PERAN ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN DUNIA TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA
Gusmita Indah P 100906022
Dosen Pembimbing : Prof. Subhilhar, Ph. D
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
GUSMITA INDAH P (100906022)
PERAN ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN DUNIA TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA
Rincian isi skripsi 73 halaman, 16 buku, 1 Perundang-undangan, 2 jurnal dan 14 situs Internet.
ABSTRAK
Penulisan ini membahas tentang bagaimana peran Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia terhadap ketahanan pangan di Indonesia. Ketahanan pangan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini, dimana Indonesia yang merupakan Negara agraris yang kaya akan sumber daya alamnya dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani mustahil rasanya bila ketahanan pangannya terancam.
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak mana pun. Bila menilik keadaan pangan Indonesia saat ini, banyaknya pengalihan lahan pertanian yang membuat berkurangnya hasil tani di Indonesia. Sehingga wajar apabila Indonesia mengalami kekurangan pangan sehingga harus melakukan impor dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
FAO atau Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia yang merupakan badan khusus PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan ketahanan pangan rakyatnya. Dengan adanya Organisasi ini tentunya akan ada perubahan yang dicapai dalam ketahann pangan. Banyak hal yang menyangkut peran dari organisasi ini dalam konteks politik seperti mempengaruhi suatu kebijakan pemerintah dalam hal pangan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
GUSMITA INDAH P (100906022)
ROLE OF FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE WORLD FOOD SECURITY IN INDONESIA
Details of the contents of the thesis 73 pages, 16 books, 1 Legislation, 2 journals and 14 Internet sites
ABSTRACT
Writing is about how the role of the Food and Agriculture Organization of the food security in Indonesia. Food security to be studied in this thesis, in which Indonesia is a rich agricultural country in natural resources and the majority of the population are farmers impossible feels when food security is threatened.
Food security includes not only understanding the availability of adequate food, but also the ability to access the food and not the food dependence on any party. When you view the current state of Indonesian food, the amount of the transfer of agricultural land that makes the reduced agricultural products in Indonesia. So naturally when Indonesia experienced food shortages that have to import to meet food needs.
FAO or the Food and Agriculture Organization is a specialized agency of the United Nations (UN) which aims to meet the food needs and improve the food security of its people. With the organization of course there will be changes made in ketahann food. Many things concerning the role of these organizations in the context of such political influence government policy in terms of food.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Halaman Persetujuan
Nama : Gusmita Indah P
NIM : 100906022
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Peran Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia Terhadap
Ketahanan Pangan di Indonesia
Menyetujui :
Mengetahui :
Dekan FISIP USU
NIP. 196805251992031002 (Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) Ketua Departemen Ilmu Politik
(Dra. T. Irmayani, M. Si) NIP. 196806301994032001
Dosen Pembimbing
Karya Ini Dipersembahkan Untuk
Ayahanda Tercinta dan Ibunda Tercinta
KATA PENGANTAR
Skripsi ini berjudul “Peran Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia
Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1) Jurusan Ilmu
Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Alhamdulillah, atas syukur kepada Allah SWT, penulis diberikan rahmat
berupa kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan studi ini berupa penulisan
Skripsi. Sholawat dan salam penulis juga disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta para sahabatnya, semoga para pengikutnya mendapatkan syafaat di
akhir zaman.
Skripsi ini menjelaskan tentang peran dari organisasi pangan dan pertanian
terhadap ketahanan pangan indonesia, sepak terjang FAO membantu masalah
pangan di indonesia. Penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini sehingga lebih bermanfaat untuk
selanjutnya. Karena penulis menyadari dengan keterbatasan waktu dan dana,
maka skripsi ini jauh dari rasa memuaskan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta,
terkhusus Ayah tercinta (Abdul Muis. Sirait) dan Mama tercinta (Sumarti), Papa
angkat tercinta (Daud Tambunan), Kakak tersayang (Eva maya dewi Sirait,
Am.Keb/Andrie Wahyudi, Am.Kep) serta Abang tersayang (Septian Dwi Amri
Sirait, S.H) yang telah banyak membantu, merawat dan memberikan perhatian
yang besar kepada penulis. Serta Lelaki spesial (Haricco Syahputra, Amd.Kom)
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Semoga Allah membalas semua kebaikan
dengan pahala yang berlipat ganda.
Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;
2. Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;
3. Prof. Subhilhar, Ph. D selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan berupa masukan dan kritik yang
membangun selama penulisan skripsi ini;
4. Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara;
5. Staf Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara; khususnya buat Kak Emma. Terima kasih telah
banyak membantu penulis dalam proses pendidikan di FISIP USU.
6. Teman-teman seperjuangan Departemen Ilmu Politik stambuk 2010
yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya penulis
mendapatkan banyak pengalaman selama menjalani perkuliahan;
7. Sahabat Bavir (Nina, Lola dan amel), Wanatifa (Nina, Fatimah dan
wawan) dan Poncut (Kak Rina, Kak Lina dan Nova) yang telah
memberi dukungan dan semangat serta motivasi dalam menyelesaikan
8. Teman-teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi (Ayu, Basa,
dan Hotlam) yang sama-sama saling memberi support dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman awal masuk hingga keluar dari FISIP USU ini (Ayu, Icha dan
Damel) penulis banyak mendapatkan pengalaman yang bisa dijadikan
pelajaran untuk hidup kedepannya.
Medan, Maret 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Abstrak...i
Abstract...ii
Halaman Pengesahan...iii
Halaman Persetujuan...iv
Lembar Persembahan...v
Kata Pengantar...vi
Daftar Isi...ix
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 7
1.3. Tujuan Penelitian... 8
1.4. Manfaat Penelitian... 8
1.5. Kerangka Teori... 8
1.5.1 Teori Organisasi Internasional... 9
1.5.1.1. Fungsi-fungsi Organisasi Internasional... 12
1.5.1.2. Teori Peranan... 16
1.5.2. Teori Ketahanan Pangan... 18
1.5.2.1. Ruang Lingkup Pangan... 21
1.5.2.3. Ketersediaan Pangan... 23
1.6. Metode Penelitian………... 25
1.6.1. Jenis Penelitian…... 25
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data... 25
1.6.3. Teknik Analisis Data... 26
1.7. Sistematika Penulisan... 27
BAB II : PROFIL ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN 2.1. Pengertian Organisasi Pangan dan pertanian... 29
2.1.1. Sejarah Terbentuknya FAO... 29
2.1.2. Fungsi FAO………... 32
2.1.3. Visi, Misi dan Tujuan... 33
2.1.4. Kekuatan dan Kelemahan FAO... 35
2.1.5. FAO dan Indonesia... 36
2.1.6. FAO di Indonesia... 37
2.2. Undang-undang Pangan di Indonesia... 38
BAB III : PERAN ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA 3.1. Kondisi Pangan di Indonesia………... 43
3.2. Peran Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia... 59
3.2.2. Program FAO di Indonesia... 62
3.2.3. Proyek FAO di Indonesia... 64
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan... 74
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hubungan internasional adalah hubungan antarbangsa dalam segala
aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional
negara tersebut. Hubungan internasional ini mencakup berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Ekonomi dan lingkungan hidup merupakan salah satu isu-isu
Hubungan internasional yang mendapat perhatian lebih oleh para aktor Hubungan
Internasional.
Dewasa ini isu internasional semakin kompleks dan beragam, termasuk
masalah food security (ketahanan pangan) yang masih terus berlanjut saat ini.
Masalah krisis pangan telah menjadi isu yang marak dan mencemaskan banyak
rakyat dunia. Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) telah membentuk organisasi khusus
mengenai masalah pangan, yakni Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merupakan badan khusus
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bermarkas di Roma, Italia. Tujuan organisasi
ini untuk menaikkan tingkat nutrisi dan taraf hidup, meningkatkan produksi,
proses, pemasaran dan penyaluran produk pangan dan pertanian, juga
mempromosikan pembangunan di pedesaan dan melenyapkan kelaparan.1
Organisasi pangan dan Pertanian (FAO) memiliki program kerja yang
menangani masalah teknis pertanian dan juga memberikan bantuan-bantuan teknis
untuk mengurangi masalah pangan di dunia. Krisis pangan adalah suatu proses
terjadinya penurunan asupan pangan serta gizi pada masyarakat2. Krisis pangan
hampir sama dengan kelaparan, karena kelaparan merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan energi karena adanya masalah daya beli
ataupun ketersediaan pangan3
Penanganan krisis pangan merupakan agenda FAO yang mana bertujuan
untuk mengurangi masyarakat yang masih kekurangan pangan paling tidak
sebanyak 50% dari jumlah sekarang ini. Banyak hal yang menyebabkan krisis
pangan terjadi antara lain adalah pertambahan penduduk yang semakin banyak,
kerusakan lingkungan dimana-mana, konversi lahan dan penurunan kualitas lahan
pertanian, tingginya bahan bakar fosil, pemanasan global dan perubahan iklim,
kebijakan lembaga keuangan internasional dan negara maju, serta regulasi . Food security (ketahanan pangan) dikatakan akan
tercapai atau sukses apabila kedua masalah tersebut telah terselesaikan, karena
ketahanan pangan dilihat sebagai ketersdeiaan pangan, akses pangan, dan juga
pemanfaatan pangan.
Food security (ketahanan pangan) mencakup 3 aspek penting yang dapat
digunakan sebagai indikator yaitu Ketersediaan yang berarti bahwa pangan
tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk baik jumlah, mutu
serta keamanan. Distribusi yaitu pasokan pangan menjangkau seluruh wilayah
dengan harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga. Dan konsumsi yaitu setiap
rumah tangga mampu mengakses pangan yang cukup dan mengelola konsumsi
sesuai dengan kaidah gizi dan kesehatan serta preferensinya.
2 Mukti Aji. 2009.
Krisis Global Dan Dunia Pertanian Indonesia, diakses pada tanggal 20 Juni 2014, 14:50.
kebijakan pemerintah yang terkait dengan pertanian turut menjadi penyebab krisis
pangan terjadi nantinya.
Akibat atas krisis dan kelangkaan pangan dunia juga semakin diperparah
dengan tindakan beberapa negara produsen pangan utamanya padi yang
membatasi bahkan menghentikan permintaan impor dari negara lain. Sampai
dengan akhir Maret 2008, sebagaimana dilaporkan FAO, telah terjadi krisis
pangan yang sangat serius di 36 negara dan 21 negara diataranya merupakan
negara di benua Afrika yang merasakan dampak paling serius bahkan
menyebabkan terjadinya kelaparan kronis dan beberapa kasus kematian.
Indonesia merupakan salah satu negara yang keadaan pangannya mulai
mengalami krisis pangan. Namun, menilik bahwa indonesia merupakan negara
agraris yang sebagian penduduknya bekerja sebagai petani sangatlah tidak
mungkin bila indonesia mengalami krisis pangan. Krisis pangan lebih merupakan
dampak dari kebijakan pemerintah mengenai hasil pangan.
Ada pun beberapa faktor penyebab terjadinya krisis pangan, sebagai berikut:4
1. Penduduk dunia yang kian bertambah
Ketika penduduk semakin bertambah maka konsumsi dunia yang
semakin tinggi. Tingginya permintaan ini disebabkan salah satunya oleh
semakin bertambahnya penduduk di tiap-tiap negara setiap tahunnya. Laster
Brown, kepala lembaga kebijakan bumi di Washington DC, mengemukakan
bahwa keterbatasan pangan dapat menyebabkan runtuhnya peradaban dunia.
Menurut Brown, manusia mempertahankan kehidupannya dengan mengikis
tanah dan menghabiskan persediaan air tanah lebih cepat dari pemulihannya
4
kembali. Laporan kompas menjelaskan bahwa populasi manusia di dunia
mengalami peningkatan sebesar 1,2% setiap tahunnya sehingga kenaikan
konsumsi pangan harus bisa mengimbangi pertambahan penduduk demi
kelangsungan hidup dimasa depan.
2. Cuaca Ekstrem
Perubahan cuaca cukup ektrem yang terjadi di beberapa negara
termasuk salah satu faktor yang memberikan dampak negatif bagi produksi
pangan. Beberapa wilayah bahkan tidak hanya mengalami gagal panen, tetapi
juga turut merusak lahan produksi sehingga kecukupan pangan bisa terganggu
dalam waktu yang cukup lama. Hal ini tampak jelas di beberapa negara, baik
negara maju, berkembang maupun miskin. Pada bulan November 2007 terjadi
topan Sidr menewaskan ribuan orang di Bangladesh dan menyapu lahan-lahan
padi di negara itu. Lebih lanjut, berita dari media Epochtime menyebutkan
bahwa pada tahun 2010 banyak wilayah penghasil pangan dunia diterpa
berbagai bencana alam dan musibah yang menyebabkan produksi bahan
pangan merosot drastis.
3. Pembatasan Ekspor
Kenaikan harga pangan dunia juga dipicu oleh perlindungan
persediaan pangan dalam negeri masing-masing negara sehinggamenurunkan
kuantitas jumlah ekspor bahan makanan di pasaran internasional. Direktur
organisasi perdagangan dunia (WTO), Pascal Lamy, di Jenewa pada 22
January 2011, Swiss, mengemukakan bahwa pembatasan ekspor saat ini
menjadi penyebab utama melonjaknya harga pagan dunia. Kebijakan tersebut
pasaran, tetapi juga ancaman bagi negara-negara yang amat bergantung
kepada pasokan impor untuk memenuhi kecukupan pangan mereka. Lamy
mengungkapkan pembatasan ekspor telah memainkan peran utama dalam
krisis pangan.
4. Trend Energi Alternatif Biofuel
Salah satu faktor penyebab krisis pangan dunia adalah kebijakan energi
alternatif biofuel yang banyak dikembangkan di negara-negara industri maju.
Jagung dan kelapa sawit misalnya, kedua pangan itu sebelumnya untuk
konsumsi masyarakat dunia, tetapi saat ini banyak dijual untuk biofuel yang
permintaannya cukup tinggi. Keterkaitan biofuel dengan kenaikan harga
pangan memang sangat erat. Hal ini terjadi karena beberapa komoditi pangan
kini dipergunakan sebagai bahan baku biofuel. Jika harga beli jagung dan
kedelai untuk kebutuhan biofuel lebih tinggi dibanding harga beli untuk
kebutuhan konsumsi, maka pelaku pasar memiliki kecenderungan untuk
menjual hasil panen jagung dan kedelai mereka ke produsen biofuel. Seperti
yang terjadi di Cina, pengalihan produksi jagung untuk biofuel menyebabkan
kelangkaan pakan ternak di negara itu.
Berdasarkan data statistik terbaru dari FAO, ada 925 juta jiwa kelaparan di
dunia, dan 98% nya berada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Tiga perempat darinya tinggal dipedesaan, pendapatan pokok masih tergantung
pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan. Urbanisasi besar-besaran membuat
ledakan jumlah penduduk di kota-kota besar, masalah kemiskinan, pengangguran
2006-2008, Indonesia memiliki total populasi lebih dari 224,7 juta jiwa, dengan
presentase kelaparan 13% yaitu sekitar 29,7 juta jiwa masih mengalami
kelaparan.5
Data statistik FAO untuk neraca pangan (Food Balance Sheet) terutama
beras digunakan untuk menggambarkan kondisi kesetimbangan ketersediaan dan
konsumsi beras nasional. Laju pertumbuhan ketersediaan beras sebelum krisis
sebesar 2,76% per tahun terutama didukung oleh pertumbuhan produksi yang
cepat pula (2,46% per tahun) namun laju pertumbuhan produksi setelah krisis
yang semakin lambat mengakibatkan pula lambatnya laju pertumbuhan
ketersediaan beras nasional. Walaupun demikian, jika ditinjau ketersediaan
selama sepuluh tahun terakhir ternyata dukungan pertumbuhan produksi semakin
kecil terhadap laju pertumbuhan ketersediaan beras nasional seperti ditunjukkan
oleh laju pertumbuhan tingkat produksi yang lebih lambat dari laju pertumbuhan
kertersediaan beras.
Diperhitungkan tingkat konsumsi beras untuk pangan (food) mencapai
121,6 kg per kapita. Tingkat konsumsi untuk pangan tersebut pada dasarnya telah
dapat dipenuhi dari produksi domestik yang mencapai 107,5% dari kebutuhan
pangan nasional. Namun demikian impor beras masih dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan nasional yaitu dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai sekitar
1.043.140 ton atau sekitar 4,7% dari pasokan nasional. Hal ini menunjukkan
bahwa kesetimbangan neraca perberasan nasional masih ditopang oleh impor
walaupun dengan tingkat/persentase pemenuhan pasokan domestik yang
cenderung menurun selama empat dekade terakhir.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan bahwa krisis
finansial, pertambahan penduduk yang semakin banyak serta kerusakan
lingkungan yang terjadi dewasa ini diikuti dengan krisis pangan yang melanda
dunia. Hal ini melatarbelakangi negara-negara di berbagai belahan dunia mulai
memikirkan ketahanan pangan di negara masing-masing, termasuk Indonesia.
Pangan merupakan kebutuhan primer setiap individu bahkan setiap negara.
Kebutuhan terhadap pangan semakin hari semakin meningkat akibat pertumbuhan
penduduk yang semakin besar. Artinya dalam hal ini pertumbuhan penduduk jauh
lebih cepat dari pertumbuhan penyediaan kebutuhan hidup riil dan hal ini
kemudian menciptakan suatu kegoncangan dan kepincangan antara jumlah
penduduk dan kemampuan untuk menyediakan kebutuhan hidup seperti bahan
pangan. Untuk itulah, lembaga internasional seperti Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Komisi PBB untuk
Pembangunan Berkelanjutan (CSD) mempengaruhi kondisi dan status ekonomi
pangan dan tingkat ketahan pangan di dalam negeri.
Berdasarkan masalah di atas maka penulis membuat pertanyaan yang akan
dibahas serta dijawab dalam bab berikutnya agar dapat melengkapi penelitian ini :
“Bagaimanakah Peran Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia Terhadap
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seperti apa Peran
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia terhadap ketahanan pangan di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam
menulis karya ilmiah yang baik dan sesuai dengan kaedah yang berlaku
khususnya di bidang politik.
2. Secara akademis, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan tentang politik pangan yang ada di Indonesia, dan dapat
menjadi rujukan untuk penelitian berikutnya.
1.5. Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang penulis perlu
menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari
segi mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih.6
Menurut Masri Singarimbun teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi,
definisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antara konsep.
Kerangka teori adalah unsur
yang paling penting di dalam penelitian, karena dalam bagian ini peneliti akan
mencoba menjelaskan fenomena sosial yang sedang diamati dengan menggunakan
teori-teori yang relevan dengan penelitiannya.
7
6
Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955,
adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu sama lain, suatu set
dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis.8
1.5.1. Teori Organisasi Internasional
Dalam hubungan internasional, teori hubungan internasional fokus pada
permasalahan negara yang dilihat dari perspektif politik. Negara memiliki power
sedangkan lembaga dan individu tidak memiliki kekuatan apapun. Hal ini
dikarenakan perspektif hukum internasional yang menyatakan bahwa negaralah
yang berdaulat. Namun, dalam hukum internasional, negara merupakan aktor
sedangkan lembaga dan individu tidak memiliki power. Namun, seiring
berjalannya waktu, perhatian pada organisasi internasional meningkat baik dari
sisi positif maupun sisi negatif. Definisi organisasi internasional selalu dipahami
sebagai organisasi antar-pemerintah yang berlawanan dengan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan juga perusahaan yang mana dibentuk dengan persetujuan
antara negara-negara, bukannya individu swasta9
Organisasi internasional memiliki dua arti yang bebeda namun saling
berhubungan. Pertama, pemahaman organisasi internasional dianggap sebagai
sinonim dari lembaga internasional. Seperti haknya PBB yang dapat disebut
sebagai organisasi internasional atau sebuah lembaga internasional yang bisa juga
diartikan sebagai kelompok lembaga. Kedua, organisasi internasional mengacu
.
8
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Reineka Cipta, 1997, hal 20
9
pada proses politik internasional yang utama, dalam proses ini negara-negara
anggota berusaha melalui tindakan-tindakan yang kolektif10
1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum
.
Organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan,
tujuan, aktivitas, dan strukturnya. Organisasi internasional bila dilihat dari
keanggotaannya dapat dibagi lagi berdasarkan tipe keanggotaan dan jangkauan
keanggotaan (extend of membership). Bila menyangkut keanggotaan, organisasi
internasional dapat dibedakan menjadi organisasi internasional dengan wakil
pemerintah negara-negara sebagai anggota atau Intergovernmental Organizations
(IGO), serta organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah
atau International Non-Governmental Organizations (INGO).
IGO dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori berdasarkan
keanggotaan dan tujuannya, yaitu:
Organisasi ini memiliki ruang lingkup global dan melakukan sebagai
fungsi, seperti keamanan, sosial-ekonomi, perlindungan hak asasi manusia,
pertukaran kebudayaan, dan lain sebagainya. Contohnya adalah PBB
2. Organisasi yang keanggotaannya umum tetapi tujuannya terbatas
Organisasi ini dikenal juga sebagai organisasi fungsional karena diabdikan
untuk satu fungsi spesifik. Contohnya International Labour Organization
(ILO), World Health Organization (WHO), United Nations on AIDS
(UNAIDS), Food and Agricultural Organization (FAO), dan sebagainya.
3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas tetapi tujuannya umum
Organisasi seperti ini biasanya adalah organisasi yang bersifat regional
yang fungsi dan tanggung jawab keamanan, politik dan social-ekonominya
berkala luas. Contohnya adalah OKI, Uni Eropa, Organisasi
Negara-negara Amerika (OAS), Uni Afrika, dan lain sebagainya.
4. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya terbatas
Organisasi ini dibagi atas organisasi sosial-ekonomi, contohnya adalah
Asosiasi Perdagangan Bebas Amerika Latin (LAFTA), serta organisasi
militer/pertahanan, contohnya adalah North Atlantic Treaty Organization
(NATO) dan Pakta Warsawa.
INGO terdiri atas anggota-anggotanya yang bukan merupakan perwakilan
atau delegasi dari pemerintah suatu negara, namun, kelompok-kelompok,
asosiasi-asosiasi, organisasi-organisasi ataupun individu-individu dari suatu negara.
Definisi tersebut lebih dikenal dengan aktor-aktor non-negara pada tingkat
internasional, dimana aktivitas mereka mengakibatkan meningkatnya
interaksi-interaksi internasional.
1.5.1.1. Fungsi-fungsi Organisasi Internasional
Dalam mencapai tujuannya, organisasi intrenasional harus
menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga tujuan tersebut tidak
menyimpang dari yang telah ditetapkan. Selain untuk mencapai tujuannya,
organisasi internasional juga harus memiliki fungsi terhadap
anggota-anggotanya. Suatu organisasi internasional harus menjadi sarana kerja
manfaat bagi semua anggotanya. Selain itu organisasi internasional harus
mampu menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah, agar
wilayah akomodasi dapat dieksplorasi dengan mudah, terutama ketika
muncul suatu masalah.
Secara umum, fungsi organisasi internasional dapat dibagi ke
dalam sembilan fungsi, yaitu:
1. Artikulasi dan agregasi
Organisasi internasional berfungsi sebagai instrumen bagi negara
untuk mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingannya, serta
dapat mengartikulasikan kepentingannya sendiri. Organisasi
internasional menjadi salah satu bentuk kontak institusionalisme antara
partisipan aktif dalam sistem internasional, yaitu sebagai forum diskusi
dan negosiasi.
2. Norma
Organisasi internasional sebagai aktor, forum dan instrumen yang
memberikan kontribusi yag berarti bagi aktivitas-aktivitas normatif
dari sistem politik internasional. Misalnya dalam penetapan nilai-nilai
atau prinsip-prinsip non-diskriminasi.
3. Rekrutmen
Organisasi internasional menunjang fungsi penting untuk menarik atau
merekrut partisipan dalam sistem politik internasional.
4. Sosialisasi
Sosialisasi berarti upaya sistematis untuk mentransfer nilai-nilai
internasional berlangsung pada tingkat nasional scera langsung
mempengaruhi invidu-individu atau kelompok-kelompok di dalam
sejumlah negra dan diantaranya negara-negara yang bertindak pada
lingkungan internasional atau diantara wakil mereka di dalam
organisasi. Dengan demikian, organisasi internasional memeberikan
kontibusi bagi penerimaan dan peningkatan nilai kerja sama.
5. Pembuat peraturan
Sistem internasional tidak mempunyai pemerintahan dunia, oleh
karena itu, pembuatan keputusan internasional biasanya didasarkan
pada praktik masa lalu, perjanjian ad hoc, atatu organisasi
internasional.
6. Pelaksanaan peraturan
Pelaksanaan keputusan organisasi internasional hampir pasti
diserahkan kepada kedaulatan negara. Di dalam praktiknya, fungsi
aplikasi aturan oleh organisasi internasional seringkali lebih terbatas
pada pengawasan pelaksananya, karena aplikasi sesungguhnya ada di
tangan negara anggota.
7. Pengesahan peraturan
Organisasi internasional bertugas untuk mengesahkaaturan-aturan
dalam sistem internasional. Fungsi ajudikasi dilaksanakan oleh
lembaga kehakiman, namun fungsi ini tidak dilengkapi dengan
lembaga yang memadai dan tidak dibekali oleh sifat yang memaksa
sehingga hanya terlihat jelas bila ada pihak-pihak negara yang bertikai.
Organisasi internasional melakukan pencarian, pengumpulan,
pengolahan dan penyebaran informasi.
9. Operasional
Organisasi internasional menjalankan sejumlah fungsi operasional di
banyak hal seperti dalam pemerintahan. Fungsi pelaksanaan yang
dilakukan organisasi internasional terlihat pada apa yang dilakukan
UNHCR yang membantu pengungsi, World Bank yang menyediakan
dana, UNICEF yang melakukan perlindungan terhadap anak-anak, dan
lain sebagainya.
1.5.1.2. Teori Peranan
Peranan (role) adalah perilaku yang diharapkan yang akan
dilakukan oleh seseorang, organisasi atau kelompok yang mana
menduduki suatu posisi tertentu, baik posisi di dalam organisasi ataupun
dalam sikap negara. Setiap orang yang akan menduduki posisi itu,
diharapkan memiliki perilaku yang sesuai dengan posisi tersebut.
Dikatakan bahwa dalam teori peranan, perilaku individu harus dapat
dipahami dan juga dimaknai di dalam konteks sosial. Di dalam teori
peranan, ditegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam
Teori peranan ini memiliki asumsi bahwa perilaku politik
merupakan akibat dari tuntutan ataupun harapan terhadap peran yang
tengah dipegang oleh seorang aktor politik.11
Teori peranan memfokuskan pada perilaku individual dan suatu
kelompok tertentu. Faktor-faktor ini dipelajari pada konteks kelompok
kerja, organisasi, komunitas, dan juga masyarakat. Teori peranan memiliki
dua kemampuan yang berguna untuk analisis politik. Pertama, aktor politik
umumnya yang mana berusaha dalam menyesuaikan perilakunya dengan
norma perilaku yang berlaku dalam peran yang dijalankannya. Kedua,
teori peranan mempunyai kemampuan mendeskripsikan institusi politik
yang mana merupakan serangkaian pola perilaku berkaitan dengan
peranan.12
Peranan dapat diartikan sebagai bagian dari tugas yang harus atau
wajib dilaksanakan. Dari kata peranan, maka muncul istilah peran, beda
dari peranan yang memiliki sifat yang mengkristal, peran lebih bersifat
isidental. Peran merupakan seperangkat yang diharapkan akan memiliki
oleh seorang ataupun kelompok yang menduduki suatu posisi di kehidupan
masyarakat. Adapun peran organisasi internasional di dalam hubungan
internasional dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:13
11
Mohtar Mas’oed. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: PAU-SS-UGM. 1989. Hal. 45
12 Bruce J. Biddle & Edwin J. Thomas.
role Theory Concepts and Research. New York: Reobert E. Krieger Publishing Company. 1989. Hal 3.
13
• Organisasi internasional sebagai arena atau tempat pertemuan
bagi anggota-anggotanya untuk membicarakan atau membahas
masalah-masalah yang dihadapi.
• Organisasi internasional sebagai instrumen yang digunakan oleh
negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu
berdasarkan tujuan politik luar negerinya.
• Organisasi internasional sebagai aktor independen yang dapat
membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi
kekuasaan ataupun paksaan dari luar negeri tersebut.
Dalam hal ini, FAO merupakan instrumen yang dapat
membantu negara-negara dalam menyelesaikan maslah krisis
pangan. Dalam menjalankan fungsinya, FAO sebagai organisasi
internasional yang bertugas untuk menangani masalah pangan dan
pertanian dapat membuat keputusan tanpa dipengaruhi siapapun.
1.5.2. Teori Ketahanan Pangan
Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan
sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang
mencanangkan konsep secure, adequate and suitable supply of food for
everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya
mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992)
yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat
dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator
tentang ketahanan pangan (Weingärtner, 2000).
Berikut ini ada beberapa definisi ketahanan yang sering mengacu pada
Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 yaitu dimana suatu kondisi
terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman,
merata dan terjangkau. Begitupun menurut USAID (1992) ketahanan pangan
meliputi suatu kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses
secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup
sehat dan produktif. Sedangkan FAO (1997) mendefinisikan situasi dimana semua
rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh
pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko
mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketika semua orang pada
segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang
cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai
dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat. Dan
Mercy Corps (2007) ketahanan pangan yaitu keadaan ketika semua orang pada
setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap
kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan
seleranya untuk hidup produktif dan sehat14
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan
pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi : .
14
1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu
2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses
3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,
ekonomi dan sosial
4. Berorientasi pada pemenuhan gizi
5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif
Saat ini Undang-undang pangan telah mengalami revisi atau pergantian karena
dianggap Undang-undang lama sudah tidak sesuai lagi, undang-undang yang baru
No. 18 tahun 2012 menyatakan ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya
Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.15
1.5.2.1.Ruang Lingkup Pangan
Ruang Lingkup pangan mencakup jejaring sub-sistem yang terkait
satu sama lain dan saling tergantung. Di dalamnya mencakup empat
sub-sistem pagan : (1) ketersediaan pangan, (2) keamanan pangan, (3)
ketahanan pangan, dan (4) keberlangsungan pangan. Keempat bagian
tersebut bekerja sebagai sistem. Adanya masalah atau gangguan fungsi
pada satu sub-sistem akan mengganggu ruang lingkup pangan
keseluruhan. Pertama, Ketersediaan Pangan. Ruang lingkup ketersediaan
pangan merupakan kerangka kerja sektor pangan untuk menyediakan
cakupan dan kecukupan sumberdaya pangan sesuai kebutuhan. Sub-sistem
ini mencakup usaha menggerakkan sektor-sektor sumberdaya pangan
seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan untuk
menghasilkan bahan baku atau produk pangan. Kunci ketersediaan pangan
adalah menjamin kecukupan stok bahan baku pangan dan produk (industri)
pangan.
Kedua, keamanan pangan. Ruang lingkup keamanan pangan
merupakan kerangka kerja sektor pangan untuk menjamin tingkat
keamanan bahan baku pangan atau produk pangan untuk layak dikonsumsi
secara sehat. Tingkat keamanan pangan yang dimaksud adalah sejauh
mana bahan makanan yang dikonsumsi aman bagi kesehatan dan sehat
bagi tubuh, misalnya tidak mengandung racun atau bahan kimia yang
berbahaya. Ketiga, ketahanan pangan. Ruang lingkup ketahanan pangan
merupakan kerangka kerja sektor pangan untuk menjamin tingkat
ketersediaan dan kecukupan stok pangan. Ketahanan pangan berkaitan
dengan daya tahan ketersediaan pangan menghadapi ancaman kelangkaan
pangan. Faktor kelimpahan dan keanekaragaman sumber daya pangan
menjadi kunci membangun ketahanan pangan yang tangguh. Keempat,
keberlangsungan pangan. Ruang lingkup keberlangsungan pangan untuk
menciptakan kondisi kontinuitas yang menjamin ketersediaan pangan
secara aman berkelanjutan. Keberlangsungan yang dimaksud terkait
dengan konsep pembangunan berkelanjutan, upaya menjaga lingkungan
keberlangsungan pangan mengandaikan bahwa ketiga subsistem pangan
yang lain mencapai kinerja yang optimal.16
1.5.2.2. Diversifikasi Pangan
Diversifikasi pangan dalam upaya memperbaiki mutu menu
makanan rakyat sudah ditetapkan sejak tahun 1974 dan disempurnakan
dengan INPRES 20/1979. Namun secara operasional, diversifikasi pangan
belum dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan Widyakarya Pangan dan
Gizi (LIPI, 1988),17
Langkah awal dapat dimulai dengan pengembangan sumber
pangan lokal, eksotik, bernilai ekonomi tinggi, mengandung protein,
vitamin dan bergizi baik. Kampanye ”makan ikan” dan ”minum susu”
akan mampu memperbaiki kecukupan protein dan vitamin, yang dapat saja yang menyimpulkan dua pengertian tentang
diversifikasi pangan. Pertama, diversifikasi pangan dalam rangka
pemantapan swasembada beras yaitu agar laju peningkatan konsumsi beras
dapat dikendalikan, setidak-tidaknya seimbang dengan kemampuan laju
peningkatan produksi beras. Kedua, diversifikasi pangan dalam rangka
memperbaiki mutu gizi susunana makanan penduduk beragam dan
seimbang. Lebih lanjut toeri ini juga menjelaskan pentingnya strategi
diversifikasi pangan yang harus dilakukan secara lebih serius, untuk
mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras, yang saat ini sangat
tinggi dan sering mempengaruhi tekanan permintaan terhadap beras.
16 Fransiscus Welirang,
Revitalisasi Republik Perspektif Pangan dan Kebudayaan, Jakarta: PT. Graffindo, 2007 hal. 54-56
mengurangi te kanan konsumsi terhadap bahan karbohidrat seperti beras
yang sangat sensitif secara ekonomi dan politik. Kemudian, pengindustrian
pangan lokal ini harus memperoleh dukungan kebijakan yang memadai,
mulai dari skema pembiayaan, insentif perpajakan, dan kemudahan
lainnya.
1.5.2.3. Ketersediaan Pangan
Dalam bukunya berjudul “Perencanaan Pangan dan Gizi, Suhardjo
mengemukakan bahwa dalam memenuhi pangan nasional harus
menggunakan metode untuk dapat menakar ketersediaan pangan yaitu
menggunakan metode Food Blance Sheet (FBS) dan hal tersebut dianggap
menguntungkan adapun faktor-faktor penyebabnya ialah :18
- Dengan menggambarkan imbangan antara persediaan pangan
dihubungkan dengan kebutuhan yang seharusnya dipenuhi. Dapat
dibandingkan terhadap konsumsi pangan yang nyata dari data
survei konsumsi pangan.
- Bila persediaan total energi yang dibandingkan dengan perkiraan
kebutuhan tidak banyak berbeda, maka diduga tidak terdapat
masalah kekurangan gizi yang serius bila distribusinya merata.
Namun demikian bila persediaannya jauh lebih rendah dari
perkiraan kebutuhan, maka dapat menyebabkan masalah
kekurangan gizi yang berat. Demikian pula hanlnya untuk protein.
18
- Secara mudah dapat menggambarkan perkiraan persediaan zat gizi
berbagai kelompok jenis pangan, khususnya energi, protein dan
lemak.
Sehingga dalam mengelola ketersediaan pangan di Indonesia metode
ini dianggap sebagai dasar dalam mencukupi ketersediaan dan
ketahanan pangan nasional.
1.6. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan melakukan
metode-metode ilmiah.19
1.6.1. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yang merupakan sebuah proses pemecahan suatu masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau menerangkan keadaan sebuah objek ataupun subjek
penelitian seseorang, lembaga maupun masyarakat pada saat sekarang dengan
berdasarkan fakta-fakta yang tampak seadanya.20
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data dan
fakta-fakta dalam rangka pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data sekunder, yaitu dokumen-dokumen berupa jurnal,
artikel, buku-buku, dan juga sumber lainnya yang dapat membantu dalam
penelitian ini.
1.6.3. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisa
kualitatif. Yang mana teknik ini lebih menekankan analisisnya pada sebuah proses
pengambilan kesimpulan secara deduktif dan juga induktif serta pada analisis
terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang sedang diamati dengan
menggunakan logika ilmiah.21
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara terus menerus
semenjak data awal dikumpulkan sampai penelitian berakhir. Penafsiran data dan
menarik kesimpulan dilakukan dengan mengacu kepada rujukan konsep dan
teoritis kepustakaan sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya.22
1.7. Sistematika Penulisan
Susunan sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
21
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001, hal 47
22
BAB II : PROFIL ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN
DUNIA
Dalam bab ini menjelaskan mengenai Profil Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO) di Indonesia dan Undang-undang Pangan.
BAB III : PERAN ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN
DUNIA TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI
INDONESIA
Dalam bab ini berisi tentang analisis bagaimana peran Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia terhadap ketahanan pangan di
Indonesia
BAB IV : PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dan
yang diperoleh dari hasil penelitian yang didalamnya juga terdapat
BAB II
PROFIL ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN DUNIA
2.1. Pengertian FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian)
Pengertian Food and Agriculture Organization (FAO) adalah Organisasi
pangan dan pertanian yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). FAO bertujuan untuk menaikan tingkat nutrisi dan taraf hidup,
meningkatkan produksi, proses pemasaran dan penyaluran produk pangan dan
pertanian, mempromosikan pembangunan di pedesaan, dan melenyapkan
kelaparan. FAO dibentuk tahun 1945 di Quebec City, Quebec, Kanada. Pada
1951, markasnya dipindahkan dari Washington, DC ke AS, Roma Italia.23
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bermula terbentuk dari
dilaksanakannya suatu konferensi United Nation Conference on Food and
Agriculture yang berlangsung di Hotspring, Virginia, Amerika Serikat.
Konferensi tersebut berlangsung atas inisiatif 44 negara yang dimana
memutuskan untuk mendirikan sebuah organisasi pangan dan pertanian
serta membentuk sebuah panitia khusus untuk menyusun rencana-rencana
yang lebih mendetail. Konferensi tersebut tidak mempermasalahkan
masalah-masalah konstitusional, yang pada akhirnya menghasilkan suatu
dokumen tentang hal-hal substantif mengenai pangan dan pertanian.
Dalam dokumen tersebut membahas hampir semua aspek kecuali
mengenai kehutanan dan perikanan. Pembentukan organisasi tersebut 2.1.1. sejarah terbentuknya FAO
23
ditujukan untuk lebih memperhatikan sektor pertanian sebagai sektor
penting masyarakat pedesaan yang semakin kurang mendapat perhatian
dan tersisihkan oleh industrialisasi.
Penandatanganan anggaran dasar dan pembukaan konferensi FAO
yang pertama dilaksanakan pada tanggal 16 oktober 1945 di Quebec City,
Canada. Selanjutnya tanggal tersebut dijadikan dan diperingati sebagai
hari berdirinya FAO, dengan mandat untuk meningkatkan tingkat nutrisi
dan standar hidup yang layak, untuk memperbaiki produktifitas pertanian,
serta untuk memperbaiki kondisi masyarakat di pedesaan. FAO awalnya
bermarkas di Washington D.C. namun terhitung tanggal 26 November
2005 markasnya dipindahkan ke Roma.
Prioritas utama dari FAO adalah mendorong terjadinya sustainable
agriculture and rural development. Ini merupakan strategi jangka panjang
untuk meningkatkan produksi makanan dan keamanan pangan atau food
security dengan memelihara dan mengolah sumber daya alam. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan baik di masa sekarang ataupun
di masa yang akan datang, dengan mendorong dilakukannya pembangunan
yang tidak merusak lingkungan, dengan teknik yang tepat dan cocok,
secara ekonomi dapat dijalankan dan secara sosial dapat diterima.24
Organisasi Pangan dan Pertanian merupakan organisasi badan yang
berstatus semi otonom dan merupakan bagian integral dari PBB, Dalam
melakukan tugas-tugasnya memiliki lembaga-lembaga yang dapat
24
menentukan program-programnya dan memiliki administrasi serta
sekretariatnya sendiri. FAO terdiri dari delapan bagian, yaitu:
Administration and Finance Agriculture, Economic and Social, Fisheries,
Forestry, General Affairs and information, sustainable development and
Technical Cooperation. Untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya, FAO
mempekerjakan 3700 anggota staf, yang terdiri dari 1400 profesional, dan
2300 staf pembantu umum, dengan menyediakan lima kantor regional,
lima kantor sub regional, lima kantor liaison dan lebih dari 78 kantor di
negara-negara anggota untuk memnuhi kebutuhan kantor pusat yang
terletak di Roma.
FAO (Organisasi pangan dan Pertanian) meliputi 4 area utama,
yaitu: menjangkau informasi dari staf ahli untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menyebarkan informasi data dana pembangunan,
menerapkan keahlian dalam menjalankan proyek, membantu neggara
menyusun strategi dalam isu pangan dan agricultur, dan melakukan
pertemuan dengan Negara-negara untuk membahas hal tersebut.
Sementara pengkatagorian pengoprasian kerja FAO dibagi kedalam 2
bagian, yaitu program rutin yang meliputi operasi internal, termasuk
pemeliharaan kualifikasi yang tinggi dari stafnya dalam pekerjaan
lapangan, menasehati pemerintah dalam kebijakan, perencanaan dan
pelayanan kebutuhan pembangunan.
Ada pun dana yang digunakan bersumber dari Negara anggota
yang berkontribusi pada level konferensi. Sementara program lapangan
Proyeknya biasa dilaksanakan dengan bekerja sama dengan pemerintah
nasional dan agensi lainnya. Sebanyak 60% dananya bersumber dari
national trust fund dan 22%nya berasal dari Program Pembangunan PBB.
Sementara FAO sendiri berkontribusi melalui anggaran program rutin
melalui program kerjasama tekhnis.25
Ilmu pengetahuan, teknologi, penelitian sosial dan ekonomi tentang
gizi, pangan dan pertanian.
2.1.2. Fungsi FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian)
FAO bertugas untuk menghimpun, menganalisa, menerjemahkan
dan menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan pangan, gizi, dan
pertanian (perikanan, peternakan, kehutanan dan hasil-hasil laut). Selain
itu, FAO juga bertugas mendorong dan dan memberikan rekomendasi
untuk bertindak baik secara nasional maupun secara internasional yang
berhubungan dengan:
Melaksanakan pendidikan dan peng-administrasian serta
menyebarluaskan tentang ilmu dan praktek gizi, pangan dan pertanian,
Melestarikan sumber daya alam dan menerapkan metoda produksi
pertanian.
Memantapkan pemrosesan, pemasaran dan pendistribusian pangan dan
hasil-hasil pertanian.
Menerapkan kebijaksanaan internasional dengan memperhatikan
perjanjian-perjanjian mengenai komoditi pertanian.
Secara umum menerapkan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2.1.3. visi, misi dan tujuan FAO
Setiap organisasi memiliki visi dan misi masing-masing. Demikian
pula FAO sebagai salah satu organisasi PBB memiliki mandat dan tugas
pokok. Misi pokok FAOadalah membantu negara anggota mencapai food
security, dalam arti produksi pangan. Sesuai dengan mandatnya, FAO
tidak melakukan pengerahan bantuan darurat berupa makanan untuk
penduduk yang terkena bencana alam atau pengungsi. FAO memfokuskan
diri pada bantuan dalam memfasilitasi proses produksi pangan, setelah
bencana alam reda atau bilamana kehidupan masyarakat petani menuju
normal.
Ada pun Visi dari Organisasi Pangan dan Pertanian
adalah“Remaining fully responsive to the ideas and requirements of
member, and being recognized for leadership and partnership in
helping to build a food secure world” (Responsif terhadap keinginan
negara anggotanya, memiliki kepemimpinan dan kemitraan yang diakui
dalam rangka menciptakan dunia yang cukup pangan).
Organisasi Pangan dan Pertanian juga memiliki misi sebagai
berikut, Mengurangi kerawanan pangan dan menurunkan kemiskinan di
pedesaan, membantu merumuskan kebijaksanaan dan peraturan
perundangan yang menunjang bidang pertanian, perikanan dan kehutanan,
sumberdaya alam. meningkatkan iptek tentang makanan, pertanian,
perikanan dan kehutanan.
FAO mempunyai tujuan utama untuk membantu negara-negara
anggotanya dalam upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan
rakyatnya dan sekaligus meningkatkan ketahanan pangan guna
kepentingan umat manusia di dunia melalui:
Memperbaiki tingkat gizi dan taraf hidup rakyat di wilayah hukum
masing-masing.
Meningkatkan efesiensi dan produksi semua hasil pangan dan
pertanian.
Memperbaiki kondisi penduduk pedesaan.
Menunjang perekonomian dunia dan membebaskan manusia dari
kelaparan.
Dalam mencapai tujuannya, FAO melaksanakan fungsinya dalam empat
bidang:
1. Mengumpulkan, menganalisa dan menyebarkan informasi
2. Memberikan nasihat kepada pemerintah mengenai kebijaksanaan dan
perencanaan
3. Menggalakkan konsultasi dan kerja sama diantara anggota
4. Memberikan nasihat dan bantuan teknis dalam segala aspek pangan
2.1.4. Kekuatan dan Kelemahan FAO (Organisasi Pangan dan
Pertanian)
1. Adapun kekuatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian, sebagai
berikut:
Memiliki kepercayaan diri bahwa negara-negara anggotanya
memiliki kecakapan atau keahlian berorganisasi dan
berpengalaman dalam bekerja untuk mencapai tujuan;
mampu merangkul masalah-masalah global; memiliki
kapasitas untuk mengidentifikasi dan membuat solusi secara
independen berdasarkan idiologi atau perspektif nasional
yang spesifik.
Bersama-sama dengan struktur kerja organisasi yang luas,
kapasitas networking organisasi yang mendunia, dan
berdasarkan pada hubungan langsung dengan badan-badan
pemerintahan, institusi penelitian dan akademik, serta
badan-badan nasional maupun internasional lainnya.
Memiliki campuran yang unik antara pengalaman
operasional dan normatif dari staf organisasinya.
Bantuan-bantuan teknik ditawarkan organisasi kepada
negara-negara tanpa bias politik ataupun komersil, untuk
memberi dukungan yang dibutuhkan oleh pemerintah. FAO
menyadari akan kompetensi dasar dan keahlian khusus yang
dimiliki staf intinya, sama baiknya dengan ahli-ahli dari luar
2. Kelemahan dari Organisasi Pangan dan Pertanian yaitu FAO
terlalu desentralisasi, dengan proporsi staf yang bertugas di pusat
yang banyak, yang jauh dari pengamatan akan masalah-masalah
yang kompleks di lapangan.Selain itu difusi dalam struktur
organisasi akan mencegah organisasi tersebut untuk konsentrasi
pada wilayah kunci, dan mengurangi kemampuannya untuk
mencapai hasil yang berkualitas tinggi.
2.1.5. FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) dan Indonesia
Indonesia menjadi anggota FAO tanggal 28 November 1949,
menegaskan kembali ketertarikannya pada upaya peningkatan taraf hidup
rakyatnya, dan memberikan sumbangan pada kerja internasional dalam
pembangunan pangan dan pertanian. Sejak saat itu, Indonesia dan FAO
telah bekerja sama secara erat untuk mencapai tujuan tersebut.
Kegiatan Indonesia dalam bekerja dengan FAO dimulai pada tahun
1950 ketika mempersiapkan selebaran-selebaran mengenai makanan dan
gizi yang berimbang. Dan dalam perencanaan pertanian. FAO memberikan
bantuan teknis dalam bidang statistik pertanian, produksi beras dan
perencanaan kehutanan.
Kerja sama antara Indonesia dan FAO berlangsung sejak 1949.
Sampai tahun 1992, lebih 300 program dan proyek yang telah
dilaksanakan FAO di seluruh Indonesia. Melibatkan sampai 1.000 tenaga
ahli dan konsultan, termasuk beberapa orang dari Indonesia. Ratusan juta
di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan. Program dan proyek
tersebut memperoleh dana dari Pemerintah Indonesia, UNDP, dan
badan-badan multilateral yang lain, negara-negara donor, dan oleh FAO sendiri.
Ribuan tenaga ahli dan perencana Indonesia telah memetik manfaat dari
program latihan yang diselenggarakan oleh FAO serta berbagai proyeknya
yang terdapat di dalam maupun luar negeri. Demikian juga dengan para
ahli di berbagai bidang yang lain dan para administrator.26
2.1.6. FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) di Indonesia
Mula-mula FAO berada di Indonesia melalui para ahlinya.
Kemudian lewat seorang Kepala Perwakilan atau seorang penasihat
pertanian pada tahun 1978, FAO secara resmi membuka kantor
perwakilannya di Indonesia. Kepala perwakilan FAO menyampaikan
surat-surat kepercayaannya kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1979.
Indonesia memberikan sumbangan kepada FAO melalui beberapa
cara. Banyak pertemuan mengenai kebijaksanaan dan perencanaan yang
disponsori FAO, rapat-rapat konsultasi teknis, pelatihan serta pertemuan
komisi, diselenggarakan oleh pemerintah yang bertindak sebagai tuan
rumah. Indonesia juga berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program
global maupun regional. Menyumbangkan pengalaman dan keahliannya
demi kemaslahatan pihak lain. Sesuai dengan semangat Kerja sama Teknis
di antara Negara-Negara Sedang Berkembang.27
26
Harmoko, Perserikatan Bangsa-bangsa dan Indonesia, Jakarta: Subahtera Semesta Graphika, 1993, hal 57
27
Program bantuan teknis dan proyek dimana Pemerintah Indonesia
dan FAO bekerja sama selama 45 tahun, meliputi perencanaan
pembangunan pertanian, evaluasi sumber tanah, irigasi, dan pengelolaan
air. Peningkatan produksi hasil panen (terutama padi), penggalakan
palawija, dan pengembangan pertanian holtikultura. Pengembangan hasil
perkebunan, penggalakan usaha peternakan kecil dan memperkuat
pelayanan dibidang kesehaqtan hewan ternak. Perencanaan perikanan dan
pengolahannya, analisa hutan dan industri hutan, perencanaan dan
inventarisasi, perlindungan lingkungan dan pengelolaan binatang liar,
pengembangan taman nasional, dan program aksi kehutanan nasional
(NFAP).28
2.2. Undang-Undang Pangan di Indonesia
Mitra FAO yang paling penting di Indonesia adalah
Departemen-Departemen Pertanian, Kehutanan, Koperasi, Transmigrasi,
Kependudukan dan Lingkungan, dan Pekerjaan Umum. FAO juga bekerja
sama dengan universitas, lembaga penelitian, badan-badan lain dan
lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
Indonesia memiliki Undang-undang yang mengatur tentang pangan yang
disebutkan dalam Undang-undang No.18 tahun 2012. Undang-undang pangan ini
revisi dari undang-undang pangan no 7 tahun 1996 yang dianggap tidak sesuai
lagi dengan dinamikan perkembangan kondisi eksternal dan internal,
demokratisasi, globalisasi, desentralisasi, penegakan hokum dan beberapa
peraturan perundang-undangan yang dihasilkan kemudian sehingga perlu diganti.
Ada pun perubahan yang mendasar dari Undang-undang No.7 tahun 1996
dibanding dengan Undang-undang No.18 tahun 2012, sebaga berikut:29
[image:46.595.112.517.278.684.2]No.
Table 2.1. perubahan UU No. 7 Tahun 1996 dengan UU No.18 Tahun
2012
Undang-undang No.7 Tahun 1996 Undang-undang No.18 Tahun 2012 1. Visi: Ketahanan Pangan Visi: ketahanan, kedaulatan, dan
kemandirian pangan
2. Pemenuhan kebutuhan pangan
hingga tingkat rumah tangga
Pemenuhan kebutuhan pangan hingga tingkat individu
3. Belum mengatur tentang
kelembagaan pangan
Sudah mengatur tentang kelembagaan pangan
4. Belum mengatur tentang pangan
local
Mengatur tentang pengutamaan
produksi pangan sesuai dengan kearifan local
5. Belum mengatur tentang
penimbunan pangan
Sudah mengatur tentang penimbunan pangan
6. Belum mengatur secara detail tentang cadangan pangan
Mengatur detail tentang cadangan pangan
7. Belum mengatur kewajiban
pemerintah mengelola stabilisasi pasokan dan harga, cadangan dan distribusi pangan pokok
Sudah mengatur kewajiban pemerintah mengelola stabilisasi pasokan dan harga, cadangan dan distribusi pangan pokok
8. Mengatur masalah keamanan
pangan : label, kemasan, dan iklan
Mengatur lebih dalam dan terperinci tentang keamanan pangan : label, kemasan, dan iklan
29
Dalam Undang-undang pangan yang terbaru No. 18 Tahun 2012,
dijelaskan bahwa Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan
baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Berdasarkan sumber
pangan, bahan pangan dibedakan menjadi 2, yaitu bahan makanan nabati yang
berasal dari tanaman/tumbuh-tumbuhan dan bahan pangan hewani yang berasal
dari hewan. Pada dasarnya pangan tersebut harus ada di setiap saat dan untuk
dapat memenuhi kriteria ketahanan pangan.
Ketersediaan pangan ditentukan oleh 3 aspek pokok yaitu produksi
(kuantitas), distribusi (aksesibilitas), dan konsumsi (bergizi dan aman). Secara
teori dan konsep, ketahanan pangan yang kuat tidak sama dengan kedaulatan
pangan yang kuat. Sebagian besar negara di dunia menganut konsep ketahanan
pangan sebagaimana konsep ini dianut dan menjadi acuan lembaga internasioanl
termasuk PBB dan FAO. Faktanya tidak ada negara yang bisa memenuhi semua
kebutuhan pangan dari dalam negeri atau memproduksinya sendiri, kemudian
selebihnya akan diekspor ke negara yang membutuhkannya. Yang ada adalah
sebuah negara yang mengekspor jenis pangan tertentu, baik nabati maupun
hewani ke negara lain sekaligus juga mengimpor kebutuhan sebagian kebutuhan
pangannya dari negara lain. Negara tempat mengekspor atau mengimpor itu bisa
Dalam UU Pangan dijelaskan bahwa yang dinamakan Kedaulatan Pangan
adalah hak negara dan bangsa dalam mewujudkan ketahanan pangannya, dapat
menentukan kebijakan pangannya secara mandiri, menjamin hak atas pangan bagi
rakyatnya, dan memberi hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem usaha
pangannya sesuai dengan potensi sumber daya dalam negeri. Sedangkan arti dari
kemandirian pangan yakni kemampuan negara memproduksi pangan dalam negeri
untuk mewujudkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya
potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat. 30
Adapun pengertian dari ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai dengan individu, yang tercermin dari tersediannya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta sesuai dengan keyakinan, dan budaya untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Hampir semua negara
memiliki pola pemenuhan kebutuhan pangan berbeda yang saling tergantung dan
membutuhkan karena pasokan atau produksi pangan yang ada memang dirancang
dan dikondisikan terbatas atau seperlunya saja hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Jika ada kelebihan pasokan atau produksi, akan
mengacaukan harga pangan dunia, hal ini sebagaimana dialami oleh petani
Indonesia ketika panen raya terjadi gejolak harga berupa turunnya harga pangan.
Begitu juga sebaliknya ketika terjadi kelangkaan atau kekurangan pasokan harga
pangan bisa melambung tinggi dan sangat tidak rasional. Semua itu terjadi karena
manajemen pengelolaan produksi pangan dan distribusinya yang tidak baik dan
30
belum mampu dirancang atau dikondisikan tepat dengan kebutuhan konsumen,
sehingga harganya relatif bisa dikendalikan dan berada di kisaran yang wajar dan
BAB III
PERAN ORGANISASI PANGAN DAN PERTANIAN DUNIA TERHADAP
KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA
3.1.Kondisi Pangan di Indonesia
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan Undang-Undang tentang Pangan yang telah disahkan melalui sidang
pleno Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 18 Oktober
2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan
pembuatan makanan dan minuman. Berdasarkan sumber pangan, bahan pangan
dibedakan menjadi 2, yaitu bahan makanan nabati yang berasal dari
tanaman/tumbuh-tumbuhan dan bahan pangan hewani yang berasal dari hewan.
Pada dasarnya pangan tersebut harus ada di setiap saat dan untuk dapat memenuhi
kriteria ketahanan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh 3 aspek pokok
yaitu produksi (kuantitas), distribusi (aksesibilitas), dan konsumsi (bergizi dan
aman). Secara teori dan konsep, ketahanan pangan yang kuat tidak sama dengan
kedaulatan pangan yang kuat. Sebagian besar negara di dunia menganut konsep
internasioanl termasuk PBB dan FAO. Faktanya tidak ada negara yang bisa
memenuhi semua kebutuhan pangan dari dalam negeri atau memproduksinya
sendiri, kemudian selebihnya akan diekspor ke negara yang membutuhkannya.
Yang ada adalah sebuah negara yang mengekspor jenis pangan tertentu, baik
nabati maupun hewani ke negara lain sekaligus juga mengimpor kebutuhan
sebagian kebutuhan pangannya dari negara lain. Negara tempat mengekspor atau
mengimpor itu bisa sama seperti layaknya sebuah barter, tetapi kebanyakan
berbeda.
Indonesia adalah salah satu Negara yang terletak di zona khatulistiwa.
Negara-negara yang terletak di zona ini disinari matahari hampir sepanjang tahun.
Selain itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur karena dikelilingi oleh
gunung berapi yang masih aktif. Kondisi ini sangat mendukung untuk melakukan
berbagai kegiatan di bidang pertanian. Hal inilah yang kemudian mendorong
sebagian besar masyarakat Indonesia memilih bertani sebagai mata pencaharian
mereka. Dengan demikian, tepat kiranya jika julukan sebagai Negara agraris
dialamatkan kepada Indonesia.
Sebagai Negara yang agraris, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
beras sangat tinggi. Hal ini mengingat beras merupkan makanan pokok bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras telah menjadi sumber pangan yang
dominan yang tercermin dari 50% konsumsi beras nasional.31
31
Bagi Indonesia
sendiri, beras tidak hanya memiliki nilai secara ekonomis saja, melainkan juga
merupakan komoditas yang bernilai politis karena beras sering kali dijadikan
Dalam UU Pangan dijelaskan bahwa yang dinamakan Kedaulatan Pangan
adalah hak negara dan bangsa dalam mewujudkan ketahanan pangannya, dapat
menentukan kebijakan pangannya secara mandiri, menjamin hak atas pangan bagi
rakyatnya, dan memberi hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem usaha
pangannya sesuai dengan potensi sumber daya dalam negeri. Sedangkan arti dari
kemandirian pangan yakni kemampuan negara memproduksi pangan dalam negeri
untuk mewujudkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya
potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat.
Ketahanan pangan sesungguhnya sangat erat kaitannya dan berpengaruh
besar terhadap sektor produksi suatu Negara, yang kemudian berpengaruh pada
devisa suatu Negara, yang akan dimanfaatkan dalam sector ekspornya, dan akan
berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Selain itu, ketahanan
pangan pun sangat erat kaitannya dengan kebijakan-kebijakan politik suatu
Negara, tentang persetujuan kerja sama antar aktor dalam sektor pangan,
kebijakan-kebijakan pembangunan, dan pengelolaan sumberdaya alam
berkelanjutan dalam suatu sistem. Berangkat dari pemahaman tersebut, sehingga
ketahanan pangan menjadi salah satu wacana yang cukup berpengaruh dalam
bidang ekonomi politik.32
Menurut Undang-Undang RI No.18 tahun 2012 Ketahanan Pangan adalah
kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
32
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Di Indonesia sendiri, beras merupakan komoditas pangan pokok yang
dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Beras berperan penting
dalam ketahanan pangan karena terdapat ketergantungan penduduk Indonesia
yang sangat besar akan beras. Pasokan beras selalu menjadi masalah utama. Saat
ini pemerintah selalu mengupayakan ketersediaan beras, salah satunya adalah
dengan mengimpor. Impor tersebut dilakukan karena produksi beras domestic
tidak mampu memenuhi kebutuhan akan konsumsinya. Sayangnya, angka impor
beras tersebut selalu bertambah setiap tahunnya. Hal ini akan berimplikasi pada
stabilitas negara dan ketahanan pangan setiap daerah.
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan
yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses pangan dan tidak terjadinya
ketergantungan pangan pada pihak mana pun. Dalam hal ini, petani memiliki
kedudukan strategis dalam ketahanan pangan. Bila menilik keadaan pangan
indonesia saat ini, banyaknya pengalihan lahan pertanian yang membuat
berkurangnya hasil tani di indonesia. Sehingga wajar apabila indonesia
mengalami kekurangan pangan sehingga harus melakukan impor dalam
memenuhi kebutuhan pangan di indonesia .
Pada awal kemerdekaan, Indonesia pernah mengalami masa sulit akibat
pasokan dan distribusi pangan yang tidak lancar. Untungnya Indonesia dikaruniai
tanah yang relatif subur dan air yang begitu luas sehingga banyak jenis tanaman
dan hewan yang bisa dimakan untuk sekedar bertahan hidup. Hingga akhir masa
disibukkan persoalan bagaimana mencukupi kebutuhan pangan dalam jumlah
cukup, harga terjangkau, mudah mengaksesnya dan kualitas yang baik. Untuk
menjaga stabilitas pasokan harga dan kualitas pangan yang dibutuhkan
masyarakat Indonesia yang terus bertumbuh, maka pemerintahan Soeharto
meluncurkan serangkaian kebijakan antara lain dengan membentuk Bulog dan
mempe