• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan pola peningkatan kekerasan kulit buah manggis selama penyimpanan dingin dengan metode NIR Spectroscopy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan pola peningkatan kekerasan kulit buah manggis selama penyimpanan dingin dengan metode NIR Spectroscopy"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KULIT BUAH MANGGIS SELAMA PENYIMPANAN

DINGIN DENGAN METODE NIR

SPECTROSCOPY

DWI DIAN NOVITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Pola Peningkatan Kekerasan Kulit Buah Manggis selama Penyimpanan Dingin dengan Metode NIR Spectroscopy adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2011

(4)

DWI DIAN NOVITA. Determination the Pattern of Pericarp Hardening of Mangosteen Fruit during Cold Storage using NIR Spectroscopy. Under direction of USMAN AHMAD, SUTRISNO, and I WAYAN BUDIASTRA.

Pericarp hardening of mangosteen fruit has correlation with the decrease in moisture content due to transpiration and respiration during storage. The change of pericarp moisture content during storage may be determined nondestructively using near infrared (NIR) spectroscopy. The objectives of this study were to build calibration model of NIR reflectance to predict the moisture content of the pericarp, and to determine the pattern of pericarp hardening based on change of moisture content during storage using NIR reflectance. NIR reflectance spectra were obtained from fruits stored at 8 ºC, 13 ºC, and room temperature. Calibration were built using partial least squares (PLS) and artificial neural network (ANN) models. Results of analysis indicated that pericarp moisture content could be predicted well by NIR reflectance using the calibration model of PLS for mangosteen stored at 8 ºC, 13 ºC, and room temperature. The pattern of pericarp hardening based on change of moisture content also could be determined using NIR reflectance for mangosteen stored at 13 ºC and room temperature.

Keywords: mangosteen fruit, pericarp hardening, moisture content, NIR spectroscopy, PLS, ANN

(5)

DWI DIAN NOVITA. Penentuan Pola Peningkatan Kekerasan Kulit Buah Manggis selama Penyimpanan Dingin dengan Metode NIR Spectroscopy. Dibimbing oleh USMAN AHMAD, SUTRISNO, dan I WAYAN BUDIASTRA.

Pengerasan kulit merupakan indikator kerusakan pada penyimpanan buah manggis yang berkaitan dengan kandungan air pada kulit buah. Selama penyimpanan, buah manggis terus bertranspirasi dan berespirasi yang menyebabkan kehilangan air pada kulit buah. Perubahan kadar air kulit pada buah yang sama selama penyimpanan tidak bisa diketahui dengan metode destruktif sebab setiap pengukuran menggunakan buah yang berbeda, namun hal tersebut bisa dilakukan dengan metode nondestruktif menggunakan NIR spectroscopy. Reflektan NIR dapat digunakan untuk memprediksi kadar air kulit pada buah yang sama dari awal sampai akhir penyimpanan. Dengan demikian, pola peningkatan kekerasan kulit buah manggis berdasarkan perubahan kadar air selama penyimpanan dapat ditentukan menggunakan reflektan NIR. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan model kalibrasi NIR untuk memprediksi kadar air kulit buah manggis selama penyimpanan dengan metode PLS dan JST dan (2) menentukan pola peningkatan kekerasan kulit buah manggis berdasarkan perubahan kadar air selama penyimpanan menggunakan reflektan NIR.

Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pada penelitian tahap pertama, total sampel yang digunakan berjumlah 304 buah manggis. Sebanyak 88 buah masing-masing disimpan pada 8 ºC dan 13 ºC selama 40 hari, dan sebanyak 128 buah manggis disimpan pada suhu ruang (27 ºC) selama 22 hari. Pengukuran reflektan, kadar air, dan kekerasan kulit buah dilakukan pada hari ke-0, 1, 2, 4, 8, 16, 24, 28, 32, 36, dan 40 penyimpanan pada 8 ºC dan 13 ºC, dan pada hari ke-0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, dan 22 penyimpanan pada suhu ruang. Setiap pengukuran menggunakan 8 ulangan. Pada penelitian tahap kedua, total sampel yang digunakan berjumlah 30 buah manggis. Sebanyak 10 buah manggis masing-masing disimpan pada 8 ºC, 13 ºC selama 28 hari, dan pada suhu ruang selama 16 hari sebagai sampel monitoring. Reflektan diukur pada hari ke-0, 2, 4, 8, 16, 24 dan 28 pada penyimpanan dingin dan pada hari ke-0, 2, 4, 6, 8,10,12,14, dan 16 pada suhu ruang.

(6)

input, lapisan tersembunyi, dan lapisan output. Analisis data dilakukan dengan menggunakan 5 dan 10 PC sebagai input, 10 lapisan tersembunyi, dan 1 output yaitu kadar air kulit buah. Parameter pelatihan berupa konstanta laju pembelajaran bernilai 0,8; konstanta momentum bernilai 0,8; dan konstanta sigmoid bernilai 1. Optimasi dilakukan dengan kombinasi jumlah PC dan iterasi sebanyak 1.000-150.000 kali. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan PC 10 sebagai input menghasilkan nilai korelasi kadar air kulit buah dan reflektan NIR yang lebih baik dibandingkan PC 5 pada ketiga suhu penyimpanan. Iterasi terpilih untuk ketiga suhu penyimpanan adalah 100.000 iterasi. Hasil kalibrasi dan validasi JST dengan arsitektur 10-10-1 dan 100.000 iterasi menunjukkan nilai r sebesar 0,757-0,807 artinya ada korelasi antara kadar air kulit buah dengan reflektan NIR pada ketiga suhu penyimpanan. Selisih nilai RMSEC dan RMSEP sebesar 0,33-0,66% dan nilai CV<5% yaitu 3,0-4,3% artinya akurasi dan kestabilan model kalibrasi baik. Dengan demikian model kalibrasi reflektan NIR dengan metode JST juga dapat memprediksi kadar air kulit buah manggis dengan baik pada penyimpanan 8 ºC, 13 ºC, dan suhu ruang.

Perbandingan hasil kalibrasi dan validasi menggunakan metode PLS dan JST menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) model kalibrasi PLS lebih tinggi (0,758-0,882) dibandingkan model kalibrasi JST (0,757-0,807). Berdasarkan nilai CV, kedua metode memiliki CV<5% tetapi CV PLS lebih rendah (2,5-3,3%) dibandingkan CV JST (3,0-4,3%). Hal ini berarti model kalibrasi PLS memberikan hasil prediksi yang lebih baik dibandingkan model kalibrasi JST.

Kadar air berkorelasi dengan kekerasan kulit buah pada penyimpanan 13 ºC dan suhu ruang tetapi tidak berkorelasi pada penyimpanan 8 ºC. Hubungan kadar

air dan kekerasan kulit buah manggis dapat ditentukan dengan persamaan y = 0,07972x2 – 9,833x + 305,9 (R2 = 82,3%) pada penyimpanan 13 ºC dan y = 0,1207x2 – 14,89x + 460,8 (R2 = 64,9%) pada suhu ruang. Selain itu, pola

peningkatan kekerasan kulit buah manggis berdasarkan perubahan kadar air kulit

buah dapat ditentukan menggunakan reflektan NIR dengan persamaan y = 0,0045x2 – 0,126x + 3,64 (R2 = 87,4%) untuk penyimpanan selama 28 hari

pada suhu 13 ºC dan dengan persamaan y = 0,0138x2 – 0,218x + 2,69 (R2 = 70,1%) untuk penyimpanan selama 16 hari pada suhu ruang.

(7)

Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)
(9)

DINGIN DENGAN METODE NIR

SPECTROSCOPY

DWI DIAN NOVITA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Nama : Dwi Dian Novita

NRP : F153080021

Disetujui

Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr.

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr.

Anggota Anggota

Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr.

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Teknologi Pascapanen

Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(12)
(13)

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tema penelitian yang dipilih adalah evaluasi nondestruktif pada komoditi pertanian, dengan judul Penentuan Pola Peningkatan Kekerasan Kulit Buah Manggis selama Penyimpanan Dingin dengan Metode NIR Spectroscopy.

Atas terselesaikannya tesis ini, penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr., Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr., dan Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr., selaku komisi pembimbing serta kepada Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc. selaku penguji luar komisi yang telah memberikan ilmu, pemahaman, saran, dan arahan kepada penulis. Terima kasih kepada Ditjen Dikti Kemendiknas yang telah membiayai studi S2 ini serta kepada Badan Litbang Kementan dan Dinas Pendidikan Propinsi Lampung yang telah memberikan bantuan dana penelitian. Selain itu, penulis menyampaikan penghargaan kepada Bpk. Sulyaden dari Lab.TPPHP, Ibu Rus dan Bpk. Mul dari Dep.TMB, Bpk. Arisandi dari PT.Abadi Nusa, Bpk. Sugiyono dan Sdri. Ismi dari tim KKP3T yang telah memberikan bantuan selama penelitian, serta kepada

kolega di TEP Unila dan rekan-rekan TPP 2008: Ruri, Ibu Mila, Mba Erbi, Mba Fifi, Mba Novi, Mba Meivi, Mba Yosi, Pak Bambang, Pak Khamsi, dan Pak Amin atas kebersamaan dan dukungan selama studi.

Secara khusus, penulis menyampaikan penghormatan dan ucapan terima kasih kepada papa (alm) dan mama tercinta, adik-adik: Tia, Tendi, dan Ipan, serta kepada bapak dan emak di Magelang yang selalu memberikan kasih sayang dan doa terbaik. Terima kasih kepada suami tercinta: Asropi, atas segala pengertian, bantuan, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Bogor, Juni 2011

(14)

Penulis dilahirkan di Kalianda, Lampung Selatan, pada tanggal 24 September 1982 merupakan anak kedua dari lima bersaudara, putri pasangan

M. Ramli dan Nurhayati.

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 5

Buah Manggis ... 5

Fisiologi Pascapanen Buah Manggis ... 8

Jaringan Kulit Buah Manggis ... 9

Penyimpanan Dingin ... 11

Near Infrared (NIR) Spectroscopy ... 12

Partial Least Squares (PLS) ... 14

Analisis Komponen Utama (PCA) ... 16

Jaringan Saraf Tiruan ... 19

Analisis Regresi ... 23

METODOLOGI PENELITIAN ... 25

Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

Bahan dan Alat ... 25

Prosedur Penelitian ... 25

Penelitian tahap pertama ... 25

Penelitian tahap kedua ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

Penelitian Tahap Pertama ... 35

Penurunan mutu buah manggis selama penyimpanan ... 35

Perubahan parameter mutu buah manggis selama penyimpanan ... 37

Analisis spektra NIR kulit buah manggis ... 39

Kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis dengan metode PLS ... 44

Kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis dengan metode JST ... 48

Perbandingan hasil kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS dan JST ... 56

(16)

Penelitian Tahap Kedua ... 59

Prediksi kadar air kulit buah manggis berdasarkan reflektan NIR ... 59

Prediksi kekerasan kulit buah manggis berdasarkan perubahan kadar air menggunakan reflektan NIR ... 61

Pola peningkatan kekerasan kulit buah manggis berdasarkan perubahan kadar air menggunakan reflektan NIR ... 63

SIMPULAN DAN SARAN... 65

Simpulan ... 65

Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Ciri fisik buah manggis berdasarkan umur panen (Prihatman 2000)... 7

2 Standar mutu buah manggis menurut SNI 01–3211-1992 (Deptan 2006) ... 8

3 Deskripsi data untuk kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS ... 45

4 Komponen evaluasi hasil kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis dengan metode PLS ... 46

5 Deskripsi data untuk kalibrasi dan validasi NIR dengan metode JST ... 50

6 Hasil kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis

dengan metode JST pada penyimpanan 8 ºC ... 52

7 Hasil kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis

dengan metode JST pada penyimpanan 13 ºC ... 52

8 Hasil kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis

dengan metode JST pada penyimpanan suhu ruang ... 53

9 Komponen evaluasi hasil kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis dengan metode JST ... 56

(18)
(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Buah manggis. ... 6

2 Indeks kamatangan buah manggis (Direktorat Tanaman Buah 2003). ... 7

3 Penampang melintang kulit buah manggis (a) pada awal dan (b & c) pada akhir penyimpanan (Qanytah 2004). ... 11

4 Spektrum gelombang elektromagnetik (Osborne 1993). ... 13

5 Algoritma propagasi balik. ... 20

6 Prosedur penelitian tahap pertama. ... 26

7 (a) Spektrometer NIRFlex N-500 fiber optic solids dan (b) Pengukuran reflektan NIR kulit buah manggis. ... 27

8 Kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS. ... 29

9 Kalibrasi dan validasi NIR dengan metode JST. ... 30

10 Arsitektur JST. ... 31

11 Prosedur penelitian tahap kedua. ... 33

12 Kerusakan buah manggis (a) getah kuning, (b) bercak hitam pada kulit buah, dan (c) kerusakan daging buah. ... 35

13 Persentase kerusakan daging buah manggis selama penyimpanan. ... 36

14 Perubahan kadar air kulit buah manggis selama penyimpanan. ... 37

15 Perubahan kekerasan kulit buah manggis selama penyimpanan. ... 38

16 Reflektan kulit buah manggis pada penyimpanan (a) 8 ºC, (b) 13 ºC, dan (c) suhu ruang. ... 40

17 Reflektan (a) sebelum normalisasi dan (b) setelah normalisasi. ... 41

18 Reflektan kulit buah setelah normalisasi 0-1 pada penyimpanan (a) 8 ºC, (b) 13 ºC, dan (c) suhu ruang. ... 42

19 Absorban kulit buah manggis pada penyimpanan (a) 8 ºC, (b) 13 ºC, dan (c) suhu ruang. ... 43

(20)

21 Hasil kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS pada penyimpanan

(a) 8 ºC, (b) 13 ºC, dan (c) suhu ruang. ... 47

22 Eigenvalue berdasarkan jumlah PC. ... 48

23 Variasi komulatif berdasarkan jumlah PC. ... 49

24 Arsitektur JST (a) 5-10-1 dan (b) 10-10-1. ... 51

25 Hasil kalibrasi dan validasi NIR dengan metode JST pada penyimpanan (a) 8 ºC, (b) 13 ºC, dan (c) suhu ruang. ... 55

26 Hasil analisis regresi kadar air dan kekerasan kulit buah manggis. ... 58

27 Kadar air kulit buah 10 sampel monitoring selama penyimpanan pada (a) 8 ºC, (b) 13 ºC, dan (c) suhu ruang hasil prediksi berdasarkan reflektan NIR. ... 60

28 Perubahan kadar air rata-rata kulit buah manggis selama penyimpanan hasil prediksi berdasarkan reflektan NIR. ... 61

29 Prediksi kekerasan kulit buah manggis berdasarkan kadar air hasil prediksi menggunakan reflektan NIR... 62

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Buah manggis yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian. ... 72

2 (a) Perendaman buah manggis dengan TBZ dan (b) penyimpanan dalam refrigerator. ... 72

3 Bagian-bagian NIRFlex N-500 Fiber Optic Solids (Anonim2008). ... 73

4 Pengukuran parameter mutu (a) sampel untuk pengukuran kadar air dan (b) pengukuran kekerasan kulit buah manggis. ... 73

5 Hasil pengukuran kadar air dan kekerasan kulit buah manggis pada penyimpanan 8 ºC dan 13 ºC ... 74

6 Hasil pengukuran kadar air dan kekerasan kulit buah manggis pada penyimpanan suhu ruang ... 76

7 Hasil kalibrasi dan validasi dengan metode PLS pada penyimpanan 8 ºC .... 80

8 Hasil kalibrasi dan validasi dengan metode PLS pada penyimpanan 13 ºC .. 82

9 Hasil kalibrasi dan validasi dengan metode PLS pada penyimpanan suhu ruang ... 84

10 Komponen utama sebagai input JST pada penyimpanan 8 ºC ... 89

11 Komponen utama sebagai input JST pada penyimpanan 13 ºC ... 92

12 Komponen utama sebagai input JST pada penyimpanan suhu ruang ... 95

13 Analisis regresi kadar air dan kekerasan kulit buah manggis pada penyimpanan 8 ºC ... 101

14 Analisis regresi kadar air dan kekerasan kulit buah manggis pada penyimpanan 13 ºC ... 101

15 Analisis regresi kadar air dan kekerasan kulit buah manggis pada penyimpanan suhu ruang ... 101

16 Kadar air kulit buah manggis hasil prediksi berdasarkan reflektan NIR pada penyimpanan 8 ºC ... 102

(22)

18 Kadar air kulit buah manggis hasil prediksi berdasarkan reflektan NIR pada penyimpanan suhu ruang ... 103

19 Prediksi kekerasan kulit buah manggis berdasarkan kadar air rata-rata hasil prediksi menggunakan reflektan NIR pada penyimpanan 13 ºC dan suhu ruang ... 103

20 Analisis regresi kekerasan kulit buah manggis dan lama penyimpanan pada penyimpanan 13 ºC ... 104

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat dunia menjuluki buah manggis sebagai “queen of fruit”

disebabkan kekhasan bentuk dan cita rasanya. Susunan kelopak buah menyerupai

mahkota serta rasa daging buah yang unik yaitu perpaduan rasa manis, asam, dan

sedikit sepat menjadi kekhasan yang tidak dijumpai pada buah-buahan lainnya.

Buah ini merupakan salah satu buah eksotik yang sangat disukai oleh konsumen

dalam dan luar negeri.

Buah manggis merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan dengan

kontribusi sebesar 34,4% dari total ekspor buah Indonesia. Pada tahun 2009,

volume ekspornya sebesar 4.285 ton dengan nilai US$ 2.781.712 lalu pada tahun

2010 mengalami peningkatan menjadi 8.225 ton dengan nilai US$ 6.310.272.

Negara tujuan ekspor buah manggis adalah Singapura, China, Hong Kong,

Taiwan, RRC, serta beberapa negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan

Arab Saudi (Assibsindo 2011). Walaupun demikian, sebagian besar buah

manggis yang dihasilkan oleh petani masih memiliki mutu yang rendah.

Mutu buah manggis yang rendah disebabkan oleh beberapa hal antara lain

waktu panen yang tidak tepat, adanya getah kuning, lecet pada kulit dan tangkai,

serta pengerasan kulit buah (Satuhu 1999). Hal ini sangat mempengaruhi

penerimaan konsumen sebab mutu buah ditentukan oleh faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal meliputi warna, bentuk, ukuran, adanya noda getah, dan

kerusakan oleh serangga sedangkan faktor internal meliputi adanya daging

bening, getah kuning, dan pengerasan kulit buah (Dangcham et al. 2008).

Pengerasan kulit merupakan masalah utama yang dijumpai pada

penyimpanan buah manggis dan merupakan salah satu indikator kerusakan. Buah

yang kulitnya mengeras menjadi sulit dibuka sehingga tidak disukai oleh

konsumen. Pengerasan kulit diduga erat kaitannya dengan kandungan air pada

kulit buah. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kekerasan kulit

cenderung meningkat sedangkan kadar air kulit cenderung menurun selama

(24)

kulit terjadi akibat transpirasi dan respirasi buah selama penyimpanan (Hasbi

et al. 2005, Suyanti & Setyadjit 2007).

Kulit sebagai bagian terluar buah manggis yang berhubungan langsung

dengan lingkungan penyimpanan. Pada kulit inilah terjadi transpirasi melalui

mulut kulit dan kutikula. Hasil pengamatan penampang melintang kulit buah

manggis menunjukkan bahwa pada awal penyimpanan ruang-ruang antar sel

jaringan parenkim kulit luar dan tengah terisi oleh cairan, namun pada akhir

penyimpanan ruang-ruang antar sel tersebut rusak karena kehilangan cairan dan

terjadi penebalan dinding sel yang mengakibatkan kulit menjadi keras.

Transpirasi cairan di ruang–ruang antar sel menyebabkan sel menciut sehingga

ruang antar sel menyatu dan zat pektin saling berikatan (Qanytah 2004).

Perubahan kadar air kulit pada buah yang sama selama penyimpanan tidak

bisa diketahui dengan metode pengukuran yang bersifat merusak (destruktif)

sebab setiap pengukuran menggunakan buah yang berbeda. Oleh karena itu perlu

dikembangkan metode pengukuran secara tidak merusak (nondestruktif) dengan

metode near infrared (NIR) spectroscopy. NIR spectroscopy menghasilkan

informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang berasal dari interaksi antara

gelombang NIR dengan senyawa organik penyusun komoditas seperti air, protein,

karbohidrat, atau lemak (Pasquini 2003). Informasi ini dapat diambil

menggunakan analisis multivariabel seperti partial least squares (PLS) dan

jaringan saraf tiruan (JST). Keunggulan metode NIR spectroscopy adalah

pengukuran cepat, tingkat presisi tinggi, tidak perlu penyiapan sampel secara

khusus, bebas bahan kimia, dan tanpa limbah (Osborne et al. 1993).

Analisis kandungan air dengan NIR spectroscopy merupakan salah satu

teknologi yang cepat dan telah berhasil diaplikasikan lebih dari 30 tahun pada

berbagai komoditi pertanian dan bahan makanan (Buning 2003). Penerapan NIR

spectroscopy dalam bidang pertanian pertama kali dilakukan oleh Norris untuk

memprediksi kadar air dalam biji-bijian pada tahun 1964 (Nicolai et al. 2007).

Selain itu, Cozzolino (2005) menggunakan NIR spectroscopy untuk memprediksi

kandungan air dalam minyak ikan, Uddin et al. (2006) memprediksi kandungan

air dalam surimi, dan Mireei et al. (2010) memprediksi kandungan air dalam

(25)

Perumusan Masalah

Pengerasan kulit merupakan indikator kerusakan pada penyimpanan buah

manggis yang berkaitan dengan kandungan air pada kulit buah. Selama

penyimpanan, buah manggis terus bertranspirasi dan berespirasi yang

menyebabkan kehilangan air pada kulit buah. Perubahan kadar air kulit pada buah

yang sama selama penyimpanan tidak bisa diketahui dengan metode destruktif

sebab setiap pengukuran menggunakan buah yang berbeda, namun hal tersebut

bisa dilakukan dengan metode nondestruktif menggunakan NIR spectroscopy.

Reflektan NIR dapat digunakan untuk memprediksi kadar air kulit pada buah yang

sama dari awal sampai akhir penyimpanan. Dengan demikian, pola peningkatan

kekerasan kulit buah manggis berdasarkan perubahan kadar air selama

penyimpanan dapat ditentukan menggunakan reflektan NIR.

Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan model kalibrasi NIR untuk memprediksi kadar air kulit

buah manggis selama penyimpanan dengan metode PLS dan JST.

2. Menentukan pola peningkatan kekerasan kulit buah manggis berdasarkan

perubahan kadar air selama penyimpanan menggunakan reflektan NIR.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat dalam proses sortasi. Model kalibrasi NIR

dapat digunakan untuk memprediksi kadar air kulit buah manggis menggunakan

reflektan NIR dan pola peningkatan kekerasan kulit dapat dijadikan indikator

(26)
(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)

Tanaman manggis berasal dari hutan tropis di kawasan Malaysia dan

Kalimantan Timur, Indonesia. Tanaman ini menyebar dari Asia Tenggara ke

daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi,

Karibia, Hawaii, dan Australia Utara. Tanaman manggis diklasifikasikan sebagai

berikut (Prihatman 2000):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Buah manggis merupakan buah buni yang mempunyai kulit tebal berkisar

6-10 mm. Buah manggis berbentuk bulat dengan diameter 6-8 cm dan berat

rata-rata 80-130 g/buah (Pantastico 1989). Setiap buah memiliki rata-rata-rata-rata empat helai

kelopak yang melekat di antara tangkai dan kulit buah (Gambar 1). Keutuhan

kelopak menjadi salah satu standar mutu yang ditetapkan oleh masyarakat Eropa.

Buah ini dapat dikonsumsi dalam kondisi segar dan dapat dibuat produk olahan

berupa buah kaleng, sirup, atau sari buah. Biji buah manggis diselimuti oleh aril

berwarna putih susu, lunak, dan banyak mengandung sari buah (Satuhu 1999).

Daging buah bersegmen-segmen berkisar antara 5-8 segmen. Jika telah masak

daging berwarna putih dengan tekstur lembut dan rasa yang manis serta sedikit

rasa asam dan sepat (Juanda & Cahyono 2000). Dalam 100 g daging buah

terkandung 0,6 g protein, 0,6 g lemak, 15,6 g karbohidrat, 8 mg kalsium, 12 mg

(28)

Gambar 1 Buah manggis.

Warna kulit buah merupakan salah satu faktor mutu yang dipertimbangkan

oleh konsumen. Selama pematangan, warna kulit berubah dari hijau menjadi

ungu tua. Perubahan warna terjadi secara bertahap selama 30-45 hari (Palapol

et al. 2009). Hasil penelitian Chaverri et al. (2008) menunjukkan bahwa kulit

buah manggis merupakan sumber xanthones dan bahan bioaktif lain yang

bermanfaat sebagai antioksidan, anti tumor, anti alergi, anti inflamasi, anti bakteri

dan anti virus serta bermanfaat untuk mengobati diare, disentri, dan sengatan

lebah. Pada xanthones dan derivatnya diketahui terkandung adanya

3-isomangoestein, alpha mangostin, gamma-mangostin, Garcinone A, B, C, D,

dan E, maclurin dan mangostenol. Selain itu, kulit buah banyak mengandung

pektin, tanin katekin, rosin dan mangostin.

Sentra produksi buah manggis Indonesia terdapat di Kalimantan Timur,

Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, dan Wanayasa), Sumatera

Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Buah manggis

dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM) hingga 114 SBM

(Tabel 1). Untuk konsumsi lokal, buah dipanen pada umur 114 SBM sedangkan

(29)

Tabel 1 Ciri fisik buah manggis berdasarkan umur panen

Umur panen (hari SBM)

Berat (gram)

Diameter

(mm) Warna kulit

104 80-130 55-60 Hijau bintik ungu

106 80-130 55-60 Ungu merah 10-25 %

108 80-130 55-60 Ungu merah 25-50 %

110 80-130 55-60 Ungu merah 50-75 %

114 80-130 55-65 Ungu merah > 75 %

Tingkat kematangan buah manggis setelah panen dibagi dalam 6 indeks

(Gambar 2). Indeks 0 kulit buah berwarna kuning kehijauan dan indeks 1

berwarna hijau kekuningan. Buah pada kedua indeks ini masih bergetah dan

belum siap panen. Indeks 2 kulit buah berwarna kuning kemerahan dengan

bercak merah, indeks 3 berwarna merah kecoklatan, indeks 4 berwarna merah

keunguan, indeks 5 berwarna ungu kemerahan, dan indeks 6 berwarna ungu

kehitaman. Buah dengan indeks kematangan 2 dan 3 dipanen untuk tujuan ekspor

sedangkan indeks 4, 5, dan 6 untuk pasar domestik (Direktorat Tanaman Buah

2003). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01–3211-1992, buah

manggis digolongkan menjadi 3 kelas yaitu Mutu Super, Mutu I dan Mutu II

(Tabel 2).

Gambar 2 Indeks kamatangan buah manggis (Direktorat Tanaman Buah 2003).

Indeks 0 Indeks 1 Indeks 2

(30)

Tabel 2 Standar mutu buah manggis menurut SNI 01–3211-1992

Fisiologi Pascapanen Buah Manggis

Buah-buahan termasuk manggis merupakan struktur yang masih hidup

setelah dipanen sebab masih melakukan metabolisme untuk mempertahankan

sistem-sistem fisiologis seperti halnya ketika sebelum dipetik dari tanaman

induknya. Selama proses pematangan, buah mengalami beberapa perubahan

secara fisik dan kimia meliputi perubahan warna, tekstur, bau, tekanan turgor sel,

dinding sel, zat pati, protein, senyawa turunan fenol, dan asam-asam organik

(Winarno 2002).

Semua bahan hidup memerlukan energi untuk mempertahankan organisasi

selular, transportasi metabolit ke seluruh jaringan, dan mempertahankan

permeabilitas membran yang dihasilkan dari respirasi. Respirasi adalah suatu

proses metabolisme yang menggunakan oksigen (O2) untuk perombakan senyawa

(31)

molekul-molekul yang lebih sederhana yaitu karbondioksida (CO2), air (H2

C

O),

dan energi panas yang dapat digunakan untuk reaksi sintesa. Reaksi kimia

respirasi adalah sebagai berikut (Winarno 2002).

6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2

Respirasi terdiri dari 3 fase. Fase pertama yaitu perombakan polisakarida

menjadi gula-gula sederhana. Fase kedua yaitu oksidasi gula-gula sederhana

tersebut menjadi asam piruvat. Fase ketiga yaitu transformasi aerobik asam

piruvat dan asam-asam organik lainnya menjadi karbohidrat, air, dan energi

(Muhtadi 1992). Berdasarkan pola respirasinya, manggis termasuk golongan

buah klimakterik. Klimakterik adalah suatu periode mendadak yang unik pada

buah-buahan tertentu yang diawali dengan proses pembentukan etilen. Proses ini

ditandai dengan adanya pertumbuhan menjadi senescene, adanya peningkatan

pola pernafasan, dan dimulainya proses pematangan. Buah-buahan yang tidak

mengalami proses tersebut digolongkan sebagai buah nonklimakterik (Winarno

2002).

O + Energi

Jaringan Kulit Buah Manggis

Kulit merupakan bagian terluar buah manggis yang berhubungan langsung

dengan lingkungan penyimpanan. Pada kulit inilah terjadi proses transpirasi yaitu

proses penguapan air dari tanaman. Proses ini berlangsung melalui bagian mulut

kulit dan kutikula. Kehilangan air pada kulit manggis dipengaruhi oleh RH, suhu,

pergerakan udara, dan tekanan atmosfer. Kehilangan air menyebabkan

peningkatan susut bobot dan menurunkan mutu tekstur buah (Soesarsono 1988).

Sistem jaringan kulit yang terluar disebut epidermis. Salah satu ciri penting

sel-sel epidermis adalah adanya selaput kutikula. Berbagai proses fisika dan

fisiko-kimia pada buah-buahan yang telah dipanen bermula pada lapisan

epidermis. Kehilangan air, pertukaran gas, peresapan bahan-bahan kimia,

ketahanan terhadap tekanan suhu, kerusakan mekanis, penguapan

senyawa-senyawa atsiri, dan perubahan tekstural dimulai dari permukaan kulit buah

(32)

Pengerasan kulit merupakan masalah utama dalam penyimpanan buah

manggis. Selama penyimpanan terjadi proses kehilangan air sehingga kulit buah

menjadi kering, keras, dan sulit dibuka. Pengeringan disebabkan oleh transpirasi

yang terjadi pada mulut kulit dan kutikula. Pembukaan dan penutupan mulut kulit

menentukan jumlah air yang hilang. Laju transpirasi dipengaruhi oleh adanya

lapisan lilin pada kulit namun tidak dipengaruhi oleh ketebalan kutikula

(Pantastico 1989). Hasil penelitian Bunsiri et al. (2002) menunjukkan bahwa

peningkatan kekerasan kulit menjadi semakin cepat jika manggis mengalami

kerusakan mekanis yang dapat disebabkan oleh tekanan atau benturan selama

proses panen atau selama tranportasi. Total phenolic pada kulit yang rusak

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kulit yang tidak rusak. Sebaliknya, total

lignin kulit yang rusak lebih banyak dibandingkan kulit yang tidak rusak.

Parenkim adalah jaringan dasar yang paling umum dan utama yang terdapat

pada bagian buah-buahan. Sel-sel perenkim dapat pula menimbun zat pati,

protein, minyak, dan zat penyamak. Pada beberapa jenis buah, sel parenkim

memiliki kelenjar-kelenjar minyak berbentuk memipih atau bulat yang

menghasilkan minyak atsiri. Sel-sel jaringan parenkim dapat tersusun rapat atau

longgar. Jika tersusun longgar maka terdapat ruang-ruang antar sel (Pantastico

1989). Hasil pengamatan Qanytah (2004) terhadap penampang melintang irisan

kulit buah manggis menunjukkan bahwa pada awal penyimpanan ruang-ruang

antar sel jaringan parenkim kulit luar dan tengah manggis terisi oleh cairan

(Gambar 3a), namun pada akhir penyimpanan ruang-ruang antar sel tersebut rusak

karena kehilangan cairan dan terjadi penebalan dinding sel yang mengakibatkan

kulit menjadi keras. Transpirasi cairan di ruang–ruang antar sel menyebabkan sel

menciut sehinggga ruang antar sel menyatu dan zat pektin saling berikatan

(Gambar 3b & 3c). Tekstur buah dipengaruhi oleh ketegangan, ukuran, bentuk,

keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang, dan susunan tanamannya.

Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel dan konsentrasi

zat-zat osmotik aktif. Difusi yang terus-menerus dapat meningkatkan jenjang energi

sel dan mengakibatkan meningkatnya tekanan yang mendorong sitoplasma ke

(33)

Gambar 3 Penampang melintang kulit buah manggis (a) pada awal dan (b & c) pada akhir penyimpanan (Qanytah 2004).

Penyimpanan Dingin

Penyimpanan dingin adalah proses pengawetan bahan pangan dengan cara

menyimpannya pada suhu diatas suhu pembekuan umumnya pada 2-13 ºC

tergantung pada bahan yang disimpan. Pada penyimpanan dingin, selain

pengendalian suhu juga dilakukan pengendalian atas sirkulasi dan kelembaban

relatif (RH) udara. Penggunaan suhu rendah dan RH tinggi dapat menghambat

aktifitas fisiologis, aktifitas mikroba, transpirasi, dan evaporasi sampai batas

waktu tertentu. Walaupun perubahan mutu buah tetap terjadi selama

penyimpanan dingin tetapi lajunya lebih lambat dibandingkan penyimpanan pada

suhu ruang. Pengaturan RH udara pada ruang penyimpanan sangat penting

dilakukan sebab RH yang jenuh akan menyebabkan pengembunan air pada

permukaan buah yang akan menjadi media bagi pertumbuhan mikroba.

Sedangkan jika RH rendah akan menyebabkan pengeriputan kulit (Pantastico

1989).

Kader (2005) menyampaikan bahwa suhu optimum penyimpanan manggis

yaitu 13 ºC. Suhu optimum penting untuk diperhatikan sebab jika buah

didinginkan pada suhu yang lebih rendah dari suhu optimum maka buah akan

mengalami kerusakan karena dingin (chilling injury). Choehom et al. (2003)

meneliti tentang chilling injury (CI) pada buah manggis. Penelitian tersebut

menggunakan buah manggis dengan indeks kematangan ungu-merah yang

(34)

disimpan pada suhu 3 ºC, 6 ºC, 12 ºC, dengan RH 88-90% dan suhu ruang

(29-30 ºC) dengan RH 65-70% sebagai kontrol. Gejala CI ditemukan setelah

buah manggis disimpan selama 5 hari pada suhu 3 ºC dan 6 ºC. Gejala CI berupa

pengerasan kulit, pencoklatan kulit bagian dalam dan pada daging buah, serta

kerusakan aroma. Pengerasan kulit buah tidak berkaitan dengan peningkatan

sintesis lignin pada tahap awal tetapi keduanya berkaitan pada tahap yang lebih

lanjut. Pada penyimpanan suhu 12 ºC, buah manggis dapat bertahan selama

20 hari sedangkan pada suhu ruang hanya bertahan 8 hari. Kerusakan yang terjadi

berupa pengeriputan mahkota, tangkai, dan kerusakan daging buah.

Dangcham et al. (2008) meneliti tentang CI buah manggis yang disimpan

pada suhu rendah. Gejala CI yang diamati berupa peningkatan kekerasan kulit

buah. Penelitian tersebut menggunakan buah manggis dengan indeks kematangan

merah-coklat dan merah-ungu yang disimpan pada suhu 6 ºC (RH 87%) dan 12 ºC

(RH 83,5%) selama 15 hari. Hasilnya, buah yang disimpan pada suhu 6 ºC

memiliki kulit yang lebih keras dibandingkan pada suhu 12 ºC dan indeks

kematangan merah-ungu kulit buahnya lebih keras dibandingkan merah-coklat.

Dengan demikian, buah manggis yang lebih matang lebih sensitif terhadap CI.

Saat kekerasan kulit buah meningkat, terjadi peningkatan lignin sementara total

phenolic acids menurun.

Near Infrared (NIR) Spectroscopy

Near infared (NIR) adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang

gelombang 780-2500 nm yang terletak diantara gelombang cahaya tampak (visible

light) dan cahaya inframerah (infrared) (Gambar 4). Spectroscopy adalah ilmu

yang mempelajari antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya

atau elektromagnetik dapat dianggap menyerupai gelombang (Creswell et al.

2005). Sedangkan spektrometer adalah instrumen yang digunakan untuk

mengaktifkan energi gelombang elektromagnetik tertentu. Spektrometer memiliki

detektor yang sesuai dengan daerah gelombang elektromagnetik yang berfungsi

untuk menangkap kembali tingkat absorbsi energi oleh sampel.

(35)

Gambar 4 Spektrum gelombang elektromagnetik (Osborne 1993).

Semua bahan organik terdiri dari atom-atom utama seperti karbon, oksigen,

hidrogen, pospor, dan sulfur. Atom-atom ini terikat secara kovalen dan

elektrovalen membentuk molekul-molekul. Ketika molekul-molekul tersebut

disinari dengan sumber energi dari luar maka terjadi perubahan energi potensial

dalam molekul. Radiasi elaktromagnetik dapat dinyatakan dalam bentuk

frekuansi (v), panjang gelombang (λ), atau bilangan gelombang (v1) yaitu ciri

gelombang yang berbanding lurus dengan energi. Bentuk yang paling umum

digunakan adalah panjang gelombang (nm) dan bilangan gelombang (cm-1

... (1)

Intensitas penyerapan dapat dinyatakan sebagai transmitan dengan persamaan: ).

Kedua satuan dapat dikonversi dengan persamaan:

... (2)

Nilai I adalah intensitas energi yang keluar dari sampel, dan I0 adalah energi yang

mengenai sampel. Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa penyerapan dapat

(36)

... (3)

Nilai A adalah absorban, k adalah konstanta proporsi, c adalah konsentrasi

penyerapan molekul, dan adalah jarak antara sumber energi ke sampel.

Saat radiasi mengenai partikel-partikel sampel maka radiasi dapat

dipantulkan, diserap atau diteruskan. Nilai yang terukur berupa nilai pancaran

pantulan (diffuse reflectance) yang secara empirik berkaitan dengan konsentrasi

penyerapan molekul (c). Dalam NIR spectroscopy, reflektan (R) dianalogikan

dengan transmitan, sehingga:

... (4)

Sebagian besar spektra NIR didominasi oleh ikatan hidrogen sebab atom hidrogen

merupakan atom yang paling kuat. Ikatan hidrogen dapat berupa ikatan C-H,

N-H, S-N-H, atau O-H (Osborne 1993, Blanco & Villarroya 2002, Pasquini 2003).

Partial Least Squares (PLS)

PLS merupakan metode olah data yang berbasis linear. Metode PLS hampir

sama dengan metode principal components regression (PCR). Perbedaannya

terletak pada proses penentuan komponen utama atau principal components (PC).

Dalam PCR, penentuan PC hanya berdasarkan variasi maksimum data spektra

sedangkan dalam PLS, PC ditentukan berdasarkan variasi maksimum data spektra

dan data destruktif secara bersamaan. Algoritma PLS adalah sebagai berikut

(William & Norris 1990):

Langkah awal adalah pemusatan data matriks X dengan vektor c dengan

Persamaan 5 dan 6:

... (5)

... (6)

Untuk masing masing faktor baru yaitu a = 1, 2, ..., A, melalui langkah 1 sampai 4

yaitu:

1. Residual data destruktif digunakan untuk menghitung loading vektor

(37)

... (7)

Hasilnya dinormalisasi dengan Persamaan 8:

... (8)

2. Menghitung faktor-faktor regresi (ta) dengan kuadrat terkecil dari nilai

dengan persamaan 9:

... (9)

3. Menghitung loading vektor data destruktif dengan Persamaan 10:

...(10)

4. Persiapan residual baru dengan Persamaan 11 dan 12:

...(11)

... (12)

Selanjutnya, kembali ke langkah 1 jika a<A.

Metode PLS telah banyak digunakan sebagai metode olah data spektra NIR.

Kawano dan McGlone (1998) memprediksi bahan kering, total padatan terlarut

(TPT), dan kekerasan buah kiwi menggunakan spektra NIR pada panjang

gelombang 800-1.100 nm dan PLS. Hasilnya, bahan kering dan TPT dapat

diprediksi dengan tingkat akurasi tinggi. Model kalibrasi untuk bahan kering

memiliki nilai R2 = 0,90; RMSEP = 0,42% dan untuk TPT memiliki R2 = 0,90;

RMSEP = 0,39 0Brix. Sedangkan kekerasan buah tidak dapat diprediksi dengan

baik oleh NIR, model kalibrasi yang diperoleh memiliki nilai R2 = 0,66; dan

RMSEP = 7,8 N.

Cozzolino et al. (2005) berhasil memprediksi free fatty acid (FFA) dan

kadar air dalam minyak ikan menggunakan spektra NIR pada panjang gelombang

1.100-2.500 nm dan PLS. Hasil kalibrasi dan validasi yang diperoleh untuk FFA

memiliki nilai R2 = 0,96; standard error of cross validation (SECV) = 0,59;

standard error of prediction (SEP) = 0,50 dalam g/kg dan untuk kadar air

memiliki nilai R2

Uddin et al. (2006) memprediksi protein dan kadar air dalam surimi

(38)

Hasilnya, protein dan TPT dapat diprediksi dengan sangat baik. Model kalibrasi

untuk protein memiliki nilai r = 0,98; RPD = 10,38 dan untuk kadar air memiliki

r = 0,98; RPD = 7,63.

Penchaiya et al. (2009) memprediksi TPT dan kekerasan buah lada

menggunakan reflektan NIR pada panjang gelombang 780-1690 nm dan PLS.

Model kalibrasi yang diperoleh untuk TPT memiliki r = 0,92; SEP = 0,70 0Brix.

Sedangkan kekerasan tidak dapat diprediksi dengan baik oleh NIR,

model kalibrasi yang diperoleh memiliki nilai r = 0,60; SEP = 4,49 N; dan bias =

5,59 N.

Mireei et al. (2010) berhasil memprediksi kadar air dan TPT pada buah

kurma mazafati menggunakan spektra NIR pada panjang gelombang

900-1.700 nm dan 1.332-1641 nm dengan metode olah data PLS. Hasilnya, kadar

air dan TPT dapat diprediksi dengan sangat baik. Model kalibrasi untuk kadar air

memiliki nilai R2 = 0,98; RPD = 7,1 dan untuk protein memiliki R2

Analisis Komponen Utama (PCA)

= 0,97;

RPD = 4,8.

Analisis komponen utama (PCA) digunakan untuk menghindari kasus

multikoleniaritas. Dalam analisis multivariabel, PCA dapat dijadikan dasar untuk

melakukan analisis faktor sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan variabel

baru dalam jumlah yang lebih sedikit (Iriawan & Astuti 2006). Dalam analisis

spektra, PCA digunakan untuk mengurangi jumlah data spektra yang bertujuan

menghindari overfitting dan keragaman spektra yang disebabkan oleh perbedaan

ukuran partikel dan kadar air (Osborne et al 1993).

Prinsip dasar PCA adalah mendeskripsikan variasi suatu set data menjadi

sebuah set data baru yang terdiri dari variabel-variabel baru yang tidak

berkorelasi satu sama lain. Variabel-variabel baru tersebut merupakan kombinasi

linear dari variabel asal yang diturunkan dalam arah menurun sehingga beberapa

komponen pertama mengandung sebanyak mungkin variasi data asal. Dengan

(39)

data asal tanpa kehilangan informasi yang sangat berguna. Misalkan sebuah

ruang vektor data berdimensi n dituliskan dengan matriks Xp, xn

x

:

11 x12 … x1n

X = x21 x22 … x2n xp1 xp2 … xpn

1. Komponen utama pertama dipilih dalam arah variasi maksimum dengan

Persamaan 13.

dimana p adalah contoh ke-p dan n adalah parameter ke-n yang diukur. Analisis

PCA bertujuan untuk mendapatkan sebuah ruang vektor berdimensi m, dimana

m<n, sehingga ruang vektor berdimensi m mencakup hampir seluruh variasi data.

Untuk mendapatkannya, ruang vektor berdimensi n diproyeksikan ke ruang vektor

berdimensi m dengan memilih setiap arah variasi maksimum tetapi setiap arah

variasi data tersebut saling tegak lurus (orthogonal). Variasi-variasi data inilah

yang disebut komponen utama. Algoritma PCA adalah sebagai berikut (Peterson

1993):

y1 = Xw1 ...(13)

Nilai y1 dan w1 adalah vektor kolom. Nilai ini harus dibatasi karena variasi

data dapat dibuat semakin besar dengan cara menaikkan nilai w1

...(14) . Hal

tersebut dapat diatasi dengan normalisasi menggunakan Persamaan 14.

Nilai adalah vektor transpose w1

2. Jumlah kuadrat y

.

1

...(15)

Selanjutnya Persamaan 15 dimaksimumkan dengan persamaan Lagrange.

Fungsi komposit L pada Persamaan 16 dibentuk menggunakan Persamaan

14 dan 15 sebagai berikut:

dimaksimumkan dengan Persamaan 15.

(40)

Nilai λ1 adalah pengali Lagrange. Nilai maksimum L diperoleh dengan

mengambil turunan parsial terhadap w1 dan λ1

... (17) yang bernilai 0

menggunakan Persamaan 17. Hasilnya adalah Persamaan 18.

... (18)

Sehingga diperoleh Persamaan 19:

... (19)

Nilai y1

3. Komponen utama kedua (y

adalah komponen utama pertama dengan variasi maksimum

dimana juga merupakan eigenvalue

2) diperoleh dengan prosedur yang sama untuk

mendapatkan y1 dan nilainya juga tegak lurus terhadap y1

... (20) , sehingga:

4. Jumlah kuadrat y2

... (21)

Fungsi komposit Lagrange untuk memaksimumkan Persamaan 20 dengan

fungsi pembatas pada Persamaan 21 adalah:

dimaksimumkan dengan dua fungsi pembatas pada

Persamaan 21.

... (22)

Dimana dan adalah pengali Lagrange. Turunan parsial terhadap = 0

dilakukan seperti proses sebelumnya sehingga diperoleh:

... (23)

5. Eigenvalue λ1, λ2, λ3, …, λp

λ

yang berhubungan dengan matrik tegak lurus

(41)

Matriks A merupakan matriks diagonal maka komponen-komponen utama

yang diekstrak dari variabel asal saling tegak lurus atau tidak berkorelasi

satu sama lain.

6. Total variasi X dijelaskan dengan Persamaan 24.

...(24)

7. Proporsi variasi komponen utama ke-j dari X dihitung dengan Persamaan

25.

...(25)

8. Komulatif variasi X menggunakan komponen utama ke-m didapatkan

dengan menjumlahkan eigenvalue ke-m dibagi dengan total variasi X

dengan Persamaan 26.

...(26)

Jaringan Saraf Tiruan

Jaringan saraf tiruan (JST) merupakan sistem pemroses informasi yang

memiliki karakteristik mirip dengan jaringan saraf biologis di dalam otak manusia

yang diperkenalkan pertama kali oleh Mc Culloch dan Pitts pada tahun 1943.

Pada prinsipnya JST terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan input, lapisan

tersembunyi, dan lapisan output. Jaringan saraf tiruan dibentuk sebagai

generalisasi model matematika dari jaringan saraf biologis dengan asumsi bahwa

(1) pengolahan informasi terjadi pada elemen-elemen pemrosesan

(neuron-neuron), (2) sinyal antara dua buah neuron diteruskan melalui

penghubung-penghubung, (3) setiap penghubung memiliki bobot terasosiasi, dan (4) setiap

neuron menerapkan sebuah fungsi aktivasi terhadap input jaringan untuk

menentukan sinyal output.

Metode pembelajaran JST terbagi menjadi tiga yaitu metode pembelajaran

(42)

learning), dan pembelajaran hibrida (hybrid). Pada metode pembelajaran terawasi

output yang diharapkan telah diketahui sebelumnya. Sedangkan disebut metode

pembelajaran tidak terawasi jika tidak memerlukan target ouput. Metode

pembelajaran hibrida merupakan kombinasi atau gabungan dari metode

pembelajaran terawasi dan tidak terawasi.

Salah satu algoritma dalam metode pembelajaran terawasi yang umum

digunakan adalah algoritma propagasi balik atau backpropagation (Gambar 5).

Ketika jaringan diberi pola masukan sebagai pola pelatihan maka pola tersebut

menuju ke unit-unit pada lapisan tersembunyi untuk diteruskan pada lapisan

output. Kemudian lapisan output memberikan tanggapan yang disebut sebagai

output jaringan. Jika nilai output tidak sama dengan nilai yang diharapkan maka

output akan menyebar mundur menuju lapisan tersembunyi kemudian diteruskan

ke lapisan input. Siklus ini terjadi terus menerus hingga tercapai kondisi yang

diinginkan atau kondisi berhenti terpenuhi misalnya dengan penetapan jumlah

iterasi (Puspitaningrum 2006).

(43)

Kemampuan dasar JST adalah mampu memepelajari contoh input dan

output yang diberikan (memorisasi), kemudian belajar beradaptasi dengan

lingkungan (generalisasi) sehingga dapat memecahkan masalah-masalah yang

tidak dapat dipecahkan dengan metode komputasi konvensional. Kinerja JST

ditentukan oleh tiga hal yaitu pola hubungan antar unit (arsitektur jaringan),

metode untuk menentukan bobot penghubung (metode pembelajaran), dan fungsi

aktivasi.

Algoritma pelatihan propagasi balik yang berlangsung dalam jaringan

adalah sebagai berikut (Kusumadewi 2003):

1. Inisialisasi pembobot

Mula-mula bobot dipilih secara acak kemudian setiap sinyal dikirim ke unit

lapisan input lalu sistem akan mengirim sinyal ke unit lapisan di atasnya.

2. Perambatan maju

Tiap unit masukan (xi, i = 1,…, n) menerima sinyal xi dan mengantarkan

sinyal ini ke semua unit lapisan tersembunyi. Setiap unit tersembunyi (xi, i

= 1,…, p) menjumlahkan bobot sinyal masukannya dengan Persamaan 27.

ij

Sinyal output teraktifasi ini dikirim ke semua unit lapisan di atasnya yaitu

lapisan output. Setiap unit output (yk, k = 1,…, m) menjumlahkan bobot

sinyal masukan dengan Persamaan 29.

yang masuk ke

lapisan tersembunyi selanjutnya diaktivasi dengan fungsi sigmoid

(Persamaan 28) untuk menghasilkan sinyal output pada lapisan ini.

jk

lapisan output diaktivasi dengan fungsi sigmoid (Persamaan 30) untuk

(44)

– ... (30)

3. Perambatan mundur

Setiap unit keluaran (yk , k = 1,…, m) menerima pola target yang saling

berhubungan pada masukan pola pelatihan. Error informasi dihitung

dengan Persamaan 31.

Error informasi ini selanjutnya digunakan sebagai faktor pengali untuk

memperhitungkan koreksi bobot yang nantinya digunakan untuk

memperbaharui wjk

. Koreksi pembobot di lapisan tersembunyi

menggunakan Persamaan 32.

... (32)

Koreksi bias untuk memperbaharui wok

k ok

w =

α

δ

dihitung dengan Persamaan 33.

... (33)

Setiap unit lapisan tersembunyi (zj, j = 1,…, p) menerima sinyal input dari

lapisan terluar berupa nilai pembobot dengan Persamaan 34.

jk

Error informasi dihitung dengan Persamaan 35.

(

j

)

Koreksi pembobot untuk memperbaiki vij

i

Koreksi bias untuk memperbaiki voj

(45)

jk

Metode JST telah banyak digunakan sebagai metode olah data spektra NIR.

Rejo et al. (2001) menduga tingkat kematangan buah durian dengan tingkat

akurasi 100% menggunakan densitas dan sifat-sifat akustik sebagai data input JST

serta iterasi sebanyak 5.000 kali. Senduk (2002) menduga tingkat kematangan

dan ketuaan buah sawo dengan kombinasi data input 5, 10, dan 15 PC spektra

NIR dan kombinasi jumlah lapisan tersembunyi sebanyak 4, 6, 8, 10, dan 12

dengan RMSE 0,0077-0,00073 dan tingkat akurasi 100%. Li et al. (2007)

menggunakan visible near infrared (VisNIR) dengan panjang gelombang

400-1.000 nm dan metode PCA-JST untuk menentukan varietas bayberry china

dengan tingkat akurasi 95%. Liu et a.l (2009) menggunakan VisNIR dan

algoritma propagasi balik untuk menentukan beberapa jenis teh susu instan

dengan error ± 0,1. Makino et al. (2010) memprediksi penyerapan oksigen buah

tomat menggunakan absorban NIR dan JST menghasilkan korelasi sebesar 0,79

dan RMSEP 0,091mmmol/kg/jam.

Analisis Regresi

Regresi adalah tempat kedudukan nilai tengah atau rataan, median, atau

rataan geometrik dari peubah y untuk berbagai nilai atau selang nilai peubah x.

Tempat kedudukan ini berupa kumpulan titik yang membentuk garis atau kurva

tertentu yang disebut sebagai persamaan regresi. Kurva ini dapat berbentuk

fungsi linear, kuadratik, atau logaritmik (Mosteller & Tukey 1977 dalam

Aunuddin 2005). Analisis regresi sangat berguna dalam penelitian karena regresi

dapat digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel respons (y)

dan variabel prediktor (x). Regresi juga dapat digunakan untuk mengetahui

(46)

untuk memprediksi pengaruh satu atau beberapa variabel x terhadap y (Aunuddin

2005).

Persamaan regresi memiliki variabel respons (y) dan variabel prediktor (x).

Variabel respons adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel prediktor dan

disebut juga sebagai variabel dependen karena tidak bisa bebas dikendalikan oleh

peneliti. Sedangkan variabel prediktor digunakan untuk memprediksi nilai

variabel respons dan disebut juga sebagai variabel independen karena bisa bebas

dikendalikan oleh peneliti. Kedua variabel dihubungkan dalam persamaan

matematika. Secara umum, persamaan regresi dinyatakan sebagai berikut:

... (40)

Nilai adalah intersep yaitu nilai variabel respons ketika variabel prediktor

bernilai 0. Nilai , , …, dan adalah parameter-parameter persamaan regresi

untuk variabel , , …, dan . Variabel respons dan prediktor dalam

persamaan regresi harus berskala kontinyu, artinya skala data kedua variabel

tersebut memiliki rasio atau interval. Dalam persamaan regresi juga terdapat

istilah yaitu error atau residual. Residual adalah jarak antara nilai sebenarnya

dengan garis model taksiran. Nilai residual diperoleh dengan menghitung selisih

nilai variabel respons yang sebenarnya terhadap nilai taksirannya. Asumsi dasar

yang harus dipenuhi dalam regresi adalah nilai residual diasumsikan terdistribusi

secara normal dengan rata-rata mendekati nol dan standar deviasi tertentu.

Asumsi tersebut merupakan syarat agar suatu persamaan regresi yang dibuat bisa

menggambarkan karakteristik data yang ada (Aunuddin 2005 dan Iriawan &

(47)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan

Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB),

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pada Maret sampai

November 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah buah manggis segar berasal dari kebun petani

di Purwakarta dengan bobot 80-100 g dan indeks kematangan 2 dengan warna

kulit kuning-merah (Lampiran 1). Selain itu digunakan Teobendazole (TBZ)

sebagai fungisida. Peralatan yang digunakan adalah spektrometer NIRFlex N-500

fiber optic solids dari Buchi Switzerland, timbangan digital Mattler PM4800,

timbangan analitik Adam PW184, oven temperatur konstan Isuzu 2-2120,

rheometer Sun CR-300, refrigerator, termometer & hygrometer digital, cawan,

aluminium foil, desikator, cutter, baskom, dan keranjang buah.

Prosedur Penelitian

Penelitian tahap pertama

Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mengembangkan model kalibrasi

NIR untuk memprediksi kadar air kulit buah manggis dan menentukan persamaan

regresi kadar air terhadap kekerasan kulit berdasarkan data destruktif. Bahan

utama yaitu buah manggis dengan indeks kematangan 2 (kuning-merah) disortasi

dan dipilih sebanyak 304 buah yang bentuknya normal, permukaan kulit bersih,

bebas cacat, jamur, dan penyakit. Kemudian buah dicuci dan direndam dalam

larutan TBZ 5 ppm selama 5 menit lalu ditiriskan dan dikering anginkan

(Lampiran 2a). Setelah kering, masing-masing sebanyak 88 buah disimpan pada

8 ºC dan 13 ºC selama 40 hari, dan sebanyak 128 buah disimpan pada suhu ruang

(48)

dan kekerasan kulit buah dilakukan sebanyak 11 kali yaitu hari ke-0, 1, 2, 4, 8, 16,

24, 28, 32, 36, dan 40 untuk penyimpanan pada 8 ºC dan 13 ºC, dan sebanyak

16 kali yaitu pada hari ke-0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, dan 22

untuk penyimpanan pada suhu ruang. Setiap pengukuran menggunakan 8 sampel

sebagai ulangan. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh selama masa

simpan optimum yang masih dapat mempertahankan mutu buah (Gambar 6).

Gambar 6 Prosedur penelitian tahap pertama.

Pengukuran

Analisis regresi kadar air terhadap kekerasan

Persamaan regresi kadar air terhadap kekerasan kulit (B)

Selesai

Model kalibrasi terbaik untuk memprediksi kadar air pada penyimpanan

8 ºC, 13 ºC, dan suhu ruang (A)

Metode PLS Metode JST

(49)

Pengukuran reflektan NIR kulit buah manggis

Reflektan NIR kulit buah diukur pada 3 titik yang berbeda pada bagian

tengah buah menggunakan spektrometer NIRFlex N-500 fiber optic solids pada

panjang gelombang 1000-2500 nm dengan interval 0,4 nm (Gambar 7). Setiap

buah memiliki 3 set data reflektan. Dengan demikian, total data reflektan

sebanyak 264 data pada penyimpanan 8 ºC dan 13 ºC serta 384 data pada

penyimpanan suhu ruang.

Data reflektan tersimpan di database NIRCal 5.2 yang merupakan program

olah data yang terintegrasi dengan spektrometer NIRFlex N-500. Spektrometer

ini menggunakan detektor extended range lnGaAS dengan kontrol temperatur

(Lampiran 3). Prinsip pengukuran spektra adalah menembakkan cahaya dari

lampu halogen ke sampel. Sebagian energi akan diserap dan sebagian lainnya

dipantulkan. Energi yang dipantulkan akan diterima oleh detektor sebagai data

frekuensi getaran dan ditransformasi dengan metode Fourier menjadi grafik data

reflektan (Anonim 2008).

Gambar 7 (a) Spektrometer NIRFlex N-500 fiber optic solids dan (b) Pengukuran reflektan NIR kulit buah manggis.

Pengukuran kadar air kulit buah manggis

Kulit buah manggis diambil dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 0,4 cm sebanyak

3 potong pada bagian yang diukur reflektannya (Lampiran 4a). Kadar air diukur

dengan metode oven. Mula-mula, cawan alumunium yang digunakan ditimbang

beratnya, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC sampai beratnya konstan

(A). Potongan kulit manggis diletakkan di cawan yang telah diketahui beratnya

(50)

kemudian ditimbang (B). Selanjutnya sampel bersama cawan diletakkan di dalam

oven listrik pada suhu 105 ºC selama 20 jam kemudian didinginkan dalam

desikator lalu ditimbang (C). Kadar air kulit buah dihitung dengan persamaan:

... (41)

Nilai KAbb

Pengukuran kekerasan kulit buah manggis

Pengukuran kekerasan dilakukan pada 3 titik yang berbeda pada bagian

tengah buah menggunakan rheometer dengan mode 20, beban maksimum 10 kg,

kedalaman tekan 4 mm, kecepatan penurunan beban 60 mm/menit, dan diameter

plunger 2,5 mm (Lampiran 4b). Nilai yang dipakai dalam analisis data adalah

nilai rata-rata dari 3 titik tersebut.

Kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis dengan metode PLS

Olah data spektra NIR dengan metode PLS dilakukan menggunakan

program NIRCal 5.2 yang terintegrasi dengan spektrometer. Data spektra dibagi

menjadi dua yaitu kelompok kalibrasi dan kelompok validasi menggunakan

spektra yang berasal dari sampel yang berbeda. Jumlah data yang digunakan

dalam kelompok kalibrasi sekitar 2/3 dan validasi 1/3 dari total data pada setiap

suhu penyimpanan. Total data reflektan sebanyak 264 data pada penyimpanan

8 ºC dan 13 ºC serta 384 data pada penyimpanan suhu ruang (Gambar 8).

Model kalibrasi merupakan model yang menunjukkan tingkat korelasi kadar

air dengan reflektan NIR sedangkan validasi merupakan uji terhadap model

kalibrasi. Validasi dilakukan dengan memasukkan sampel data yang berbeda ke

dalam model kalibrasi tujuannya untuk menguji ketepatan model kalibrasi.

Pengolahan awal (pretreatment) berupa normalisasi 0-1 dilakukan untuk

mengurangi error yang disebabkan perbedaan ukuran partikel (Persamaan 42). adalah kadar air basis basah (%), A adalah berat cawan (g), B adalah

berat cawan dan bahan sebelum dikeringkan (g), dan C adalah berat cawan dan

bahan setelah dikeringkan (g).

(51)

Gambar 8 Kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS.

Kalibrasi dan validasi NIR terhadap kadar air kulit buah manggis dengan metode JST

Data spektra yang digunakan sebagai input dalam program JST harus

dipersiapkan terlebih dahulu. Langkah pertama adalah memperlebar interval data

reflektan hasil pengukuran untuk mengurangi overfitting. Data reflektan memiliki

interval 0,4 nm lalu diperlebar menjadi 6 nm. Kemudian reflektan dinormalisasi

0-1 dan dianalisis komponen utama dengan metode Principle Component Analysis

(PCA) menggunakan program Minitab 14 dan Excel 2007. Nilai PC yang

diperoleh dijadikan faktor pengali nilai reflektan NIR. Selanjutnya data reflektan

yang telah dikalikan dengan PC dibagi dalam kelompok kalibrasi dan validasi

secara acak dengan menempatkan seluruh nilai maksimum parameter input (PC)

dan output (kadar air sampel destruktif) dalam kelompok kalibrasi. Sebanyak 2/3

dan 1/3 bagian dari total data digunakan untuk kalibrasi dan validasi. Total data Reflektan NIR

kulit buah

Kadar air kulit buah (Metode Oven)

Proses kalibrasi

Model

Model kalibrasi PLS

Selesai

(52)

reflektan sebanyak 264 data pada penyimpanan 8 ºC dan 13 ºC serta 384 data pada

penyimpanan suhu ruang. Data untuk kalibrasi dan validasi berasal dari buah

yang berbeda (Gambar 9).

Model JST yang digunakan adalah model jaringan feed-forward multi layer

dan algoritma terlatih back propagation (BP) atau propagasi balik (Setiawan et al.

2003). Arsitektur JST yang dikembangkan terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan

input yaitu reflektan NIR, lapisan tersembunyi, dan 1 lapisan output yaitu kadar

air kulit buah. Jumlah lapisan input ditentukan berdasarkan hasil analisis

komponen utama (PCA). Jumlah lapisan tersembunyi yang digunakan sebanyak

10 buah (Senduk 2002). Kombinasi iterasi dilakukan sebanyak 1.000-150.000

kali (Gambar 10).

Gambar 9 Kalibrasi dan validasi NIR dengan metode JST.

Reflektan NIR kulit buah

Kadar air kulit buah (Metode Oven)

Proses kalibrasi kalibrasi JST Model

Kadar air kulit buah prediksi NIR

Validasi

Model kalibrasi JST

Kadar air kulit buah

Analisis PCA Analisis PCA

Nilai r ≥ 0,75 CV < 5%

(53)

Gambar 10 Arsitektur JST.

Evaluasi hasil kalibrasi dan validasi NIR

Hasil kalibrasi dan validasi NIR dengan metode PLS dan JST dievaluasi

berdasarkan nilai koefisien korelasi (r), root mean standard error (RMSE), dan

coefficient of variation (CV). Nilai r menyatakan hubungan antara variabel x

(peubah bebas) dan y (peubah tak bebas). Nilai RMSE merupakan selisih antara

nilai hasil prediksi NIR dengan nilai hasil pengukuran. RMSE pada kelompok

kalibrasi disebut RMSEC dan pada kelompok validasi disebut RMSEP. Untuk

mengetahui besar error secara proposional, maka RMSEP dibandingkan dengan

nilai tengah data yang dinyatakan oleh CV. Model kalibrasi yang baik memiliki

nilai r yang tinggi, nilai CV yang rendah, serta nilai RMSEC dan RMSEP yang

hampir sama (William & Norris 1990). Nilai RMSE dan CV dihitung dengan

persamaan sebagai berikut:

...

(43)

...(44)

Nilai x adalah kadar air kulit buah hasil pengukuran dengan metode oven, y adalah

kadar air kulit buah hasil prediksi NIR, n adalah jumlah data dan i adalah urutan

(54)

Pada penelitian ini, model kalibrasi dinyatakan baik jika memiliki nilai

r≥0,75 dan nilai CV<5%. Nilai r berkisar antara 0-1. Semakin besar nilai r

artinya hubungan variabel x dan y semakin erat. Model kalibrasi terbaik yang

diperoleh digunakan untuk memprediksi kadar air kulit buah berdasarkan

reflektan NIR pada penelitian tahap kedua.

Penentuan persamaan regresi kadar air terhadap kekerasan kulit

Hubungan kadar air dan kekerasan kulit buah manggis berdasarkan data

destruktif ditentukan dengan analisis regresi menggunakan program Minitab 14.

Data yang akan dianalisis regresi terlebih dahulu diuji kenormalan distribusi

residualnya menggunakan normality test Kolmogorov-Smirnov. Residual data

terdistribusi normal jika hasil ujinya menunjukkan p-value>5%. Sedangkan

persamaan regresi dapat digunakan jika hasil analysis of variance (Anova)

menunjukkan p-value<5%. Persamaan yang diperoleh selanjutnya digunakan

untuk memprediksi kekerasan berdasarkan perubahan kadar air kulit buah pada

penelitian tahap kedua.

Penelitian tahap kedua

Penelitian tahap kedua bertujuan untuk menentukan pola peningkatan

kekerasan kulit buah selama penyimpanan berdasarkan perubahan kadar air kulit

menggunakan reflektan NIR. Buah manggis dengan indeks kematangan 2

(kuning-merah) disortasi dan dipilih sebanyak 30 buah yang bentuknya normal,

permukaan kulit bersih, bebas cacat, jamur, dan penyakit. Kemudian buah dicuci

dan direndam dalam larutan TBZ 5 ppm selama 5 menit lalu ditiriskan dan

dikering anginkan. Setelah kering, masing-masing sebanyak 10 buah manggis

sebagai sampel monitoring disimpan pada 8 ºC, 13 ºC selama 28 hari, dan pada

suhu ruang (27 ºC) selama 16 hari. Lama penyimpanan optimum ditentukan

berdasarkan hasil penelitian tahap pertama. Reflektan kulit buah diukur pada hari

ke-0, 2, 4, 8, 16, 24 dan 28 pada penyimpanan dingin dan pada hari ke-0, 2, 4, 6,

(55)

Gambar 11 Prosedur penelitian tahap kedua. Output penelitian tahap pertama

Mulai

Buah manggis (Sampel monitoring)

Sortasi

Perendaman dengan TBZ

Penyimpanan selama 28 hari pada 8 ºC & 13 ºC, dan selama 16 hari pada suhu ruang

Pengukuran reflektan NIR kulit buah pada: hari ke-0,2,4,8,16,24, & 28 (8 ºC & 13 ºC) hari ke-0,2,4,6,8,10,12,14, &16 (suhu ruang)

Model kalibrasi NIR terbaik untuk memprediksi kadar air

kulit pada penyimpanan 8 ºC, 13 ºC, dan suhu ruang (A)

Persamaan regresi kadar air terhadap kekerasan kulit (B)

Data reflektan NIR

Normalisasi reflektan NIR

Kekerasan kulit buah prediksi NIR

Selesai

Analisis regresi lama penyimpanan terhadap kulit buah prediksi

Pola peningkatan kekerasan kulit buah selama penyimpanan berdasarkan perubahan

Gambar

Gambar 1  Buah manggis.
Tabel 1  Ciri fisik buah manggis berdasarkan umur panen (Prihatman 2000)
Gambar 3  Penampang melintang kulit buah manggis (a) pada awal dan         (b & c) pada akhir penyimpanan (Qanytah 2004)
Gambar 4  Spektrum gelombang elektromagnetik (Osborne 1993).
+7

Referensi

Dokumen terkait

As we glided away with even sweeps, while the fates scattered oil in our course, the sun now sinking behind the alders on the distant shore, we could still see them far off over

Berdasarkan hasil wawancara ke lapangan pada tanggal 20 Desember 2009, di SMP N I Kalibagor dengan guru Bahasa Indonesia, dapat diketahui pembelajaran menulis narasi dari teks

Pada rekaman ini kisaran kedalaman batuan dasar akustik antara 2 hingga 18 meter bawah dasar laut dengan kecenderungan makin dalam ke arah tengah perairan Selat Laut baik dari

Pada proses ini sistem akan menghitung sesuai dengan metode yang telah ditetapkan yaitu TOPSIS dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh pihak penyelenggara beasiswa,

Berdasarkan perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis termotivasi ingin menganalisis serta melakukan suatu penelitian dengan mengajukan judul “Pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Belanja Modal terhadap pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel

Berdasarkan rumusan masalah yang men- jadi indikator dalam menilai pelaksanaan fungsi pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan oleh

Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya. Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Limfosit adalah leukosit yang tidak