BENTUK PENYAJIAN TORTOR PADA GONDANG NAPOSO
DI KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MARTA SINAGA
NIM 2113340030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Marta Sinaga, 2113340030. Bentuk Penyajian Tortor Pada Gondang Naposo Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jurusan Sendratasik. Program Studi Pendidikan Seni Tari. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk penyajian Tortor pada Gondang Naposo di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Landasan teoritis dalam penelitian ini berpijak pada teori yang dikaji, yaitu teori bentuk penyajian dengan kerangka konseptual sebagai penjabaran masalah yang terdapat didalamnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, dengan mengambil video, dokumentasi, dan melakukan wawancara dengan narasumber, serta melengkapi data-data lewat penelitian di daerah Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dengan menjadikan seniman dan tokoh adat setempat sebagai populasi dalam penelitiannya.
Hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah terkumpul dapat diketahui bahwa Tortor pada Gondang Naposo merupakan sarana membina hubungan generasi muda dan pematangan jiwa kemandirian dan tidak jarang menjadi ajang penemuan jodoh yang mengikuti adat istiadat Batak Toba. Acara gondang naposo dilaksanakan selama dua hari dan dimulai sebelum parnakkok ni mataniari (matahari terbit). Hari pertama dilaksanakan tiga materi yaitu; martonggo raja (menggundang para orang tua untuk turut berpartisipasi dalam acara tersebut), ulaon na hohom(hanya bunyi gondang) dan mambuat tua ni gondang (hasuhutan memohon berkat kepada Mula Jadi Na Bolon). Hari kedua pelaksanaan gondang naposo. Pada godang naposo terdapat tujuh macam tortor, yaitu; tortor mula-mula, tortor somba, tortor mangaliat, tortor sibunga jambu, tortor hatasopisik, tortor simonang-monang, tortor hasahatan sitio-tio.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang
telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat waktunya. Skripsi ini
berjudul “Bentuk Penyajian Tortor Pada Gondang Naposo Di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir”.
Dalam penulisan ini, mungkin dapat dikatakan belum mencapai hasil yang
maksimal, baik dalam penulisan maupun kata-kata. Selama proses penelitian,
penulis menghadapi berbagai kendala baik dalam hal materi, moril dan juga
pencarian data-data yang dibutuhkan. Namun dibalik itu semua, penulis juga
sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini,
untuk itu penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik,
4. Sitti Rahmah, S.Pd., M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Tari dan
Dosen Pembimbing Skripsi I,
5. Martozet, S.Sn., MA. Dosen Pembimbing Skripsi II,
6. Dra. Rr. RHD. Nugrahaningsih, M.Si. Dosen Narasumber I dan
Pembimbing Akademik,
7. Drs. Inggit Prastiawan, M.Sn. Dosen Narasumber II,
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Tari
9. Kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Apul Sinaga dan Ibunda Mida
Lusiana br.Sitanggang, yang telah memberikan banyak kasih sayang dan
doa. Terima kasih Bapak Mama atas semua pengorbanan, semangat, dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis, ini hadiah untuk Bapak dan
Mama, serta kepada abangda Joy Sinaga, Jony Sinaga, dan adik-adik
tersayang Antri Sari Snaga dan Devilyani Sinaga yang senantiasa
10. Seluruh anggota sanggar Angel Elkanean Kecamatan Pangururan, Bunda
Marlita Simbolon, Bapak Jawanter Sitanggang, Bunda Perri Sagala,
Abangda Thomson Hs, Inang Lena Simanjuntak, Edison Manik, Dian
Manik, Zani Marbun yang sudah membantu memberikan informasi dan
dukungan kepada penulis,
11. Sahabat penulis Samoland Dancer/5 Sadalanan (Devi, F.Kristina, Rini,
Rinda), Septa Turnip, Delfiana Sinaga, Dewi Nadeak, Irwan Sihombing,
UK-KMK St.Martinus Universitas Negeri Medan, PLOT, PPLT SMK N 2
Balige 2014 dan seluruh teman-teman Pendidikan Tari stambuk 2011 yang
tidak bisa dituliskan satu per satu.
Penulis berharap semoga kebaikan-kebaikan mereka mendapat balasan terindah
dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Medan, Maret 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 9 A. Landasan Teoritis... 9
1. Teori Bentuk Penyajian ... 9
2. Pengertian Tortor Pada Gondang Naposo ... 11
3. Pengretian Gondang Naposo ... 11
B. Kerangka Konseptual ... 14
BAB III METODELOGI PENELITIAN... 17
A. Metodologi Penelitian ... 17
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
1. Lokasi Penelitian ... 17
2. Waktu Penelitian ... 18
C. Populasi dan Sampel ... 18
1. Populasi ... 18
2. Sampel ... 18
1. Observasi ... 19
2. Wawancara ... 19
3. Dokumentasi... 20
4. Studi Pustaka ... 20
E. Tehnik Analisis Data... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN... 24
A. Gambar Umum Lokasi penelitian... 24
1. Letak Geografis Kabupaten Samosir... 24
2. Suku Batak Toba ... 26
3. Mata Pencaharian dan Sumber Daya Alam... 27
4. Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba... 28
5. Agama dan Kepercayaan... 31
B. Tortor Pada Gondang Naposo ... 32
1. Macam-macam Tortor pada Gondang Naposo... 33
2. Bentuk Penyajian ... 35
a Bentuk Bathin ... 35
1) Tema ... 35
b Bentuk Luar ... 36
1) Gerak... 36
2) Musik Pengiring Tortor ... 92
3) Tata Rias ... 93
4) Tata Busana... 94
5) Tempat Pementasan ... 97
BAB V PENUTUP... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komposisi kemiringan kabupaten samosir ... 25
Tabel 4.2 Tema tortor mula-mula pada gondang naposo... 35
Tabel 4.2 Ragam gerak tortor mula-mula pada gondang naposo... 37
Tabel 4.3 Ragam gerak tortor somba pada gondang naposo ... 41
Tabel 4.4 Ragam gerak tortor mangaliat pada gondang naposo... 47
Tabel 4.5 Ragam gerak tortor sibunga jambu pada gondang naposo ... 52
Tabel 4.6 Ragam gerak tortor hatasopisik pada gondang naposo... 61
Tabel 4.7 Ragam gerak tortor simonang-monang pada gondang naposo ... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 16
Gambar 4.153 Rias Penari Perempuan... 94
Gambar 4.154 Rias Penari Laki-laki ... 94
Gambar 4.155 Busana Perempuan ... 95
Gambar 4.156 Busana Laki-laki ... 96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan merupakan wujud hasil dari budi daya manusia yang
mencakup berbagai pengetahuan manusia, kepercayaan, seni, moral, hukum dan
kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai mahluk sosial.
Koentjaraningrat (1974:19) mengatakan bahwa, “Kebudayaan terdiri dari tujuh
unsur yakni bahasa, sistem pengetahuan, sistem religi, dan upacara keagamaan,
sistem sosial dan organisasi kemasyarakatan, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup serta sistem teknologi dan peralatan”.
Kesenian adalah salah satu produk budaya yang dalam kehidupannya
selalu tidak pernah lepas dari masyarakat, yang merupakan salah satu unsur yang
terdapat dalam kebudayaan, dimana mencakup aktivitas dari masyarakat itu
sendiri, dan menggambarkan dari masing-masing daerah tempat kesenian itu
hidup dan berkembang. Kesenian itu terbagi antara lain: seni rupa, seni suara
(musik), seni tari, film, dan lain sebagainya, yang semuanya dimiliki oleh
berbagai suku dengan segala ciri khas kesukuannya.
Tari adalah gerak-gerak yang disampaikan oleh tubuh sebagai media dan
memiliki keindahan. Tari memiliki elemen-elemen dasar yaitu: tema, gerak,
iringan tari, tata rias, tata busana, tempat pementasan, setting, lighting, dan
properti. Tari merupakan salah satu bagian dari kesenian yang sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa suatu tari bisa
2
moral dan kesusilaan yang berlaku di wilayahnya seperti diwilayah Kabupaten
Samosir.
Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara yang memilki kesenian yang sangat kaya salah satunya adalah tari (tortor).
Penduduk asli yang mendiami kabupaten ini adalah suku Batak Toba. Dalam
kehidupan masyarakat Batak Toba, tari (tortor) mempunyai peranan penting
dalam aktivitas kehidupan mereka yang berkaitan dengan kehidupan spritual dan
sosial kemasyarakatannya. Selain tortor masyarakat Batak Toba juga mempunyai
kesenian dibidang musik yang sering disebut gondang atau margondang
(memainkan alat musik tradisional Batak Toba). Menurut tradisi adat masyarakat
Batak Toba, tortor dan gondang menjadi bagian yang tidak terpisahkan bahkan
nama gondang sering dijadikan menjadi nama sebuah tortor dalam setiap kegiatan
masayarakat Batak Toba. Adapun kegiatan tersebut diantaranya adalah upacara
pernikahan, upacara kematian, memasuki rumah baru dan lainnya.
Upacara gondang biasanya dilakukan pada waktu pesta bius (pesta
wilayah desa) untuk memohon berkah pada Mula Jadi Nabolon, dan pada awal
tahun menurut tahun dan bulan Batak, yang disebut sipahasada. Manortor
bersama di kalangan Batak tetap berpedoman pada Dalihan Na Tolu dan memakai
kain khusus yang sering disebut dengan “ulos”. Ulos ini sering dililitkan di
kepala atau disandang di bahu. Ulos dan manortor itu merupakan satu ciri khas
bagi orang Batak.
Dikalangan muda-mudi Batak terdapat gondang naposo yang khusus
3
hubungan generasi muda dan pematangan jiwa kemandirian. Pada dasarnya acara
gondang naposo tidak semata-mata urusan naposo saja. Pada zaman dahulu, acara
seperti ini justru diprakarsai oleh orang tua bahkan masalah pembiayaan digalang
(dibayar) oleh penduduk setempat. Acara gondang naposo ini dijadikan sebagai
sarana mencari jodoh bagi mereka yang sudah cukup umur untuk berumah tangga
tetapi belum menemukan pendamping hidup (rokkap). Di kalangan muda-mudi ini
juga dikenal beberapa gondang dan tortor yang sering dibawakan dalam acara
gondang naposo ini, antara lain: gondang/tortor mula-mula, gondang/tortor
somba, gondang/tortor mangaliat, gondang/tortor sibunga jambu, gondang/tortor
hatasopisik, gondang/tortor simonang-monang, serta gondang/tortor hasahaton
sitio-tio.
BA. Simanjuntak(1986:122-123) mengatakan bahwa, “1). Gondang/tortor
mula-mula merupakan pembukaan pada acara adat batak. Karena pelaksanaan
setiap adat Kebudayaan Batak selalu dimulai dengan acara pembukaan. hal ini
dilatar belakangi suatu pemikiran, bahwa pembukaan itu merupakan arahan
maksud selanjutnya. 2). Gondang/tortor somba merupakan penghormatan
sekaligus minta izin kepada raja adat dan para hadirin. Isi pokok sesuatu tortor
adalah suatu permohonan, maka yang manortor harus meminta restu kepada para
unsur Dalihan Na Tolu dan tokoh adat yang hadir. 3). Gondang/tortor mangaliat
merupakan suatu pengharapan yang diyakini akan terkabulkan, agar segala yang
dimohonkan dapat dimiliki setiap pribadi (liat) dan mereka menerimanya dengan
suka cita (olop-olop). 4). Gondang/tortor sibunga jambu merupakan tari yang
4
menginjak kedewasaan lewat tarian ini, sehingga diharapkan dapat menarik hati
lawan jenis yang menyaksikannya. namun seiring perkembangan zaman tortor ini
sudah dapat ditarikan oleh muda-mudi atau berpasangan dengan tujuan yang tetap
sama, yaitu pendekatan terhadap lawan jenis. 5). Gondang/tortor hatasopisik
merupakan media mengungkapkan perasaan cinta, dimana pengungkapan rasa
cinta pada tortor hatasopisik disebut husip-husip. 6). Gondang/tortor
simonang-monang ialah pemberi motivasi dan pemberi semangat kepada dua penari pria
yang sedang marmossak, dalam hal ini penari pria tersebut unjuk kebolehan untuk
menarik hati lawan jenis. 7). Gondang/tortor hasahatan sitio-tio ialah bagian
penutup seluruh tortor. Gondang/tortor ini terbagi dua bagian, yang pertama
gondang/tortor hasahatan, yang kedua gondang/tortor sitio-tio. Tortor sitio-tio
adalah wujud secara simbolik dari segala yang diharapkan, sedangkan tortor
hasahatan mengakhiri semua tortor dengan pesan, kiranya semua horas-horas,
selamat secara jasmani maupun rohani”.
Bentuk penyajian tortor pada gondang naposo dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu : 1). Bagian pembukaan (gondang/tortor mula-mula, somba-somba dan
tortor mangalliat). 2). Bagian isi sering juga disebut dengan gondang/tortor
parsaoran (gondang/tortor sibunga jambu, hatasopisik dan simonang-monang).
3). Bagian ketiga disebut dengan bagian penutup (gondang/tortor hasahatan
sitio-tio). Pada gondang naposo, suhut yang akan manortor harus terlebih dahulu
maminta gondang mula-mula, baru kemudian maminta gondang lainnya sesuai
dengan pilihan dan permintaan mereka. Nama gondang itu adalah menurut
5
termasuk dalam jenis gondang parsaoran. Setelah selesai maminta gondang
parsaoran dilanjutkan dengan gondang hasahatan sitio-tio untuk mengakhiri
semua tortor dengan pesan, kiranya semua horas-horas, selamat secara jasmani
maupun rohani.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengangkat tari ini
menjadi topik penelitian dengan judul: “Bentuk Penyajian Tortor pada
Gondang Naposo di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”.
B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
terarah serta cakupan masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Menurut Hadeli
(2006:23) mengatakan bahwa: “Identifikasi masalah adalah suatu yang merupakan
akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan,
keadaan-keadaan) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan”.
Sesuai dengan pendapat Hadeli, yang menjadi identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peranan tortor pada gondang naposo di Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir?
2. Apa saja tortor yang disajikan pada gondang naposo di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir?
3. Bagaimana bentuk penyajian tortor pada gondang naposo di Kecamatan
6
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, dan ternyata banyak faktor yang
dapat diteliti lebih lanjut dalam permasalahan ini maka arah penelitian harus
dibatasi. Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian dan penganalisisan data
nantinya pembahasan itu meluas dan melebar sehingga penelitian ini lebih terarah.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa perlu membatasi masalah. Untuk
itu, berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. “Bagaimana bentuk penyajian tortor pada gondang naposo di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir?”
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berperan penting dalam suatu penelitian. Menurut
Sugiyono (2009:281) bahwa:”Supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka
masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik”.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
batasan masalah maka diperlukan rumusan masalah dalam penelitian ini agar
semakin terarah dalam melaksanakan penelitian. Adapun yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. ”Bagaimana bentuk penyajian tortor pada gondang naposo di Kecamatan
7
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pada umumnya pasti
mempunyai tujuan tertentu. Tanpa ada tujuan yang jelas maka penelitian itu tidak
terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam kegiatan yang dilakukan.
Menurut Narbuko, Acmadi (2005:163) menyatakan bahwa: “Tujuan penelitian
merupakan tujuan secara umum dari penelitian. Dalam hal ini tujuan penelitian
mengemukakan maksud yang terkandung dalam kaitan penelitian.”
Tujuan penelitian ini memerlukan penelitian yang mengacu pada
permasalahan dan merupakan sasaran hasil yang ingin di capai sesuai dengan
fokus yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai sesuai
dengan fokus yang telah dirumuskan adalah untuk:
1. “Mengetahui bentuk penyajian totor pada gondang naposo di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir.”
F. Manfaat Penilitian
Setiap penelitian akan memberikan mamfaat, yaitu segala sesuatu yang
dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri, ataupun orang lain. Hal ini sejalan
dengan pendapat M.Hariwijaya dan Triton P.B (2008:50) menyatakan bahwa:
”manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut,
manfaat penelitian mencakup dua hal yaitu: kegunaan dalam pengembangan ilmu
atau manfaat di bidang teoritis dan manfaat dibidang praktik”.
Sesuai dengan penelitian diatas maka dapat dirangkumkan bahwa manfaat
8
1. Sebagai masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai tortor pada gondang naposo Sebagai sumber informasi dan bahan
motivasi bagi setiap pembaca mengenai kesenian, khususnya kesenian
dibidang tradisional.
2. Sebagai motivasi dikalangan pemuda agar lebih membangkitkan rasa cinta
akan tradisi dan adat istiadat yang dimiliki serta turut andil dalam menjaga
dan melestarikannya.
3. Sebagai salah satu bahan masukan di Jurusan Sendratasik khususnya
Program Studi Seni Tari, Universitas Negeri Medan.
4. Diharapkan dapat membangkitkan keinginan masyarakat di Kabupaten
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah diuraikan pada pendahuluan hingga pembahasan
pada penelitian yang berjudul “Bentuk PenyajianTortor Pada Gondang Naposo di
Kecamatan Pangururran Kabupaten Samosir”, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: Gondang Naposo merupakan sarana membina hubungan generasi muda
dan pematangan jiwa kemandirian dan tidak jarang menjadi ajang penemuan
jodoh yang mengikuti adat istiadat Batak Toba. Acara gondang naposo
dilaksanakan selama dua hari dan dimulai sebelum parnakkok ni mataniari
(dimulai sejak pagi hari). Hari pertama dilaksanakan dengan acara martonggo
raja (menggundang para orang tua untuk turut berpartisipasi dalam acara
tersebut), ulaon na hohom dan mambuat tua ni gondang. Hari kedua pelaksanaan
gondang naposo hingga sore hari. Dikalangan muda-mudi ini juga dikenal
beberapa gondang dan tortor yang sering dibawakan dalam acara Gondang
Naposo ini, antara lain : Gondang/tortor Mula-mula, Gondang/tortor Somba,
Gondang/tortor Mangaliat, Gondang/tortor Sibunga Jambu, Gondang/tortor
Hatasopisik, Gondang/tortor simonang-monang, serta Gondang/tortor Hasahaton
Sitio-tio.
Bentuk penyajian Tortor pada Gondang Naposo dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu : 1). Bagian pembukaan (Gondang/tortor Mula-mula, Somba-somba
dan tortor Mangalliat). 2). Bagian isi sering juga disebut dengan Gondang/tortor
100
3). Bagian ketiga disebut dengan bagian penutup (Gondang/tortor Hasahatan
Sitio-tio). Pada Gondang Naposo suhut yang akan manortor harus terlebih dahulu
maminta Gondang Mula-mula, baru kemudian maminta Gondang lainnya sesuai
dengan pilihan dan permintaan mereka. Nama Gondang itu adalah menurut
iramanya, antara lain: Gondang Sibunga Jambu, Hatasopisik, Siburuk dan
lain-lainnya yang termasuk dalam jenis Gondang parsaoran. Setelah selesai maminta
Gondang parsaoran dilanjutkan dengan Gondang Hasahatan Sitio-tio untuk
mengakhiri semua Tortor dengan pesan, kiranya semua horas-horas, selamat
secara jasmani maupun rohani.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian ini, diajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap kepada masyarakat
Batak Toba Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir untuk lebih
mencintai kesenian asli dan melestarikan kesenian-kesenian asli suku Batak
Toba, agar keberadaannya tidak punah dengan masuknya budaya-budaya
asing.
2. Setelah dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap kepada pemerintah
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, agar selalu memberikan
perhatian terhadap pelestarian kesenian Batak Toba.
3. Pada generasi muda-mudi, khususnya muda-mudi Batak Toba disarankan
101
keunikannya, ciri khas dan karakteristik yang terdapat pada tortor Batak
Toba.
4. Kepada para seniman, penulis berharap menjaga keutuhan kesenian tradisi
102
DAFTAR PUSTAKA
Debora, Ester. 2012. Gondang Sabangunan pada Tortor Sigale-gale di Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Skripsi. Universitas Negeri Medan : Medan.
Fernandus, 2011. Struktur Tortor dalam Upacara Pernikahan Maasyarakat Batak Toba di Kecamatan Siborong-borong. Skripsi. Universitas Negeri Medan : Medan.
Hadeli, 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang : Quantum Teaching.
Hutasoit, 1979. Komunikasi Batak, Jakarta : Bumi Aksara.
Khaldun, Ibnu, 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Koerantjraningrat, 1990. Pengantar Antropologi. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Koerantjraningrat, 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kusumahayati, Hermin, AM.(1990). Makna Tari Dalam Upacara di Indonesia. Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis,VI, ISI, Yogyakarta.
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Narbuko, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Pustaka.
Nurwani. 2007. Pengetahuan Tari, Diktat Jurusan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Medan
Purba, Mauly. 2012. Mengenal Tradisi Gondang dan Tortor Batak Toba. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Sibarani, Sadar, 2006, Raja Batak, Jakarta : Partano Bato.
Simanjuntak, BA, 1986, Pemikiran Tentang Batak, Medan
Sugiono, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabetha.
Sugiono, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabetha.
Sugiyono, 2009."Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D”.Bandung : TARSITO
103
http://id.wikipedia.org/wiki/tortorbataktoba
http://tanobatak.wordpress.com/2008/01/23/gondang-naposo/
http://warungmusikita.blogspot.com/2012/10/masyarakat-dan-kesenian-batak-toba.htm
http://www.samosirkab.go.id/