• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye Melalui Pantomim Pada Aksi Kamisan Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kampanye Melalui Pantomim Pada Aksi Kamisan Bandung"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

KAMPANYE MELALUI PANTOMIM

PADA AKSI KAMISAN BANDUNG

DK 38315/Tugas Akhir

Semester II 2013/2014

Oleh:

Mufqi Hutomo Putro

51910261

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

(2)
(3)
(4)

Riwayat Hidup Penulis

DATA PRIBADI

Nama : Mufqi Hutomo Putro Fakultas : Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual NIM : 51910261

Kelas : DKV -5

Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 23 Mei 1991 Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Perum Margaasih Permai

Jl.Jatiwangi C11 no.8, Margaasih Bandung, 40125

Telepon / Handphone : 085669706654

E-mail : mufqisaurus@ymail.com

PENDIDIKAN FORMAL

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

Bab I PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah... 3

I.4 Pembatasan Masalah... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

Bab II AKSI SOSIAL & KASUS HAM ... 5

II.1 Aksi Sosial ... 5

II.1.1 Pengertian Aksi Sosial ... 5

II.1.2 Tujuan & Sasaran Aksi Sosial ... 6

(6)

vii

II.1.4 Teknik Penerapan Aksi Sosial ... 8

II.1.5 Pengaruh Aksi Sosial Terhadap Masyarakat ... 9

II.2 HAM ... 10

II.2.1 Pengertian HAM ... 10

II.2.2 Tujuan HAM ... 12

II.2.3 HAM pada tataran Global ... 12

II.2.4 perkembangan HAM di Indonesia dalam UUD 1945... 14

II.2.5 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia ... 15

II.2.5.1 Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM ... 16

II.3 Aksi Kamisan Kasus HAM...17

II.3.1 Tujuan Aksi Kamisan ... 21

II.3.2 Komunikasi Pesan Aksi Kamisan... 22

II.4 Kampanye ... 28

II.4.1 Jenis Jenis Kampanye ... 29

II.4.2 Manfaat Kampanye... 29

II.5 Kampanye Sosial ... 29

II.2.1 Tujuan Kampanye... 30

Bab III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 31

III.1 Strategi Komunikasi ... 31

III.1.1 Target Audience ... 31

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 33

(7)

III.1.4 Strategi Media ... 53

III.1.4.1 Kelompok Sasaran ... 54

III.1.4.2 Media ... 55

III.1.5 Strategi Distribusi ... 56

III.2 Konsep Visual... 58

III.2.1 Format Desain ... 58

III.2.2 Tata Letak (layout) ... 59

III.2.3 Teknik Pengambilan Gambar ... 61

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 63

IV.1 Teknis dan Konsep Dasar Audio Visual... 63

IV.2 Pra produksi ... 63

IV.3 Teknik Produksi ... 66

IV.3.1 Proses Produksi ... 66

IV.3.2 Media Utama ... 68

IV.3.3 Media Pendukung ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alkatiri, Zeffry. Belajar Memahami HAM. Jakarta: Ruas, 2010.

Gunawan, Rudy dan S.D. Subhan. Mereka Bilang di Sini Tidak Ada Tuhan: Suara Korban Tragedi Priok. Jakarta: GagasMedia, 2004.

Camus, Albert. Krisis Kebebasan. Terjemahan Edhi Martono. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988.

Chamim, Mardiyah. Saatnya Korban Bicara: Menata Derap, Merajut Langkah. Jakarta: Yayasan Tifa, 2009.

Fadilasari. Talangsari 1989, Kesaksian Korban Pelanggaran HAM Peristiwa Lampung. Lampung: Sijado, 2007.

Hamzah,A.Adjib. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda Karya,1985.

Hasanuddin. Anxieties/Desires. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011

Soemanto, Bakdi. Pantomim dan kita, Makalah Diskusi Kehidupan Pantomim di Yogyakarta, Yogyakarta: tidak diterbitkan, 1992.

Joinet, Louis. Menolak Impunitas, serangkaian prinsip perlindungan dan pemajuan Hak Asasi Manusia. Terjemahan Kontras. Jakarta: Kontras, 2005.

Kodir. Melawan Pengingkaran. Jakarta: Kontras, 2006.

Partogi, Erwin dan Azhar, Haris. Bunuh Munir !: Sebuah Buku Putih. Jakarta: Kontras, 2006.

Prajarto, Nunung dan Yuliarso, Kurniawan. HAM di Indonesia: Menuju Democratic Governances. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2005.

(9)

Web

KontraS. 2007. "AKSI DIAM HITAM KAMISAN",

http://kontras.org/index.php?hal=Kamisan. (diakses tanggal 3 Desember 2013)

Lilia, Bernadette. 2009. "Seni Pantomim, Nasibmu Kini."

(10)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur penulis panjatkan atas hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Kampanye Melalui Pantomim Pada Aksi Kamisan Bandung” ini tepat pada waktunya.

Penelitian ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat terutama anak muda dapat memberikan apresiasi terhadap pesan dalam Aksi Kamisan Bandung yang menyampaikan tentang kemanusiaan. Meski pada dasarnya teori merupakan sebuah landasan ilmu, namun tetap dibutuhkan keberanian untuk turun ke lapangan mencoba menyelaraskan ilmu dan mencari solusi pada kehidupan.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada kepada pembimbing Yully Ambarsih Ekawardhani, M.Sn yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan laporan tugas akhir ini, Gema Ariprahara, S.Sn,. M.Ds. dan M Syahril Iskandar, M.Ds. Sebagai penguji sidang akhir.

Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Wanggi Hoediyanto selaku ketua pelaksana dan pelaku seni pantomim dalam Aksi Kamisan Bandung dan kawan - kawan Aksi Kamisan Bandung serta lembaga lain yang turut terlibat dan telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dalam penulisan laporan tugas akhir ini.

Bandung, 22 Agustus 2014

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Aksi Kamisan pada awalnya diadakan di Jakarta pertama kali tanggal 18 Januari 2007, oleh Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK). Mereka menuntut negara untuk bertanggung jawab atas kasus pelanggaran HAM. Aksi ini diinspirasikan oleh para ibu yang menggelar aksi setiap Kamis di Alun-alun de Mayo, persis di depan Istana Kepresidenan Chile Casa Rosada. Mereka membawa foto orang yang dicintainya, seperti anak, suami, atau cucunya, yang menjadi korban penculikan rezim.

Di Jakarta sendiri aksi ini sudah memasuki edisi ke- 316 kalinya. Dari ratusan aksi itu pun sudah dipastikan akan selalu diabaikan oleh pemerintah. Setiap Kamis pun istri-istri atau keluarga korban pelanggaran HAM itu mengirim surat kepada Presiden SBY untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM tapi hingga saat ini hal itu tetap belum ada jawaban. Di Bandung, Kelompok Mixi Imajimimetheatre Indonesia berinisiatif untuk membuat aksi serupa. Aksi Kamisan Bandung telah memasuki belasan edisi, dan mengkampanyekan “Melawan Lupa Terhadap Kasus-Kasus Pelanggaran HAM” di depan Gedung Sate Bandung, Jawa Barat. Kamis bertepatan dengan 29 Tahun Peristiwa Tanjung Priuk para seniman Pantomim itu beraksi.

(12)

remaja dan mau tidak mau aksi ini harus lebih banyak dukungan dan digerakan oleh lebih banyak remaja. namun, walaupun aksi dari para seniman ini sudah membuat atensi yang besar dan bahkan sering diliput berbagai media cetak dan online, namun hal ini masih tidak mampu menjadi pemicu dalam memancing kepekaan masyarakat lokal dari isu-isu sosial yang terjadi di sekitarnya.

Dalam Aksi Kamisan Bandung sering kali digunakan beberapa alat peraga yang masing – masingnya memiliki makna secara simbolis tentang isu – isu yang dibawa didalam Aksi Kamisan Bandung, alat peraga yang menjadi ikon Kamisan Bandung salah satunya adalah Pantomim. Pantomin didalam Aksi Kamisan Bandung sendiri dipilih karena dinilai dapat dengan jelas menggambarkan perhatian pemerintah dalam menyikapi pelanggaran HAM yang seakan akan hanya memberikan janji tanpa realisasi dan kemudian semakin membisu, dan juga pantomim lebih sarat akan aksi yang secara jelas berbanding terbalik dengan tanggapan pemerintah yang terlihat sama sekali tidak menunjukan usahanya dalam penyelesaian kasus HAM, karena pantomim adalah aksi yang penuh dengan kritik, aksi ini tidak banyak bicara, tetapi dengan bahasa tubuh yang dilakukan, pantomim memberikan pesan yang diinginkan. Namun pantomim sangat memerlukan apresiasi yang besar untuk dapat menyampaikan pesan dengan luas karena pesan yang disampaikan lewat aksi pantomim dapat dinikmati dan dicerna dengan memberikan apresiasi imajinasi yang dimainkan oleh si penonton sendiri dan mungkin saja pesan yang berbeda pun didapat, tergantung pada persepsi audiens itu sendiri.

Pergerakan remaja dinilai mampu menjadi alat utama dan mempunyai kekuatan tersendiri dalam aksi-aksi sosial. Maka dari itu diperlukan upaya sosialisasi melalui media pendukung yang tepat sebagai bentuk kampanye sosial untuk mendapatkan atensi dari remaja di kota Bandung menjadi sesuatu yang penting. Media yang sesuai dan tepat serta dikhususkan kepada remaja dimasa kini, masih belum digunakan dalam Aksi Kamisan oleh para aktifis sosial di depan Gedung Sate setiap kamis sore.

(13)

HAM dengan tujuan tidak akan ada lagi yang menjadi korban pelanggaran HAM dimasa mendatang, apalagi jika menjadi pelaku dalam pelanggaran HAM tersebut.

I.2 Identifikasi Masalah

Setelah melihat latar belakang yang dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain:

1. Kesalahpahaman fungsi pantomim dan makna dari pesan yang disampaikan melalui seni teaterikal tersebut dalam Aksi Kamisan di Gedung Sate Bandung.

2. Perlunya mengingatkan kembali untuk selalu menghargai hak asasi manusia dan memberikan dukungan kepada para keluarga dan korban pelanggaran HAM yang dimulai dari kepedulian terhadap sesama tanpa melihat latar belakang individual dalam aksi nyata.

3. Kurangnya sosialisasi informasi tentang seni pantomim dan pemahaman nilai-nilai estetis yang terkandung didalamnya sebagai media penyampaian pesan Aksi Kamisan Bandung.

4. Memberikan informasi kepada remaja di kota Bandung terhadap isu-isu sosial dan bahaya pelanggaran HAM berat beserta dampaknya terhadap masyarakat.

I.3 Rumusan Masalah

Minimnya pengertian remaja terhadap cara yang digunakan oleh Aksi Kamisan Bandung dalam penyampaian pesannya. Penelitian ini akan difokuskan pada pengenalan fungsi dasar pantomim juga seni dan sastra yang digunakan sebagai media penyampaian pesan dalam Aksi Kamisan.

I.4 Pembatasan Masalah

(14)

I.5 Tujuan Perancangan

(15)

BAB II

AKSI SOSIAL DAN KASUS HAM

II.1 Aksi Sosial

II.1.1 Pengertian Aksi Sosial

Aksi sosial adalah suatu kegiatan yang terkoordinasikan untuk mencapai tujuan perubahan kelembagaan dalam rangka memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, mengoreksi ketidakadilan atau meningkatkan kualitas hidup manusia. Terjadi atas inisiatif dari tenaga profesional di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi, politik, agama, militer, orang-orang yang secara langsung terkena masalah. Aksi sosial adalah usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau pencegahan terhadap praktek dalam situasi sosial yang telah ada didalam masyarakat melalui pendidikan, propaganda, persuasi atau pertukaran melalui tujuan yang dianggap baik oleh perencana aksi sosial (Hudri: Ensiklopedia Mini Pekerjaan Sosial).

Menurut pandangan para ahli, Aksi sosial juga dapat didefinisikan melalui dua cara, antara lain:

1. Aksi sosial secara etimologi

Aksi adalah kegiatan, tindakan, perilaku, perbuatan yang mempunyai tujuan atau maksud tertentu. Sedangkan sosial adalah segala sesuatu mengenai masyarakat yang peduli terhadap kepentingan umum berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses sosial (J. P. Chaplin, 1981).

2. Aksi sosial secara terminologi

(16)

aksi sosial (social action) adalah Aksi yang dilakukan oleh pribadi dalam situasi sosial dan tertuju pada suatu kelompok sebagai tindakan yang terorganisasi dengan tujuan untuk megadakan reformasi dengan aspek prilaku manusia yang dapat diperhitungkan dari sudut kebudayaan (Pius A. Partanto, 1984).

Menurut Max Weber (1962) dalam Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, aksi sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu–individu lainnya dalam masyarakat. Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 tipe ideal yaitu:

1. Zweckra-tional atau rasional-tujuan, yaitu tingkah laku manusia yang mempunyai cita-cita rasional, dimana kerangka berfikir logis, ilmiah, dan ekonomis untuk tujuan-tujuan yang ia pilih.

2. Wertrational atau rasional nilai, yaitu seorang terlibat dalam nilai penting yang mutlak atau nilai kegiatan yang mutlak. Dia lebih mengejar nilai-nilai daripada memperitungkan sarana-sarana dengan cara evaluatif netral. Manusia yang mengadakan kebenaran apa adanya jelas bertindak secara rasional nilai.

3. Tindakan efektif atau emosional yaitu tingkah laku yang berada di bawah dominasi perasaan secara langsung. Tindakan tersebut sama sekali emosional dan karena itu tidak rasional.

4. Tindakan manusia yang tradisional, yaitu tingkah laku yang berdasarkan kebiasaan yang muncul dari praktek-praktek yang mapan dan menghormati otoritas yang ada.

Keempat jenis tindakan sosial itu merupakan cara-cara individu memberikan makna pada tindakan-tindakan mereka dan itu merupakan kodrat manusia yang berusaha memberikan arti tertentu kepada hidupnya.

II.1.2 Tujuan dan Sasaran Aksi Sosial

(17)

pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang sering kali menjadi

“korban” ketidakadilan struktur.

Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui penyadaran, pemberdayaan dan tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan.

II.1.3 Jenis-Jenis Aksi Sosial

Aksi sosial dalam kamus sosiologi telah dijelaskan bahwa tindakan atau perilaku manusia yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam situasi sosial dan perbuatan tertentu yang memiliki tujuan. Perilaku manusia yang merupakan perilaku sosial harus mempunyai tujuan tertentu, yang terwujud dengan jelas dan memiliki arti dan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat. Aksi sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Aksi Sosial Keagamaan

Aksi sosial yang dilakukan untuk pelaksanaan ajaran agamanya, contohnya dengan membagi-bagikan kitab suci dan brosur keagamaan, gambar-gambar dan buku yang berisi tentang ajaran agama.

b. Aksi Sosial Kemasyarakatan

Aksi sosial yang dilakukan dengan memperhatikan tuntutan sekitar seperti aspek sosial yang berada di lingkungan sekolahan, rumah sakit dan organisasi umum, lingkungan sekitar Gereja, dan lain-lain.

c. Aksi Sosial Individu

(18)

d. Aksi Sosial Ekonomi

Aksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam situasi sosial aksi ini biasanya dilakukan atas dasar kebutuhan ekonomi pangan.

II.1.4 Teknik Penerapan Aksi Sosial

Dalam penerapannya, aksi sosial memiliki beberapa teknik dasar yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Aksi legal (Legal action)

Teknik ini digunakan untuk melakukan perubahan pada institusi utama, misalnya institusi ekonomi (pasar), atau kebijakan tertentu. Teknik ini berpandangan bahwa ada masyarakat, suatu bagian, kelompok yang kurang beruntung, tertindas dan perlu dibantu, diorganisaikan dalam rangka menekan struktur kekuasaan yang menindasnya. Upaya ini dilakukan untuk memperoleh sumber-sumber atau perlakuan yang baik sesuai dengan azas demokrasi. Peranan partisipan dalam hal ini dapat berupa pembela (advokasi), penggerak, aktivis, negosiator. Strategi atau taktik yang digunakan dapat berupa protes, boikot, atau negosiasi

Advokasi dalam hal bekerja untuk:

1. Memperjuangkan korban mendapat akses pelayanan publik dengan baik

2. Memodifikasi kebijakan, prosedur dan pelayanan sosial

3. Mempromosikan kebijakan-kebijakan baru tentang pelayanan sosial.

2. Aksi melawan hukum (Illegal action)

Ketidakpatuhan warga masyarakat terhadap suatu peraturan dikarenakan berdampak membebani masyarakat setempat.

3. Aksi pembelaan hukum (Class action lawsits)

(19)

yang juga sebagai tenaga pamungkas dari sebuah upaya penegakan keadilan.

Aksi sosial dapat juga dibagi ke dalam dua klasifikasi primer yaitu praktik langsung dan praktik tidak langsung yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Praktik Langsung

Menyangkut aksi dengan individu, keluarga, kelompok kecil yang memfokuskan pada perubahan baik transaksi dalam keluarga atau sistem kelompok kecil dalam hubungan dengan orang dan institusi kemasyarakatan dalam lingkungan mereka, misalnya aksi dalam situasi krisis, aksi memberdayakan para korban ketidakadilan.

2. Praktik Tidak Langsung

Adalah cara yang didalamnya bekerja dengan individu, kelompok kecil, lembaga dan masyarakat atas nama individu dan para kelayan keluarga. Cara ini sering bekerja dengan lembaga dan sistem masyarakat, misalnya aksi yang menyangkut pengaruh, aksi yang dirancang untuk merubah lingkungan.

II.1.5 Pengaruh Aksi Sosial Terhadap Masyarakat

(20)

Sebagai penerapan aksi sosial dalam Aksi Kamisan Bandung, para aktifis mengajak warga Bandung untuk terus mengingat pelanggaran HAM yang telah terjadi di Indonesia, serta berpartisipasi untuk menuntut kasus-kasus pelanggaran HAM yang tak kunjung menemui penyelesaiannya. Selain itu, Aksi Kamisan Bandung juga bertujuan untuk memberikan informasi akan bahaya pelanggaran HAM dengan tujuan tidak akan ada lagi yang menjadi korban pelanggaran HAM dimasa mendatang, apalagi jika menjadi pelaku dalam pelanggaran HAM tersebut.

II.2 HAM

II.2.1 Pengertian HAM

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Menurut John Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati (Effendi, A. Masyhur 1994 ). Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Ruang lingkup HAM meliputi:

a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain- lain.

b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada. c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan. d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga

keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara

kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya

(21)

kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur

Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat disimpulkan

beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu:

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah

bagian dari manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,

agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk

membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai

HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi

atau melanggar HAM.

Saat ini, HAM telah menjadi standar norma internasional untuk melindungi setiap manusia dari setiap tindakan, baik secara politik, hukum dan sosial yang melanggar hak seseorang. Di Indonesia, Hak Asasi Manusia dimasukkan dalam konstitusi negara melalui Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-2, Bab XA pasal 28A. Acuan utama dalam HAM adalah Deklarasi Hak Asasi Manusia (DUHAM). Dalam deklarasi tersebut, terdapat 10 hak dasar dari setiap manusia yang wajib dijamin oleh setiap negara, yaitu:

1. Hak Untuk Hidup: hak untuk hidup dan meningkatkan taraf hidup, hidup tentram, aman dan damai dan lingkungan hidup

2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan: Hak untuk membentuk suatu keluarga melalui perkawinan yang sah

3. Hak Mengembangkan kebutuhan dasar: hak untuk pemenuhan diri, hak pengembangan pribadi, hak atas manfaat iptek, dan hak atas komunikasi 4. Hak memperoleh keadilan: hak perlindungan hukum, hak keadilan dalam

proses hukum, dan hak atas hukum yang adil

(22)

untuk menyampaikan pendapat, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, dan status kewarganegaraan

6. Hak atas rasa aman: hak mencari suaka dan perlindungan diri pribadi 7. Hak atas kesejahteraan: hak milik, hak atas pekerjaan, hak untuk

bertempat tinggal layak, jaminan sosial, dan perlindungan bagi kelompok rentan

8. Turut serta dalam pemerintahan: hak pilih dalam pemilihan umum dan hak untuk berpendapat

9. Hak perempuan: hak pengembangan pribadi dan persamaan dalam hukum dan hak perlindungan reproduksi

10. Hak anak: hak hidup untuk anak, status warga negara, hak anak yang rentan, hak pengembangan pribadi dan perlindungan hukum, dan hak jaminan sosial anak.

II.2.2 Tujuan HAM

Tujuan pelaksanaan HAM adalah untuk mempertahankan hak-hak warga negara di Indonesia dari tindakan sewenang-wenang aparat negara dan mendorong tumbuh dan berkembangnya pribadi manusia yang Multidimensional. Selain itu HAM juga melindungi hak dasar manusia antara lain:

a. Melindungi Hak- Hak yang telah ada sejaak lahir b. Mengatur hubungan antar manusia

c. Mengatur Perilaku manusia agar tidak melanggar hak orang lain

II.2.3 HAM pada tataran Global

Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM, yaitu:

a. HAM menurut konsep Negara-negara Barat:

1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak. 2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.

(23)

4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

b. HAM menurut konsep sosialis:

1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat 2) Hak asasi tidak ada sebelum negara ada.

3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.

c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:

1. Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.

2. Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala keluarga

3. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai anggota masyarakat.

d. HAM menurut konsep PBB:

Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh

Elenor Roosevelt dan secara resmi disebut “Universal Declaration of Human

Rights”. Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:

 Hak untuk hidup

 Kemerdekaan dan keamanan badan

 Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum

 Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana

 Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara

 Hak untuk mendapat hak milik atas benda

 Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

 Hak untuk bebas memeluk agama

 Hak untuk mendapat pekerjaan

(24)

 Hak untuk mendapatkan pendidikan

 Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat

 Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

II.2.4 perkembangan HAM di Indonesia dalam UUD 1945

Sebelum Indonesia disebut sebagai sebuah negara, sebelum abad ke-19 Raden Ajeng Kartini telah mengungkapkan pemikirannya mengenai hak asasi manusia melalui surat-suratnya. Ia bahkan tampil sebagai salah seorang putri Indonesia yang dengan gigih memperjuangkan hak-hak asasi manusia, khususnya untuk kalangan perempuan Indonesia.

Setelah menjadi negara pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia secara formal mencantumkan pengakuan dan penghargan terhadap hak asasi manusia itu di dalam Pembukaan UUD 1945 dan beberapa pasal Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pasal 27, 28, 29, 30, dan pasal 33. Ini berarti, Indonesia sebagai Negara sudah melangkah lebih dahulu dari negara-negara lain sedunia yang tergabung dalam PBB, dalam hal pengakuan dan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia.

Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan dengan menetapkan peraturan- peraturan yang bertujuan untuk melindungi HAM di Indonesia, yaitu:

 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM.

 UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM.

 Keputusan Presiden No.50 tahun 1993 tentang KomNam HAM.

 PP No. 2 tahum 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM yang berat.

 PP No. 3 tahun 2002 tentang kompensasi restitusi dan rehabilitasi terhadap korban pelanggaran HAM yang berat.

II.2.5 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia

(25)

sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negara serta hukum internasional yang berlaku.

Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten. Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut (Robertus Robet, 2008):

1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009 sebagai gerakan nasional

2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia

3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga negara di depan hukum melalui keteladanan kepala negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen

4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.

5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi.

6. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.

7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga negara serta badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.

(26)

9. Pengembangan sistem manajemen kelembagaan hukum yang transparan. 10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka

mewujudkan proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

II.2.5.1 Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

Sering terjadinya kasus pelanggaran HAM di Indonesia merupakan salah satu alasan permasalahan ini layak untuk diangkat dan diteliti, berikut adalah contoh pelanggaran HAM yang baru-baru ini atau bahkan masih mudah ditemui sehari-hari baik itu pelanggaran berat maupun ringan, antara lain:

1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Cliff Muntu pada tahun 2003.

2. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.

3. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum nya sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan korupsi, proses hukum nya sangatlah lama

4. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat penganiayaan dari majikannya

(27)

II.3 Aksi Kamisan Kasus HAM

Aksi Kamisan adalah upaya anak bangsa dan keluarga korban pelanggaran HAM yang peduli akan persoalan yang pelik dalam hak asasi manusia di masa sebelum maupun sesudah orde baru dan bahkan yang baru-baru terjadi yang juga bertujuan agar hal-hal kelam mengenai pelanggaran hak asasi manusia tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. sebagai aksi sosial yang berdasarkan penuntutan keadilan atas kasus pelanggaran HAM yang terstruktur maka Aksi Kamisan pun mempunyai fungsi dan agenda yang jelas dalam memperjuangkan keadilan, antara lain:

1. Prevensi Viktimisasi dalam Politik Kekerasan

Upaya bersifat preventif untuk melindungi kepentingan masyarakat dari adanya kecenderungan yang menempatkan bagian-bagian dalam masyarakat sebagai sasaran dan korban politik kekerasan yang dilakukan oleh negara dan atau kekuatan-kekuatan besar lain yang potensial melakukan hal itu.

2. Due Process of Law

Menuntut adanya pertanggungjawaban hukum terhadap para pelaku pelanggaran HAM, melalui mekanisme dan prosedur hukum yang adil. Dalam kategori ini, dilihat dalam bentuknya yang lebih luas, yakni segala upaya yang harus dilakukan untuk turut memperjuangkan terbentuknya sebuah pranata hukum yang menjamin penghormatan yang tinggi terhadap hak dan martabat manusia.

3. Rehabilitasi

(28)

melakukan usaha penyadaran dan penguatan elemen masyarakat secara lebih luas.

4. Rekonsiliasi dan Perdamaian

Rekonsiliasi adalah tuntutan yang tidak terhindarkan dari fakta terdapatnya banyak kasus besar menyangkut tindakan pelanggaran HAM yang berat di masa lalu yang sulit terungkap dan dimintakan pertanggungjawaban. Rekonsiliasi juga merupakan langkah alternatif yang mungkin diambil dalam menghadapi banyaknya fenomena pertikaian massal yang bersifat horisontal dan melibatkan sentimen-sentimen suku, agama, etnis dan ras yang terjadi di tanah air. Langkah ke arah itu tentu saja harus didahului oleh sebuah pengungkapan fakta-fakta dan kebenaran yang sejelas-jelasnya sebagai syarat mutlak adanya rekonsiliasi. Oleh karena itu KontraS dituntut untuk turut serta melakukan upaya-upaya nyata dan mendorong segala usaha yang mengusahakan terciptanya sebuah rekonsiliasi dan perdamaian yang lebih nyata sebagai langkah penyelesaian berbagai persoalan HAM di masa lalu dan pertikaian massal secara horisontal di berbagai daerah.

5. Mobilisasi Sikap dan Opini

a. Anti politik kekerasan

Secara intensif dikembangkan wacana tentang anti politik kekerasan dan gerakan anti kekerasan secara lebih luas. Misi dari proses ini adalah membangun sensitifitas masyarakat atas adanya berbagai bentuk kekerasan, secara khusus terhadap praktik penghilangan orang secara paksa, perkosaan, penganiayaan, penangkapan dan penahanan orang secara sewenang-wenang, pembunuhan diluar proses hukum, oleh unsur-unsur negara. Dalam jangka panjang diharapkan terjadi sebuah koreksi mendasar atas politik kekerasan yang selama ini berlangsung.

b. Pelanggaran HAM

(29)

mengedepankannya di dalam wacana publik untuk dipersoalkan sebagai upaya membangun kesadaran akan pentingnya pengormatan terhadap HAM. Secara prinsip, masalah HAM juga harus dipersoalkan sebagai hal mendasar yang harus dipertimbangkan pada setiap pengambilan kebijakan oleh negara maupun setiap usaha yang dilakukan demi membangun kehidupan bermasyarakat dalam dimensinya yang luas. Untuk itu, dilakukan pemantauan dan pengkajian yang serius terhadap segala hal menyangkut penegakan HAM di Indonesia.

c. Human Love Human

Adalah sebuah kampanye yang bertujuan melawan setiap bentuk kekerasan dan penindasan dengan mengajak manusia untuk kembali mencintai kemanusiaan. Dengan mencintai sesama manusia, lingkungan, dan alam seisinya, maka cara-cara kekerasan tidak menjadi solusi dari sebuah masalah. Kampanye HLH ini melibatkan orang-orang muda dari berbagai kalangan.

Aksi Kamisan ini sendiri kini telah berlangsung di 3 kota, di antaranya Jakarta, Riau dan Bandung. Aksi ini dicetuskan oleh Sumarsih, ibunda dari Wawan, mahasiswa Universitas Atmajaya yang tewas akibat kasus penembakan pada tahun 1998. Aksi Kamisan kemudian di lanjutkan oleh Kontras dan Jaringan Sosial Keluarga Korban Pelanggaran HAM. Sumarsih mulai mencatat dan mencari beberapa korban pelanggaran korban HAM lainnya di Jakarta. Aksi Kamisan ditiap kota memiliki ciri khas cara penyampaian yang berbeda, hal ini menjadi daya tarik tersendiri dari Aksi Kamisan bagi masyarakat.

Aksi Kamisan Jakarta

Kamisan adalah sebuah aksi yang di inisiasi oleh Usman Hamid dari Kontras dan Rusdi Marpaung dari Imparsial sebagai kampanye yang berkelanjutan untuk menekan negara segera memenuhi hak-hak para korban dan keluarganya.

(30)

mengenakan baju hitam sebagai bagian dari alat peraga. Tak ada gemuruh orasi seperti layaknya demonstrasi. Aspirasi diungkapkan melalui spanduk dan payung yang bertulisan aneka tuntutan pengusutan kasus pelanggaran hak asasi.

Setiap Kamis, anggota Jaringan Solidaritas Korban dan Keluarga Korban ini menagih janji Presiden dan mengingatkan publik soal belum tuntasnya kasus pelanggaran hak asasi masa lalu. Selain mengusung spanduk, mereka memajang foto-foto orang hilang dan keluarga korban pembunuhan 1965.

Peserta aksi ini mencerminkan keberagaman anggota Jaringan, sebagai contoh Aksi Kamisan Jakarta sering dihadiri oleh Suciwati, istri almarhum Munir; Nurlaila (korban kasus Sekolah Menengah Pertama 56 Melawai); Sumarsih (keluarga korban insiden Semanggi); Darwin (korban kerusuhan Mei); serta Bejo Untung, Tumiso, Susmadja (korban 1965). Selain itu, solidaritas datang dari Ketua Jaringan Relawan Kemanusiaan Romo Sandyawan dan Christina Widi antarti dari Forum Warga Kota Jakarta.

Aksi dimulai pukul 16.00 WIB. Setelah satu jam, mereka melipat payung dan membuat lingkaran. Seusai aksi diam, ada sesi refleksi, beberapa orang diminta bicara apa saja tentang isu hak asasi manusia.

Aksi Kamisan Bandung

(31)

II.3.1 Tujuan Aksi Kamisan

Aksi Kamisan pada dasar nya merupakan unjuk rasa damai yang diikuti oleh puluhan anggota Jaringan Solidaritas Korban Keluarga Pelanggaran HAM di depan Istana Negara setiap Kamis sore, aksi diam yang bertujuan memperjuangkan penuntasan kasus kekerasan HAM yang hingga saat ini tidak juga terselesaikan. Aksi Kamisan mengambil konsep dari aksi serupa yang dilakukan oleh sekumpulan ibu-ibu di Plaza De Mayo, Buenos Aires, Argentina, yang memprotes penculikan ribuan orang di Argentina pada masa dekade 70-an. Beberapa ajakan dan tujuan aksi tersebut antara lain:

1. Tidak melupakan kasus pelanggaran HAM yang menimbulkan banyak korban di Indonesia.

2. Mendorong secara konsisten perubahan pada sistem hukum dan politik, yang berdimensi penguatan dan perlindungan rakyat dari bentuk-bentuk kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.

3. Mencari korban HAM lain yang berada di daerah Bandung dan sekitarnya.

4. Memajukan kesadaran rakyat akan pentingnya penghargaan hak asasi manusia, khususnya kepekaan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran berat hak asasi manusia sebagai akibat dari penyalahgunaan kekuasaan negara.

5. Memperjuangkan keadilan dan pertanggungjawaban negara atas berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran berat hak asasi manusia melalui berbagai upaya advokasi menuntut pertanggungjawaban negara.

(32)

Kamisan Bandung adalah aksi damai yang dipadukan dengan berbagai bentuk kreativitas anak muda sebagai media penyampaiannya.

II.3.2 Komunikasi Pesan Aksi Kamisan

Dalam upaya penyampaian pesan terhadap masyarakat sekitar, aktifis Aksi Kamisan di Bandung menggunakan beberapa media diantaranya aksi pantomim, penyebaran flyer, dan pesan berkaitan HAM pada payung hitam yang pengertian dan fungsinya dipaparkan sebagai berikut:

1. Pantomim

Istilah pantomim berasal dari bahasa Yunani yang artinya serba isyarat. Berarti secara etimologis, pertunjukan pantomim yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal. Pertunjukan itu bahkan bisa sepenuhnya tanpa suara apa-apa. Jelasnya, pantomim adalah pertunjukan bisu (Bakdi Sumanto, 1992).

Rendra (1984) memberikan pengertian pantomim sebagai penggambaran semua kegiatan manusia yang hanya dengan gerak semata sampai sedetil-detilnya. Pantomin sebuah seni bercerita dengan gerak semata. Maka penguasaan seni gerak sangat mutlak diperlukan, malahan dalam perkembangan dewasa ini pantomim itu bisa dipakai tidak hanya bercerita tetapi juga berekpresi secara liris ataupun abstrak (Rendra: Mempertimbangkan Tradisi).

Dalam Grolier Academik Encylopedia ditruliskan bahwa pantomim ialah suatu cerita, suatu tema, yang diceritakan atau dikembangkan melalui gerak tubuh dan wajah yang ekspresif (A. Adjib Hamzah, 1985). Kemudian Charles Aubert memberikan pengertian pantomim adalah seni pertunjukan yang diuangkapkan malalui ciri-ciri dasarnya yakni ketika orang melakukan gerak isyarat atau secara umum berbahasa bisu (1970).

(33)

sejak lama dari masa Mesir Kuno dan India, jauh sebelum dikenali di Yunani. Ini artinya seni pertunjukan pantomim umurnya sudah tua, mengingat apa yang dikatakan Aristoteles dalam Poetics ditulis 500 tahun sebelum Masehi.

Pantomim adalah suatu pertunjukan teater yang menggunakan isyarat, dalam bentuk mimik wajah atau gerak tubuh, sebagai dialog. Jenis pertunjukan ini telah dikenal sejak zaman Romawi Kuno dan sering digunakan dalam ritus keagamaan dengan cerita umumnya seputar mitologi Yunani. Pantomim kembali populer pada abad ke-16 dengan berkembangnya

Commedia dell'arte di Italia yang membawa pantomim pada bentuknya yang sekarang yang mengutamakan pada lakon komedi.

Gambar II.1 Pantomim Dalam Aksi Kamisan Bandung.

(34)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka pantomim dapat dipahami sebagai suatu seni pertunjukan tersendiri dan merupakan salah satu cara yang bakal mengantar seseorang menjadi pemeran berkualitas. Dengan memahami dan mengamalkan pantomin calon aktor akan mampu menjadi sempurna dalam profesinya.

Aksi pantomin sendiri dipilih dalam Aksi Kamisan ini karena dirasa sangat tepat dalam menyikapi tanggapan pemerintah yang seakan akan hanya memberikan janji tanpa realisasi dan kemudian semakin membisu. Karena pantomim adalah aksi yang penuh dengan kritik, aksi ini tidak banyak bicara, tetapi dengan bahasa tubuh yang dilakukan pantomim memberikan pesan yang diinginkan.

Dalam Aksi Kamisan Bandung, Kelompok Mixi Imajimimetheatre Indonesia berinisiatif untuk membuat aksi serupa. Aksi Kamisan Bandung telah memasuki belasan edisi, dan mengkampanyekan “Melawan Lupa Terhadap Kasus-Kasus Pelanggaran HAM” di depan Gedung Sate Bandung, Jawa Barat. Kamis bertepatan dengan 29 Tahun Peristiwa Tanjung Priuk para seniman Pantomim itu beraksi. Berikut ini adalah profil dari Mixi Imajimimetheatre Indonesia.

Profil Mixi Imajimimetheatre Indonesia

Mixi Imaji Mime Theatre adalah ruang belajar komunal yang bergerak dan beraktivitas dalam ilmu disiplin di dunia seni pertunjukan yaitu seni pantomim. Mixi Imaji Mime Theatre juga mengapresiasi dengan beberapa pendekatan melalui ilmu seni di luar pantomim itu sendiri seperti teater, tari, rupa, musik, sastra, dan media rekam.

Mixi Imaji Mime Theatre terbentuk pada tanggal 11 November 2007, Mixi Imaji Mime Theatre didirikan oleh Rakhmat Koesnadi, Mumu Zainal Mutaqin, Wanggi Hoediyatno dan beberapa seniman pantomim lainnya. dalam perjalanannya Mixi Imaji Mime Theatre mengalami pasang surut dalam proses kreatifitas itu di kesibukan masing - masing anggotanya.

(35)

perubahan, namun hanya ingin menjadikan sebuah penyegaran dalam seni pantomim yang di geluti oleh Imaji Mime Theatre, Mixi sendiri adalah salah satu tokoh pantomim atau nama panggung ketika Wanggi bermain di atas. Mixi adalah tokoh perwakilan dari manusia di dunia yang di ceritakan melalui seni pantomim dengan karakter Mixi yang di mainkan oleh Wanggi, oleh karena itu, Mixi bukanlah sebuah perubahan, hanya sebuah Identitas dari salah satu seniman pantomim dari Imaji Mime Theatre untuk merangsang seniman pantomim agar terus berkarya di dunia seni pantomim di Indonesia dan dunia.

Mixi Imaji Mime Theater merupakan sebuah bentuk seni pertunjukan yang akan terus mencari kemungkinan - kemungkinan yang ada dan yang bisa di olah dengan cara terus berproses kreatif dalam sebuah penciptaan karya seni itu sendiri. Mereka juga terus mengembangkan potensi dari tiap-tiap individu anggotanya untuk berkreatifitas, berkreasi dan berkarya secara personal atau berkelompok serta berkolaborasi dan bereksperimen dengan berbagai seniman lain di luar dari seni pantomim itu sendiri. dengan proses ini akan tercipta individu-individu yang siap dengan kekaryaannya dan bertanggung jawab. Mixi Imaji Mime Theater selalu melakukan sebuah eksplorasi dengan berbagai disiplin ilmu seni ataupun di luar ilmu seni. dan terus meregenerasikan seni pantomim kepada regenerasi selanjutnya.

(36)

"Seikat bunga untukmu" hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Di Inggris dari abad ke-16 hingga abad ke-18, istilah flyer digunakan untuk ringkasan risalah yang kontroversial mengenai topik-topik aktual, umumnya berhubungan dengan agama atau politik.

Nama flyer sendiri diambil dari cara mendistribusikan selebaran ini pada era Perang Dunia 1, yaitu dengan menebarkannya dari atas pesawat. Pada masa itu flyer menjadi alat propaganda yang sangat efektif, karena dinilai dapat menjamah seluruh kawasan. Maka dari itu, melihat dari fungsinya flyer yang memuat pesan, visi, misi, dan tujuan Aksi Kamisan dinilai tepat dalam menyapaikan maksud dan pesan Aksi Kamisan ini kepada masyarakat.

3. Payung

(37)

"umbra", yang berarti bayang-bayang. Saat ditemukan pada 4 ribu tahun lalu, awalnya payung kuno didesain khusus hanya untuk melindungi sang pemakai dari terik panas matahari. Sampai akhirnya bangsa China berhasil membuat payung yang berfungsi juga sebagai pelindung terhadap hujan. Mereka berhasil memanfaatkan lilin dan lak sebagai pelapis kertas agar payung itu anti air.

Makna berdasarkan fungsi dasar payung tersebut lah yang mendasari penggunaan payung hitam dalam Aksi Kamisan ini. Payung digambarkan sebagai lambang perlindungan, sedangkan warna hitam dipilih sebagai gambaran keteguhan hati mereka dalam menuntut keadilan disamping menyimbolkan masih kelamnya penegakan HAM di Tanah Air.

(38)

II.4 Kampanye

Menurut Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004, 7), mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah

besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu

tertentu”. Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku.

Ostergaard dalam Venus (2004, 10), menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilah ”3A” yaitu awarness, attitude dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh yang harus dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta.

Awarness dalam aspek pertama oleh Ostergaad berarti menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi tentang produk dan gagasan yang disampaikan. Dalam hal ini, konsep dalam kampanye untuk memberikan informasi yang jelas tentang makna Aksi Kamisan Bandung harus dapat menarik perhatian para masyarakat terutama remaja di kota Bandung.

II.4.1 Jenis Jenis Kampanye

Kampanye Sosial

Adalah suatu kegiatan kampanye yang mengkomunikasikan pesan pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dana bersifat non- komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala gejala sosial yang sedang terjadi.

Kampanye Promosi

Adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan dan sebagainya.

(39)

Yaitu kampanye yang menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana suatu partai, program atau visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan yang dipilih atau tidak.

II.4.2 Manfaat Kampanye

Kampanye mampu memberikan manfaat yang sangat besar dalam penanggulangan suatu masalah, sebab kampanye merupakan salah satu jenis komunikasi masa yang mampu menyempaikan pesan secara sistematis untuk mencapai khalayak yang luas dan tersebar. Dalam menyampaikan strategi pesan yang tepat dan dilaksanakan dengan sungguh-sunguh maka pesan yang akan disampaikan bisa diterima dan dicerna dengan baik oleh target audience sehingga tujuan dari kampanye pun akan tercapai.

II.5 Kampanye Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, kampanye diartikan sebagai gerakan atau tindakan serentak untuk melawan, mengadakan aksi, mengubah keadaan, mengubah perilaku dan lain-lain yang. Sedangkan sosial adalah semua hal yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi Kampanye sosial, merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan dengan kelompok masyarakat agar menuju ke arah tertentu sesuai dengan gerakan yang dilaksanakan oleh pembuat kampanye (Lukman; 1996, 437).

Kriteria penentuan kampanye pelayanan masyarakat adalah:

a. Non komersil.

(40)

c. Tidak bermuatan politik. d. Berwawasan nasional.

e. Diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat.

f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima. g. Dapat di iklankan.

h. Memiliki dampak dan kepentingan tinggi sehingga mendapat dukungan media

lokal maupun nasional.

Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan “kampanye sosial sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak (masyarakat) yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus, 2007, 7).

II.5.1 Tujuan Kampanye

Tujuan dari kampanye memiliki 3 tahapan yaitu:

1. Pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan target tentang isu tertentu.

2. Tahapan berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap dan tingkah laku. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan target pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.

(41)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Komunikasi

Target audiens dari penulisan tugas akhir ini adalah anak muda dari semua jenis kelamin dan berdomisili di Bandung sebagai target primer, dan pengguna

internet secara umum sebagai target sekunder. Target audiens ini dipersempit lagi berdasarkan segmentasi psikografi, yaitu mereka yang dalam usia yang berpotensi untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi, peduli terhadap orang lain, dan merupakan pengguna internet yang aktif.

Komunikasi yang dilakukan disesuaikan oleh kelompok sasaran. Agar pesan tersampaikan dengan baik, bahasa maupun tampilan visual disesuaikan dan diolah agar mampu mewakili kelompok sasaran. Selain itu, media penyampaian yang digunakan adalah media yang sering diakses oleh kelompok sasaran. Berdasarkan hasil riset yang diambil dari MarkPlus Insight, kelompok sasaran menggunakan internet sebagai sumber informasi utama sehingga program kampanye akan lebih banyak dilakukan secara online.

III.1.1 Target Audience

Dalam merancang sebuah kampanye perlu disusun target audiens primer dan sekunder yang dibagi dalam tiga bagian berdasarkan segmentasi yang digunakan yaitu target audiens secara Demografis, Psikografis, dan Geografis, yakni:

• Demografis

 Gender : Pria & Wanita

 Kelompok Usia : 15 - 24

(42)

enam dari 10 anak muda lebih banyak mengakses internet dalam enam bulan terakhir dibanding media lain, sedangkan target audiens sekunder dimulai dari usia 25 dan seterusnya ditujukan kepada masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengakes internet.

SES: Menengah keatas

Kategori ini dipilih berdasarkan hasil riset lainnya didalam buku

Anxieties/Desires (2011), MarkPlus Insight menemukan sembilan fakta terkait pengguna internet di Indonesia, dan menyusun profil pengguna internet. Riset ini menggunakan metode kuantitatif kepada pengguna internet berumur 15-64 tahun, dengan pengeluaran minimal Rp. 1.750.000 per bulan, dan dilakukan pada bulan September 2010.

Fakta temuannya adalah:

a. Satu dari tiga anggota keluarga adalah pengguna Internet

b. Delapan dari sepuluh orang melakukan akses melalui mobile internet.

c. Selama 3-5 jam sehari mereka habiskan untuk akses internet.

d. Pengguna internet rata-rata menggunakan lebih dari satu gadget.

e. Media konvensional bukan lagi menjadi referensi utama pengguna internet.

f. Ada enam persen pengguna internet pernah melakukan transaksi online.

g. Sembilan dari sepuluh pengguna internet memiliki akun Facebook. Satu dari lima pengguna internet memiliki akun Twitter.

h. Dalam satu bulan, pengguna internet menghabiskan Rp 50.000 - Rp 150.000 untuk akses internet.

• Psikografis

(43)

• Geografis

Informasi tentang Aksi Kamisan Bandung diberikan kepada naka muda di wilayah kota Bandung.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Kampanye merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat luas sebagai sasaran melalui suatu kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya kampanye sosial ini diharapan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dilapangan sehingga diharapkan dapat merubah persepsi dan pola pikir remaja terhadap aksi sosial mengenai HAM dan isu - isu didalamnya. Menurut istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik terkait (Venus, 2004, 11)

Pendekatan komunikasi menggunakan dua cara, yaitu pendekatan visual dan pendekatan verbal.

1. Pendekatan Verbal

(44)

dirampas. Dari penggunaan pendekatan verbal diharapkan dapat mengubah pemikiran dan dapat menggugah kesadaran bagi remaja untuk peduli terhadap sesama atau bahkan ikut menyuarakan aspirasinya terhadap isu - isu pelanggaran HAM yang terjadi dilingkungan sekitar. Kampanye ini pun ditujukan agar remaja di kota Bandung dapat diarahkan kepada aktifitas yang lebih positif dibandingkan melakukan kegiatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

 Materi Pesan

Dalam penyampainya perancangan media informasi ini memerlukan materi yang akan di sampaikan sebagai pesan dari informasi mengenai Aksi Kamisan Bandung. Adapun materi yang di sampaikan adalah:

• Untuk mengkampanyekan sekaligus menginformasikan kepada masyarakat mengenai bagaimana cara Aksi Kamisan Bandung menyampaikan pesan.

• Membangun kesadaran bagi remaja untuk dapat memahami pesan dan memberi apresiasi pada Aksi Kamisan Bandung atau bahkan berpartisipasi langsung didalam aksi ini yang disampaikan melalui pantomim.

Pendekatan terhadap target audiens dilakukan agar pesan dapat tersampaikan dengan baik dan dapat merubah pandangan terhadap kegiatan Aksi Kamisan Bandung. Dari pendekatan verbal, muncul beberapa keywords diantaranya seni, peduli, dan pelanggaran HAM. Dari keywords tersebut munculah

headline dan sub-headline yang digunakan dalam media pendukung, yaitu:

 Senandung Mawar

 Kompilasi Melawan Impunitas

2. Pendekatan Visual

(45)

sumber perhatian dari audiens sehingga akan menimbulkan rasa penasaran dengan pesan apa yang coba disampaikan pada kampanye tersebut sehingga dapat sekaligus mensosialisasikan cara dalam penyampaian pesan dalam Aksi Kamisan. Pada kampanye tersebut juga akan diperlihatkan berbagai alat peraga yang digunakan dalam sebagai identitas Aksi Kamisan itu sendiri dan berfungsi sebagai bagian dari media penyampaian pesan Aksi Kamisan yang bersifat simbolis, hal ini bertujuan untuk lebih memperkenalkan sekaligus mempertegas identitas Aksi Kamisan itu sendiri.

III.1.3 Strategi Kreatif

Strategi kreatif adalah tentang bagaimana cara yang digunakan untuk memberikan sentuhan kesan lebih atau nilai tambah dalam menyampaikan informasi. Dalam video representasi pesan Aksi Kamisan Bandung melalui pantomim dengan menggunakan media desain komunikasi visual baik cetak maupun media elektronik telah memiliki sasaran yang tepat, sehingga audiens dapat memahami konsep rancangan media.

Setelah melewati tahap identifikasi dan analisa data, maka strategi perancangan memasuki tahap perancangan konsep kreatif. Dalam tahap ini akan dipilih jenis karya audio visual yang akan di buat dengan menyimpulkan data - data yang telah dianalisa.

(46)

sendiri. Pesan dikemas dengan gerak tubuh pantomim, perpaduan kedua unsur visual dan bahasa penyampaian yang dipakai harus memiliki kesinambungan yang kuat, serasi dan saling melengkapi antara satu sama lain sehingga diharapkan mampu untuk dicerna serta dipahami oleh target audiens maksud dan tujuanya yang terkandung didalam media kampanye pada akhirnya.

Berdasarkan pertimbangan pengambilan kesimpulan maka detail karya yang akan dikerjakan adalah:

1. Jenis Media

a. Media Audio Visual

Media audio visual dirasa sangat tepat dan efisien dalam menyampaikan dan menyebarluaskan pesan dalam kampanye. Salah satu media distribusi media utama ini adalah melalui video streaming

sebagai strategi primer yang kemudian disebarluaskan melalui media massa online yang memiliki kesamaan segmentasi audiens yang sesuai dengan strategi perancangan media utama, dan penayangan di statsiun televisi sebagai strategi sekunder yang dimaksudkan untuk menjangkau segmentasi demografis yang telah ditentukan. Video Streaming

merupakan media yang sangat efesien dan dapat mencakup di daerah lokal maupun mancanegara karena penyebaranya melalui situs-situs di internet. Dengan merilis video representasi pesan aksi Kamisan Bandung melalui pantomim yang memanfaatkan website Youtube dengan pertimbangan kegunaan dan fungsi Youtube sebagai website

(47)

penyampaiannya mealui pantomim. Selain video streaming, televisi digunakan sebagai strategi penyampaian sekunder dengan pertimbangan fungsi dan kegunaannya, juga fakta bahwa saat ini televisi sangat mudah dijangkau oleh masyarakat. Melalui media televisi inilah keberhasilan promosi dan pengenalan suatu produk akan mudah diraih. Dengan memanfaatkan kelebihan video representasi pesan Aksi Kamisan Bandung melalui pantomim yang memiliki konten musik, media utama dapat disebarluaskan dengan diaplikasikan kedalam program acara statsiun televisi lokal yang menayangkan video klip musik dalam ranah scene musik indie atau lokal, hal ini ditujukan untuk memperluas jangkauan penyampaian pesan media utama tersebut. Di Bandung, terdapat media broadcasting atau pertelevisian yang mendukung pengaplikasian media utama seperti Bandung TV, STV. Pertimbangan penggunaan Televisi sebagai media penyampaian tidak lain karena keberadaan stasiun televisi sangat berperan besar dalam suatu upaya penyampaian informasi.

Keunggulan dari media Streaming secara umum:

1). Efisiensi biaya

Video streaming adalah media penyampaian yang paling efektif, karena video streaming memiliki kemampuan menjangkau masyarakat luas dibandingkan dengan media penyampaian lainnya. Jangkauan luas ini secara tidak langsung dapat memberikan efisiensi biaya yang telah dikeluarkan demi menjangkau setiap individu sesuai target audience.

2). Pengaruh kenyataan yang kuat

(48)

3). Repitisi

Video streaming dapat dengan mudah diakses secara online melalui internet kapanpun dan dimanapun secara berulang ulang. Hal ini menjadi keuntungan ketika salah satu dari target audiens mengakses ulang media utama melalui Youtube di lingkungan yang berbeda sehingga sekaligus dapat membawa informasi tentang media utama kedalam lingkungan yang tidak terjangkau karena keterbatasan jangkauan dari media penyampaian yang ditentukan dalam strategi distribusi yang telah ditentukan

b. Media Grafis sebagai media pendukung

1. Poster

a. Alasan pemilihan media

Poster merupakan media yang berisikan pesan dan info mengenai suatu produk kepada masyarakat. Poster dibuat dalam bentuk cetak dengan ukuran A3, poster lebih tahan lama dibandingkan dengan pamflet dan sebagainya sehingga masyarakat pun dapat melihat dan memahami pesan dan info yang ingin disampaikan dalam waktu yang relatif lebih lama.

b. Bentuk desain dan visual

Bentuk desain dalam pembuatan poster ini sangat sederhana dengan menggunakan visual utama dan text sebagai elemn yang dapat memperjelas informasi poster tersebut dalam visualisasinya.

c. Penempatan media

(49)

2. T-shirt

a. Alasan pemilihan media

Dipilihnya t-shirt sebagai media promosi karena t-shirt merupakan pakaian yang sangat umum dan biasa dipakai oleh semua golongan umur baik tua ataupun muda lelaki maupun perempuan semua bisa memakainya. Terlebih dengan target audiens anak muda, t-shirt adalah salah satu pakaian yang digemari anak muda dibanding pakaian lainnya.

b. Bentuk desain dan visual

Desain t-shirt yang akan diterapkan relatif sama dengan penggunaan desain di media lainnya. Warna t-shirt yang akan dipilih adalah warna putih. Unsur sederhana masih diterapkan.

c. Penempatan media

T-shirt ini direncanakan akan menjadi bagian paket merchandise untuk dijual di distro, toko kaset dan cd atau perpustakaan yang sering dikunjungi oleh anak muda.

3. Stiker

a. Alasan pemilihan media

Stiker merupakan media yang cukup sederhana tetapi sering dipakai untuk media promosi sebuah produk. Sebagai contoh seringkali dalam setiap promosi stiker sering dibagi-bagikan secara gratis agar masyarakat mengetahui tentang eksistensi produk yang dipromosikan.

(50)

itu media ini dapat juga diaplikasikan sebagai bagian dari paket

merchandise Aksi Kamisan Bandung.

4. Pin dan Gantungan Kunci

a. Alasan pemilihan media

Media ini merupakan media promosi yang dianggap cukup efektif untuk promosi kampanye ini. Karena media ini masih menjadi trend sebagai aksesoris dikalangan anak muda, karena media ini dapat digunakan sebagai pelengkap dalam penampilan audiens dalam kehidupan sehari - hari.

b. Bentuk desain dan visual

Bentuk desain yang akan dipakai adalah material pin dengan bentuk bulat berukuran 6.5 cm x 6.5 cm tampilan visual mengacu pada visual utama.

c. Penempatan media

Media ini akan diberikan secara gratis pada setiap agenda yang ditentukan oleh pelaku atau partisipan Aksi Kamisan. Media ini dapat juga diaplikasikan sebagai bagian dari paket merchandise Aksi Kamisan Bandung.

5. Booklet

a. Alasan pemilihan media

Booklet digunakan sebagai media pendukung untuk mempertegas tujuan dari kampanye, selain itu booklet memiliki fungsi yang berperan sebagai

package penggati cover untuk cd yang disertakan dalam paket

merchandise Aksi Kamisan Bandung.

b. Bentuk desain dan visual

(51)

c. Penempatan media

Media ini direncanakan akan menjadi bagian paket merchandise untuk dijual di distro, toko kaset dan cd atau perpustakaan yang sering dikunjungi oleh anak muda.

6. Totebag

a. Alasan pemilihan media

Media ini digunakan dalam paket merchandise Aksi Kamisan Bandung berdasarkan pertimbangan fungsi dan kegunaanya sebagai media yang dapat menampung semua media yang termasuk kedalam paket

merchandise Aksi Kamisan Bandung, hal ini ditujukan agar penyajian paket merchandise Aksi Kamisan Bandung dapat lebih efisien.

b. Bentuk desain dan visual

Visual utama akan ditampilkan dalam media ini dengan menggunakan teknik sablon menggunakan cat sablon SW diatas bahan canvas twill yang merupakan material dasar media ini.

c. Penempatan media

Media ini direncanakan akan menjadi bagian paket merchandise untuk dijual di distro, toko kaset dan cd atau perpustakaan yang sering dikunjungi oleh anak muda.

2. Tema, Diskripsi cerita

(52)

3. Proses pengerjaan

Dalam perancangan konsep kreatif terdapat tahapan - tahapan yang harus diperhatikan agar memperoleh hasil yang maksimal. Adapun urutan tahapan - tahapan pengerjaan dijelaskan sebagai berikut :

a. Media Audio Visual

1. Script/skenario

Skenario berisi cerita yang akan dibuat. Semua informasi tentang teknik dan ruang waktu, kejadian, pengambilan gambar, transisi video dan hal-hal lain. Selain ide cerita dalam skenario juga ditekankan pada ketepatan antara sikronisasi representasi pantomim terhadap lirik lagu sebagai elemen media berupa audio yang dipilih dan menjadi acuan jalan cerita yang telah ditetapkan untuk lebih memperjelas makna dan informasi yang disampaikan.

2. Storyboard

Storyboard adalah skenario yang telah divisualisasikan dalam bentuk gambar. Visualisasi tersebut dibuat untuk memudahkan pembuatan media utama ini dalam tahapan produksi dan pasca produksi sekaligus menjadi acuan dalam pembuatan video tersebut.

3. Lokasi dan setting

(53)

gambar berdasarkan efisiensi finansial Aksi Kamisan Bandung itu sendiri, karena biaya produksi dapat ditekan dengan memanfaatkan jaringan lembaga ataupun personal yang berafiliasi dengan Aksi Kamisan Bandung, lokasi pengambilan gambar dapat digunakan dengan bebas biaya, sehingga dapat membantu produksi media audio visual secara finansial.

Gambar III.1 Spot Pengambilan gambar

Sumber: http://img.jakp.st/new/trvl/pn522/sHNkKnhATYzRjySl/

50gmpqoht1k44okgkk8oskk48.JPG (10 Agustus 2014)

4. Karakter

(54)

diarahkan untuk menunjukan kesan sedih, miris, pilu, menderita, dan kesakitan, lalu pada scene yang telah ditentukan karakter utama diarahkan untuk memunculkan kesan berjuang, melawan, dan tak gentar. Pengarahan karakter ditujukan untuk menyesuaikan pesan yang ingin disampaikan dalam dalam lirik lagu yang digunakan, sehingga diharapkan dapat dengan efektif mengkomunikasikan informasi kepada audiens.

Gambar III.2 Karakter Utama

Sumber: Dokumen Pribadi

5. Audio

(55)

(Berjalan Lebih Jauh-2013). Di bawah naungan label Sorge Records, mereka menggratiskan lagu yang mereka buat dan menyebarkanya di www.Soundcloud.com/bandaneira.

Lagu ini dipilih sebagai elemen pelengkap dalam media audio visual ini karena memiliki pesan dan tujuan yang selaras dengan tujuan utama kampanye ini. Dalam lagu Mawar terdapat pula potongan

"Sajak Suara" yang dinilain tepat dalam merepresentasikan pesan Aksi Kamisan secara keseluruhan, hal ini menjadi dasar pemikiran utama konsep perancangan media audio visual.

Gambar III.3 Cover Album Banda Neira "Berjalan Lebih Jauh" Sumber:

http://wastedrockers.files.wordpress.com/2013/04/banda-neira-

berjalan-lebih-jauh.jpg (10 Agustus 2014)

6. Pengambilan gambar

(56)

dan fix Canon EF 50mm f/1.8 II (Canon 7D) dan mengambil setting tempat dengan cahaya redup sesuai konsep yang telah ditentukan untuk memunculkan kesan sedih atau kelam. Selain alat - alat dalam proses ini juga dibutuhkan kru yang dapat memperlancar dan meringkas proses produksi.

7. Editing

Editing adalah kegiatan pasca produksi yang berfungsi mengemas dan menata serta mengatur komposisi audio maupun visual untuk kemudian disusun rapi menjadi urutan cerita yang sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Dalam proses ini akan digunakan peralatan komputer dan perkakas penunjangnya. Proses editing

menggunakan komputer sangat membantu proses kerja dan penciptaan efek grafis yang dapat menunjang komposisi dan keindahan gambar. Adapun perangkat lunak yang digunakan adalah

Adobe Premiere CS6, Adobe After Effect CS6 dan Red Giant, dan

software lain yang dapat menunjang proses editing ini.

b. Media Grafis Pendukung

Dalam pembuatan media promosi pendukung ada unsur – unsur yang harus diperhatikan agar memperoleh hasil yang efektif, antara lain:

1. Layout

Gambar

Gambar II.1 Pantomim Dalam Aksi Kamisan Bandung.
Gambar III.1 Spot Pengambilan gambar
Gambar III.2 Karakter Utama
Gambar III.3 Cover Album Banda Neira "Berjalan Lebih Jauh" Sumber:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, secara sistem stratifikasi sosial penelitian tentang “Etos Kerja Pedagang Peralatan Rumah Tangga dalam meningkatkan Strata Sosial di Desa Mancilan Kecamatan

Menerapkan metode forward chaining dalam sebuah sistem yang dapat meniru sistem berfikir seorang pakar atau dokter spesialis penyakit dalam (lambung) juga untuk

Setelah melaksanakan kegiatan, ternyata 100% mitra kerja dapat membuat produk olahan cabai merah besar dengan baik yaitu secara fisik dan rasa bubuk, abon, dan

Walaupun dalam kuadran ini konsumen menilai tidak penting namun kinerja pada atibut ini sudah memberikan kepuasan pada pelanggan tentang Pelayanan yang disediakan

a) Metode Burrows-Wheeler Transform sangat efektif jika digabungkan dengan algoritma Run-Length Encoding pada kompresi citra bitmap 24 bit. b) Rasio kompresi yang

Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan penerapan hukum waris islam yang berlaku di Indonesia sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku, dan hukum

Ambeien, Kenali Gejala dan Obat Alternatifnya - Wasir merupakan penyakit yang ditandai dengan pembengkakan atau pembesaran pembuluh darah vena di daerah anus.. Bila ada

Oleh karena itu SAU berbasis web yang dapat d pemilik SAU dapat meng berlangsung seperti, meli tersebut memiliki respon bagi pengunjung web dap mudah di website