirinya). Bagi para penyuluh Hypnoparenting, titik beratnya sudah tentu adalah pada usaha pemantapan sikap direction, self-realization, dan self-inventory masing-masing pribadi tersuluh kedalam pengembangan diri yang lebih baik dan pemecahan masalah yang dihadapinya.

2. Tujuan dan Peran Penyuluhan

Seperti telah dijelaskan oleh Arifin bahwa tujuan bimbingan dan penyuluhan adalah meningkatkan perkembangan setiap individu secara optimal sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.17 Hal ini juga dapat dilihat pada ayat yang mendorong kita untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan tujuan sebagai salah satu usaha untuk mencapai kesehatan jiwa.

Firman Allah dalam surat An-Nahl: 125









“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

17

(36)

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.18

Dan juga dalam firman Allah, dalam surat Yunus: 57

















“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”19.

Dari ayat di atas dapat diambil suatu inti sari yang perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya apabila seseorang mengalami kesulitan atau memiliki masalah dalam hidupnya, hendaklah diberi bantuan dengan menasehati atau membimbingnya kejalan yang lebih baik atau diarahkan untuk mendapatkan jalan keluar dalam mengatasi masalah tersebut.

Adapun peran dari penyuluhan, menurut Masarip dalam blognya adalah: a. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebaran Informasi

Sebagai terjemahan dari kata “extention”, dalam hal ini, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebar luasan informasi.20Dalam hal ini, merupakan penyebarluasan informasi tentang pola asuh orang tua berbasis

Hypnoparenting.

18

Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000), h. 281

19

Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000), h. 215

20

(37)

27

b. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/Pemberian Penjelasan.21

Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada pemberian penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan (benefisiaries), sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru penerangnya.

Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat “searah” melainkan harus diupayakannya berlangsungnya komunikasi “timbal balik” yang memusat (convergence) sehingga penyuluh juga dapat memahami aspirasi masyarakat, manakala mereka menolak atau siap menerima informasi yang diberikan.

Hal ini penting, agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “pemaksaan kehendak” melainkan tetap menjanin hubungan yang harmonis antara penyuluh dan masyarakat kliennya secara berkelanjutan.

c. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku 22

Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun terbangun proses perubahan perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh

21

Marasip, Pengertian Penyuluhan 22

(38)

orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa-bahasa, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebarluasan informasi/inovasi, dan memberikan penerangan, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara-menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditinjau oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan.

d. Penyuluhan Sebagai Proses Pendidikan/Proses Belajar.23

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan dan kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut belangsung melalui proses belajar.

Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keunggulan baru yang diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi.

23

(39)

29

e. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial.24

Yang dimaksud perubahan sosial disini adalah, tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti: demokrasi, transparansi, supremasi hukum dll.

f. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering).25

Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai proses rekayasa sosial (social engineering) atau segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dangan tugas pokok dan fugsinya dalam system sosialnya masing-masing. Karena kegiatan rekayasa sosial dilakukan oleh “pihak luar”, maka rekayasa sosial bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial yang diinginkan oleh pihak luar (perekayasa). Pemahaman seperti itu tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya dapat diterima. Sebab, rekayasa sosial yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompok sasarannya, seringkali dapat berakibat negatif, manakala hanya mengacu kepada kepentingan perekayasa, sementara masyarakat dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.

24

Marasip, Pengertian Penyuluhan 25

(40)

g. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing)26

Yang dimaksud dengan “Pemasaran Sosial” adalah penerapan konsep dan atau teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial.

Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih berkonotasi untuk “membentuk” (to do to) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk menawarkan (to do for) sesuatu kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa sosial proses pengambilan keputusan sepenuhnya berada ditangan perekayasa, maka pengambilan keputusan dalam pemasaran sosial sepenuhnya berada ditangan masyarakat itu sendiri.

h. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)

Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan tersebut, terkandung pemahaman bahwa pemberdayaan tersebut diarahkan pada terwujudnya mesyarakat madani (yang beradab) dan mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan yang terbaik baik kesejahteraannya sendiri.

Pemberdayaan masyarakat, dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan masyarakat, agar mereka dapat beradaptasi secara aktif dalam keseluruhan proses pembangunan yang ditawarkan oleh penguasa dan atau pihak luar yang lain (penyuluh, LSM, dll).

26

(41)

31

i. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strengthening)27 Yang dimaksud dengan penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan, maupun hubungan atau jejaring antar individu, kelompok organisasi sosial, serta pihak lain diluar sistem masyarakatnya sampai diarah global. Kemampuan atau kapasitas setiap individu dan masyarakatnya untuk memobilisasi dan memafaatkan sumberdaya yang dimiliki secara lebih hasil-guna (efektif) dan berdaya-hasil-guna (efisien) secara berkelanjutan.

Dalam hubungan ini, kekuatan atau daya yang dimiliki setiap individu dan masyarakat bukan dalam arti pasif tetapi bersifat aktif yaitu terus menerus dikembangkan atau dikuatkan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.

3. Fungsi Penyuluhan

Setelah kita membahas mengenai pengertian, tujuan, dan peran penyuluhan, maka poin selanjutnya yang akan kita bahas adalah mengenai fungsi dari penyuluhan itu sendiri.

Jika dilihat dari segi pengertiannya, penyuluhan secara khusus berfungsi sebagai media penerangan. Dengan kata lain, penyuluhan berfungsi sebagai media dakwah yang bisa menambah khazanah pengetahuan bagi setiap peserta yang memperhatikannya.

Namun dari literature yang saya sudah baca, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan mempunyai beberapa fugsi, yaitu:

27

(42)

a. Fungsi pemahaman, maksudnya adalah bahwa peserta penyuluhan dapat memahami tentang nilai-nilai yang terkandung dalam tema-tema penyuluhan yang berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan.

b. Fungsi pencegahan, maksudnya adalah mencegah agar peserta penyuluhan dapat terhindar dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul dan akhirnya bisa menggangu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan atau kerugian-kerugian yang berdampak bagi kehidupan sosial.

c. Fungsi pengentasan, pengentasan disini maksudnya pelaksanaan penyuluhan dapat membantu pesertanya mengatasi masalah-masalah kehidupan yang sedang dihadapinya atau menjawab rasa ingin tahunya. Seperti halnya ada sesi Tanya jawab atau penyuluhan yang dikemas dalam bentuk bimbingan kelompok atau konseling kelompok.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, ialah penyuluhan bisa menanamkan nilai-nilai luhur serta memberikan pandangan atau pengetahuan mengenai norma atau aspek kehidupan. Dan bagi yang sudah memahaminya diarahkan agar dapat terus dipelihara dan di kembangkan supaya bisa menularkannya kepada orang-orang sekitar.28

4. Metode Penyuluhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki.29

28

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 197-217.

29

(43)

33

Sedangkan menurut M. Arifin, secara harfiyah metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Namun pengertian hakiki dari metode adalah “segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.”30

Adapun metode yang sering digunakan dalam melakukan penyuluhan adalah:

a. Metode Ceramah

Yang di maksud dengan metode ceramah adalah “ suatu cara menyampaikan bahan dengan lisan oleh tenaga penyuluh. Sedangkan peran audien sebagai penerima pesan, mendengar, memperhatikan dan mencatat informasi dari penyuluh bila diperlukan.”31

b. Metode Diskusi

Metode diskusi ini merupakan lanjutan dari metode ceramah, artinya sebuah diskusi dapat dilaksanakan setelah adanya materi penyuluhan yang disampaikan dengan metode ceramah ataupun yang lainnya. Agar materi yang disampaikan lebih kaya dan guna mendapat masukan ataupun kritikan membangun dari para peserta, hal ini dapat dilakukan dengan cara diskusi.32

30

H. M. Arifin, h. 43 31

Departemen Agama RI, Pedoman Penyuluhan Wakaf Bagi Penyuluh Agama, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Agama RI, 2010 ), h. 108

32

(44)

c. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian penyuluhan dengan dengan cara mendorong sasaran (objek penyuluhan) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum mengerti dan penyuluh sebagai penjawabnya.33 d. Metode Demonstrasi

Memberikan penyuluhan dengan memperlihatkan suatu contoh, baik berupa suatu benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang penyuluh tersebut menggunakan metode demonstrasi.34Artinya suatu metode penyuluhan, dimana seorang penyuluh memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya (objek penyuluhan) dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan yang diinginkan.

2. Pola Asuh Orang tua 1. Pengertian Pola Asuh

Menurut Baumrid, pola asuh pada prinsipnya merupakan Parental Control, yakni bagaimana orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan. 35

33

ibid 34

ibid 35

(45)

35

Sedangkan Kohn mengatakan bahwa pola asuh merupakan cara orangtua berinteraksi dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, serta tanggapan orangtua terhadap setiap perilaku anak.36

Penulis menyimpulkan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara orangtua dan anak. Yaitu bagaimana sikap atau perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak.Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya.

2. Dampak Pola Asuh

Pembentukan perilaku terjadi melalui proses interaksi antar anggota keluarga dalam proses pengasuhan, dengan demikian baik buruknya perilaku anak tergantung dari pola asuh yang ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya.

Empat tipe pola asuh orang tua dalam berkomunikasi dengan anak:37

a. Orang tua otoriter orang tua tipe ini sering menunjukan bahwa dirinya punya posisi lebih tinggi. Anak dipandang bodoh, belum sampai akal, dan pendapatnya tidak perlu diperhatikan. Di hadapan orang tua tipe ini, anak akan sulit memasuki pembicaraan dan sulit pula keluar darinya anak juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya. Anak pun menjadi tidak mandiri, berpenghargaan diri rendah, dan pemberontak. b. Orang tua permisif. Orang tua tipe ini tidak terlalu banyak mengeluarkan

aturan, disiplinnya longgar, dan serba boleh. Anak tidak dibiasakan

36

Ibid, h. 42-43 37

(46)

mandiri dan hampir semua keinginannya dipenuhi. Anak pun menjadi serba bebas, rakus, penuntut, memiliki control diri yang rendah, kurang bertangung jawab, kurang disiplin, dan tidak memikirkan orang lain. c. Orang tua yang tidak peduli. Orang tua tipe ini tidak mau ambil pusing

alias cuek dengan apa yang dilakukan anak. Ketika anak berkata, “Ayah, nilai ulanganku 10!” sang ayah tidak akan menujukan reaksi apa pun. atau, ketika anak bertanya, “Ayah, kalau PR matematika ini, cara mengerjakannya bagaimana?” sang ayah hanya menjawab, “sana! Jangan ganggu ayah! Ayah lagi capek, tahu!” orang tua seperti ini akan menghasilkan anak yang mengalami kesulitan dalam pengembangan diri. d. Orang tua demokratis. Orang tua tipe ini cenderung hangat, menghargai

anak, serta penuh perhatian dan kasih sayang. Ketika anak kalah dalam suatu lomba, misalnya, orang tua tidak akan menyalahkan.”Bagi ayah, kamu adalah juara! Ayah tahu, kamu telah berjuang untuk menjadi juara!” orang tua tipe ini akan menghasilkan anak yang bertangung jawab, mandiri, kreatif, punya control diri yang baik, dan bisa berpendapat.

(47)

37

3. Hypnoparenting

1. Pengertian Hypnoparenting

Hypnoparenting berasal dari kata hypnosis dan parenting. Kata hypnosis

berarti upaya mengoptimalkan pemberdayaan energi jiwa bawah sadar (dalam hal ini untuk berkomunikasi) dengan mengistirahatkan energi jiwa sadar pada anak (komunikasi mental) maupun pada pembinanya. 38 Menurut beberapa ahli

hypnosis, memberikan definisi sebagai seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak, kondisi hypnosis menyerupai tidur dengan kondisi dimana perhatian menjadi terpusat sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.39

Dengan demikian penulis menyimpulkan hypnosis adalah suatu seni, metode, dan teknik berkomunikasi yang sangat persuasif dan sugestif dengan tujuan agar apa yang dimaksudkan dapat dipahami dan dilakukan oleh lawan bicara.

Parenting berarti segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orangtua dalam mendidik, membina, dan membesarkan anak. Jadi hypnoparenting

dapat diartikan sebagai pembinaan anak dengan memerhatikan pengaruh hypnosis untuk selalu menanamkan rekaman atau sugesti positif pada jiwa bawah sadar anak.40

38

Bunda Lucy, 5 Menit Menguasai Hypnoparenting. (Jakarta: Penerbit Plus, 2012), Cet. ke-2, h.12

39

Bruce Goldberg, Self Hypnosis:Bebas Masalah Dengan Hypnosis, Penerjemah Cahya Wiratama, (Yogyakarta, PT. Bentang Pustaka, 2007), h.18.

40

(48)

Selanjutnya penulis menyimpulkan bahwa hypnoparenting adalah pola asuh orangtua terhadap anak dengan menggunakan metode hypnosis yaitu seni berkomunikasi efektif dengan teknik tertentu yang langsung mendapat respon melalui penanaman sugesti kedalam pikiran bawah sadar anak-anak untuk membentuk kepribadian anak dengan penuh cinta dan kasih sayang tanpa dengan kekerasan dan paksaan. Hypnoparenting merangsang anak secara fisiologis dan menyugesti secara psikologis.

Hypnosis adalah salah satu cara yang angat efektif untuk menjangkau pikiran bawah sadar dengan cepat dan mudah. Proses komunikasi yang dilakukan sehari-hari dengan anak merupakan suatu proses hypnosis. Melalui proses komunikasi tersebut dapat menanamkan sugesti atau ide baru yang selama ini tidak ada dalam kamus mereka sebelumnya. Jika anak “terhypnosis” dengan pesan yang negatif, jangan heran bahwa anak data memiliki ide dan mendalami pesan negatif tadi sehingga menjadi nilai dasar yang akan terbawa terus sampai dewasa.41

Dengan demikian penulis menyimpulkan dibutuhkan sugesti positif kepada anak agar mereka menjadi anak yang bermental kuat, berpikir positif, bersemangat dan tidak takut tantangan.

2. Fungsi Dan Tujuan Hypnoparenting

Hypnoparenting berfungsi sebagai sarana berkomunikasi yang efektif kepada anak untuk menyelesaikan permasalahan yang sering dianggap bahaya bagi anak-anak.

41

(49)

39

Seperti halnya metode-metode yang lain, hypnoparenting memiliki tujuan. Adapun tujuan dari hypnoparenting adalah untuk memudahkan para orangtua dalam memberikan pembinaan atau arahan kepada anak-anaknya tanpa menggunakan paksaan yang akan dilaksanakan oleh anak dengan kesadaran penuh. Karena dalam kehidupan sehari-hari sering orangtua yang kerepotan dan dikuras energy dengan perilaku anak-anak. Akhirnya orangtua dengan segala wewenangnya, memerintahkan anaknya dengan berbagai kata ancaman atau dengan umpatan yang akan memyebabkan rekaman buruk bagi diri anak. Sebagian orangtua mungkin ada yang menyerah dengan keadaan anak-anaknya dalam keadaan buruk.

3. Pengaruh Hypnosis Terhadap Anak

Otak manusia memiliki fungsi sebagai pengolah informasi yang akan dilaksanakan oleh tubuh melalui syaraf. Jaringan otak ini memiliki bagian untuk berfikir, satu bagian untuk pikiran sadar yang berada di bagian Korteks otak dan satu lagi untuk pikiran bawah sadar berada di daerah otak yang bernama medulla oblongata.42

Hypnosis sebagai seni untuk berkomunikasi dengan efektif di mana pikiran terfokus dan tubuh dalam keadaan relaksasi alami sehingga langsung mendapatkan respon secara cepat. Hypnosis berkaitan erat dengan cara kerja pikiran, di mana otak manusia memiliki kemampuan untuk menyerap informasi yang terindera kemudian meresponnya dengan mengkoordinasi jaringan

42

(50)

syaraf tubuh untuk menggerakan otot-otot atau anggota badan tertentu sesuai dengan stimulan yang diterima dan dimengerti oleh otak manusia.

a. Pengaruh Terhadap Otak Manusia

Perilaku manusia akan selalu mengacu kepada dua bentuk pikiran yang ada di dalam otaknya. Pikiran sadar manusia berada di belahan otak kiri dan dalam fungsi fisiologi merupakan pengontrol penggerak tubuh sebelah kanan. Sedangkan pikiran bawah sadar berada di belahan otak kanan yang dalam fungsi fisiologisnya merupakan pengontrol gerakan tubuh sebelah kiri.43Secara garis besar, fungsi yang berhubungan dengan kerja belahan otak dapat dilihat dari tabel berikut ini.

[image:50.612.105.510.267.611.2]

Tabel 1.

Fungsi belahan otak.44

Belahan otak kiri Belahan otak kanan Sadar

Analitis Penalaran Matematis

Logis Bahasa Pikiran Kaku

Bawah sadar Intuisi/insight

Awwarness Visualisasi

Imajinatif Fantasi

Emosi Flaksibel

43

YF La Kahija, Hipnoterapi: Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 67

44

(51)

41

Di bawah ini merupakan penjelasan kedua jenis pikiran dan fungsinya yang berbeda satu sama lain. Berikut ini adalah fungsi pikiran sadar.

1. Mengidentifikasi informasi yang masuk melalui panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, sentuhan, atau perasaan).

2. Membandingkan informasi yang masuk dengan referensi, pengalaman dan segala informasi yang berada di pikiran bawah sadar.

3. Menganalisis informasi yang masuk dengan membagi informasi itu menjadi komponen yang lebih kecil agar dapat diperiksa dengan seksama.

4. Memutuskan respon atau tindakan yang akan diambil terhadap informasi yang telah masuk.45

b. Fungsi Pikiran Bawah Sadar

Sedangkan pikiran bawah sadar memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Kebiasaan (baik, buruk dan refleks)

- Kebiasaan baik adalah kebiasaan yang baik dan produktif.

- Kebiasaan buruk adalah kebiasaan yang buruk dan destruktif seperti merokok, makan berlebihan, dll.

- Refleks adalah gerakan anggota tubuh motorik kasar dan halus atau reaksi tubuh yang terstimulan dengan otomatis, contohnya adalah berkedip, menggaruk, bersin, dll.

2. Emosi, yaitu bagaimana perasaan kita mengenai suatu keadaan, hal-hal tertentu dan terhadap orang lain.

45

(52)

3. Memori jangka panjang yaitu tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen.

4. Kepribadian, yaitu karakteristik individual dalam berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang dijumpai sehari-hari.

5. Intuisi, yaitu perasaan mengenai sesuatu secara ingsingtif, atau berhubungan dengan spiritual atau metafisik.

6. Kreatifitas, yaitu kemampuan untuk mewujudkan visi, pemikiran dan impian menjadi kenyataan.

7. Persepsi, yaitu bagaimana melihat dunia menurut pandangan sendiri.

8. Belief dan value, yaitu suatu kepercayaan yang diyakini sebagai suatu yang benar dan segala nilai penting dari sesuatu.46

Dari uraian diatas tergambar bahwa pengaruh pikiran bawah sadar terhadap diri lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Itulah sebabnya mengapa banyak orang yang sulit berubah meskipun secara sadar ada keinginan untuk berubah. Jika terjadi pertentangan keinginan antara pikiran sadar dan bawah sadar, pikiran bawah sadar selalu menjadi pemenangnya.

46

(53)
[image:53.612.106.515.147.533.2]

43

Tabel 2.

Gelombang otak dan aktifitas tubuh.47

Tipe Gelombang

Otak

Laju Frekuensi

(Hz)

Kondisi Tubuh

Bheta 12-40 Kerja mental dengan konsentrasi tinggi, berinteraksi, khawatir, tenang.

Alfa 8-12 Keadaan relaxed alertness, meditasi, mimpi yang dapat diingat setelah terbangun, gerbang antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.

Theta 4-8 Saat tidur yang disertai mimpi, saat terjadi REM (rapid eye movement) yaitu bola mata bergerak dengan cepat ke kiri atau ke kanan, ke atas atau ke bawah seperti melihat sesuatu dengan cepat. Pikiran bawah sadar terbuka lebar, daya kreatifitas.

Delta 0,1-4 Tidur nyenyak tanpa mimpi (sering di temukan pada otak bayi, pingsan, koma).

Dari tabel di atas seseorang dapat masuk kondisi hypnosis, apabila gelombang otak dalam kondisi alfa yang ditandai dengan rileksnya seluruh tubuh atau dalam hypnotism kondisi ini biasa disebut dengan trans, yaitu kondisi seperti mengantuk. Kondisi seperti ini dapat terjadi dengan alamiah ataupun dengan bantuan seorang hipnotis. Hal ini dapat diperhatikan dari praktek-praktek hypnosis di televisi seorang klien selalu tampak seperti tertidur dengan sangat cepat ketika seorang hypnotis menjentrikan jarinya.

47

(54)

Pada kondisi alfa pemberian sugesti atau stimulus kepada seseorang akan diterima oleh otaknya dan disimpan dalam pikiran alam bawah sadarnya. Pikiran alam bawah sadar akan menyimpan memori jangka panjang yang akan dilaksanakan dan dijadikan pembiasaan dalam perilaku dan bersifat permanen, segala sugesti yang telah masuk kedalam pikiran bawah sadar cenderung akan langsung dilaksanakan. Dalam hal ini Sigmun Freud mengungkapkan, betapa alam bawah sadar manusia sangat berpengaruh dalam perilaku manusia. Area bawah sadar menurutnya adalah semacam “tempat pembuangan” berbagai stimulus, keinginan, serta pengalaman yang tidak dapat direalisasikan dengan baik. Semuanya mengendap dalam alam bawah sadar dan sulit disadari bagi setiap individu. Karenanya, alam bawah sadar memotivasi sebagian kata-kata, perasaan, dan perilaku individu.48

Hypnosis atau pemberian sugesti yang dilakukan kepada anak-anak dapat dilakukan secara langsung seperti halnya kepada orang dewasa, khususnya bagi anak-anak yang tergolong pendiam. Namun bagi anak yang aktifitas tubuh dan otaknya tinggi biasanya dilakukan pada saat anak menjelang tidur. Ini adalah upaya agar otak anak mencapai gelombang alfa dan theta yaitu di saat tubuh dan otak anak dalam keadaan rileks. Dan kondisi rileks ini dapat terjadi disaat anak-anak merasakan kantuk. 49 Pada fase ini

Gambar

gambaran tentang keefektifan penyuluhan pola asuh orang tua berbasis
Fungsi belahan otak.Tabel 1. 44
Tabel 2.
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kita tahu bahwa gereja-gereja di Asia melakukan hal ini, karena kita membaca dalam Kolose 4:16 kata-kata ini, "Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara

[r]

Bahwa Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pembakaran Rumah dan Orang yang Diduga Memelihara Ilmu Sihir pada Kepolisian Resor Tapanuli Utara belum

Karena kondisi Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo sebagai rumah sakit peralihan dari tipe kelas C menjadi B, maka diperlukan penerapan asuhan keperawatan yang sesuai

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah

Penilaian nasabah terhadap feedback berupa manfaat positif yang didapat setelah mengikuti gathering dan event yang diselenggarakan Treasury Group di Kanwil VII Pada tabel

Produk yang dihasilkan berupa komputer jaringan SIM RS yang dapat terdiri dari hardware  , jaringan/LAN dan software  yang digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan di

Analisa sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa konsentrasi asam fosfat, suhu aktivasi dan interaksinya berpengaruh terhadap kadar karbon terikat arang aktif