• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KETAHANAN PANGAN BERBASIS BUSINESS INTELLIGENCE PADA BADAN KETAHANAN PANGAN, KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KETAHANAN PANGAN BERBASIS BUSINESS INTELLIGENCE PADA BADAN KETAHANAN PANGAN, KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

 

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

KETAHANAN PANGAN BERBASIS BUSINESS

INTELLIGENCE PADA BADAN KETAHANAN

PANGAN, KEMENTERIAN PERTANIAN

REPUBLIK INDONESIA

Manise Hendrawaty

(1)

, Harisno

(2)

Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat 11480 Indonesia, (021) 53696969,

maniez.hendrawaty@gmail.com(1), harisno@binus.edu(2)

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan haruslah terpenuhi. Agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka instansi pemerintahan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) dibentuk agar dapat memantau pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Tujuan penulisan adalah untuk mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan yang menyediakan fasilitas dashboard berbasis Business Intelligence, mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan yang dapat memberikan informasi ketahanan pangan secara cepat, tepat dan real time, mengembangkan sistem pendukung pengambilan keputusan bagi pimpinan pada instansi Badan Ketahanan Pangan. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 51 responden yang merupakan para pimpinan pada Badan Ketahanan Pangan. Data dianalisis dengan metode analisis SWOT untuk lingkungan bisnis dan IT Balanced Scorecard (IT BSC) untuk lingkungan SI/TI. Hasil analisis sistem informasi ketahanan pangan pada Badan Ketahanan Pangan dapat membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan dengan menyajikan informasi berupa panel dashboard yang memberikan informasi secara cepat, tepat, dan real time. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan sistem informasi telah berhasil dilakukan.

Kata Kunci: Business Intelligence, Sistem Informasi, Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan.

PENDAHULUAN

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan haruslah terpenuhi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan, maka Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang merupakan instansi pemerintahan yang berada di bawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia (RI) yang dibentuk melalui Keppres No. 136 tahun 1999 diharapkan dapat memenuhi tuntutan tersebut yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yaitu melaksanakan pengkajian, pengembangan dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, bersama-sama instansi terkait lainnya dalam memantapkan ketahanan pangan terutama dalam meningkatkan percepatan diversifikasi pangan dan memantapkan ketahanan pangan masyarakat (Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2010 - 2014).

(2)

pangan dan penganekaragaman konsumsi pangan. Mengingat pentingnya memenuhi kecukupan pangan, setiap negara mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebagai pondasi bagi pembangunan sektor – sektor lainnya. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditujukan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi, dan seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, nasional, sepanjang waktu dan merata.

Untuk dapat mendukung tugas dan fungsi BKP Kementerian Pertanian RI, instansi membutuhkan sebuah sistem informasi yang dapat menyediakan informasi berupa dashboard terkait informasi ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan dimana hasil integrasi ketiganya menghasilkan peta kerawanan pangan yang menggambarkan wilayah di Indonesia yang mengalami kerawanan pangan akibat tidak meratanya distribusi pangan ke wilayah. Sehingga dengan demikian instansi dapat langsung mengambil keputusan untuk segera meberikan berbagai jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan pangan di wilayah setempat melalui jalur distribusi yang ada secara cepat dan tepat.

Pemenuhan kebutuhan informasi dalam bentuk dashboard tersebut dapat dipenuhi dengan mengembangkan sistem informasi ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan, serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan berbasis Business Intelligence (BI). Dengan adanya BI akan membantu BKP dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan strategis serta dapat memprediksi kondisi ketahanan pangan pada masa yang akan datang.

Masalah yang ada pada BKP Kementerian Pertanian RI: Bagaimana mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan untuk mengetahui suatu daerah mengalami kerawanan pangan, akibat kesulitan mengakses pangan dari sumber-sumber pangan dan mendistribusikannya ke masyarakat, yang ditunjukkan oleh panel-panel dashboard dari sistem tersebut sebagai tanda peringatan dini untuk mendapatkan penanganan secara khusus dalam mitigasi dan pemulihan kembali suatu wilayah yang mengalami kerawanan pangan? Bagaimana mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan yang dapat memberikan informasi terkait ketahanan pangan secara cepat, tepat dan realtime untuk digunakan oleh pimpinan dalam membuat perencanaan program, penentuan target, strategi serta intervensi kerawanan pangan? Bagaimana mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan yang dapat digunakan oleh pimpinan dalam memberikan keputusan untuk segera memberikan berbagai jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan pangan di daerah setempat melalui jalur distribusi yang ada secara cepat dan tepat dalam kasus suatu daerah mengalami kerawanan pangan?

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan penulisan tesis dengan jalur Internship Project (IP) adalah: Mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan yang menyediakan fasilitas dashboard berbasis Business Intelligence (BI) yang memungkinkan pimpinan mengetahui suatu daerah mengalami kerawanan pangan, akibat kesulitan mengakses pangan dari sumber-sumber pangan dan mendistribusikannya ke masyarakat, yang ditunjukkan oleh panel-panel dashboard dari sistem tersebut sebagai tanda peringatan dini untuk mendapatkan penanganan secara khusus dalam mitigasi dan pemulihan kembali suatu wilayah yang mengalami kerawanan pangan, Mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan berbasis BI yang dapat memberikan informasi ketahanan pangan secara cepat, tepat dan realtime untuk digunakan oleh pimpinan dalam membuat perencanaan program, penentuan target, strategi serta intervensi kerawanan pangan. Dalam kasus suatu daerah yang mengalami kerawanan pangan, maka pimpinan dapat memberikan keputusan untuk segera meberikan berbagai jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan pangan di daerah setempat melalui jalur distribusi yang ada secara cepat dan tepat.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : Tersedianya fasilitas dashboard dari sistem informasi ketahanan pangan berbasis BI yang memungkinkan pimpinan mengetahui suatu daerah mengalami kerawanan pangan, akibat kesulitan mengakses pangan dari sumber-sumber pangan dan mendistribusikannya ke masyarakat, yang ditunjukkan oleh panel-panel dashboard dari sistem tersebut sebagai tanda peringatan dini untuk mendapatkan penanganan secara khusus dalam mitigasi dan pemulihan kembali suatu wilayah yang mengalami kerawanan pangan. Tersedianya sistem informasi ketahanan pangan berbasis BI yang dapat memberikan informasi ketahanan pangan secara cepat, tepat dan realtime untuk digunakan oleh pimpinan dalam perencanaan program, penentuan target, strategi serta intervensi kerawanan pangan. Dalam kasus suatu daerah yang mengalami kerawanan pangan, maka pimpinan dapat memberikan keputusan untuk segera meberikan berbagai jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan pangan di daerah setempat melalui jalur distribusi yang ada secara cepat dan tepat.

Pengembangan sistem berbasiskan Business Intelligence tentunya telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Pengembangan sistem dengan membuat dashboard untuk menyajikan informasi akan lebih memudahkan pihak eksekutif dalam melakukan pengambilan keputusan dibandingkan harus melihat data detail dalam jumlah yang banyak (Britz & Maria, 2007).

Organisasi dapat mencapai kesuksesan bisnis dengan melakukan implementasi Business Intelligence karena BI tidak hanya untuk proses internal organisasi tetapi juga lingkungan eksternal yang saling berkompetitif.

(3)

Mengimplementasikan BI merupakan sebuah kesempatan dan kemungkinan baru bagi organisasi untuk berkembang(Olszak, 2012).

Dalam jurnal (Gollapudi, Kirankumar; Jangeti, Sunil Kumar; Kotapati, Avinash Reddy;, 2012) Mengatakan bahwa pada kondisi ekonomi saat ini, setiap organisasi ingin memotong biaya dan melakukan investasi secara bijak dalam bisnisnya. Setiap organisasi berfokus untuk mengembangkan efisiensi dalam operasionalnya dengan melakukan analisis pada data historical sebaik seperti kondisi saat ini agar pihak eksekutif dapat membuat keputusan berdasarkan strategi yang mereka miliki. Informasi merupakan aset yang paling bernilai pada BI atau datawarehouse karena intformasi tersebut dapat membantu pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan keuntungan dalam bisnis.

Pada sebuah organisasi yang mengimplementasikan BI, memungkinkan organisasi untuk membuat keputusan secara realtime karena BI mampu mengintegrasikan seluruh kebutuhan organisasi sehingga pihak eksekutif dapat memperoleh informasi secara cepat (Kumar, 2012)

Keuntungan Pengembangan Sistem berbasis Business Intelligence, menurut penelitian Kirankumar Gollapudi, Sunil Kumar Jangeti, Avinash Reddy Kotapati dalam jurnalnya yang berjudul Analysis of Using a Business Intelligence Tool (COGOS) in a company to result in more efficient and intuitive company in the current era mengemukakan bahwa BI digunakan oleh manajemen, pebisnis yang membantu mereka dalam membuat keputusan untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan tetap berada pada posisi atas dalam persaingan bisnis.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

• Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Metode analisis lingkungan bisnis.

Analisis lingkungan bisnis dilakukan dengan menggunakan Analisis SWOT dan Analisis Proses Berjalan (CRUD Matrix).

2. Metode analisis lingkungan SI/TI.

Analisis lingkungan SI/TI dilakukan dengan menggunakan IT Balanced Scorecard (IT BSC) dan Analisis Portofolio Aplikasi.

• Metode pengembangan sistem yang dilakukan dalam penulisan ini, yaitu dengan menggunaka metode konsep teori Vercellis (Vercellis, 2009), dimana tahap – tahap pengembangannya, diantaranya : 1. Analysis

a. Identification of Business Needs 2. Design

a. Infrastructure Recognition

b. Project Macro Planning 3. Planning

a. Detailed Project requirements

b. Definition of the Mathematical Models Needed

c. Identification of the Data Definition of Data Warehouses and Data Marts d. Development of a Protoype

4. Implementation and Control

a. Development of Data Warehouses and Data Marts b. Development of ETL Tools

c. Development of Metadata d. Development of Applications e. Release and Testing

• Metode Evaluasi Pengembangan Sistem

1. Metode TAM

Pada metode TAM terdapat 4 perspektif yang digunakan sebagai bahan evaluasi pengembangan sistem informasi, yaitu:

a. Attitude Toward Using (ATU), sikap pengguna yang dapat berupa penerimaan atau

penolakan dalam menggunakan aplikasi sistem informasi.

b. Behavioral Intention to Use (ITU), perilaku pengguna untuk tetap menggunakan aplikasi

sistem informasi.

c. Perceived Ease of Use (PEOU), pandangan pengguna tentang kemudahan dalam

menggunakan aplikasi sistem informasi, mudah dipahami, dipelajari, dan digunakan.

d. Perceived Usefulness (PU), kepercayaan pengguna terhadap aplikasi sistem informasi yang

(4)

e. Actual Use (AU), frekuensi seberapa sering pengguna dalam menggunakan aplikasi sistem

informasi.

2. Pre-Post Test

Pretest-posttest digunakan dalam penelitian tingkah laku, tujuan utamanya adalah untuk membandingkan/mengukur perubahan hasil eksperimen yang dilakukan. Hasil dari pretest-posttest ini akan memperlihatkan gain atau selisih antara kondisi sebelum eksperimen dilakukan dan setelah eksperimen dilakukan. Pada tabel 2.9 memperlihatkan hasil perbandingan antara pre dan post test.

• Metode Pengumpulan Data 1. Data primer :

Data primer antara lain adalah: a. Wawancara

Penulis akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak – pihak terkait yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI terkait sistem ketersedian, distribusi, kerawanan dan penganekaragaman konsumsi pangan yang sedang berjalan saat ini. Serta mengajukan pertanyaan terkait informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksekutif yang digunakan sebagai bahan pendukung pengambilan keputusan sehingga penulis dapat mengajukan rekomendasi untuk perencanaan strategis sistem informasi di masa yang akan datang.

b. Observasi

Penulis mengamati secara langsung proses yang terjadi di Badan Ketahanan Pangan dan mencatat hal – hal yang berhubungan dengan pembahasan masalah dalam internship

project ini.

c. Kuisioner

Penulis membagikan kuisioner kepada pimpinan Badan Ketahanan Pangan terkait kondisi SI/TI yang ada saat ini dan pengembangan sistem yang telah dilakukan.

2. Data Sekunder :

Data sekunder yang digunakan dalam internship project ini adalah: a. Studi Kepustakaan

Penulis melakukan pengumpulan data dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data teroritis berdasarkan buku-buku acuan dan jurnal yang berhubungan dengan ketahanan pangan dalam internship project ini.

(5)

Gambar 1 Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penulisan Internship Project ini diantaranya :

1. Mengetahui latar belakang instansi yang akan dijadikan objek dalam internship project beserta dengan tugas dan fungsinya.

2. Merumuskan masalah yang ada pada instansi dituangkan dalam bentuk pertanyaan.

3. Menganalisis sistem berjalan. Analisis sistem yang berjalan dianalisis dari segi bisnis dan peranan SI/TI yang ada pada instansi.

4. Berdasarkan analisis antara lingkuangan bisnis dan lingkungan SI/TI, ditemukan adanya GAP antara kondisi yang sedang berjalan saat ini dan sasaran dari sistem informasi yang diharapkan. Maka dilakukan analisis GAP.

5. Dari hasil analisis gap dan analisis lingkungan bisnis dan SI/TI, maka pada langkah kelima ditemukan solusi untuk melakukan pengembangan sistem informasi ketahanan pangan berbasis BI.

6. Untuk dapat melakukan pengembangan sistem informasi, perlu mengetahui indikator yang merupakan Key Performance Indicator dalam pengembangan system informasi tersebut. Untuk itu ditentukanlah indikator yang akan digunakan dalam pengembangan sistem informasi tersebut.

7. Setelah menentukan variable, dilakukanlah pengembangan system informasi yang berbasis BI untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan.

8. Pengembangan sistem yang telah dibuat akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui korelasinya secara sistem dan bisnis.

9. Untuk mengetahui hasil pengembangan sistem yang telah dibuat tersebut sudah memenuhi kebutuhan pimpinan sebagai alat pendukung pengambilan keputusan, maka di bagikan kuisioner kepada para pimpinan terkait hasil pengembangan sistem informasi tersebut.

10. Membuat perencanaan implementasi BI berdasarkan analisis dan model serta prototipe yang telah dibuat.

(6)

11. Membuat simpulan dan saran terhadap keseluruhan isi penulisan internship project ini. Dimana kesimpulan yang diharapkan adalah hasil pengembangan sistem informasi dapat membantu pimpinan dalam melakukan pengambilan keputusan.

12. Memberikan usulan terkait pengembangan sistem informasi yang dapat dikembangkan selanjutnya.

HASIL DAN BAHASAN

Proses bisnis Badan Ketahanan Pangan saat ini dapat dilihat pada Gambar 2

Diinas Kabupaten Petugas Kecamatan Petugas Desa 1. Data 2. Data 3. Data 4. Data Dinas Propinsi 5. Data 6. Approval

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

7. Data

8. Data

9. Data

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

10. Informasi

11. Informasi

12. Informasi

Kepala Badan Ketahanan Pangan

16. Informasi

Sistem Informasi Ketahanan pangan

MICROSOFT CORPORATION

17. Keputusan dan Kebijakkan 13. Informasi

14. Informasi

15. Informasi

 

Gambar 2 Proses Bisnis Badan Ketahanan Pangan

Pengembanan sistem yang dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan pengembangan sistem berbasis BI yang terdiri dari:

1. Fase Analisis

Analisis lingkungan bisnis menggunakan analisis SWOT sedangkan analisis lingkungan SI/TI menggunakan analisis IT Balanced Scorecard (IT BSC).

Analisis SWOT

Pada fase ini dilakukan analisis terkait faktor internal dan eksternal perusahaan. Dimana faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal terdiri dari ancaman dan peluang.

(7)

Gambar 3 Diagram SWOT

Gambar 3 menunjukkan BKP berada dalam kuadran III (W-O) dimana instansi harus meningkatkan peluang untuk meminimalisir kelemahan. Hasil analisis SWOT digambarkan dalam bentuk tabel yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Matriks SWOT

Strengths S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8 WeaknessW1, W2, W3, W4, W5,W6,W7,W8,W9,W10 Opportun itiesO1, O2, O3, O4,O5,O6 ,O7

Strategi S-O Strategi W-O

1.

Mengembangkan teknologi

informasi terbaru untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam memenuhi

kebutuhan data dan informasi

yang berkualitas terkait informasi ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan (S1-O7, S5-O2).

2.

Mengembangkan sebuah sistem

informasi yang dapat mengintegrasikan data dan informasi antara pusat dan daerah secara realtime untuk memperoleh informasi terkait ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan terkini (S3-O6).

1. Mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan dalam bentuk panel-panel dashboard sebagai peringatan dini untuk mendapatkan penanganan khusus dalam mitigasi dan pemulihan kembali wilayah yang rawan pangan.(W5-O2, W2-O3)

2. Mengembangkan sistem informasi ketahanan pangan yang dapat memberikan informasi ketahanan pangan secara cepat, tepat dan

realtime untuk menyusun

perencanaan program, penentuan target, strategi, serta intervensi kerawanan pangan oleh pimpinan. (W3-O1, W2-O5)

3. Mengembangkan sebuah sistem informasi ketahanan pangan yang dapat mendukung pembuatan keputusan pimpinan untuk

memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan pangan melalui jalur distribusi yang cepat dan tepat. (W7-O4, W9-O3) Threats T1, T2, T3, T4,T5, T6, T7, T8, T9, T10 Strategi S-T Strategi W-T

1.

Menyusun metode yang dapat

digunakan untuk mengkaji data menjadi informasi yang mudah dimanfaatkan pihak terkait pengguna untuk memperoleh

1.

Membangun sebuah sistem

informasi yang dapat meningkatkan keseragaman pengelola data dan informasi di daerah dengan pusat sehingga menghasilkan pengelolaan

(8)

informasi ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan serta

penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan.(S4-T1, S3-T8, S7-T2)

2.

Menyusun sistem informasi

ketahanan pangan yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi tingkat kerawanan pangan dan gizi dengan memanfaatkan data dan informasi terkait ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan (S2-T10, S4-T4).

data dan informasi terkait ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan yang lebih baik. (W2-T10, W6-T8, W3-T7)

2.

Mengurangi tingkat kerawanan

pangan dan gizi dengan informasi yang lebih baik lewat pengumpulan dan pengelolaan data yang

baku.(W1-T9)

3.

Melakukan promosi program

ketahanan pangan untuk menarik minat investor. (W8-T2, W3-T6)

Analisis IT BSC

Analisis IT BSC terdiri dari 4 perspektif yang dilihat dari sudut pandang IT, diantaranya: kontribusi instansi, orientasi pengguna, penyempurnaan operasional dan orientasi masa depan. Hasil analisis pada masing – masing perspektif dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 IT BSC

IT BSC Strategi Tujuan Strategi

Kontribusi

Instansi Mengembangkan SIKP dalam bentuk panel-panel dashboard yang

menyediakan informasi secara cepat, tepat dan akurat sebagai pendukung pengambilan keputusan.

Sebagai peringatan dini wilayah rawan pangan, penyusunan program dan penentuan strategi serta dapat mendukung pembuatan

keputusan strategis

Orientasi

Pengguna Mengetahui informasi wilayah yang rawan sejak dini. Berdasar informasi yang telah diolah menjadi knowledge.

Sebagai pencegahan

kerawanan pangan secara dini yang diperoleh dari data historikal.

Penyempurnaan

Operasional Memelihara dan mengembangkan SIKP yang cepat, tepat dan realtime.

Agar sistem informasi yang gunakan untuk memperoleh informasi dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Orientasi Masa

Depan Mengembangkan sistem informasi cadangan, stabilitas harga dan keamanan pangan.

Melanjutkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh BKP dalam rangka menanggulani kerawanan yang akan terjadi. Setelah mendapat informasi.

(9)

2. Fase Desain

Pada fase ini memberikan informasi terkait bidang - bidang yang terlibat dalam pengembangan sistem informasi, diantaranya: ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan. Integrasi ketiganya akan memberikan output berupa wilayah kerawanan pangan yang digambarkan dengan warna pada wilayah rawan tersebut. Indikator warna dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Indikator Kerawanan Pangan

Warna Arti Warna Ketersediaan Netto (Ton) Keterangan

Merah Tua Perioritas 1 0 – 200.000 Sangat Rawan

Merah Perioritas 2 201.000 – 400.00 Cukup Rawan

Merah Muda Perioritas 3 401.000 – 600.00 Waspada Rawan

Hijau Muda Perioritas 4 601.000 – 800.00 Cukup Aman

Hijau Perioritas 5 801.000 – 1.000.000 Aman

Hijau Tua Perioritas 6 >1.000.000 Sangat Aman

3. Fase Perencanaan

Pada fase ini berisi logika matematika yang digunakan untuk memperoleh informasi wilayah yang mengalami rawan pangan. Dimana model matematikanya adalah sebagai berikut.

a. Ketersediaan padi bersih (netto)

Rnet = Pnet * c

Dimana Pnet = P – (s+f+w)

Pnet = P – ((P*0,9%) + (P*0,44%) + (P*5,4%)) Keterangan :

(Rnet) = Produksi netto beras (dalam satuan ton) (Pnet) = Netto ketersediaan (dalam satuan ton) P = Produksi bruto (dalam satuan ton) (c) = Faktor konversi (62,74%) (s) = Data benih (dalam satuan kg) (f) = Pakan (dalam satuan kg) (w) = Tercecer (dalam satuan kg)

(sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2013) b. Ketersediaan jagung bersih (netto)

Mnet = M – (s+f+w) Dimana

Mnet = M – ((M*0,9%) +(M*6%) + (M*5%)) Keterangan :

(Mnet) = Produksi netto jagung (dalam satuan ton) M = Produksi bruto jagung (dalam satuan ton) (s) = Data benih (dalam satuan kg)

(f) = Pakan (dalam satuan kg) (w) = Tercecer (dalam satuan kg)

(10)

c. Ketersediaan ubi jalar bersih (netto)

Cnet = C - (f+w)

Dimana

Cnet = C – ((C*2%) + (C*2,13%)) Keterangan :

(SPnet) = Produksi netto ubi jalar (dalam satuan ton) SP = Produksi bruto ubi jalar (dalam satuan ton) (f) = Pakan (dalam satuan ton)

(w) = Tercecer (dalam satuan ton)

(sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2013) d. Ketersediaan ubi kayu bersih (netto)

SPnet = SP - (f+w)

Dimana

SPnet = SP – ((SP*2%)+(SP*10%)) Keterangan :

(Cnet) = Produksi netto ubi kayu (dalam satuan ton) C = Produksi bruto ubi kayu (dalam satuan ton) (f) = Pakan (dalam satuan kg)

(w) = Tercecer (dalam satuan kg)

(sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2013) 4. Fase Implementasi dan Kontrol

Pada fase ini, memperlihatkan hasil dari pengembangan sistem informasi yang dikembangkan pada Badan Ketahanan Pangan.

Arsitektur rancangan BI yang telah selesai dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Arsitektur Business Intelligence Sistem Informasi Ketahanan Pangan Hasil peta kerawanan pangan dapat dilihat pada Gambar 5.

(11)

Gambar 5 Peta Kerawanan Pangan

(Sumber data: Ketersediaan Pangan, Mei 2012) Pada Gambar 5 dapat dilihat wilayah yang masuk ke dalam:

Prioitas 1: Sumatera Selatan, D.I yogyakarta dan Sumatera Barat Prioitas 2: Banten dan Bengkulu

Prioitas 3: Papua

Prioitas 4: Gorontalo dan Aceh

Prioitas 5: Jambi, Kalimantan Tengah, Jawa Timur Prioitas 6: Jawa Barat, Jawa tengah dan Bali

Kemudian hasil pengembangan sistem ini juga dapat memberikan prediksi pada masa yang akan datang dengan persentase pertumbuhan yang dapat diperoleh dengan rumus berikut.

R = ∑ P

n

– P

n-1

x 100%

P

n – 1

n-1

Keterangan :

R = rata – rata pertumbuhan (%) selama periode proyeksi P = data tahun ke

n = banyaknya tahun

Pt = Po [1 + R]

n-1

Keterangan :

Pt = data tahun yang di proyeksi Po = data tahun awal

R = rata – rata pertumbuhan (%) periode sebelumnya n = banyaknya tahun proyeksi

(12)

Hasil proyeksi dalam kurun waktu 3 tahun mendatang dapat dilihat pada Gambar 6. Dimana data histori yang digunakan adalah data dari tahun 2001 hingga tahun 2013. Sehingga dapat diprediksi kondisi ketahanan pangan pada masing – masing wilayah pada masa yang akan datang. Pada penelitian ini memberika prediksi kondisi ketahanan pangan 3 tahun mendatang, yaitu tahun 2014, 2015 dan 2016.

Gambar 6 Prediksi Ketersediaan 3 Tahun Mendatang

(Sumber data: ketersediaan pangan 2001 - 2013) Hasil akhir pengembangan sistem informasi ini juga menyediakan sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan yang dapat dilihat pada Gambar 7 untuk arsitekturnya.

(13)

 

Hasil evaluasi pengembangan sistem menggunakan pre-post test, dimana masing - masing pimpinan yang ada pada masing – masing bidang diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah pengembangan sistem informasi dilakukan. Pertanyaan yang ditanyakan dalam kuesioner pada saat sebelum dan sesudah adalah sama. Hasil data kuesioner dalat dilihat pada tabel 5.

Tabel 4 Frekuensi Kriteria

Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju

Pre 60 131 94 72

Post 15 44 118 179

Jika dilihat dalam bentuk grafik seperti yang ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 8 Hasil Pre-Post Test

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengembangan sistem informasi ketahanan berbasis business intelligence, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari analisis yang dilakukan pada lingkungn internal dan eksternal ditemukan permasalahan yang dihadapi oleh pimpinan Badan Ketahanan Pangan terutama dalam perolehan informasi terkait daerah yang mengalami kerawananan pangan, akibat kesulitan mengakses pangan dari sumber-sumber pangan dan mendistribusikannya ke masyarakat. Namun dengan dikembangkannya sistem informasi ketahanan pangan yang berbasis business intelligence ini, pimpinan dapat dengan mudah memperoleh informasi tersebut melalui panel – panel dashboard yang telah dibuat. Sehingga pimpinan dapat dengan segera memberikan penanganan secara khusus dalam mitigasi dan pemulihan kembali suatu wilayah yang mengalamikerawananpangan.

2. Dengan dikembangkannya sistem informasi berbasis business intelligence ini, pimpinan dapat memperoleh informasi terkait ketahanan pangan secara cepat, tepat dan realtime. Dimana informasi tersebut diperlukan oleh pimpinan dalam membuat perencanaan program, penentuan target, strategi serta intervensi kerawanan pangan.

3. Pengembangan sistem informasi ini dapat digunakan oleh pimpinan dalam memberikan keputusan untuk segera memberikan berbagai jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan pangan di daerah setempat melalui jalur distribusi yang ada secara cepat dan tepat dalam kasus suatu daerah mengalami kerawanan pangan.

Agar pengembangan sistem tidak berhenti hanya sampai disini saja, maka penulis mengusulkan beberapa saran dimana harapan penulis sistem informasi yang telah dikembangkan ini dapat lebih membantu pimpinan secara lebih mendetil. Beberapa saran dari penulis, diantaranya:

1. Memberikan dukungan penuh untuk pengimplementasian sistem infomasi ketahanan pangan yang sudah diuji protoyipenya ini.

2. Melakukan pengembangan sistem informasi cadangan pangan, sehingga manakala pimpinan sudah dapat memprediksi wilayah yang akan mengalami kerawanan pangan, pimpinan sudah dapat memberikan keputusan terkait penggunaan cadangan pangan tersebut.

3. Mengembangkan sistem informasi stabilitas harga yang mungkin menjadi salah satu penyebab kerawanan pangan akibat harga yang sering naik tiba – tiba dan kalangan masyarakat yang ekonominya berada di kelas menengah kebawah menjadi kesulitan dalam memperoeh pangan.

0 50 100 150 200 Tidak Setuju Kurang  Setuju Setuju Sangat  Setuju Pre Post

(14)

4. Mengembangkan sistem informasi keamanan pangan, dimana indikator dari sistem informasi ini terkait dengan jumlah kecukupan gizi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

5. Mengimplementasikan pengembangan sistem ketahanan pangan ke media mobile sehingga para pimpinan dapat memperoleh informasi lebih mudah. Implementasi ke media mobile dapat diterapkan pada mobile dengan platform android, IOS dan blackberry.

REFERENSI

Al-Aboud, F.N. (2011). Strategic Information Systems Planning: A Brief Review. International Jorunal of Computer Science and Network Security, 11(5), 179-183.

Beveridge, C. (2011). Aligning IT with Business Strategy, Guidelines for IT Management number 273. The National Computing Centre Limited,

Oxford Road, Manchester, United Kingdom, 1-16. Available: www.ncc.co.uk

Bhatnagar, A. (2007). Strategic Information Systems Planning: Alignment of IS/IT Planning and Business Planning. School of Computing and Information Technology Dissertation and Theses, 1-77.. Connolly, Thomas M. and Carolyn E. Begg. (2005). Database Systems : A Practical Approach to Design,

Implememtation, and Management, 4th Edition. Addison Wesley, Longman Inc., USA.

Departemen Pertanian RI and World Food Programme, D. K. (2009). Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan Indonesia. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and WFP.

Dimitrov, M. Dimiter, & Rumrill, D. Phillip. Pretest-posttest designs and measurement of Change. Speaking of Research, 159-165.

Gollapudi, Kirankumar; Jangeti, Sunil Kumar; Kotapati, Avinash Reddy;. (2012). ANALYSIS OF USING A BUSINESS INTELLIGENCE TOOL. Business Intelligence Journal , 406-409.

Grembergen, Wim Van. (2000). The Balanced Scorecard and IT Governance Information Systems Control Journal,2 , 40-43

Kumar, P. (2012). IMPACT OF BUSINESS INTELLIGENCE SYSTEMS IN INDIAN. Business

Intelligence Journal , 358-366.

Liu, Shaofeng; Duffy, Alex H.B; Whitfield, Robert Ian, Boyle, Iain M. (2009). Integration of Decision Support Systems to Improve Decision Suppoert Performance. Springer-Verlag London, 261 - 286. Madsen, K. H. (2006). Enterprise Architecture Implementation and Managemet : A Case Study

on Interoperability. Proceedings of the 39th Hawaii International Conference on System Sciences

Martin, James & Leben, Jon. (1989). Strategic Information Planning

Methodologies. 2nd ed. New Jersey: Prentice Hall.

O’Brien, J.A. (2006). Pengantar Sistem Informasi: Perspektif Bisnis dan

Manajerial., 12th edition. Salemba Empat, Jakarta.

Olszak, C. (2012). The Business Intelligence-based Organization - new Chances and. Proquest .

Pusat Distribusi, P. (2009). Pedoman Unmum Pemantauan Distribusi Pangan. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian.

Rangkuti, Freddy. (2006). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(15)

Sauter, Vicky. (2010). Decision Support Systems for Business Intelligence. 2nd ed. England : John Wiley & Sons. Ltd.

Sekaran, Uma (2003). Research Methods For Business. 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc., United States

of America.

Turban, Rainer, Potter. (2003). Introduction To Information System. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc, New Jersey.

Velimirović, Dragana; Velimirović, Milan; Stanković Rade. (2011). ROLE AND IMPORTANCE OF KEY PERFORMANCE INDICATORS MEASUREMENT. Serbian Journal of Management, 63 – 72.

Vercellis, Carlo. (2009). Business Intelligence : data mining and optimization for decision making. TJ International, Padstow, Cornwall.

Ward, John., & Peppard, Joe. (2002). Planning for Information Systems. 3rd ed. England : John Wiley & Sons. Ltd.

Zhou, Z. (2010). Achieving food security in China:past three decades and beyond. Emerald Group

Publishing Limited , 251-275.

RIWAYAT PENULIS

Manise Hendrawaty lahir di kota Jakarta pada 24 Oktober 1988. Penulis menamatkan pendidikan S1 di

BINUS University dalam bidang ilmu Sistem Informasi pada tahun 2010 dan kemudian menamatkan pendidikan S2 di BINUS University dalam bidang ilmu Manajemen Sistem Informasi pada 2014. Saat ini bekerja sebagai HRIS Coordinator di BINUS University dan sebagai HRIS Consultant di PT. Tirta Varia Intipratama.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir  Kerangka pikir dalam penulisan Internship Project ini diantaranya :
Gambar 2 Proses Bisnis Badan Ketahanan Pangan   
Gambar 3 Diagram SWOT
Tabel 2 IT BSC
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: (1) Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembe lajaran bagi guru dalam

Kembali ke kampung* Ketentraman ditransformasikan sebagai kampung (tempat yang tenang dan jauh dari keramaian), Seme tentang kampung ini mengkonotasikan suatu kehidupan yang

Tower Avalon Apartemen Casa Grande Residence tidak memiliki koridor panjang secara linier karena pola unit yang simetris dan terpusat untuk menunjang aktivitas

pelatihan pengolahan abon lele dan aneka makanan dari tepung mocaf. Selain itu juga dilakukan pemberdayaan peran bapak-bapak dalam mengembangkan potensi menjadi desa

Once HUVECs were seeded onto both untreated and surface treated and coated PAN fibrous scaffolds in presence of fibrin, cell attachment and proliferation were evaluated at day 1

Masalah tersebut adalah identitas yang dimiliki tidak sesuai dengan entitas dari Njedjamoe Shake.. Selain itu, elemen brand identity yang dimiliki juga generik dan

Di dalam sebuah partitur ada banyak kode dan symbol symbol yang merupakan suatu petunjuk bagi seorang pemain musik untuk memainkan musik tersebut sesuai dengan komposisi yang

Gain adalah kenaikan ekuitas (net asset) dari peripheral atau transaksi insidental sebuah entitas dan dari seluruh transaksi lain dan kejadian lain dan keadaan