“
ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KONDISI
FINANCIAL DISTRESS
PERUSAHAAN
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2010
)”.
Oleh :
ISYAIYAS ANDHITO
(107081003706)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Isyaiyas Andhito
Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 29 Juli 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl. Nusantara 1 No. 287. Jatimulya. Bekasi Timur
Telp / Hp : 081316655934
E-mail : Isya01_me@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2004-2007 : SMAN 9 Bekasi
2001-2004 : SLTP-IT YPI 45 Bekasi
ii
ABSTRACT
This research aims at providing empirical evidance on factors that affect financialy distressed firms. This study examines the role of financial ratio in predicting the accurance of financial distress in the context of Indonesian Stock Exchange.
The samples consist of 29 firms with positive net income before tax and had cash flow higher than long-term liabilities from 2009-2010, 12 firms with negative net income before tax from 2009-2010 and 16 firms with negative net income before tax and had cash flow lower than long-term liabilities from 2009-2010. Multinomial logit regression is used to test the hypothesis. It is hypothised that financial ratio from statements of income, balance sheet and statements of cash flow can use to predict financial distress firms. This study use three models to examine examines the role of financial ratio in predicting the accurance of financial distress in the context of Indonesian Stock Exchange The finding of this research that financial ratio from statements of income, balance sheet and statements of cash flow (NIS, CATA, NITA, CASHTA, CFFOTA and DITS) are significant variables determining financialy distressed firms.
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris yang mempengaruhi kesulitan keuangan perusahaan. Studi ini menguji peran dari rasio keuangan dalam memprediksi kesulitan keuangan dalam lingkup Bursa efek Indonesia.
Sampel terdirir dari 29 perusahaan dengan laba bersih sebelum pajak positif dan memiliki arus kas yang lebih besar dari hutang jangka panjang dari tahun 2009-2010, 12 perusahaan dengan laba bersih sebelum pajak negatif dari tahun 2009-2010 dan 16 perusahaan dengan laba bersih sebelum pajak negatif dan memiliki arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang dari tahun 2009-2010. Regresi Multinomial Logit digunakan untuk menguji hipotesis. Hal ini, menghipotesiskan bahwa rasio keuangan dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas akan digunakan untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan. Studi ini menggunakan 3 model untuk menguji peran rasio keuangan dalam memprediksi kesulitan keuangan dalam lingkup Bursa Efek Indonesia. Temuan penelitian ini yaitu rasio keuangan yang berasal dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas (NIS, CATA, NITA, CASHTA, CFFOTA dan DITS) adalah variabel yang signifikan dalam menetapkan kesulitan keuangan perusahaan.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Azza Wa Jalla
yang memiliki segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan (
Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2007-2010 ) ”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang Teladan yang diikuti
Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam beserta para Sahabat, tabi’in,
tabi’ut tabiin dan keluarga beliau yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan dan kegelapan ke zaman terang-benderang seperti sekarang ini.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar penulis yang banyak memberi bantuan serta dukungan maupun nasihat pada penulis. Untuk itulah, dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, izinkan penulis mengucapkan rasa terima terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibuku dan kakakku yang tercinta karena telah memberikan banyak dukungan serta cintanya sehingga penulis dapat menempuh pendidikan yang paling baik hingga saat ini dan tidak ada henti-hentinya dalam memberikan nasihat yang baik bagi penulisan skripsi ini. Semoga saya bisa memberikan kebahagian kelak kepada Ibu dan kakakku dengan prestasi.
2. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, Lc, MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak Hemmy Fauzan, SE, MM selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini dengan sabar. 3. Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini,
5. Suhendra, S.Ag., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen.
v
7. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
8. Terima kasih kepada seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada Bapak Heri, Bapak Rahmat, Ibu Umi dan Bu Siska atas pelayanan baiknya dalam meningkatkan kualitas dan mutu Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
9. Seluruh keluarga yang sangat berperan dalam penyusunan skripsi dalam hal materil maupun non-materil, semoga kebaikan kalian dilipatgandakan oleh Allah SWT.
10. Sahabat-sahabat yang selalu ada dalam bertukar pikiran, Miftah, Irsyam, Toni, Yoga, Gita Sahara, Dedi Juned, Dedi, Safitri, Ica, Umi, Aan, Baphin, Isna, Nisa, Sela dan seluruh kawan-kawan yang namanya tidak mungkin disebut satu-satu. Semoga kalian mendapatkan kesuksesan kelak.
11. Teman-teman “GENK” yang sama sekali gak jelas, Resha, Farid, Risboy, Armen, Anin, Aji, Ramdan, Budi yang selalu membuat hari-hari ceria. Semoga kalian menjadi orang besar di masa depan.
12. Teman-teman Manajemen C 2007, terimakasih telah mewarnai hari-hariku dengan keindahan. Mudah-mudahan kalian semua juga menjadi orang yang berhasil kelak. 13. Teman-teman Manajemen Keuangan A 2007, terimakasih karena berkat bergaul
dengan kalian wawasan saya tentang keuangan menjadi berkembang. Terimakasih. 14. Teman-teman se-kost, Ibie, Oboy, Gittink, Bayu, Boim, Zen. Terima kasih telah
bersama dalam menghadapi kesenangan dan kepedihan selama di kosan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini semata-mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata, besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Agustus 2011
vi
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Landasan Teori... 10
1. Laporan Keuangan ... 10
2. Tujuan Laporan Keuangan ... 10
3. Komponen Laporan Keuangan ... 13
4. Analisa Laporan Keuangan ... 20
5. Financial Distress ... 26
B. Penelitian Terdahulu ... 31
C. Kerangka Penelitian ... 34
D. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian... 39
B. Metode Penentuan Sampel ... 39
vii
D. Metode Analisis ... 45
E. Definisi Operasional Variabel ... 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64
1. Pasar Modal ... 64
2. Organisasi yang Terkait di Pasar Modal ... 65
3. Sejarah Pasar Modal Indonesia ... 67
B. Pengujian Hipotesis ... 70
1. Uji Beda Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) ... 70
2. Uji Multinomial Logit ... 79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 108
A. Kesimpulan ... 108
B. Implikasi ... 109
C. Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
vii
DAFTAR GAMBAR
NO KETERANGAN HALAMAN
2.1 2.2
Tujuan Pelaporan Keuangan Kerangka Penelitian
ix
ix
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1
Ringkasan Variabel Penelitian Dan Operasional Variabel
Test Between Subject Factor Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Multivariate Test Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Test Between Subject Effect Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Test Between Subject Factor Laporan Arus Kas
Multivariate Test Laporan Arus Kas
Test Between Subject Effect Laporan Arus Kas
Uji Model -2 Loglikelihood Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Uji Goodness Of Fit Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Uji Pseudo R Square Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Uji Parameter Estimates Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Ketetapan Prediksi Klasifikasi Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Uji Model -2 Loglikelihood Laporan Arus Kas
Uji Goodness Of Fit Laporan Arus Kas
Uji Pseudo R Square Laporan Arus Kas
Uji Parameter Estimates Laporan Arus Kas
Ketetapan Prediksi Klasifikasi Laporan Arus Kas
Uji Model -2 Loglikelihood Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas
Uji Goodness Of Fit Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas
Uji Pseudo R Square Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas
Uji Parameter Estimates Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas
Ketetapan Prediksi Klasifikasi Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas
x
DAFTAR LAMPIRAN
NO KETERANGAN HALAMAN
1
Data Rasio Perusahaan Distress dan Non-Distress
Test Between Subject Factor Neraca Dan Laporan Laba Rugi Multivariate Test Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Test Between Subject Effect Neraca Dan Laporan Laba Rugi Test Between Subject Factor Laporan Arus Kas
Multivariate Test Laporan Arus Kas
Test Between Subject Effect Laporan Arus Kas
Uji Model -2 Loglikelihood Neraca Dan Laporan Laba Rugi Uji Goodness Of Fit Neraca Dan Laporan Laba Rugi
Uji Pseudo R Square Neraca Dan Laporan Laba Rugi Uji Parameter Estimates Neraca Dan Laporan Laba Rugi Ketetapan Prediksi Klasifikasi Neraca Dan Laporan Laba Rugi Uji Model -2 Loglikelihood Laporan Arus Kas
Uji Goodness Of Fit Laporan Arus Kas Uji Pseudo R Square Laporan Arus Kas Uji Parameter Estimates Laporan Arus Kas Ketetapan Prediksi Klasifikasi Laporan Arus Kas
Uji Model -2 Loglikelihood Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas
Uji Goodness Of Fit Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas Uji Pseudo R Square Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas Uji Parameter Estimates Neraca, Laporan Laba Rugi Dan Laporan Arus Kas
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi seperti sekarang ini dimana perusahaan bersaing
dengan kompetitor didalam dan luar negeri, banyak perusahaan yang menjadi
bangkrut jika perusahaan tersebut belum mampu mengenal lebih dalam
mengenai posisi keuangan yang melilit perusahaan tersebut. Misalnya saja
krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 yang salah satu
penyebabnya ialah subprime mortgage yaitu jatuhnya industri perumahan
(property) di Amerika. Subprime mortgage (SM) merupakan istilah untuk kredit perumahan (mortgage) yang diberikan kepada debitor dengan sejarah
kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga
digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Karena debitor tidak
melakukan pembayaran atas mortgage yang diberikan maka keuangan
perusahaanpun menjadi terkendala. Di Indonesia, Krisis SM sangat
merugikan investor keuangan dunia yang juga berinvestasi di pasar modal
dan uang Indonesia. Pukulan terbesar memang di pasar modal mengingat
saham merupakan instrumen likuid, begitu pula deposito. Kebutuhan
likuiditas yang tinggi membuat mereka keluar dari pasar keuangan Indonesia
2 Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan
tujuan untuk memberikan informasi yang sangat berguna untuk pengambilan
keputusan-keputusan investasi dan pendanaan. Laporan Keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi
mengenai kondisi keuangan perusahaan saat itu. Perubahan posisi keuangan
perusahaan digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan pihak
manajemen secara tepat, maka data keuangan harus dikonversi menjadi
informasi dalam pengambilan keputusan ekonomis dengan cara melakukan
analisis laporan keuangan. Salah satu aspek penting dalam melakukan analisis
laporan keuangan adalah untuk meramal kelangsungan hidup perusahaan itu
sendiri dalam menghadapi persaingan
Menurut Luciana dan Kristijadi Laporan keuangan merupakan salah satu
sumber mengenai posisi keuangan yang dialami oleh perusahaan, kinerja
serta perubahan pada posisi keuangan yang sangat berguna untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat. Serta menurut Brigham (2001:33)
perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi yang
sangat tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan pelanggan, pemasok, dan
karyawan. Oleh karena itu, mengetahui lebih dini mengenai financial distress
yang dialami oleh perusahaan akan memudahkan para pengambil keputusan
untuk melakukan restrukturisasi keuangan perusahaan agar tidak menjadi
bangkrupt. Manajemen perusahaan sangat berperan penting dalam mengelola dana dengan lingkungan usaha perusahaan, kondisi keuangan perusahaan
3 Ketidakmampuan perusahaan dalam mengantisipasi perkembangan
global dengan memperkuat fundamental manajemen akan mengakibatkan
pengecilan volume usaha yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan
perusahaan. Dalam mengantisipasi kebangkrutan, banyak perusahaan
mencoba mencari solusi dengan mencari pinjaman atau penggabungan usaha
(merger), bahkan ada pula yang menutup usahanya.
Alasan utama perusahaan menutup usahanya yaitu dikarenakan
pendapatan bersih yang diterima oleh perusahaan lebih kecil dari biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam waktu tertentu dan juga perusahaan
tersebut tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo dikarenakan perusahaan tidak memperoleh laba dari
kegiatan operasinya.
Almilia (2004) dalam Agung (2009) menuturkan kondisi ekonomi
sekarang membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika
perusahaan mengalami kesulitan finansial (financial distress) yang bisa mengarah pada kebangkrutan. Bagi investor, kebangkrutan akan mempunyai
konsekuensi berkurangnya investasi atau bahkan hilangnya secara
keseluruhan. Sedangkan bagi kreditur, pernyataan bangkrut akan
mengakibatkan kerugian sebagai akibat dari hilangnya tagihan.
Foster (1986) dalam Yulia (2005) menyatakan ada empat hal yang
mendorong analisis laporangan keuangan dengan menggunakan rasio
4 menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan, ketiga untuk mengidentifikasi teori yang terkait dengan rasio keuangan, keempat untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi
variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress)
Platt dan Platt (1991), dalam Agung Wicaksana (2010) mendefinisikan
financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Platt dan Platt (1991)
dalam Agung Wicaksana (2010) menyatakan kegunaan informasi jika suatu
perusahaan mengalami financial distress adalah :
1. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah
sebelum terjadinya kebangkrutan
2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover agar perusahaan lebih mampu untuk membayar utang dan mengelola
perusahaan dengan baik.
3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa
yang akan datang.
Penelitian yang dilakukan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999) dalam
Luciana (2004) mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Luciana (2004)
5 Asquith (1994) dalam Luciana (2004) menggunakan interest coverage rasio yaitu perbandingan laba sebelum bunga dan pajak atau mengukur berapa kali pendapatan sebelum bunga dan pajak dapat menetup bunga untuk
mendefinisikan kondisi financial distress. Sedangkan dalam penelitian Luciana Spica Almilia (2006) kondisi financial distress di proxy-kan dengan laba bersih negatif dan nilai buku ekuitas negatif.
Dalam penelitian yang terdahulu, untuk melakukan pengujian apakah
suatu perusahaan mengalami financial distress atau tidak dapat dilakukan berbagai cara, seperti jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih
operasi (net operating income) negatif, digunakan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999), adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al. (1996), arus
kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban
perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990), rendahnya interest coverage ratio, EBITDA negative, digunakan oleh Asquith, et al (1991) dan Pinando, et a. (2006), perubahan harga ekuitas atau EBIT negative, digunakan
oleh John, et al (1992) dalam Platt (2004), Stock-base insolvency yaitu kekayaan bersih negative dan nilai asset kurang dari nilai hutang dan flow-base insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman (1993), adanya arus kas yang lebih kecil
dari hutang jangka panjang saat ini digunakan oleh Whitaker (1999),
perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenag pemerintah dan
6 restrukturasi, digunakan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat (1999), negative
EBITDA interest voverage, Negatif EBIT, negative net income digunakan oleh Platt (2004), beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operating income negative) dan selama lebih dari satu tahun tidak memberikan deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003),
perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negative berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah demerger, digunakan
oleh Almilia (2004), perusahaan selama dua tahun berturut-turut mengalami
laba bersih (net income) negative dan nilai buku ekuitas negative, digunakan oleh Almilia (2006).
Objek penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat (listed) di Bursa Efek Indonesia, adapun penulis memilih objek ini yaitu satu, untuk menganalisis pengaruh krisis global terhadap perusahaan yang ada di
Indonesia. Dua, adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan-perusahaan tersebut untuk memberikan informasi yang jelas di bandingkan
dengan perusahan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta
perusahan tersebut melaporkan laporan keuangannya kepada BAPEPAM dan
di publikasikan.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka penulis mengangkat
judul “ ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI
KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN (Studi kasus pada
7
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas, maka penulis memunculkan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah variabel rasio keuangan berbeda secara signifikan berdasarkan
kondisi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2010?
Kondisi perusahaan yang dimaksud adalah : pertama, perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress, yaitu perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum pajak positif dan arus kas yang lebih besar
dari hutang jangka panjang dua tahun berturut-turut. Kedua, perusahaan dalam kondisi financial distress yang pertama, yaitu perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum pajak negatif dua tahun berturut-turut. Dan
ketiga, perusahaan dalam kondisi financial distress kedua, yaitu perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum pajak negatif dan arus kas
yang lebih kecil dari hutang jangka panjang dua tahun berturut-turut.
2. Apakah rasio keuangan yang berasal dari laporan neraca, laba rugi dan
arus kas dapat digunakan untuk memprediksi probabilitas kondisi
8
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberikan bukti empiris, variabel rasio keuangan berbeda secara
signifikan terhadap kondisi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2010?
2. Memberikan bukti empiris, rasio keuangan yang berasal dari laporan
neraca, laba rugi dan arus kas dapat digunakan untuk memprediksi
probabilitas kondisi financial distress perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010?
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna agar
perusahaan dapat dengan cepat mencarikan solusi ketika perusahaan
dikategorikan mengalami kondisi financial distress, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut dapat terhindar dari kondisi yang lebih
buruk yaitu mengalami kebangkrutan.
9 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
dan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kondisi
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah pencatatan data keuangan suatu perusahaan
yang menggambarkan kinerja perusahaan tersebut dan dibuat secara periodik.
Dalam pratiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara
asal-asalan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang
berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan
dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi
manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang yang
memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh
perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para supplier. Ada beberapa pengertian laporan keuangan dari para ahli diantaranya
sebagai berikut :
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 3) laporan keuangan
merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada
pihak-pihak diluar korporasi. laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
ekuitas pemilik atau pemegang saham dan catatan atas laporan keuangan atau
11 Menurut Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu tertentu. Laporan keuangan yang akan menjadi bahan sarana
informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan
keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha
perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam
periode tertentu.
Dari laporan keuangan, akan tergambar kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dapat memudahkan manajemen dalam menilai kinerja
manajemen perusahaan khususnya dalam menagantisipasi sinyal financial distress. Penilaian kinerja akan menjadi patokan atau ukuran apakah manajemen mampu atau berhasil dalam menjalankan kebijakan yang telah
digariskan.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun tentu memiliki tujuan tertentu. Dalam
praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi
pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Disamping itu, tujuan laporan
keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai piahak yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
Menurut Harahap (2007 : 1) laporan keuangan merupakan salah satu
alat penting bagi analis laporan keuangan dalam menjalankan dan
12 Sedangkan menurut Harahap (2007 : 18) tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
a. Screening
Dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi laporan keuangan
tanpa pergi langsung ke lapangan.
b. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya
c. Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan
di masa yang akan datang.
d. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah yang terjadi dalam manajemen, operasi, keuangan atau
masalah lain dalam perusahaan.
e. Evaluation
Untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Menurut Mamduh & Abdul Halim (2009) tujuan-tujuan keuangan
semuanya bersifat umum, berkaitan dengan pemakai ekstrenal yang
bermacam-macam jenisnya bukan pemakai internal yang spesifik seperti
manajemen. Gambar dibawah mengilustrasikan tujuan laporan keuangan
dimulai dari yang paling umum, kemudian bergerak ke tujuan yang lebih
13
Sumber : Mamduh & Abdul Halim (2009)
3. Komponen Laporan Keuangan
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 3) Laporan keuangan
yang lengkap ada 4 macam yang terdiri dari komponen-komponen berikut
ini :
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa
yang akan dating (potensial) untuk membuat keputusan lainnya yang serupa yang rasional
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan dating (potensial) untuk memperkirakan jumlah, waktu (timing) dan ketidak pastian dari penerimaan kas dan deviden atau bunga dan dari penjualan, pelunasan surat-surat berharga atau hutang
pinjaman
Memberikan informasi untuk menolong investor, kreditur dan pemakai lainnya untuk memperkirakan jumlah, waktu (timing) dan ketidakpastian aliran kas
masuk bersih ke perusahaan (lembaga)
14 1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan modal
4. Laporan arus kas
Didalam penelitian ini, laporan keuangan yang digunakan hanya tiga
macam yaitu laporan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas karena
yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya merupakan
ketiga laporan tersebut atau laporan pokok (Mamduh & Abdul Halim, 2009 :
49).
a. Neraca
Perusahaan perlu mendapatkan kas untuk memperoleh banyak
asset yang digunakan dalam suatu bisnis. Dalam proses mendapatkan
kas itu, mereka juga menaggung kewajiban pada pihak yang
memberikan dana. Menurut Weygantdt, Kimmel & Kieso (2008 :
32) Neraca adalah bentuk pelaporan mengenai asset, liabilitas, dan
modal pemilik pada waktu tertentu atau ringkasan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva
dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik.
Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007 : 56) Neraca
menampilkan potret asset (aktiva) dan kewajiban perusahaan pada
waktu tertentu. Asset terdiri dari asset lancar yang bisa dengan cepat
dicairkan menjadi kas dan asset tetap seperti pabrik dan mesin.
15 dalam waktu satu tahun dan hutang jangka panjang. Selisih antara
aset dan kewajiban menampilkan jumlah ekuitas pemegang saham.
Menurut Harahap (2007 : 107) laporan neraca menggambarkan
posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan ini
bisa disusun setiap saat dan merupakan opname situasi posisi
keuangan pada saat itu.
Sehingga dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa neraca
merupakan keadaan keuangan pada tanggal tertentu sehingga
disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan
suatu perusahaan dan biasanya pada saat tutup buku.
Mamduh & Abdul Halim (2009) komponen neraca dapat
16
2. Aktiva tetap :
a) Aktiva tetap berwujud :
Tanah b) Aktiva tetap tidak berwujud :
Goodwill
2. Utang jangka panjang :
Utang hipotek
Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan
selama jangka waktu tertentu (Hanafi & Abdul Halim, 2009 : 15).
Berbeda dengan neraca yang merupakan snapsot, laporan laba rugi juga mencakup suatu periode tertentu. Laporan laba rugi juga berisi
jumlah pendapatan yang diperoleh dan jumlah biaya yang
dikeluarkan.
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 61) laporan laba
rugi merupakan laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan,
17 Brigham dan Houston (2009 : 50) laporan laba rugi ialah laporan
yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan
selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau
satu tahun.
Dari pengertian diatas laporan laba rugi merupakan laporan
yang sistematis mengenai penghasilan/pendapatan, biaya, beban,
dan rugi laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu.
Tujuan pokok dari laporan laba rugi adalah melaporkan
kemampuan perusahaan yang sebenarnya (rill) untuk memperoleh keuntungan. Untuk itu laporan itu harus sedemikian rupa agar tidak
menyesatkan (misleading).
Isilaporan laba-rugi biasanya mencakup elemen-elemen berikut
(Mamduh & Abdul Halim, 2009 : 56) :
1) Pendapatan Operasional Perusahaan
(a) Penjualan (bersih)
(b) Harga Pokok Penjualan
(c) Biaya Operasional
(d) Pendapatan dan Biaya Lainnya
(e) Biaya Pajak yang berkaitan dengan Operasi Perusahaan
2) Hasil dari Operasi yang Dihentikan
(a) Pendapatan (rugi) dari operasi perusahaan yang dihentikan
18 (b) Untung (rugi) yang berkaitan dengan pelunasan lini bisnis
yang dihentikan (bersih pajak)
3) Item-item luar biasa (bersih pajak pendapatan)
4) Efek kumulatif perubahan prinsip akuntansi (bersih pajak
pendapatan)
5) Laba bersih
6) Laba perlembar saham (Earning per Share)
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas ialah laporan yang menyajikan informasi
aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari
tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan
pendanaan (Hanafi & Abdul Halim, 2009 : 19). Aliran kas
diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang
sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Menurut Brigham & Houston (2009 : 59) laporan arus kas
adalah laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas
selama satu periode akuntansi.
Laporan aliran kas bertujuan untuk melihat efek kas dari
kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi
meliputi semua transaksi dan kejadian lain yang buka merupakan
19 melibatkan produksi, penjualan, penyerahan barang, atau penyerahan
jasa. Aktivitas investasi meliputi pemberian kredit, pembelian atau
penjualan investasi jangka panjang seperti pabrik dan peralatan.
Aktivitas pendanaan meliputi transaksi untuk memperoleh dana dari
distribusi return ke pemberi dana dan pelunasan hutang.
Aliran kas untuk investasi yang sering dapat diklasifikasikan
(Hanafi & Abdul Halim, 2009 : 59) sebagai berikut :
1) Penerimaan kas dari penjualan investasi pada saham atau
obligasi
2) Penerimaan kas dari penjualan bangunan, pabrik, dan peralatan
3) Pembayaran untuk investasi pada surat berharga (saham atau
obligasi)
4) Pembayaran untuk pembelian bangunan, pabrik atau peralatan
Aktivitas pendanaan yang sering dimasukan kedalam kegiatan
pendanaan sering diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Penerimaan dari emisi surat berharga (obligasi, saham)
2) Pembayaran dividen
3) Pelunasan hutang atau obligasi
4) Pembayaran untuk membeli saham kembali
Aktivitas operasi yang sering dimasukan dalam operasi adalah :
1) Aliran kas masuk operasi
(a) Pengumpulan dari pelanggan
20 2) Aliran kas keluar operasi
(a) Pembayaran ke pemasok (supplier) atau karyawan (b) Pembayaran bunga
(c) Pembayaran pajak pendapatan
4. Analisa Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuantungan) dan tingkat
risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan (Hanafi & Abdul Halim, 2009
: 19). Hasil analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui
kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi
kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal
selanjutnya kedepan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki,
akan tergambar kinerja manajemen selama ini.
Harahap (2007 : 190) mendefinisikan analisa laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat”
Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan menurut Kasmir (2008 :
21 a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal,maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode.
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan saat ini.
e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah
perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau
gagal.
f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan
sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai rasio keuangan, karena
penelitian ini akan menggunakan analisis rasio dalam menganalisis laporan
keuangan perusahaan guna memprediksi kondisi keuangan yang mengalami
kondisi financial distress atau yang kurang sehat.
Menurut Weygant, Kimmel & Kieso (2010 : 799) rasio keuangan
menyatakan hubungan antara item data laporan keuangan yang terpilih.
Sebuah rasio mengekspresikan hubungan matematik antara satu bagian
dengan bagian lain, biasanya berbentuk persentase . Dari hasil rasio keuanagn
22 Menurut Harahap (2007 : 297) rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos
lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan
angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada
diantara laporan keuanagn. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat
berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan.
Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memperdayakan
sumber daya perusahaan secara efektif.
Hanafi & Abdul Halim (2009 : 76) mengkatagorikan analisis rasio
kedalam lima kelompok :
a. Rasio Likuiditas, mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative
terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan
kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas terbagai menjadi dua
bagian :
1) Rasio lancar, merupakan perbandingan antara aktiva lancar
23 2) Rasio cepat (quick), dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang
lancar.
b. Rasio Aktivitas, rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian
menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada
tingkat kegiatan tertentu. Rasio ini juga mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan sumber-sumber daya perusahaan. Rasio
aktivitas meliputi : perputaran piutang, perputaran persediaan,
perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva.
c. Rasio solvabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan
yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih
besar dibandingkan total asetnya. Rasio solvabilitas terdiri dari :
1) Total debt to total asset, mengukur presentasi penggunaan dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total hutang
dengan total aktiva.
2) Debt equity ratio, perbandingan antara total hutang dengan modal.
3) Time interest earned, dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini
mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar bunga
24 d. Rasio Profitabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan,
asset, dan modal saham yang tertentu atau digunakan untuk
mengukur seberapa efektif pengelolaan perusahaan sehingga
menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas terdiri dari :
1) Profit margin on sale, dihitung dengan cara membagi laba setelah pajak dengan penjualan.
2) Return on total asset, perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva guna mengukur tinggkat pengembalian
3) Return on net worth, perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuntungan
investasi pemilik modal sendiri.
e. Rasio Pasar, rasio yang mengukur harga pasar relative terhadap nilai
buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan sudut
pandang investor atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan calon
investor. Rasio pasar terdiri dari :
1) Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari rasio industry
sejenis, bisa menjadi indikasi bahwa investasi pada saham
perusahaan ini lebih berisiko daripada rata-rata industry.
25 3) Dividend payout ratio, rasio ini melihat bagian earning
(pendapatan) yang dibayarkan sebagai deviden kepada investor
Rasio arus kas cukup menjadi hal yang diperhatikan dalam pengukuran
kesehatan, kesulitan dan kebangkrutan suatu usaha. Hal ini wajar karena
perusahaan memerlukan kas untuk membeli pabrik dan mesin baru atau
ketika membayar hutang dan dividen pada pemegang saham.
Frank fabozzi dan Pamela Peterson (2003 : 812) mengelompokkan rasio
arus kas menjadi dua :
a. Cash flow to Capital Expenditure, rasio ini memberikan analisis mengenai fleksibilitas keuangan perusahaan dan kegunaannya.
Semakin besar rasio ini maka semakin besar fleksibilitas keuangan
perusahaan tersebut.
b. Cash Flow to Debt, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghadapi hutang obligasi yang jatuh tempo. Rasio ini
menyediakan informasi terhadap kualitas kredit perusahaan.
Sedangkan Wild, Larsson, dan Chiappetta (2005 : 510)
mengkategorikan rasio arus kas yaitu :
a. Cash Flow to Total Asset, rasio ini merekfleksikan actual cash flow
dan tidak dipengaruhi oleh akun pengukuran dan pengakuan
pendapatan. Rasio ini dapat membantu dalam pengambilan
keputusan bisnis untuk mengestimasi jumlah dan waktu aliran kas
pada saat merencanakan dan menganalisis arus kas dari aktivitas
26 b. Cash Coverage of Growth, rasio ini menunjukkan perbandingan antara arus kas dari aktivitas operasi dengan aliran kas keluar untuk
investasi pada asset. Jika rasio ini kurang dari satu berdampak
ketidakcukupan kas dalam menutup pertumbuhan asset. Begitupun
sebaliknya, semakin tinggi rasio ini semakin baik.
c. Operating Cash Flow to Sales, rasio ini menunjukkan perbandingan antara arus kas dari aktivitas operasi terhadap penjualan bersih
perusahaan.
5. Financial Distress
Financial distress pada dasarnya sukar untuk didefinisikan secara tepat dikarenakan banyak kejadian kejatuhan perusahaan pada saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial distress
hampir tidak ada akhirnya, misalnya saja terjadinya pengurangan deviden,
penutupan perusahaan, kerugian perusahaan, pemecatan, dan jatuhnya harga
saham.
Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan
atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban – kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan
ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga
tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit,
27 mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban
– kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang
dimiliki. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan – tindakan untuk mengantispasi yang mengarah kepada
kebangkrutan.
Definisi financial distress dalam Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010 : 171-172) sebagai berikut :
a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami aba bersih operasi (net operating income) negatif, digunakan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999).
b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al.
(1996)
c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi
kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990).
d. Rendahnya interest coverage ratio, EBITDA negative, digunakan oleh Asquith, et al (1991) dan Pinando, et a. (2006)
e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negative, digunakan oleh John,
et al (1992) dalam Platt (2004).
28 yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan
oleh Altman (1993).
g. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang saat ini
digunakan oleh Whitaker (1999)
h. Perusahaa diberhentikan operasinya atas wewenag pemerintah dan
perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan
restrukturasi, digunakan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat (1999).
i. Negative EBITDA interest voverage, Negatif EBIT, negative net income digunakan oleh Platt (2004)
j. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operating income negative) dan selama lebih dari satu tahun tidak memberikan deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003)
k. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negative berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah
demerger, digunakan oleh Almilia (2004)
l. Persahaan selama dua tahun berturut-turut mengalami laba bersih
(net income) negative dan nilai buku ekuitas negative, digunakan oleh Almilia (2006).
Informasi kebangkrutan dan prediksi financial distress perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Menurut Hanafi & Abdul Halim (2009 :
261) pihak-pihak yang yang menggunakan model tersebut meliputi :
a. Pemberi Pinjaman. Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk
29 kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang
ada.
b. Investor. Saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya
kemungkinan bangkrut (distress) atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharganya tersebut. Investor yang aktif akan
mengembangkan model prediksi financial distress untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian
mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Pihak Pemerintah.Untuk beberapa sector usaha, pemerintah
mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha
tersebut (misalnya sector perbankan dan BUMN). Pemerintah
mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan
lebih awal supaya tindakan pencegahan dapat dilakukan.
d. Akuntan atau auditor. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap
informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai
kemampuan going concern suatu perusahaan.
e. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan
pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau
kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan
30 dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat
menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.
Menurut Foster dalam (1986) dalam Almilia (2006) terdapat beberapa
indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan
keuangan:
a. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang.
b. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing
potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri,
kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas
manajemen dan lain sebagainya.
c. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya
dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu
variabel keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel
keuangan.
d. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi.
Financial Distress dapat diatasi dengan berbagai cara (Rodoni & Ali, 2009 : 196), diantaranya yaitu :
a. Berhubungan dengan aset perusahaan yaitu dengan menjual aset-aset utama, melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan pengeluaran dan biaya penelitian dan pengembangan.
31
B. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang berhubungan dengan financial distress telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya sehingga hasil penelitian mereka dapat
dijadikan landasan untuk penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang
menguji tentang rasio keuanganterhadap financial distress antara lain sebagai berikut:
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Altman (1986) dalam Almalia
dan Kristidjadi (2003) yang meneneliti pemanfaatan analisis rasio keuangan
sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan
menggunakan analisis diskriminan. Altman menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang bangkrut antara tahun 1946-1965. Dari sampel yang dipilih,
Altman memperoleh 33 perusahaan, dengan menggunakan 22 rasio keuangan
yang kemudian dikelompokkan menjadi 5 golongan standar. Hasil
penelitiannya menghasilkan rasio keuangan yang dapat memprediksi
kebangkrutan perusahaan dengan fungsi diskriminan sebagai berikut : indeks kebangkrutan = 0,12 Working Capital/Total Asset + 0,14 Retained Earning/Total Asset + 0,33 Earning Before Interest and Tax/Total Asset + 0,006 Market Value Equity/Book Value Debt + 0,999 Sales/Total Asset.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Luciana (2006) mengenai prediksi
financial distress perusahaan go-public dengan model multinominal logit menggunakan tiga model dalam penelitian. Model yang pertama menguji
daya klasifikasi dan signifikansi rasio keuangan yang berasal dari neraca dan
32 keuangan yang berasal dari laporan arus kas, dan yang ketiga menguji daya
klasifikasi dan signifikansi rasio keuangan yang berasal dari laporan neraca,
laporan laba rugi, dan laporan arus kas secara bersama-sama. Sampel
perusahaan terdiri dari 43 perusahaan dengan laba bersih dan nilai buku
ekuitas positif serta masih terdaftar (listed) hingga 2001, 14 perusahaan yang mengalami laba bersih negatif dari tahun 2000 hingga 2001 serta masih
terdaftar (listed), dan 24 perusahaan yang mengalami laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif dari tahun 2000 hingga 2001 serta masih terdaftar
(listed) di BEJ. Hasil penelitian menunjukaan bahwa pada model pertama rasio yang dapat memprediksi kondisi financial distress perusahaan yaitu rasio TL/TA dengan daya klasifikasi sebesar 79%. Pada model kedua rasio
keuangan yang dapat memprediksi kondisi financial distress perusahaan yaitu rasio CFFO/TA dan CFFO/CL dengan daya klasifikasi sebesar 58%. Pada
model ketiga (pengujian bersama-sama antara rasio yang berasal dari neraca,
laba rugi, dan arus kas) rasio keuangan yang dapat memprediksi kondsi
financial distress perusahaan yaitu rasio CA/TA, TL/TA, NFA/TA, CFFO/CL, CFFO/TS dan CFFO/TL dengan daya klasifikasi sebesar 79,6%.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh platt dan
platt (2002) serta Luciana dan Kristijadi (2003) yang memberikan bukti
bahwa rasio keuangan profit margin, likuiditas, efisiensi, profitabilitas,
financial leverage, posisi kas dan pertumbuhan dapat digunakan untuk
33 Penelitian lain yang dilakukan oleh Yolanda dan Mudji (2009) yang
meneliti tentang prediksi financial distress perusahaan manufaktur dengan rasio arus kas periode 1999-2005. Ada 13 rasio arus kas yang digunakan
dalam penelitian tersebut yaitu CFFO/CL, CFFO/TL, CFFO/TS, CFFO/TA,
CFFO/EQ, CFFO/OS, CFFO/OI, IPPE/PPE, CHWC/TU, RPPE/TS,
IPPE/TU, DI/TS dan Netdebt. Pengujian statistik menggunakan uji normalitas
Kolmogorov Smirnov dan Mann Whitney U Test, dan menggunakan logistic
regression. Hasil penelitian menunjukan nahwa model prediksi financial distress dengan menggunakan arus kas fit secara statistik dan rasio CFFO/TA, CFFO/S, IPPE/PPE, CHWC/TU, RPPE/TS, DI/TS dan Netdebt signifikan
dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Luciana (2006) bahwa arus kas dari operasi menunjukan
signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress, tetapi berbeda karena tidak terdapat signifikansi pada laporan arus kas dari investasi, dan
pendanaan.
Penelitian lain yang diteliti oleh Wahyu dan Doddo (2009) yang meneliti
tentang pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress
perusahaan otomotif yaitu perusahaan Automotive and Allied Product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2006. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio CA/CL,
CA-INV/CL, CA-INV-TR/CL yang termasuk rasio likuiditas. Variabel NI/TA
yang termasuk rasio profitabilitas, variabel TL/TA dan CL/TA yang termasuk
34 (sales growth). Hasil penelitian menunjukan bahwa likuiditas yang diukur
dengan current ratio (CA/CL) tidak berpengaruh terhadap financial distress
perusahaan, likuiditas yang diukur dengan quick ratio (CA-INV/CL) berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan, likuiditas yang diukur dengan cash ratio (CA-INV-TR/CL) tidak berpengaruh terhadap
financial distress perusahaan, probabilitas (NI/TA) berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan, financial leverage TL/TA tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan, financial leverage CL/TA tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan, pertumbuhan penjualan (sales growth) tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rodoni dan Muslim (2009) yang
meneliti tentang prediksi kondisi financial distress perusahaan go-public dengan menggunakan multinominal logit. Perusahaan yang diteliti yaitu
perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia dan
memiliki laporan keuangan yang dipublikasikan pada periode 2004-2007.
Untuk penentuan sampel perusahaan financial distress maupun tidak, digunakan interest coverage ratio sesuai dengan penelitian Asquith, Gertner, dan Scharfstein (1994). Pengujian menggunakan analisis multinominal logit
dengan tiga model. Model pertama untuk menguji daya klasifikasi dan
signifikasi rasio keuangan yang berasal dari laporan laba rugi & neraca,
model kedua menguji klasifikasi dan signifikansi rasio keuangan yang berasal
35 rasio keuangan yang berasal dari laba rugi, neraca dan arus kas. Rasio
keuangan yang digunakan dalam penelitian beliau adalah NI/S, CA/CL,
CA/TA, NFA/TA, S/TA, S/CA, NI/TA, TL/TA, CASH/CL, CASH/TA,
CFFO/CL, CFFO/TL, CFFO/TA dan CFFO/TS yang masing-masing
mewakili dari profit margin, likuiditas, efisiensi, probabilitas, financial leverage, posisi kas dan aktifitas operasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pada pengujian model pertama, variabel NI/TA, TL/TA, dan
S/TA dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress dengan daya klasifikasi sebesar 75,4%. Model kedua variabel CFFO/CL dan
CFFO/TL dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress
dengan daya klasifikasi sebesar 69,7%. Model ketiga variabel TL/TA, S/TA,
CASH/CL, CFFO/CL, CFFO/TL dan CFFO/TA dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress dengan daya klasifikasi sebesar 83,8%.
C. KERANGKA PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable yang di gunakan di
antaranya variable dependen, dan variable independent. Dimana untuk
variable dependennya adalah financial distress yang dikatagorikan menjadi tiga kelompok, pertama, perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress, yaitu perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum pajak positif dan arus kas yang lebih besar dari hutang jangka panjang dua tahun
36 berturut-turut (Almilia, 2006). Dan ketiga, perusahaan dalam kondisi
financial distress kedua, yaitu perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum pajak negatif dan arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang dua
tahun berturut-turut (Almilia, 2006 dan Whitaker 1999) .
Variabel Independen dalam penelitian ini berupa rasio keuangan yang
merupakan perwakilan dari profit margin, likuiditas, effisiensi, profitabilitas, financial leverage, posisi kas, aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian
sebelumnya serta permasalah yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar
untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang
dituangkan pada gambar 2.2. kerangka pemikiran tersebut mengkaji
kemampuan rasio-rasio keuangan yang berasal dari laporan laba rugi, neraca
dan arus kas dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
37
GAMBAR 2.2
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2010
Rasio keuangan
Uji Beda MANOVA
Analisis Multinomial Logit
Model Fitting Information
Goodness Of Fit
Pseudo R-Square
Parameter Estimates
Ketetapan Prediksi klasifikasi
38
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan teori dan kerangkan konseptual, maka hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut :
H1 : Variabel rasio keuangan berbeda secara signifikan berdasarkan
kondisi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2010.
H2 : Variabel rasio keuangan yang berasal dari laporan neraca, laba
rugi dan arus kas dapat digunakan untuk memprediksi
39 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel
yang berupa rasio keuangan yang berasal dari laporan neraca, laba rugi dan
arus kas dalam memprediksi probabilitas financial distress perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh perusahaan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia dalam kurun waktu tahun 2007 sampai denggan tahun 2010.
B. METODE PENENTUAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009
: 115). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2010.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
40 ini menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria tertentu, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sampel adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2010.
b. Sampel telah mempublikasikan laporan keuangan auditan yang
lengkap (laporan neraca, laba rugi dan arus kas) periode 2007-2010,
khususnya item-item laporan keuangan yang menjadi dasar
rasio-rasio keuangan dalam penelitian ini.
c. Sampel mempublikasikan laporan keuangan yang dinyatakan dalam
rupiah.
d. Sampel adalah perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
Kelompok perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum
pajak positif dan arus kas lebih besar dari hutang jangka
panjang perusahaan selama dua tahun berturut-turut
diproksikan dengan 0.
Kelompok perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum
pajak negatif selama dua tahun berturut-turut diproksikan
dengan 1.
Dan kelompok perusahaan yang memiliki laba bersih
sebelum pajak negatif dan arus kas yang lebih kecil dari
hutang jangka panjang perusahaan selama dua tahun
41 Dari kriteria yang ditentukan untuk menentukan sampel penelitian,
maka sampel penelitian dalam penelitian ini berjumlah 57 perusahaan, terdiri
dari 29 perusahaan yang merupakan kelompok perusahaan sehat, yaitu
perusahaan yang memiliki laba bersih sebelum pajak positif dan memiliki
arus kas yang lebih besar dari hutang jangka panjang selama dua tahun
berturut-turut. 12 perusahaan yang merupakan kelompok perusahaan dalam
kondisi financial distress pertama, yaitu memiliki laba bersih sebelum pajak negatif selama dua tahun berturut-turut. Dan 16 perusahaan yang merupakan
kelompok perusahaan dalam kondisi financial distress kedua, yaitu memiliki laba bersih sebelum pajak negatif dan adanya arus kas yang lebih kecil dari
hutang jangka panjang selama dua tahun berturut-turut.
Perusahaan-perusahaan yang dimaksud ditampilkan dalam tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1
Sampel Perusahaan Secara Keseluruhan
No Sampel Jumlah
1 Perusahaan tidak dalam kondisi financial distress 29 2 perusahaan dalam kondisi financial distress pertama 12 3 Perusahaan dalam kondisi financial distress kedua 16
Total Sampel 57
42 4 PT Bristol Myers-Squibb Indonesia tbk
SQBI
5 PT Mustika Ratu tbk
MRAT
6 PT Delta Djakarta tbk
DLTA
7 PT Multi Bintang Indonesia tbk
MLBI
8 PT Gudang Garam tbk
GGRM
9 PT Beton Jaya Manunggal tbk
BTON
13 PT Sekawan Intipratama tbk
SIAP
14 PT Semen Gresik tbk
SMGR
15 PT Asuransi Dayin Mitra tbk
ASDM
16 PT Panin Life tbk
PNLF
17 PT Fortune Indonesia tbk
FORU
18 PT Jasuindo Tiga Perkasa tbk
JTPE
19 PT Bayu Buana tbk
BAYU
20 PT Astra Graphia tbk
43
21 PT Enseval Putera Megatrading tbk
EPMT
22 PT FKS Multi Agro tbk
FISH
23 PT Multi Indocitra tbk
MICE
24 PT Sumber Alfaria Trijaya tbk
AMRT
25 PT Fast Food Indonesia tbk
FAST
26 PT Aneka Tambang tbk
ANTM
27 PT Timah tbk
TINS
28 PT Ciputra Property tbk
CTRP
2 PT Panasia Filament Inti tbk
PAFI
3 PT Surya Intrindo Makmur tbk
SIMM
4 PT Bukit Darmo Property tbk
BKDP
5 PT Intanwijaya Internasional tbk
INCI
6 PT Aneka Kemasindo Utama tbk
AKKU
7 PT Indonesia Air Transport tbk
IATA 8 PT Bank Eksekutif Internasional tbk
BEKS
9 PT JJ Nab Capital tbk
44
10 PT Yulie Sekurindo tbk
YULE
11 PT Alfa Retailindo tbk
ALFA
1 PT Karwell Indonesia tbk KARW
2 PT Pelayaran Tempuran Emas tbk TMAS
3 PT Zebra Nusantara tbk ZBRA
4 PT Asuransi Bintang tbk
ASBI
5 PT Island Concepts Indonesia
ICON
10 PT Energi Mega Persada tbk
ENRG
11 PT Central Proteinaprima tbk
CPRO
12 PT Bumi Teknokultura Unggul tbk
BTEK
13 PT Bhuwanatala Indah Permai tbk
BIPP
14 PT Laguna Cipta Griya tbk LCGP
15 PT Panca Wiratama Sakti tbk PWSI
16 PT Arpeni Pratama Ocean Line tbk APOL
45
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dengan
menggunakan metode :
1. Metode Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka,
eksplorasi dan mengkaji berbagai literature pustaka seperti majalah,
jurnal, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.
2. Metode Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan
mengkaji data skunder yang berupa laporan struktur laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007 sampai 2010 yang
termuat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICDM) dan laporan
keuangan tahunan dari tahun 2007 hingga 2010.
D. METODE ANALISIS
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis hipotesis yaitu
menggunakan Multinomial Logit. Multinomial Logit digunakan jika dalam variabel penelitian variabel respon (dependen) dikategorikan menjadi tiga
atau lebih kategori. Definisi operasional variabel sebagai berikut :
Profit Margin
NIS = laba bersih / penjualan
Likuiditas
CACL = aktiva lancar / kewajiban lancer
WCTA = modal kerja / total aktiva
CATA = aktiva lancar / total aktiva
46 Efisiensi
STA = penjualan / total asset
SCA = penjualan / aktiva lancer
SWC = penjualan / modal kerja
Profitabilitas
NITA = laba bersih / total aktiva
Financial Leverage
TLTA = total hutang / total aktiva
Posisi Kas
CASHCL = kas / hutang lancar
CASHTA = kas / total aktiva
Aktivitas Operasi
CFFOCL = arus kas bersih dari aktivitas operasi / hutang lancar
CFFOTL = arus kas bersih dari aktivitas operasi / total hutang
CFFOTA = arus kas bersih dari aktivitas operasi / total aktiva
CFFOS = arus kas bersih dari aktifitas operasi / penjualan
CFFOTS = arus kas bersih dari aktivitas operasi / total sumber dana
Aktivitas Investasi
IPPEPPE = investasi aktiva tetap / aktiva tetap
IPPETU = investasi aktiva tetap / total penggunaan dana
RPPETS = penghapusan aktiva tetap / total sumber dana
Aktivitas Pendanaan