SKRIPSI
PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB-SEKTOR HOTEL DAN
PARIWISATA YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
OLEH
Prian Dani
090503001
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share,
Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Sub-Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di
BEI Tahun 2009 - 2011”adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan
plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Medan, Februari 2013 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB-SEKTOR HOTEL DAN PARIWISATA
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Earning Per
Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value
terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan sub-sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 yang berjumlah 20 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Dari 20 populasi perusahaan diperoleh 18 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari situs Analisis data dimulai dari pengujian asumsi klasik sebagai syarat kelayakan data untuk dipakai dalam penelitian yang terdiri dari uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen
Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Price to Book Value berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Secara simultan
Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price to Book Value berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
EFFECT OF EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, AND PRICE TO BOOK VALUE TO THE STOCK PRICE OF HOTEL AND TOURISM SUB-SECTOR COMPANY LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE YEAR 2009-20011
This study aims to determine the influence of Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value simultaneously and partially to stock price. The populations are all of the hotel and tourism sub sectors companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2011. The samples are selected by purposive sampling method. From twenty hotel and tourism companies acquired eighteen companies as the sample of research. The data used are secondary data. Sources of data derived from sit Data analisys begins with classic assumption test as a provission of data appropriateness to be used in the research which is representated by normality test, multicolinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test. Then, data analized by using multiple linear regression.
The result shows that partially independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, and Book Value Per Share do not have any influence to stock price, while Price To Book Value influences the stock price significantly. The simultaneously test result shows that independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value influence stock price significantly.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena Atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book
Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 -
2011”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku sekretaris Program
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si.,Ak. selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini dan Bapak Drs.
Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku dosen pembaca yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muliadi dan Ibunda Juliati serta abang
terkasih Dodi Muh Roni yang telah memberikan kasih sayang, doa,
dukungan, serta bimbingan yang tidak terbatas kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman mahasiswa di Fakultas Ekonomi angkatan 2009, khususnya
kepada Ihsan, Defry, Marwan, Baidi, Kautsar, Espi, David, Bryan, Devy,
Zikro, Nita, dan Fitri yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini
dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2013
Penulis ,
Prian Dani
2.1.10. Book Value Per Share (BVS) ... 24
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 47
4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 49
4.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
4.2.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 52
4.2.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 56
4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59
4.3.1. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 59
4.3.2. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 61
4.3.3. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 62
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1. Kesimpulan ... 71
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 72
5.3. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 73
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29
3.1. Daftar Populasi Perusahaan ... 36
3.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
4.1. Descriptive Statistics ... 47
4.2. Uji Normalitas ... 50
4.3. Pengujian Multikolinearitas... 53
4.4. Korelasi Variabel Independen ... 54
4.5. Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson ... 56
4.6. Hasil Uji Durbin Watson ... 57
4.7. Tabel Durbin Watson ... 57
4.8. Hasil Uji Breusch Godfrey ... 58
4.9. Hasil Analisis Regresi ... 60
4.10. Hasil Uji F ... 62
4.11. Hasil Uji t ... 63
Daftar Gambar
Nomor Judul Halaman
2.1. Elliott Wave Theory ... 14
2.2. Kerangka Konseptual ... 31
4.1. Grafik Histogram ... 51
4.2. Grafik P-P Plot ... 52
Daftar Lampiran
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 75
Lampiran 2 Data Variabel Penelitian ... 76
Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data ... 81
ABSTRAK
PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, DAN PRICE TO BOOK VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB-SEKTOR HOTEL DAN PARIWISATA
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Earning Per
Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value
terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan sub-sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011 yang berjumlah 20 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Dari 20 populasi perusahaan diperoleh 18 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari situs Analisis data dimulai dari pengujian asumsi klasik sebagai syarat kelayakan data untuk dipakai dalam penelitian yang terdiri dari uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen
Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Book Value Per Share tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Price to Book Value berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Secara simultan
Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price to Book Value berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
EFFECT OF EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, BOOK VALUE PER SHARE, AND PRICE TO BOOK VALUE TO THE STOCK PRICE OF HOTEL AND TOURISM SUB-SECTOR COMPANY LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE YEAR 2009-20011
This study aims to determine the influence of Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value simultaneously and partially to stock price. The populations are all of the hotel and tourism sub sectors companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2011. The samples are selected by purposive sampling method. From twenty hotel and tourism companies acquired eighteen companies as the sample of research. The data used are secondary data. Sources of data derived from sit Data analisys begins with classic assumption test as a provission of data appropriateness to be used in the research which is representated by normality test, multicolinearity test, heteroskedasticity test and autocorrelation test. Then, data analized by using multiple linear regression.
The result shows that partially independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, and Book Value Per Share do not have any influence to stock price, while Price To Book Value influences the stock price significantly. The simultaneously test result shows that independent variables Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, and Price To Book Value influence stock price significantly.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual
saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut
nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat
modal perusahaan (Fahmi, 2012: 52). Pasar modal ini merupakan alternatif bagi
para investor dalam menanamkan dananya. Berinvestasi dalam pasar modal ini
mendorong para investor untuk melakukan transaksi di pasar modal. Namun para
investor tidak begitu saja melakukan pembelian saham sebelum melakukan
penilaian dengan baik terhadap emiten. Menurut Widiadmodjo (2009), emiten
adalah perusahaan swasta atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara)yang mencari
modal dari bursa efek dengan cara menerbitkan efek (saham, obligasi, right issue,
dan waran). Untuk dapat menjadi emiten ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Menerbitkan efek, yang kemudian dijual kepada investor guna
mendapatkan modal.
2. Untuk menerbitkan efek yang laku dijual, emiten harus mempunyai
prestasi yang baik dan tidak memiliki cacat hukum. Dengan demikian
emiten berperan menjamin efek yang diterbitkannya sah menurut hukum.
3. Emiten merupakan sumber pertama informasi mengenai efeknya.
Kebenaran informasi dari emiten merupakan tanggung jawab emiten
Dengan mengetahui kebenaran informasi mengenai efek (saham) dan
laporan keuangan emiten maka investor dapat melakukan analisis laporan
keuangan keuangan dan membuat keputusan untuk melakukan pembelian saham
emiten sesuai dengan harga saham di pasar modal.
Harga saham suatu perusahaan selalu mengalami pergerakan naik atau
turun. Pergerakan harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan
penawaran saham. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan maka
harga tersebut akan cenderung naik, demikian pula sebaliknya apablia kelebihan
penawaran maka harga saham cenderung turun. Pergerakan pada harga saham
inilah yang dapat mempengaruhi keputusan para investor untuk melakukan
penjualan atau pembelian saham pada waktu yang tepat dengan analisis dan
tingkat akurasi yang cukup tinggi sehingga dapat memaksimalkan keuntungan
atau meminimalisasi kerugian. Oleh karena itu, para investor sangat
membutuhkan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga
saham baik secara langsung maupun tidak. Menurut Fahmi (2012: 89), ada
beberapa faktor atau kondisi yang menentukan naik turunnya harga saham, yaitu:
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi.
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang dan kantor cabang pembantu, baik
yang dibuka di domestik maupun luar negeri.
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Adanya direksi atau pihak komisaris yang terlibat tindak pidana dan
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
6. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara
menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
7. Efek dari psikologis pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham.
Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang dapat
digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi dalam
laporan keuangan dapat memberikan prediksi mengenai informasi yang
menyangkut tentang penilaian harga saham melalui berbagai analisis. Salah satu
analisis yang dapat dilakukan adalah analisis rasio perusahaan. Analisis rasio
(ratio analysis) merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling populer
dan banyak digunakan (Subramanyam, 2012: 42). Rasio yang cukup efektif
digunakan untuk melakukan penilaian terhadap harga saham diantaranya adalah
Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Book Value Per Share
(BVS), dan Price to Book Value (PBV). Rasio Earning Per Share
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa dan dapat menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan.
Book Value Per Share diperlukan untuk menentukan wajar atau tidaknya harga
saham di pasar. Sedangkan rasio Price Earnings Ratio dan Price to Book Value
diperlukan untuk membandingkan apakah harga sebuah saham overvalued atau
undervalued sehingga para investor dapat menentukan kapan sebaiknya saham
Merujuk dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siagian (2004)
yang meneliti tentang Analisis Pengaruh Nilai Buku dan Laba Per Lembar Saham
Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa
Efek Jakarta Tahun 1995-2002. Hasil penelitian tersebut adalah nilai buku dan
laba per lembar saham secara simultan berpengaruh positif terhadap harga pasar
saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Arief (2006) yang meneliti tentang
Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Go Public Di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
Earning Per Share dan Dividend Per Share tidak berpengaruh secara simultan
terhadap harga saham. Namun secara parsial variabel Earning Per Share dan
Dividend Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdhiana (2011) yang meneliti tentang
Pengaruh Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share
(EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food
and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2010. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa berdasarkan pengujian secara parsial
variabel Book Value dan Price to Book Value tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham, namun variabel Earning Per Share dan Price Earning
Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan berdasarkan
pengujian secara simultan menyatakan bahwa variabel Book Value, Price to Book
Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan
Dan penelitian yang dilakukan oleh Mathilda (2012) yang meneliti tentang
Pengaruh Price Earnings Ratio dan Price to Book Value Terhadap Harga Saham
Indeks LQ 45 (Periode 2007-2009). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
Price Earnings Ratio dan Price To Book Value tidak berpengaruh baik secara
secara simultan maupun secara parsial terhadap harga saham.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian peneliti adalah
perusahaan-perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI.
Alasan peneliti memilih perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata sebagai
populasi dalam penelitian ini adalah dikarenakan terjadinya perkembangan
industri pariwisata yang sangat pesat di Indonesia yang membuat peningkatan
terhadap kebutuhan akan jasa hotel. Perkembangan industri pariwisata ini dapat
dilihat dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri
ke setiap lokasi dan kota tujuan wisata yang banyak tersebar di penjuru Indonesia.
Perkembangan jasa hotel dan pariwisata ini mendorong setiap perusahaan
perhotelan untuk mengembangkan usahanya dan tentu memiliki keinginan untuk
membuka cabang di setiap lokasi dan kota yang menjadi tujuan wisata. Dalam
menjalankan dan mengembangkan usaha jasa perhotelan ini, setiap perusahaan
perhotelan akan membutuhkan suntikan dana dari para pemilik dana (investor).
Cara untuk memperoleh dana salah satunya adalah dengan menerbitkan dan
menjual saham melalui pasar modal atau bursa efek sebagai perantara.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh
Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah Earning Per Share, Price
Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value berpengaruh
terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 baik secara simultan maupun
secara parsial?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dinyatakan dalam penelitian ini,
maka tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Earning
Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value
terhadap harga saham pada perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 baik secara simultan maupun
secara parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak khususnya:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi
wawasan dalam bidang analisis laporan keuangan, manajemen keuangan,
dan pasar modal khususnya tentang pengaruh rasio-rasio penilaian saham
yang terdiri dari earning per share (EPS), price earning ratio (PER), book
value per share (BVS), dan price to book value (PBV) terhadap harga
saham.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan strategi investasinya.
3. Bagi perusahaan (emiten), hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk meningkatkan kinerja keuangannya dalam upaya untuk menjalankan
dan mengembangkan usahanya, dan juga diharapkan sebagai bahan
pertimbangan dalam strategi penciptaan nilai bagi pemegang saham
(stockholder).
4. Bagi peneliti-peneliti lainnya, penelitian ini diharapakan dapat menjadi
bahan referensi dalam mengembangkan dan memperluas penelitian
mereka.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian dan Klasifikasi Saham
Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas
yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang kemudian diberikan hak
atas deviden sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perseroan
tersebut. Menurut Fahmi (2012: 86), dalam pasar modal ada dua jenis saham yang
paling umum dikenal oleh publik, yaitu saham biasa dan saham istimewa
(preferen). Dimana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya
masing-masing.
1. Saham Biasa
Saham biasa adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang
menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana
pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta
berhak untuk menentukan pembeli right issue (penjualan saham terbatas)
atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan memperoleh
keuntungan dalam bentuk dividen. Saham biasa memiliki beberapa jenis,
a. Saham unggulan (blue chip-stock), yaitu saham dari perusahaan yang
dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan
manajemen yang berkualitas.
b. Saham pertumbuhan (growth stock), yaitu saham-saham yang
diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari
rata-rata saham lain dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.
c. Saham defensif (defensive stock), yaitu saham yang cenderung lebih
stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu
berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar.
d. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu sekuritas yang cenderung naik
nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara
cepat saat ekonomi lesu.
e. Saham musiman (seasonal stock), yaitu saham perusahaan yang
penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya cuaca dan
liburan.
f. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham yang kondisinya
memiliki tingkat spekulasi yang tinggi dan kemungkinan tingkat
pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif.
2. Saham Preferen
Saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap
Saham preferen merupakan saham dengan preferensi (hak-hak) yang
melebihi saham biasa (Smith dan Skousen, 1992). Apabila suatu
perusahaan menerbitkan baik saham biasa maupun saham preferen,
hak-hak preferensi yang menyertai saham preferen biasanya terdiri dari klaim
lebih dahulu atas dividen. Saham pada umumnya diterbitkan dengan nilai
nominal. Apabila saham preferen mempunyai suatu nilai nominal, maka
dividen dinyatakan dengan suatu presentase dari nilai nominal. Namun
apabila saham preferen tidak memiliki nilai nominal, maka dividen harus
dinyatakan dengan jumlah uang. Menurut Smith dan Skousen (1992) ada
beberapa jenis saham preferen, yaitu:
a. Cumulative and Noncumulative Preferred Stock
Cumulative preferred stock menetapkan bahwa bila perusahaan gagal
untuk mengumumkan dividen untuk saham preferen ini maka dividen
itu akan diakumulasikan dan perlu dibayar di kemudian hari sebelum
dividen dapat dibayarkan kepada para pemegang saham biasa. Dengan
kata lain bahwa jika dividen cumulative preferred stock tidak dibayar
dalam jangka waktu satu tahun, maka jumlah dividen itu wajib
dibayar pada tahun-tahun berikutnya. Dan jika saham preferen itu
adalah noncumulative, maka jumlah dividen yang tidak dibayar dalam
jangka satu tahun, maka jumlah dividen itu tidak wajib dibayar pada
b. Convertible Preferred Stock
Saham preferen dapat dikonversi apabila syarat-syarat penerbitan
saham menetapkan bahwa saham preferen itu dapat ditukar oleh
pemiliknya dengan surat berharga lain dari perusahaan yang
menerbitkan saham.
c. Callable Preferred Stock
Saham preferen dapat ditarik kembali sesuai dengan kehendak
perusahaan. Harga penarikan kembali pada umumnya ditegaskan
dalam perjanjian semula dan menetapkan pembayaran dividen yang
ditangguhkan sebagai bagian dari harga pembelian kembali.
d. Redeemable Preferred Stock
Merupakan saham preferen yang dapat ditebus sesuai dengan
keinginan pemegang saham atau dalam kondisi lain di luar kendali
penerbit saham (seperti penebusan pada tanggal tertentu atau ketika
mencapai tingkat laba tertentu).
2.1.2 Harga Saham
Harga saham merupakan harga suatu saham pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar serta oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar modal. Menurut Harahap (2011), harga saham di pasar
modal sudah menjadi trade mark dari kinerja perusahaan. Walaupun laporan
keuangan menyajikan nilai buku sesuai dengan sifat dan prinsip laporan
keuangan, namun nilai buku hanya dianggap sebagai data dasar yang akan diolah
Harga saham selalu dianggap lebih objektif dalam mengukur nilai perusahaan.
Oleh karena itu manajemen perusahaan akan selalu berupaya agar harga
sahamnya di bursa semakin meningkat.
Meningkatnya harga saham di bursa dapat dipengaruhi oleh pembagian
dividen saham kepada para pemegang saham. Brigham dan Houston (2008)
menyatakan bahwa dividen saham biasanya diberikan secara teratur untuk
menjaga kestabilan harga saham. Secara umum harga saham akan naik tidak lama
setelah perusahaan mengumumkan dividen. Namun pada kenyataannya tidak
semua perusahaan mengumumkan dividen secara teratur setiap bulan atau tahun.
Penahanan dividen dalam bentuk laba ditahan akan dilakukan guna membiayai
investasi di masa yang akan datang. Dan diharapkan harga saham akan meningkat
lebih besar seiring dengan meningkatnya dividen yang dapat dibagikan.
Menurut Widiadmodjo (1996: 46) harga saham dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
1. Harga Nominal
Merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan
oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
Besarnya harga nominal memberikan arti penting pada saham karena
dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
Merupakan harga yang pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
emisi (underwritter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa
harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
3. Harga Pasar
Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu
dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan
penjamin emisi, harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder
dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan
penerbitnya. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media
lain adalah harga pasar.
2.1.3 Teori Perubahan Harga Saham
Terdapat dua teori yang berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada
harga saham, yaitu Teori Random Walk dan Teori Elliot Wave.
1. Teori Random Walk
Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruan
pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan
di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959)
menyatakan bahwa perubahan harga saham tidak tergantung satu sama
lain dan mempunyai distribusi probabilitasi yang sama. Dengan kata lain
tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin investor dapat memperoleh
return melebihi return pasar tanpa menanggung resiko. Hal ini juga
memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan
harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan
price return saham yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi
persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Sehingga harga saham
cenderung tidak akan mempunyai tren yang signifikan dalam jangka
waktu yang cukup lama.
2. Teori Elliott Wave
The Wave Principle merupakan penelitian Elliott (1938), penelitiannya
menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai struktur
tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga mempunyai pola
atau gelombang yang bersifat repetitif. Walaupun repetitif tetapi pola
tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang
yang sama. Pola atau gelombang tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1
dibawah ini.
Pola atau gelombang pada gambar diatas dapat diartikan sebagai berikut:
a. Gelombang 1
Harga saham mula-mula bergerak naik dan membuat beberapa investor
merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham
tersebut membuat harga naik.
b. Gelombang 2
Pada saat harga saham tersebut dinilai terlalu tinggi investor mulai
merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham. Hal ini
mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga harga saham
tersebut turun.
c. Gelombang 3
Gelombang ini biasanya merupakan gelombang yang terpanjang dan
terkuat. Pada gelombang ini saham telah menarik banyak perhatian
investor. Hal ini menyebabkan harga saham melambung tinggi bahkan
lebih tinggi dibandingkan pada saat gelombang 1.
d. Gelombang 4
Investor mulai merealisasikan keuntungannya karena harga saham
sudah terlalu tinggi. Namun masih ada sebagian investor yang merasa
bahwa harga saham masih dalam tren naik, jadi gelombang ini
cenderung masih lemah.
e. Gelombang 5
Pada gelombang ini harga saham dinilai sudah terlalu tinggi untuk
2.1.4 Teori Penilaian Investasi
Menurut Tuanakotta (1999), terdapat tiga model teori yang dapat
dipertimbangkan oleh investor dan calon investor untuk membantu mereka dalam
membuat keputusan untuk menjual, membeli, atau menahan saham-saham
perusahaan. Ketiga model teori tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Teori Nilai Intrinsik
Menurut teori ini seorang investor akan membeli atau mempertahankan
suatu saham apabila ia percaya bahwa nilai intrinsik saham tersebut lebih
besar dari harga saham tersebut di bursa saham. Menurut pandangan
investor nilai intrinsik seharusnya dapat menunjukkan nilai saham yang
sesungguhnya dan nilai ini akan tercermin dalam harga pasar saham
tersebut jika investor lainnya juga memiliki pandangan yang sama.
2. Hipotesis Pasar yang Efisien
Hipotesis ini menyatakan menyatakan bahwa pasar saham adalah efisien
apabila harga saham mencerminkan secara jelas dan lengkap seluruh
informasi yang tersedia. Ada tiga bentuk pasar yang efisien yang dikenal
secara umum, yaitu:
a. Bentuk Lemah
Harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersirat dalam
urutan harga saham di masa lalu.
b. Bentuk Setengah Kuat
Harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia bagi
c. Bentuk Kuat
Harga saham mencerminkan seluruh informasi bahkan termasuk
informasi yang bersifat khusus.
3. Teori Portofolio
Teori ini menyatakan bahwa investor yang rasional akan memilih untuk
menyimpan saham-saham untuk dapat memaksimalkan tingkat laba yang
diharapkan ( expected rate of return) untuk tingkat resiko tertentu atau
meminimalisasi tingkat resiko untuk hasil tertentu. Portofolio
saham-saham seperti itu disebut efisien. Jadi yang peting bagi investor adalah
dampak dari sekumpulan saham dan bukan expected performance dari
suatu saham tertentu. Oleh karena itu pengukuran risiko yangn relevan
bukanlah total variability dari suatu saham melainkan covariability dari
suatu saham terhadap saham-saham lainnya dalam portofolio tersebut. Hal
ini berarti bahwa ada dua jenis saham yang masing-masing mungkin
mempunyai risiko yang tinggi, tetapi jika digabungkan dalam satu
portofolio total risikonya akan menjadi lebih kecil apabila variabilitas dari
kedua jenis saham tersebut berbanding terbalik.
2.1.5 Analisis Saham
Dalam penentuan keputusan investasi terdapat dua jenis analisis dalam
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalan analisis harga saham berdasarkan informasi yang
mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan
penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, serta volume transaksi
pada msa yang lalu. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar
(permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi
perdagangan saham, fluktuasi kurs, dan volume transaksi perdagangan
yang terjadi di pasar modal.
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah analisis yang mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai-nilai faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang
dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
2.1.6 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2008: 297), rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lain
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan
ini berfungsi untuk menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan
antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat dinilai
secara cepat hubungan antar pos dan dapat dibandingkan dengan rasio lain
Ada dua metode pembanding rasio keuangan perusahaan menurut
Syamsuddin (2000:39), yaitu :
1. Cross-Sectional Approach
Cross- sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
2. Time Series Analysis
Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio
finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Rasio keuangan akan memberikan manfaat apabila rasio tersebut
dianalisis. Analisis dan interpretasi dari bermacam- macam rasio dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan bagi para analisis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas
data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan
pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan
yaitu manajer perusahaan, analisis kredit, dan analasis saham.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio
keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analisis dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan
kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000: 40) mengemukakan beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis
1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan
operasional yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan
secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama.
Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau
dua rasio saja sudah cukup digunakan.
2. Pembanding yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan
pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio financial
perusahaan A pada tahun 20X0 dengan rasio financial perusahaan B pada
tahun 20X1.
3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan
keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum
diaudit masih sangat diragukan, sehingga rasio-rasio yang dihitung kurang
akurat.
4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi
yang digunakan haruslah sama.
2.1.7 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Secara umum rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis,
antara lain:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat
lancar dan utang lancar. Rasio likuiditas ini terdiri dari Current Ratio (CR)
dan Quick Ratio (QR).
2. Rasio Solvabilitas
Rasio rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini terdiri dari Debt Ratio (DR), Debt
to Equity Ratio (DER), Time Interst Earned (TIE), dan Long Term Debt to
Equity Ratio.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian,
maupun kegiatan lainnya. Rasio aktivitas terdiri dari Inventory Turnover
(IT), Receivable Turnover (RT), Fixed Assets Turnover (FAT), Total
Assets Turnover (TAT), dan Days Sales Outstanding.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, dan utang. Rasio profitabilitas ini terdiri
dari Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on
Equity (ROE), Operating Ratio (OR), dan Net Profit Margin (NPM).
5. Rasio Penilaian Pasar
Rasio penilaian pasar merupakan rasio yang lazim digunakan di pasar
modal. Rasio ini terdiri dari Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), Dividend Per Share (DPS), Dividend Payout Ratio (DPR),
Book Value Per Share (BVS), dan Price to Book Value (PBV).
Rasio keuangan yang akan digunakan untuk memprediksi saham dalam
penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book
Value Per Share (BVS), dan Price to Book Value (PBV).
2.1.8 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham
yang dimiliki (Fahmi, 2012: 97). Earning Per Share merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau
pemegang saham per lembar saham (Darmadji, 2001: 139). Earning Per Share
adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dirumuskan bahwa Earning Per Share
adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh
investor atau pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki
selama periode tertentu.
Earning Per Share (EPS) menunjukkan tingkat keuntungan bersih untuk
tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Earning Per Share diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang
saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. EPS merupakan
lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. EPS
dapat dianggap sebagai indikator laba yang harus diperhatikan oleh para investor
yang umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan
pertumbuhan harga saham.
EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar
dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan
EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para
investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah
modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan
laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga
sebaliknya. Besarnya nilai EPS suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi
laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan
neraca dan laporan laba rugi perusahaan dengan rumus sebagai berikut:
EPS = ���������ℎ
�����ℎ��ℎ���������
2.1.9 Price Earning Ratio (PER)
Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan
laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Menurut Fahmi ( 2012: 97),
Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga pasar per lembar
saham (Market Price Per Share) dengan laba per lembar saham (Earning Per
Share). Harapan investor terhadap earning perusahaan pada masa yang akan
perusahaan tersebut yang selanjutnya berpengaruh terhadap PER dengan
mengetahui besarnya PER suatu perusahaan.
Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan
perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap
pertumbuhan biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang berada dalam kondisi yang sudah mapan. Sesuai dengan
pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar
terhadap prospek suatu perusahaan, maka faktor-faktor harga saham juga akan
mempengaruhi PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah
dengan mencari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata,
kemudian dibuat suatu model untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan
datang sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan. Price
Earning Ratio (PER) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
PER = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��
���� ��� ������ ��ℎ�� (���)
2.1.9 Book Value Per Share (BVS)
Book Value Per Share (BVS) adalah angka per lembar saham yang berasal
dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca
(Subramanyam, 2012: 232). Book Value Per Share (BVS) ditunjukkan dengan
perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku dihitung sebagai hasil bagi
dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini
perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin
tinggi rasio Book Value Per Share (BVS) menunjukkan semakin berhasil
perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Ada beberapa cara untuk
meningkatkan nilai buku per lembar saham, yaitu sebagai berikut:
a. Perusahaan dapat melakukan penahanan laba. Dengan cara ini ekuitas
pemilik akan meningkat, namun tidak terjadi perubahan dalam jumlah
lembar saham yang beredar. Hal ini mengasumsikan bahwa laba ditahan
dapat digunakan seefektif ekuitas pemilik sebelumnya, dengan kata lain
pengembalian atas ekuitas pemilik dipertahankan.
b. Membeli kembali saham perusahaan pada harga yang lebih rendah
daripada nilai buku per lembar saham.
c. Melakukan merger sehingga dapat menghasilkan peningkatan nilai buku
per lembar saham bagi perusahaan yang bertahan.
Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan.
Nilai buku merupakan istilah konvensional yang mengacu pada nilai aset bersih,
yaitu total aset dikurangi kewajiban. Cara sederhana untuk menghitung nilai buku
adalah menjumlahkan akun-akun ekuitas saham biasa dan menguranginya dengan
klaim yang didahulukan yang tidak tercermin dalam neraca.
Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Semakin kecil nilai Book
Value Per Share (BVS) maka nilai pasar dari suatu saham dianggap semakin
Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar pertumbuhan perusahaan
dapat diketahui. Pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan investment
opportunity cost set (IOS) atau set kesempatan di masa yang akan datang.
Perusahaan yang tumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti
pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar daripada nilai
bukunya.
Book value per share (BVS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
BVS = ����� �������
����� ℎ��ℎ�� �������
2.1.11 Price To Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV) merupakan bagian dari rasio pasar yang
mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. PBV adalah rasio yang
membandingkan antara nilai saham menurut pasar dengan harga saham menurut
harga buku. PBV digunakan untuk melihat berapa besar tingkat undervalued
maupun overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku setelah
dibandingkan dengan harga pasar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh
perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal
yang diinvestasikan.
PBV merupakan rasio yang sudah secara luas dipakai di berbagai analisis
sekuritas dunia. Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham tersebut
dikategorikan undervalued, yang mana sangat baik untuk memutuskan investasi
sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya.
Namun, rendahnya nilai PBV ini juga dapat mengindikasikan menurunnya
kualitas dan kinerja fundamental emiten yang bersangkutan (fundamentally
wrong). Oleh karena itu, nilai PBV suatu perusahaan harus kita bandingkan juga
dengan PBV perusahaan lain dalam sektor yang sama. Apabila terlalu jauh
perbedaannya dengan PBV perusahaan lain maka sebaiknya perlu dianalisis lebih
dalam lagi.
PBV ini juga memberikan sinyal kepada investor apakah harga yang
dibayar atau diinvestasikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi atau tidak
jika diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-tiba. Karena jika perusahaan bangkrut,
maka kewajiban utamanya adalah membayar utang terlebih dahulu, baru sisa aset
(kalau ada) dibagikan kepada para pemegang saham. Ada kelemahan rasio
keuangan ini, di mana nilai ekuitas dipengaruhi langsung oleh saldo laba
perusahaan yang diakumulasi dari laba/rugi pada income statement.
Jadi konsep utama PBV adalah kapitalisasi pasar dibagi oleh nilai buku.
Nilai buku dapat dengan basis seluruh perusahaan atau per sahamnya saja. Rasio
ini jelas membandingkan nilai pasar terhadap nilai perusahaan berdasarkan
laporan keuangan. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai PBV suatu
saham mengindikasikan persepsi pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan,
begitu juga sebaliknya jika PBV rendah maka diartikan sebagai sinyal good
investment opportunity dalam jangka panjang. Price to Book Value (PBV) ini
PBV = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��
����� ���� ��� ������ ��ℎ�� (���)
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Siagian (2004) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Nilai Buku dan
Laba Per Lembar Saham Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Tahun 1995-2002. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen yaitu nilai
buku dan laba per lembar saham secara parsial dan simultan berpengaruh
positif terhadap harga pasar saham.
2. Arief (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Earning Per Share dan
Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di
Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Earning Per Share dan
Dividend Per Share tidak berpengaruh secara simultan terhadap harga
saham. Namun secara parsial variabel Earning Per Share dan Dividend
Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
3. Nurdhiana (2011) dengan judul penelitian Pengaruh Book Value (BV),
Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning
Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2010. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa berdasarkan pengujian secara parsial variabel Book
terhadap harga saham, namun variabel Earning Per Share dan Price
Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan
berdasarkan pengujian secara simultan menyatakan bahwa variabel Book
Value, Price to Book Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
4. Mathilda (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Price Earnings Ratio
dan Price to Book Value Terhadap harga Saham Indeks LQ 45 (Periode
2007-2009). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Price Earnings Ratio
dan Price To Book Value tidak berpengaruh baik secara secara simultan
maupun secara parsial terhadap harga saham.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Nilai buku dan laba per lembar saham
berpengaruh terhadap harga pasar saham.
2 Muhammad
Earning Per Share dan Dividend Per Share tidak
berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Namun secara parsial variabel Earning
Per Share dan Dividend Per Share berpengaruh
3 Fredy
Book Value dan Price to Book Value tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, namun variabel
Earning Per Share dan Price Earning Ratio
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan variabel
Book Value, Price to Book Value, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio berpengaruh
Price Earnings Ratio dan Price To Book Value
tidak berpengaruh baik secara secara simultan maupun secara parsial terhadap harga saham.
2.3 Kerangka Konseptual
Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar
variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan tinjauan
teoritis dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
Variabel Independen Variabel Dependen
.
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham
Informasi EPS perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih yang siap
dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Semakin besar EPS
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dan memberikan return yang besar
kepada para pemegang saham dan investor. Investor akan cenderung menanamkan
modalnya pada perusahaan yang memiliki nilai EPS yang besar. Hal ini akan
mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut, yakni meningkatnya harga
saham.
2. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menghitung tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu saham.
Earning Per Share (X1)
Book Value Per Share (X3)
Harga Saham (Y)
Semakin kecil PER suatu saham maka akan semakin baik sehingga bisa
disimpulkan bahwa rasio PER memiliki pengaruh yang berbanding terbalik
terhadap harga saham.
3. Pengaruh Book Value Per Share Terhadap Harga Saham
Book value per share (BVS) pada dasarnya mewakili jumlah aset/ekuitas
yang dimiliki perusahaan tersebut. Secara normal, BVS suatu perusahaan akan
terus naik seiring dengan naiknya kinerja perusahaan demikian pula sebaliknya,
sehingga BVS ini penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu
saham serta dalam penentuan wajar atau tidaknya harga saham di pasar. Dengan
demikian secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa BVS berpengaruh
terhadap harga saham.
4. Pengaruh Price To Book Value Terhadap Harga Saham
Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara
nilai (market value) dengan nilai buku (book value) suatu saham. Dengan rasio
PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value
suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran
potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara
tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011: 42), hipotesis menyatakan hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat
diuji secara empiris. Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis
Per Share, dan Price To Book Value berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci
hubungan antara variabel bebas dan varibel terikat dalam suatu penelitian. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif.
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2011: 80) populasi adalah sekelompok entitas yang
lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai
karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang
berjumlah 20 perusahaan.
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam metode ini pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan atau berdasarkan kuota tertentu. Adapun kriteria
sampel yang diterapkan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan Sub-sektor Hotel dan Pariwisata yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2008, 2009, 2010.
2. Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan
(tahun 2009-2011).
3. Perusahaan Sub-sektor Hotel dan Pariwisata yang tersedia laporan keuangan perusahaan tahunannya secara lengkap selama 3 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2009 - 2011.
4. Perusahaan sampel memiliki semua data yang diperlukan secara lengkap
dari variabel yang diteliti.
Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 18 perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian dari 20 populasi perusahaan sub sektor hotel dan
pariwisata yang terdaftar di BEI. Adapun daftar sampel penelitian ini yaitu
Tabel 3.1
3 PT Grahamas Citrawisata Tbk
6 PT Indonesian Paradise Property Tbk
INPP Sampel 5
7 PT Jakarta Setiabudi International Tbk
JSPT Sampel 6
8 PT Mas Murni Indonesia Tbk
MAMI Sampel 7
9 PT Panorama Sentrawisata Tbk
PANR Sampel 8
10 PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk
PDES Sampel 9
11 PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk
PGLI Sampel 10
12 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
PJAA Sampel 11
13 PT Plaza Indonesia Realty Tbk
PLIN Sampel 12
14 PT Pudjiadi and Sons Tbk PNSE Sampel 13
15 PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk
PSAB Sampel 14
16 PT Pusako Tarinka Tbk PSKT Sampel 15
17 PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk
20 PT Eatertainment International Tbk
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data yang diukur dalam bentuk skala numerik. Data yang terdapat dalam
penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari
sumber-sumber tercetak dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain
sebelumnya (Erlina, 2011: 31). Sumber data sekunder misalnya buku, laporan
keuangan perusahaan, jurnal, internet, dan sebagainya. Dalam penelitian ini data
sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan selama periode
2009 sampai dengan 2011. Data penelitian didapatkan dari situs Bursa Efek
Indonesia
3.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut Erlina (2011: 31) ada beberapa metode pengumpulan data,
diantaranya arsip (dokumentasi), wawancara, observasi, dan keusioner. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi, yaitu suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan baik yang berupa catatan
transkrip, buku, surat kabar, notulen, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini
data diperoleh dan dikumpulkan dari situs Bursa Efek Indonesia
dengan mengunduh laporan keuangan tahunan perusahaan untuk periode 2009
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Erlina (2011: 48) pengoperasian konsep atau bisa juga disebut
dengan mendefenisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan
karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen dan independen.
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel terikat atau
variabel tidak bebas merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel sebab atau variabel bebas/independen (Erlina, 2011:
36). Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari variabel independen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham (Y) dari perusahaan
yang menjadi sampel penelitian.
3.5.2 Variabel Independen
Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat merupakan variabel yang
dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen, atau yang
menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependen dan mempunyai
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (X1),
Price Earning Ratio (X2), Book Value Per Share (X3), dan Price To Book Value
(X4).
1. Earning Per Share
Earning per share adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar
keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dari setiap
lembar saham biasa yang dimiliki selama periode tertentu. Rumus yang
digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
EPS = ���������ℎ
�����ℎ��ℎ���������
2. Price Earning Ratio
Price earning ratio adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara
harga pasar per lembar saham (market price per share) dengan laba per
lembar saham (earning per share). Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
PER = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��
���� ��� ������ ��ℎ�� (���)
3. Book Value Per Share
Book value per share adalah angka per lembar saham yang berasal dari
likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Rumus
yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
BVS = ����� �������
4. Price To Book Value
Price to book value adalah rasio yang membandingkan antara nilai saham
menurut pasar dengan harga saham menurut harga buku. Rumus yang
digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
PBV = ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ��
����� ���� ��������� ��ℎ�� (���)
Setiap variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefenisikan
seperti tampak pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Defenisi Variabel Cara Pengukuran Variabel Skala
Harga Saham perusahaan sub sektor hotel dan pariwisata yang terdaftar di BEI share) dengan laba
ℎ��������������������ℎ��
���������������ℎ�� /���
per lembar saham
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis
statistik. Model yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah model analisis
regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel
rasio keuangan terhadap harga saham, kemudian dilakukan uji statistik t dan uji
klasik F untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen
berpengaruh secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel dependen.
Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu
diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak..
Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas data, uji multikolinearitas,
uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.6.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina,
2011: 100). Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Erlina (2011) multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi
variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Uji ini
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di
antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen.
Cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas salah satunya adalah
dengan melihat nilai VIF, yaitu suatu estimasi berapa besar multikolinearitas
meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel independen.
VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit
semakin tinggi VIF maka semakin berat dampak dari multikolinearitas. Jika nilai
VIF lebih besar dari 5, maka terjadi multikolinearitas yang cukup berat diantara
variabel independen.
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Erlina (2011) pengujian gejala heteroskedastisitas bertujuan
untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan
jika berbada disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Suatu model dikatakan terdapat gejala heteroskedastisitas jika koefisien
parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik.
Sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik maka hal ini
menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat
heteroskedastisitas.
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Menurut Erlina (2011) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadi korelasi