ABSTRAK
PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG AYAM SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA
MERAH (Oreochromis niloticus)
Oleh
AFAT ABDIGUNA
Penelitian dilakukan untuk mengetahui persentase subsitusi tepung daging dan tulang (TDT) terhadap tepung ikan (TI) untuk pertumbuhan nila merah (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan. Pakan A (kontrol/TI), pakan B (TDT 20%), pakan C (TDT 25%), pakan D (TDT 30%) dan pakan E (TDT 35%). Ikan uji yang digunakan adalah nila merah sebanyak 225 ekor, dengan berat total 4 ± 0,4 gram. Akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm yang berisi nila merah sebanyak 15 ekor digunakan untuk percobaan. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dengan feeding rate 5% selama 60 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan E (TDT 35%) memberikan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan nila merah. Pertumbuhan mutlak sebesar 10,34 ± 0,43 gram, laju pertumbuhan harian sebesar 0,17±0,01gram/hari, dan efisiensi pakan 44,37 ± 3,32%. Tingkat kelangsungan hidup nila merah rata - rata mencapai 97,3% dan kualitas air pada semua perlakuan masih dalam keadaan optimum untuk budidaya.
ABSTRACT
USE OF MEAT AND BONE MEAL OF CHICKEN AS AN ALTERNATIVE PROTEIN SOURCE IN ANIMAL FOR RED TILAPIA (Oreochromis niloticus)
CULTURED
By
AFAT ABDIGUNA
The study was conducted to determine the percentage substitution of meat and bone meal (TDT) for fish meal (TI) for the growth of red tilapia (Oreochromis niloticus). The study was conducted using a completely randomized design with 5 treatments. Feed A (control/TI), feed B (TDT 20%), feed C (TDT 25%), feed D (TDT 30%) and feed E (TDT 35%). Test fish used were as many as 225 head of red tilapia, weighing a total of 4 ± 0,4 grams. Aquarium measures 60 x 40 x 40 cm containing as many as 15 tails red tilapia used for the experiment. Feeding three times a day with a feeding rate of 5% for 60 days of maintenance. The results showed that the feed E (TDT 35%) gave the best results for the growth of red tilapia. Absolute growth rate of 10,34 ± 0,43 grams, daily growth rate of 0,17 ± 0,01 g / day, and feed efficiency of 44,37 ± 3,32%. The survival rate of red tilapia average - average reached 97.3% and the quality of water in all treatments still in optimum condition for cultivation.
PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG AYAM SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)
Oleh
AFAT ABDIGUNA
0814111021
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Perikanan
Pada
Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Penggunaan Tepung Daging dan Tulang Ayam
Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus).
Nama : Afat Abdiguna
NPM : 0814111021
Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI, Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Limin Santoso, S.Pi., M.Si. Wardiyanto, S.Pi., M.P.
NIP. 197703272005011001 NIP. 196907052001121001
Ketua Program Studi Budidaya Perairan
Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.
MENGESAHKAN
1. Tim penguji
Ketua : Limin Santoso, S. Pi., M. Si. .………...
Sekretaris : Wardiyanto, S. Pi., M. P. .………...
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Suparmono, M.T.A. ………....
2. Dekan Fakultas Pertanian
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sungai Langka, Gedong Tataan Pesawaran
pada tanggal 13 Juni 1990 yang dilahirkan dari pasangan Bapak
Supriyanto dan Ibu Nurbaiti R. Penulis menyelesaikan
pendidikan di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Sungai
Langka, Gedong Tataan Pesawaran pada tahun 1996, SD Negeri 3 Sungai Langka
diselesaikan pada tahun 2002. SLTP Negeri I Gedong Tataan diselesaikan pada
tahun 2005, SMA Perintis 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008, dan
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur SNPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi pengurus HIDRILA sebagai
Kepala Bidang Pengkaderan periode 2010-2011. Awal Januari 2012 penulis
pernah mengikuti Praktik Umum di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya
Ikan Hias (BP2BIH) Depok dengan judul ”Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus
carpio linn)”. Tahun 2013, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis
skripsi yang berjudul “Penggunaan Tepung Daging Dan Tulang Ayam Sebagai
Alternatif Sumber Protein Hewani Pada Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromis
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penggunaan Tepung Daging dan Tulang Sebagai Alternatif Sumber Protein
Hewani Pada Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)” yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas
Lampung.
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dan ibu tercinta untuk setiap doa, motivasi, kasih sayang, materi, dan
tetes keringat yang selalu menjadi semangat dalam setiap langkah kakiku.
2. Adikku Ririn Oktarika dan adikku Maya Mardani untuk setiap doa,
dukungan, keceriaan, kebersamaan, dan kebahagiaan kita yang menjadi
motivasi terbesar dalam hidupku.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
4. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Universitas
5. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing utama yang
telah membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga
selesainya skripsi ini serta memberi motivasi yang besar.
6. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku dosen pembimbing kedua yang
membimbing dengan penuh semangat sehingga skripsi ini menjadi semakin
baik.
7. Bapak Ir. Suparmono, M.T.A., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
pembahas yang memberikan saran-saran yang membangun.
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Pertanian, khususnya Jurusan Budidaya
Perairan .
9. Teman-teman seperjuangan: Nasyir, Lagen, Arip, Septi, Selpiana, Romaria,
terimakasih untuk saran-saran, perhatian, kebersamaan, dan semangat yang
teman-teman berikan.
10.Teman-teman angkatan 08 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih
untuk setiap support yang kalian berikan.
11.Angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2009, 2010 yang telah memberikan
motivasi kepadaku.
Bandar Lampung, Mei 2013
Kupersembahkan karyaku ini kepada :
Ayah, Ibu, dan kedua adikku tercinta..
Sahabatku Hatiku, Teman-temanku tercnta
3.4.3.4. Efesiensi Pakan ... 22
3.4.3.5. Kualitas Air... 22
3.4.4. Analisis Data ... 23
3.4.4. Roadmap ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Berat Mutlak ... 25
4.2. Laju Pertumbuhan Harian ... 29
4.3. Kelangsungan Hidup ... 31
4.4. Efisiensi Pakan ... 33
4.5. Kualitas Air... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 37
5.2. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan Asam Amino Essensial Ikan Nila ... 11
2. Kandungan Nutrien Tepung Daging dan Tulang (TDT)... 14
3. Kandungan Asam Amino Esensial Pada Tepung daging dan tulang ... 15
4. Komponen Bahan Baku Pakan... 18
5. Hasil Uji Proksimat Pakan Pada Berbagai Perlakuan ... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 5
2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 7
3. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila Merah ... 25
4. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila Merah ... 29
5. Grafik laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila Merah selama Pemeliharaan ... 30
6. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Prosedur Pembuatan MBM ...43
2. Proses Pembuatan Pakan Ikan ...44
3. Prosedur Analisis Proksimat ...45
(1) Prosedur Analisis Kadar Protein (Metoda Gunning) ...45
(2) Prosedur Analisis Kadar Serat Kasar ...46
(3) Prosedur Analisis Kadar Lemak (Metode soxhlet) ...47
(4) Prosedur Analisis Kadar Air dan Abu ...48
(a) Kadar Air (Metoda Oven/AOAC1970, Ranggana 1979) ...48
(b) Kadar Abu ...49
4. Penempatan Akuarium Secara Acak Selama Penelitian ...50
5. Data Mentah Hasil Penelitian...51
6. Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila Merah ...58
7. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila Merah ...59
8. Analisis Ragam Efisiensi Pakan Ikan Nila Merah ...60
9. Data Analisis Proksimat Tepung Daging dan Tulang ...61
10. Uji Proksimat Pakan dan Tepung (ikan, jagung kedelai) ...62
1
1.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan nila merah Oreochromis niloticus merupakan ikan konsumsi yang
digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan
pertumbuhan yang relatif cepat menyebabkan petani ikan Indonesia banyak
memilih ikan nila merah sebagai komoditas yang potensial untuk dikembangkan
dan termasuk dalam 10 komoditas yang menjadi target produksi perikanan
budidaya pada tahun 2014 sebesar 353% (KKP, 2010). Produksi ikan nila pada
tahun 2008 sebesar 291.037 ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 378.300
ton. Kenaikan rata-rata produksi ikan nila selama tahun 2008-2009 sebesar
29,98% (KKP, 2010). Akan tetapi, dalam kegiatan budidaya ikan nila masih
mengalami beberapa kendala. Salah satu kendala yang dihadapi para budidaya
adalah dalam memenuhi ketersediaan pakan yang memiliki kualitas baik dan
harga yang terjangkau.
Pakan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
keberhasilan kegiatan budidaya karena kandungan pakan yang baik akan
menentukan pertumbuhan dan perkembangan ikan. Ikan membutuhkan makanan
dalam jumlah cukup serta berkualitas untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Kualitas pakan akan dipengaruhi oleh komposisi bahan baku yang digunakan,
2 kualitas pakan tersebut. Halver (1989) menyatakan komponen organik terbesar
dalam jaringan tubuh ikan mengandung protein ±65-75% dari total tubuh ikan.
Oleh sebab itu pemakaian bahan baku dengan kandungan protein yang sesuai
dengan kebutuhan ikan sangat baik dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan ikan.
Tepung ikan merupakan sumber protein utama dalam kegiatan industri
pengolahan pakan ikan, karena tepung ikan (TI) memiliki kandungan protein yang
tinggi, yaitu berkisar 50-70% dan merupakan sumber mineral penting terutama
kalsium dan fosfor. Perannya sebagai sumber protein utama pakan menyebabkan
permintaan akan tepung ikan semakin meningkat dan muncul permasalahan dalam
hal ketersediaanya. Saat ini tepung ikan masih mengandalkan impor dari luar
negeri yaitu: Chili, Peru dan Thailand, yang menyebabkan harga tepung ikan
semakin tinggi. Pada Januari 2011, kenaikan harga pakan sudah meningkat
Rp.508/kg. Bahan baku yang mengalami kenaikan harga diantaranya tepung ikan,
tepung terigu, tepung kedelai, dan tepung tulang sapi. Harga tepung ikan impor
mencapai Rp.16.500/kg, naik 516/kg pada Desember 2010. Sedangkan untuk
produksi tepung ikan lokal menurun, karena bahan baku lokal susah didapatkan
salah satunya ikan Lemuru. Menurunya hasil tangkapan nelayan karena kondisi
cuaca buruk dan peralatan yang kurang menunjang dalam kegiatan penangkapan
ikan (Anonim, 2012).
Dengan harga bahan baku yang mahal, maka harga pakan buatan akan
naik sehingga akan meningkatkan biaya produksi dalam budidaya. Salah satu cara
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan bahan baku
3 yang relatif murah dan kualitasnya yang mendekati kualitas tepung ikan. Salah
satunya adalah dengan menggunakan tepung daging dan tulang(TDT).
Saat ini di Lampung ketersediaan TDT sangat melimpah karena banyak
perusahaan pengolahan daging ayam yang menghasilkan produk sampingan
berupa bahan baku pembuatan TDT dan secara ekonomis belum termanfaatkan
secara efesien hingga sekarang, sehingga dengan penelitian ini diharapkan para
praktisi budidaya mengetahui bahwa TDT dapat digunakan sebagai bahan baku
pakan. Bahan dasar TDT dari tulang ayam dan untuk dagingnya dari sela-sela
tulang ayam yang tidak dapat terambil oleh mesin. Harga bahan baku TDT dalam
bentuk pasta Rp.2.000/kg. Sedangkan untuk harga TDT berkisar
Rp.4.000-5.000/kg, harga tersebut cukup murah bila dibandingkan dengan tepung ikan.
Penggunaan TDT sebagai pengganti tepung ikan dalam kegiatan budidaya
diharapkan dapat menurunkan harga pakan serta menekan biaya produksi. TDT
mengandung protein sekitar 45-55% (Lovell, 1989). Penelitian Hasibuan (2007)
menunjukkan bahwa pakan yang mengandung TDT dapat meningkatkan
pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius sp.) hingga 50%.
Pada penelitian ini, dilakukan percobaan terhadap ikan nila merah (O.
niloticus) yang diberi pakan dengan bahan baku dasar TDT yang berasal dari
rumah potong ayam. Dengan penggunaan pakan berbahan baku TDT ini
4
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pakan yang berbahan
baku tepung daging dan tulang (TDT) dengan proporsi berbeda terhadap
pertumbuhan ikan nila (O. niloticus).
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
praktisi budidaya mengenai penggunaan TDT sebagai bahan baku pakan buatan
untuk ikan nila.
1.4. Kerangka Pemikiran
Ikan nila merah merupakan 10 komoditas yang menjadi target produksi
perikanan budidaya pada tahun 2014 sebesar 353% (KKP, 2010). Oleh karena itu
perlu dilakukan manajemen budidaya yang intensif, salah satunya dengan
pemanfaatan pakan yang berkualitas dan bermutu tinggi sesuai dengan kebutuhan
ikan nila serta harga yang murah.
Namun dalam kenyataan bahan baku pakan masih mahal, khususnya
tepung ikan, sehingga diperlukan bahan baku pengganti yang lebih murah dan
tentunya kandungan proteinnya tidak jauh berbeda. Bahan baku alternatif tersebut
antara lain adalah TDT (Tepung Daging dan Tulang) yang merupakan sumber
protein hewani pada pakan yang diharapkan mampu menjadi bahan pengganti
(subtitusi) bagi tepung ikan.
Saat ini di Lampung ketersediaan TDT sangat melimpah karena banyak
5 berupa bahan baku pembuatan TDT dan saat ini bahan baku tersebut belum dapat
diolah secara optimal, sebenarnya hanya dengan sedikit teknologi TDT dapat
dimanfaatkan. TDT memiliki kandungan protein sekitar 45-55% tidak jauh
berbeda dengan kandungan tepung ikan sekitar 50-70% sehingga TDT dapat
dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani dalam pembuatan pakan ikan.
Namun perbandingan efisiensi pakan yang berbahan baku TDT terhadap
pertumbuhan ikan nila belum diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
secara berkesinambungan. Secara umum kerangka pikir dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
Sumber Lemak Sumber Vitamin dan Mineral
Protein Nabati Protein Hewani
Tepung ikan :
- Kandungan protein 50-70%
- Harga mahal: Rp 15.000-17.000,00 per kg
- Bahan baku impor
- Sulit didapatkan
TDT (Tepung daging dan tulang)
- Kandungan protein 45-55%
- Harga murah: Rp 4.000- 5.000/kg
- Mudah didapatkan dan ketersediannya kontinu
Pakan ikan yang berkualitas dengan harga yang murah
Laju pertumbuhan ikan lebih cepat
6
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0 : σi = 0 Penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan pada ikan nila.
H1: σi≠ 0 Setidaknya ada dosis penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Nila Merah
Ikan nila merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina
reddish-orange Mozambique (Oreochormis mossambicus) dengan ikan nila jantan
normal (Oreochormis niloticus) (Pompma dan Maseer, 1999). Ikan nila merah
merupakan ikan yang dapat beradaptasi pada kisaran salinitas yang cukup besar
sehingga dapat beradaptasi di air tawar dan air payau (Syaripudin, 2008). Dari
segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih yaitu lebar tubuhnya
lebih kecil dari pada panjang tubuh. Gurat sisi atau Linea lateralis pada ikan
lengkap atau tidak terputus, maksudnya garis yang dibentuk oleh pori-pori ikan
nila merah pada siripnya tidak terputus (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
8 sumber:
http://seputarperikanan.wordpress.com/2012/05/12/budida-ikan-nila-gift-oreochromis-niloticus-bleeker/ikan-nila-merah-red-tilapia/
Menurut Cholik (2005), ikan nila merah dapat diklasifisasikan sebagai
berikut :
Spesies : Oreochromis niloticus.
Ikan nila merah (O. niloticus) berasal dari Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya. Ikan ini diintroduksi dari Afrika untuk didatangkan ke Indonesia oleh
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) pada tahun 1969 dan menjadi ikan
peliharaan populer di kolam air tawar serta beberapa waduk di Indonesia. Nila
merah merupakan nama khas yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktorat
Jenderal Perikanan. Ikan nila merah potensial untuk dikembangkan karena
pertumbuhannya yang cepat, disukai masyarakat karena enak dagingnya. Ikan ini,
juga merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan
komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia (Suyanto, 1994). Sucipto
(2007) menyatakan bahwa komoditas ikan nila merah memiliki keunggulan, yaitu:
(a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap penyakit, (b) memiliki toleransi
terhadap kondisi lingkungan, (c) memiliki kemampuan yang efisien dalam
membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan
pertanian, (d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik, serta (e) mudah tumbuh
9 (tilapia) merupakan salah satu komoditi yang dapat dikembangkan, karena
memiliki beberapa kelebihan diantaranya selain tumbuh cepat, juga toleran
terhadap suhu rendah maupun tinggi dan bersifat euryhalin.
Saat ini ikan nila hampir dapat ditemukan di setiap perairan termasuk parit
dan perairan tenang, dimana ikan-ikan lainnya hanya sedikit yang bisa hidup di
perairan tersebut (Bardach, 1972). Beberapa spesies ikan nila dibudidayakan
secara komersial, tetapi O. niloticus merupakan spesies yang utama
dibudidayakan di seluruh dunia (FAO, 2008). Secara alami ikan nila dapat
ditemukan di negara Syria di Utara hingga Afrika Timur, Kongo dan Liberia
yaitu: di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya.
Karena mudahnya dipelihara dan dikembangbiakan, ikan ini dibudidayakan oleh
banyak negara sebagai ikan konsumsi termasuk di Indonesia (Anonim, 2012).
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya,
sehingga dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran
tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan ini cukup beragam, antara lain :
sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, dan tambak. Nila dapat tumbuh
secara normal pada kisaran suhu 14-38°C dan dapat memijah secara alami pada
suhu 22-37°C. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi
ikan ini adalah 25-30°C. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika
suhu habitatnya lebih rendah dari 14°C atau di atas 38°C. Selain suhu, faktor lain
yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas atau kadar garam.
Nila dapat tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-29 ‰.
Ikan ini masih dapat tumbuh, tapi tidak bisa berproduksi di perairan dengan
10 menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila yang
berukuran besar (Affandi, 1992).
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa
mengkonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Karena ikan nila sangat
mudah dibudidayakan ketika masih benih, pakan yang disukainya adalah
zooplankton (plankton hewani), seperti Moina sp. dan Daphnia sp. selain itu
benih ikan nila juga memakan alga dan lumut yang menempel di bebatuan yang
ada disekitar habitatnya dan ketika dibudidayakan, ikan nila memakan tanaman air
yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini
dapat diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet (Anonim, 2012).
2.2. Kebutuhan Nutrien Ikan Nila
Ikan membutuhkan energi untuk dapat tumbuh dan berkembang, energi
tersebut berasal dari nutrien yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut Lovell (1989)
faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrien pada ikan diantaranya adalah
jumlah dan jenis asam amino essensial, kandungan protein yang dibutuhkan, serta
kandungan energi pada pakan dan faktor fisiologis ikan. Campuran yang
seimbang dari bahan penyusun pakan serta kecernaan pakan merupakan dasar
untuk penyusunan formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan pakan ikan
(Watanabe, 1997). Menurut Fitzsimmons (1997) ikan nila akan memperlihatkan
pertumbuhan yang baik apabila diberi pakan dengan kandungan nutrisi yang
seimbang, di dalamnya terkandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat,
11
2.2.1. Kebutuhan Protein
Halver (1989) menyebutkan bahwa protein merupakan komponen organik
terbesar pada jaringan tubuh ikan, karena sekitar 65-75% dari total bobot tubuh
ikan terdiri dari protein. Jumlah protein yang diperlukan dalam pakan secara
langsung dipengaruhi oleh komposisi asam amino pakan. Asam amino essensial
adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus tersedia
dalam pakan. Pada dasarnya ikan nila tidak memiliki kebutuhan protein yang
mutlak tetapi memerlukan suatu campuran yang seimbang antara asam amino
essensial dan non-essensial (NRC, 1983). Menurut Watanabe (1988) kebutuhan
ikan akan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran ikan, suhu air,
kadar pemberian pakan, energi dalam pakan dan kualitas protein.Kebutuhan asam
amino essensial bagi tubuh ikan nila dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Asam Amino Essensial Ikan Nila*
Asam Amino Esensial % Dalam Protein
Arginin
*) Sumber : S2antiago dan Lovell (1988) dalam Webster dan Lim (2002) **) ditambah Cystin, kebutuhan sebesar 3,21% dalam pakan
***) ditambah Tyrosin, kebutuhan sebesar 5,54% dalam pakan
Kemampuan ikan nila dalam mencerna pakan alami cukup tinggi seperti
12 hasil analisa Lovell (1989) terhadap usus ikan nila yang dipelihara pada kolam
intensif, ditemukan bahwa 50% isi usus merupakan pakan alami.
2.2.2. Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dalam makanan ikan.
Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan nabati, sedangkan kadarnya dalam
makanan ikan berkisar antara 10-50%. Karbohidrat dalam pakan disebut dengan
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) atau Nitrogen Free Extract (NFE). BETN
ini mengandung karbohidrat, gula, pati dan sebagian besar berasal dari
hemiselulosa. Daya cerna karbohidrat sangat bervariasi tergantung dari
kelengkapan molekul penyusunnya. Kandungan karbohidrat pakan yang dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk ikan omnivora pada kisaran 30-40%, dan
untuk ikan karnivora berkisar 10-20% (Furuichi, 1988).
Kadar karbohidrat dalam pakan ikan berkisar antara 10%-50%.
Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada
kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amylase). Ikan
karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk
omnivora kadar karbohidratnya dapat mencapai 50% (Almatser, 2009). Bahan
baku pakan yang mengandung karbohidrat antara lain : jagung, beras, dedak,
tepung tapioka, dan sagu. Selain berperan sebagai bahan sumber karbohidrat, juga
sebagai alat perekat (binder) untuk mengikat komponen bahan baku dalam pakan.
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati
13
2.2.3. Kebutuhan Lemak
Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang tinggi dalam pakan
ikan. Lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K dan sumber
asam lemak essensial, yaitu asam lemak linoleat. Lemak terutama dalam bentuk
fosfolipid dapat berperan dalam struktur sel dan memelihara fleksibilitas serta
permeabilitas membran. Lemak dalam satu unit yang sama mengandung energi
dua kali lipat dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Jika lemak yang
dikonsumsi dapat memberikan energi yang cukup untuk kebutuhan metabolisme,
maka sebagian protein yang di konsumsi dapat digunakan tubuh untuk
pertumbuhan dan bukan digunakan sebagai sumber energi (NRC 1993). Menurut
Chou dan Shiau (1996), kadar lemak 5% dalam pakan sudah mencukupi
kebutuhan ikan nila, namun kadar lemak pakan sebesar 12% akan menghasilkan
perkembangan yang maksimal (Anonim, 2012).
2.2.4. Kebutuhan Vitamin dan Mineral
Vitamin adalah senyawa organik kompleks, biasanya ukuran molekulnya
kecil. Vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit sehingga
keberadaannya dalam pakan dalam jumlah yang sedikit pula (1-4% dari total
komponen pakan). Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan normal,
mempertahankan kondisi tubuh dan reproduksi. Kekurangan vitamin dalam pakan
ikan selain akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan reproduksi serta
dapat menimbulkan gejala penyakit kekurangan vitamin (Lim, 2002). Mineral
merupakan komponen pakan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, yakni sebagai
14 viskositas) dan regulasi keseimbangan asam basa (Halver, 1989). Mineral
merupakan 45 komponen penting dari hormon dan aktivator enzim (kofaktor).
Kebutuhan ikan akan mineral bervariasi, tergantung pada jenis ikan, stadia dan
status reproduksi (Halver 1989).
2.3. Tepung daging dan tulang (TDT)
Tepung daging dan tulang (TDT) merupakan hasil pengolahan limbah
yang berasal dari rumah potong ayam, sapi, kambing, dan domba. Pengolahan
tersebut biasanya dilakukan dengan pemanasan pada suhu dan tekanan tertentu.
Jika hasilnya diperoleh kandungan fosfor di atas 4,4%, maka produk tersebut
disebut tepung daging dan tulang (TDT). Namun jika kandungan fosfornya
kurang dari 4,4%, maka disebut tepung daging saja. TDT hasil perebusan dan
pengeringan memiliki kandungan protein ±50%, lemak 8%, abu 28%, Ca 10%
dan P 5%. Bahan ini mengandung asam amino lisin dalam jumlah yang cukup,
tetapi miskin metionin dan sistein. Kandungan nutrisinya bervariasi tergantung
pada proses pemasakan, pengeringan, dan kadar gelatin (Scott, 1982). Kandungan
nutrien TDT menurut Milles and Jacob (2003) tersaji pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Kandungan Nutrien Tepung Daging dan Tulang (TDT)
Nutrien Nilai
Protein 49,0-52,8 %
Lemak 8,5-14,8%
Kalsium 6,0-12,0%
Fosfor 3,5-5,0%
Lisin 2,2-30%
Hendrikset al (2002) menyatakan bahwa tepung daging dan tulang (TDT)
15 protein pakan. Disamping sebagai sumber protein TDT juga berpotensi sebagai
sumber energi dan sumber mineral seperti : Ca, P dan trace mineral lainnya.
Merantica (2007) menyatakan bahwa kualitas TDT sangat beragam,
tergantung kepada cara pembuatan dan bagian tubuh yang digunakan sebagai
bahan pembuat tepung. Dalam kasus terbaik, kandungan protein TDT mencapai
45-65%. Penggunaan bagian organ badan untuk pembuatan TDT memiliki nilai
nutrien yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan jaringan lainnya.
TDT mengandung jaringan penghubung seperti kolagen, gelatin dan umumnya
defisiensi terhadap asam amino seperti tirosin, sistin dan triptofan (Parson, 1997).
Guillaume (1999) menyatakan sekitar 8% dan 10% dari produk TDT adalah
lemak, termasuk asam lemak jenuh dan tak jenuh, kecuali asam arachidonat.
Komposisi asam amino essensial dari TDT dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Asam Amino Essensial pada Tepung Daging dan Tulang*
Asam Amino Esensial % Dalam Protein
Arginin
**) ditambah Cystin, kebutuhan sebesar 3,21%
2.4. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang penting dalam budidaya ikan nila antara lain :
16 pemanasan, pertumbuhan, dan reproduksi. Boyd (1990) menjelaskan bahwa ikan
tropis dan subtropis tidak akan tumbuh dengan baik ketika temperatur turun di
bawah 26 atau 28°C dan pada suhu di bawah 10 atau 15°C akan menyebabkan
kematian ikan. Suhu untuk pertumbuhan maksimum ikan nila berada pada kisaran
25-30°C. Disamping itu ikan nila dapat mentolerir pH pada kisaran 5-11 (Boyd,
1982). Pescod et al. (1973) menyatakan bahwa kandungan O2 terlarut yang baik
untuk kehidupan ikan harus lebih dari 2 ppm. Ikan nila dapat bertahan dalam
kondisi buruk dan dapat bertahan hidup dalam perairan yang mengandung 0,1
mg/L O2 terlarut, sedangkan kadar amoniak yang baik untuk kehidupan ikan nila
adalah kurang dari 1 mg/L (Maeda, 1985).
Stickney (1993) menyatakan bahwa ikan nila lebih toleran terhadap
kandungan amoniak apabila dibandingkan dengan ikan lainnya. Amoniak yang
tidak terionisasi (NH3) memiliki pengaruh meracuni bagi ikan (Hepher, 1988).
Stickney (1993) menemukan bahwa salah satu spesies nila mengalami kondisi
kematian sebanyak 50% pada konsentrasi NH3 2,4 mg/liter. Boyd (1990)
menyimpulkan bahwa konsentrasi maksimum amoniak yang aman untuk ikan
belum diketahui, tetapi kadar amoniak pada level di atas 0,012 mg/liter masih
17
II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2012 di
Laboratorium Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Sedangkan untuk uji proksimat dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil
Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium uji Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur Bogor.
2.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain : akuarium berukuran 60x40x40 cm3
sebanyak 15 buah, aerator, selang aerasi, batu aerasi, pH meter, termometer, DO
meter, timbangan digital, penggaris, mesin penepung, mesin pencetak pakan, baki,
gelas ukur, ember plastik, scoopnet, selang sipon, kertas label, plastik, dan alat
tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan nila merah berukuran 5-7 cm
padat tebar 15 ekor per akuarium dengan bobot rata-rata 4±0,4 gram sebanyak 225
ekor dan pakan uji.
2.3. Desain Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
18 penempatan akuarium terdapat pada Lampiran 4. Perlakuan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
- Perlakuan A penggunaan Tepung Ikan : 30% (kontrol)
- Perlakuan B penggunaan TDT : 20% (tanpa tepung ikan)
- Perlakuan C penggunaan TDT : 25% (tanpa tepung ikan)
- Perlakuan D penggunaan TDT : 30% (tanpa tepung ikan)
- Perlakuan E penggunaan TDT : 35% (tanpa tepung ikan)
Komposisi bahan-bahan baku yang akan dijadikan formulasi pakan
meliputi tepung kedelai, tepung ikan, TDT, tepung jagung, tepung tapioka,
minyak ikan, minyak jagung, dan premix (Tabel 4).
Tabel 4. Komponen bahan baku pakan
Bahan Pakan Perlakuan(gram)
dengan uji Annova yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + ∑ij
Keterangan :
i : Perlakuan A, B, C, D, dan E
j : Ulangan 1, 2, dan 3
Yij : Nilai pengamatan dari pemberian pakan dengan persentase TDT yang
19 µ : Nilai tengah umum
τi : Pengaruh pemberian pakan dengan persentase TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan benih ikan .
∑ij : Pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan dengan persentase TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan benih ikan pada ulangan ke-j.
Anilsisi ragam digunakan untuk menguji perbedaan antar perlakuan pada
taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini dan akan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) jika perlakuan berbeda nyata (Steel dan Torrie, 2001).
2.4. Prosedur Penelitian 2.4.1. Persiapan
Penelitian diawali dengan pembuatan bahan baku dasar TDT tahapnya
antara lain yaitu : daging dan tulang ayam dalam bentuk pasta yang diperoleh dari
rumah potong ayam kemudian dilakukan proses pengukusan (steam) selama ±60
menit, pengovenan selama 60-120 menit dengan suhu 60-70oC atau bila cuaca
mendukung di jemur selama 2-3 hari di bawah sinar matahari, penggilingan
(Grinding) TDT dan diayak hingga homogen, proses terakhir dilakukan uji
proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien.
Dalam proses pembuatan pakan, menimbangan bahan-bahan pakan sesuai
dengan formulasi perlakuan, dan pencampuran semua bahan baku hingga
homogen. Proses selanjutnya adalah pencetakan pakan sesuai dengan bukaan
mulut ikan nila merah, pengeringan dengan penjemuran selama tiga hari. Proses
terakhir yaitu analisa proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi formulasi
20 Persiapan tempat pemeliharaan meliputi : pembersihan dan pengeringan
akuarium, pengaturan tata letak, penyiapan aerasi dan pengisian air. Setiap
akuarium diisi air sebanyak 30 liter dan diberi aerasi. Sebelum digunakan, air
tersebut ditampung dalam bak tandon dan diberi aerasi selama 24 jam. Ikan uji
yang digunakan dalam penelitian adalah ikan nila merah yang berasal dari petani
ikan di Natar Lampung dengan bobot rata-rata 4±0,4 gram. Ikan uji ini terlebih
dahulu diaklimatisasi selama 3 hari untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.
2.4.2. Pelaksanaan
Benih ikan nila merah ditebar dalam akuarium sebanyak 15 ekor.
Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari dengan pemberian pakan dengan feeding
rate (FR) 5% dari bobot tubuh sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00 WIB
13.00 WIB dan 17.00 WIB. Selama masa pemeliharaan dilakukan sampling atau
pengukuran berat benih ikan nila setiap 10 hari sekali. Pada saat pemeliharaan,
feses ikan nila merah diambil dengan cara disipon dan dikeringkan setelah itu
ditimbang untuk mengetahui sisa pakan.
2.4.3. Pengamataan
Selama penelitian berlangsung parameter yang diamati yaitu: pertumbuhan
mutlak, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, efisiensi pakan dan
21
2.4.3.1. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir
pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak
dapat dihitung dengan rumus Effendi (1997).
� = � – ��
Keterangan :
Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt : Bobot rata-rata akhir (g)
Wo : Bobot rata-rata awal (g)
2.4.3.2. Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld
et al (1991).
= � − ��
Keterangan :
GR : Laju pertumbuhan harian (g/hari)
Wt : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (g)
Wo : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (g)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
2.4.3.3. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup
dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan
22 � � � � � = �
��x 100 %
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan akhir (ekor)
No : Jumlah ikan awal (ekor)
2.4.3.4. Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan ditentukan berdasarkan selisih bobot biomassa benih ikan
saat penimbangan (Wt) dan biomassa benih ikan yang mati (Wm) dengan bobot
biomassa awal (Wo) dan dibandingkan dengan jumlah pakan (F) yang
telahdimakan sampai saat penimbangan. Untuk menghitung efisiensi pakan
digunakan rumus Zonneveld et a (1991).
Keterangan :
EP : Efisiensi Pakan (%)
Wt : Bobot akhir pemeliharaan (g)
Wm : Bobot ikan mati (g)
Wo : Bobot awal pemeliharaan (g)
F : Jumlah pakan yang dihabiskan
2.4.3.5. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang ukur selama penelitian adalah pH, Suhu,
oksigen terlarut (DO) yang diukuar setiap 10 hari, sedangkan amoniak (NH3)
diukur pada tengah, dan akhir pemeliharaan.
23
2.4.4. Analisis Data
Pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan dianalisis dengan
mengunakan analisis ragam (Annova). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda
nyata, maka akan dilakukan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan selang
Roadmap Penelitian
a. Pembuatan tepung daging dan tulang (TDT)
Pengukusan (Steam) e. Pencetakan pakan sesuai ukuran mulut
f. Pengeringan dengan penjemuran hingga kering g. Pengujian proksimat b. Pengisian air dan pemberian aerasi
a. Air sumur tanah
b. Air diendapkan dan diareasi selama 2-3 hari
Persiapan Ikan Uji
a. Strain ikan nila merah
b.Benih berasal dari petani ikan yang ada di Natar, Lampung c. Bobot tubuh 4±0,4 gram
d.Jumlah 15 ekor/akuarium
e. Aklimatisasi ikan uji di aquarium dan diberi pakan komersil
PELAKSANAAN PENELITIAN
a. Pemberian pakan
Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pukul 08.00, 13.00, 17.00 WIB dengan feeding rate 5% dari bobot ikan
b. Penyiponan setiap pagi sebelum pemberian pakan
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pengunaan TDT dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan dengan proporsi pakan
TDT sebesar 35%. Pakan E (TDT 35%) memperlihatkan hasil terbaik dengan
pertumbuhan mutlak sebesar 10,34 g, laju pertumbuhan harian sebesar 0,17 g/hari
dan efisinsi pakan 44,37% terhadap pertumbuhan ikan nila merah (O. niloticus)
dengan kelangsungan hidup rata-rata 97,3%.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan
mengenai penambahan TDT dalam pakan buatan pada spesies ikan yang berbeda.
38
DAFTAR PUSTAKA
Abizar M dan Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosiavogelii J.D. Hooker (Leguminosae) danekstrakbuah Piper cubeba L. (Piperaceae) terhadap larva Crocidolomiapavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop 10:1-12. Affandi, R., D.S.,Sjafei, Rahardjo, M.F., dan Sulistiono.1992. Iktiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudidayaan, IPB.
Adelina, Mokoginta, I., Affandi, R., Jusadi, D. 2000. Pengaruh kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum. J.II.Pert.Indo.Vol 9(2).
Affandi, R., DS Sjafei, Rahardjo, M. F., dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.
Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 2005.Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 148 Hal.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gamedia Pustaka Utama. Jakarta. 337 hal.
Anonim. 2012. Air. Dikutipdarihttp://id.wikipedia.org/wiki/Air . Pada tanggal 27 Juni 2012
Anonim. 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Pertanian. 47 halaman.
Arief, M., Mufidah dan Kusriningrum. 2008. Pengaruh Pertambahan Probiotik Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Ikan Nila GIFT (Oreochromi sniloticus).Berkala Ilmiah Perikanan,3 (2)
Bardach, J. E., Ryther., J. H.,and Larney.,W. O. 1972. Aquaculture : The Farming and Husbandary of Freshwater and Marine Organism. John Willey and Son. New York. 868 pp
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co. Birmingham, Alabama
39 Cholik, F., Jagatraya, A., Poernomo, R., dan Jauzi. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT. Victoria Kreasi Mandiri : Jakarta. Hal 176-180.
Chou, B. S., dan Shiau, S. Y. 1996. Optimal Dietary Lipid Level for Growth of Juvenile Hybrid Tilapia Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus in Nutrien Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing. New York.USA
Djajasewaka, H. Y. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hal.
Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 Hal.
Effendi. M. I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 Hal.
Fitzsimmons, K. 1997. Introduction to Tilapia Nutrition in Tilapian Aquaculture. Proceeding From the Fourth Internetional Symposium on Tilapia Aquaculture. Orlando, Florida Vol (1) : 9 – 12 Guillaume, Jean. et al. 1999. Nutrition and Feeding of Fish and Crustaceans. Praxis Publishing Ltd. INRA,IFREMER. Chichester,UK
[FHO] Food and Agriculture Organization. 2008. Cultured Aquatic Species
Information Programme.
Htt:;//www.fao.org/fishery/culturedspecies/Cherax_quadricrinatus/en.
Furuichi M. 1988. Fish nutrition. pp. 1-78. In. Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture, JICA textbook, the General Aquaculture Course. Tokyo. Kanagawa International Fisheries Training Center.
Guillaume and Jean. et al. 1999. Nutrition and Feeding of Fish and Crustaceans. Praxis Publishing Ltd. INRA,IFREMER. Chichester,UK
Ghufran, M. 2009. Budidaya Perairan. PT Citra Aditya Bakti: Bandung .964 hal.
Gusrina. 2000. Budidaya ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta 355 hal.
Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Academic Press, Inc. California.822 pp
Hasibuan, R. D. 2007. Penggunaan Meat Bone Meal (MBM) Sebagai Bahan Substitusi Tepung Ikan Dalam Pakan Ikan Patin Pangasius sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor
Hendriks, W. H., Butts. C. A., Thomas. D. V., James. K. A. C., Morel. P. C. A., and Verstegen. M. W. A. 2002. Nutritional quality and variation of meat and bone meal. Asian-Australian J. of. Anim. Sci. 15 (10): 1371-1522.
40 Khairuman dan Amri, K. 2003. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta Smallcrab.com. 2012. kandungan nutrisi bahan baku nabati pakan ikan. http://www.smallcrab.com/forex/495-kandungan-nutrisi-bahan-baku-nabati-pakan-ikan
KKP. 2010. Kelautan dan perikanan dalam angka 2009. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. An A VI Book. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. 260 pp
Maeda. 1985. Studies on the physiology of shell formation in molluscan larvae, with special ´reference to Crepidula fornicata. PhD Thesis, University of Southampton, UK, 155 pp.
Millamena, O. M., Relicado M. C., and Felicitas P. P. 2002. Nutrition in Tropical Aquaculture. Southeast Asian Fisheries Development Center. Tigbauan, Iloilo, Philippines
Miles, R. D., and J. P. Jacob. 2003. Using Meat and Bone Meal in Poultry Diets. Journal. The Animal Science Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.
Merantica, W. 2007. Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
National Research Council [NRC]. 1993. Nutrient Requirements of Fish Subcomittee on Fish Nutrition, National Research Council. National Academies Press (USA). 124 pp. http://www.nap.edu/catalog/2115.html.
Parson, C., Castanon. M.F., and Han. 1997. Protein and Amino Acid Quality of MBM. Poultry Science. P.361-368
Pescod, M. B. 1973. Investigation OF Rational Efflient and Stream Standards for Tropical Countries.AIT. Bangkok
Pompma, T., and Maseer. M. 1999. Tilapia life history and biology. Southern Regional Aquaculture Center.SRCA Publication. No. 283
Scott, M. L., Nesheim M. C., and Young. R. J. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M.L Scott and Associates Ithaca. New York
Stickney and Robert R. 1993. Culture of Nonsalmonid Freshwater Fishes. Second Edition. CRC Press Inc. Florida
41 Sucipto, A .2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.
Sugianto, G. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Manggot Terhadap Pertumbuhan dan Efesiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (O. Gouramy) [skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor
Suyanto. S. R, 1994. Nila. Penerbit Swadaya. Jakarta, 105 halaman.
Syaripudin. 2008. Pendederan dan Teknik Adaptasi Ikan Nila ke Air Payau. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee-NAD. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Watanabe, T., Kiron. V. dan Satoh. S. 1997. Trace Minerals in Fish Nutrition. Aquaculture, 151 : 185-207.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Text Book. The General Aquaculture Course. Departemen of Aquaculture Bioscience. Tokyo University of Fisheries
Webster, C. D., and Lim. C. E. 2002. Nutrien Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing, New York.
Zakaria, M. W. 2003. Pengaruh Suhu Media Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nilem (Osteochilus hasselti, C.V.) Hingga Umur 35 Hari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.