• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Heru Budi Wibowo

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Heru Budi Wiibowo

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa berkemampuan

awal tinggi bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa berkemampuan awal tinggi kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 5 kelas, dan melalui teknik Random Sampling diambil 2 kelas sebagai sampel.

Berdasarkan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran koopertif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan pada pembelajaran matematika

siswa berkemampuan awal tinggi untuk meningkatkan kemampuan representasi

matematis.

(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Heru Budi Wibowo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29

Bandarlampung Semester Genap Tahun

Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Heru Budi Wibowo Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021025

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd. Drs. Pentatito Gunowibowo, M. Pd. NIP 196611181991112001 NIP 196105241986031006

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd. __________

Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M. Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M. Pd. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 196003151985031003

(5)

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Heru Budi Wibowo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29

Bandarlampung Semester Genap Tahun

Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Heru Budi Wibowo Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021025

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd. Drs. Pentatito Gunowibowo, M. Pd. NIP 196611181991112001 NIP 196105241986031006

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.

(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd. __________

Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M. Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M. Pd. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 196003151985031003

(8)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Heru Budi Wibowo

NPM : 0743021025

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, November 2012 Yang Menyatakan

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro, Provinsi Lampung, pada 8 Maret 1989. Penulis

adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sutarto dan Ibu Siti

Fatimah, S.Pd.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi

Bandarlampung yang dilanjutkan dengan pendidikan di Sekolah Dasar (SD)

Negeri 3 Bandarlampung dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2

Bandarlampung hingga lulus tahun 2004 dan di Sekolah Menengah Atas Negeri

(SMAN) 2 Bandarlampung hingga tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(Non SPMB).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti organisasi yaitu organisasi

Himasakta pada divisi kesejahteraan. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Modified Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012).”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;

(11)

iii

3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis;

4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberi-kan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaimemberi-kan skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis; 7. Ibu Suzana, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandarlampung; 8. Ibu Mika Sundari, S.Pd., selaku guru mitra yang telah sangat banyak

mem-bantu dalam penelitian;

9. Bapak dan Ibu tersayang atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tak per-nah berhenti mengalir;

10. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Matematika angkatan 2007 Non reguler serta teman-teman angkatan 2008 mandiri atas motivasi, persahabatan, dan kebersamaanya selama ini;

11. Kakak tingkat angkatan 2005 dan 2006 serta adik tingkat angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 atas kebersamaannya;

12. Sahabat-sahabat PPL SMA Persada Bandar Lampung; 13. Siswa-siswi SMA Persada dan SMPN 29 Bandarlampung;

(12)

iv

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandarlampung, November 2012 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

B. Penelitian yang Relevan... 23

B. Kerangka Pikir ... 24

C. Hipotesis Penelitian ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 27

B. Desain Penelitian ... 27

C. Data Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 29

(14)

vi

F. Analisis Data ... 39 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41 B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 50 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Bentuk-Bentuk Indikator Representasi Matematis... 20

3.1 Post-test only ... 28

3.2 Interpretasi Realibililtas... 31

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda... 32

3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 33

3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 34

3.6 Nilai Chi-Kuadrat ( ) Untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematika Siswa... 36

3.7 Nilai Varians untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematika Siswa... 37

3.8 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 38

4.1 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-Rata Skor, dan Simpangan Baku Post-test... 41

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi Matematis... 42

4.3 Nilai Varians untuk Distribusi Data Post-test... 43

4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post-tes... 44

(16)
(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Defri. 2010. Kemampuan Matematis. [on line]. Tersedia : http://id.shvoong.com/exact-sciences/1961504-kemampuan-matematis-/#ixzz1eX%C2%ACA%C2%AC%C2%AC-W%C2%ACSiBl. Diakses pada tanggal 28 Februari 2012.

Ali, Moh. 1987. Guru dalam proses belajar mengajar.sinar baru. Bandung.h Al Hadad, Syarifah Fadillah. 2008. Representasi dalam Pembelajaran

Mate-matika. [on line]. Tersedia : http://fadillahatick.blogspot.com/2008/06/-reoresentasi-matematik.html. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2012.

_________.. 2010.Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Esteem Siswa SMP dalam Matematika Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended.[on line]. Tersedia : http://repository.upi.edu/disertasi-view.php?no_disertasi=17. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2012.

Al-Kadiri, Nizar. 2009. Kemampuan Awal Siswa. [on line]. Tersedia : http://nizaralkadiri89center.blogspot.com/2009/12/kemampuan-awal-siswa.html. Diakses pada tanggal 09 November 2012.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta

Devanis, Esvita. 2012. Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I Kelebihan dan Kelemahan Tipe Jigsaw I. [on line]. Tersedia : http://evanis-irva.blogspot.com/2012/06/pembelajaran-kooperatifmodel.-html. Diakses pada tanggal 15 November 2012.

Emildadiany, Novi. 2008. Cooperative Learning-Teknik Jigsaw. [on line]. Ter-sedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.

Fitrianingrum, Anita. (2011). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Make a Match. [on line]. Tersedia : http://digilib.uin-suka.ac.id/6066/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2012.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

Irawan, Prasetya. 1996. Beberapa Metode Tutorial. Komunika.

(19)

Jaenudin. 2008. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP. [On Line]. Tersedia :

http://sydney19.files.wordpress.com/2010/04/pengaruh-pendekatan-kontekstual-terhadap-kemampuan-representasi-matematik-beragam.pdf Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.

Jannah, Uzlifatul. 2009. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Materi Pokok Komposisi Fungsi Semester 2 Kelas Xi Man Kendal Tahun Pelajaran 2007/2008. [On line]. Tersedia : http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse-&op=read&id=jtptiain-gdl-uzlifatulj-4422&q=Hasil. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2012.

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [On line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2010 Lestari, Helen Dea. 2012. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Modified Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matema-tis Siswa. Unila. Bandar Lampung.

Lie, Anita, (1994). Jigsaw: A cooperative Learning Method for the Reading Class. Waco, Texas: Phi Delta Kappa Society.

Maulia, Seny Marwati. 2009. Pengaruh Prosedur Siklus belajar 5E dalamMeningkatkan Kemampuan Representasi Matematika Siswa. [On line]. Tersedia : http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_040235_chapter3.pdf. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2012.

Mudzzakir, Hera S. 2006. Strategi Pembelajaran ”Think-Talk-Write” untuk meningkatkan kemampuan representasi matematik Beragam Siswa SMP. Tesis Pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan Mulyadi. 2011. Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Standar Kompetensi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Se kabupaten Barsel Tahun Pelajaran 2010 / 2011. [on line]. Tersedia : http://pasca.uns.ac.id/?p=1329. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2012.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila

Nurkanca, Wayan dan P.P.N Sumartana.1982. EvaluasiPendidikan. Surabaya. UsahaNasional.

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito: Bandung.

(20)

Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja GrafindoPersada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta : Hikayat Publishing

Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar Mengajar disekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta

Sutikno, M. Sobry.2005. Pembelajaran Efektif.NTP Pres.Mataram

Thohari, H. Khamim. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Mata Pelajaran Matematika Konsep Transformasi. [on line]. Diakses pada tanggal 15 November 2012.

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting, karena dengan pendidikan

manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam upaya mencapai

kesejahteraan hidup. Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Pasal 1 UU No. 20 tahun

2003). UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 juga menyatakan

bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani

dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tentunya siswa harus diajarkan berbagai

macam mata pelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu di antara mata pelajaran

pokok yang harus diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika, hal

ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Pasal 1 Ayat 1. Matematika merupakan

ilmu universal, ilmu yang menjadi dasar perkembangan teknologi dan berperan

(22)

2

teknologi, informasi, dan komunikasi selama ini tidak lepas dari peranan

matematika. Oleh karena itu pendidikan dan pengajaran matematika perlu

mendapatkan perhatian lebih. Namun dalam kenyataannya, siswa disetiap tingkat

pendidikan masih menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran

yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang optimal

bahkan cenderung kurang memuaskan. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa

rata-rata nilai matematika pada umumnya berada dibawah nilai mata pelajaran

lain. Hasil belajar yang kurang memuaskan dan nilai yang berada dibawah mata

pelajaran lain inilah yang menunjukkan bahwa siswa masih sulit untuk

me-nyelesaikan masalah matematis yang dihadapinya.

Kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika sangat berhubungan

dengan kemampuan representasi matematis siswa. Dengan membuat representasi

matematis yang tepat akan memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika tersebut. Suatu masalah yang rumit akan menjadi lebih sederhana jika

menggunakan representasi yang sesuai dengan permasalahan yang disajikan,

sebaliknya bila siswa membuat representasi yang keliru maka masalah akan

menjadi sukar untuk dipecahkan.

McCoy, Baker, dan Little dalam Jaenudin (2008) mengemukakan bahwa salah

satu cara terbaik membantu siswa memahami matematika adalah dengan melalui

representasi matematis, yaitu dengan cara mendorong mereka untuk menemukan

atau membuat representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomunikasikan

(23)

3

Untuk dapat merepresentasikan masalah dengan baik maka siswa harus memiliki

kemampuan awal yang menjadi pendukung kemampuan representasi tersebut.

Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan yang telah melekat pada diri

seseorang yang terkait dengan hal baru yang akan dipelajari. Kemampuan awal ini

menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari

selanjutnya. Kemampuan awal sangat penting pada pembelajaran matematika

karena pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang struktural dan

berjenjang sehingga setiap materi yang akan dipelajari selalu berkaitan dengan

materi yang sebelumnya.

Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi pada umumnya mempunyai

kemampuan yang tinggi pula dalam merepresentasikan soal dan masalah. Namun,

setelah melakukan wawancara dengan guru matematika di SMPN 29

Bandarlampung, ternyata tidak semua siswa berkemampuan awal tinggi memiliki

kemampuan representasi yang tinggi pula. Oleh karena itu, kelas yang diambil

dalam penelitian ini adalah kelas yang mempunyai kemampuan awal tinggi. Pada

penelitian ini, kemampuan awal siswa diambil dari nilai ujian nasional sekolah

dasar dan nilai tes formatif materi sebelumnya.

Masalah yang masih timbul sampai saat ini adalah masih banyaknya guru yang

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dimana guru

hanya menjelaskan materi, kemudian siswa diberikan latihan soal dan diakhir

pembelajaran guru memberikan pekerjaan rumah. Dalam pembelajaran

konvensional yang seperti itu umumnya baik siswa berkemampuan awal tinggi

maupun berkemampuan awal rendah hanya memperhatikan penjelasan guru.

(24)

4

oleh guru tanpa ada timbal timbal balik antara guru dengan siswa. Akibat kurang

baik yang sering terjadi akibat pembelajaran yang seperti ini adalah, jika siswa

diberikan contoh masalah matematis yang berbeda dari contoh soal yang pernah

diberikan, mereka akan kembali menemui kesulitan untuk merepresentasikan

masalah matematis tersebut. Faktor penyebabnya tidak lain karena siswa tidak

mencoba membuat representasi matematis secara mandiri, mereka terbiasa

dituntun oleh guru dalam membuat suatu representasi matematis. Hal ini sejalan

dengan pendapat pendapat Hudiono dalam Al Hadad (2010), yaitu keterbatasan

pengetahuan guru dan kebiasaan siswa belajar di kelas dengan cara kovensional

belum memungkinkan untuk mengembangkan daya representasi siswa secara

optimal.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk

meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw. Namun, dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat

kelemahan, yaitu materi yang diajarkan harus Independen atau saling lepas,

sedangkan hampir semua materi dalam matematika saling terkait satu sama lain.

Agar pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tetap dapat digunakan, maka

pembelajaran kooperatif tipe ini perlu dimodifikasi. Selanjutnya modifikasi ini

disebut dengan Modified Jigsaw.

Dalam penyelesaian soal dan masalah pada pembelajaran kooperatif tipe Modified

Jigsaw, siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga

harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota

(25)

5

kelompoknya yang lain, maka secara tidak langsung siswa akan terdorong untuk

menggunakan kemampuan representasinya sebagai dasar dalam berkomunikasi.

Mereka akan membuat representasi sebagai alat berfikir dan sarana dalam

mengkomunikasikan gagasan matematika yang telah mereka pelajari. Dengan

demikian di akhir pelajaran diharapkan dengan menggunakan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw kemampuan representasi siswa

dapat meningkat. Oleh karena itu, penelitian menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw akan dilakukan pada siswa SMPN 29

Bandarlampung yang mayoritas gurunya masih menggunakan pembelajaran

konvensional dan kemampuan representasi matematis siswa masih rendah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:”Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih

efektif bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran

matematika siswa berkemampuan awal tinggi ditinjau dari kemampuan

representasi matematis siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 29 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw bila dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional pada siswa berkemampuan awal tinggi dalam pembelajaran

matematika untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas

(26)

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan informasi

dalam dunia pendidikan berkaitan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw.

2. Manfaat Praktis

Bagi guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai

sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas VII SMPN 29 Bandar Lampung

mengenai suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pemahaman siswa melalui kerja kelompok.

Bagi kepala sekolah, dengan penelitian ini diharapkan kepala sekolah memperoleh

informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan guru-guru di SMPN 29 untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

E. Ruang Lingkup

Agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam pelaksanaan penelitian, maka disusun

suatu pembatasan didalam ruang lingkup, yaitu:

1. Efektivitas pembelajaran matematika adalah ukuran keberhasilan dari suatu

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan

pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan representasi matematis yang

dimiliki siswa. Pada penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif jika

(27)

7

kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih tinggi daripada kemampuan representasi

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran yang

me-nekankan siswa untuk mampu bekerjasama dalam kelompok asal maupun

kelompok ahli, serta mampu membuat representasi sebagai alat berfikir dalam

mengkomunikasikan gagasan matematika yang telah didapatnya. Kelompok

asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok

siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan

untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada

anggota kelompok asal.

3. Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimana materi yang diajarkan tidak

harus independen. Hal inilah yang membedakan dengan Jigsaw sebelum

dimodifikasi. Selain itu, perbedaan lainnya terletak pada langkah pada setiap

pertemuan dan kelompok yang melakukan presentasi. Pembelajaran kooperatif

tipe Modified Jigsaw memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

kemampuan representasinya melalui diskusi kelompok ahli dan kelompok asal

serta presentasi kelompok ahli.

4. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan

oleh guru dalam pembelajaran di kelas, yaitu pembelajaran yang berpusat

kepada guru untuk menjelaskan materi, pemberian latihan, dan pemberian

(28)

8

5. Kemampuan awal matematika siswa adalah pengetahuan awal yang dimiliki

siswa sebelum mempelajari suatu materi pelajaran. Kemampuan awal

matematika siswa diperoleh dari nilai rata-rata ujian nasional jenjang SD dan

tes formatif materi sebelumnya. Pada penelitian ini peneliti melakukan

penelitian pada kelas yang memiliki kemampuan awal tinggi.

6. Kemampuan representasi matematis siswa merupakan penggambaran,

penerjemahan, pengungkapan, penunjukan kembali, pelambangan, atau bahkan

pemodelan ide, gagasan, konsep matematik, dan hubungan diantaranya yang

termuat dalam suatu konfigurasi, konstruksi, atau situasi tertentu yang

ditampilkan siswa sebagai upaya memperoleh kejelasan makna, menunjukkan

pemahamannya, atau mencari solusi yang dari masalah yang dihadapinya.

Kemampuan representasi matematis siswa dalam penelitian ini dapat diketahui

dari tes kemampuan representasi matematis yang kemudian di analisis

bagaimana siswa a) membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas

masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya; b) menyelesaikan masalah dari

suatu ekspresi matematis; dan c) Menuliskan langkah-langkah penyelesaian

masalah dengan kata-kata atau teks tertulis serta membuat dan menjawab

(29)

9

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang

berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan

sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Keefektifan

pembelajaran menurut Trianto (2009: 20) adalah hasil guna yang diperoleh setelah

pelaksanaan proses belajar mengajar. Sedangkan Lince dalam Trianto (2009: 20)

menyatakan bahwa efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi

belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar

bisa belajar dengan baik.

Terkait pembelajaran yang efektif, Menurut Popham dan Baker dalam Triyanto

(2009) proses pembelajaran yang efektif adalah kemampuan untuk menghasilkan

perubahan yang diharapkan dari kemampuan dan persepsi siswa.

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak dalam Suryosubroto (2002: 9), dalam bidang

pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

1) mengajar guru, di mana menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar

(30)

10

2) belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan

tercapai melalui kegiatan belajar mengajar (KBM).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan

representasi matematis yang dimiliki siswa.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Irawan (1996: 7) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran yang membuat suatu bidang ilmu

“dipecah-pecah” menjadi beberapa bagian (section) dibahas lalu pecahan-pecahan

itu disatukan kembali dalam suatu diskusi pleno.

Arends dalam Emildadiany (2008) menyatakan Jigsaw pertama kali

dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di

Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di

Universitas John Hopkins. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan

yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang

harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok

yang lain

(31)

11

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, Anita, 1994).

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan

siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal (Desvita, 2012).

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

1. Pembentukan kelompok asal

Siswa dibentuk kelompok yang disebut dengan kelompok asal, dengan jumlah

siswa 4-6 orang. Dalam penelitian ini siswa dalam kelompok asal berjumlah 4

orang, sesuai dengan materi yang akan dibagikan. Materi dalam penelitian ini

adalah materi Segiempat. Setelah kelompok asal terbentuk, setiap kelompok

asal dibagikan satu subbab yaitu materi mengenai salah satu bangun segi

empat, kemudian empat orang anggota di dalamnya mempelajari bagian-bagian

kecil dari bangun segi empat itu, yang meliputi definisi, sifat-sifat, keliling, dan

(32)

12

2. Pembentukan kelompok ahli

Siswa yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam satu

kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Terdiri dari kelompok ahli

definisi, kelompok ahli sifat-sifat, kelompok ahli keliling persegi panjang, dan

luas persegi panjang.

3. Diskusi kelompok ahli

Setelah berkumpul dalam kelompok ahli, semua anggota kelompok berdiskusi

tentang materi yang didapat.

4. Kembali ke kelompok asal

Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, semua siswa kembali ke

kelompok asalnya. Dalam kelompok asal mereka saling memberikan informasi

tentang materi yang mereka dapat dalam kelompok ahli.

5. Presentasi kelompok

Setelah seluruh anggota kelompok asal menjelaskan masing-masing informasi

yang mereka dapat dalam kelompok ahli, guru meminta kelompok asal untuk

mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.

6. Guru memberikan kuis.

Langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di atas berlaku untuk satu

kali pertemuan. Untuk pertemuan berikutnya dilanjutkan dengan materi

selanjutnya, yaitu subbab dari Bab Segiempat yang lainnya dengan langkah

(33)

13 KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI

Keterangan :

BSE : Bangun Segi Empat

BSEi : Siswa yang mengerjakan Bangun segi empat dari kelompok i Cttn : i mulai dari 1 s/d 5

(34)

14

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Modified Jigsaw

Ismayani (2010) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu terstruktur dan

bertingkat. Hampir semua materi matematika yang akan kita pelajari itu saling

berkaitan, untuk bisa memahami beberapa konsep lebih tinggi diperlukan

pemahaman terhadap konsep dibawahnya. Dengan kata lain, agar tidak

bermasalah dengan beberapa konsep yang lebih tinggi, konsep-konsep di level

sebelumnya itu harus dikuasai dan tidak boleh dilupakan.

Misalnya dalam pokok bahasan segiempat, pada pokok bahasan ini siswa dituntut

untuk dapat mendefinisikan pengertian, mengidentifikasi sifat-sifat, menghitung

keliling, dan luas dari suatu segiempat, serta mengaplikasikannya dalam

pemecahan masalah yang terkait dengan keliling dan luas bangun segiempat.

Konsep definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas dari suatu segiempat memiliki suatu

keterkaitan, di mana siswa akan sulit untuk mengetahui keliling dan luas jika

siswa tidak mengetahui konsep definisi dan sifat-sifat dari segiempat itu. Hal ini

yang menjadi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada Jigsaw materi yang diajarkan lebih cocok pada materi yang saling lepas atau independen.

Hal ini sesuai dengan kajian Thohari (2001) yang menyatakan bahwa Jigsaw

cocok digunakan untuk materi yang subkonsep-subkonsepnya independen dimana

materi independen tersebut merupakan prasyarat dalam Jigsaw itu sendiri. Oleh

karena itu pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dimodifikasi agar dapat digunakan untuk materi yang tidak independen.

(35)

15

1. Pertemuan pertama

a. Pembentukan kelompok asal

Siswa dibentuk kelompok yang disebut dengan kelompok asal, dengan jumlah

siswa 6 orang, sesuai dengan materi yang akan dibagikan. Materi dalam

penelitian ini adalah materi Segiempat. Setiap kelompok asal mendapatkan

materi satu bab, dan enam orang anggota di dalamnya mempelajari subbab dari

bab segiempat, seperti persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat,

layang-layang, dan trapesium.

b. Pembentukan kelompok ahli

Siswa yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam satu

kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Terdiri dari kelompok ahli

persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan

trapesium.

c. Diskusi kelompok ahli

Setelah berkumpul dalam kelompok ahli, semua anggota kelompok berdiskusi

tentang materi yang didapat.

2. Pertemuan kedua

a. Kembali ke kelompok asal

Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, semua siswa kembali ke

kelompok asalnya. Dalam kelompok asal mereka saling memberikan informasi

tentang materi yang mereka dapat dalam kelompok ahli.

(36)

16

a. Presentasi kelompok

Setelah seluruh anggota kelompok asal menjelaskan masing-masing informasi

yang mereka dapat dalam kelompok ahli, guru meminta kelompok ahli untuk

mempresentasikan di depan kelas hasil diskusi mereka. Dalam satu pertemuan

dua kelompok ahli secara bergantian mempresentasikan hasilnya. Setelah

presentasi guru memberikan latihan kepada siswa.

4. Pertemuan keenam

Siswa duduk ditempat masing-masing, dan guru memberikan test formatif.

Menurut Lestari (2012) perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw terletak pada pembagian materi, langkah pembelajaran setiap pertemuan, dan saat presentasi kelompok. Jika

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dalam kelompok asal mendapatkan satu subbab materi, sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw siswa dalam kelompok asal mendapatkan satu bab materi. Dalam setiap

pertemuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pembelajaran berlangsung seperti

dalam langkah yang sudah dijelaskan sebelumnya, sampai seluruh materi selesai

dipelajari, sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw langkah pembelajaran setiap pertemuan berbeda-beda sesuai dengan langkah yang

sudah dijelaskan di atas. Untuk presentasi kelompok, dalam pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw kelompok yang presentasi di depan kelas adalah kelompok

asal, sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw kelompok

(37)

17

Untuk lebih jelasnya pembelajaran kooperatif kooperatif tipe Modified Jigsaw

digambarkan dalam diagram berikut (Lestari, 2012) :

Kelompok Asal Kelompok Ahli

Kelompok 1

Diagram 2.2 Ilustrasi pembelajaran Modified Jigsaw

(38)

18

4. Pembelajaran Konvensional

Djamarah dalam Hardiansky (2010) menyatakan bahwa metode pembelajaran

konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan

metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan

pembelajaran. Masih dalam sumber yang sama Freire (1999) memberikan istilah

terhadap pengajaran konvensional sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan

ber-“gaya bank” (banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya

dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh

siswa, yang wajib diingat dan dihafal.

Burrowes dalam Juliantara (2009: 7) menyampaikan bahwa pembelajaran

konven-sional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup

kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan,

menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya

kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran

konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2)

terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada

kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran konvensional

guru hanya menyampaikan materi dan siswa hanya menerima apa yang

disampaikan oleh guru, siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa

kurang bermakna karena lebih banyak hafalan. Pembelajaran konvensional lebih

(39)

19

meniru dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan

yang sudah dipelajari melalui tanya jawab atau kuis.

5. Kemampuan Representasi Matematis Siswa

National Council of Teacher Mathematics (NCTM) dalam Al Hadad (2010)

menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan,

tidak lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga

diharapkan dapat meningkatakan kemampuan: (1) komunikasi matematika

(mathematical communication); (2) penalaran matematika (mathematical

reasoning); (3) pemecahan masalah matematika (mathematical problem solving);

(4) mengaitkan ide-ide matematika (mathematical connections); (5) representasi

matematis (mathematical representation)

Cai, Lane dan Jacabcsin dalam Suparlan (2005: 11) menyatakan bahwa

representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mengemukakan

jawaban atau gagasan matematis yang bersangkutan. Menurut Goldin dalam

Mudzzakir (2006: 19) representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau

susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu

dalam suatu cara. Sedangkan Downs dalam sumber yang sama menyebutkan

bahwa dalam representasi merupakan konstruksi matematika yang dapat

menggambarkan aspek-aspek konstruksi matematis lainnya.

Parmentier dalam Al Hadad (2008) mendefinisikan representasi sebagai aktivitas

atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu,

untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran.

(40)

20

penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek,

yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi. Ahmad (2010)

mengemukakan kemampuan representasi matematis adalah salah satu standar

proses yang perlu ditumbuhkan dan dimiliki siswa. Standar proses ini hendaknya

disampaikan selama proses belajar matematika.

Mudzzakir (2006: 20) menyatakan hal berikut:

a) proses representasi melibatkan penerjemahan masalah atau ide ke dalam bentuk

baru,

b) proses representasi termasuk pengubahan diagram atau model fisik ke dalam

simbol-simbol atau kata-kata,

c) proses representasi juga digunakan dalam penerjemahan atau penganalisisan

masalah verbal untuk membuat maknanya menjadi jelas.

Menurut Jaenudin (2008: 9) ada beberapa manfaat atau nilai tambah yang

diperoleh guru atau siswa sebagai hasil pembelajaran yang melibatkan

representasi matematis, yaitu :

1) pembelajaran yang menekankan representasi akan menyediakan suatu konteks

yang kaya untuk pembelajaran guru,

2) meningkatkan pemahaman siswa,

3) menjadikan representasi sebagai alat konseptual,

4) meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan representasi

matematis dengan koneksi sebagai alat pemecahan masalah,

(41)

21

Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Indikator Representasi Matematis

Representasi Bentuk-Bentuk Indikator

Representasi visual; diagram, tabel atau grafik

- Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel.

- Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah

Gambar

- Membuat gambar pola-pola geometri - Membuat gambar bangun geometri untuk

memperjelas masalah dan mengfasilitasi penyelesaiannya

Persamaan atau ekspresi matematis

- Membuat persamaan atau ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan

- Membuat konjektur dari suatu pola bilangan - Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi

matematis

Kata-kata atau teks tertulis

- Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan

- Menuliskan interpretasi dari suatu representasi - Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu

representasi yang disajikan

- Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan kata-kata atau teks tertulis - Membuat dan menjawab pertanyaan dengan

menggunakan kata-kata atau teks tertulis.

Hiebert dan Carpenter dalam Fadillah (2008) menyatakan bahwa representasi

dapat dinyatakan sebagai representasi internal dan eksternal. Representasi internal

adalah aktivitas mental seseorang dalam pikirannya (minds-on), sedangkan representasi internal merupakan pengungkapan apa yang dihasilkan dari

representasi internal (hands-on). Hubungan antara representasi internal dan representasi eksternal terjadi secara timbal balik ketika seseorang mempelajari

matematika. Dengan demikian jika siswa memiliki kemampuan membuat

(42)

22

komunikasi matematikanya yang akan berpengaruh terhadap peningkatan

pemahaman matematikanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa representasi matematis merupakan

penggambaran, penerjemahan, pengungkapan, penunjukan kembali, pelambangan,

atau bahkan pemodelan ide, gagasan, konsep matematis, dan hubungan

diantaranya yang termuat dalam suatu konfigurasi, konstruksi, atau situasi tertentu

yang ditampilkan siswa sebagai upaya memperoleh kejelasan makna,

menunjukkan pemahamannya, atau mencari solusi yang dari masalah yang

dihadapinya.

6. Kemampuan Awal Siswa

Nurkancana dan Sumartana (1982: 206) menyatakan bahwa kemampuan awal

dapat diartikan sebagai jumlah tingkat perkembangan yang dicapai seseorang

untuk dapat menerima pelajaran baru, kesiapan belajar erat kaitannya dengan

kematangan tertentu, maka ia siap untuk menerima pelajaran baru.

Ali (1984: 54) menyatakan bahwa seseorang dapat memiliki kemampuan hasil

belajar dengan baik bila seseorang tersebut telah menguasai kemampuan yang

mendahuluinya pada bidang yang sama. Kemampuan awal yang dimiliki siswa

sebelum memulai mempelajari suatu bahan memiliki pengaruh terhadap hasil

belajar yang akan dicapai.

Materi-materi dalam matematika yang saling berkaitan menuntut siswa memiliki

kemampuan awal yang baik. Kemampuan awal yang baik dalam bidang yang

(43)

23

sebelumnnya, sehingga ia tidak merasa asing dalam mengikuti pelajaran yang

baru. Al-Kadiri (2009) menyatakan kemampuan awal siswa adalah kemampuan

yang telah dipunyai oleh siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan

diberikan. Kemampuan awal matematika siswa akan mempengaruhi kemampuan

siswa dalam menerima atau mengembangkan pengetahuan matematikanya pada

tingkat yang lebih tinggi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa merupakan

kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan

mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal

mempengaruhi kemampuan representasi matematis siswa.

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam

pembelajaran telah banyak dilakukan. Misalnya yang telah dilakukan Mulyadi

(2011) dengan judul Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw

Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Standar

Kompetensi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Gaya Belajar

Siswa Kelas VIII SMP Se kabupaten Barsel Tahun Pelajaran 2010 / 2011, hasil

penelitian menunjukkan pembelajaran kooperatif type Jigsaw memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada menggunakan metode ceramah.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Jannah (2009) dengan judul Efektivitas

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Materi Pokok Komposisi Fungsi Semester 2 Kelas Xi Man Kendal Tahun

(44)

24

kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dilihat dari hasil belajar peserta didik. Kemudian Fitrianingrum (2011) dalam

penelitiannya yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

Make a Match menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Make a Match lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Imogiri,

Yogyakarta.

Beberapa contoh penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw efektif diterapkan untuk meningkatkan prestasi siswa. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Namun dalam penelitian ini peneliti akan melakukan modifikasi pada

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan tujuan agar pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tetap dapat diterapkan dalam materi yang independen.

Adapun judul penelitiannya Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Modified Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis

Siswa.

C.Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas penerapan pembelajaran melalui pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan representasi

matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

(45)

25

representasi matematis siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw sebagai variabel terikat.

Model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Langkah pertama dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw adalah membentuk kelompok asal. Setiap siswa

pada kelompok asal mendapatkan materi satu bab yang berupa Lembar kerja

Siswa (LKS), dan masing-masing anggota didalamnya mempelajari satu subbab

dari bab segiempat. Subbab segi empat itu sendiri terdiri dari persegi panjang,

persegi, belah ketupat, layang-layang, jajargenjang dan trapesium. Setelah

menerima lembar kerja, masing-masing ahli dari kelompok berbeda berkumpul

untuk mendiskusikan subbab yang sama sampai mereka menjadi ahli subbab yang

mereka pelajari. Dalam lembar kerja yang diberikan, telah disajikan

instruksi-instruksi yang akan membantu siswa untuk merepresentasikan masalah ke dalam

bentuk matematis. Dengan demikian siswa tidak hanya akan mampu

menyelesaikan masalah namun siswa juga akan mampu merepresentasikan

masalah yang dihadapi kedalam bentuk matematis. Selain itu, siswa juga akan

terlatih untuk mengungkapkan suatu masalah matematis ke dalam bentuk

pengungkapan matematis baru yang merupakan hakikat representasi matematis.

Setelah berdiskusi di kelompok ahli siswa kembali ke kelompok asal. Setiap siswa

bertanggung jawab untuk menjelaskan subbab yang telah didiskusikan dalam

kelompok ahli kepada kelompok asal. Pada saat menjelaskan topiknya, siswa akan

menggunakan representasi sebagai alat fikir untuk mengkomunikasikan hasil

diskusi yang telah didapat. Setelah siswa menjelaskan dalam kelompok asal, pada

(46)

26

ahli, kemudian masing-masing kelompok ahli akan mempresentasikan sub bab

yang telah didiskusikan diahadapan kelompok ahli lain. Dalam kegiatan presentasi

ini siswa kembali akan menggunakan representasi sebagai alat berfikir, sehingga

kemampuan representasi diharapkan akan benar-benar terlatih. Secara ringkas

melalui pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw akan mampu meningkatkan

kemampuan representasi matematis siswa.

Pada pembelajaran konvensional langkah pertama yang dilakukan adalah guru

menjelaskan materi dan pemberian contoh soal. Pada saat guru menjelaskan

materi dan memberi contoh soal, segala aktivitas pembelajaran terpusat pada guru

sehingga siswa cenderung pasif. Karena siswa cenderung pasif dan hanya

menerima apa yang disampaikan oleh guru, kesempatan untuk membangun

kemampuan representasi matematis sangat kecil. Langkah selanjutnya dalam

pembelajaran konvensional adalah pemberian tugas. Dalam langkah ini, siswa

menggunakan kemampuan representasinya untuk mengerjakan soal yang

disajikan. Namun, pada saat mengerjakan soal, siswa tidak saling berinteraksi

sehingga kemampuan representasi siswa menjadi kurang berkembang. Dengan

demikian, pembelajaran matematika konvensional cenderung menghasilkan

kemampuan representasi matematis siswa yang kurang optimal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw akan mampu meningkatkan kemampuan

representasi matematis siswa. Sebaliknya, pembelajaran konvensional cenderung

(47)

27

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif

tipe Modified Jigsaw lebih efektif bila dibandingkan dengan pembelajaran

(48)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang rata-rata kemampuan awal

kelasnya tinggi, yaitu siswa yang nilai rata-rata UN sekolah dasar dan tes formatif

materi sebelum materi segi empat kelasnya ≥ 7,00. Pada sekolah ini terdapat lima

kelas yang memiliki kemampuan awal tinggi, yaitu kelas VII-A, VII-B, VII-C,

VII-D, dan VII-E.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Random Sampling

untuk mengambil dua kelas berkemampuan awal tinggi. Dengan teknik ini terpilih

kelas VII-A yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan kelas VII-B yang

terdiri dari 33 siswa sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

B.Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

mengguna-kan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak

(49)

29

Tabel 3.1. Post-test Only

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

Modified Jigsaw

C = Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen

O2 = Skor post-test pada kelas kontrol

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang

ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama

pembelajaran,

2. membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw

dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional,

3. menyiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan representasi

matematis sekaligus aturan penyekorannya,

4. melakukan validasi instrumen,

5. melakukan uji coba instrumen,

6. melakukan perbaikan instrumen,

7. melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen,

(50)

30

9. menganalisis data,

10.membuat kesimpulan.

C.Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan representasi matematis siswa

yang diperoleh dari tes kemampuan representasi matematis pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

D.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes.

Tes yang digunakan adalah tes kemampuan representasi matematis berbentuk

esai. Tes diberikan setelah pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol (post-test).

E.Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kemampuan representasi matematis yang

diperoleh dari data hasil belajar siswa melalui tes kemampuan representasi

matematis. Tes diberikan sebanyak satu kali, yaitu setelah pembelajaran selesai

dilakukan (post-test).

Untuk memperoleh data penelitian yang akurat diperlukan alat ukur yang baik,

sehingga dalam penelitian alat ukur yang digunakan diaharapkan memenuhi

kriteria valid, realiabel, memiliki tingkat kesukaran dan daya pembeda soal yang

baik. Jika perangkat tes telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka perangkat

(51)

31

tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu validitas yang

dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu: sejauh

mana tes hasil belajar sebagi alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah

dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan

pelajaran yang seharusnya diujikan.

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan

mem-bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan

instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran,

apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili

secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Dalam penelitian ini soal

tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas

VII. Jika guru menyatakan bahwa perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi

dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid. Dengan demikian valid

atau tidaknya tes ini didasarkan pada judgement guru tersebut. Guru tersebut

menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator

yang akan diukur sehingga tes tersebut dikategorikan valid. Setelah perangkat tes

dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji coba dilakukan di luar

sampel penelitian. Setelah diujicobakan, diukur tingkat realiabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya beda pembeda soal.

1. Reliabilitas

Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2008; 208)

yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus

(52)

32

dimana:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Si2 = Jumlah varian skor dari tiap butir item Kriteria yang digunakan untuk realibilitas dalam penelitian ini adalah sesuai

dengan pendapat Sudijono yang menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika

r11> 0,70. Setelah melakukan uji coba, tes yang digunakan dalam penelitian ini

memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70. Dari hasil analisis untuk 6 soal

uraian diperoleh = 0,717 > 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa soal uji coba

tersebut reliabel.

2. Daya Pembeda (DP)

Untuk menhitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang

memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memeperoleh nial terendah.

(53)

33

atas) dan 27% siswa yang memperoleh niali terendah (disebut kelompok bawah).

Karno To dalam Noer (2010) menungkapkan menghitung daya pembeda

ditentukan dengan rumus :

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang

tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes kemampuan representasi matematis

adalah 0,30 < DP ≤ 0,49 yaitu soal memiliki daya pembeda yang baik dan

DP ≥ 50, yaitu soal yang memiliki daya pembeda sangat baik. Setelah menghitung

daya beda butir soal, diperoleh hasil dari 6 soal terdapat 5 soal termasuk kategori

daya pembeda yang baik, yaitu soal nomor 1,2,3,4,dan 5, serta 1 soal termasuk

memiliki daya pembeda yang sangat baik yaitu soal nomor 6.

IA JB JA

DP 

(54)

34

3. Tingkat Kesukaran (TK)

Seperti yang dikemukakan Sudijono dalam Noer (2010:23) untuk menghitung

tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

indeks kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini, digunakan butir-butir

soal dengan kriteria sedang, yaitu dengan membuang butir-butir soal dengan

kategori terlalu mudah, sukar dan terlalu sukar.

Setelah melakukan perhitungan, semua soal memiliki kriteria kesukaran sedang,

sehingga keenam soal yang diujikan dapat digunakan. Adapun rekapitulasi hasil

uji coba instrument tes kemampuan representasi matematis dapat dilihat pada

(55)

35

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

1

0.717 (Reliabilitas

Tinggi)

0.323 (baik) 0.69 (sedang) 2 0.462 (baik) 0.69 (sedang) 3 0.379 (baik) 0.69 (sedang) 4 0.308 (baik) 0.64 (sedang) 5 0,476 (baik) 0.68 (sedang) 5 0.646 (sangat baik) 0.46 (sedang)

Dari Tabel 3.5 terlihat bahwa ketiga komponen yaitu reliabilitas tes, daya

pembeda, dan tingkat kesukaran dari keenam butir soal tersebut telah memenuhi

kriteria yang ditentukan sehingga soal tersebut dapat digunakan untuk kelas

sampel.

F. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan/merujuk bahan ajar yang telah dikembangkan oleh

Lestari (2012) dengan alasan peneliti melakukan penelitian yang sama terkait

efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw untuk meningkatkan

kemampuan representasi matematis serta materi penellitian.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan RPP bertujuan merancang pembelajaran di kelas untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini disusun RPP untuk enam kali

pertemuan yang terdiri atas alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar,

(56)

36

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan

peni-laian.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang diberikan pada penelitian ini disusun dengan rumusan permasalahan

yang dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. LKS

digunakan untuk mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa.

LKS hanya diberikan pada siswa kelas VII A yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw.

G.Analisis Data

1. Analisis Kemampuan Awal

Data kemampuan awal matematika siswa diperoleh dari nilai ujian nasional

sekolah dasar dan nilai tes formatif materi sebelum materi segi empat. Penelitian

ini mengambil 2 kelas berkemampuan awal tinggi sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya. Untuk meyakinkan tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan dari

kedua kelompok kelas sampel, sebelum melakukan penelitian, maka dilakukan uji

kesamaan dua rata-rata dengan uji-t. Untuk melakukan uji-t, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians terhadap data kemampuan

awal.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau

(57)

37

dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-KSuadrat menurut Sudjana (2005:

273) sebagai berikut :

1) Hipotesis Uji:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2) Taraf Signifikansi : α = 5%

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan 4) Keputusan uji :

Tolak H0 jika x2 x1k3 dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian.

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Setelah dilakukan perhitungan, hasil perhitungan uji normalitas terhadap data

kemampuan awal matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 3.6 .

Tabel 3.6 Nilai Chi-Kuadrat ( ) Untuk Distribusi Data Kemampuan Awal

Matematika Siswa

Eksperimen 4,8079 7,815 Normal

(58)

38

Dari Tabel 3.6. di atas, terlihat bahwa nilai 2

hitung

X untuk setiap kelompok kurang

dari 2

tabel

X , yang berarti pada taraf  = 0,05 hipotesis nol untuk setiap kelompok

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada tiap-tiap

kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Varians

Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas varians

terhadap data kemampuan awal matematika siswa dengan menggunakan uji F. Uji

ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians yang diambil dari populasi yang

sama (Arikunto, 2005:318). Untuk menguji kesamaan varians dari 2 buah kelas

digunakan uji F (Sudjana, 2005: 261).

Hipotesis :

Untuk menguji hipotesis diatas digunakan statistik :

Gambar

grafik atau tabel.
Tabel 3.1. Post-test Only
Tabel 3.2 Interpretasi Realibililtas
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
+5

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam pelaksanaan Landasan Teori dan Program Akhir Arsitektur kali ini bertujuan untuk memenuhi syarat menuju kelulusan Program Sarjana Arsitektur (S1) di Fakultas

Lokasi kajian pengambangan masyarakat kelompok pengrajin anyaman ini dilakukan di Desa Sawah Kulon Kecamatan Pasawahan yang berjarak 7 kilometer dari kota Kabupaten Purwakarta

berikut: 1) Alasan-alasan istri bekerja di Tanah Runtuah RT 03 RW 12 Kelurahan Pampangan Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang adalah untuk memenuhi

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Mereka ini maksudnya anak-anak TUHAN mengalahkan iblis dengan darah anak domba Allah, melalui kata-kata (berupa kesaksian), doa-doa kita, penyembahan yang keluar dari mulut dan

Dilihat dari pangsa pemasukan ternak sapi potong seperti yang tertera pada Tabel 2, tampak bahwa Kota Surakarta, dan Kabupaten Boyolali merupakan daerah tujuan perdagangan

Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang baik

Penurunan suku bunga acuan akan mendorong permintaan rumah baik untuk tujuan konsumsi (ditempati) maupun investasi yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan akan