• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN POLA ASUH ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMANIDIRIAN BELAJAR ANAK USIA DINI DI PAUD KARYA BAKTI KELURAHAN INDRAKASIH KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN POLA ASUH ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMANIDIRIAN BELAJAR ANAK USIA DINI DI PAUD KARYA BAKTI KELURAHAN INDRAKASIH KECAMATAN MEDAN TEMBUNG."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK

Rita Nofianti (NIM : 8146182036), “Peran Pola Asuh Orangtua Dalam Meningkatkan Kemanidirian Belajar Anak usia Dini Di PAUD Karya Bakti keluarahan Indrakasih Kecamatan Medan Tembung”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orangtua dalam meningkatkan kemandirian belajar anak-anak usia dini. Metode Penelitian ini adalah kualitatif yang dilakukan di PAUD Karya Bakti, yang orangtuanya masih tinggal disekitar sekolah PAUD Karya bakti tersebut, dengan subjek penelitian sebanyak 10 orangtua yang anaknya bersekolah di lembaga PAUD Karya Bakti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara, dengan lembar observasi dan pedoman wawancara untuk memperoleh data mengenai pola asuh orangtua dan kemandirian belajar anak-anak usia dini. Data dianalisis dengan mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang dimiliki setiap orangtua berhubungan dengan kemandirian anak tersebut. Jenis pola asuh demokratis akan mengakibatkan anak yang mandiri, pola asuh otoriter mengakibatkan anak yang mandiri, sementar pola asuh permisif dan penelantaran mengakibatkan anak yang tidak mandiri, hasil ini didapat setelah melakukan pengamatan dan wawancara kepada orangtua mengenai pola aush yang mereka berikan kepada anak ketika dirumah, dan akan terlihat hasilnya ketika di sekolah bahkan sampai pulang dari sekolah (di rumah). Dengan demikian dari 10 orangtua dengan 10 anak yang bersekolah di lembaga PAUD Karya Bakti ada 5 anak yang dikatakan mandiri dan lima anak belum mandiri.

(5)

ABSTRACT

Rita Nofianti (NIM : 8146182036) “ The Role of Parenting Parents in Improving Early Childhood leraning Independence In The Early Childhood Community Service Work Indrakasih Administrative district Tembung Field”.

This study aims to determine parenting parents in improving children’s independent learning ren early age. This research method is qualitative in early childhood works of devotion. Parents still live around the consecrated work of early childhood schools, with the subject of study as many as 10 parents whose children attend early childhood iastitution devoted work. Data collection technique is observation and interviews, the observation sheet and guidelines interviews to obtain data regarding parenting parents and children learn independence ren early age. Data was analyzed by reducing the data, present data and conclude. The result showed that the pattern of care that each parent related to the child’s independence. Kind of upbringing democratic will lead independent child, authoritarian parenting lead independent child while permassive parenting and neglect result in children who are not independent, the result obtained after observation and interviews to parents about parenting that they Berika to the child when at home, and you will see the result when at school even home from school ( at home ) . thus out 10 parents whit 10 children attending early childhood education institute devoted work od five children who is said to be independent and five dependent children.

(6)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Model Pola Asuh Orangtua dihubungkan dengan Tingkat Kematangan

Kemandirian Anak Usia Dini ... 37

Tabel 4.1. Data I ... 86

Tabel 4.2. Data II ... 88

Tabel 4.3. Data III ... 89

Tabel 4.4. Data IV ... 90

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Observasi Untuk Pola Asuh Orangtua ... 104

Lampiran 2. Lembar Observasi Untuk Kemandirian Belajar ... 106

Lampiran 3. Lembar Wawancara Untuk peran Pola Asuh Orangtua ... 108

Lampiran 4. Hasil Observasi dan Wawancara ... 110

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan berkembang.

Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang selalu tumbuh dan berkembang

bahkan lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas

perkembangan anak di masa depannya, sangat ditentukan oleh stimulus yang

diperolehnya sejak dini terutama untuk menghadapi perkembangan zaman

kedepannya baik dalam kehidupan bernegara maupun kehidupan pribadi. Salah

satu stimulusnya dapat dilakukan melalui pendidikan. “Pendidikan adalah kunci

modernisasi atau pendidikan adalah investasi manusia memperoleh pengakuan

dari banyak kalangan ahli. Jika tidak mampu mengembangkan sumber daya

manusia suatu bangsa tidak akan dapat membangun negaranya”. (Sugiyono,

2013:05)

Pendidikan merupakan modal dasar yang paling utama untuk menyiapkan

manusia yang mempunyai kualitas, yakni yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta betanggung jawab (Dalam UU

RI No. 20 Tahun 2003). Pendidikan tersebut harus diberikan sedini mungkin yaitu

saat anak masih dalam usia dini atau “The Golden Age” yakni perkembangan usia

emas seorang anak, ketika ia berusia 0-6 tahun berdasarkan Sisdiknas tahun 2003

atau 0-8 tahun berdasarkan dunia internasional.

(10)

2

Anak mulai sensitive untuk menerima berbagai upaya perkembangan

seluruh aspek potensi anak. Masa peka pada anak usia dini merupakan masa

terjadinya fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulus yang

diberikan oleh lingkungan sekitar mereka. Dimana pada masa ini merupakan masa

untuk meletakkan dasar pertama perkembangan kemampuan fisik, kognitif,

bahasa sosial emosional, konsep diri sendiri, displin, kemandirian, seni moral dan

nilai agama (religius).

Usia dini merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. “Anak

usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan

dan perkembangan yang sangat pesat”. Oleh karena itu anak usia dini dikatakan

berada pada masa Golden Age dibandingkan usia selanjutnya. Masa ini adalah

masa yang tepat untuk mempersiapkan segenap potensi fisik, kognitif, mental dan

moral seorang anak dengan sebaik-baiknya dengan tetap menghargai setiap

keunikan individu sebagai manusia. Lembaga pendidikan yang berperan dalam

memfasilitasi pertumbuhan anak usia dini dikenal dengan sebutan PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini ).

Salah satu lembaga PAUD yang ada di Kelurahan Indrakasih, Kecamatan

Medan Tembung termasuk PAUD yang berkembang pesat, namun dalam hal ini

ada hal yang mendasari dalam perkembangan anak usia dini tersebut, yakni

kurangnya asuhan/pengasuhan orang tua anak tersebut secara langsung. Dalam

pendidikan usia dini (PAUD) Pengalaman belajar mereka sendiri yakni sejak dari

rumah atau lingkungan keluarga khususnya orangtua mereka sendiri. Dengan

(11)

3

tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan umum bagi anak. Yang di

maksud dengan pendidikan umum disini adalah mengupayakan subjek didik

menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi. Untuk mencapai tujuan ini , tugas dan

tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang

memuat iklim yang dapat dihayati anak-anak untuk memperdalam dan

memperluas makna-makna kehidupan mereka, khususnya anak usia dini. Pribadi

yang memiliki dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri, berarti

memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral. Sehubungan dengan itu,

disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabungan nilai-nilai moral untuk

diinternalisasi oleh subjek didik sebagai dasar-dasar untuk mengarahkan

prilakunya. Untuk mengupayakan hal itu orang tua dituntut untuk memiliki

keterampilan pedagogis dan proses pembelajaran pada tataran tertinggi.

Pentingnya kemandirian bagi usia dini agar anak bisa menjalani kehidupan

tanpa ketergantungan kepada orang lain. (Anita Lie dan Sarah Prasasti, 2004: 3).

Kriteria pada anak yang sudah mencapai kemandirian, menurut Steinberg yaitu

apabila anak mampu menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup terlepas

dari pengaruh kontrol orang lain terutama orangtua. (Dewanggi dkk., 2012: 20).

Karakter mandiri yang dimiliki anak akan sangat bermanfaat bagi anak

dalam melakukan prosedur keterampilan dan bergaul dengan orang lain. Proses

pembentukan kemandirian anak membutuhkan dorongan dan dukungan dari

lingkungan terkecil anak, yaitu keluarga terutama orangtua dan guru PAUD.

Novan Ardy Wiyani menjabarkan peran orangtua dan guru PAUD dalam

(12)

4

anak, mendidik anak terbiasa hidup rapi (menyiapkan tempat penyimpanan

mainan, memberikan contoh, membuat kalender, dan mengajarkan konsekuensi

hidup tidak rapi), memberikan permainan yang dapat membentuk kemandirian

anak (permainan outdoor dan game komputer), memberikan pilihan sesuai dengan

minat anak, membiasakan anak berperilaku sesuai dengan tata krama, dan

memotivasi anak supaya tidak malas-malasan. (Wiyani, 2012: 31 & 91)

Anak yang mandiri memiliki keteraturan diri sendiri berdasarkan nilai

agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pendangan hidup, dan sikap hidup

yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan bernegara. Artinya

tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk

melaksanakan hubungan dengan tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri,

sesame manusia, dan lingkungan alam dan makhluk hidup lainnya berdasarkan

nilai moral. Orang tua yang mampu berprilaku seperti di atas, berarti mereka

adalah orang tua yang telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertagung jawab

untuk mengupayakan agar anaknya lebih baik lagi.

Dalam hal ini kemadirian anak diletakkan dalam prespektif filsafat

pragmatisme dan nilai sosial. Dengan demikian kemandirian hanya berfokus pada

segi kemanusiaan (humanisme) dan kepuasan diri pada anak sehingga menafikkan

keteraturan manusia yang berhubungan dengan tuhan.

Tujuan dari kemandirian diri seorang anak merupakan pengupayaan

pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang

(13)

5

ini terdapat perbedaan yang fundamental antara keluarga di barat dengan keluarga

di Indonesia dalam mengupayakan anak untuk memiliki dasar-dasar hidup dan

mengembangkan kemandirian anak khususnya kemandirian belajar. Hal ini karena

keluarga dituntut selaras dengan isi yang dikandung oleh undang-undang. Secara

tersirat ada tanggung jawab pendidikan yang kodrati dalam memberikan

keyakinan beragama yang ditempatkan pada urutan pertama dan menjadi dasar

dari substansi lainnya.

Dengan demikian, tujuan pendidikan anak dalam kemandirian yang

esensial di dalan keluarga adalah pembinaan dan pengembangan kepribadian

secara utuh dan terintegrasi. Hal ini secara umum merupakan tanggung jawab

orang tua, selanjutnya keluarga khususnya orang tua merupakan lembaga yang

paling penting dalam membentuk kemandirian dan kepribadian anak. Dalam hal

ini esensi pendidikan seorang anak merupakan tanggung jawab orang tua

(keluarga), sedangkan sekolah hanya berpartisipasi, Karena produk utama

pendidikan anak dalam keluarga adalah kemandirian diri maka pendidikan

keluarga secara esensial meletakkan dasar-dasar disiplin, kemandirian belajar

untuk dimiliki dan dikembangak oleh anak sejak dini hingga mereka dewasa.

Sehubungan dengan uraian diatas Kemandirian harus mulai dikenalkan

kepada anak sedini mungkin. Dengan adanya kemandirian akan menghindarkan

anak dari sifat ketergantungan pada orang lain, dan yang terpenting adalah

menumbuhkan keberanian dan motivasi pada anak untuk terus mengeksploitasi

pengetahuan-pengetahuan baru. Kemandirian adalah kemampuan untuk

(14)

6

pada anak-anak mewujud ketika mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam

mengambil berbagai keputusan. Dari memilih perlengkapan belajar yang ingin

digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif lebih rumit

dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang lebih serius. Parker

(2005 : 25).

Selanjutnya Hersey & Blanchard menjelaskan bahwa tumbuhnya

kemandirian pada anak-anak, bersamaan dengan munculnya rasa takut

(kekuatiran) dalam berbagai bentuk dan intensitasnya yang berbeda-beda. Rasa

takut (kekuatiran) dalam takarannya yang wajar dapat berfungsi sebagai "emosi

perlindungan" (protective emotion) bagi anak-anak, yang memungkinkannya

mengetahui kapan waktunya meminta perlindungan kepada orang dewasa atau

orangtuanya. Megan Northrop, dalam Research Assistant, dan disunting oleh

Stephen F. Duncan, Profesor, School of Family Life, Brigham Young University,

menjelaskan : (Hersey & Blanchard, 1978:30)

As children grow, they should be given more and more independence. At a young age children can select the clothes they wear, food they eat, places to sit, and other small decisions. Older children can have more of a say in choosing appropriate times to be at home, when and where to study, and which friends to associate with. The goal is to prepare children for the day they will leave their family and live without parental control.

Dalam arti sebagai anak-anak tumbuh, mereka harus diberi lebih banyak

dan lebih kemerdekaan. Pada anak-anak usia dini dapat memilih pakaian yang

mereka kenakan, makanan yang mereka makan, tempat duduk, dan keputusan

kecil lainnya. Anak-anak dapat memiliki lebih dari suara dalam memilih waktu

(15)

7

teman-teman untuk bergaul dengan. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan

anak-anak untuk hari mereka akan meninggalkan keluarga mereka dan hidup

tanpa kontrol orangtua. Seperti halnya PAUD karya bakti, anak-anak murid yang

masih kurang mandiri, kurang disiplin, monoton belajar tanpa ada perubahan

begitu saja, padahal guru-guru PAUD karya bakti sudah membuat media

pembelajaran yang bangus, namun karena orang tua yang masih tetap saja tidak

memperhatikan anaknya, mereka masih sibuk dengan pekerjaan mereka

masing-masing, urusan diluar dengan teman-teman mereka, sibuk mencari uang, maka

anak pun menjadi ketinggalan untuk pembelajaran selanjutnya. Namun

sebahagaian ada juga orang tua yang memperhatikan anaknya, PR selalu siap,

selalu dibantu anaknya, diperhatikan, dan selalu dipantau, maka anak pun tidak

akan ketinggalan pelajaran dengan setiap harinya.

Dengan demikian orang tua harus mengetahui tumbuh kembang anak

mereka sendiri dengan sesuai dengan usia anak. Kemudian orang tua harus

memberikan kesempatan, dukungan dan dorongan. Oleh karena itu peran pola

asuh orang tua yang baik akan menjadikan anak yang mandiri.

Salah satu hasil wawancara peneliti dengan guru kelompok B1 terhadap

perkembangan kemandirian anak sehari-hari masih belum terlihat jelas, anak

masih ingin ditemani ketika mengerjakan tugas ketika di kelas, makan sendiri pun

masih belum bisa, anak masih belum mengenal huruf yang sudah berulang-ulang

dibuat di sekolah, dikarenakan di rumah tidak pernah belajar atau diulang, hal ini

(16)

8

Melihat begitu rendahnya hasil perkembangan kemandirian anak PAUD

mulai dari datang ke sekolah, memakai pakaian seragam sendiri, mengikat tali

sepatu jika lepas, bersosialisasi dengan teman, dan berbahasa yang baik dan benar

yang merupakan pembelajaran terintegrasi atau terpadu tidak berkembang secara

memuaskan di PAUD Karya Bakti ini, maka diperlukan upaya maksimal dan

sungguh-sungguh dari orang tua melalui tindakan peran mereka terhadap pola

asuh dalam meningkatkan kemandirian belajar anak mereka sendiri ketika masih

dirumah. Dalam hal ini tindakan peran yang dapat dilakukan orang tua sesuai

dengan kondisi anak tersebut, antara lain adalah ketersediaan waktu orang tua

dengan anak untuk bersama mereka, memantau atau memperhatikan aktifitas /

kegiatan mereka sehari-hari, serta menerapkan tehnik belajar yang memberi

peluang bagi anak untuk lebih dekat dengan orang tua agar dapat mempermudah

mereka saling berinteraksi antara anak dengan orang tua (Lie & Prasati, 2004:23 ).

Teori belajar konstruktivisme yang memangdang bahwa perkembangan

kemandirian sebagai suatu proses dimana anak secara aktif akan membangun

kemandirian belajar dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan

interaksi-interaksi antara orang di sekitar mereka (orang tua) secara langsung

Peserta didik (anak )tersebut mengalami langsung, aktif berkreatifitas, dan

interaksi multi arah merupakan konsidi yang harus dibangun melalui tehnik

pembelajaran dengan orang tua mereka sendiri, Piaget (Trianto:2009: 24).

Dalam kajian penelitian ini, orang tua harus menerapkan kepada anak

bahwa belajar adalah hal yang terpenting bagi anak. Kemudian agar hasil belajar

(17)

9

dengan berbagai cara. Salah satu cara yang cukup strategis adalah melalui peran

orang tua itu dalam meningkatkan minat belajar anak sejak dari rumah hingga ke

sekolah. Dengan demikian maka peneliti mencoba merancang penelitian dengan

judul Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar

Anak-Anak Usia Dini Di PAUD Karya Bakti Kelurahan Indrakasih Medan

Kecamatan Medan Tembung.

1.2.Fokus Penelitian

Salah satu tugas terpenting pada anak usia dini adalah menguasai

keterampilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan

dasar. Kebutuhan dasar dalam konsep kemandirian anak ketika mandi sendiri,

makan, memakai pakaian seragam dan pergi kesekolah, agar anak tersebut mampu

mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tingkat ketergantungan anak

dalam memenuhi kebutuhan dasar, menjadi beban yang amat besar bagi keluarga,

dalam mengasuh dan mendidik anak agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai

dengan usianya. Dalam hal ini pola asuh orang tua merupakan upaya yang paling

utama dalam mendidik anak sejak dini, bahkan Seorang anak memperoleh

pendidikan yang pertama di lingkungan keluarga, dimana pendidikan yang

diterima anak cenderung akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak, sebab

pendidikan yang paling pertama diikuti dan dialami oleh anak dalam keluarga

merupakan pendidikan yang paling dasar untuk mendidik dan mengarahkan anak.

Kemampuan orangtua dalam memberikan kasih sayang dengan pola asuh yang

tepat sangat memberikan dukungan yang positif bagi anak untuk bisa tumbuh dan

(18)

10

Bertitik tolak dari uraian di atas dan juga didukung dengan hasil

pengamatan secara langsung di lapangan, maka penulis mendapatkan data dengan

sejumlah anak yang bersekolah di PAUD Karya Bakti secara keseluruhan ada 30,

namun satu kelas ada 10 orang, khususnya kelas B yang akan diteliti oleh penulis.

Peneliti telah melakukan wawancara dan observasi kepada masing-masing

orangtua yang anaknya sekolah di PAUD Karya Bakti khususnya kelas B yang

berjumlah 10 orang, yang dimana peneliti melakukan tanya jawab langsung

tentang bagaimana peran pola asuh mereka terhadap kemandirian belajar anak

mereka sendiri dalam pemenuhan kebutuhanya, dengan terlihat jelas ketika anak

ditinggalkan oleh orang tuanya saat pergi bekerja, mulai dari kegiatan sehari-hari

ketika dirumah dan disekolah. Bahkan anak makan masih disuruh, disuap, pakaian

dan pekerjaan rumah. Penyebab masalah ini diantaranya karena sibuknya

orangtua, tipe keluarga yang besar, faktor ekonomi, dan lain-lainya

1.3.Pembatasan Masalah

Masalah penelitian ini dibatasi agar penelitian tidak menyimpang dan lebih

terfokus pada tujuan terhadap masalah yang akan diteliti, maka perlu adanya

pembatasan masalah sebagai berikut : “Peran Pola Asuh Orangtua Dalam

Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak-Anak Usia Dini Di PAUD Karya Bakti

Kelurahan Indra kasih Medan Kecamatan Medan Tembung”

1.4.Perumusan Masalah

Dalam penelitian tentang peran Pola Asuh Orangtua Dalam Meningkatkan

(19)

11

Indrakasih Medan Kecamatan Medan Tembung dirumuskan pertanyaan

penelitianya sebagai berikut. Apakah melalui pola asuh orang tua dapat

meningkatkan kemandirian belajar anak-anak pada usia dini (PAUD)?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk

mendeskripsikan bagaimana peran pola asuh orangtua dalam meningkatkan

kemandirian belajar anak-anak usia dini di PAUD Karya Bakti Kelurahan

Indarakasi Kecamatan Medan Tembung .

1.6.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya orangtua,

guru, dan bagi peneliti selanjutnya, dan pada umunya bagi semua pihak yang

memerlukan hasil penelitian ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan dijelaskan

sebagai berikut ;

1) OrangTua

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah

pengetahuan dan wawasan terutama mengenai:

a) Pengertian pola asuh orangtua dan kemandirian anak usia dini

b) Jenis-jenis pola asuh orangtua, faktor yang mempengaruhi perkembangan

anak terkait dengan pola asuh, tipe-tipe pola asuh dan faktor yang

mempengaruhi pola asuh.

c) Pengertian kemandirian, pendidikan anak usia dini,cirri anak usia dini serta

hakekat kemandirian pada anak usia dini.

(20)

12

Dapat digunakan sebagai masukan baik materi maupun bahan bagi guru

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru terutama

dalam pendidikan anak usia dini

3) Bagi peneliti Selanjutnya

Bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan pengetahuan,

terutama menemukan mamfaat lain mengenai pola asuh orangtua dalam

(21)

98

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak,

khususnya anak usia dini, pola asuh orang tua dalam meningkatkan kemandirian

belajar anak-anak usia dini didominasi dengan pola asuh demokratis dan otoriter,

dan sebagian kecil lagi belum mandiri dengan jenis pola asuh penelantaran dan

permisif. Sebagian besar dalam penelitian ini anak usia dini (PAUD) telah

mandiri dalam kegiatan belajar maupun kegiatan sehari-hari baik di sekolah

maupun di rumah.

Kemudian dalam hal ini terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dalam

meningkatkan kemandirian belajar anak-anak usia dini, pola asuh demokratis dan

otoriter lebih banyak membuat anak mandiri dalam melakukan hal-hal yang

seharusnya ia kerjakan sendiri, meskipun pola asuh otoriter yang lebih

mementingkan kemauan orangtua, tetapi sebenarnya hal ini lah membuat anak

lebih mengikuti aturan atau perintah yang diinginkan orangtua kepada anaknya,

dengan tujuan agar anak melakukan hal-hal sehari-hari yang ada disekitarnya

sesuai dengan porsinya (tempatnya). Dari pada pola asuh permisif dan

penelantaran yang memberikan kebebasan kepada anak secara menyeluruh.

(22)

99

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka dapat

diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi orangtua

Diharapkan orangtua dapat memberikan kesempatan yang luas kepada anak

untuk dapat bereksplorasi dalam mengembangkan kemandirian anak itu sendiri

(anak usia dini) sesuai dengan tahapan pencapaian perkembangan usia anak.

2. Bagi guru anak usia dini

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru terkait

kemandirian anak Kelompok B dan mempertahankan pembiasaan positif yang

bermanfaat bagi kemandirian anak yang telah diterapkan di sekolah saat ini.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian serupa

hendaknya mengamati kemandirian anak di rumah dan mengkaji peran orang lain

yang lebih dominan dalam kemandirian anak seperti guru dan interaksi anak

dengan teman sebaya.

(23)

100

DAFTAR PUSTAKA

Allen, K. E & Marotz, L. R. (2010). Profil Perkembangan Anak: Prakelahiran

Hingga Usia 12 Tahun. (Alih bahasa: Valentino). Jakarta: Indeks.

Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Basri, Hasan. 2000. Anak Berkualitas (Problematika Anak dan Solusinya).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baumrind, Diana (2011). Prototy Pical Descriptions Of 3 Parenting Styles.

(Online). Tersedia: http://www.devpsy.org/teaching/parent/Baumrind

Parenting styles.pdf.

Derry Iswidharmanjaya & B. Sekarjati Svastiningrum. (2008). Bila Anak Usia

Dini Bersekolah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya

Euis Sunarti. (2004). Mengasuh dengan Hati Tantangan yang Menyenangkan.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Gunarsa, Singgih. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung

Hersey, P & Blanchard, K.H. (1978). The Family Games: A Situational

Approach to Effective Parenting. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.

Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima.

Jakarta:Erlangga.

(24)

101

Iswidharmanjaya. (2008). Kemandirian Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: 18 maret 2013, 08 Februari 2016, From http://E. Anak.com.pdf

Jas & Rahmadiana. (2004). Mengkomunikasikan Moral Pada Anak. Jakarta :

Elex Komputindo.

Kartono. (1982). Psikologi Umum. Jakarta: Mandar Maju

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang

Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lie & Prasasti. (2004). Menjadi Orangtua Bijak 101 Cara Membina

Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak. Jakarta: Elex Media

Komputindo

Miles, M.B & Huberman, A.M. (1984). Qualitative Data Analysis, Beverly Hills Calif, Sage

Meleis. (2007). Kemandirian. Jakarta: 23 April 2012, 17 Januari 2016, From http://E. Kemandirian.anak.com.pdf

Moleong, J Lexi.( 2004). Metodelogi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja.

Jakarta: 25 Juni2012, 04 Agustus 2015, From

http://E.Psikologi.com/remaja. pdf.

Mustika Dewanggi. et al. (2012). Pengasuhan Orangtua dan Kemandirian Anak

Usia 3-5 Tahun Berdasarkan Gender. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Volume 5 nomor 1 halaman 19-28. Diakses dari http:// www.ikk.fema.ipb.ac.id/ pada 12 Oktober 2015 jam 12.48 WIB.

(25)

102

Nur Asiyah, (2014). Pola Asuh Demokratis, Kepercayaan Diri dan

Kemandirian Anak. Personal Jurnal Psikologi Indonesia Program Studi

Magister Psikologi Pascasarjana – Untag Surabaya.Volume 2 nomor 2

Halaman 108-121. Diakses dari

https://www.Donload.portalgaruda.org/article pada 25 september 2015

jam 08.00 WIB

Novi, (2015). Tanya jawab Seputar Parenting.Yogyakarta: FlashBooks

Papalia, (2008). Human Development, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana

Parker, K. D. (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. (Alih bahasa: Bambang Wibisono). Jakarta: Prestasi Pustakakarya

Petranto. (2009). Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua. (Online) diakses dari http://dwpptrijenewa.isuesse.com 12 Oktober 2015 jam 13.00 WIB

Petranto. (2006). Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tuanya.(Online)diaksesdari:http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/? p= 10 oktober 2015 jam 10.00 WIB

Poerwadarminta, W.J.S. (1987). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka

Santrock, Jhon W.2007. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung: Alfabeta

(26)

103

Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat Publishing.

Sri Rumini & Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:

Rineka cipta.

Salim, syahrum, 2012. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media

Singgih D. Gunarsa & Y. Singgih D. Gunarsa. (2006). Psikologi Perkembangan

Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Tandry Novita, (2015). Happy Parenting. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

Thoha, chabib. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka

pelajar (IKAPI)

Tim Pacsa Sarjana UNIMED. (2014) Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis

& Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Medan

Trianto, (2009). Orangtua. Jakarta: Kencana

Undang-Undang No 20 Tahun (2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wijayani Ardy Novan. (2012). Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan

Orangtua dan Guru dalam membentuk Kemandirian dan

Kedisiplinan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Yamin. 2003. Kemandirian Anak PAUD. Bandung: Indeks.

Yvonna, Lincoln S. & Egon G. Guba. 1985. Naturalistiq Inquiry. California: Sage Publication.

Gambar

Tabel 2.1. Model Pola Asuh Orangtua dihubungkan dengan Tingkat Kematangan
Gambar 3.1.  Komponen anlisis data (Interactiven Model)Huberman ....................  78

Referensi

Dokumen terkait

baik, Anda harus segera menggalang sumber daya sehingga mereka melihat bahwa Anda telah mulai melakukan perubahan..  Namun, kalau Anda

Data bahan makanan yang digunakan sebanyak 100 data dan dari hasil pengolahan data menggunakan algoritma genetika di dapatkan nilai dari rata- rata fitness adalah

Dari nilai AFER yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa Feedforward Neural Network yang dilatih dengan PSO dapat digunakan untuk prediksi jumlah pengangguran terbuka di

Persentase Tingkat Penghunian Kamar Ganda Hotel Menurut Golongan Hotel di Kota Yogyakarta .... Lama Rata – rata Tamu Menginap di Hotel Berbintang di Kota Yogyakarta 47

The writer uses the Multiple-Choice because it recovers the micro skills: understanding given information stated in the passage, to recognize the communicative

Nurillah (2014) meneliti pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM), penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemanfaatan tekhnologi informasi dan sistem pengendalian intern

Dari hasil penelitian dengan menggunakan korelasi rank spearman dapat diketahui bahwa hubungan antara kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan memiliki koefisien

Dari hasil perhitungan diperoleh perhitungan koefisien korelasi nilai r = 0,98 yang berarti diantara jumlah bonus yang diterima dengan produktivitas kerja karyawan mempunyai