• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode OK5R terhadap Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode OK5R terhadap Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

MTS ATTAQWA PUSAT PUTRA BEKASI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh: Dzul Hamdi 108013000064

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

”.

Membaca merupakan kunci sukses siswa untuk meningkatkan kemampuannya di setiap mata pelajaran sekolah. Dengan membaca, siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan melalui media tulis. Sayangnya, pembelajaran membaca di sekolah masih terdapat masalah. Salah satu masalahnya adalah minimnya penggunaan metode membaca sehingga pembelajaran tersebut menjadi monoton. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi jenuh, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Bahkan kondisi demikian mengakibatkan siswa kurang menggemari kegiatan membaca yang pada akhirnya berdampak pada penurunan kemampuan baca dan pemahaman siswa.

Bertalian dengan kondisi tersebut maka diperlukan serangkaian upaya untuk meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode membaca. Salah satu metode membaca yang tepat untuk meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen yaitu OK5R. Metode ini diawali dari overview, key ideas, read, record, recite, review, dan reflect.

Berdasarkan masalah yang diungkapkan sebelumnya, maka penelitian ini mengambil judul Pengaruh Metode OK5R terhadap Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode OK5R terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa. Penelitian ini dilakukan di MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi tahun pelajaran 2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain control group pre-test-post-test. Desain ini menggunakan dua kelompok, pertama kelompok eksperimen, yaitu kelas VII 3, dan kedua kelompok kontrol atau pembanding, yaitu kelas VII 2. Desain ini memberikan perlakuan yang sama pada dua kelompok tersebut ketika diadakan

pretest. Selanjutnya, diberikan perlakuan yang berbeda ketika diadakan posttest.

Metode ini didukung dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan pemberian tes. Setelah dilakukan pengolahan data penelitian dapat diketahui thitung > ttabel, yaitu 2,73 > 1,99, yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima, sehingga ada perbedaan yang signifikan antara hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian terdapat pengaruh metode OK5R terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi.

(6)

v

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode OK5R dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Pelajaran 2012-2013” ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan S1 (Strata Satu) pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak menerima dukungan, bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa‟i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan kemudahan dan semangat.

3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan semangat dan bimbingan.

4. Rosida Erowati, M.Hum., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kedua orang tua, H. Abd. Rochman dan Hj. Chosyi‟ah, yang selalu memberikan kasih sayang kepada penulis serta tak pernah hentinya mendoakan penulis agar menjadi orang yang benar dan sukses.

(7)

vi

8. Teman-teman di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya kelas B angkatan 2008.

9. Keluarga Besar MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda, serta diberikan keberkahan dalam menjalani hidup sehari-hari.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Ciputat, 18 Januari 2014

(8)

vii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……….. ii

SURAT PERNYATAAN ……… iii

ABSTRAK ……… iv

KATA PENGANTAR ………. v

DAFTAR ISI ………. vii DAFTAR TABEL ………. viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI ... 5

A. Membaca ... 5

1. Pengertian Membaca ... 5

2. Tujuan Membaca ... 5

3. Manfaat Membaca ... 6

4. Membaca Pemahaman ... 7

B. Sastra ……….. 9

1. Hakikat Sastra ……….. 9

2. Ragam Sastra ……… 10

C. Cerita Pendek ... 11

1. Hakikat Cerita Pendek ... 11

2. Ciri-ciri Cerita Pendek ... 12

(9)

viii

G. Hipotesis Penelitian ……….. 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

B. Metode Penelitian ... 21

1. Jenis Penelitian ……… 21

2. Desain Penelitian ………. 21

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 22

D. Variabel Penelitian ……… 22

E. Prosedur Penelitian ……… 23

1. Tahap Persiapan Sebelum Penelitian ……… 24

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ……… 24

3. Tahap Penyelesaian Penelitian ……….. 24

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 23

1. Observasi ………. 25

2. Pemberian Tes ………. 25

3. Wawancara ……….. 26

G. Instrumen Penelitian ……… 26

1. Kisi-Kisi Instrumen ……… 26

2. Kriteria Penilaian ……… 28

3. Uji Coba Instrumen Penelitian ……… 30

H. Teknik Analisis Data ……….. 34

1. Teknik Analisis Deskriptif ………. 34

2. Pengujian Prasyarat Analisis Data ………. 36

3. Analisis Data Hasil Belajar ………. 39

BAB IV PEMBAHASAN ……….. 42

A. Deskripsi Data ………. 42

1. Profil Madrasah ……….. 42

(10)

ix

5. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas

Kontrol ……….. 60

6. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen ……… 64

7. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Kontrol ……….. 68

B. Analisis Data Hasil Belajar ……….. 74

1. Uji Normalitas Data ………. 74

2. Uji Homogenitas Data ……… 77

3. Pengujian Hipotesis ………. 82

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 86

BAB V PENUTUP ……… 89

A. Simpulan ……….. 89

B. Saran ……… 89

PUSTAKA ACUAN UJI REFERENSI

(11)

x

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

Bagan 4.1 Struktur Organisasi MTs Attaqwa Pusat Putra

DIAGRAM

Diagram 4.1 Diagram Batang Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Diagram 4.2 Diagram Batang Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman CerpenSoal

Prestest

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman CerpenSoal

Posttest

Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Pendidikan MTs Attaqwa Pusat Putra

Tabel 4.2 Daftar Rekapitulasi Siswa MTs Attaqwa Pusat PutraTahun Pelajaran 2012/2013

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana MTs Attaqwa Pusat Putra

Tabel 4.4 Data Nilai Harian Membaca PemahamanKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4.5 Data Pretest dan PosttestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 4.6 Nilai Pretest Kelas Eksperimen

(12)

xi

Tabel 4.11 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen Tabel 4.12 Nilai Posttest Kelas Kontrol

Tabel 4.13 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol

Tabel 4.14 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasi P retest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4.15 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen Tabel 4.16 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol Tabel 4.17 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen Tabel 4.18 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol

Tabel 4.19 Tabel Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4.20 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tabel 4.21 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4.22 Tabel Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, setiap siswa diharuskan menguasai empat keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan kemampuan berbahasa bersifat reseptif. Sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan kemampuan berbahasa bersifat produktif.

Salah satu keterampilan berbahasa yang semakin penting peranannya pada abad ke-21 adalah membaca. Dengan majunya teknologi terutama di bidang percetakan, ratusan bahkan ribuan judul buku atau artikel dari berbagai ilmu pengetahuan terbit setiap harinya. Dengan memiliki keterampilan membaca yang efektif dan efisien berbagai informasi yang terdapat dalam berbagai tulisan dapat dipahami dengan mudah.

Di sekolah keterampilan membaca juga sampai saat ini masih merupakan hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan bahwa membaca mempunyai andil yang besar bagi siswa dalam memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan informasi.Membaca merupakan kegiatan yang tidak pernah absen dalam pembelajaran di kelas. Bahkan di semua mata pelajaran sekolah membaca merupakan hal yang dibutuhkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan guru.

Membaca merupakan kunci sukses siswa untuk meningkatkan kemampuannya di setiap mata pelajaran sekolah. Tapi sayangnya, pembelajaran membaca di sekolah itu sendiri masih terdapat masalah. Salah satu masalah yang mendasar dalam pembelajaran membaca bahwa pembelajaran membaca belum menitikberatkan pada usaha membentuk generasi muda yang cinta membaca.

(14)

Sebagian guru masih menerapkan prosedur membaca bagi siswa ala kadarnya saja. Guru memberikan bacaan kepada siswa. Setelah siswa membacanya guru memberikan beberapa soal untuk dijawab oleh siswa. Hal demikian seakan-akan membaca bagi siswa hanya dianggap kegiatan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, tanpa menyadari manfaat membaca yang lainnya.

Di sisi lain, penggunaan metode membaca untuk mengembangkan kemampuan pemahanan siswa terhadap buku bacaan juga masih diabaikan. Kondisi ini akan mempengaruhi kebiasaan atau perilaku siswa dalam membaca. Pembiasaan membaca yang buruk dan kurangnya strategi membaca membuat siswa hanya mampu membaca dengan satu gaya membaca untuk semua ragam wacana. Padahal ada beberapa ragam wacana yang membutuhkan jenis membaca tertentu, contohnya membaca sastra dengan membaca pemahaman.

Pelaksanaan membaca pemahaman terhadap karya sastra, khususnya cerpen (cerita pendek) di sekolah juga monoton. Sering kali siswa ditugaskan untuk membaca salah satu cerpen lalu mengerjakan soal yang telah disediakan. Hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi jenuh, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Bahkan kondisi demikian mengakibatkan siswa kurang menggemari kegiatan membaca yang pada akhirnya berdampak pada penurunan kemampuan baca dan pemahaman siswa .

Bertalian dengan kondisi tersebut maka diperlukan serangkaian upaya untuk meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode membaca. OK5R merupakan metode yang dimungkinkan tepat untuk meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen. Metode ini mempunyai sejumlah langkah yang harus ditempuh oleh pembaca. Langkah itu diawali dari overview, key ideas, read, record, recite, review, dan reflect.

Berdasarkan latar belakang di atas metode OK5R dikatakan metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen karena metode tersebut salah satunya mempunyai langkah reflectatau perenungan.

(15)

perbedaannya. Selanjutnya dihubungkan atau dibandingkan dengan pengetahuan yang telah ia miliki dari sumber lain, kemudian mengaitkannya dengan kehidupan pembaca ataupun kehidupan di sekitarnya. Jadi, dengan adanya langkah ini alur cerita dan nilai-nilai yang ada di dalam sebuah cerpen akan lebih membekas di pikiran dan hati pembaca. Dengan demikian penelitian ini akan mengambil judul “Pengaruh Metode OK5R terhadap Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Ajaran 2012-2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran membaca belum menitikberatkan pada usaha membentuk generasi muda yang cinta membaca.

2. Pembelajaran membaca masih dianggap sebagai pembelajaran yang monoton dan membosankan.

3. Penggunaan metode membaca untuk mengembangkan kemampuan pemahanan siswa terhadap buku bacaan masih diabaikan.

4. Pelaksanaan membaca pemahaman terhadap karya sastra, khususnya cerpen (cerita pendek) di sekolah masih monoton.

5. Siswa memerlukanmetode yang tepat untuk meningkatkan membaca pemahamancerpen.

C.Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui bahwa penggunaan metode OK5R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi semester dua tahun pelajaran 2012-2013.

D.Rumusan Masalah

(16)

penggunaanmetode OK5R terhadap peningkatan keterampilanmembaca pemahamancerpenpada siswa kelas VII 3MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi tahun pelajaran 2012-2013?”

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaanmetode OK5R terhadap peningkatan keterampilanmembaca pemahaman cerpen pada siswa kelas VII 3MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi tahun pelajaran 2012-2013.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis, baik secara teoretis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai manfaat tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai bahan perbandingan bagi guru dalam memilih metode membaca cerpenyang tepat.

b. Untuk menambah khazanah konsep tentang penerapan metode OK5R.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metodepengajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman siswa terhadap cerpen.

b. Bagi siswa, hasil penelitian akan dapat meningkatkan kemampuannya dalammembaca pemahaman cerpen dengan lebih baik.

(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis1. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya, sehingga keempat aspek keterampilan berbahasa itu tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Membaca mempunyai hubungan yang erat dengan menulis. Misalnya ketika seseorangingin membaca tentu harus ada tulisan atau buku. Tulisan atau buku tidak lain merupakan hasil dari kegiatan menulis. Begitu juga sebaliknya, ketika seseorang ingin menulis tentu ia harus menulis sesuatu yang orang lain bisa membacanyaatau minimal dirinya sendiri bisa membacanya.

Berbicara mengenai pengertianmembaca, maka harus mengacu kepada pendapat para ahli. Tarigan mengungkapkan bahwamembaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.2Rahim berpendapat bahwa membaca adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanyasekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolingualistik, dan metakognitif.3

Menurut kedua pendapat ini pembaca tidak hanya menyuarakan bacaan tetapi juga perlu berperan aktif dalam meresponssumber bacaan. Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan makin baik, jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik. Membacamerupakan aktivitas pembelajaran yang memerlukan interaksi aktif terhadap bacaan sehingga memperoleh makna dan pemahaman dari apa yang dibaca.

1

Henry Guntur Tarigan,Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa(Bandung: Angkasa, Edisi Revisi2010), h. 1.

2

Ibid., h. 7. 3

(18)

2. Tujuan Membaca

Paul S. Anderson mengemukakan beberapa tujuan membaca,4 yaitu (1) membaca untuk memperoleh fakta atau perincian-perincian,yakni membaca untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telahdilakukan oleh tokoh, apa yang telah diperbuat oleh tokoh, apa yang terjadi pada tokoh; (2) membaca untuk memperoleh ide-ide utama, yaitu membaca untukmengetahui masalah, apa yang dialami tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan tokoh untuk mencapai tujuannya; (3) membaca untuk mengetahui urutan atauorganisasi cerita, yaitu membaca untuk mengetahui setiap bagian cerita; (4) membacauntuk menyimpulkan, yaitu membaca untuk mengetahui mengapa tokoh berbuatdemikian, apa yang dimaksud pengarang dengan cerita atau bacaan itu, mengapa terjadi perubahan pada tokoh; (5) membaca untuk mengelompokkan, yaitu membacauntuk menemukan dan mengetahui hal-hal yang tidak biasa, apa yang lucu dalamcerita atau bacaan, apakah cerita itu benar atau tidak; (6) membaca untuk menilai,yaitu membaca untuk mengetahui apakah tokoh berhasil, apa baik kita berbuat seperti tokoh; (7) membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan, yaitu membacauntuk mengetahui bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya yang kitakenal, bagaimana dua buah cerita mempunyai kesamaan, dan sebagainya.

3. Manfaat Membaca

Menurut Widyamartaya manfaat membaca di antaranya dapat membuka cakrawala kehidupan bagi pembaca; dapat menyaksikan dunia lain, yaitu dunia pikiran dan renungan; dan merubah pembaca menjadi memesona dan terasa nikmat tutur katanya.5 Khusus untuk membaca sastra ada beberapa manfaat sebagaimana yang diungkapkan oleh Rahmanto di antaranya sebagai berikut.6

4

A. Widyamartaya, Seni Membaca untuk Studi (Yogyakarta: Kasinius, 1992), h. 90. 5

Ibid.,h. 140. 6

(19)

a. Membantu Keterampilan Berbahasa

Dalam proses pembelajaran di sekolah kegiatan bersastra dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Contohnya saat siswa membaca puisi atau cerpen dapat berperan meningkatkan keterampilan membaca siswa menjadi lebih baik.

b. Meningkatkan Pengetahuan Budaya

Dengan adanya pengajaran sastra di sekolah dapat mengantarkan siswa berkenalan dengan budaya yang diceritakan dalam sebuah karya sastra yang dibacanya. Dengan demikian hal ini dapat menumbuhkan pemahaman siswa pada setiap budaya dengan ciri khasnya masing-masing.

c. Mengembangkan Cipta dan Rasa

Dengan membaca cerpen dapat mengembangkan pemikiran pembaca karena dalam kegiatan tersebut pembaca secara tidak langsung ikut aktif dalam menganalisis dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang diungkapkan di dalam cerpen, meskipun pada akhirnya solusi pengaranglah yang mengatasi permasalahan tersebut.Selain itu, pembaca karya sastra atau cerpen akan memiliki perasaan yang lebih tanggap terhadap permasalah yang ada di sekitarnya.

d. Menunjang Pembentukan Watak

Dengan dilakukannya kegiatan bersastra di sekolah, seperti membaca cerita pendek siswa akan memiliki perasaan yang lebih peka. Karena di dalam karya itu sendiri siswa dihadapkan pada rangkaian kemungkinan hidup manusia, seperti kebahagian, kesetiaan, kesedihan, dan pengkhianatan. Selain itu, kegiatan bersastra juga dapat membentuk watak siswa berdasarkan perbuatan tokoh yang ada di dalam cerita atau pesan yang disampaikan pengarang, baik secara tersurat ataupun tersirat.

4. Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman

(20)

pola-pola fiksi.7Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi yang telah diketahui; menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kognitif dari bahan tertulis.8Abidin berpendapat bahwa membaca pemahaman dapat pula diartikan sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan.9

Kegiatan membaca pemahaman minimalnya membutuhkan dua keterampilan dasar membaca, yakni keterampilan visual dan keterampilan kognitif. Keterampilan visual merupakan keterampilanmembaca lambang-lambang bahasa tulis dalam teks dan keterampilan kognitif merupakan keterampilan memaknai informasi dan pesan yang terkandung dalam teks tersebut.10Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang ditekankan padapemahaman isi bacaan, terutama karya sastra secara mendalam.

b. Indikasi Membaca Pemahaman

Dalam membaca pemahaman terdapat beberapa indikasi pemahaman yang perlu diperhatikan guna menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Indikasi membaca pemahaman yang harus tercapai adalah sebagai berikut.11

1) Melakukan

Pembaca memberikan respons secara fisik terhadap perintah membaca.

2) Memilih

Pembaca memilih alternatif bukti pemahaman, baik secara lisan maupun tulisan.

3) Mengalihkan

Pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang telah dibacanya.

4) Menjawab

Pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan.

7

Tarigan, Op.Cit. h. 1. 8

Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa (Bandung: Angkasa, 2009), h. 43. 9

Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter (Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 60.

10

Ibid.

11

(21)

5) Mempertimbangkan

Pembaca mampu menggarisbawahi atau mencatat pesan-pesan penting yang terkandung dalam bacaan.

6) Memperluas

Pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya mampu menyusun bagian akhir cerita.

7) Menduplikasi

Pembaca mampu membuat wacana serupa dengan wacana yang dibacanya (menulis cerita berdasarkan versi pembaca).

8) Modeling

Pembacamampu memainperankan cerita yang dibacanya.

9) Mengubah

Pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana lain yang mengindikasikan adanya pemrosesan informasi.

B. Sastra

1. Hakikat Sastra

Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu sas dan

tra. Akar kata sas- bararti „mengarahkan, menajar, memberi petunjuk atau

intruksi‟ dan akhiran –tra berarti alat atau sarana. Dengan demikian sastra dapat berarti „alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku intruksi atau pengajaran‟. Misalnya Nitisastra, yang berarti kitab petunjuk tentang kebijaksanaan hidup.12

Wellek dan Warren dalam bukunya, Teori Kesusastraan, mengungkapkan bahwa sastra adalah suatu kegiatan yang bersifat kreatif.13 Selain itu, sastra juga berarti suatu karya seni yang terbatas pada segala sesuatu yang tertulis atau dicetak.14Dengan demikian segala sesuatu yang tertulis entah itu ilmu kedokteran, ilmu sosial, atau apa saja yang tertulis adalah sastra.

12

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1984), h. 23.

13

Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan (Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya, Cet. Ke-5, 2014), h. 3.

14

(22)

Pembatasan sastra pada sesuatu yang tertulis, menurut Teeuw sesuai dengan pengertian sastra itu sendiri dalam bahasa Barat, literature yang berarti sesuatu yang tertulis, pemakaian dalam bentuk tertulis.15Sastra dikatakan sesuatu tertulis masih bersifat umum. Oleh karena itu, Wellek dan Warrenlebih lanjut membatasi sastra pada “mahakarya” (great book), yaitu buku-buku yang dianggap “menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya”. Dalam hal ini, kriteria yang dipakai adalah nilai estetis dikombinasikan dengan nilai ilmiah.16

Lain halnya dengan Atar Sani. Ia mengungkapkan bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan bahasa sebagai mediumnya.17Pendapat ini menjelaskan bahwa sastra itu tidak harus berupa tulisan atau buku, akan tetapi semua hasil kreativitas yang menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun lisan, dan isinya mengungkapkan pengalaman manusia.

2. Ragam Sastra

Karya sastra berdasarkan hakikatnya terbagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama.18 Prosa atau yang disebut dengan cerita rekaan, hakikatnya adalah sebuah cerita atau narasi. Hal ini dikarenakan hampir semua karya sastra yang berbentuk prosa disampaikan dengan narasi, meskipun ada beberapa prosa yang disampaikan dengan bentuk dialog, seperti cerpen “Seribu Kunang-Kunang di

Manhattan” karya Umar Kayam. Prosa berdasarkan panjang-pendeknya

dibedakan menjadi tiga jenis: pertama cerita penjang (cerpan); kedua cerita menengah (cermen); dan ketiga cerita pendek (cerpen).19

Hakikat drama adalah dialog. Setiap peristiwa yang ada dalam drama dibangun berdasarkan rangkaian dialog tokoh-tokohnya. Dengan dialog ini juga

15

A. Teeuw, Op.Cit. h. 22. 16

Rene Wellek dan Austin Warren, Op.Cit. h. 11. 17

M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 8. 18

Maman S. Mahayana, 9 Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik (Jakarta: Bening Publishing, 2005), h. 134.

19

(23)

dapat diketahui watak tokoh, latar tempat dan waktu, tema cerita, dan bentuk alur cerita.20

Hakikat puisi adalah citraan. Setiap kata dalam wacana puisi mengandung muatan makna sekaligus pula dapat menghadirkan citraan. Dengan citraan ini membuka peluang bagi para pembaca untuk menghadirkan berbagai penafsiran sesuai dengan wawasannya masing-masing21.

C. Cerita Pendek

1. Hakikat Cerita Pendek

Cerita pendek atau short story merupakan salah satu jenis prosa modern selain roman dan novel.Menurut Sumardjo cerpen secara umum adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek.22Kosasih juga berpendapat yang sama bahwa cerpen adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek.23Pernyataan tersebut didukung oleh Stewart Beach dalam Tarigan yang menyatakan bahwa cerpen itu merupakan bentuk yang paling pendek dari fiction

atau prosa.24Ukuran panjang-pendeknya suatu cerita itu relatif. Namun, pada umumnya cerpen itu cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh sampai tiga puluh menit. Jumlah katanya sebagaimana yang diutarakan oleh Notosusanto sekitar 5.000 kata atau kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.25

Dari segi isinya, menurut Mathewsdalam Tarigan cerpen setidaknya harus ada sesuatu yang diceritakan.26Sedangkan Sedgwick dan Camby dalam buku yang samaberpendapat bahwa cerpen adalah cerita yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca.27Dengan demikian, cerita pendek pada umumnyabertema

Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: Gramedia, 1986), h. 37. 23

E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra (Bandung: Yrama Widya), h. 34. 24

(24)

sederhana, jumlah tokohnya terbatas, jalan ceritanya sederhana, dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas juga.

2. Ciri-ciri Cerita Pendek

Berdasarkan dari beberapa definisi cerpen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cerpen memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Cerpen memiliki bentuk yang pendek.

b. Cerpen merupakan jenis prosa yang paling pendek. c. Jumlah katanya sekitar 5.000 kata.

d. Cerpen harus menimbulkan kesan tunggal pada jiwa pembaca.

e. Cerpen memiliki tema dan alur yang sederhana, serta jumlah tokoh dan latar yang terbatas.

3. Unsur-unsur Cerita Pendek

Seperti rumah yang dibangun dari beberapa unsur, seperti pondasi, tiang, atap, dan sebagainya,cerpen juga dibangun dari beberapa unsur. Unsur yang membangun sebuah cerpen ada dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

a. Unsur-unsur Intrinsik

Unsur intrinsik menurut Nurgiantoro adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang membuat karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur-unsur ini juga secara faktual akan dijumpai pembaca karya sastra.28

Adapun unsur-unsur intrinsik cerpen sebagai berikut.

1) Tema

Tema menurut Kosasih adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, seperti masalah kemanusiaan dan masalah percintaan.29 Zaidan dkk. berpendapat bahwa tema adalah gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di dalam

28

Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 2001), h. 23.

29

(25)

karya sastra yang dapat dirumuskan dalam kalimat pernyataan.30 SelanjutnyaStanton dan Kenny mendefinisikan tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.31 Sebagai kesimpulan bahwa tema adalah gagasan atau pokok pembicaraan yang menjadi dasar sebuah cerita.

2) Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah orang yang memainkan peran dalam karya sastra.32 Sedangkan penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.33 Ada beberapa teknik yang digunakan pengarang untuk menggambarkan karakteristik tokoh, yaitu:

2.1) teknik analitik atau penggambaran langsung; 2.2) penggambaran fisik dan perilaku tokoh; 2.3) penggambaran lingkungan kehidupan tokoh; 2.4) penggambaran tata kebahasaan tokoh; dan 2.5) pengungkapan jalan pikiran tokoh.

3) Alur

Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Maksudnya urutan peristiwa yang ada dalam cerita disusun berdasarkan hubungan sebab akibat. Peristiswa 1 merupakan sebab dari peristiwa 2 dan peristiwa 2 merupakan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa 1 dan seterusnya.

Sedangkan menurut Tarigan alur adalah struktur yang menjadi penggerak dalam fiksi atau drama.34 Pada dasarnya suatu fiksi haruslah bergerak dari

Abdul Rozak Zaidan dkk., Kamus Istilah Sastra (Jakarta: Balai Pustaka), h. 204. 31

Burhan Nugiantoro, Op.Cit. h. 67. 32

Abdul Rozak Zaidan dkk.Op.Cit. h. 206. 33

E. Kosasih, Op.Cit. h. 36. 34

Henry Guntur Tarigan,Op.Cit. h. 126. 35

(26)

Tahap awal sebuah cerita biasanya sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan berisi tentang informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal, seperti tokoh cerita, latar cerita, dan pemunculan konflik cerita.

3.2) Middle

Pada tahap ini konflik yang diceritakan pada tahap awal mulai berkembang, meningkat, meruncing, dan mencapai klimaks. Oleh karena itu tahap ini disebut sebagai tahap pertikaian karena konfliknya menjadi menegangkan.

3.3) Ending

Tahap ini berisi bagaimana kesudahan cerita setelah konfliknya mencapai klimaks.

4) Latar

Kosasih mengungkapkan bahwa latar atau setting merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita. Latar berfungsi untuk memperkuat dan mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita ataupun terhadap karakter tokoh.36 Dengan demikian jika pembaca sudah menerima latar sebagai sesuatu yang benar adanya, maka ia cenderung lebih siap untuk menerima karakter tokoh dan peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita.

Nurgiantoro mengungkapkan bahwa latar itu tidak hanya mencakup tempat dan waktu, tetapi juga keadaan sosial masyarakat yang diceritakan dalam cerita. Latar sosial juga berhubungan status sosial tokoh yang bersangkutan.37

5) Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.38Ada dua macam sudut pandang, yaitu:

5.1) Sudut pandang orang pertama

36

E. Kosasih, Op.Cit. h. 38. 37

Burhan Nugiantoro,Op.Cit. h. 227-234. 38

(27)

Pengarang mengambil posisi sebagai tokoh utama cerita. Biasanya ditandai dengan kata ganti orang pertama: aku atau saya.

5.2) Sudut pandang orang ketiga

Pengarang menjadi pengamat yang menceritakan apa yang terjadi di antara tokoh-tokoh cerita yang dikarangnya. Biasanya ditandai dengan kata ganti orang ketiga: dia atau ia.

6) Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya.39

b. Unsur-unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik menurut Kosasih adalah unsur dari luar yang turut mempengaruhi isi karya sastra.Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang dan keadaan sosial budaya saat karya tersebut dibuat.40

1) Latar belakang pengarang menyangkut di dalamnya asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, dan ideologi.

2) Keadaan sosial budaya dimaksudkan bahwa cerpen yang dibuat oleh seseorang yang hidup di tengah-tengah kehidupan perkotaan akan berbeda dengan cerpen yang dibuat di tengah-tengah kehidupan pedesaan.

C.Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti jalan atau cara. Subana dan Sunarti berpendapat bahwa metode dalam dunia pengajaran adalah penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.41Pendapat ini sesuaidengan yang diungkapkan Pringgawidagda dalam Abidin bahwa metode adalah tingkat yang menerapkan teori-teori pada tingkat pendekatan.Berdasarkan tingkatannya, metode merupakan penjabaran dari pendekatan. Maksudnya metode merupakan rencana keseluruhan

39

Ibid., h. 71. 40

.Ibid., h. 72. 41

(28)

bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan tertib, tidak ada bagian-bagian yang berkontradiksi dan semuanya itu didasarkan pendekatan yang digunakan. Metode mengacu pada pengertian langkah-langkah secara prosedural dalam mengolah kegiatan mengajar bahasa yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran.42

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri utama dari metode adalah adanya prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh ketika pelaksanaan pembelajaran.

D.Metode OK5R

Metode OK5R dikembangkan oleh Walter Pauk, direktur Reading-Study Center dan Cornell University. Metode OK5R terdiri dari tujuh langkah, yaitu 1)

overview (menyelidiki); 2) key ideas (ide-ide kunci); 3) read (membaca); 4)

record (mencatat); 5) recite (mendaras); 6) review(mengulangi);dan 7)

reflect(merenungkan).43

OK5R stands for Overview, Key ideas, Read, Record, Recite, Review, Reflect. Overview refers to skimming to get the general impression of the text yaou are going to study. Key ideas refers to scanning the material for the key ideas. Read through. Then write down. After writing down try to talk about the material from your head. After that check through what you have written. Finally think about the notes you have made in this session including asking yourself if there is any need for more research on the same topic.44

Metode ini diawali siswa membaca skimming untuk mendapatkan kesan umum dari teks bacaan yang akan dipelajari. Kedua,siswa mencari ide kunci teks bacaannya. Ketiga, siswa mulai membacanya dari awal sampai akhir. Keempat, siswa membuat catatan dari teks bacaan tersebut. Kelima, siswa menceritakan kembali apa yang diperoleh dari teks bacaan. Keenam, siswa melihat kembali catatan yang telah dibuatnya.Langkah terakhir atau ketujuh,siswa bertanya pada diri sendiri tentang topik yang ada di teks bacaan.

42

Yunus Abidin, Op.Cit. h. 71-72. 43

A. Widyamartaya, Op.Cit. h. 62. 44

(29)

Adapun langkah metode OK5R dalam membaca cerita pendek akan dijelaskan sebagai berikut.

Langkah overview sama dengan survey. Dalam langkah ini, Pembaca membaca secara cepatuntuk memperoleh gambaran besar mengenai ide-ide yang dibahas dan problem-problem yang diungkap di dalam cerpen.

Langkah key ideas mengarahkan pembacamerumuskan ide-ide cerita setelah melakukan overview.

Langkah read, pembaca mulai membaca cerpen secara teliti.

Langkah record meminta pembaca untuk membuat catatan-catatan, misalnya menandai bacaan dan membuat ringkasan ide-ide pokok. Ringkasan ini dapat berupa tulisan ringkas atau garis besar (outline).Pembaca juga mencatat hal-hal yang penting dari cerpen, seperti tema, tokoh dan perwatakannya, alur, latar, dan amanatnya.

Langkah recite, pembaca berusaha untuk mempertahankan kontruksi pemahaman yang diperoleh dari hasil membaca dengan cara menceritakan kembali isi cerpen dengan kata-kata sendiri.

Langkah review, pembaca mengulangi kembali apa yang telah dibaca. Sehingga penguasaan bacaan menjadi bulat dan menyeluruh.

Langkahreflect mengajak pembaca untuk mengadakan perenungan. Ide-ide cerita dipikirkan lebih mendalam, kemudian dibandingkan satu sama lainuntuk melihat persamaan dan perbedaannya. Selanjutnya dihubungkan ataudibandingkan dengan pengetahuan yang telah ia miliki dari sumber lain, kemudian mengaitkannya dengan kehidupan pembaca ataupun kehidupan di sekitarnya.

E.Penelitian yang Relevan

(30)

1. Penelitian yang dilakukan Saryi (UNPAK), “Penggunaan MetodeOK5R dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas X MAN 1 Bogor”. Peneliti mengkaji mengenai penggunaan metode OK5R dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa. Hasil yang diperoleh pada siklus satu rata-rata nilai siswa 66,77% sedangkan pada siklus dua nilai siswa meningkat mencapai 77,34%. Dengan demikian metode OK5R dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.

Persamaan penelitian Saryi dengan skripsi initerletak pada variabel x atau variabel bebas, yaitu penggunaan metode OK5R. Sedangkan perbedaannya dengan skripsi ini terletak pada variabel y atau variabel terikatnya. Variabel terikat pada penelitian Saryi adalah hasil belajar membaca bacaan nonsastra, sedangkan penulis adalah hasil belajar membaca pemahaman bacaan sastra, yaitu cerpen.

2. Penelitian oleh Lidwina Oktarina Damanik dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Teknik Membaca OK5R terhadap Kemampuan Menceritakan Kembali Cerita Anak yang Dibaca Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013.”Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian post-test only design group. Instrumen yang digunakan adalah tes menceritakan kembali cerita anak dalam bentuk tes lisan. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 72,8, sedangkan untuk kelas kontrol adalah 57,6. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca di kelas eksperimen lebih tinggi daripada di kelas kontrol.

Persamaan penelitian Lidwina dengan skripsi ini adalah membahas pengaruh penggunaan metode OK5R. Sedangkan perbedaannya dengan skripsi ini adalahpenelitian yang dilakukan Lidwina untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode OK5R terhadap keterampilan menceritakan atau berbicara siswa, sedangkan skripsi ini untuk mengetahui pengaruh OK5R terhadap keterampilan membaca siswa.

(31)

MTs Negeri Pakem.” Penelitian ini berjenis eksperimen dengan hasil penelitian bahwa penggunaan metode OK5R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VIIIC MTs Negeri Pakem. Penggunaan OK5R juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca pemahaman, wawasan siswa terhadap suatu topik wacana menjadi lebih luas dan kegiatan membaca pada mulanya siswa anggap sebagai kegiatan membosankan berubah menjadi kegiatan yang menarik.

Persamaan penelitian Nuryati dengan skripsi iniadalah membahas pengaruh penggunaan metode OK5R. Sedangkan perbedaannya dengan skripsi ini terletak pada bahan bacaannya. Bahan bacaan yang digunakan Nuryati adalah bacaan nonsastra, sedangkan penulis menggunakan bahan bacaan sastra, yaitu cerpen.

4. Penelitian yang dilakukan Ahmad Syaeful Rahman dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R pada Siswa

Kelas IX A Madrasah Tsanawiyah Mathla‟ul Anwar 2 kota Bogor”. Nilai

rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa sebelum pretest yaitu 52,88 atau berada pada tingkat penguasaan 52,88%. Setelah digunakan metode SQ3R tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa mengalami kenaikan secara signifikan, hasil posttest berubah menjadi 86,35 atau berada pada tingkat penguasaan 86,35%. Dengan demikian penggunaan metode SQ3R telah berhasil meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.

Persamaan penelitian Ahmad Syaeful dengan skripsi ini terletak pada pembahasan pengaruh beberapa metode membaca terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen. Sedangkan perbedaan keduanya terletak pada metode membaca yang digunakan. Metode yang digunakan Ahamad Syaeful adalah SQ3R, sedangkan penulis menggunakan metode OK5R.

F. Kerangka Konseptual

(32)

yang tersurat. Untuk memperoleh pemahaman terhadap pesan atau informasi yang terkandung di dalam teks, pembaca perlu menginterpretasi tanda-tanda, huruf-huruf, dan simbol-simbol kemudian menghubungkan tanda-tanda itu dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki pembaca sehingga terjadi komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui tanda-tanda dan simbol-simbol bahasa. Kegiatan tersebut diperlukan dalam kegiatan membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan.

Mengingat peranan membaca pemahaman yang sangat besar maka diperlukan metode membaca yang efektif, yaitu metode OK5R. Dengan menerapkan metode tersebut diasumsikan dapat meningkatkan membaca pemahaman siswa.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Pelajaran 2012-2013.

Adapun kriteria hipotesis penelitian ini adalah:

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R terhadap

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan waktu

Penelitian ini dilakukan di MTs Attaqwa Pusat Putra Jl. KH. Noer Alie, Kp. Ujungharapan, Ds. Bahagia, Kec. Babelan, Kab. Bekasi pada siswa kelas VII semester dua tahun pelajaran 2012/2013. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan di semester dua dari bulan April sampai Juli 2013.

B.Metode penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen lapangan. Sukardi mengungkapkan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat.45 Penelitian ini melibatkan kegiatan percobaan untuk melihat hasil yang diketahui dari variabel-variabel yang diteliti.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah control group pre-test-post-test.Desain ini memberikan perlakuan yang sama pada dua kelompok belajar ketika diadakan

pretest. Selanjutnya, diberikan perlakuan yang berbeda ketika diadakan posttest. Tabel 3.1

Desain Penelitian

E 01 X 02

K 03 - 04

E = Kelompok eksperimen K = Kelompok kontrol

45

(34)

01 = Hasil pretest kelas eksperimen 02 = Hasil posttest kelas eksperimen

X = Perlakuan (Membaca cerpen menggunakan metode OK5R) 03 = Hasil pretest kelas kontrol

04 = Hasil posttest kelas kontrol46

C.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau sesuatu yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara berencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.47 Populasi dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, dan sebagainya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Attaqwa Pusat Putra yang terdiri dari sembilan rombel (rombongan belajar).

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian eksperimen peneliti harus membagi objek yang diteliti menjadi dua grup. Pertama grup treatment atau grup eksperimen, yaitu grup yang memperoleh perlakuan. Kedua grup kontrol, yaitu grup yang tidak memperoleh perlakuan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil dua sampel kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk penentuan kelas mana yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan teknik random sampling (sampling acak) dengan cara manual. Melalui sistem tersebut diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas VII 3 berjumlah 25 siswa, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VII 2 berjumlah 25 siswa.

D.Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sifat yang akan dipelajari dalam penelitian kemudian ditarik kesimpulannya.48 Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu

46

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, Cet XIV, 2010), h.125-126.

47

Sukardi,Op.Cit. h. 53. 48

(35)

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen (terikat). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini metode OK5R sebagai variabel bebas (x) dan hasil belajar membaca cerpen siswa sebagai variabel terikat (y).

E.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap persiapan sebelum penelitian

Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah pengurusan surat izin penelitian dari UIN syarif Hidayatullah Jakarta, dan langkah selanjutnya meliputi:

a. menetapkan materi dan alokasi waktu;

b. menyususn RPP sesuai dengan pokok materi yang telah ditentukan; c. menyusun instrumen penelitian;

d. melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan diteliti; dan e. menentukan sampel penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap yang kedua setelah tahap persiapan.Tahap pelaksanaan meliputi:

a. membuat instrumen pembelajaran;

b. memberi pretest pada kelas yang telah ditentukan sampelnya, yaitu sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol;

c. menerapkanpembelajaran dengan metodeOK5R pada kelas eksperimen; dan d. memberikan posttest untuk kedua kelompok.

3. Tahap penyelesaian penelitian

(36)

Untuk lebih jelas langkah prosedur penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan ketika memperoleh data-data empiris untuk mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi madrasah, pemberian tes, dan wawancara.

TAHAP PERSIAPAN

1. Survei tempat

2. Penyusunan instrumen

TAHAP PELAKSANAAN

PRETEST

PENERAPAN METODE OK5R PADA KELAS

EKSPERIMEN

PENERAPAN METODE KONVENSIAL PADA KELAS

KONTROL

TAHAP AKHIR

1. Analisis data

2. Pembahasan hasil penelitian

3. Penarikan kesimpulan

(37)

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.49 Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi secara langsung atau pengamatan langsung yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu dengan mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang diteliti di Madrasah MTs Attaqwa Pusat Putra. Adapun objek observasi di antaranya:

a. Keadaan madrasah b. Keadaan siswa c. Keadaan guru

d. Keadaan sarana dan prasarana e. Nilai Harian

2. Pemberian Tes

Tes menurut Arikunto adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki setiap individual maupun kelompok.”50

Sedangkan Iskandarwassid menyatakan bahwa tes dalam proses pembelajaran di kelas dapat diartikan “sebagai suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar.51Teknik tes yang digunakan yaitu pretest yang diberikan pada pertemuan pertama dan posttest yang diberikan pada pertemuan kedua. Teknik ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan pengajaran keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode OK5R.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa tes tertulis dalam bentuk uraian, untuk memperoleh data dan informasi mengenai

49

Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 199. 50

Suharsimi Arikunto, Op.Cit.,h. 193. 51

(38)

pemahaman bacaan yang telah dilakukan siswa. Adapun jumlah soal yang ditentukan sebanyak 10 butir soal. Adapun mengenai instrumen penelitian akan dibahas secara terperinci pada pembahasan yang terpisah.

3. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.52 Wawancara ini digunakan sebagai data pendukung untuk melengkapi data yang telah terkumpul. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan penelitian ini, yaitu salah satu guru Bahasa Indonesia di MTs Attaqwa Pusat Putra.

G.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen utama yang digunakan adalah tes berbentuk soal uraian dengan 15 pertanyaan.

1. Kisi-Kisi Instrumen

Adapun kisi-kisi soal pretest dan postest sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol No. Bentuk

Soal

Jenis Soal Pertanyaan

1.

Uraian

Analisis Tema Cerpen tersebut mempunyai tema tentang ....

2. Analisis Sudut

Pandang

Cerita tersebut menggunakan sudut pandang

orang ….

3. Analisis Tokoh

dan Penokohan

Tiga tokoh dalam cerpen tersebut adalah ....

4.

pengarang dalam cerpen tersebut adalah ....

6. Analisis Alur Konflik cerita tersebut adalah ….

7. Analisis Latar Latar tempat dan waktu ketika ibu menyuruh Sisi

mengantarkan kue adalah ....

8. Pemahaman Isi

cerpen

Ketika Sisi mau pulang, Nenek khasanah

memberikannya ……… sebagai tanda

52

(39)

terima kasih.

Perbuatan atau kelakuan tokoh dalam cerpen tersebut yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari di sekitar kita adalah ....

10. Pemahaman Isi

Alasan Sisi sempat menolak perintah ibunya untuk mengantarkan kue ke rumah Nenek

Setelah menemui dan berbicara dengan Nenek Khasanah, akhirnya Sisi mengetahui bahwa Nenek Khasanah mempunyai sifat ....

14. Pemahaman Isi

Cerpen

Perasaan Sisi setelah mengetahui sifat sebenarnya Nenek Khasanah adalah ....

15. Pemahaman Isi

Cerpen

Nenek Khasanah sempat memarahi Sisi karena ....

Tabel 3.3

Kisi-kisi Soal Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol No. Bentuk

Soal

Jenis Soal Pertanyaan

1.

Hal-hal apa saja dari cerpen tersebut yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari?

2. Pemahaman Isi

Cerpen

Apa makanan favorit John?

3.

Pemahaman Isi Cerpen

Apa yang dibagikan ibu kepada anak-anaknya, kemudian masing-masing anak mendapatkan berapa?

4. Pemahaman Isi Cerpen Apa panggilan John ketika dipanggil saudara-saudaranya?

5. Analisis Alur Peristiwa atau bagian apa dalam cerpen tersebut

yang menjadi konflik cerita?

6. Analisis Sudut

Pandang

Cerita tersebut menggunakan sudut pandang orang ke berapa?

7.

Analisis Latar Sebutkan latar tempat yang ada dalam cerpen

tersebut, kemudian jelaskan peristiwa apa saja yang ada dalam latar tersebut!

8. Analisis Tokoh

dan Penokohan

Bagaimana perwatakan John?

9. Analisis Tema Apa tema cerpen tersebut?

10.

Pemahaman Isi Cerpen

(40)

11. Pemahaman Isi Cerpen

Mengapa John dan keluarganya pindah ke desa?

12. Analisis Tokoh

dan Penokohan

Bagaimana perwatakan ibu ketika menyikapi pertengkaran antara John dan kakak-kakaknya?

13. Pemahaman Isi

Cerpen

Bagaimana sikap Paul dan Sarrah setelah mengetahui pencuri yang sebenarnya?

14. Pemahaman Isi

Cerpen

Hukuman apa yang Ibu berikan kepada John?

15. Analisis Tema Apa amanat yang terdapat dalam cerpen tersebut?

2. Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian instrumen di atas meliputi aspek-aspek yang akan dinilai seperti berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen Soal Prestest

No. Jenis Soal Skor Total Skor

1.

Analisis Tema Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

2.

Analisis Sudut Pandang Baik skor 3 Cukup skor 2

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

5.

Analisis Amanat Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

6.

Analisis Alur Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

7.

Analisis Latar Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

8.

Pemahaman Isi cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

9.

Analisis Relevansi Isi Cerpen dengan Realita Sosial

Pemahaman Isi cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

11.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

(41)

12.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

13.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

14.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

15.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

Jumlah Skor Maksimum 45

Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen Soal Posttest

No. Jenis Soal Skor Total Skor

1.

Analisis Relevansi Isi Cerpen dengan Realita Sosial

Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

2.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

3.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

4.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

5.

Analisis Alur Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

6.

Analisis Sudut Pandang Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

7.

Analisis Latar Baik skor 3 Cukup skor 2

Analisis Tema Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

10.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

11.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

12. Analisis Tokoh dan Penokohan

Baik skor 3 Cukup skor 2

(42)

Kurang skor 1

13.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

14.

Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

15.

Analisis Tema Baik skor 3 Cukup skor 2 Kurang skor 1

3

Jumlah Skor Maksimum 45

3. Uji Coba Instrumen Penelitian

Pengujian instrumenyang berupa tes uraian yang terdiri dari 15butir soal dilakukan pada siswa kelas VII 7 dan VII 9MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi. Adapun pengujian instrumen penelitian berupa uji validitas butir soal,uji reliabilitas butir soal, uji tingkat kesukaran butir soal, danuji daya pembeda butir soal.

a. Uji Validitas Butir Soal

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah. Sebagaimana dikutip oleh Arikunto, Anderson dkk, menyatakan “A test is valid if measures what it purpose to measure” atau

diartikan yaitu sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang sebenarnya diukur.53

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas tes adalah dengan rumus korelasi “product moment” dengan angka kasar, yaitu:

= Keterangan:

: Korelasi antara variabel x dan variabel y n : Banyak siswa

x : Skor butir soal y : Skor total

53

(43)

Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil penghitungan di atas dengan rtabel pada taraf signifikan 5% dengan ketentuan bahwa jika rxy sama atau lebih besar dari rtabel maka hipotesis nihil ditolak, berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan, sehingga tes formatif tersebut dapat dinyatakan valid.54

b. Uji Reliabilitas Butir Soal

Reabilitas dapat diartikan sebagai kepercayaan bahwa suatu soal dapat dengan ajeg atau tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu:

= ( ) ( ) dengan =

Keterangan:

= Reliabilitas instrumen

= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir

= Varian total55

c. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal

Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran. Untuk mengetahuinya digunakan rumus sebagai berikut.

P = Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran: 0,71 – 1,00 = Mudah

0,31 – 0,70 = Sedang

54

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 2007), h. 179-180. 55

(44)

0,00 – 0,30 = Sukar56

d. Uji Daya Pembeda Butir Soal

Uji daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahuinya digunakan rumus berikut.

DP = Keterangan:

DP : Daya pembeda

BA : Jumlah skor kelompok atas yang menjawab benar BB : Jumlah skor kelompok bawah yang menjawab benar JA : Jumlah skor maksimum kelompok atas yang seharusnya JB : Jumlah skor maksimum kelompok bawah yang seharusnya Klasifikasi daya pembeda:

0,71 – 1,00 = Baik sekali (excellent) 0,41 – 0,70 = Baik (good)

0,21 – 0,40 = Cukup (satisfactory) 0,00 – 0,20 = Jelek (poor)57

Setelah mendapatkan data hasil instrumen, maka dilakukan penghitungan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Hasil penghitungantersebut menghasilkan data sebagai berikut.

1) Soal Pretest

1.1) Dari 15 butir soal berbentuk uraian yang telah diujicobakan, terdapat 2 butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 2 dan 4 dikarenakan rhitung < rtabel (0,374), sedangkan soal yang valid berjumlah 13 butir soal.

2.1) Hasil penghitungan reliabilitas dengan jumlah siswa 30 orang dan jumlah soal 13 butir (setelah 2 butir soal tidak valid dari 15 butir soal yang diujicobakan) diperoleh nilai r11 sebesar 0,382. Selanjutnya nilai r11dibandingkan dengan nilai rtabel pada tabel r

56

Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 225. 57

(45)

product moment dimana rtabel = 34 – 2 = 32, maka nilai rtabel adalah 0,374. Dari hasil perhitungan tersebut r11 (0,349) > rtabel (0,374) maka instrumen dinyatakan reliabel.

2.2) Dari 13 butir soal yang valid terdapat 1 butir soal yang dikategorikan mudah, yaitu soal nomor 6. Sedangkan sisanya, 12 butir soal, dikategorikan sedang.

2.3) Dari 13 butir soal yang valid terdapat 2 butir soal yang memiliki daya pembeda baik sekali, yaitu soal nomor 12 dan 15. 4 butir soal memiliki daya pembeda baik, yaitu soal nomor 1, 11, 13, dan 15. Sedangkan sisanya, yaitu 7 soal, memiliki daya pembeda cukup.

2) Soal Posttest

2.1) Dari 15 butir soal berbentuk uraian yang telah diujicobakan, terdapat 2 butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 2 dan 4 dikarenakan rhitung < rtabel (0,349), sedangkan soal yang valid berjumlah 13 butir soal.

2.2) Hasil penghitungan reliabilitas dengan jumlah siswa 34 orang dan jumlah soal 13 butir (setelah 2 butir soal tidak valid dari 15 butir soal yang diujicobakan) diperoleh nilai r11 sebesar 0,377. Selanjutnya nilai r11dibandingkan dengan nilai rtabel pada tabel r product moment dimana rtabel = 34 – 2 = 32, maka nilai rtabel adalah 0,344. Dari hasil perhitungan tersebut r11 (0,377) > rtabel (0,344) maka instrumen dinyatakan reliabel.

(46)

2.4) Dari 13 butir soal yang valid terdapat 3 butir soal yang memiliki daya pembeda baik, yaitu soal nomor 11, 14, dan 15. Sedangkan sisanya, yaitu 10 soal, memiliki daya pembeda cukup.

Setelah diketahui hasil penghitungan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir soal, maka soal yang digunakan untuk

pretest adalah soal nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 12, 13, 14, dan 15.Selanjutnya, soal yang digunakan untuk posttest adalah soal nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 12, 13, 14, dan 15.

H.Teknis Analisis Data 1. Teknik Analisis Deskriptif

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk menyajikan, mendeskripsikan, serta mengkomunikasikan data mentah menjadi bentuk tabel, gambar, atau grafik. Pengolahan dan penyajian data mentah hasil penelitian menggunakan perhitungan dan bantuan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2010. Dari pengolahan data mentah tersebut, maka diperoleh nilai siswa, mean, median, modus, dan simpangan baku. Selain itu, ditampilkan pula daftar distribusi frekuensi yang kemudian divisualisasikan dalam diagram batang. Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam analisis deskriptif ini adalah sebagai berikut.

a. PenentuanNilai Siswa

S = x 100

Keterangan:

S :Nilai yang diharapkan

R :Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N :Skor maksimum dari tes tersebut58

Nilai yang diharapkan akan dibulatkan jika berbentuk nilai desimal.

b. Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi

58

(47)

Langkah-langkah membuat tabel distribusi frekuensi yaitu: 1) Mengurutkan data dari terkecil sampai terbesar.

2) Menghitung jarak atau rentang (R) dengan rumus: R= Xmax - Xmin

Keterangan :

Xmax : Nilai tertinggi Xmin : Nilai terendah

3) Menghitung jumlah kelas (K) dengan rumus: K= 1 + 3,3 log n

Keterangan:

n : Jumlah data penelitian dan hasil akhirnya dijadikan bilangan bulat. 4) Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus:

P =

5)Menentukan batas data terendah atau ujung data pertama, dilanjutkan menghitung kelas interval, caranya menjumlahkan ujung bawah kelas sampai data pada data akhir. Ujung data kelas pertama nilainya harus sama dengan atau lebih rendah dari data terkecil.

6) Membuat tabel sementara (tabulasi data) dengan cara dihitung satu demi satu yang sesuai dengan urutan interval kelas.

7) Membuat tabel distribusi frekuensi dengan cara memindahkan semua angka frekuensi (f).59

c. Penentuan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku

Formula yang digunakan yaitu :

1) Mean

=

Keterangan :

fi : Frekuensi

59

Gambar

Tabel 3.1
Kisi-kisi Soal Tabel 3.2 Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kisi-kisi Soal Tabel 3.3 Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan yaitu kemampuan belajar siswa akan meningkat jika diterapkan model pembelajaran PAILKEM

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh disiplin sekolah terhadap kemauan belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 1 Batang Kuis

Hasil pengujian tes akhir (postes), dengan nilai signifikansi ( sig.2-tailed ) 0,000 dapat disimpulkan hipotesis alternatif (ha) untuk tes akhir diterima yaitu

Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis yang telah dianalisis tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu : “Ada hubungan positif antara kestabilan emosi dengan

Dari kriteria pengujian yang telah ditetapkan, maka harga J hitung ≤ J tabel yaitu 0 ≤ 0 maka H 0 ditolak, artinya hipotesis yang diajukan diterima sehingga dapat disimpulkan

Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti antara minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri

Pengujian Hipotesis Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara X dengan Y yaitu sebesar 0.419446 dan dari tabel tersebut juga menunjukkan hasil

Hal tersebut dapat dilihat juga dari hasil uji hipotesis yang menunjukkan thitung > ttabel yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC memiliki pengaruh