ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KELINCI HIAS DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI BATU
JAWATIMUR
SKRIPSI
Oleh :
NUR LAILI AZIZAH NPM. 217.010.41.061
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2021
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KELINCI HIAS DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI BATU
JAWATIMUR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan (S.Pt.) Pada Fakultas Peternakan
Universitas Islam Malang
Oleh :
NUR LAILI AZIZAH NPM. 217.010.41.061
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2021
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KELINCI HIAS DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN BUMIAJI BATU JAWA TIMUR
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi lingkungan desa Tulungrejo dan kelayakan usaha budidaya kelinci hias di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur. Materi yang digunakan adalah data pengeluaran (cost) dan keuntungan (benefit) dari usaha kelinci hias yang diambil selama 1 tahun serta kuisioner dari 8 peternak. Metode penelitian ini adalah survei.
Pengelompokkan responden berdasarkan banyaknya jumlah indukan kelinci hias.
Pembagiannya menjadi 3 kategori yaitu 1-55 indukan = rendah, 51-100 = sedang,
> 100 = tinggi. Variabel yang diamati adalah harga pokok, break event point (BEP), Benefit/Cost Ratio (B/C), net present value (NPV) dan Payback Period (PBP). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya total kategori rendah Rp. 19.580.000, sedang Rp. 32.500.000, tinggi Rp.
49.340.000. Rata-rata harga pokok semua jenis kelinci/ekor kategori rendah Rp.
73.425, sedang Rp. 68.250, tinggi Rp. 71.000. Rata-rata BEP produk semua jenis kelinci kategori rendah 311 ekor, kategori sedang 533 ekor, kategori tinggi 779 ekor. Rata-rata BEP harga semua jenis kelinci kategori rendah Rp. 73.425/ekor, sedang Rp. 68.250/ekor, tinggi Rp. 71.000/ekor. Rata-rata B/C kategori rendah 2, sedang 3, tinggi 2. Rata-rata NPV kategori rendah Rp. 20.090.000, sedang Rp.
62.412.500, tinggi Rp. 72.070.000. Rata-rata PBP kategori rendah 4 bulan, sedang 3,1 bulan, tinggi 3,5 bulan. Kesimpulan dari penelitian ini usaha budidaya kelinci hias di desa Tulungrejo, Bumiaji Kota Batu dikatakan menguntungkan dan layak dilanjutkan berdasarkan nilai BEP, B/C ratio, NPV, PBP, dengan minimal jumlah indukkan 55 ekor.
Kata kunci : Analisis kelayakan usaha, kelinci hias, Tulungrejo
FEASIBILITY ANALYSIS OF ORNAMENTAL RABBIT CULTIVATION BUSINESS IN TULUNGREJO VILLAGE, BUMIAJI DISTRICT, BATU
EAST JAVA
Abstract
This study aims to analyze the environmental conditions of Tulungrejo village and the feasibility of ornamental rabbit cultivation in Tulungrejo Village, Bumiaji District, Batu City, East Java. The material used is data on expenses (costs) and benefits (benefits) of the ornamental rabbit business taken for 1 year and questionnaires from 8 breeders. The research method is a survey. Grouping of
respondents based on the number of breeders of ornamental rabbits. The division is divided into 3 categories, namely 1-55 breeders = low, 51-100 = medium, > 100
= high. The variables observed were cost of goods, break event point (BEP), Benefit/Cost Ratio (B/C), net present value (NPV) and Payback Period (PBP).
Data were analyzed descriptively. The results showed that the average total cost of the low category was Rp. 19,580,000, while Rp. 32,500,000, high Rp. 49,340,000.
The average cost of all types of rabbits/tails in the low category is Rp. 73,425, while Rp. 68,250, high Rp. 71,000. The average BEP of all types of rabbits in the low category was 311, the medium category was 533, and the high category was 779.
The average BEP price for all types of low category rabbits is Rp. 73,425/head, while Rp. 68.250/head, high Rp. 71,000/head. Average B/C in the low category 2, medium 3, high 2. The average NPV in the low category is Rp. 20,090,000, being Rp. 62.412.500, high Rp. 72,070,000. The average PBP in the low category is 4 months, medium is 3.1 months, and high is 3.5 months. The conclusion of this study is that the ornamental rabbit cultivation business in Tulungrejo village, Bumiaji, Batu City is said to be profitable and feasible to continue based on the value of BEP, B/C ratio, NPV, PBP, with a minimum number of 55 broods.
Keywords : Business feasibility analysis, ornamental rabbit
1 BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak kelinci di Indonesia termasuk salah satu ternak yang banyak dibudidayakan oleh peternak. Kelinci salah satu tipe hewan ternak yang terbagi atas 3 tipe yaitu kelinci tipe pedaging, kelinci tipe dwiguna, serta kelinci tipe hias. Produk yang dihasilkan kelinci, antara lain daging, kulit- bulu, pupuk, serta hewan percobaan. Kelinci ras pedaging sendiri, memanglah mempunyai komoditas yang terbilang lumayan menggiurkan, karena dari segi permintaan pasarnya lumayan besar. Tidak hanya itu, tipe kelinci ras hias, tidak kalah besar peminatnya (Manshur, 2009).
Ternak kelinci semula terhitung salah satu hewan liar yang tidak mudah dijinakkan. Kelinci memiliki energi menyesuaikan diri tubuh yang relatif tinggi sehingga tidak heran bila dapat hidup nyaris diseluruh dunia.
Kemampuan yang menonjol dalam hubungannya dengan peternakan rakyat ialah kelinci dapat berkembang serta tumbuh biak dari pakan hijauan, limbah pertanian, serta limbah pangan, dan bisa dipelihara pada skala rumah tangga/ skala kecil (Rahardjo, 2005).
Sesungguhnya kelinci masih sangat berpotensi untuk dibesarkan.
Bukan hanya sebagai penghasil daging, melainkan pula sebagai penghasil bulu, fur( kulit serta bulu) ataupun sebagai ternak hias. Tadinya, bulu untuk pembuatan jaket serta aksesorinya di negara- negara beriklim dingin biasanya memakai kulit beruang hasil buruan. Dengan kritik tersebut para produsen jaket kulit lalu berupaya pemecahan dari bahan baku lain. Kelinci
2 dikira sebagai salah satu ternak yang dapat mengambil alih kebutuhan bulu buat jaket tersebut( Prasetyo, 2002).
Desa Tulungrejo termasuk desa yang sangat produktif serta kebanyakan masyarakatnya bermata pencaharian petani sayuran serta buah apel. Tidak hanya usaha dari tani masyarakatnya juga memiliki usaha ternak sapi, ternak kambing, ternak kelinci, industri rumah tangga( home industri). Keadaan geografis yang terdiri dari hamparan persawahan, perbukitan, pegununangan yang ditunjang hawa yang dingin serta panorama alam yang indah sebab terletak di dataran besar yang dikelilingi oleh gunung Anjasmoro, Welirang, Arjuno. Desa Tulungrejo terletak di ujung utara Kota Batu dengan luas daerah 807, 019 Ha ( 80, 701 Km²) pada ketinggian 1300 meter dibawah permukaan laut. Temperatur rata– rata berkisar antara 18°C hingga dengan 24°C, dengan curah hujan 30 milimeter dengan jumlah hujan yang tidak pasti dalam satu tahunnya. Bentang daerah Desa Tulungrejo berbukit, warna tanah gelap dengan tekstur tanah gembur dengan keadaan pada biasanya sangat produktif (Wibowo, Sumanto, dan Juarini, 2005). Berdasarkan kondisi geografis lokasi desa Tulungrejo kecamatan Bumiaji kota Batu Jawa Timur cocok dijadikan sebagai lokasi sentral pemeliharaan kelinci.
Saat ini upaya pengembangan ternak kelinci tampaknya belum maksimal, mengingat jumlah peternakan kelinci maupun populasi tidak menunjukkan perkembangan berarti. Hal ini disebabkan kurangnya arahan kepastian pasar terlebih dahulu, kurang populernya kelinci di masyarakat, dan adanya anggapan dari masyarakat bahwa mereka akan
3 mengembangkan usaha ternak kelinci jika lebih menguntungkan dibandingkan usaha lain. Kelinci selalu memiliki pesona tersendiri bagi masyarakat. Kelinci ini bukan sekedar hewan piaraan yang menghasilkan daging atau uang hasil penjualan, melainkan sebagai kesenangan
“berselera tinggi” dengan ciri khas tersendiri. Hanya saja karena pemeliharaan di masyarakat kita cenderung tradisional dan tidak mengikuti kaidah pemeliharaan kelinci secara tepat dan baik, akhirnya banyak yang gulung tikar.
Selama ini peternakan kelinci di Indonesia masih diusahakan sebagai peternakan keluarga yang bersifat sambilan. Kegiatan budidaya dan manajemennya masih sangat sederhana, sebagai alternatif usaha peternakan kelinci sebenarnya dapat dikembangkan dalam bentuk peternakan. Sasarannya produksi dapat ditingkatkan sesuai dengan target, mutu dan penerimaan pasar yang berkembang.
Hal yang dapat menjadi pertimbangan seseorang jika ingin mendirikan suatu usaha adalah kelayakan usaha tersebut yang sebenarnya. Salah satu kriteria yang dapat menjadi acuan apakah suatu usaha bisa dikatakan layak atau tidak adalah keuntungan, karena sebagian besar usaha peternakan kelinci merupakan usaha peternakan rakyat maka tidak semua biaya-biaya produksi dihitung dengan teliti sehingga tidak mengetahui keuntungan bersih dan kelayakan usaha tersebut yang sesungguhnya. Biaya-biaya produksi tersebut misalnya tenaga kerja, penyusutan peralatan dan penyusutan kandang.
4 Kondisi peternakan kelinci di Indonesia perlu adanya dukungan dari pihak-pihak terkait untuk dapat membantu pengembangan usaha peternakan kelinci hias. Analisis kelayakan usaha merupakan cara untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Hal tersebut sangat bermanfaat bagi peternak kelinci dalam mengembangkan usahanya. Selain itu, dapat mendorong masyarakat untuk memajukan usaha peternakan kelinci hias. Oleh karena itu, pentingnya penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak kelinci hias di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur ini untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah kondisi lingkungan di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur dapat menunjang kebutuhan kehidupan kelinci hias?
b. Layak atau tidak usaha kelinci hias untuk dikembangkan di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi lingkungan dan kelayakan usaha kelinci hias di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi bagi para pengusaha yang akan memulai usaha kelinci terutama kelinci hias agar
5 mengetahui biaya yang dibutuhkan atau dana yang dibutuhkan untuk memulai usaha kelinci hias.
1.5 Hipotesis
- Diduga kondisi lingkungan di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur dapat menunjang kebutuhan kehidupan kelinci hias.
- Usaha kelinci hias layak untuk dikembangkan di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur.
1 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ini kondisi lingkungan Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Batu Jawa Timur cocok untuk kehidupan kelinci hias dan usaha budidaya kelinci hias yang dikembangkan dikatakan menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan berdasarkan nilai BEP, B/C ratio, NPV, PBP dengan minimal jumlah indukkan 55 ekor.
1.2 Saran
Apabila ingin mengembangkan usaha budidaya kelinci hias minimal memiliki indukan 55 ekor agar usahanya tersebut layak dikembangkan.
Perlunya mengoptimalkan jenis penerimaan lain dari hasil samping usaha budidaya kelinci hias seperti pupuk cair sehingga dapat menambah biaya penerimaan usaha budidaya kelinci. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya mengkaji pengaruh besarnya pemasaran terhadap keputusan pembelian kelinci hias di desa Tulungrejo kecamatan Bumiaji Batu Jawa Timur.
1 DAFTAR PUSTAKA
Amin T. 2011. Dasar-dasar Akuntansi Biaya dan Manajemen. Jakarta:
Harvarindo.
Djarwanto. 2010. Pokok-pokok analisa laporan keuangan. Yogyakarta:
BPFE.
Duta, N.W. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci Asep’t Rabbit Project,Lembang Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Insitut Pertanian Bogor.
Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.
Gusti Merdeka. 2006. Seri Agrihobi : Kelinci Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ibrahim Yacob, H. M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Jakarta.
PT. Rineka.
Kasim, S. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Manshur, F. 2009. Kelinci Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat dan Terpadu.
Nuansa, Bandung.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Selatan.
Nufaili, R., dan Utomo, C. 2014. Analisa Investasi Hotel Pesonna Makassar.
Jurnal Teknik ITS, 3(2), D143–D146.
Panjaitan, J. L. U., Limbong, W. H., dan Suryani, A. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Tepung Gandum di Gapoktan Gandum, Kabupaten Bandung. MANAJEMEN IKM:
Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, 7(1), 85–93.
Parama. 2012 Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Kecil Menengah (Ukm) Nata De Coco di Sumedang, Jawa Barat No.
2 Mei 2012.
Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Eko-nomi Teknik. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.
2 Prasetyo, S. 2002. Ternak Kelinci Bisa Menghasilkan Devisa. Sinar
Harapan, Jakarta Putra.
Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Makro dan Mikro (edisi 2). Ghalia Indonesia. Jakarta.
Raharjo, Y. C. 2005. Prospek Peluang dan Tantangan Agribisnis Ternak Kelinci. Prosiding Lokakarya Nasional potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.
, 2012. Agribisnis Kelinci Skala Mikro, Kecil dan Menengah alam Integrasi dengan Hortikultura untuk Penanggulangan Gizi Buruk/Ketahanan Pangan, Tambahan Pendapatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja. Balai Penelitian Ternak, Ciawi – Bogor.
Satriani, B., dan V. V. Kusuma. 2020. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dan Harga Pokok Penjualan Terhadap Laba Penjualan.
Vol.4No.2.
Subroto, S. 2001. Beternak Kelinci. Aneka Ilmu, Semarang.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sunarjono, 2000. Prospek Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta:
CV Rajawali.
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, B., Sumanto dan E. Juarini. 2005. Pemanfaatan dan Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kelinci di Pedesaan. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.
3 Amin T. 2011. Dasar-dasar Akuntansi Biaya dan Manajemen. Jakarta:
Harvarindo.
Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kasim, S. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Manshur, F. 2009. Kelinci Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat dan Terpadu.
Nuansa, Bandung.
Nufaili, R., dan Utomo, C. 2014. Analisa Investasi Hotel Pesonna Makassar.
Jurnal Teknik ITS, 3(2), D143–D146.
Parama. 2012 Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Kecil Menengah (Ukm) Nata De Coco di Sumedang, Jawa Barat No.
2 Mei 2012.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sunarjono, 2000. Prospek Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta:
CV Rajawali.
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo, B., Sumanto dan E. Juarini. 2005. Pemanfaatan dan Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kelinci di Pedesaan. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.