i ABSTRAK
Rita Nofianti (NIM : 8146182036), “Peran Pola Asuh Orangtua Dalam Meningkatkan Kemanidirian Belajar Anak usia Dini Di PAUD Karya Bakti keluarahan Indrakasih Kecamatan Medan Tembung”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orangtua dalam meningkatkan kemandirian belajar anak-anak usia dini. Metode Penelitian ini adalah kualitatif yang dilakukan di PAUD Karya Bakti, yang orangtuanya masih tinggal disekitar sekolah PAUD Karya bakti tersebut, dengan subjek penelitian sebanyak 10 orangtua yang anaknya bersekolah di lembaga PAUD Karya Bakti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara, dengan lembar observasi dan pedoman wawancara untuk memperoleh data mengenai pola asuh orangtua dan kemandirian belajar anak-anak usia dini. Data dianalisis dengan mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang dimiliki setiap orangtua berhubungan dengan kemandirian anak tersebut. Jenis pola asuh demokratis akan mengakibatkan anak yang mandiri, pola asuh otoriter mengakibatkan anak yang mandiri, sementar pola asuh permisif dan penelantaran mengakibatkan anak yang tidak mandiri, hasil ini didapat setelah melakukan pengamatan dan wawancara kepada orangtua mengenai pola aush yang mereka berikan kepada anak ketika dirumah, dan akan terlihat hasilnya ketika di sekolah bahkan sampai pulang dari sekolah (di rumah). Dengan demikian dari 10 orangtua dengan 10 anak yang bersekolah di lembaga PAUD Karya Bakti ada 5 anak yang dikatakan mandiri dan lima anak belum mandiri.
ABSTRACT
Rita Nofianti (NIM : 8146182036) “ The Role of Parenting Parents in Improving Early Childhood leraning Independence In The Early Childhood Community Service Work Indrakasih Administrative district Tembung Field”.
This study aims to determine parenting parents in improving children’s independent learning ren early age. This research method is qualitative in early childhood works of devotion. Parents still live around the consecrated work of early childhood schools, with the subject of study as many as 10 parents whose children attend early childhood iastitution devoted work. Data collection technique is observation and interviews, the observation sheet and guidelines interviews to obtain data regarding parenting parents and children learn independence ren early age. Data was analyzed by reducing the data, present data and conclude. The result showed that the pattern of care that each parent related to the child’s independence. Kind of upbringing democratic will lead independent child, authoritarian parenting lead independent child while permassive parenting and neglect result in children who are not independent, the result obtained after observation and interviews to parents about parenting that they Berika to the child when at home, and you will see the result when at school even home from school ( at home ) . thus out 10 parents whit 10 children attending early childhood education institute devoted work od five children who is said to be independent and five dependent children.
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Model Pola Asuh Orangtua dihubungkan dengan Tingkat Kematangan
Kemandirian Anak Usia Dini ... 37
Tabel 4.1. Data I ... 86
Tabel 4.2. Data II ... 88
Tabel 4.3. Data III ... 89
Tabel 4.4. Data IV ... 90
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Observasi Untuk Pola Asuh Orangtua ... 104
Lampiran 2. Lembar Observasi Untuk Kemandirian Belajar ... 106
Lampiran 3. Lembar Wawancara Untuk peran Pola Asuh Orangtua ... 108
Lampiran 4. Hasil Observasi dan Wawancara ... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan berkembang.
Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang selalu tumbuh dan berkembang
bahkan lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas
perkembangan anak di masa depannya, sangat ditentukan oleh stimulus yang
diperolehnya sejak dini terutama untuk menghadapi perkembangan zaman
kedepannya baik dalam kehidupan bernegara maupun kehidupan pribadi. Salah
satu stimulusnya dapat dilakukan melalui pendidikan. “Pendidikan adalah kunci
modernisasi atau pendidikan adalah investasi manusia memperoleh pengakuan
dari banyak kalangan ahli. Jika tidak mampu mengembangkan sumber daya
manusia suatu bangsa tidak akan dapat membangun negaranya”. (Sugiyono,
2013:05)
Pendidikan merupakan modal dasar yang paling utama untuk menyiapkan
manusia yang mempunyai kualitas, yakni yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta betanggung jawab (Dalam UU
RI No. 20 Tahun 2003). Pendidikan tersebut harus diberikan sedini mungkin yaitu
saat anak masih dalam usia dini atau “The Golden Age” yakni perkembangan usia
emas seorang anak, ketika ia berusia 0-6 tahun berdasarkan Sisdiknas tahun 2003
atau 0-8 tahun berdasarkan dunia internasional.
2
Anak mulai sensitive untuk menerima berbagai upaya perkembangan
seluruh aspek potensi anak. Masa peka pada anak usia dini merupakan masa
terjadinya fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulus yang
diberikan oleh lingkungan sekitar mereka. Dimana pada masa ini merupakan masa
untuk meletakkan dasar pertama perkembangan kemampuan fisik, kognitif,
bahasa sosial emosional, konsep diri sendiri, displin, kemandirian, seni moral dan
nilai agama (religius).
Usia dini merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. “Anak
usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat”. Oleh karena itu anak usia dini dikatakan
berada pada masa Golden Age dibandingkan usia selanjutnya. Masa ini adalah
masa yang tepat untuk mempersiapkan segenap potensi fisik, kognitif, mental dan
moral seorang anak dengan sebaik-baiknya dengan tetap menghargai setiap
keunikan individu sebagai manusia. Lembaga pendidikan yang berperan dalam
memfasilitasi pertumbuhan anak usia dini dikenal dengan sebutan PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini ).
Salah satu lembaga PAUD yang ada di Kelurahan Indrakasih, Kecamatan
Medan Tembung termasuk PAUD yang berkembang pesat, namun dalam hal ini
ada hal yang mendasari dalam perkembangan anak usia dini tersebut, yakni
kurangnya asuhan/pengasuhan orang tua anak tersebut secara langsung. Dalam
pendidikan usia dini (PAUD) Pengalaman belajar mereka sendiri yakni sejak dari
rumah atau lingkungan keluarga khususnya orangtua mereka sendiri. Dengan
3
tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan umum bagi anak. Yang di
maksud dengan pendidikan umum disini adalah mengupayakan subjek didik
menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi. Untuk mencapai tujuan ini , tugas dan
tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang
memuat iklim yang dapat dihayati anak-anak untuk memperdalam dan
memperluas makna-makna kehidupan mereka, khususnya anak usia dini. Pribadi
yang memiliki dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri, berarti
memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral. Sehubungan dengan itu,
disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabungan nilai-nilai moral untuk
diinternalisasi oleh subjek didik sebagai dasar-dasar untuk mengarahkan
prilakunya. Untuk mengupayakan hal itu orang tua dituntut untuk memiliki
keterampilan pedagogis dan proses pembelajaran pada tataran tertinggi.
Pentingnya kemandirian bagi usia dini agar anak bisa menjalani kehidupan
tanpa ketergantungan kepada orang lain. (Anita Lie dan Sarah Prasasti, 2004: 3).
Kriteria pada anak yang sudah mencapai kemandirian, menurut Steinberg yaitu
apabila anak mampu menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup terlepas
dari pengaruh kontrol orang lain terutama orangtua. (Dewanggi dkk., 2012: 20).
Karakter mandiri yang dimiliki anak akan sangat bermanfaat bagi anak
dalam melakukan prosedur keterampilan dan bergaul dengan orang lain. Proses
pembentukan kemandirian anak membutuhkan dorongan dan dukungan dari
lingkungan terkecil anak, yaitu keluarga terutama orangtua dan guru PAUD.
Novan Ardy Wiyani menjabarkan peran orangtua dan guru PAUD dalam
4
anak, mendidik anak terbiasa hidup rapi (menyiapkan tempat penyimpanan
mainan, memberikan contoh, membuat kalender, dan mengajarkan konsekuensi
hidup tidak rapi), memberikan permainan yang dapat membentuk kemandirian
anak (permainan outdoor dan game komputer), memberikan pilihan sesuai dengan
minat anak, membiasakan anak berperilaku sesuai dengan tata krama, dan
memotivasi anak supaya tidak malas-malasan. (Wiyani, 2012: 31 & 91)
Anak yang mandiri memiliki keteraturan diri sendiri berdasarkan nilai
agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pendangan hidup, dan sikap hidup
yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan bernegara. Artinya
tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk
melaksanakan hubungan dengan tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri,
sesame manusia, dan lingkungan alam dan makhluk hidup lainnya berdasarkan
nilai moral. Orang tua yang mampu berprilaku seperti di atas, berarti mereka
adalah orang tua yang telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertagung jawab
untuk mengupayakan agar anaknya lebih baik lagi.
Dalam hal ini kemadirian anak diletakkan dalam prespektif filsafat
pragmatisme dan nilai sosial. Dengan demikian kemandirian hanya berfokus pada
segi kemanusiaan (humanisme) dan kepuasan diri pada anak sehingga menafikkan
keteraturan manusia yang berhubungan dengan tuhan.
Tujuan dari kemandirian diri seorang anak merupakan pengupayaan
pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang
5
ini terdapat perbedaan yang fundamental antara keluarga di barat dengan keluarga
di Indonesia dalam mengupayakan anak untuk memiliki dasar-dasar hidup dan
mengembangkan kemandirian anak khususnya kemandirian belajar. Hal ini karena
keluarga dituntut selaras dengan isi yang dikandung oleh undang-undang. Secara
tersirat ada tanggung jawab pendidikan yang kodrati dalam memberikan
keyakinan beragama yang ditempatkan pada urutan pertama dan menjadi dasar
dari substansi lainnya.
Dengan demikian, tujuan pendidikan anak dalam kemandirian yang
esensial di dalan keluarga adalah pembinaan dan pengembangan kepribadian
secara utuh dan terintegrasi. Hal ini secara umum merupakan tanggung jawab
orang tua, selanjutnya keluarga khususnya orang tua merupakan lembaga yang
paling penting dalam membentuk kemandirian dan kepribadian anak. Dalam hal
ini esensi pendidikan seorang anak merupakan tanggung jawab orang tua
(keluarga), sedangkan sekolah hanya berpartisipasi, Karena produk utama
pendidikan anak dalam keluarga adalah kemandirian diri maka pendidikan
keluarga secara esensial meletakkan dasar-dasar disiplin, kemandirian belajar
untuk dimiliki dan dikembangak oleh anak sejak dini hingga mereka dewasa.
Sehubungan dengan uraian diatas Kemandirian harus mulai dikenalkan
kepada anak sedini mungkin. Dengan adanya kemandirian akan menghindarkan
anak dari sifat ketergantungan pada orang lain, dan yang terpenting adalah
menumbuhkan keberanian dan motivasi pada anak untuk terus mengeksploitasi
pengetahuan-pengetahuan baru. Kemandirian adalah kemampuan untuk
6
pada anak-anak mewujud ketika mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam
mengambil berbagai keputusan. Dari memilih perlengkapan belajar yang ingin
digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif lebih rumit
dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang lebih serius. Parker
(2005 : 25).
Selanjutnya Hersey & Blanchard menjelaskan bahwa tumbuhnya
kemandirian pada anak-anak, bersamaan dengan munculnya rasa takut
(kekuatiran) dalam berbagai bentuk dan intensitasnya yang berbeda-beda. Rasa
takut (kekuatiran) dalam takarannya yang wajar dapat berfungsi sebagai "emosi
perlindungan" (protective emotion) bagi anak-anak, yang memungkinkannya
mengetahui kapan waktunya meminta perlindungan kepada orang dewasa atau
orangtuanya. Megan Northrop, dalam Research Assistant, dan disunting oleh
Stephen F. Duncan, Profesor, School of Family Life, Brigham Young University,
menjelaskan : (Hersey & Blanchard, 1978:30)
As children grow, they should be given more and more independence. At a young age children can select the clothes they wear, food they eat, places to sit, and other small decisions. Older children can have more of a say in choosing appropriate times to be at home, when and where to study, and which friends to associate with. The goal is to prepare children for the day they will leave their family and live without parental control.
Dalam arti sebagai anak-anak tumbuh, mereka harus diberi lebih banyak
dan lebih kemerdekaan. Pada anak-anak usia dini dapat memilih pakaian yang
mereka kenakan, makanan yang mereka makan, tempat duduk, dan keputusan
kecil lainnya. Anak-anak dapat memiliki lebih dari suara dalam memilih waktu
7
teman-teman untuk bergaul dengan. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan
anak-anak untuk hari mereka akan meninggalkan keluarga mereka dan hidup
tanpa kontrol orangtua. Seperti halnya PAUD karya bakti, anak-anak murid yang
masih kurang mandiri, kurang disiplin, monoton belajar tanpa ada perubahan
begitu saja, padahal guru-guru PAUD karya bakti sudah membuat media
pembelajaran yang bangus, namun karena orang tua yang masih tetap saja tidak
memperhatikan anaknya, mereka masih sibuk dengan pekerjaan mereka
masing-masing, urusan diluar dengan teman-teman mereka, sibuk mencari uang, maka
anak pun menjadi ketinggalan untuk pembelajaran selanjutnya. Namun
sebahagaian ada juga orang tua yang memperhatikan anaknya, PR selalu siap,
selalu dibantu anaknya, diperhatikan, dan selalu dipantau, maka anak pun tidak
akan ketinggalan pelajaran dengan setiap harinya.
Dengan demikian orang tua harus mengetahui tumbuh kembang anak
mereka sendiri dengan sesuai dengan usia anak. Kemudian orang tua harus
memberikan kesempatan, dukungan dan dorongan. Oleh karena itu peran pola
asuh orang tua yang baik akan menjadikan anak yang mandiri.
Salah satu hasil wawancara peneliti dengan guru kelompok B1 terhadap
perkembangan kemandirian anak sehari-hari masih belum terlihat jelas, anak
masih ingin ditemani ketika mengerjakan tugas ketika di kelas, makan sendiri pun
masih belum bisa, anak masih belum mengenal huruf yang sudah berulang-ulang
dibuat di sekolah, dikarenakan di rumah tidak pernah belajar atau diulang, hal ini
8
Melihat begitu rendahnya hasil perkembangan kemandirian anak PAUD
mulai dari datang ke sekolah, memakai pakaian seragam sendiri, mengikat tali
sepatu jika lepas, bersosialisasi dengan teman, dan berbahasa yang baik dan benar
yang merupakan pembelajaran terintegrasi atau terpadu tidak berkembang secara
memuaskan di PAUD Karya Bakti ini, maka diperlukan upaya maksimal dan
sungguh-sungguh dari orang tua melalui tindakan peran mereka terhadap pola
asuh dalam meningkatkan kemandirian belajar anak mereka sendiri ketika masih
dirumah. Dalam hal ini tindakan peran yang dapat dilakukan orang tua sesuai
dengan kondisi anak tersebut, antara lain adalah ketersediaan waktu orang tua
dengan anak untuk bersama mereka, memantau atau memperhatikan aktifitas /
kegiatan mereka sehari-hari, serta menerapkan tehnik belajar yang memberi
peluang bagi anak untuk lebih dekat dengan orang tua agar dapat mempermudah
mereka saling berinteraksi antara anak dengan orang tua (Lie & Prasati, 2004:23 ).
Teori belajar konstruktivisme yang memangdang bahwa perkembangan
kemandirian sebagai suatu proses dimana anak secara aktif akan membangun
kemandirian belajar dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
interaksi-interaksi antara orang di sekitar mereka (orang tua) secara langsung
Peserta didik (anak )tersebut mengalami langsung, aktif berkreatifitas, dan
interaksi multi arah merupakan konsidi yang harus dibangun melalui tehnik
pembelajaran dengan orang tua mereka sendiri, Piaget (Trianto:2009: 24).
Dalam kajian penelitian ini, orang tua harus menerapkan kepada anak
bahwa belajar adalah hal yang terpenting bagi anak. Kemudian agar hasil belajar
9
dengan berbagai cara. Salah satu cara yang cukup strategis adalah melalui peran
orang tua itu dalam meningkatkan minat belajar anak sejak dari rumah hingga ke
sekolah. Dengan demikian maka peneliti mencoba merancang penelitian dengan
judul Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar
Anak-Anak Usia Dini Di PAUD Karya Bakti Kelurahan Indrakasih Medan
Kecamatan Medan Tembung.
1.2.Fokus Penelitian
Salah satu tugas terpenting pada anak usia dini adalah menguasai
keterampilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan
dasar. Kebutuhan dasar dalam konsep kemandirian anak ketika mandi sendiri,
makan, memakai pakaian seragam dan pergi kesekolah, agar anak tersebut mampu
mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tingkat ketergantungan anak
dalam memenuhi kebutuhan dasar, menjadi beban yang amat besar bagi keluarga,
dalam mengasuh dan mendidik anak agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usianya. Dalam hal ini pola asuh orang tua merupakan upaya yang paling
utama dalam mendidik anak sejak dini, bahkan Seorang anak memperoleh
pendidikan yang pertama di lingkungan keluarga, dimana pendidikan yang
diterima anak cenderung akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak, sebab
pendidikan yang paling pertama diikuti dan dialami oleh anak dalam keluarga
merupakan pendidikan yang paling dasar untuk mendidik dan mengarahkan anak.
Kemampuan orangtua dalam memberikan kasih sayang dengan pola asuh yang
tepat sangat memberikan dukungan yang positif bagi anak untuk bisa tumbuh dan
10
Bertitik tolak dari uraian di atas dan juga didukung dengan hasil
pengamatan secara langsung di lapangan, maka penulis mendapatkan data dengan
sejumlah anak yang bersekolah di PAUD Karya Bakti secara keseluruhan ada 30,
namun satu kelas ada 10 orang, khususnya kelas B yang akan diteliti oleh penulis.
Peneliti telah melakukan wawancara dan observasi kepada masing-masing
orangtua yang anaknya sekolah di PAUD Karya Bakti khususnya kelas B yang
berjumlah 10 orang, yang dimana peneliti melakukan tanya jawab langsung
tentang bagaimana peran pola asuh mereka terhadap kemandirian belajar anak
mereka sendiri dalam pemenuhan kebutuhanya, dengan terlihat jelas ketika anak
ditinggalkan oleh orang tuanya saat pergi bekerja, mulai dari kegiatan sehari-hari
ketika dirumah dan disekolah. Bahkan anak makan masih disuruh, disuap, pakaian
dan pekerjaan rumah. Penyebab masalah ini diantaranya karena sibuknya
orangtua, tipe keluarga yang besar, faktor ekonomi, dan lain-lainya
1.3.Pembatasan Masalah
Masalah penelitian ini dibatasi agar penelitian tidak menyimpang dan lebih
terfokus pada tujuan terhadap masalah yang akan diteliti, maka perlu adanya
pembatasan masalah sebagai berikut : “Peran Pola Asuh Orangtua Dalam
Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak-Anak Usia Dini Di PAUD Karya Bakti
Kelurahan Indra kasih Medan Kecamatan Medan Tembung”
1.4.Perumusan Masalah
Dalam penelitian tentang peran Pola Asuh Orangtua Dalam Meningkatkan
11
Indrakasih Medan Kecamatan Medan Tembung dirumuskan pertanyaan
penelitianya sebagai berikut. Apakah melalui pola asuh orang tua dapat
meningkatkan kemandirian belajar anak-anak pada usia dini (PAUD)?
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk
mendeskripsikan bagaimana peran pola asuh orangtua dalam meningkatkan
kemandirian belajar anak-anak usia dini di PAUD Karya Bakti Kelurahan
Indarakasi Kecamatan Medan Tembung .
1.6.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya orangtua,
guru, dan bagi peneliti selanjutnya, dan pada umunya bagi semua pihak yang
memerlukan hasil penelitian ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan dijelaskan
sebagai berikut ;
1) OrangTua
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
pengetahuan dan wawasan terutama mengenai:
a) Pengertian pola asuh orangtua dan kemandirian anak usia dini
b) Jenis-jenis pola asuh orangtua, faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak terkait dengan pola asuh, tipe-tipe pola asuh dan faktor yang
mempengaruhi pola asuh.
c) Pengertian kemandirian, pendidikan anak usia dini,cirri anak usia dini serta
hakekat kemandirian pada anak usia dini.
12
Dapat digunakan sebagai masukan baik materi maupun bahan bagi guru
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru terutama
dalam pendidikan anak usia dini
3) Bagi peneliti Selanjutnya
Bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan pengetahuan,
terutama menemukan mamfaat lain mengenai pola asuh orangtua dalam
98
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak,
khususnya anak usia dini, pola asuh orang tua dalam meningkatkan kemandirian
belajar anak-anak usia dini didominasi dengan pola asuh demokratis dan otoriter,
dan sebagian kecil lagi belum mandiri dengan jenis pola asuh penelantaran dan
permisif. Sebagian besar dalam penelitian ini anak usia dini (PAUD) telah
mandiri dalam kegiatan belajar maupun kegiatan sehari-hari baik di sekolah
maupun di rumah.
Kemudian dalam hal ini terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dalam
meningkatkan kemandirian belajar anak-anak usia dini, pola asuh demokratis dan
otoriter lebih banyak membuat anak mandiri dalam melakukan hal-hal yang
seharusnya ia kerjakan sendiri, meskipun pola asuh otoriter yang lebih
mementingkan kemauan orangtua, tetapi sebenarnya hal ini lah membuat anak
lebih mengikuti aturan atau perintah yang diinginkan orangtua kepada anaknya,
dengan tujuan agar anak melakukan hal-hal sehari-hari yang ada disekitarnya
sesuai dengan porsinya (tempatnya). Dari pada pola asuh permisif dan
penelantaran yang memberikan kebebasan kepada anak secara menyeluruh.
99
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi orangtua
Diharapkan orangtua dapat memberikan kesempatan yang luas kepada anak
untuk dapat bereksplorasi dalam mengembangkan kemandirian anak itu sendiri
(anak usia dini) sesuai dengan tahapan pencapaian perkembangan usia anak.
2. Bagi guru anak usia dini
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru terkait
kemandirian anak Kelompok B dan mempertahankan pembiasaan positif yang
bermanfaat bagi kemandirian anak yang telah diterapkan di sekolah saat ini.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian serupa
hendaknya mengamati kemandirian anak di rumah dan mengkaji peran orang lain
yang lebih dominan dalam kemandirian anak seperti guru dan interaksi anak
dengan teman sebaya.
100
DAFTAR PUSTAKA
Allen, K. E & Marotz, L. R. (2010). Profil Perkembangan Anak: Prakelahiran
Hingga Usia 12 Tahun. (Alih bahasa: Valentino). Jakarta: Indeks.
Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Basri, Hasan. 2000. Anak Berkualitas (Problematika Anak dan Solusinya).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baumrind, Diana (2011). Prototy Pical Descriptions Of 3 Parenting Styles.
(Online). Tersedia: http://www.devpsy.org/teaching/parent/Baumrind
Parenting styles.pdf.
Derry Iswidharmanjaya & B. Sekarjati Svastiningrum. (2008). Bila Anak Usia
Dini Bersekolah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya
Euis Sunarti. (2004). Mengasuh dengan Hati Tantangan yang Menyenangkan.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Gunarsa, Singgih. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung
Hersey, P & Blanchard, K.H. (1978). The Family Games: A Situational
Approach to Effective Parenting. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.
Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima.
Jakarta:Erlangga.
101
Iswidharmanjaya. (2008). Kemandirian Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: 18 maret 2013, 08 Februari 2016, From http://E. Anak.com.pdf
Jas & Rahmadiana. (2004). Mengkomunikasikan Moral Pada Anak. Jakarta :
Elex Komputindo.
Kartono. (1982). Psikologi Umum. Jakarta: Mandar Maju
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lie & Prasasti. (2004). Menjadi Orangtua Bijak 101 Cara Membina
Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Miles, M.B & Huberman, A.M. (1984). Qualitative Data Analysis, Beverly Hills Calif, Sage
Meleis. (2007). Kemandirian. Jakarta: 23 April 2012, 17 Januari 2016, From http://E. Kemandirian.anak.com.pdf
Moleong, J Lexi.( 2004). Metodelogi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya
Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja.
Jakarta: 25 Juni2012, 04 Agustus 2015, From
http://E.Psikologi.com/remaja. pdf.
Mustika Dewanggi. et al. (2012). Pengasuhan Orangtua dan Kemandirian Anak
Usia 3-5 Tahun Berdasarkan Gender. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Volume 5 nomor 1 halaman 19-28. Diakses dari http:// www.ikk.fema.ipb.ac.id/ pada 12 Oktober 2015 jam 12.48 WIB.
102
Nur Asiyah, (2014). Pola Asuh Demokratis, Kepercayaan Diri dan
Kemandirian Anak. Personal Jurnal Psikologi Indonesia Program Studi
Magister Psikologi Pascasarjana – Untag Surabaya.Volume 2 nomor 2
Halaman 108-121. Diakses dari
https://www.Donload.portalgaruda.org/article pada 25 september 2015
jam 08.00 WIB
Novi, (2015). Tanya jawab Seputar Parenting.Yogyakarta: FlashBooks
Papalia, (2008). Human Development, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana
Parker, K. D. (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. (Alih bahasa: Bambang Wibisono). Jakarta: Prestasi Pustakakarya
Petranto. (2009). Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua. (Online) diakses dari http://dwpptrijenewa.isuesse.com 12 Oktober 2015 jam 13.00 WIB
Petranto. (2006). Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tuanya.(Online)diaksesdari:http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/? p= 10 oktober 2015 jam 10.00 WIB
Poerwadarminta, W.J.S. (1987). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka
Santrock, Jhon W.2007. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung: Alfabeta
103
Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Hikayat Publishing.
Sri Rumini & Siti Sundari. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Rineka cipta.
Salim, syahrum, 2012. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media
Singgih D. Gunarsa & Y. Singgih D. Gunarsa. (2006). Psikologi Perkembangan
Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Tandry Novita, (2015). Happy Parenting. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Thoha, chabib. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka
pelajar (IKAPI)
Tim Pacsa Sarjana UNIMED. (2014) Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis
& Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Medan
Trianto, (2009). Orangtua. Jakarta: Kencana
Undang-Undang No 20 Tahun (2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wijayani Ardy Novan. (2012). Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan
Orangtua dan Guru dalam membentuk Kemandirian dan
Kedisiplinan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Yamin. 2003. Kemandirian Anak PAUD. Bandung: Indeks.
Yvonna, Lincoln S. & Egon G. Guba. 1985. Naturalistiq Inquiry. California: Sage Publication.