INVESTIGATION
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
KETERAMPILAN BERCERITA BERDASARKAN
PENGAMATAN LINGKUNGAN SISWA
KELAS V SD NEGERI 4
METRO SELATAN
Oleh
AGUNG SAPUTRA
Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan keterampilan
bercerita siswa melalui penerapan pendekatan
Cooperative Learning Type Group
Investigation
berdasarkan pengamatan lingkungan siswa kelas V SD Negeri 4
Metro Selatan.
Rancangan atau jenis dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau
Classroom Action Research
(CAR) yang dilaksanakan berdasarkan kajian dan
tindakan secara kolaboratif, partisipatif, dan reflektif dalam situasi yang alamiah,
melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Analisis data
yang digunakan adalah deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif.
Hasil penelitian dapat dilihat berdasarkan aktivitas dan keterampilan bercerita
siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dengan kriteria
ketuntasan 75% secara klasikal. Pada siklus I diperoleh persentase (61,76%),
terjadi peningkatan sebesar (11,77%) pada siklus II menjadi (73,53%), terjadi
peningkatan sebesar (11,76%) pada siklus III menjadi (85,29%). Rata-rata kinerja
guru pada siklus I (56,15), siklus II (75,63), dan siklus III (86,15). Keterampilan
bercerita siswa juga mengalami peningkatan setiap siklusnya yaitu siklus I
(58,82%), dengan peningkatan (11,77%) di siklus II menjadi (70,59%), dan terjadi
peningkatan (11,76%) pada siklus III menjadi (82,35%).
PENERAPAN PENDEKATAN
COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP
INVESTIGATION
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
KETERAMPILAN BERCERITA BERDASARKAN
PENGAMATAN LINGKUNGAN SISWA
KELAS V SD NEGERI 4
METRO SELATAN
Oleh
AGUNG SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Halaman
DAFTAR TABEL
...
i
DARTAR GAMBAR
...
ii
DAFTAR GRAFIK
...
iii
DAFTAR LAMPIRAN
...
iv
I.
PENDAHULUAN
...
1
1.1 Latar Belakang ...
1
1.2 Identifikasi Masalah ...
5
1.3 Pembatasan Masalah ...
5
1.4 Rumusan Masalah ...
5
1.5 Tujuan Penelitian ...
6
1.6 Manfaat Penelitian ...
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
...
9
2.1 Belajar ...
9
2.1.1 Pengertian Belajar ...
9
2.1.2 Pengertian Aktivitas Belajar ...
11
2.1.3 Pengertian Bahasa ...
12
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan
KTSP ...
12
2.1.5 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ...
13
2.2 Bercerita ...
14
2.2.1 Keterampilan Bercerita ...
14
2.2.2 Tujuan Bercerita...
16
2.2.3 Manfaat Bercerita...
17
2.2.4 Bercerita Sebagai Aspek Keterampilan Berbicara ...
18
2.2.5 Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan ...
20
2.3
Cooperative Learning Type Group Investigation
...
21
2.3.1 Pengertian Pendekatan
Cooperative Learning
...
21
2.3.2 Pengertian Pendekatan
Cooperative Learning Type Group
Investigation
...
21
2.3.7 Pembelajaran Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pendekatan
Cooperative Learning Type Group Investigation
...
30
2.4
Hipotesis Tindakan ...
31
III. METODOLOGI PENELITIAN
...
32
3.1 Jenis Penelitian ...
32
3.1.1 Setting Penelitian ...
33
3.1.1.1 Subjek Penelitian ...
33
3.1.1.2 Tempat Penelitian ...
34
3.1.1.3 Waktu Penelitian...
34
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data...
34
3.1.3 Alat Pengumpul Data ...
34
3.1.4 Teknik Analisis Data...
35
3.2 Indikator Keberhasilan ...
37
3.3 Prosedur Tindakan...
37
3.3.1 Siklus I ...
37
3.3.2 Siklus II ...
40
3.3.3 Siklus III...
43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
...
46
4.1 Hasil Penelitian ...
46
4.1.1 Profil SD Negeri 4 Metro Selatan ...
46
4.1.2 Prosedur Penelitian ...
47
4.1.3 Hasil Penelitian ...
48
4.1.4 Kegiatan Pembelajaran Siklus I, II, dan III ...
50
4.1.4.1 Siklus I ...
50
a. Siklus I Pertemuan 1...
50
b. Siklus I Pertemuan 2 ...
56
4.1.4.2 Siklus II ...
65
a. Siklus II Pertemuan 1 ...
65
b. Siklus II Pertemuan 2 ...
70
4.1.4.3 Siklus III...
79
a. Siklus III Pertemuan 1 ...
79
b. Siklus III Pertemuan 2...
83
4.2 Hasil Analisis Siklus I, II, dan III ...
91
4.2.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran...
91
4.2.2 Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ...
94
4.2.3 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa dalam Proses
Pembelajaran ...
102
V. SIMPULAN DAN SARAN
...
104
5.1 Simpulan ...
104
5.2 Saran...
105
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Kegiatan pembelajaran
Group Investigation
... 25
4.1 Data guru SD Negeri 4 Metro Selatan ... 47
4.2 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 1 ... 53
4.3 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan 1... 55
4.4 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 2... 58
4.5 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan 2 ... 60
4.6 Hasil Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan
Siswa dalam Penerapan Pendekatan
Cooperative Learning Type Group
investigation
Siklus I ... 61
4.7 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 1 ... 67
4.8 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan 1... 69
4.9 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 2 ... 72
4.10 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan 2... 73
4.11 Hasil keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan
siswa dalam penerapan pendekatan
Cooperative Learning Type Group
Investigation
Siklus II ... 75
4.12 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus III pertemuan 1... 81
4.13 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus III pertemuan 1 . 82
4.14 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus III pertemuan 2... 85
4.15 Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru pada siklus III pertemuan 2 . 88
4.16 Hasil keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan
siswa dalam penerapan pendekatan
Cooperative Learning Type Group
Investigation
Siklus III ... 89
4.17 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa pada siklus I, II, dan III ... 92
4.18 Rekapitulasi kinerja guru dalam proses pembelajaran pada siklus I, II,
dan III ... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat Keterangan Penelitian...
110
2. Penelitian Pendahuluan ...
111
3. Izin Penelitian...
112
4. Surat Keterangan Penelitian SD Negeri 4 Metro Selatan ...
113
5. Surat Pernyataan Teman Sejawat...
114
6. Silabus ...
115
7. Daftar Hadir Siswa Siklus I...
117
8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I...
118
9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1...
126
10. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2...
127
11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I...
130
12. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa Siklus I ...
132
13. Daftar Hadir Siswa Siklus II ...
135
14. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II...
136
15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ...
142
16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ...
143
17. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ...
146
18. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa Siklus II...
148
19. Daftar Hadir Siswa Siklus III...
151
20. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III ...
152
21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ...
159
22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ...
160
23. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus ...
163
24. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa Siklus III ...
165
25. Hasil Kerja Siswa Siklus I...
168
26. Hasil Kerja Siswa Siklus II ...
170
27. Hasil Kerja Siswa Siklus III ...
173
MOTTO
Success will not be worth if it’s spoken, but it would be worth if it’s done, so stand
up and finish what you started!
(The Biggest Loser)
Kesuksesan tidak akan bernilai jika diucapkan, tetapi akan bernilai jika
dikerjakan, jadi bangunlah dan selesaikan apa yang kamu mulai!
(The Biggest Loser)
Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin.
(Napoleon)
Menjadi diri sendiri adalah modal dasar untuk menentukan tingkat kematangan
suatu pemikiran, dan untuk berkaca serta mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
MENGESAHKAN
1.
Tim penguji
Ketua
: Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd.
Sekretaris
: Dra. Asmaul Khair, M. Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing
: Drs. Siswantoro, M. Pd.
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si.
NIP 19600315 198503 1 003
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa
: Agung Saputra
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0713053003
Program Studi
: S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan
: Ilmu Pendidikan
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lokasi Penelitian
: SD Negeri 4 Metro Selatan
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:
“Penerapan Pendekatan
Cooperative Learning Type Group Investigation untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pengamatan
Lingkungan Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan” adalah asli hasil
penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan
disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebaik-baiknya dan
apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup
dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.
Metro, 03 Juni 2012
Yang membuat pernyataan,
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Bismillahhirahmaannirrahiim
Segala puji bagi Tuhan Pencipta Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah- Nya.
Kupersembahkan karya ini
Sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta
Yang telah mendidikku sejak kecil dan tiada pernah kenal lelah memberi
semangat dan mendoakan anak-anaknya,
Kedua kakakku
Yang selalu memberikan semangat dan yang mampu menghadirkan keceriaan
serta selalu menjadi teman terbaikku dalam suka maupun duka,
Keponakanku (Adib Syifa Nurseto, Getar Hadi Wijaya, Maya Tara Salsabila)
yang selalu membuat hari-hariku penuh dengan canda tawa yang merupakan
semangat bagiku untuk maju
Tri Ayu Wulandari yang selalu memberikan
motivasi, bantuan, dan semangat untukku
Serta
Judul Skripsi : Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Type
Group Investigation untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Keterampilan Bercerita Berdasarkan
Pengamatan Lingkungan Siswa Kelas V SD Negeri
4 Metro Selatan
Nama Mahasiswa
: Agung Saputra
Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053003
Program Studi
: S-1 PGSD
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1.
Komisi Pembimbing
Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd.
NIP 19551222 197903 1 003
Dra. Asmaul Khair, M. Pd.
NIP 19520919 197803 2 002
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehinggga skripsi dengan judul “Penerapan Pendekatan
Cooperative Learning
Type Group Investigation
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan
Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan Siswa Kelas V SD Negeri 4
Metro Selatan” telah diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan,
bimbingan, motivasi, doa, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S., selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melanjutkan pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
2.
Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dan dukungan
yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.
3.
Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan yang telah memberi kesempatan dan kemudahan kepada
peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan
dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro yang telah
banyak membantu, dan memberikan saran serta waktu kepada peneliti
selaku mahasiswa PGSD UPP Metro.
6.
Bapak Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran terbaik dan waktunya demi
kesempurnaan skripsi ini.
7.
Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak membantu, membimbing, memberikan saran, serta mencurahkan
waktunya dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik dan benar.
8.
Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah
banyak memberikan arahan, saran-saran, dan masukan kepada peneliti
dalam menyelesaikan skripsi.
9.
Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu, membimbing, memberikan arahan dan masukan terhadap
pengajuan judul skripsi.
10.
Ibu Etik, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 4 Metro Selatan yang telah
mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
11.
Ibu Siti Asia AN, A. Ma., selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia
kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan yang telah bersedia menjadi teman
13.
Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha (TU) khususnya Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atas bantuan yang diberikan.
14.
Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
material selama ini.
15.
Teman-teman terbaikku, Hengki, Adi, Anto, Raendy, Mulat, Lusi, Desi,
terima kasih atas doa dan bantuannya serta motivasi yang diberikan dalam
penelitian yang peneliti laksanakan.
16.
Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
angkatan 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
17.
Siswa-siswi kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan Kota Metro atas
partisipasi, dukungan dan doanya.
Peneliti berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis,
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan, ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik ataupun dari peserta didik. Untuk pelaksanaan pembentukan moral suatu bangsa yang baik perlu adanya kesadaran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, guru atau pendidik, lingkungan masyarakat, orang tua, dan dari peserta didik itu sendiri.
Dalam UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2009: 7).
model-model pembelajaran di semua mata pelajaran mulai dari kelas rendah sampai dengan kelas tinggi. Pendidikan bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya, karena pada dasarnya pembelajaran bahasa Indonesia ini menekankan pada aktivitas belajar siswa menjadi aktif dan kreatif. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai sehingga siswa menjadi aktif dan kreatif, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ini tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan dan saling melengkapi.
Demi tercapainya pembelajaran yang optimal, perlu diadakan kegiatan pembelajaran yang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara aktif dan kreatif tanpa adanya rasa tertekan sehingga menimbulkan kegiatan pembelajaran yang efektif. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation (GI).
2007: 4) bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dengan bercerita siswa dapat mengungkapkan atau menyampaikan perasaan sesuai dengan apa yang dialaminya serta ungkapan kemauan dan keinginan untuk berbagi pengalaman yang diperolehnya. Melalui keterampilan bercerita, peserta didik memperoleh manfaat yaitu meningkatkan keterampilan berkomunikasi secara lisan dan mengembangkan keterampilan berbicara dengan baik.
Guru sebagai pendidik harus mengoptimalkan kemampuannya untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki anak. Upaya mengoptimalkan kemampuan ini akan menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada indikator pembelajaran dan hasil pembelajaran secara efektif.
Menurut Dworeztky (dalam Suwarjo, 2008: 3) potensi anak dapat dikembangkan melalui potensi berpikir, potensi kebahasaan, potensi moral, dan potensi sosiokultural. Jika guru dapat memanfaatkan potensi-potensi tersebut secara baik, terbuka, dan terarah, kelak, anak didik akan menjadi manusia yang berpengetahuan dan berbudi pekerti luhur.
rendah, sebagian besar siswa kurang berani bercerita di depan kelas dan masih diwarnai rasa takut atau malu yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa, yaitu masih terdapat 8 dari 16 siswa dengan nilai rata-rata 44,43 atau 50% siswa yang belum tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Dalam pembelajaran siswa cenderung kurang memiliki partisipasi dan sikap menghargai terhadap orang lain, sehingga siswa terkesan bersifat individualis.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan metode pembelajaran yang inovatif yaitu Group Investigation yang secara kooperatif dapat membuat siswa berperan aktif dan berkreativitas dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan bercerita, khususnya keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan.
Keterampilan bercerita merupakan alternatif yang tepat untuk dilaksanakan, karena untuk memperbaiki dan meningkatkan struktur kebahasaan yang dimiliki oleh siswa. Untuk memperbaiki pembelajaran seperti ini dapat didukung dengan menggunakan sistem pembelajaran berkelompok yang menuntut siswa untuk beraktivitas dan berkreativitas serta dapat menumbuhkan rasa sosial antara teman yang satu dengan yang lain.
pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Di Kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
a. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran tidak bervariasi yang berakibat rendahnya aktivitas belajar siswa.
b. Sebagian besar siswa kurang berani bercerita di depan kelas dan masih diwarnai rasa takut atau malu.
c. Kegiatan guru dalam pembelajaran bersifat teoretis dan materi yang disampaikan secara konseptual.
d. Siswa cenderung bersifat individu dan kurang menghargai orang lain.
1.3 Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar dapat terarah dan terfokus dengan cermat. Masalah tersebut difokuskan sebagai berikut:
”Penerapan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan”.
1.4 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative LearningTypeGroup Investigation pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan? b. Bagaimanakah peningkatan keterampilan bercerita siswa berdasarkan
pengamatan lingkungan melalui penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Meningkatkan aktivitas belajar melalui penerapan pendekatan Cooperative LearningTypeGroup Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan.
b. Meningkatkan keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan dengan menggunakan penerapan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan khasanah atau teori baru kepada peneliti dan guru tentang pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan.
b. Perbaikan yang dilakukan oleh guru tidak ditemukan orang lain melainkan oleh diri sendiri yang menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran atau yang disebut dengan theorizing by practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-constructed knowledge) berupa personal theory atau theory in use (Joni, dkk dalam Wardhani, 2007: 1.24).
2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Siswa
Adapun manfaat bagi siswa dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa dapat meningkat dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan dengan menggunakan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation.
b. Manfaat bagi Guru
Adapun manfaat bagi guru dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2. Menjadi salah satu alternatif pilihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
c. Manfaat bagi Sekolah
Manfaat bagi sekolah dengan menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation yaitu dapat:
1. Membantu menciptakan inovasi pembelajaran di kelas.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga lebih bermutu.
d. Manfaat bagi Peneliti
Dengan menggunakan pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation, peneliti dapat:
1. Menjembatani pemahaman peneliti terhadap kesenjangan teori dengan fakta empiris.
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai konsep-konsep yang berkaitan tentang pendidikan dan pembelajaran.
3. Memotivasi untuk berfikir kritis dan kreatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Istilah belajar memiliki pengertian yang bermacam-macam, salah satu di
antaranya adalah Meyer (dalam Suwarjo, 2008: 35) belajar adalah
mengonstruksi perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan
dan pengalaman. Adanya pengetahuan yang dikonstruksikan, secara garis
besar tingkah laku seseorang akan berubah karena latihan dan pengalaman
yang telah diperolehnya. Sedangkan menurut Sagala (2006: 10) belajar
adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Belajar yang sesungguhnya adalah sebuah proses penemuan dan jika
ingin hal itu terjadi, maka harus membuat berbagai kondisi yang
memungkinkan penemuan itu terjadi. Semua itu meliputi waktu, kebebasan,
dan ketiadaan tekanan (Holt dalam Keong, 2006: 161). Apabila seseorang
telah belajar sesuatu, diharapkan akan berubah kesiapannya dalam
mengahadapi lingkungannya. Jadi sebenarnya belajar itu adalah bagaimana
tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat dari pengalaman.
Dalam kegiatan pembelajaran bercerita sangat sesuai apabila
(dalam Suwarjo, 2008: 22) ”Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
sistem pengajaran yang didasarkan pada sebuah pernyataan bahwa makna
muncul atau dibangun atas dasar hubungan antara isi dan konteks”.
Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Komalasari (2010: 7)
bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun
warga negara, dengan tujuan untuk menemukan materi tersebut dalam
kehidupannya. Dalam hal ini, guru bertugas sebagai manajer dan komando
dalam proses pembelajaran yang menguasai ilmu bidang studi sehingga
dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan motivasi siswa untuk berbagi
pengetahuan sesama teman, dapat menghubungkan apa yang diperolehnya
di kelas dengan kehidupan di dunia nyata dan menyadari arti belajar untuk
masa depannya (Owen dan Smith dalam Suwarjo, 2008: 23).
Dapat diketahui bahwa sesungguhnya belajar merupakan suatu kegiatan
yang mempunyai tujuan untuk mengubah tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Jadi seorang
pebelajar memiliki kemampuan untuk mempelajari dan menyimpulkan dari
setiap pengetahuan yang diperolehnya secara kontekstual. Secara garis besar
pengetahuan yang diperoleh tanpa disadari akan terus berkembang sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki dan bagaimana seorang pebelajar
2.1.2Pengertian Aktivitas Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah
keaktifan, kegiatan. Menurut Meyer (2002: 90) belajar berdasar aktivitas
(BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan
memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh
tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Sedangkan Abdurrahman (dalam
Azwar, 2006: 34) aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik
kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan
belajar.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah
kegiatan yang memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman dan
pengetahuan belajar atau sesuatu yang dilakukan seseorang untuk
menghasilkan perubahan tentang pengetahuan, nilai, sikap, dan
keterampilan sehingga menjadikan manusia yang mandiri dalam segala
aspek kehidupan. Secara kooperatif, aktivitas belajar siswa diperoleh
melalui kegiatan berkelompok yang terbentuk secara heterogen.
Untuk mewujudkan aktivitas belajar yang baik dalam keterampilan
bercerita, maka harus memperhatikan aspek-aspek yang menunjangnya.
Adapun aspek yang harus diperhatikan adalah kreativitas, motivasi,
kesungguhan, gagasan, diskusi kelompok dan aktivitas (Adaptasi dari
Suherni, 2008: 15).
Jadi pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan apa yang
telah dipelajari dan digali bersama teman sejawatnya dan siswa dapat
2.1.3 Pengertian Bahasa
Bahasa adalah bunyi yang dikeluarkan oleh alat indra yang mempunyai
arti (Tukan, 2006: 3). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007: 100) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang
baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. Secara harfiah bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk berinteraksi di
dalam kehidupan sehari-hari yang berfungsi untuk mengidentifikasikan diri
dan sebagai alat komunikasi antarsesama. Sedangkan untuk bahasa
Indonesia pertama kali disahkan sebagai bahasa persatuan Republik
Indonesia sejak tanggal 28 Oktober 1928 (Kongres Pemuda II).
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah belajar
berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan
maupun tulis (Depdikbud dalam http: //webcache. Googleuser content. com/
search?: endonesa. wordpress. com/ ajaran pembelajaran/ pembelajaran
bahasa Indonesia/ pengertian pembelajaran bahasa Indonesia di SD www.
google. co. Id).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan
bahwa beban belajar untuk pendidikan dasar menggunakan jam
pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka,
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap
muka, penguasaan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstrukur. Semua
itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Untuk SD/MI/SDLB
beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran adalah berlangsung
selama 35 menit (Mulyasa, 2007: 83).
Dalam pendidikan umum, struktur kurikulum khususnya sekolah dasar
(SD) harus meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan kelas
VI. Untuk kelas tinggi pada sekolah dasar khususnya kelas IV, V, dan VI
pada mata pelajaran bahasa Indonesia alokasi waktu yang diberikan adalah
5 jam pembelajaran dalam satu minggu (Mulyasa, 2007: 52).
Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
Indonesia, sekolah harus memperhatikan aturan-aturan yang telah
ditentukan seperti efisiensi waktu yang digunakan dan hal-hal yang harus
diperhatikan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
2.1.5 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Adapun tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar menurut
Depdiknas (2006: 2.6) adalah sebagai berikut:
1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
2. Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi
serta menggunakanya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam
tujuan.
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan
sosial.
4. Siswa memiliki kedisiplinan dalam berpikir dan berbahasa.
5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, mempunyai wawasan kehidupan,
meningkatkan kemampuan berbahasa.
6. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khasanah budaya dan intelektual.
Dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas, guru sebagai
pendidik harus dapat mewujudkannya karena untuk menumbuhkan rasa
cinta dan bangga terhadap bahasa Indonesia kepada siswa serta siswa dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan ejaan
yang telah disempurnakan. Jadi dalam aplikasinya, siswa menggunakan
bahasa Indonesia dengan santun dan dapat memaknai indahnya berbahasa
Indonesia.
2.2Bercerita
2.2.1 Keterampilan Bercerita a. Pengertian Bercerita
Bercerita merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan
pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007: 210) bercerita adalah menuturkan cerita.
Sedangkan menurut Tarigan (1981: 35) bercerita merupakan salah satu
keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada orang lain.
b. Keterampilan Bercerita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1180) keterampilan
adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Muttaqin (dalam http:
saiful mmuttaqin. blogspot. com/ 2008/ 01/ pembelajaran- keterampilan.
html), keterampilan adalah memiliki keahlian yang dapat bermanfaat
bagi masyarakat. Selain itu Muttaqin (dalam http: saiful mmuttaqin.
blogspot. com/ 2008/ 01/ pembelajaran- keterampilan. html) pengertian
keterampilan dalam konteks pembelajaran adalah usaha untuk
memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi
permasalahan belajar.
Dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan
yang bermanfaat dan usaha untuk memperoleh pemecahan terhadap
suatu masalah yang dihadapi.
Menurut Hairuddin (2007: 3.12) keterampilan bercerita menuntun
siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa
dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai
pendengar dan untuk berperilaku menarik. Hal ini ditegaskan oleh
yang kuat dan menghibur, memberikan pengalaman kepada siswa untuk
mengenal ritme, intonasi dan pengimajinasian serta nuansa bahasa.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
bercerita adalah suatu kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada orang
lain supaya pengertian dan makna yang disampaikan menjadi jelas.
2.2.2 Tujuan Bercerita
Dalam pelaksanaan pembelajaran, bercerita mempunyai tujuan-tujuan
yang akan disampaikan. Ramawati (dalam http://id.shvoong.com),
memberikan beberapa tujuan dari bercerita sebagai berikut: (1) agar anak
dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, (2) mendidik akhlak, (3) melatih
daya tangkap, dan (4) melatih berkonsentrasi. Pendapat ini ditegaskan oleh
Guranti (2004: 107) tujuan bercerita adalah untuk, (a) menanamkan
nilai-nilai pendidikan yang baik, (b) melatih daya tangkap dan daya berpikir, (c)
melatih daya konsentrasi, (d) membantu perkembangan fantasi, (e)
menciptakan suasana menyenangkan di kelas, (f) membantu pengetahuan
siswa secara umum, (g) mengembangkan imajinasi, dan (h) membangkitkan
rasa ingin tahu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
bercerita secara garis besar adalah untuk menanamkan pengetahuan kepada
anak agar mampu berbicara, mengemukakan pendapat, menumbuhkan
keberanian dan melatih intelegensi anak untuk berpikir lebih terarah dengan
2.2.3 Manfaat Bercerita
Manfaat bercerita adalah untuk meningkatkan dan mengetahui seberapa
besar kemampuan berbahasa lisan (Hartadi, 1994: 60). Hidayati (dalam http:
//niahidayati. net./ manfaat- cerita- bagi- kepribadian- anak. html)
memberikan beberapa manfaat bercerita bagi anak. Secara rinci manfaat
tersebut sebagai berikut.
1. Mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosakata
anak. Kata-kata baru yang didengar melalui dongeng akan semakin
memperkaya kosakata dalam berbicara, sehingga secara tidak
langsung guru telah mengajarkan perbendaharaan kata yang banyak
kepada anak melalui cerita.
2. Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan
bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih,
gembira, kesal dan lucu.
3. Memberikan efek menyenangkan, bahagia dan ceria, khususnya bila
cerita yang disajikan adalah cerita lucu.
4. Menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya
ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis
dan cerdas.
5. Dapat menumbuhkan empati dalam diri anak. Jika anak dibacakan
cerita yang menyentuh jiwa dan perasaan atau bahkan cerita yang
bersumber dari pengalaman masa kecil, kejadian-kejadian di
lingkungan sosial atau tayangan televisi yang menarik dan
anak mulai memiliki rasa empati, mulai dapat membedakan mana
yang pantas ditiru dan yang harus dijauhi.
6. Melatih dan mengembangkan kecerdasan anak. Cerita tidak saja
menyenangkan, tetapi memberikan manfaat luar biasa bagi
kecerdasan anak secara inteligen (kognitif), emosional (afektif),
spiritual dan visual anak. Secara kognitif yaitu akan mempermudah
proses pembelajaran pada anak, karena kemampuan berpikir otak
lebih mudah menyerap nilai yang terkandung dalam cerita. Secara
afektif, cerita akan mempengaruhi suasana hati dan menumbuhkan
perasaan-perasaan empati dan positif pada anak. Secara spiritual,
cerita juga bisa menggugah kesadaran rohani.
7. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.
Ketertarikan pada cerita akan membuat anak penasaran, ingin
mengetahui dan membaca buku.
8. Merupakan cara paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan,
menanamkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih
kedisiplinan.
2.2.4 Bercerita sebagai Aspek Keterampilan Berbicara
Cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau
penderitaan orang, kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh
terjadi maupun yang hanya rekaan belaka (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2007: 210). Sedangkan Rozak (2000: 47) menyatakan bahwa cerita adalah
susunan aturan yang membentangkan peristiwa yang dialami sesuatu atau
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006: 4)
menyebutkan tujuan pembelajaran bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan
menemukan serta menggunakan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Sesuai dengan pendapat di atas, bercerita merupakan alternatif yang
tepat untuk pelaksanaan kegiatan berbicara di sekolah dasar. Dengan
bercerita maka siswa akan mampu untuk menuangkan pemikirannya dengan
cara membuat dan menyampaikannya sebagai hasil dari pembelajaran yang
dilaksanakan.
Cerita anak adalah cerita yang diciptakan untuk anak-anak, baik oleh
anak sendiri maupun orang dewasa yang termasuk tradisi lisan dalam
kesastraan yang terdiri atas beberapa larik yang dibacakan atau dinyanyikan,
isinya mencakup soal berhitung, permainan, teka-teki dan pendidikan sajak
kanak-kanak yang mempunyai nilai moral (Rozak, 2000: 161).
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa bercerita adalah kegiatan yang tepat untuk pelaksanaan keterampilan
berbicara pada anak melalui cerita anak yang merupakan suatu keterampilan
berbicara yang tertuang dalam karya sastra yang diciptakan untuk anak oleh
orang dewasa ataupun oleh anak-anak itu sendiri dalam bentuk prosa yang
untuk menumbuhkan nuansa kebahasaan yang menyenangkan dan dapat
dipahami oleh anak.
2.2.5 Bercerita Berdasarkan Pengamatan Lingkungan
Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas terhadap
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan
yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi
yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian (Pedia dalam
http://id.Wikipedia.org/ wiki/Pengamatan). Pendapat tersebut sesuai dengan
yang dikatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 35)pengamatan
adalah pengawasan terhadap perbuatan orang lain atau kesadaran yang tertuju
kepada peristiwa atau fakta tertentu sebagai metode dalam penelitian.
Sedangkan lingkungan adalah daerah atau kawasan yang termasuk di
dalamnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 675). Berdasarkan uraian
tersebut dapat diketahui lebih jelas bahwa lingkungan adalah kombinasi
antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti, tanah,
air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. (Pedia
dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan.)
Dapat disimpulkan bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan adalah
suatu aktivitas kesanggupan seseorang untuk menyampaikan informasi yang
diperoleh berdasarkan pengawasan terhadap perbuatan suatu objek tertentu
2.3Cooperative Learning Type Group Investigation 2.3.1 Pengertian Pendekatan Cooperative Learning
Asal kata cooperative learning adalah cooperative yang berarti
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama, saling membantu satu dengan
yang lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Slavin (dalam Isjoni, 2010:
12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Sedangkan Lie (dalam Isjoni, 2010: 16) menyebutkan bahwa
cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dari uraian
yang telah disampaikan bahwa cooperative learning mempunyai arti bekerja
bersama untuk mencapai tujuan bersama. Belajar kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar siswa dalam
kelompok yang terdiri dari 4-6 orang siswa. Dalam pembelajaran kooperatif
terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
yaitu STAD, TGT, Jigsaw, TAI dan CIRC. Sedangkan untuk metode yang
digunakan khusus untuk spesialisasi tugas adalah Group Investigation,
Co-op Co-Co-op dan Jigsaw II.
2.3.2 Pengertian Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang
umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan
kooperatif (Sharan dalam Slavin, 2010: 24). Dalam metode ini siswa bebas
untuk memilih kelompoknya sendiri yang terdiri dua sampai enam orang
anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik yang telah ditentukan dan
mempelajarinya menjadi tugas pribadi, serta melakukan kegiatan yang
diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalu
mempersentasikan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas (Slavin,
2010: 25).
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa yaitu siswa tidak dapat bekerja
dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
2.3.3 Keunggulan Pembelajaran Cooperative Learning
Apabila dilihat dari aspek siswa, pembelajaran kooperatif memiliki
beberapa keunggulan, yaitu memberi peluang kepada siswa agar
mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang
diperoleh siswa belajar secara bekerjasama dalam merumuskan ke arah satu
pandangan kelompok (Macmilan dalam Isjoni, 2010: 22).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan partisipasi aktif
siswa atau kegiatan belajar yang berpusat kepada siswa (student center),
mampu bekerja dalam satu kelompok heterogen, dapat menghilangkan sifat
intimidasi, mengemukakan pendapat dan saling memberikan pendapat
(sharing ideas), menumbuhkan adanya rasa kebersamaan untuk mencapai
karena pembelajaran kooperatif memandang manusia sebagai siswa dan
makhluk sosial (homo homini socius), siswa akan lebih mendalami dan
memahami akan suatu materi pembelajaran yang diberikan karena siswa
terlibat langsung karena kegiatan tersebut dilaksanakan secara berdiskusi
atau pembelajaran oleh teman sebaya (peer teaching) dan pada akhirnya
mereka menemukan yang disimpulkan bersama secara berkelompok. Selain
itu Lonning dan Slavin (dalam Suwarjo, 2008: 29) menegaskan bahwa
strategi pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk semua siswa, semua
bidang studi, dan semua kelas pada tugas-tugas yang melibatkan konsep
pemecahan masalah.
Adapun tujuan cooperative learning menurut Ibrahim (dalam Isjoni,
2010: 27) adalah:
(a) Hasil belajar akademik,
(b) Penerimaan terhadap perbedaan individu, dan
(c) Pengembangan keterampilan sosial.
2.3.4 Model Pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation Group Investigation merupakan sebuah metode investigasi kooperatif
dari pembelajaran yang dilakukan di kelas yang menyatakan bahwa baik
domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan
nilai-nilai yang didukungnya. Dalam metode ini akan dapat
diimplementasikan apabila dalam lingkungan pendidikan mendukung dialog
interpersonal atau yang memperhatikan dimensi rasa sosial dari
pembelajaran di dalam kelas (Slavin, 2010: 215). Sebagai bagian dari
dalam maupun di luar kelas. Sumber dapat diperoleh melalui bermacam
buku, institusi, orang yang menawarkan sederetan gagasan, opini, data,
solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan
informasi supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok yang
dilanjutkan dengan siswa menentukan apa yang akan diinvestigasi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi, sumber apa yang dibutuhkan, siapa
melakukan apa, dan bagaimana siswa menampilkan proyek yang sudah
selesai ke hadapan kelas. Peran guru adalah sekaligus sebagai
pengorganisasian lingkungan belajar dan sebagai fasilitator belajar (Thomas
dan Bidwell dalam Hamalik, 2009: 45).
Dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, guru berperan
sebagai nara sumber dan fasilitator yang bertujuan untuk membelajarkan
kepada siswa bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Sebagai contoh, guru dapat memodelkan berbagai
keterampilan, seperti mendengarkan, menguraikan dengan kata-kata sendiri
(memparafrasekan), memberi reaksi tanpa menghakimi, mendorong
partisipasi, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan investigasi, topik yang dipilih dapat dikembangkan
dengan pembelajaran langsung seluruh kelas, individu di pusat-pusat
pembelajaran, atau kombinasi berbagai model. Pelajaran seperti ini dapat
disajikan sebelum, setelah, atau selama waktu kelas tersebut sedang
Adapun kegiatan guru dalam pembelajaran Group Investigation adalah
[image:42.612.155.509.165.682.2]sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kegiatan pembelajaran Group Investigation
Langkah Pembelajaran Kegiatan Guru
PENDAHULUAN Menginformasikan SK, KD, serta
Tujuan Pembelajaran. 1. Menyampaikan tujuan/memotivasi
Memunculkan rasa ingin tahu siswa. 2. Menyampaikan informasi awal Mengeksplorasi pengetahuan awal
siswa
Memberikan contoh kasus sebagai bahan investigasi
3. Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok belajar Membimbing siswa ke kelompok belajar
Membagikan topik atau sub materi sebagai bahan investigasi kelompok
KEGIATAN INTI Membimbing siswa untuk
menginvestigasi topik 4. Membimbing, mengarahkan serta
membantu investigasi kelompok Mengajak siswa untuk berdiskusi di dalam kelompoknya
Mengamati setiap kelompok secara bergantian
Membimbing siswa agar meminta bantuan teman satu kelompok sebelum bertanya ke kelompok lain atau guru 5. Mengatur persentasi kelompok Menentukan kelompok yang
mempersentasikan hasil investigasi Mengatur jalannya diskusi dalam persentasi
Membimbing agar semua siswa terlibat aktif dalam diskusi
6. Memberikan pembelajaran langsung Mengondisikan siswa untuk menerima pembelajaran serta menyampaikan materi
Memberikan soal latihan
Memberikan kesempatan bertanya pada siswa
PENUTUP Membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan 7. Menyimpulkan dan evaluasi
Memberikan tes hasil belajar berupa tes formatif
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Jaromelik dan Parker (dalam Isjoni, 2010: 24) cooperative
learning termasuk Group Investigation memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, kelebihannya yaitu:
(1) saling ketergantungan yang positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan (6) memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut:
(1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Upaya untuk meminimalisasi kelemahan tersebut adalah dengan cara
guru harus menguasai materi dan mempersiapkan terlebih dahulu
perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Selain itu guru juga
harus lebih memperhatikan aktivitas siswa pada saat diskusi kelompok
berlangsung dengan cara memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
secara intensif dan materi yang diberikan harus dibatasi, sehingga materi
tidak meluas dan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan dalam
2.3.6 Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation
Slavin (2010: 218) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan Group
Investigation para murid bekerja melalui enam tahap, yaitu:
Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok
Dalam tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan.
Guru memberikan serangkaian permasalahan yang kemudian akan dipelajari
dan dibahas oleh siswa secara berkelompok. Tahap ini dimulai dengan
perencanaan kooperatif yang melibatkan seluruh kelas, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk mencari informasi
untuk dijadikan sebuah cerita yang diperoleh dari beberapa sumber
untuk dipelajari.
b. Para siswa berkumpul dalam kelompok diskusi untuk menuliskan semua
gagasan yang diperoleh. mengidentifikasikan topik
dan mengatur murid ke dalam kelompok
merencanakan tugas yang akan dipelajari
melaksanakan investigasi menyiapkan
laporan akhir
mempersentasikan laporan
c. Perencanaan dimulai dengan menyusun hasil temuan yang telah
diperoleh secara berkelompok dengan membuat cerita dan
menyampaikannya kepada seluruh kelas.
Tahap 2: Merencanakan Tugas yang Akan Dipelajari
Dalam tahap ini, siswa memutuskan subtopik yang akan dibahas dan
bagaimana pembagian tugas yang akan dilakukan. Sebelum pembagian
tugas dilaksanakan, guru membagikan lembar fotocopy yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang dijadikan acuan untuk investigasi.
Dilanjutkan dengan siswa membagi tugas, yaitu masing-masing siswa
mengumpulkan informasi yang akan dijadikan cerita yang diperoleh
berdasarkan pengamatan lingkungan secara individu yang kemudian
dikumpulkan untuk dilakukan pembahasan secara berkelompok. Setelah
pembahasan dilaksanakan, langkah selanjutnya yaitu membuat kesimpulan
ke dalam sebuah cerita.
Tahap 3: Melaksanakan Investigasi
a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan berupa hasil yang berbentuk cerita.
b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan
kelompoknya.
c. Para siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan
Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir
a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek yang
telah dibuat dalam diskusi.
b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan, dan
bagaimana siswa akan membuat persentasi.
c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana persentasi.
Tahap 5: Mempersentasikan Laporan Akhir
a. Persentasi yang dibuat adalah dengan menceritakan hasil kerja
kelompok di depan kelas.
b. Bagian persentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara
aktif.
c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
persentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.
Tahap 6: Evaluasi
a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,
mengenai tugas yang dikerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman siswa.
b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling
2.3.7Pembelajaran Keterampilan Bercerita Berdasarkan Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation
Di dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita di SD,
tentunya dilaksanakan sesuai dengan standar kompetensi yaitu
mengungkapkan pikiran, pendapat, fakta, perasaan secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan atau
berwawancara dengan kompetensi dasar yaitu menceritakan hasil
pengamatan atau kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar dan
berwawancara sederhana dengan nara sumber dengan memperhatikan
pilihan kata dan santun berbahasa serta menanggapi persoalan atau peristiwa
dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata
dan santun berbahasa. Di dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan,
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi
siswa dan menyajikan materi yang akan diajarkan.
Pelaksanaan keterampilan bercerita berdasarkan metode Group
Investigation adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4
sampai 5 siswa dalam satu kelompok secara heterogen.
b. Masing-masing kelompok mendapatkan tugas untuk melakukan
pengamatan, berwawancara, dan menanggapi persoalan atau peristiwa
yang terjadi di lingkungan ke dalam sebuah cerita.
c. Dari tugas yang diberikan oleh guru, pada siklus I siswa melakukan
pengamatan dan menceritakannya di depan kelas, pada siklus II siswa
melakukan kegiatan berwawancara dengan pemilik usaha di sekitar
dan disampaikan di depan kelas, dan pada siklus III siswa melakukan
kegiatan pengamatan terhadap suatu peristiwa yang diperoleh
berdasarkan pengamatan lingkungan dan disampaikan di depan kelas.
d. Setelah hasil kerja kelompok didiskusikan, langkah selanjutnya adalah
mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas melalui kegiatan
bercerita.
e. Adapun kegiatan cerita yang disampaikan, adalah: Siswa maju secara
berkelompok untuk membacakan secara bergantian cerita yang telah
dibuat. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana daya serap siswa
terhadap suatu bacaan.
2.4Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas sebagai berikut: ”Apabila guru menerapkan
Pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation dalam
pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan dengan
langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan keterampilan bercerita
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan penelitian tindakan
kelas (PTK), atau Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah
penelitian yang dilakukan di kelas. Dengan menggabungkan batasan
pengertian tiga kata inti tersebut, penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
(Arikunto, 2008: 2.3).
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardhani, dkk., 2007 : 1.4).
Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus
tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian ini diawali dengan
perencanaan (planning), tindakan (action), mengobservasi (observation) dan
melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai adanya peningkatan
yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan), Hopkins (dalam Arikunto,
Adapun rencana penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dalam
diagram di bawah ini:
Diadopsi dari Arikunto (2010: 17)
3.1.1 Setting Penelitian
3.1.1.1Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD
Negeri 4 Metro Selatan. Adapun siswa kelas V SD Negeri 4 Metro
Selatan tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 17 siswa yang terdiri dari
6 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS II Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan Perencanaan
dst
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
3.1.1.2Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan,
Jalan R. Suprapto nomor 103, Kota Metro.
3.1.1.3Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil pada tahun pelajaran
2011/2012. Waktu pelaksanaan adalah kurang lebih selama lima bulan,
yaitu bulan April sampai dengan bulan Agustus tahun 2011. Kegiatan
penelitian ini dimulai dari persiapan yaitu penyusunan proposal PTK,
diskusi, penyusunan RPP dan lembar kerja siswa secara kolaboratif dan
partisipatif dengan guru bidang studi, sampai pada tahap pelaksanaan
dan pelaporan.
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan instrumen
penelitian yang dilanjutkan dengan menginterpretasi semua data yang telah
dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data aktivitas yang
dikumpulkan adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama Group
Investigation dilaksanakan. Sedangkan untuk hasil belajar, siswa diminta
untuk bercerita di depan kelas secara bergantian. Adapun penilaian yang
dilakukan menggunakan lembar panduan penilaian keterampilan bercerita.
3.1.3 Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan
selama penelitian tindakan kelas berlangsung dalam pembelajaran
bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan Cooperative
Learning type Group Investigation.
2) Tes keterampilan bercerita, instrumen ini digunakan untuk mengetahui
keberhasilan belajar yang telah dilakukan khususnya keterampilan
bercerita berdasarkan pengamatan lingkungan dengan menggunakan
Cooperative Learning Type Group Investigation.
3.1.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
menganalisis data di dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan
memberikan makna secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan
masalah penelitian, yaitu tentang kinerja guru, aktivitas dan hasil belajar
siswa. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan
kemajuan kualitas belajar siswa yang sesuai dengan penguasaan materi
yang telah diajarkan.
Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase aktivitas belajar setiap siswa diperoleh dengan rumus:
NP =
SMR x 100
Keterangan:
NP = nilai yang dicari atau diharapkan
SM = skor maksimum
100 = bilangan genap
Adaptasi dari Purwanto (2008: 102)
Rumus analisis kinerja guru selama proses pembelajaran
Jumlah skor yang diperoleh
Skor Akhir = x 100
Jumlah skor maksimal
Dengan taraf keberhasilan sebagai berikut:
Tingkat keberhasilan Arti
> 86% Sangat tinggi
71-85% Tinggi
56-70% Sedang
41-55% Rendah
26-40% Sangat Rendah
(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)
1) Adapun penilaian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam hubungannya dengan materi yang telah diajarkan oleh guru
adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan bercerita siswa berdasarkan pengamatan lingkungan.
Aspek yang dinilai antara lain: (a) keruntutan penggunaan bahasa,
(b) lafal dan intonasi, (c) ekspresi/penggunaan bahasa nonverbal, (d)
keutuhan isi cerita, dan (e) keberanian bercerita/penampilan
(terlampir).
Jumlah skor yang diperoleh
Skor Akhir = x 100%
Jumlah skor maksimal
(Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)
3.2 Indikator Keberhasilan
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek
keterampilan bercerita dengan menggunakan pembelajaran Cooperative
Type Group Investigation dapat dikatakan berhasil apabila aktivitas dan
keterampilan bercerita siswa mengalami peningkatan minimal mencapai
75% secara klasikal (adaptasi dari Depdiknas, 2008: 5).
3.3 Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi.
Kolaborasi yang dilaksanakan adalah antara peneliti dengan guru mata
pelajaran bahasa Indonesia. Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini
adalah meningkatkan aktivitas dan keterampilan bercerita siswa dengan
menggunakan pendekatan Cooperative Learning Type Group Investigation
pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 4 Metro
Selatan. Peneliti dan guru terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi pada tiap siklusnya (Aqib, 2009: 182).
Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
3.3.1Siklus I
Prosedur tindakan pada siklus ini terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif dan
partisipatif antara peneliti dengan guru bidang studi.
Supaya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran cooperative learning type group investigation dapat efektif
dan efisien guru perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan, langkah-langkah yang harus d