• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERCERITA BERDASARKAN PENGAMATAN LINGKUNGAN SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERCERITA BERDASARKAN PENGAMATAN LINGKUNGAN SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

KETERAMPILAN BERCERITA BERDASARKAN

PENGAMATAN LINGKUNGAN SISWA

KELAS V SD NEGERI 4

METRO SELATAN

Oleh

AGUNG SAPUTRA

Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan keterampilan

bercerita siswa melalui penerapan pendekatan

Cooperative Learning Type Group

Investigation

berdasarkan pengamatan lingkungan siswa kelas V SD Negeri 4

Metro Selatan.

Rancangan atau jenis dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau

Classroom Action Research

(CAR) yang dilaksanakan berdasarkan kajian dan

tindakan secara kolaboratif, partisipatif, dan reflektif dalam situasi yang alamiah,

melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Analisis data

yang digunakan adalah deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif.

Hasil penelitian dapat dilihat berdasarkan aktivitas dan keterampilan bercerita

siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dengan kriteria

ketuntasan 75% secara klasikal. Pada siklus I diperoleh persentase (61,76%),

terjadi peningkatan sebesar (11,77%) pada siklus II menjadi (73,53%), terjadi

peningkatan sebesar (11,76%) pada siklus III menjadi (85,29%). Rata-rata kinerja

guru pada siklus I (56,15), siklus II (75,63), dan siklus III (86,15). Keterampilan

bercerita siswa juga mengalami peningkatan setiap siklusnya yaitu siklus I

(58,82%), dengan peningkatan (11,77%) di siklus II menjadi (70,59%), dan terjadi

peningkatan (11,76%) pada siklus III menjadi (82,35%).

(2)

PENERAPAN PENDEKATAN

COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP

INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

KETERAMPILAN BERCERITA BERDASARKAN

PENGAMATAN LINGKUNGAN SISWA

KELAS V SD NEGERI 4

METRO SELATAN

Oleh

AGUNG SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Halaman

DAFTAR TABEL

...

i

DARTAR GAMBAR

...

ii

DAFTAR GRAFIK

...

iii

DAFTAR LAMPIRAN

...

iv

I.

PENDAHULUAN

...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Identifikasi Masalah ...

5

1.3 Pembatasan Masalah ...

5

1.4 Rumusan Masalah ...

5

1.5 Tujuan Penelitian ...

6

1.6 Manfaat Penelitian ...

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

...

9

2.1 Belajar ...

9

2.1.1 Pengertian Belajar ...

9

2.1.2 Pengertian Aktivitas Belajar ...

11

2.1.3 Pengertian Bahasa ...

12

2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan

KTSP ...

12

2.1.5 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ...

13

2.2 Bercerita ...

14

2.2.1 Keterampilan Bercerita ...

14

2.2.2 Tujuan Bercerita...

16

2.2.3 Manfaat Bercerita...

17

2.2.4 Bercerita Sebagai Aspek Keterampilan Berbicara ...

18

2.2.5 Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan ...

20

2.3

Cooperative Learning Type Group Investigation

...

21

2.3.1 Pengertian Pendekatan

Cooperative Learning

...

21

2.3.2 Pengertian Pendekatan

Cooperative Learning Type Group

Investigation

...

21

(4)

2.3.7 Pembelajaran Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pendekatan

Cooperative Learning Type Group Investigation

...

30

2.4

Hipotesis Tindakan ...

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

...

32

3.1 Jenis Penelitian ...

32

3.1.1 Setting Penelitian ...

33

3.1.1.1 Subjek Penelitian ...

33

3.1.1.2 Tempat Penelitian ...

34

3.1.1.3 Waktu Penelitian...

34

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data...

34

3.1.3 Alat Pengumpul Data ...

34

3.1.4 Teknik Analisis Data...

35

3.2 Indikator Keberhasilan ...

37

3.3 Prosedur Tindakan...

37

3.3.1 Siklus I ...

37

3.3.2 Siklus II ...

40

3.3.3 Siklus III...

43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

...

46

4.1 Hasil Penelitian ...

46

4.1.1 Profil SD Negeri 4 Metro Selatan ...

46

4.1.2 Prosedur Penelitian ...

47

4.1.3 Hasil Penelitian ...

48

4.1.4 Kegiatan Pembelajaran Siklus I, II, dan III ...

50

4.1.4.1 Siklus I ...

50

a. Siklus I Pertemuan 1...

50

b. Siklus I Pertemuan 2 ...

56

4.1.4.2 Siklus II ...

65

a. Siklus II Pertemuan 1 ...

65

b. Siklus II Pertemuan 2 ...

70

4.1.4.3 Siklus III...

79

a. Siklus III Pertemuan 1 ...

79

b. Siklus III Pertemuan 2...

83

4.2 Hasil Analisis Siklus I, II, dan III ...

91

4.2.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran...

91

4.2.2 Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ...

94

(5)

4.2.3 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa dalam Proses

Pembelajaran ...

102

V. SIMPULAN DAN SARAN

...

104

5.1 Simpulan ...

104

5.2 Saran...

105

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Kegiatan pembelajaran

Group Investigation

... 25

4.1 Data guru SD Negeri 4 Metro Selatan ... 47

4.2 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 1 ... 53

4.3 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan 1... 55

4.4 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 2... 58

4.5 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan 2 ... 60

4.6 Hasil Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan

Siswa dalam Penerapan Pendekatan

Cooperative Learning Type Group

investigation

Siklus I ... 61

4.7 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 1 ... 67

4.8 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan 1... 69

4.9 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 2 ... 72

4.10 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan 2... 73

4.11 Hasil keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan

siswa dalam penerapan pendekatan

Cooperative Learning Type Group

Investigation

Siklus II ... 75

4.12 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus III pertemuan 1... 81

4.13 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus III pertemuan 1 . 82

4.14 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus III pertemuan 2... 85

4.15 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus III pertemuan 2 . 88

4.16 Hasil keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan

siswa dalam penerapan pendekatan

Cooperative Learning Type Group

Investigation

Siklus III ... 89

4.17 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus I, II, dan III ... 92

4.18 Rekapitulasi kinerja guru dalam proses pembelajaran pada siklus I, II,

dan III ... 94

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

Halaman

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian...

110

2. Penelitian Pendahuluan ...

111

3. Izin Penelitian...

112

4. Surat Keterangan Penelitian SD Negeri 4 Metro Selatan ...

113

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat...

114

6. Silabus ...

115

7. Daftar Hadir Siswa Siklus I...

117

8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I...

118

9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1...

126

10. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2...

127

11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I...

130

12. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa Siklus I ...

132

13. Daftar Hadir Siswa Siklus II ...

135

14. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II...

136

15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ...

142

16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ...

143

17. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ...

146

18. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa Siklus II...

148

19. Daftar Hadir Siswa Siklus III...

151

20. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III ...

152

21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ...

159

22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ...

160

23. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus ...

163

24. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa Siklus III ...

165

25. Hasil Kerja Siswa Siklus I...

168

26. Hasil Kerja Siswa Siklus II ...

170

27. Hasil Kerja Siswa Siklus III ...

173

(10)

MOTTO

Success will not be worth if it’s spoken, but it would be worth if it’s done, so stand

up and finish what you started!

(The Biggest Loser)

Kesuksesan tidak akan bernilai jika diucapkan, tetapi akan bernilai jika

dikerjakan, jadi bangunlah dan selesaikan apa yang kamu mulai!

(The Biggest Loser)

Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin.

(Napoleon)

Menjadi diri sendiri adalah modal dasar untuk menentukan tingkat kematangan

suatu pemikiran, dan untuk berkaca serta mengetahui siapa diri kita sebenarnya.

(11)

MENGESAHKAN

1.

Tim penguji

Ketua

: Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd.

Sekretaris

: Dra. Asmaul Khair, M. Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing

: Drs. Siswantoro, M. Pd.

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(12)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa

: Agung Saputra

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0713053003

Program Studi

: S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan

: Ilmu Pendidikan

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lokasi Penelitian

: SD Negeri 4 Metro Selatan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:

“Penerapan Pendekatan

Cooperative Learning Type Group Investigation untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pengamatan

Lingkungan Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan” adalah asli hasil

penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan

disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebaik-baiknya dan

apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup

dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.

Metro, 03 Juni 2012

Yang membuat pernyataan,

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Bismillahhirahmaannirrahiim

Segala puji bagi Tuhan Pencipta Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah- Nya.

Kupersembahkan karya ini

Sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta

Yang telah mendidikku sejak kecil dan tiada pernah kenal lelah memberi

semangat dan mendoakan anak-anaknya,

Kedua kakakku

Yang selalu memberikan semangat dan yang mampu menghadirkan keceriaan

serta selalu menjadi teman terbaikku dalam suka maupun duka,

Keponakanku (Adib Syifa Nurseto, Getar Hadi Wijaya, Maya Tara Salsabila)

yang selalu membuat hari-hariku penuh dengan canda tawa yang merupakan

semangat bagiku untuk maju

Tri Ayu Wulandari yang selalu memberikan

motivasi, bantuan, dan semangat untukku

Serta

(14)

Judul Skripsi : Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Type

Group Investigation untuk Meningkatkan Aktivitas

dan Keterampilan Bercerita Berdasarkan

Pengamatan Lingkungan Siswa Kelas V SD Negeri

4 Metro Selatan

Nama Mahasiswa

: Agung Saputra

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053003

Program Studi

: S-1 PGSD

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1.

Komisi Pembimbing

Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd.

NIP 19551222 197903 1 003

Dra. Asmaul Khair, M. Pd.

NIP 19520919 197803 2 002

2.

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(15)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehinggga skripsi dengan judul “Penerapan Pendekatan

Cooperative Learning

Type Group Investigation

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan

Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan Siswa Kelas V SD Negeri 4

Metro Selatan” telah diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan,

bimbingan, motivasi, doa, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S., selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

melanjutkan pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

2.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dan dukungan

yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.

3.

Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan yang telah memberi kesempatan dan kemudahan kepada

peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan

(16)

dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5.

Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang telah

banyak membantu, dan memberikan saran serta waktu kepada peneliti

selaku mahasiswa PGSD UPP Metro.

6.

Bapak Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, saran terbaik dan waktunya demi

kesempurnaan skripsi ini.

7.

Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membantu, membimbing, memberikan saran, serta mencurahkan

waktunya dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik dan benar.

8.

Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah

banyak memberikan arahan, saran-saran, dan masukan kepada peneliti

dalam menyelesaikan skripsi.

9.

Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membantu, membimbing, memberikan arahan dan masukan terhadap

pengajuan judul skripsi.

10.

Ibu Etik, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 4 Metro Selatan yang telah

mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

11.

Ibu Siti Asia AN, A. Ma., selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia

kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan yang telah bersedia menjadi teman

(17)

13.

Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha (TU) khususnya Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atas bantuan yang diberikan.

14.

Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan baik moral maupun

material selama ini.

15.

Teman-teman terbaikku, Hengki, Adi, Anto, Raendy, Mulat, Lusi, Desi,

terima kasih atas doa dan bantuannya serta motivasi yang diberikan dalam

penelitian yang peneliti laksanakan.

16.

Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

angkatan 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

17.

Siswa-siswi kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan Kota Metro atas

partisipasi, dukungan dan doanya.

Peneliti berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan

dari Allah SWT. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan, ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik ataupun dari peserta didik. Untuk pelaksanaan pembentukan moral suatu bangsa yang baik perlu adanya kesadaran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, guru atau pendidik, lingkungan masyarakat, orang tua, dan dari peserta didik itu sendiri.

Dalam UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2009: 7).

(19)

model-model pembelajaran di semua mata pelajaran mulai dari kelas rendah sampai dengan kelas tinggi. Pendidikan bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya, karena pada dasarnya pembelajaran bahasa Indonesia ini menekankan pada aktivitas belajar siswa menjadi aktif dan kreatif. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai sehingga siswa menjadi aktif dan kreatif, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ini tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan dan saling melengkapi.

Demi tercapainya pembelajaran yang optimal, perlu diadakan kegiatan pembelajaran yang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara aktif dan kreatif tanpa adanya rasa tertekan sehingga menimbulkan kegiatan pembelajaran yang efektif. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation (GI).

(20)

2007: 4) bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dengan bercerita siswa dapat mengungkapkan atau menyampaikan perasaan sesuai dengan apa yang dialaminya serta ungkapan kemauan dan keinginan untuk berbagi pengalaman yang diperolehnya. Melalui keterampilan bercerita, peserta didik memperoleh manfaat yaitu meningkatkan keterampilan berkomunikasi secara lisan dan mengembangkan keterampilan berbicara dengan baik.

Guru sebagai pendidik harus mengoptimalkan kemampuannya untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki anak. Upaya mengoptimalkan kemampuan ini akan menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada indikator pembelajaran dan hasil pembelajaran secara efektif.

Menurut Dworeztky (dalam Suwarjo, 2008: 3) potensi anak dapat dikembangkan melalui potensi berpikir, potensi kebahasaan, potensi moral, dan potensi sosiokultural. Jika guru dapat memanfaatkan potensi-potensi tersebut secara baik, terbuka, dan terarah, kelak, anak didik akan menjadi manusia yang berpengetahuan dan berbudi pekerti luhur.

(21)

rendah, sebagian besar siswa kurang berani bercerita di depan kelas dan masih diwarnai rasa takut atau malu yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa, yaitu masih terdapat 8 dari 16 siswa dengan nilai rata-rata 44,43 atau 50% siswa yang belum tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Dalam pembelajaran siswa cenderung kurang memiliki partisipasi dan sikap menghargai terhadap orang lain, sehingga siswa terkesan bersifat individualis.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan metode pembelajaran yang inovatif yaitu Group Investigation yang secara kooperatif dapat membuat siswa berperan aktif dan berkreativitas dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan bercerita, khususnya keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan.

Keterampilan bercerita merupakan alternatif yang tepat untuk dilaksanakan, karena untuk memperbaiki dan meningkatkan struktur kebahasaan yang dimiliki oleh siswa. Untuk memperbaiki pembelajaran seperti ini dapat didukung dengan menggunakan sistem pembelajaran berkelompok yang menuntut siswa untuk beraktivitas dan berkreativitas serta dapat menumbuhkan rasa sosial antara teman yang satu dengan yang lain.

(22)

pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Di Kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

a. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran tidak bervariasi yang berakibat rendahnya aktivitas belajar siswa.

b. Sebagian besar siswa kurang berani bercerita di depan kelas dan masih diwarnai rasa takut atau malu.

c. Kegiatan guru dalam pembelajaran bersifat teoretis dan materi yang disampaikan secara konseptual.

d. Siswa cenderung bersifat individu dan kurang menghargai orang lain.

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar dapat terarah dan terfokus dengan cermat. Masalah tersebut difokuskan sebagai berikut:

”Penerapan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan”.

1.4 Rumusan Masalah

(23)

a. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative LearningTypeGroup Investigation pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan? b. Bagaimanakah peningkatan keterampilan bercerita siswa berdasarkan

pengamatan lingkungan melalui penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Meningkatkan aktivitas belajar melalui penerapan pendekatan Cooperative LearningTypeGroup Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan.

b. Meningkatkan keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan dengan menggunakan penerapan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(24)

a. Memberikan khasanah atau teori baru kepada peneliti dan guru tentang pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan.

b. Perbaikan yang dilakukan oleh guru tidak ditemukan orang lain melainkan oleh diri sendiri yang menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran atau yang disebut dengan theorizing by practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-constructed knowledge) berupa personal theory atau theory in use (Joni, dkk dalam Wardhani, 2007: 1.24).

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Siswa

Adapun manfaat bagi siswa dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa dapat meningkat dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan dengan menggunakan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation.

(25)

b. Manfaat bagi Guru

Adapun manfaat bagi guru dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2. Menjadi salah satu alternatif pilihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

c. Manfaat bagi Sekolah

Manfaat bagi sekolah dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation yaitu dapat:

1. Membantu menciptakan inovasi pembelajaran di kelas.

2. Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga lebih bermutu.

d. Manfaat bagi Peneliti

Dengan menggunakan pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation, peneliti dapat:

1. Menjembatani pemahaman peneliti terhadap kesenjangan teori dengan fakta empiris.

2. Meningkatkan pengetahuan mengenai konsep-konsep yang berkaitan tentang pendidikan dan pembelajaran.

3. Memotivasi untuk berfikir kritis dan kreatif.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Istilah belajar memiliki pengertian yang bermacam-macam, salah satu di

antaranya adalah Meyer (dalam Suwarjo, 2008: 35) belajar adalah

mengonstruksi perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan

dan pengalaman. Adanya pengetahuan yang dikonstruksikan, secara garis

besar tingkah laku seseorang akan berubah karena latihan dan pengalaman

yang telah diperolehnya. Sedangkan menurut Sagala (2006: 10) belajar

adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Belajar yang sesungguhnya adalah sebuah proses penemuan dan jika

ingin hal itu terjadi, maka harus membuat berbagai kondisi yang

memungkinkan penemuan itu terjadi. Semua itu meliputi waktu, kebebasan,

dan ketiadaan tekanan (Holt dalam Keong, 2006: 161). Apabila seseorang

telah belajar sesuatu, diharapkan akan berubah kesiapannya dalam

mengahadapi lingkungannya. Jadi sebenarnya belajar itu adalah bagaimana

tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman.

Dalam kegiatan pembelajaran bercerita sangat sesuai apabila

(27)

(dalam Suwarjo, 2008: 22) ”Pembelajaran kontekstual merupakan suatu

sistem pengajaran yang didasarkan pada sebuah pernyataan bahwa makna

muncul atau dibangun atas dasar hubungan antara isi dan konteks”.

Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Komalasari (2010: 7)

bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang

mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa

sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun

warga negara, dengan tujuan untuk menemukan materi tersebut dalam

kehidupannya. Dalam hal ini, guru bertugas sebagai manajer dan komando

dalam proses pembelajaran yang menguasai ilmu bidang studi sehingga

dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan motivasi siswa untuk berbagi

pengetahuan sesama teman, dapat menghubungkan apa yang diperolehnya

di kelas dengan kehidupan di dunia nyata dan menyadari arti belajar untuk

masa depannya (Owen dan Smith dalam Suwarjo, 2008: 23).

Dapat diketahui bahwa sesungguhnya belajar merupakan suatu kegiatan

yang mempunyai tujuan untuk mengubah tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Jadi seorang

pebelajar memiliki kemampuan untuk mempelajari dan menyimpulkan dari

setiap pengetahuan yang diperolehnya secara kontekstual. Secara garis besar

pengetahuan yang diperoleh tanpa disadari akan terus berkembang sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki dan bagaimana seorang pebelajar

(28)

2.1.2Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah

keaktifan, kegiatan. Menurut Meyer (2002: 90) belajar berdasar aktivitas

(BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan

memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh

tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Sedangkan Abdurrahman (dalam

Azwar, 2006: 34) aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik

kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan

belajar.

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah

kegiatan yang memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman dan

pengetahuan belajar atau sesuatu yang dilakukan seseorang untuk

menghasilkan perubahan tentang pengetahuan, nilai, sikap, dan

keterampilan sehingga menjadikan manusia yang mandiri dalam segala

aspek kehidupan. Secara kooperatif, aktivitas belajar siswa diperoleh

melalui kegiatan berkelompok yang terbentuk secara heterogen.

Untuk mewujudkan aktivitas belajar yang baik dalam keterampilan

bercerita, maka harus memperhatikan aspek-aspek yang menunjangnya.

Adapun aspek yang harus diperhatikan adalah kreativitas, motivasi,

kesungguhan, gagasan, diskusi kelompok dan aktivitas (Adaptasi dari

Suherni, 2008: 15).

Jadi pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan apa yang

telah dipelajari dan digali bersama teman sejawatnya dan siswa dapat

(29)

2.1.3 Pengertian Bahasa

Bahasa adalah bunyi yang dikeluarkan oleh alat indra yang mempunyai

arti (Tukan, 2006: 3). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007: 100) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang

dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama,

berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang

baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. Secara harfiah bahasa adalah

sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk berinteraksi di

dalam kehidupan sehari-hari yang berfungsi untuk mengidentifikasikan diri

dan sebagai alat komunikasi antarsesama. Sedangkan untuk bahasa

Indonesia pertama kali disahkan sebagai bahasa persatuan Republik

Indonesia sejak tanggal 28 Oktober 1928 (Kongres Pemuda II).

2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP

Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah belajar

berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan

maupun tulis (Depdikbud dalam http: //webcache. Googleuser content. com/

search?: endonesa. wordpress. com/ ajaran pembelajaran/ pembelajaran

bahasa Indonesia/ pengertian pembelajaran bahasa Indonesia di SD www.

google. co. Id).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan

bahwa beban belajar untuk pendidikan dasar menggunakan jam

pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka,

(30)

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh

peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap

muka, penguasaan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstrukur. Semua

itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan

memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Untuk SD/MI/SDLB

beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran adalah berlangsung

selama 35 menit (Mulyasa, 2007: 83).

Dalam pendidikan umum, struktur kurikulum khususnya sekolah dasar

(SD) harus meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu

jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan kelas

VI. Untuk kelas tinggi pada sekolah dasar khususnya kelas IV, V, dan VI

pada mata pelajaran bahasa Indonesia alokasi waktu yang diberikan adalah

5 jam pembelajaran dalam satu minggu (Mulyasa, 2007: 52).

Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

Indonesia, sekolah harus memperhatikan aturan-aturan yang telah

ditentukan seperti efisiensi waktu yang digunakan dan hal-hal yang harus

diperhatikan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

2.1.5 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar menurut

Depdiknas (2006: 2.6) adalah sebagai berikut:

1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

(31)

2. Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi

serta menggunakanya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam

tujuan.

3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan

sosial.

4. Siswa memiliki kedisiplinan dalam berpikir dan berbahasa.

5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

mengembangkan kepribadian, mempunyai wawasan kehidupan,

meningkatkan kemampuan berbahasa.

6. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai

khasanah budaya dan intelektual.

Dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas, guru sebagai

pendidik harus dapat mewujudkannya karena untuk menumbuhkan rasa

cinta dan bangga terhadap bahasa Indonesia kepada siswa serta siswa dapat

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan ejaan

yang telah disempurnakan. Jadi dalam aplikasinya, siswa menggunakan

bahasa Indonesia dengan santun dan dapat memaknai indahnya berbahasa

Indonesia.

2.2Bercerita

2.2.1 Keterampilan Bercerita a. Pengertian Bercerita

Bercerita merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan

(32)

pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2007: 210) bercerita adalah menuturkan cerita.

Sedangkan menurut Tarigan (1981: 35) bercerita merupakan salah satu

keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi

kepada orang lain.

b. Keterampilan Bercerita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1180) keterampilan

adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Muttaqin (dalam http:

saiful mmuttaqin. blogspot. com/ 2008/ 01/ pembelajaran- keterampilan.

html), keterampilan adalah memiliki keahlian yang dapat bermanfaat

bagi masyarakat. Selain itu Muttaqin (dalam http: saiful mmuttaqin.

blogspot. com/ 2008/ 01/ pembelajaran- keterampilan. html) pengertian

keterampilan dalam konteks pembelajaran adalah usaha untuk

memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi

permasalahan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan suatu

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan

yang bermanfaat dan usaha untuk memperoleh pemecahan terhadap

suatu masalah yang dihadapi.

Menurut Hairuddin (2007: 3.12) keterampilan bercerita menuntun

siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa

dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai

pendengar dan untuk berperilaku menarik. Hal ini ditegaskan oleh

(33)

yang kuat dan menghibur, memberikan pengalaman kepada siswa untuk

mengenal ritme, intonasi dan pengimajinasian serta nuansa bahasa.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

bercerita adalah suatu kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki oleh

seseorang dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada orang

lain supaya pengertian dan makna yang disampaikan menjadi jelas.

2.2.2 Tujuan Bercerita

Dalam pelaksanaan pembelajaran, bercerita mempunyai tujuan-tujuan

yang akan disampaikan. Ramawati (dalam http://id.shvoong.com),

memberikan beberapa tujuan dari bercerita sebagai berikut: (1) agar anak

dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, (2) mendidik akhlak, (3) melatih

daya tangkap, dan (4) melatih berkonsentrasi. Pendapat ini ditegaskan oleh

Guranti (2004: 107) tujuan bercerita adalah untuk, (a) menanamkan

nilai-nilai pendidikan yang baik, (b) melatih daya tangkap dan daya berpikir, (c)

melatih daya konsentrasi, (d) membantu perkembangan fantasi, (e)

menciptakan suasana menyenangkan di kelas, (f) membantu pengetahuan

siswa secara umum, (g) mengembangkan imajinasi, dan (h) membangkitkan

rasa ingin tahu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

bercerita secara garis besar adalah untuk menanamkan pengetahuan kepada

anak agar mampu berbicara, mengemukakan pendapat, menumbuhkan

keberanian dan melatih intelegensi anak untuk berpikir lebih terarah dengan

(34)

2.2.3 Manfaat Bercerita

Manfaat bercerita adalah untuk meningkatkan dan mengetahui seberapa

besar kemampuan berbahasa lisan (Hartadi, 1994: 60). Hidayati (dalam http:

//niahidayati. net./ manfaat- cerita- bagi- kepribadian- anak. html)

memberikan beberapa manfaat bercerita bagi anak. Secara rinci manfaat

tersebut sebagai berikut.

1. Mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosakata

anak. Kata-kata baru yang didengar melalui dongeng akan semakin

memperkaya kosakata dalam berbicara, sehingga secara tidak

langsung guru telah mengajarkan perbendaharaan kata yang banyak

kepada anak melalui cerita.

2. Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan

bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih,

gembira, kesal dan lucu.

3. Memberikan efek menyenangkan, bahagia dan ceria, khususnya bila

cerita yang disajikan adalah cerita lucu.

4. Menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya

ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis

dan cerdas.

5. Dapat menumbuhkan empati dalam diri anak. Jika anak dibacakan

cerita yang menyentuh jiwa dan perasaan atau bahkan cerita yang

bersumber dari pengalaman masa kecil, kejadian-kejadian di

lingkungan sosial atau tayangan televisi yang menarik dan

(35)

anak mulai memiliki rasa empati, mulai dapat membedakan mana

yang pantas ditiru dan yang harus dijauhi.

6. Melatih dan mengembangkan kecerdasan anak. Cerita tidak saja

menyenangkan, tetapi memberikan manfaat luar biasa bagi

kecerdasan anak secara inteligen (kognitif), emosional (afektif),

spiritual dan visual anak. Secara kognitif yaitu akan mempermudah

proses pembelajaran pada anak, karena kemampuan berpikir otak

lebih mudah menyerap nilai yang terkandung dalam cerita. Secara

afektif, cerita akan mempengaruhi suasana hati dan menumbuhkan

perasaan-perasaan empati dan positif pada anak. Secara spiritual,

cerita juga bisa menggugah kesadaran rohani.

7. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.

Ketertarikan pada cerita akan membuat anak penasaran, ingin

mengetahui dan membaca buku.

8. Merupakan cara paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan,

menanamkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih

kedisiplinan.

2.2.4 Bercerita sebagai Aspek Keterampilan Berbicara

Cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau

penderitaan orang, kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh

terjadi maupun yang hanya rekaan belaka (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2007: 210). Sedangkan Rozak (2000: 47) menyatakan bahwa cerita adalah

susunan aturan yang membentangkan peristiwa yang dialami sesuatu atau

(36)

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006: 4)

menyebutkan tujuan pembelajaran bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan

merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,

budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,

berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan

menemukan serta menggunakan kemampuan yang ada dalam dirinya.

Sesuai dengan pendapat di atas, bercerita merupakan alternatif yang

tepat untuk pelaksanaan kegiatan berbicara di sekolah dasar. Dengan

bercerita maka siswa akan mampu untuk menuangkan pemikirannya dengan

cara membuat dan menyampaikannya sebagai hasil dari pembelajaran yang

dilaksanakan.

Cerita anak adalah cerita yang diciptakan untuk anak-anak, baik oleh

anak sendiri maupun orang dewasa yang termasuk tradisi lisan dalam

kesastraan yang terdiri atas beberapa larik yang dibacakan atau dinyanyikan,

isinya mencakup soal berhitung, permainan, teka-teki dan pendidikan sajak

kanak-kanak yang mempunyai nilai moral (Rozak, 2000: 161).

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa bercerita adalah kegiatan yang tepat untuk pelaksanaan keterampilan

berbicara pada anak melalui cerita anak yang merupakan suatu keterampilan

berbicara yang tertuang dalam karya sastra yang diciptakan untuk anak oleh

orang dewasa ataupun oleh anak-anak itu sendiri dalam bentuk prosa yang

(37)

untuk menumbuhkan nuansa kebahasaan yang menyenangkan dan dapat

dipahami oleh anak.

2.2.5 Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan

Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas terhadap

suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami

pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan

yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi

yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian (Pedia dalam

http://id.Wikipedia.org/ wiki/Pengamatan). Pendapat tersebut sesuai dengan

yang dikatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 35)pengamatan

adalah pengawasan terhadap perbuatan orang lain atau kesadaran yang tertuju

kepada peristiwa atau fakta tertentu sebagai metode dalam penelitian.

Sedangkan lingkungan adalah daerah atau kawasan yang termasuk di

dalamnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 675). Berdasarkan uraian

tersebut dapat diketahui lebih jelas bahwa lingkungan adalah kombinasi

antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti, tanah,

air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah

maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia

seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. (Pedia

dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan.)

Dapat disimpulkan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan adalah

suatu aktivitas kesanggupan seseorang untuk menyampaikan informasi yang

diperoleh berdasarkan pengawasan terhadap perbuatan suatu objek tertentu

(38)

2.3Cooperative Learning Type Group Investigation 2.3.1 Pengertian Pendekatan Cooperative Learning

Asal kata cooperative learning adalah cooperative yang berarti

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama, saling membantu satu dengan

yang lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Slavin (dalam Isjoni, 2010:

12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Sedangkan Lie (dalam Isjoni, 2010: 16) menyebutkan bahwa

cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu

sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bekerja dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dari uraian

yang telah disampaikan bahwa cooperative learning mempunyai arti bekerja

bersama untuk mencapai tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah

pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar siswa dalam

kelompok yang terdiri dari 4-6 orang siswa. Dalam pembelajaran kooperatif

terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran

yaitu STAD, TGT, Jigsaw, TAI dan CIRC. Sedangkan untuk metode yang

digunakan khusus untuk spesialisasi tugas adalah Group Investigation,

Co-op Co-Co-op dan Jigsaw II.

2.3.2 Pengertian Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang

umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan

(39)

kooperatif (Sharan dalam Slavin, 2010: 24). Dalam metode ini siswa bebas

untuk memilih kelompoknya sendiri yang terdiri dua sampai enam orang

anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik yang telah ditentukan dan

mempelajarinya menjadi tugas pribadi, serta melakukan kegiatan yang

diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalu

mempersentasikan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas (Slavin,

2010: 25).

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mewujudkan kegiatan belajar

mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), untuk mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa yaitu siswa tidak dapat bekerja

dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

2.3.3 Keunggulan Pembelajaran Cooperative Learning

Apabila dilihat dari aspek siswa, pembelajaran kooperatif memiliki

beberapa keunggulan, yaitu memberi peluang kepada siswa agar

mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang

diperoleh siswa belajar secara bekerjasama dalam merumuskan ke arah satu

pandangan kelompok (Macmilan dalam Isjoni, 2010: 22).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan partisipasi aktif

siswa atau kegiatan belajar yang berpusat kepada siswa (student center),

mampu bekerja dalam satu kelompok heterogen, dapat menghilangkan sifat

intimidasi, mengemukakan pendapat dan saling memberikan pendapat

(sharing ideas), menumbuhkan adanya rasa kebersamaan untuk mencapai

(40)

karena pembelajaran kooperatif memandang manusia sebagai siswa dan

makhluk sosial (homo homini socius), siswa akan lebih mendalami dan

memahami akan suatu materi pembelajaran yang diberikan karena siswa

terlibat langsung karena kegiatan tersebut dilaksanakan secara berdiskusi

atau pembelajaran oleh teman sebaya (peer teaching) dan pada akhirnya

mereka menemukan yang disimpulkan bersama secara berkelompok. Selain

itu Lonning dan Slavin (dalam Suwarjo, 2008: 29) menegaskan bahwa

strategi pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk semua siswa, semua

bidang studi, dan semua kelas pada tugas-tugas yang melibatkan konsep

pemecahan masalah.

Adapun tujuan cooperative learning menurut Ibrahim (dalam Isjoni,

2010: 27) adalah:

(a) Hasil belajar akademik,

(b) Penerimaan terhadap perbedaan individu, dan

(c) Pengembangan keterampilan sosial.

2.3.4 Model Pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation Group Investigation merupakan sebuah metode investigasi kooperatif

dari pembelajaran yang dilakukan di kelas yang menyatakan bahwa baik

domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan

nilai-nilai yang didukungnya. Dalam metode ini akan dapat

diimplementasikan apabila dalam lingkungan pendidikan mendukung dialog

interpersonal atau yang memperhatikan dimensi rasa sosial dari

pembelajaran di dalam kelas (Slavin, 2010: 215). Sebagai bagian dari

(41)

dalam maupun di luar kelas. Sumber dapat diperoleh melalui bermacam

buku, institusi, orang yang menawarkan sederetan gagasan, opini, data,

solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang

dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan

informasi supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok yang

dilanjutkan dengan siswa menentukan apa yang akan diinvestigasi untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi, sumber apa yang dibutuhkan, siapa

melakukan apa, dan bagaimana siswa menampilkan proyek yang sudah

selesai ke hadapan kelas. Peran guru adalah sekaligus sebagai

pengorganisasian lingkungan belajar dan sebagai fasilitator belajar (Thomas

dan Bidwell dalam Hamalik, 2009: 45).

Dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, guru berperan

sebagai nara sumber dan fasilitator yang bertujuan untuk membelajarkan

kepada siswa bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang sedang

berlangsung. Sebagai contoh, guru dapat memodelkan berbagai

keterampilan, seperti mendengarkan, menguraikan dengan kata-kata sendiri

(memparafrasekan), memberi reaksi tanpa menghakimi, mendorong

partisipasi, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan investigasi, topik yang dipilih dapat dikembangkan

dengan pembelajaran langsung seluruh kelas, individu di pusat-pusat

pembelajaran, atau kombinasi berbagai model. Pelajaran seperti ini dapat

disajikan sebelum, setelah, atau selama waktu kelas tersebut sedang

(42)

Adapun kegiatan guru dalam pembelajaran Group Investigation adalah

[image:42.612.155.509.165.682.2]

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kegiatan pembelajaran Group Investigation

Langkah Pembelajaran Kegiatan Guru

PENDAHULUAN Menginformasikan SK, KD, serta

Tujuan Pembelajaran. 1. Menyampaikan tujuan/memotivasi

Memunculkan rasa ingin tahu siswa. 2. Menyampaikan informasi awal Mengeksplorasi pengetahuan awal

siswa

Memberikan contoh kasus sebagai bahan investigasi

3. Mengorganisasikan siswa dalam

kelompok belajar Membimbing siswa ke kelompok belajar

Membagikan topik atau sub materi sebagai bahan investigasi kelompok

KEGIATAN INTI Membimbing siswa untuk

menginvestigasi topik 4. Membimbing, mengarahkan serta

membantu investigasi kelompok Mengajak siswa untuk berdiskusi di dalam kelompoknya

Mengamati setiap kelompok secara bergantian

Membimbing siswa agar meminta bantuan teman satu kelompok sebelum bertanya ke kelompok lain atau guru 5. Mengatur persentasi kelompok Menentukan kelompok yang

mempersentasikan hasil investigasi Mengatur jalannya diskusi dalam persentasi

Membimbing agar semua siswa terlibat aktif dalam diskusi

6. Memberikan pembelajaran langsung Mengondisikan siswa untuk menerima pembelajaran serta menyampaikan materi

Memberikan soal latihan

Memberikan kesempatan bertanya pada siswa

PENUTUP Membimbing siswa untuk menarik

kesimpulan 7. Menyimpulkan dan evaluasi

Memberikan tes hasil belajar berupa tes formatif

(43)

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Jaromelik dan Parker (dalam Isjoni, 2010: 24) cooperative

learning termasuk Group Investigation memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan, kelebihannya yaitu:

(1) saling ketergantungan yang positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan (6) memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut:

(1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Upaya untuk meminimalisasi kelemahan tersebut adalah dengan cara

guru harus menguasai materi dan mempersiapkan terlebih dahulu

perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Selain itu guru juga

harus lebih memperhatikan aktivitas siswa pada saat diskusi kelompok

berlangsung dengan cara memberikan bimbingan kepada setiap kelompok

secara intensif dan materi yang diberikan harus dibatasi, sehingga materi

tidak meluas dan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam

(44)

2.3.6 Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation

Slavin (2010: 218) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan Group

Investigation para murid bekerja melalui enam tahap, yaitu:

Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok

Dalam tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan.

Guru memberikan serangkaian permasalahan yang kemudian akan dipelajari

dan dibahas oleh siswa secara berkelompok. Tahap ini dimulai dengan

perencanaan kooperatif yang melibatkan seluruh kelas, yang dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk mencari informasi

untuk dijadikan sebuah cerita yang diperoleh dari beberapa sumber

untuk dipelajari.

b. Para siswa berkumpul dalam kelompok diskusi untuk menuliskan semua

gagasan yang diperoleh. mengidentifikasikan topik

dan mengatur murid ke dalam kelompok

merencanakan tugas yang akan dipelajari

melaksanakan investigasi menyiapkan

laporan akhir

mempersentasikan laporan

(45)

c. Perencanaan dimulai dengan menyusun hasil temuan yang telah

diperoleh secara berkelompok dengan membuat cerita dan

menyampaikannya kepada seluruh kelas.

Tahap 2: Merencanakan Tugas yang Akan Dipelajari

Dalam tahap ini, siswa memutuskan subtopik yang akan dibahas dan

bagaimana pembagian tugas yang akan dilakukan. Sebelum pembagian

tugas dilaksanakan, guru membagikan lembar fotocopy yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang dijadikan acuan untuk investigasi.

Dilanjutkan dengan siswa membagi tugas, yaitu masing-masing siswa

mengumpulkan informasi yang akan dijadikan cerita yang diperoleh

berdasarkan pengamatan lingkungan secara individu yang kemudian

dikumpulkan untuk dilakukan pembahasan secara berkelompok. Setelah

pembahasan dilaksanakan, langkah selanjutnya yaitu membuat kesimpulan

ke dalam sebuah cerita.

Tahap 3: Melaksanakan Investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat

kesimpulan berupa hasil yang berbentuk cerita.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan

(46)

Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek yang

telah dibuat dalam diskusi.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan, dan

bagaimana siswa akan membuat persentasi.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana persentasi.

Tahap 5: Mempersentasikan Laporan Akhir

a. Persentasi yang dibuat adalah dengan menceritakan hasil kerja

kelompok di depan kelas.

b. Bagian persentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara

aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan

persentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh

seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

mengenai tugas yang dikerjakan, mengenai keefektifan

pengalaman-pengalaman siswa.

b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling

(47)

2.3.7Pembelajaran Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation

Di dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita di SD,

tentunya dilaksanakan sesuai dengan standar kompetensi yaitu

mengungkapkan pikiran, pendapat, fakta, perasaan secara lisan dengan

menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau

berwawancara dengan kompetensi dasar yaitu menceritakan hasil

pengamatan atau kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar dan

berwawancara sederhana dengan nara sumber dengan memperhatikan

pilihan kata dan santun berbahasa serta menanggapi persoalan atau peristiwa

dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata

dan santun berbahasa. Di dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan,

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi

siswa dan menyajikan materi yang akan diajarkan.

Pelaksanaan keterampilan bercerita berdasarkan metode Group

Investigation adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4

sampai 5 siswa dalam satu kelompok secara heterogen.

b. Masing-masing kelompok mendapatkan tugas untuk melakukan

pengamatan, berwawancara, dan menanggapi persoalan atau peristiwa

yang terjadi di lingkungan ke dalam sebuah cerita.

c. Dari tugas yang diberikan oleh guru, pada siklus I siswa melakukan

pengamatan dan menceritakannya di depan kelas, pada siklus II siswa

melakukan kegiatan berwawancara dengan pemilik usaha di sekitar

(48)

dan disampaikan di depan kelas, dan pada siklus III siswa melakukan

kegiatan pengamatan terhadap suatu peristiwa yang diperoleh

berdasarkan pengamatan lingkungan dan disampaikan di depan kelas.

d. Setelah hasil kerja kelompok didiskusikan, langkah selanjutnya adalah

mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas melalui kegiatan

bercerita.

e. Adapun kegiatan cerita yang disampaikan, adalah: Siswa maju secara

berkelompok untuk membacakan secara bergantian cerita yang telah

dibuat. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana daya serap siswa

terhadap suatu bacaan.

2.4Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas sebagai berikut: ”Apabila guru menerapkan

Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation dalam

pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan dengan

langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan keterampilan bercerita

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan penelitian tindakan

kelas (PTK), atau Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah

penelitian yang dilakukan di kelas. Dengan menggabungkan batasan

pengertian tiga kata inti tersebut, penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

(Arikunto, 2008: 2.3).

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan

oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat (Wardhani, dkk., 2007 : 1.4).

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian ini diawali dengan

perencanaan (planning), tindakan (action), mengobservasi (observation) dan

melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai adanya peningkatan

yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan), Hopkins (dalam Arikunto,

(50)

Adapun rencana penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dalam

diagram di bawah ini:

Diadopsi dari Arikunto (2010: 17)

3.1.1 Setting Penelitian

3.1.1.1Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD

Negeri 4 Metro Selatan. Adapun siswa kelas V SD Negeri 4 Metro

Selatan tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 17 siswa yang terdiri dari

6 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS II Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan

dst

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

(51)

3.1.1.2Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan,

Jalan R. Suprapto nomor 103, Kota Metro.

3.1.1.3Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil pada tahun pelajaran

2011/2012. Waktu pelaksanaan adalah kurang lebih selama lima bulan,

yaitu bulan April sampai dengan bulan Agustus tahun 2011. Kegiatan

penelitian ini dimulai dari persiapan yaitu penyusunan proposal PTK,

diskusi, penyusunan RPP dan lembar kerja siswa secara kolaboratif dan

partisipatif dengan guru bidang studi, sampai pada tahap pelaksanaan

dan pelaporan.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan instrumen

penelitian yang dilanjutkan dengan menginterpretasi semua data yang telah

dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data aktivitas yang

dikumpulkan adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama Group

Investigation dilaksanakan. Sedangkan untuk hasil belajar, siswa diminta

untuk bercerita di depan kelas secara bergantian. Adapun penilaian yang

dilakukan menggunakan lembar panduan penilaian keterampilan bercerita.

3.1.3 Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan

(52)

selama penelitian tindakan kelas berlangsung dalam pembelajaran

bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan Cooperative

Learning type Group Investigation.

2) Tes keterampilan bercerita, instrumen ini digunakan untuk mengetahui

keberhasilan belajar yang telah dilakukan khususnya keterampilan

bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan dengan menggunakan

Cooperative Learning Type Group Investigation.

3.1.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

menganalisis data di dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan

memberikan makna secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan

masalah penelitian, yaitu tentang kinerja guru, aktivitas dan hasil belajar

siswa. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan

kemajuan kualitas belajar siswa yang sesuai dengan penguasaan materi

yang telah diajarkan.

Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase aktivitas belajar setiap siswa diperoleh dengan rumus:

NP =

SMR x 100

Keterangan:

NP = nilai yang dicari atau diharapkan

(53)

SM = skor maksimum

100 = bilangan genap

Adaptasi dari Purwanto (2008: 102)

Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran

Jumlah skor yang diperoleh

Skor Akhir = x 100

Jumlah skor maksimal

Dengan taraf keberhasilan sebagai berikut:

Tingkat keberhasilan Arti

> 86% Sangat tinggi

71-85% Tinggi

56-70% Sedang

41-55% Rendah

26-40% Sangat Rendah

(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

1) Adapun penilaian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

dalam hubungannya dengan materi yang telah diajarkan oleh guru

adalah sebagai berikut.

a. Keterampilan bercerita siswa berdasarkan pengamatan lingkungan.

Aspek yang dinilai antara lain: (a) keruntutan penggunaan bahasa,

(b) lafal dan intonasi, (c) ekspresi/penggunaan bahasa nonverbal, (d)

keutuhan isi cerita, dan (e) keberanian bercerita/penampilan

(terlampir).

(54)

Jumlah skor yang diperoleh

Skor Akhir = x 100%

Jumlah skor maksimal

(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

3.2 Indikator Keberhasilan

Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek

keterampilan bercerita dengan menggunakan pembelajaran Cooperative

Type Group Investigation dapat dikatakan berhasil apabila aktivitas dan

keterampilan bercerita siswa mengalami peningkatan minimal mencapai

75% secara klasikal (adaptasi dari Depdiknas, 2008: 5).

3.3 Prosedur Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi.

Kolaborasi yang dilaksanakan adalah antara peneliti dengan guru mata

pelajaran bahasa Indonesia. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini

adalah meningkatkan aktivitas dan keterampilan bercerita siswa dengan

menggunakan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation

pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 4 Metro

Selatan. Peneliti dan guru terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi pada tiap siklusnya (Aqib, 2009: 182).

Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi

langkah-langkah sebagai berikut:

3.3.1Siklus I

Prosedur tindakan pada siklus ini terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,

(55)

pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif dan

partisipatif antara peneliti dengan guru bidang studi.

Supaya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran cooperative learning type group investigation dapat efektif

dan efisien guru perlu memperhatikan hal-hal berikut.

1. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan, langkah-langkah yang harus d

Gambar

Tabel 2.1 Kegiatan pembelajaran Group Investigation

Referensi

Dokumen terkait

Telen Orbit Prima site Buhut menurut PP No 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja elemen 6.7 tentang kesiapan untuk menangani

Dari ketiga negara tersebut, peraturan perundang-undangan di Singapura merupakan peraturan yang mampu mengakomodir permasalahan e- commerce dan juga dapat melindungi

membahas penggunaan diksi dalam rubrik majalah. Penelitian yang dilakukan oleh Muh. Muslim membahas penggunaan diksi dalam rubrik konsultasi masalah seks di majalah KEREN

masa inisiasi akar primordia, diduga sumber karbohidrat berasal dari karbohidrat yang masih terdapat pada bahan stek sejak dilakukan penyetekan dan terus terbentuk dari hasil

minimal yang harus disampaikan pada pasien telah diatur dalam Kepmenkes RI. No.1027/Menkes/SK/IX/2004 meliputi khasiat, cara pemakaian obat,

Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk melengkapi dan memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Freedom needs equality to make a harmony. Equality in the concept of anarchism does not mean that everything should be divided in equal number. Equality means

Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah “ Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam