• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMASARAN KENTANG (Solanum Tuberrosum L) DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEMASARAN KENTANG (Solanum Tuberrosum L) DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam memajukan perekonomian nasional,

baik dalam keadaan normal, maupun dalam keadaan krisis ekonomi. Berdasarkan rancangan

strategis Kementrian Pertanian tahun 2009, peran strategis tersebut berupa penyediaan bahan

pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa Negara,

sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah

lingkungan. Beberapa tujuan strategis tersebut dimaksud sejalan dengan tujuan pembangunan

nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan

ekonomi, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, serta memelihara keseimbangan

sumber daya alam dan lingkungan hidup (Kementrian Pertanian, 2009).

Bagi bangsa Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 245 juta jiwa, pengadaan

pangan merupakan masalah yang serius untuk ditangani, dikarenakan penyediaan bahan

makanan akan berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi, biaya produksi dan stabilitas sosial

politik nasional (Fatmasari 2011).

Dalam pembangunan pertanian di Indonesia, program pengembangan agribisnis juga

memiliki peran yang sangat penting. Menurut Saragih ( 2000 ), ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pembangunan agribisnis di Indonesia, diantaranya adalah :

1. Aktivitas ekonomi regional dan dunia. Ekspor produk agribisnis Indonesia pada

(2)

harga dunia. Di dalam perekonomian internasional, harga dunia akan dipengaruhi

oleh aktivitas ekonomi dunia.

2. Kebijakan produksi dan perdagangan di masing-masing negara. Produksi pertanian

cenderung bersifat subsisten yang artinya masing-masing negara ingin memenuhi

kebutuhannya sendiri melalui produksi domestik. Apabila kita menganalisis lebih

jauh, sikap perdagangan produk pangan di masing-masing Negara cenderung

bersifat protektionis. Kedua hal tersebut di atas yang nantinya akan menyebabkan

harga dunia komoditas pertanian cenderung berfluktuasi relatif besar.

3. Kebijakan ekonomi makro internasional. Kebijakan ekonomi makro negara-negara

besar dapat mempengaruhi stabilitas perdagangan dunia, yang nantinya akan

berpengaruh terhadap profitabilitas produk agribisnis di Indonesia.

4. Kesepakatan-kesepakatan perdagangan regional maupun dunia. Perlu dicermati

beberapa hal dalam kesepakatan-kesepakatan tersebut yang dalam jangka panjang

dapat menjadi penghambat pertumbuhan pembangunan agribisnis di Indonesia, jika

Indonesia tidak mampu memenuhinya. Diharapkan Indonesia mampu menikmati

benefit yang ditimbulkan oleh perdagangan dunia yang semakin terbuka.

Saat ini, upaya yang harus dilakukan adalah mendapatkan keuntungan ganda yaitu

mampu meningkatkan ketersediaan pangan sekaligus mampu meningkatkan pendapatan

masyarakat. Pengembangan pertanian harus diprioritaskan pada komoditas dengan ciri : (1)

memiliki nilai ekonomis tinggi, (2) dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif, toleran pada

kondisi lingkungan Indonesia, (3) pemasaran mudah, (4) mampu diusahakan pada lahan kering

sehingga tidak bersaing dengan tanaman pangan utama dalam penggunaan lahan (Gunarto,

(3)

Salah satu komoditi pertanian yang menarik untuk dikembangkan adalah kentang.

Kentang (Solanum tuberosum L. ) merupakan salah satu komoditi sayuran yang sangat

prospektif untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan selain dapat dikonsumsi langsung dan

bergizi tinggi, produk olahan kentang yang dikenal dengan french fries atau potato chip banyak

digemari karena rasanya yang gurih. Kentang juga merupakan jenis sayuran yang tahan disimpan

dalam gudang penyimpanan selama berbulan-bulan, sehingga petani tidak perlu khawatir hasil

panennya tidak cepat laku di pasaran. Hasil analisis menjelaskan, kentang banyak dikonsumsi

oleh masyarakat perkotaan yang memiliki pendapatan lebih tinggi. Pada masyarakat dengan

pendapatan yang lebih rendah, konsumsi kentang lebih sedikit dibandingkan mesyarakat dengan

pendapatan lebih tinggi. Di Indonesia konsumsi kentang menunjukkan peningkatan yang cukup

signifikant dari tahun ke tahun. Berikut disajikan data perkembangan produksi, konsumsi dan

impor kentang di Indonesia.

Tabel 1.1.Data Produksi, Konsumsi dan Impor Kentang di Indonesia Tahun 1998-2008

Tahun Produksi (ton) Konsumsi (ton) Impor(ton)

1998 997.579 973.519 51.750

2000 977.349 989.195 100.770

2002 893.824 972.019 72.000

2004 1.072.040 1.078.520 81.500

2006 1.011.911 1.014.900 71.560

2008 1.071.543 1.138.920 76.420

Rata-rata 1.004.041 1.027.845 75.667

Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS) 2012.

Pada Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa rata-rata produksi kentang dari tahun 1998 sampai

dengan tahun 2008 adalah 1.004.041 ton, rata-rata konsumsi kentang adalah 1.027.845 ton,

(4)

Indonesia adalah 997.579 ton sedangkan konsumsi kentang di Indonesia hanya 973.519 ton

tetapi pada tahun tersebut Indonesia masih juga melakukan impor kentang sebesar 51.750. Pada

tahun 2000 produksi kentang mengalami penurunan dan tidak mampu mencukupi kebutuhan

kentang di Indonesia, sehingga Indonesia melakukan impor sebesar 100.770 ton. Pada tahun

2002 sampai dengan 2008 Indonesia juga tetap melakukan impor kentang, hal ini dikarenakan

produksi kentang Indonesia tidak mampu mencukupi kebutuhan kentang di Indonesia. Data

pada Tabel 1.1 diatas mengindikasikan bahwa masih ada ketergantungan impor dalam

memenuhi kebutuhan kentang di Indonesia, sehingga diharapkan adanya upaya peningkatan

produksi kentang yang nantinya akan mengurangi kuota impor kentang dan akan memberikan

membawa dampak kepada kesejahteraan petani.

Harga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan petani dalam melakukan

agribisnis. Tinggi rendah harga akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Salah satu

kendala didalam agribisnis hortikultura adalah adanya fluktuasi harga yang relatif tinggi.

Fluktuasi harga merupakan salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh petani,

Fluktuasi harga ini seringkali lebih merugikan petani daripada pedagang karena petani pada

umumnya tidak dapat mengatur waktu penjualannya untuk mendapatkan harga jual yang lebih

menguntungkan. Fluktuasi harga yang tinggi akan memberikan peluang kepada pedagang untuk

melakukan manipulasi informasi harga di tingkat petani sehingga transmisi harga dari pasar

konsumen tidak diteruskan dengan cepat dan akurat kepada petani.

Tanaman hortikultura, khususnya tanaman sayuran dataran tinggi banyak dibudidayakan

di Kota Batu. Salah satu komoditi andalan di Kota Batu adalah kentang. Hal ini dikarenakan

(5)

dataran tinggi seperti kentang, wortel, kobis, sawi bawang merah dan kembang kol. Kota Batu

terletak kurang lebih 15 km dari Kota Malang, di sebelah utara berbatasan langsung dengan

Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan dan di sebelah timur, selatan dan barat berbatasang dengan

Malang. Kota Batu terletak pada ketinggian 680-1200 m dari permukaan laut dengan suhu

15-19o C. Berikut ditampilkan data perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas Tanaman

[image:5.612.82.463.353.721.2]

sayuran di Kota Batu tahun 2008 – 2012.

Tabel 1.2.Data Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayuran Kota Batu 2008-2012

NO Uraian Tahun

2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 Kentang 278,00 474,00 166 282 409

Luas Panen (Ha) 50.040,00 85.803,48 27.611,0 50.842 73.320 Produksi (Ku) 180,00 181,02 166,33 180,42 179,27 Produktivitas

(Ku/Ha)

2 Kubis 727,00 606,00 260 276 196

Luas Panen (Ha 147.408,00 105.637,92 49.705,0 49.253 36.293 Produksi (Ku) 202,76 174,32 191,17 178,45 185,17 Produktivitas

(Ku/Ha)

3 Sawi

Luas Panen (Ha) 856,00 858,00 522 295 344 Produksi (Ku) 145.932,00 149.497,92 84.278,0 50.343 60.280 Produktivitas

(Ku/Ha) 170,48 174,24 161,45 170,65 175,23

4 Wortel

Luas Panen (Ha) 669,00 537,00 260 548 545 Produksi (Ku) 104.455,00 91.316,85 49.672,0 97.105 100.381 Produktivitas

(Ku/Ha) 156,14 170,05 191,05 177,36 184,19

5 Bawang Merah

Luas Panen (Ha) 487,00 524,00 385 320 324 Produksi (Ku) 55.591,00 59.594,52 38.745,0 35.521 36.951 Produktivitas

(6)

6 Bawang Putih

Luas Panen (Ha) 8,00 26,00 103 152 71 Produksi (Ku) 750,00 2.434,12 9.902,00 14.379 6.613 Produktivitas

(Ku/Ha) 93,75 93,62 96,14 94,60 93,14

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, 2012

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa perkembangan

luas panen, produksi dan produktivitas tanaman sayuran mulai tahun 2008 sampai dengan 2012

menunjukkan adanya fluktuasi yang cenderung meningkat pada beberapa jenis sayuran seperti

tanaman kentang, hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu : (1) adanya sistem kemitraan

permodalan dari Bank Indonesia serta (2) pengembangan kawasan organik di desa Sumber

brantas sehingga luas panen meningkat di tahun 2012. Untuk komoditi sawi karena ada

peningkatan harga jual dengan tanaman yang berumur pendek dan sangat toleransi terhadap

hama penyakit sehingga banyak ditanam oleh petani di Kota Batu. Untuk wortel relatif stabil

jumlah produksinya meskipun sempat agak berkurang pada tahun 2010 namun pengurangan luas

tanam pada salah satu jenis tanaman sayuran hanya merupakan subtitusi dengan bertambahnya

luas tanam pada jenis tanaman yang lain.

Pada Tahun 2012, luas tanam untuk Tanaman kubis mengalami penurunan, hal ini

dikarenakan tanaman kubis ini rentan terhadap hama penyakit dan pengaruh cuaca sehingga

tanaman yang lain akan menggantikan jumlah luasan tanam untuk kubis. Tanaman bawang

merah dari tahun 2008 mengalami penurunan sampai tahun 2011 namun pada tahun 2012

kembali terjadi peningkatan karena memang tanaman bawang merah bisa dikatakan sebagai

sayuran pokok yang selalu dibutuhkan masyarakat. Komoditi unggulan lainnya yaitu bawang

putih terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai 2011, hal ini dikarenakan adanya

upaya untuk mempertahankan varietas bawang lokal, namun di tahun 2012 bawang merah

(7)

persaingan dengan bawang putih dari dari luar baik harga maupun kualitasnya. Berikut

ditampilkan data potensi luas lahan pertanian di Kota Batu yang meliputi Kecamatan Bumiaji,

Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Batu pada tahun 2012.

Tabel 1.3 Data Potensi Lahan Pertanian di Kota Batu Tahun 2012

NO Kecamatan Sawah teknis (Ha) Sawah ½ teknis (Ha) Sawah sederhana (Ha) Sawah irigasi desa (Ha) Total sawah (Ha) Lahan bukan sawah (Ha)

1 Batu 431 145 0 7 583 979,15

2 Junrejo 813 216 0 10 1039 528,25

3 Bumiaji 649 152 13 0 814 2.559,69

Kota Batu 1.893 513 13 17 2.436 4.067,09

Sumber : Dinas Pertanian dan kehutanan Kota Batu, 2012

Dari Tabel 1.3 dapat kita ketahui bahwa lahan sawah mendominasi keseluruhan lahan

yang ada di Kota Batu. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting

dalam mengendalikan roda perekonomian di Kota Batu. Sebagian besar penduduk di Kota Batu

mempunyai mata pencaharian dari bertani. Berdasarkan data tersebut, total luas lahan pertanian

pada tahun 2012 adalah 2.436 Ha, sedangkan luas lahan bukan pertanian adalah 4.067,09 Ha.

Data potensi tanaman sayuran yang dikembangkan di Kota Batu disajikan pada Tabel 1.4 di

[image:7.612.72.458.263.357.2]

bawah ini.

Tabel 1.4. Data Potensi Tanaman Sayuran di Kota Batu 2012

NO Komoditas Luas

Panen (Ha)

Produksi (Ku)

Produktivitas (Ku/Ha)

1 Kentang 282 50.842 180,42

(8)

3 Sawi 295 50.343 170,65

4 Wortel 548 97.105 177,36

5 Bawang Merah 320 35.521 111,14

6 Bawang Putih 152 14.379 94,60

7 Brokoli/Kembang kol 558 85.497 153,22

8 Tomat 452 67.943 150,22

9 Cabe besar 580 24.816 42,79

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, 2012

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1.4 di atas, dapat kita ketahui bahwa

produksi kentang pada tahun 2012 menempati urutan pertama diantara komoditi sayuran lainnya

di Kota Batu yaitu sebesar 50.842 Ku, dengan produktivitas sebesar 180,42 Ku/Ha. Kentang

mampu menghasilkan produksi yang besar dibandingkan komoditi sayur lainnya meskipun

luasan lahan tidak terlalu besar yaitu sekitar 282 Ha Pada komoditi unggulan lainnya

produktivitasnya masih dibawah kentang, padahal potensi lahan yang dikembangkan jauh lebih

luas dibandingkan dengan kentang. Sebagai contoh, komoditi wortel, yang mempunyai luasan

lahan jauh lebih luas dibandingkan kentang yaitu 548 Ha, ternyata hanya mampu memproduksi

wortel sebesar 97.105 Ku dengan produktivitas 177, 36 Ku/Ha. Salah satu faktor yang

menyebabkan tanaman kentang mempunyai luas lahan sedikit adalah faktor ketinggian tempat,

dimana ketinggian yang paling baik untuk tanaman kentang adalah 1300 m diatas permukaan

laut. Di Kota Batu, lahan yang sesuai dengan tanaman kentang adalah Desa Tulungrejo dan

Sumberbrantas. Komoditi pertanian lainnya, seperti kubis, sawi, wortel, tomat, brokoli, maupun

cabe tidak memerlukan spesifikasi ketinggian seperti komoditi kentang sehingga luasan lahannya

jauh lebih besar dibandingkan komoditi kentang. Berikut disajikan data komoditi unggulan

[image:8.612.75.457.71.172.2]

tanaman sayuran di Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

(9)

NO Komoditas Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ku)

Produktivitas (Ku/Ha)

Sentra Produksi

1 Kentang 200 36.200 181 Sumberbrantas,Tulung rejo

2 Kubis 50 9.000 180 Sumber brantas,Tulung rejo

3 Sawi 50 8.000 160 Sumber brantas,Tulung rejo

4 Wortel 350 63.000 180 Sumber brantas,Tulung rejo

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, 2012

Berdasarkan data pada Tabel 1.5 di atas, dapat diketahui bahwa kentang merupakan

salah satu komoditi unggulan Kecamatan Bumiaji, dengan lokasi sentra produksi di Desa

Tulungrejo dan Sumberbrantas. Komoditi unggulan lain di Desa Sumberbrantas dan Tulungrejo

adalah kubis, sawi dan wortel.

1.2 Rumusan Masalah

Di Indonesia rata-rata produktivitas tanaman kentang adalah 15 Ton/Ha (Gunarto, 2003).

Permintaan kentang dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dalam bentuk sayuran maupun

kentang industri. Peluang ekspor kentang juga meningkat mengingat di negara lain sudah

banyak warganya yang mengkonsumsi kentang sebagai alternatif bahan makanan. Berdasarkan

hal-hal tersebut diatas dapat kita analisis bahwa prospek agribisnis kentang masih menjanjikan.

Salah satu kendala dalam agribisnis kentang adalah sistem pemasaran petani kentang yang masih

sederhana dan hanya terbatas pada pasar lokal saja.

Desa Tulungrejo merupakan sentra produksi kentang dengan produktivitas rata-rata 180

Kw/Ha. Kentang yang diproduksi di Desa Tulungrejo banyak diminati oleh konsumen karena

mempunyai rasa yang gurih dan punel, sehingga harga jual di tingkat konsumen akhir

berfluktuasi dan cenderung tinggi. Harga jual di konsumen yang tinggi ini tidak sesuai dengan

besarnya harga jual petani kentang, begitu juga apabila ada kenaikan harga kentang di tingkat

konsumen, harga kentang di petani hanya mengalami peningkatan sedikit bahkan tidak ada

(10)

Merujuk pada latar belakang penelitian diatas, maka dalam penelitian ini perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pola pemasaran yang dilakukan oleh petani kentang di Desa Tulungrejo

Kota Batu saat ini ?

2. Bagaimanakah peran lembaga pemasaran dalam distribusi produksi kentang di Desa

Tulungrejo KotaBatu ?

3. Berapakah margin pemasaran yang diperoleh petani pada masing-masing lembaga

pemasaran tersebut ?

4. Bagaimanakah elastisitas transmisi harga komoditi kentang di Desa Tulungrejo Kota Batu

?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

1. Mengetahui pola pemasaran kentang yang ada di desa Tulungrejo Kota Batu.

2. Mengetahui lembaga pemasaran yang berperan dalam distribusi produksi kentang di

Desa Tulungrejo Batu.

3. Mengetahui margin pemasaran yang diperoleh petani dan lembaga pemasaran pada

masing-masing pola pemasaran.

4. Menganalisis elastisitas transmisi harga kentang di Desa Tulungrejo Batu.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi yang dapat menjelaskan bagaimanakah elastisitas transmisi

(11)

2. Memberikan sumbangan pikiran bagi pemerintah daerah Kota Batu untuk

mengembangkan potensi wilayah serta merumuskan kebijakan pertanian terkait

peningkatan produksi dan pemasaran komoditi kentang.

3. Sebagai tambahan referensi bagi peneliti, terutama penelitian terkait dengan peningkatan

produktivitas dan strategi pemasaran bagi petani kentang serta diharapkan dapat

(12)
(13)

ANALISIS PEMASARAN KENTANG (

Solanum Tuberrosum

L) DI DESA

TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI

KOTA BATU

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2

Magister Agribisnis

Diajukan oleh TANTRI SOFIASTINI

NIM 201120390211011

PROGRAM PASCA SARJANA

(14)

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh :

TANTRI SOFIASTINI

201120390211011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal : Senin / 12 Mei 2014

dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar magister di program pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr.Ir.Anas Tain, MM ________________

Sekretaris : Dr.Ir.Sutawi, MP ________________

Penguji I : Dr.Damat, MP ________________

(15)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Tantri Sofiastini, SP

NIM : 201120390211011

Program Studi : Magister Agribisnis

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul ANALISIS PEMASARAN KENTANG (Solanum Tuberrosum L) DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, bagi sebagian atau keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsure-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang,

Yang menyatakan,

(16)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1. Pasca Panen kentang ... 13

2.1.2. Karakteristik Komoditi Pertanian ... 14

2.1.3. Pemasaran Produk Pertanian ... 15

2.1.4. Ruang Lingkup Pemasaran, Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran ... 17

2.1.5. Struktur Pasar ... 18

2.1.6. Margin Pemasaran... 19

2.1.7. Elastisitas Transmisi Harga ... 19

2.1.8. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

2.2. Kerangka Pemikiran ... 23

2.3. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Subyek Obyek dan Tempat Penelitian ... 26

3.2. Metode Penelitian ... 26

(17)

3.2.2. Sumber Data dan Cara Menentukannya ... 27

3.2.3. Metode Penarikan Sampel ... 27

3.2.4. Analisa Data ... 28

3.2.5. Operasionalisasi Variabel ... 32

BAB IV PEMBAHASAN ... 34

1.1. Keadaan Umum ... 34

1.1.1.Letak dan Batas Wilayah Kota Batu ... 34

1.1.2. Iklim dan Topografi ... 34

1.1.3. Luas dan Pembagian Wilayah ... 35

1.2. Keadaan Sosial Ekonomi ... 35

1.3. Profil Kecamatan Bumiaji ... 36

1.3.1. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Bumiaji ... 37

1.3.2. Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Bumiaji ... 38

4.4. Gambaran Desa Tulungrejo ... 39

4.5. Karakteristik Responden ... 40

4.5.1. Pendidikan dan Pengalaman ... 40

4.5.2. Profil Keluarga Petani ... 43

4.5.3. Luas Lahan ... 44

4.5.4. Produktivitas Per Ha ... 45

4.6. Kegiatan Usaha Tani Kentang di Desa Tulungrejo ... 46

4.7. Karakteristik Pelaku Pemasaran ... 48

4.7.1. Petani ... 48

4.7.2. Pedagang pengumpul ... 49

4.7.3. Pedagang Besar / Grosir ... 50

4.7.4. Pedagang pengecer ... 51

4.8. Analisis Sistem Pemasaran di Desa Tulungrejo ... 51

4.9. Analisis Margin Pemasaran di Desa Tulungrejo ... 54

4.10. Analisis Farmer Share ... 61

4.11. Analisis Elastisitas Transmisi Harga ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

(18)

5.2 Saran ... 67

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 68

2. Keadaan Umum Wilayah Desa Tulungrejo ... 69

3. Kuisioner Petani Kentang di Desa Tulungrejo ... 74

1. Kuisioner Pedagang Pengumpul & Pengecer ... 77

2. Data Petani Responden Desa Tulungrejo ... 79

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, R.2003. Dasar-Dasar Pemasaran Hasil Pertanian.Jurusan Sosial Ekonomi.Unibraw.Malang.

Gunarto,2003. Pengaruh Penggunaan Ukuran Bibit Terhadap Pertumbuhan, produksi dan mutu umbi kentang bibit G4 (Solanum Tuberosum), Jurnal sains dan Teknologi Indonesia, V5 N5, Agustus 2003, hal 173-179/ Humas-BPPT/ANY.

Anonymous, 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Saragih,2000. Agribisnis Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Baru dalam Era Millenium Baru. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan dan Lingkungan. Vol.2, No1/ Feb.2000,1-9.

Downey.dkk.1992.Manajemen Agribisnis.Erlangga.Jakarta.

Hutabarat,B.1993.Analisis Pasar Komoditas Hortikultura Sayuran Tanah Karo (Kasus Kentang dan Bawang Daun ) Forum Penelitian dan Agro Ekonomi.11(2) : 37-46.

Institut Pertanian Bogor, 1999. Kajian Pasar Kentang. Laporan Akhir, Bogor.

Irawan.2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Margin Pemasaran Sayuran dan Buah. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No.4, Desember 2007 : 358-373.

Iwayan Rusastra.dkk,2002. Struktur Pasar dan Pemasaran Gabah Beras dan Komoditi competitor utama, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor,hal 227-246.

Kahfi.2011, Analisis Efisiensi Pemasaran dan Kelayakan Usaha Rumput Laut di Kota Tual Provinsi Maluku. Thesis FPUB.Malang.

Anonymous. 2009. Rancangan Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun 2010-2014.

M.Kasmawati.dkk.2011. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kentang di Kecamatan Uluere Kabupaten Bentaeng.

Nunung Kusnadi.dkk,2009. Bunga Rampai Agribisnis.IPB Press.Jakarta.

Santoso.dkk. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kabupaten Kendal Jawa Tengah.Seminar nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Fakultas Peternakan UNDIP.Semarang.

Saptana, dkk.2001. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Unggulan Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

(21)

Soenarjono, 2004. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Gromedia. Bogor.

Sudiyono,2001.Pemasaran Pertanian.Universitas Muhammadiyah.Malang

Sugiyono, 2012.Statistika Untuk Penelitian.Alfabeta.Bandung.

Soekartawi, 1989. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Teori dan Aplikasinya.Rajawali Press.Jakarta.

Gambar

Tabel 1.2.Data Perkembangan Luas Panen,  Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayuran Kota Batu 2008-2012
Tabel 1.4. Data Potensi Tanaman Sayuran di Kota Batu 2012
Tabel.1.5. Data Potensi Unggulan Tanaman Sayuran Kecamatan Bumiaji, Kota Batu 2012

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Keanekaragaman Mesofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bioindikator

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan desa wisata petik apel di Desa Tulungrejo 1.. Pembentukan Kelompok Sadar

Hasil perhitungan menyatakan variabel yang berpengaruh pada hasil produksi kentang adalah luas lahan dan bibit kentang, analisis efisiensi alokatif penggunaan variabel luas

Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pemasaran yang terjadi belum efisien (Mubyarto, 1989). Apel merupakan salah satu hasil panen terbanyak di kota batu dari apel yang di

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Kubis (Brassica oleracea L.) Di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu” adalah bukan

Di Desa Tulungrejo, terdapat sebanyak tiga kelompok tani yang masing-masing berada di Dusun Junggo dengan nama kelompok tani Arjuno, dan yang ada di Dusun

Hal ini mempengaruhi pendapatan masyarakat, memiliki pengaruh yang sangat signifikan 95,5% terhadap perekonomi masyarakat di Desa Tulungrejo, hal ini menyatakan bahwa

Salah satu kawasan yang dapat dikembangkan dalam pariwisata adalah sebuah desa yang memiliki ciri khas budaya sendiri. Kawasan Desa Wisata Tulungrejo merupakan salah satu desa