• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KEPALA KELUARGA YANG MENIKAHKAN ANAK WANITANYA PADA USIA MUDA DI DESA MATARAM UDIK KECAMATAN BANDAR MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI KEPALA KELUARGA YANG MENIKAHKAN ANAK WANITANYA PADA USIA MUDA DI DESA MATARAM UDIK KECAMATAN BANDAR MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI KEPALA KELUARGA YANG MENIKAHKAN ANAK WANITANYA PADA USIA MUDA DI DESA MATARAM UDIK

KECAMATAN BANDAR MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012.

Oleh

Inggrit Artiana Devi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkawinan wanita usia muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012, dengan titik tekan kajian pada tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan pandangan hidup.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, objek penelitian ini adalah kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, sistem angket (kuesioner) dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tabel persentase sebagai dasar interpretasi dan dideskripsikan sebagai laporan penelitian.

(2)

DESKRIPSI KEPALA KELUARGA YANG MENIKAHKAN ANAK WANITANYA PADA USIA MUDA DI DESA MATARAM UDIK

KECAMATAN BANDAR MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh

Inggrit Artiana Devi 0853034022

Pembimbing I : Drs. Buchori Asyik, M.Si. Pembimbing II : Drs. Edy Haryono, M.Si. Pembahas : Drs. Yarmaidi, M.Si.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

iv

c. Dampak yang Terjadi Karena Pernikahan Usia Muda ... ... 14

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... ... 28

(4)

v

7. Komposisi Penduduk Menurut Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ... 46

(5)
(6)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Jumlah perkawinan penduduk wanita usia muda di Desa

Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2009-2011 ... 6 2. Jumlah Populasi dan Sampel Kepala Keluarga Yang

Menikahkan Anak Wanitanya Pada Usia Muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah 2012 ... 25 3. Penggunaan lahan/tanah di Desa Mataram Udik Kecamatan

Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011 ... 36 4. Jumlah kelahiran, kematian, datang dan pergi penduduk Desa

Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2011 ... 40 5. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa

Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2011 ... 41 6. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa

Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2011. ... 45 7. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

(7)

viii 11.Suku bangsa kepala keluarga yang menikahkan anak

wanitanya pada usia muda dan umur menikah anaknya di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2012 ... 51 12.Jenis pekerjaan kepala keluarga yang menikahkan anak

wanitanya pada usia muda dan umur menikah anaknya di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2012 ... 53 13.Tingkat pendapatan kepala keluarga yang menikahkan anak

wanitanya pada usia muda dan umur menikah anaknya di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2012 ... 55 14.Tingkat pendidikan kepala keluarga yang menikahkan anak

wanitanya pada usia muda dan umur menikah anaknya di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2012 ... 57 15.Pandangan hidup kepala keluarga yang menikahkan anak

wanitanya pada usia muda dan umur menikah anaknya di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten

(8)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bagan Kerangka Pikir ... 22 2. Peta Persebaran Sampel Desa Mataram Udik Tahun 2012 ... 27 3. Peta Administratif Desa Mataram Udik Tahun 2012 ... 34 4. Piramida Penduduk Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar

(9)

DESKRIPSI KEPALA KELUARGA YANG MENIKAHKAN ANAK WANITANYA PADA USIA MUDA DI DESA MATARAM UDIK

KECAMATAN BANDAR MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012

Oleh

Inggrit Artiana Devi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Hi. Buchori Asyik, M. Si ………....

Sekretaris : Drs. Edy Haryono, M.Si. ..………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Yarmaidi, M.Si. ...………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(11)

Judul Skripsi : DESKRIPSI KEPALA KELUARGA YANG MENIKAHKAN ANAK WANITANYA PADA USIA MUDA DI DESA MATARAM UDIK KECAMATAN BANDAR MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : INGGRIT ARTIANA DEVI No. Pokok Mahasiswa : 0853034022

Jurusan : Pendidikan IPS Program Studi : Pendidikan Geografi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. Hi. Buchori Asyik, M. Si. Drs. Edy Haryono, M.Si. NIP 19560108 198503 1 002 NIP 19571218 198603 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Sudi Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi

(12)

Motto

Jangan menunda sesuatu untuk dikerjakan sebab akan menyesal di kemudian hari (inggrit)

Hidup bukan hanya untuk berdiam diri, namun hidup adalah sesuatu yang harus dijalani

(inggrit)

Jangan patah semangat walau apapun yang terjadi, jika kita menyerah, maka habislah sudah

(13)

i

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini dengan keikhlasan hati dan mengharap Ridho Allah SWT, sebagai tanda bakti dan cinta kasih kupersembahkan Skripsi ini kepada:

Ibu dan bapakku yang telah membesarkan, mendidik dan selalu mendo’akan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus dan ikhlas

demi kebahagiaan dan keberhasilanku. Senantiasa menunggu keberhasilanku. Sungguh aku tak akan pernah bisa membalas itu semua dengan sempurna.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 17 Januari 1990, anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Taufik Hidayat dan Ibu Sri Lestari.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu Pendidikan di TK Pertiwi pada tahun 1995 dan tamat pada tahun 1996, pada tahun 1996 penulis melanjutkan ke SD Negeri 2 Banjar Agung Kecamatan Seputih Mataram tamat pada tahun 2002. Tahun ajaran 2002/2003 melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bandar Mataram, tamat pada tahun 2005. Pada tahun ajaran 2005/2006 melanjutkan ke SMA Negeri 1 Seputih Mataram, dan tamat pada tahun 2008.

(15)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Deskripsi Kepala Keluarga Yang Menikahkan Anak Wanitanya Pada Usia Muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus sebagai Pembimbing I, Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si selaku Pembimbing II dan Bapak Drs. Yarmaidi, M.Si. selaku pembahas yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, nasihat dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(16)

iii 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M. H, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 7. Seluruh dosen terutama di Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah

mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

8. Kepala Desa Mataram Udik yang telah bersedia memberikan izin penelitian untuk penulisan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku tercinta seluruh Geografi angkatan 2008 yang telah menemani selama menyelesaikan studi, terima kasih atas kenangan manis bersama kalian.

10.Kakak tingkat geografi angkatan 2005-2007, dan adik tingkat angkatan 2009-2012 terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 04 April 2013 Peneliti

(17)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Inggrit Artiana Devi NPM : 0853034022

Program Studi : Pendidikan Geografi Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/KIP

alamat : Desa Jatidatar Mataram Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah 34164

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak pernah terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 04 April 2013

Yang Menyatakan,

Inggrit Artiana Devi

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia pertamakali kawin. Sebab, semakin muda usia kawin berpeluang untuk memiliki anak dengan jumlah banyak. Menurut Masri Singarimbun (1978:84) bahwa semakin cepat seseorang menikah, maka semakin besar kemungkinan untuk mempunyai anak banyak, karena usia subur semakin panjang untuk perkawinan.

Dalam hal ini pemerintah telah memberikan perhatian khusus tentang masalah kependudukan yang diperhatikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang di dalamnya memberikan panduan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja salah satunya pendewasaan usia perkawinan (PUP).

(19)

2

Disebutkan dalam Biro Pusat Statistik (dalam indikator kesejahteraan rakyat Propinsi Lampung) dengan menunda usia perkawinan pada perempuan untuk menurunkan angka fertilitas walaupun kurang dapat diandalkan. Dibandingkan dengan cara lain cara ini lebih cepat dipertanggung jawabkan, karena dengan menundanya usia untuk melakukan perkawinan maka dapat menekan atau mengurangi laju pertumbuhan penduduk.

Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial biologis, psikologis maupun secara sosial.

Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Namun, tidak sedikit manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik fisik maupun mental akan mencari pasangannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, perkawinan diartikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

(20)

3

Dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa: Perkawinan diizinkan jika pihak pria telah mencapai umur 19 tahun, dan pihak wanita mencapai umur 16 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa Undang-undang ini memiliki prinsip, bahwa calon suami dan calon istri yang dimaksud harus sudah matang fisik dan mental untuk dapat melangsungkan perkawinan, hal ini bertujuan untuk mewujudkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Usia tersebut baru dikatakan batas minimal artinya baru dianggap mulai dewasa secara fisik akan tetapi belum dewasa secara emosional dan mental.

Menurut Undang-undang Perkawinan tahun 1974, usia minimum seorang perempuan untuk menikah adalah 16 tahun. Sedangkan untuk pria 18 tahun. Namun menurut BKKBN, akan lebih siap jika seorang wanita menikah di atas usia 20 tahun (Kusmana. U : 2012).

(21)

4

Tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan yang baik. Dengan perkawinan pada usia yang terlalu muda mustahil akan memperoleh keturunan yang berkualitas. Kedewasaan ibu juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ibu yang telah dewasa secara psikologis akan lebih terkendali emosi maupun tindakannya, bila dibandingkan dengan para ibu muda.

Di dalam setiap masyarakat terdapat apa yang dinamakan pola-pola perilaku atau

patterns of behavior. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut (Soerjono Soekanto, 1990:180). Masyarakat Mataram Udik pada umumnya tidak menganggap penting masalah usia anak yang dinikahkan, karena mereka berpikir tidak akan mempengaruhi terhadap kehidupan rumah tangga mereka nantinya. Orang tua bertindak sesuai dengan pola-pola perilaku yang ada disekitarnya yaitu menikahkan anaknya di usia muda.

(22)

5

Jarak Desa Mataram Udik dari ibu kota kabupaten yaitu 45 km, dengan keadaan jalan yang rusak parah sehingga sulit untuk ditempuh yang menyebabkan Desa Mataram Udik sedikit terbelakang. Oleh karena itu, berbagai informasi khususnya tentang pentingnya batasan usia saat menikah juga kurang terealisasi dengan sempurna. Terjadinya pernikahan anak wanita di usia muda di duga disebabkan oleh rendahnya pendapatan kepala keluarga, sebab dengan pendapatan yang rendah kurang maksimal dalam memenuhi kebutuhan hidup yang notabene sangat mahal. Selain itu faktor pendidikan yang rendah kemungkinan dapat menyebabkan pola pikir masyarakat khususnya kepala keluarga dalam mengerti arti penting suatu pernikahan bagi anaknya, dan yang terakhir adalah pandangan hidup kepala keluarga yang masih kuno bahwa tidak akan merasa tenang jika anak wanitanya belum menikah sebab akan di sebut perawan tua oleh masyarakat sekitar serta masih berlakunya pandangan menikah muda di daerah tersebut.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda sebab untuk mendapatkan data dan informasi dari kepala keluarga lebih mudah karena mereka lebih terbuka dibandingkan anak wanitanya.

(23)

6

Tabel 1. Jumlah perkawinan penduduk wanita usia muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2009-2011.

No Usia Menikah (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 16 18 16,07

2 17 15 13,39

3 18 34 30,36

4 19 45 40,18

Jumlah 112 100,00

Sumber: Arsip KUA Desa Mataram Udik Tahun 2009-2011.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk wanita yang menikah pada usia muda di dominasi oleh penduduk berusia 19 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan dari BKKBN bahwa usia minimal bagi wanita untuk menikah adalah 20 tahun.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kiranya di masa mendatang angka kelahiran tetap akan selalu tinggi apalagi keluarga berencana yang efektif belum dapat ditingkatkan mutu pelayanan pada setiap pasangan usia subur di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram. Tingginya angka kelahiran tersebut akan menimbulkan permasalahan penduduk diantaranya pengangguran, kemiskinan, angka kriminalitas meningkat, lahan pemukiman berkurang, ketersediaan pangan berkurang. Hal ini berakibat pula dalam sistem pemerintahan, karena semakin sulitnya pemerintah dalam mengatur penduduknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

(24)

7

Pada Usia Muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka banyaknya perkawinan wanita usia muda di Desa Mataram Udik berkaitan dengan:

1. Pendapatan kepala keluarga rendah

2. Tingkat pendidikan kepala keluarga rendah 3. Pandangan hidup kepala keluarga

4. Rendahnya pendidikan wanita yang menikah pada usia muda 5. Pengetahuan tentang keluarga berencana rendah

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, sebagai berikut:

1. Pendapatan kepala keluarga rendah

2. Tingkat pendidikan kepala keluarga rendah 3. Pandangan hidup kepala keluarga

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

(25)

8

2. Bagaimanakah tingkat pendidikan kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah?

3. Bagaimanakah pandangan hidup kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah?

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendapatan kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik.

2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik.

3. Untuk mengetahui pandangan hidup kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik.

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan skripsi dan mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(26)

9

3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat, agar mereka menyadari pentingnya menunda usia kawin muda anaknya hingga telah siap mental, fisik dan emosional.

4. Memperkaya pengetahuan penulis tentang perkawinan usia muda dan Geografi Penduduk.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik.

2. Ruang lingkup objek penelitian adalah karakteristik perkawinan usia muda, meliputi: pendapatan, tingkat pendidikan, dan pandangan hidup. 3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah di Desa Mataram Udik Kecamatan

Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah. 4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2012.

(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Untuk lebih terarahnya penelitian ini penulis mengutip pendapat beberapa ahli yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

1. Perkawinan

Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia. Disamping itu juga perkawinan merupakan jalan untuk menghindarkan manusia dari kebiasaan hawa nafsu yang berujung pada perbuatan zina. Dan pengertian perkawinan itu sendiri dapat dilihat dari segi agama. Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (Pasal 2, INPRES RI No.1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam) dalam Fajar Nugroho (2012:127). Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, rahmah dan membentuk tali kekeluargaan dan silaturahmi antarkeluarga sehingga memupuk rasa social dan dapat membentuk masyarakat yang kuat serta bahagia.

Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan pengertian perkawinan

(28)

11

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Berdasarkan pengertian perkawinan di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawadah, dan rohmah, dilakukan menurut hukum yang berlaku serta didasarkan perintah Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-undang perkawinan tahun 1974 pasal 6 ayat 1 dan 2, dan pasal 7 ayat 1 bahwa syarat-syarat perkawinan adalah sebagai berikut:

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. 2. Pria sudah berumur 19 tahun, dan wanita 16 tahun.

3. Untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat 2 pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.

5. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara.

6. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang disebut dalam ayat (2), (3), (4) Pasal ini atau salah seorang tidak menyatakan kehendaknya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberi izin terlebih dahulu.

7. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan (5) Pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-masing agama dan kepercayaan dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

(29)

12

harus memenuhi batasan usia yang sudah ditetapkan. Tetapi kenyataannya masih banyak yang tidak mengikuti aturan tersebut.

Menurut Soerjono Soekanto (1989:16-17) fungsi perkawinan adalah sebagai berikut:

1. suatu lembaga sosial yang mengatur perilaku manusia di bidang seks. 2. suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kawan hidup.

3. lembaga yang berisikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban mengenai hubungan suami, isteri, dan anak-anak.

4. sarana untuk mendapatkan kedudukan-kedudukan sosial tertentu. 5. sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan harta benda.

6. lembaga untuk memelihara hubungan baik antara kelompok-kelompok kekerabatan di dalam masyarakat.

7. sarana untuk mengadakan asimilasi.

8. lembaga untuk membentuk keluarga batih yang berfungsi sebagai: a. tempat mendapatkan proses sosialisasi.

b. tempat berlindung dimana manusia mencapai ketentraman. c. kesatuan sosial-ekonomis.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa perkawinan memiliki berbagai fungsi khususnya untuk kemaslahatan hidup manusia. Perkawinan dapat pula memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia seperti kebutuhan seks, harta benda dan sebagai sarana mendapatkan kedudukan sosial tertentu. Melalui perkawinan dapat memelihara tali silaturahmi antara kelompok kekerabatan dalam masyarakat suatu desa.

2. Perkawinan Usia Muda

(30)

13

Menurut Zakiah Daradjat (1997:33) usia muda adalah anak yang ada pada masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa dimana anak-anak mengalami perubahan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan orang dewasa yang telah matang.

Pendapat lain menyatakan masa muda adalah masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa bukan hanya psikologisnya saja akan tetapi juga fisiknya. Bahkan perubahan fisik itulah merupakan gejala primer dari pertumbuhan usia muda, sedangkan perubahan-perubahan psikologis itu muncul sebagai akibat dari perubahan fisik (Sarlito Wirawan, 1991:51).

Selanjutnya menurut Hajnal (dalam Jose Rijal, 1976:92), bahwa rata-rata usia perkawinan pertama diklasifikasikan menjadi 4 (empat) golongan, adalah sebagai berikut:

1. Usia rata-rata perkawinan pertama kurang dari 18 tahun disebut dengan perkawinan anak-anak (children marriage).

2. Usia 18-19 tahun disebut dengan perkawinan usia muda (early marriage). 3. Usia 20-21 tahun disebut dengan perkawinan usia dewasa (marriage at

maturity).

4. Usia lebih dari 22 tahun disebut dengan perkawinan usia lanjut (late maturity).

(31)

14

psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu menopang kehidupan keluarga seperti menafkahi istri dan anak-anaknya, serta untuk melindungi keluarga baik secara psikis emosional, ekonomi dan sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan anak yang berada pada masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa bukan hanya psikologisnya saja akan tetapi juga fisiknya yaitu usia di bawah 20 tahun bagi wanita dan di bawah 25 tahun bagi pria.

Apabila ditinjau dari segi kesehatan dan kependudukan, kawin muda dikalangan remaja khususnya wanita sangat tidak menguntungkan karena dapat mengancam kehidupan di samping itu secara tidak langsung mendorong tingginya fertilitas yang berakibat meledaknya jumlah penduduk.

1. Terhindar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi. 2. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil. c. Dampak yang terjadi karena pernikahan usia muda:

1. Kesehatan perempuan

a) Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri. b) Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi.

c) Beresiko pada kematian usia dini.

(32)

15

e) Study epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih dari 10x bila jumlah mitra sex 6/lebih atau bila berhubungan seks pertama di bawah usia 15 tahun.

f) Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks.

g) Resiko terkena penyakit menular seksual. 2. Kualitas anak

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri.

b) Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBR memiliki kemungkinan 5-30x lebih tinggi untuk meninggal.

3. Keharmonisan keluarga dan perceraian

a) Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian.

b) Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah.

c) Perselingkuhan.

d) Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua.

e) Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. f) Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi (Henni Kurniawati:2011).

3. Pendapatan

Pendapatan biasanya sejumlah barang atau uang yang diperoleh seseorang dari hasil usahanya melakukan pekerjaan. Menurut Soekartawi (1996:30) pendapatan atau penghasilan merupakan gambaran yang lebih tepat tentang posisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat.

(33)

16

Dari beberapa pendapat di atas pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil usaha yang diperoleh kepala keluarga yang dihitung dengan nilai rupiah dalam waktu satu bulan. Sebagai acuan dalam menentukan pendapatan orang tua dalam penelitian ini yaitu menggunakan UMR (Upah Minimum Regional) Lampung Tengah Rp 982.000,- (Tris Susanti Dewi:2012).

Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari hasil pertanian dan hidup dengan pas-pasan. Keadaan ekonomi kepala keluarga yang miskin cenderung menikahkan anak wanitanya di usia yang relatif muda dan mereka merasa lepas dari beban membiayai anaknya. Maka dari itu menjadi hal yang biasa orang tua menikahkan anak wanitanya pada usia muda.

Dikemukakan oleh Pardoko (1982:11) bahwa yang menjadi penyebab perkawinan usia muda adalah:

1. Rendahnya kesadaran akan adanya undang-undang perkawinan yang menjamin hak kaum wanita disebabkan antara lain karena rendahnya kemampuan baca tulis dan tingkat pendidikan terutama di daerah pedesaan yang kurang dijangkau oleh jalur komunikasi bagi penyaluran informasi 2. Keadaan sosial ekonomi orang tua yang rendah cenderung juga menjadi

alasan untuk mengawinkan anak wanitanya pada usia yang muda.

(34)

17

membiayai anaknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendapatan orang tua secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkawinan usia muda anaknya.

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena hanya melalui pendidikan manusia dapat menghadapi tantangan dan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Suryobroto dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001:68), pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga Negara/masyarakat dengan memilih isi, strategi kegunaan dan teknik penilaian yang sesuai.

(35)

18

Dalam hubungannya dengan pendidikan pendapat lain menyatakan:

Individu dengan pendidikan yang terbatas, seperti tidak tamat sekolah dasar atau tidak pernah bersekolah, akan mempunyai horizon yang sangat terbatas dalam menguasai lingkungannya, mereka kurang mampu berfikir kritis, kurang mampu memikirkan kehidupan yang layak, daya abstraknya terbatas serta sikap mental yang terikat oleh sifat kesederhanaan (A. Muri Yusuf, 1982:9).

Menurut BPS yang dikutip Aris Ananta (1993:206) yang menyatakan bahwa:

“perkawinan adalah saat di mana seseorang memasuki kehidupan berumah tangga. Beberapa faktor dominan yang berpengaruh terhadap tindakan seseorang untuk melangsungkan perkawinan, antara lain ialah status sosial, ekonomi, pendidikan, dan usia. Namun demikian tingkat pendidikan memegang peranan penting yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran tentang arti sebuah perkawinan. Semakin tinggi pendidikan cenderung akan memilih saat yang tepat untuk melangsungkan perkawinan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa rendahnya penguasaan terhadap lingkungan dan kurang mampu bersifat kritis, disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan. Rendahnya pendidikan kepala keluarga dapat berpengaruh terhadap perkawinan anaknya di usia muda. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin sedikit penduduk melaksanakan perkawinan usia muda, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan semakin banyak penduduk melaksanakan perkawinan usia muda.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang sistem pendidikan bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan Dasar : SD dan SMP

(36)

19

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh kepala keluarga yang diperoleh seseorang melalui bangku sekolah yaitu: SD, SMP, dan SMA. Adapun penggolongan yang berkenaan dengan tingkat pendidikan tersebut dikategorikan sebagai berikut:

a. SD dan SMP digolongkan berpendidikan dasar.

b. SMA/SMK sederajat digolongkan berpendidikan menengah. c. Diploma/Sarjana digolongkan berpendidikan tinggi.

5. Pandangan Hidup

Pandangan hidup memilki arti sebagai kompas dalam menentukan arah hidup setiap manusia, pedoman manusia dalam bertingkah laku, pendirian manusia dalam mempertahankan prinsip dan pendapat atas pola pikir manusia dalam menilai dan memandang segala bentuk yang tercipta dalam semesta. Pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup (Muchammad Basri:2012).

(37)

20

didasarkan pada tradisi yang kuat, sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang nyata.

Selanjutnya hal-hal yang menyebabkan kawin muda antara lain: 1. Masih kuatnya adat kebiasaan kawin muda pada kaum wanita.

2. Pandangan tentang status yang lebih tinggi khususnya untuk wanita yang sudah menikah.

3. Pendapat orang tua yang menginginkan anak perempuannya cepat kawin sehingga bisa lepas dari tanggungannya (Pudjiwati Sajogyo, 1985:201).

Pendapat lain menyatakan, perkawinan bermaksud untuk membentuk keluarga, menurunkan anak cucu. Menurunkan anak cucu tersebut selalu dianggap sebagai kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya. Sebaliknya putusnya turunan, biasanya dianggap suatu keadaan yang ganjil dan sangat mengecewakan perasaan, bahkan ada yang menganggapnya sebagai kebinasaan (Nani Soewondo, 1982:25).

(38)

21

6. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Lovia Isnaini (2009), yang berjudul “Deskripsi

Orang Tua Yang Menikahkan Anaknya Pada Usia Muda di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2009”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sebanyak 94,74% orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda disebabkan karena orang tua responden berpendidikan rendah. (2) 6 kepala keluarga (15,79%) orang tua responden tingkat pendapatannya Rp 100.000-Rp 199.999/bulan, 13 kepala keluarga (34,21%) orang tua responden tingkat pendapatannya Rp 200.000-Rp 299.999/bulan, 14 kepala keluarga (36,84%) orang tua responden tingkat pendapatannya Rp 300.000-Rp 399.999/bulan dan 5 kepala keluarga (13,16%) orang tua responden tingkat pendapatannya Rp 400.000-Rp 499.999/bulan. (3) sebanyak 34,21% orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda memiliki anak 4 orang, 10,53% memiliki anak <3 orang dan 55,26% memiliki anak >3 orang.

B. Kerangka Pikir

(39)

22

muda karena pandangan yang masih kuat apabila anak wanitanya kawin terlalu tua akan dicemoohkan masyarakat, hal ini terjadi karena masih berlakunya status yang lebih tinggi untuk wanita yang sudah menikah.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 1. Bagan kerangka pikir 1. Tingkat Pendapatan Kepala Keuarga

2. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga 3. Pandangan Hidup

(40)

23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis (Moh. Pabundu Tika, 2005:4).

Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena serta mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(41)

24

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda di Desa Mataram Udik yang berjumlah 112 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:104). Menurut Nanang Martono (2010:66), sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Atau, sampel dapat didefinisikan sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131), bahwa “ untuk sekedar ancer-ancer,

apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100, dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%, atau lebih.

Karena besarnya populasi, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka sampel diambil sebanyak 51 KK (45%) dari populasi yang berjumlaah 112 KK. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability sampling

dengan menggunakan simple random sampling.

(42)

25

sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified

random, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara ini hanya dapat dilakukan bila sifat anggota populasi adalah homogen atau memiliki karakter yang sama. Untuk lebih jelasnya sampel dalam setiap populasi dusun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Kepala Keluarga Yang Menikahkan Anak Wanitanya Pada Usia Muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah 2012.

Sumber: Monografi Desa Mataram Udik Tahun 2012.

(43)

26

(44)

27

(45)

28

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) menyebutkan variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Variabel atau objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua , dan pandangan orang tua di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah.

2. Definisi Operasional Variabel

Masri Singarimbun (1978:46) menyebutkan definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga

Tingkat pendapatan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil usaha yang diperoleh kepala keluarga yang dihitung dengan nilai rupiah dalam waktu satu bulan. Kriteria yang dipakai dalam pengukurannya yaitu:

a. Pendapatan dikatakan tinggi apabila ≥ Rp 982.000.- b. Pendapatan dikatakan rendah apabila < Rp 982.000,-

b. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga

(46)

29

melalui bangku sekolah yaitu: SD, SMP, SMA/SMK, dan Diploma/Sarjana. Adapun penggolongan yang berkenaan dengan tingkat pendidikan tersebut dikategorikan sebagai berikut:

a. SD dan SMP digolongkan berpendidikan dasar.

b. SMA/SMK sederajat digolongkan berpendidikan menengah. c. Diploma/Sarjana digolongkan berpendidikan tinggi.

c. Pandangan Hidup

Pandangan hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pandangan yang timbul melalui proses waktu yang lama dan terus-menerus sehingga hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal dan diakui kebenarannya. Pandangan hidup dalam penelitian ini dilihat dari kebiasaan yang berlaku di daerah penelitian. Hal ini dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Kurangnya kemauan anak untuk melanjutkan sekolah.

b. Pendapat orang tua yang menginginkan anak perempuannya cepat kawin sehingga bisa lepas dari tanggungannya.

c. Adanya kebiasaan orang tua dan masyarakat yang memandang bahwa anak wanita yang belum menikah disebut dengan perawan tua.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis mempergunakan beberapa teknik antara lain:

1. Observasi

(47)

30

penelitian (Pabundu Tika, 2005:44). Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung mengenai lokasi penelitian.

2. Wawancara Tidak Terstruktur

Menurut Sugiyono (2009:140) wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak terstruktur ini digunakan dalam penelitian pendahuluan yang berfungsi untuk mendapatkan informasi awal tentang permasalahan yang ada pada sehingga dapat ditentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang akan diteliti.

3. Kuesioner

Menurut Joko Subagyo (2006:55) kuesioner adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun secara kronologis dari yang umum mengarah pada khusus untuk diberikan pada responden/informan yang umumnya merupakan daftar pertanyaan.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2009:142).

(48)

31

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Husaini Usman,2009:69). Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data sekunder yaitu jumlah penduduk, peta desa, dan letak administrasi.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif, yang diperoleh dari analisis tabel persentase, yang kemudian dideskripsikan secara sistematis dan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Untuk menentukan jumlah persentase dari data yang diperoleh digunakan rumus berikut:

% = f

N× 100%

Keterangan:

% : persentase yang diperoleh f : variabel

N : jumlah seluruh variabel

(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian deskripsi data primer yang telah dianalisis, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pendapatan kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda rendah (≤ Rp 982.000,-) menyebabkan pernikahan usia muda di Desa Mataram Udik.

2. Tingkat pendidikan kepala keluarga yang menikahkan anak wanitanya pada usia muda rendah (SD dan SMP) menyebabkan pernikahan usia muda di Desa Mataram Udik.

(50)

63

B. Saran

(51)

64

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Aris Ananta. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk Dan Pembangunan

Ekonomi. Bina Aksara. Jakarta.

Arief Sukadi Sudiman. 1990. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan.

Erlangga. Jakarta.

Bambang Sumitro dan Sumadi. 1989. Geografi Regional Indonesia. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Biro Pusat Statistik (BPS). 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat Propinsi Lampung. Bandar Lampung.

Budiyono. 2003. Dasar-Dasar Geografi Sosial (Bahan Ajar). FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Daldjoeni. 1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek.

Alumni. Bandung.

Fajar Nugroho. 2012. 7 Kenikmatan Menikah. IN Azna Books. Yogyakarta. Hadi Prayitno dan Aryad Lincolin. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.

Hasbullah Bakry. 1981. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Perkawinan di Indonesia. Djambatan. Jakarta.

Henni Kurniawati. 2011. muda-dan-tua-pengertian.html (diunduh 03 Februari 2013 pukul 11.15 WIB).

Husaini Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Indra Wirdhana dkk. 2011. Panduan Kurikulum dan Modul Pelatihan Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR). BkkbN. Jakarta.

(52)

65

Jose Rijal. 1996. Pengaruh Perubahan Umur Kawin Terhadap Penurunan Fertilitas di Jakarta. Fkm. UI Jakarta.

Kusmana. U. 2012. Nikah Muda. Http://www.wolipop.com. (diunduh 03 Februari 2012 pukul 11.00 WIB).

Kaslan A. Tohir. 1997. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.

Koentjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. Lovia Isnaini. 2009. Deskripsi Orang Tua Yang Menikahkan Anaknya Pada Usia Muda di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Masri Singarimbun. 1978. Liku-liku Penurunan Kelahiran. LP3ES. Jakarta. Mohamad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi. Aksara. Bandung

Muchammad Basri. 2012. pandangan-hidup.html2 (diunduh 03 Februari 2013 pukul 11.00 WIB). Muri Yusuf. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Ghalia. Jakarta.

Nanang Martono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Nani Soewondo. 1982. Hukum dan Kependudukan. Binacipta. Bandung.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni Bandung.

Pudjiwati Sajogyo. 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. CV. Rajawali. Jakarta.

Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.

Pardoko. 1982. Memahami Masalah Keluarga Berencana dan Kependudukan di Indonesia. Nasehat Perkawinan dan Keluarga. BP4 Pusat.

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta. Bandung.

(53)

66

Sarlito Wirawan. 1991. Psikologi Remaja. Rajawali Press. Jakarta. Soekartawi. 1990. Pembangunan Pertanian. PT. Rajagrafindo. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

---. 1989. Intisari Hukum Keluarga. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Tris Susanti Dewi. 2012. UMR/UMK Propinsi Lampung, Non Sektor pada tahun 2012. www.hrcentro.com/umr/lampung/kabupaten lampung tengah/non sektor/2012 (diunduh 8 April 2013 pukul 13.00 WIB).

Gambar

Tabel 1. Jumlah perkawinan penduduk wanita usia muda di Desa                     Mataram Udik  Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung                     Tengah Tahun 2009-2011
Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Tabel 2.  Jumlah Populasi dan Sampel Kepala Keluarga Yang Menikahkan Anak Wanitanya Pada Usia Muda di Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah 2012
Gambar 2. Peta Persebaran Sampel Desa Mataram Udik  Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

26 0004067502 SRII\4ELIA ldentifikasi I',,lolekuler Bakle Asam Laktat sebagai Kandidat Probiotik yang diisolasi dari Susu Segar(Raw

4 Kendala yang dialami oleh UMKM Al-Anwar Minimarket dalam penyusunan laporan keuangannya, yaitu : kurangnya sumberdaya manusia dan pengetahuan mengenai SAK EMKM , sehingga belum

Dari hasil perbandingan antar siklus di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar servis atas permainan bola voli melalui pembelajaran inovatif di kelas

Perlakuan pemberian pakan alami cacing sutera (Tubifex sp), dengan dosis yang berbeda pada benih ikan lele sangkuriang ( Clarias sp), menunjukkan pertumbuhan rata

Inovasi Produk Batu Alam Dalam Upaya Peningkatan Volume Penjualan Pada CV Superindo Abadi Jember; oleh Historica Aposeto Wibowo; 090910202005; 2013; 80 halaman; Program

 Membuat kliping hasil pengelompokkan jenis dan ukuran unsur rupa (warna bidang, tekstur dan bentuk) pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar..  Membuat karya gambar

HUBUNGAN RISIKO POSTUR KERJA BERDASARKAN METODE REBA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL KARYAWAN. UNIT KANTIN

Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar dengan pasien DM tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula