• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Ujian Belajar Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Ujian Belajar Pembelajaran"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI 1

Pengertian Belajar dan Pembelajaran menurut beberapa teori 1. Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat

menunjukkan perubahantingkah laku. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat

mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau Input yang berupa stimulus dan keluaran atau Output yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).

Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.

Tokoh-tokoh aliran behavioristik adalah : Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.

2. Kognitif

(2)

model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang

situasiyang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwabelajar merupakan suatu proses internal yang

mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan

pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti : "Tahap-tahap perkembangan" yang dikemukakan oleh tersebut J. Piaget, Advance organizer oleh Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarki belajar oleh Gagne, Webteaching oleh Norman, dan sebagainya.

3. Gestalt

Wertheimer terutama berkaitan dengan masalah-masalah. Werthiemer (1959) memberikan interpretasi Gestalt memecahkan masalah episode ilmuwan terkenal (misalnya, Galileo, Einstein) serta anak-anak yang disajikan dengan masalah matematika.

Inti dari perilaku pemecahan masalah sukses menurut Wertheimer adalah mampu melihat struktur keseluruhan masalah ini: Sebuah tertentu di wilayah tersebut menjadi bidang penting, difokuskan, tetapi itu tidak menjadi terisolasi. “Sebuah struktur yang lebih dalam baru melihat, dari situasi berkembang, melibatkan perubahan dalam arti fungsional,

pengelompokan, dll dari item wilayah. Disutradarai oleh apa yang dibutuhkan oleh suatu struktur situasi untuk krusial, salah satu adalah menyebabkan prediksi yang wajar, yang seperti bagian lain dari struktur, panggilan untuk verifikasi, langsung atau tidak langsung mendapatkan. dua arah yang terlibat secara keseluruhan, gambar konsisten dan melihat apa struktur memerlukan keseluruhan untuk bagian-bagian

4. Humanistik

Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori belajar humanistik sifatnya abstrak dan lebih mendekaji kajian filsafat. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan

(3)

aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dal hal ini, maka teori humanistik ini bersifat eklektik (memanfaatkan / merangkum semua teori apapun dengan tujuan untuk memanusiakan manusia).

Salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar. Siswa belajar mengarahkan sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Siswa juga belajar menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri.

Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau

perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Guru, oleh karenanya, disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

5. Sosial

Teori belajar social juga masyur dengan sebutan teori observational learning, ‘belajar observasional/ dengan pengamatan’ itu (Pressly &

McCormick, 1995: 216) adalah sebuah teori belajar yang relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.

Teori ini dikemukakan oleh Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat. Teori Bandura berdasarkan tiga asumsi , yaitu:

bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau perilaku contoh. Apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru itu akan menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran menurut proses kognitif individu dan kcakapan dalam membuat keputusan ialah terdapat

(4)

pembelajaran melalui peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui

peniruan terhadap perilaku di lingkungan, pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana membuat peniruan yang sebaik-baiknya sehingga bersesuain dengan keadaan dirinya atau tujuannya. Teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.

6. Konstruktivistik

Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

7. Sibernetik

Teori sibernetik merupakan teori belajar yang paling baru dibandingkan dengan

teori-teori belajar lainnya.Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan

ilmuinformasi.Menurut teori sibernetik belajar adalah pengolahan informasi.Sekilas, teori

mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. proses memang

penting dalam teori sibernetik.Namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang

diproses.Informasi inilah yang akan mementukan proses. Asumsi lain teori sibernetik adalah

bahwa tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk

semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Oleh karena

itu,sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses

belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses

belajar yang berbeda.

Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha

guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara

memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus

dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah

pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya

memory

. Model proses

pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau

mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian

menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.

8. Hakekat belajar pembelajaran

Belajar adalah proses suatu adaptasi yang berlangsung sebagai proses yang

(5)

sedangkan pembelajaran mempunyai arti terjadinya Proses Belajar Mengajar (PBM)

yang relative tetap dan ada unsur perubahan yang mempunyai system belajar.

Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian

tujuan pengajaran. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang

dalam angka raport, ijasah, atau dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer

belajaran.

MATERI 2

Tujuan Belajar dan Unsur dinamis dalam belajar

tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi

pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

Jenis tujuan belajar

Kegiatan belajar adalah suatu proses yang bertujuan dimana antara siswa dan guru sama-sama mengupayakan agar kegiatan pembelajaran memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian tujuan pembelajaran itu terdiri dari :

tujuan instruksional (tujuan mata-mata pelajaran), 

tujuan pembe

 lajaran umum (tujuan umum), dan

tujuan pembelajaran khusus (sasaran belajar). 

Ketiga jenis tujuan itu mempunyai hirarki yang jelas dimana tujuan pembelajaran awal dijabarkan melalui tujuan pembelajaran umum, kemudian masing-masingnya dijabarkan pula menjadi sejumlah tujuan pembelajaran khusus.

UNSUR – UNSUR DINAMIS DALAM BELAJAR 1. Dinamika Siswa dalam Belajar

Bloom dkk merupakan pelopor yang mengkategorikan perilaku hasil belajar menjadi 3, yaitu

a. Ranah kognitif

(6)

 Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

 Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dari kaedah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip.

 Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

 Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

 Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

b. Ranah afektif

 Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

 Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan.

 Pemikiran dan penentuan sikap, mencakup menerima sesuatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

 Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

 Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

c. Ranah psikomotor

 Persepsi, mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

 Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan dari dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

 Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuatu contoh, atau gerak peniruan.

 Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

 Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien, dan tepat.

(7)

 Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru atas prakarsa.

Dinamika Guru dalam Pembelajaran

Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi. Peran guru tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar. Menurut Biggs dan Telfer diantara motivasi belajar siswa ada yang diperkuat dengan cara-cara pembelajaran. Motivasi instrumental, motivasi sosial, dan motivasi berprestasi rendah misalnya dapat dikondisikan secara bersyarat agar terjadi peran belajar siswa. Junaidi (blogspot.com, 2009) mengemukakan bagaimana cara

pembelajaran yang berpengaruh terhadap belajar siswa, yaitu :

a. Bahan ajar

Bahan ajar atau bahan belajar sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. Contoh, berikan bahan ajar dalam gambar-gambar menarik, foto-foto berwarna atau jika menggunakan OHP atau LCD, dan gunakanlah huruf-huruf yang indah. Tujuannya hanya satu, yaitu membuat bahan ajar yang akan kita ajar semenarik mungkin jika dinilai siswa.

b. Suasana belajar

Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Disamping kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga berpengaruh pada kegiatan belajar. Bagaimana caranya guru memberikan suasana belajar yang kondusif, aman, tentram, dan nyaman.

c. Media dan sumber belajar

Guru berperan penting dalam menempatkan media dan sumber belajar. Lingkungan sekolah, TV, majalah, surat kabar, dan dunia maya pun bisa

digunakan sebagai media belajar.

d. Guru sebagai subjek pembelajaran

Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Apabila guru tidak bisa mengajar dengan baik, maka biasanya murid akan malas dalam belajar.

MATERI 3

Prinsip-Prinsip Belajar

Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam implementasi kurikulum. Untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi

(8)

membuat kegiatan pembelajaran itu berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip-prinsip pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran sehingga

pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu diketahui adalah :

1.Prinsip perhatian dan Motivasi

Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi berhubungan erat dengan minat, siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar.motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2.Prinsip Keaktifan

Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan metrespon terhadap setiap pembelajaran.

3.Prinsip Keterlibatan Langsung / Berpengalaman

Prinsip ini berhubungan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus melibatkan diri ( setiap individu ) terjun mengalaminya.

4.Prinsip Pengulangan

Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukan oleh Edward L. Thorndike ( 1974 – 1949 ) tentang law of lerning, yaitu “ law of effect, law of exercise and law of readiess “

5.Prinsip Tantangan

(9)

6.Prinsip Balikan dan Penguatan

Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelaran yang menantang, seperti Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

7.Prinsip perbedaan Individual

Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikism, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan

selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.

MATERI 4

Pendekatan Pembelajaran 1. Pengertian pendekatan

Pendekatan pembelajaran adalah salah satu faktor yang menentukan suksesnya penerapan strategi pembelajaran. Dikatakan demikian karena pendekatan pembelajaran merupakan pandangan umum bagi guru

terhadap proses pembelajaran. Sehingga pendekatan pembelajaran harus lebih dahulu ditentukan sebelum memilih strategi dan metode

pembelajaran seperti apa yang akan diterapkan.

2. Pendekatan ditinjau dari segi pengolahan pesan

Ada dua cara pandangan yang berbeda mengenai pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu belajar penerimaan dan belajar penemuan. • Belajar Penerimaan

Pendekatan proses pembelajaran penerimaan dikembangkan menjadi strategi ekspositif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyajian informasi yang diberikan dalam bentuk penjelasan simbolik atau demonstrasi praktis.

b. Tes terhadap resepsi, ungkapan, dan pemahaman

c. Menyediakan kesempatan untuk menerapkan prinsip umum sebagai latihan dengan suatu contoh tertentu .

d. Menyediakan kesempatan untuk penerapan kedalam situasi nyata sesuai dengan informasi yang baru di pelajari.

• Belajar Penemuan

Pendekatan proses belajar penemuan dikembangkan menjadi metode discoveri dan inkuiri. Metode diskoveri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(10)

b. Tes terhadap pemahaman tentang hubungan sebab akibat.

c. Penyajian kesempatan-kesempatan guna penerapan hal yang baru saja dipelajari ke dalam situasi yang nyata.

Sementara itu langkah –langkah dalam metode inkuiry adalah : a. Identifikasi kebutuhan siswa

b. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian dan generalisasi yang akan dipelajari.

c. Guru membantu memperjelas tugas atau problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa

d. Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas

e. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan

f. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan h. Membantu siswa dengan informasi atau data jika perlu

i. Guru memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang meengarah dan mengidentifikasi proses.

j. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa.

k. Memotivasi siswa yang giat dalam proses penerimaan

l. Membantu siswa dalam menemukan prinnsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan.

3. Pendekatan ditinjau dari segi pengorganisasian siswa 1. Pembelajaran secara individual

Pembelajaran secara individual adalah kegiatan belajar mengajar yang menitikberatkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masin individu. Ciri-cirinya dapat dilihat dari :

- Pencapaian tujuan pengajaran

Pencapaian tujuan pembelajaran disini tergantung kepada kemampuan individual siswa

- Peranan siswa dan guru

Dalam pembelajaran individual siswa merupakan titik sentral dalam pelayanan pembelajaran, sedangkan peranan guru disini adalah memfasilitasi siswa dalam beberapa hal antara lain membantu

merencanakan kegiatan belajar, mengorganisasikan kegiatan belajar, memberikan fasilitas dan mempermudah cara belajar.

- Progaram pembelajaran

Program yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara mandiri dengan bantuan yang sangat minim dari guru. Bentuknya antara lain berupa modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan pengajaran berbantuan komputer.

Progam pembelajaran individual berorientasi pada pemberian fasilitas pada setiap siswa agar siswa dapat belajar secara mandiri. Kemandirian dalam belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan individu.

2. Pembelajaran secara berkelompok

Dalam kegiatan belajar mengajar dikelas ada kalanya guru

membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota antara 4-8 orang siswa. Dalam pembelajaran berkelompok guru dapat memberikan

bimbingan yang lebih intensif kepada setiap kelompok. Dalam

(11)

nampak dari pembelajaran berkelompok ini dapat dilihat dari beberapa aspek :

- Pencapaian tujuan pengajaran

Pencapaian tujuan pengajaran pada pembelajaran berkelompok dapat di proses melalui proses kerja kelompok. Pembagian kerja untuk masing-masing anggota memupuk rasa tanggung jawab dari siswa. Siswa dilatih agar mampu memecahkan masalah secara rasional dalam kelompok yang dinamis.

- Perana guru dan siswa

Dalam pembelajaran berkelompok siswa adalah anggota kelompok belajar yang solid dan kompak dalam memecahkan masalah kelompok. Cirinya yang menonjol adalah adanya kesadaran bersam dalam mewujudkan tujuan kelompok, adanya rasa saling tergantung dan saling membutuhkan. Peranan guru dalam pembelajaran berkelompok yang utama sekali adalah memberikan perhatian kepada semangat kerja kelompok dalam

memecahkan masalah kelompok. Oleh karena itu guru perlu

memperhatikan tentang bagaimana menbentuk kelompok, perencanaan tugas, mengawasi, dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.

3. Pembelajaran secara Klasikal

Pengajaran klasikal merupakan pengajaran yang paling praktis dimana seorang guru menghadapi siswa yang jumlahnya mencapai empat

puluhan. Walaupun demikian, pengajaran klasikal menuntut kemampuan guru sekaligus dalam dua hal, yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran.

Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar yang baik. Dalam hal ini, mencakup kondisi fisik kelas dan kondisi emosional siswa yang akan belajar.

Pengelolaan kelas yang baik oleh guru dapat mengatasi gangguan yang muncul dalam proses belajar dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Pengelolaan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Tekanan utama dalam pembelajaran klasikal adalah seluruh anggota kelas. Oleh sebab itu, guru perlu menyusun disain instruksional yang lengkap, sehingga pelajaran dapat berjalan dengan lancar. Sebelum penyajian pembelajaran, guru sudah menetapkan tugas yang harus dilakukan oleh siswa.

Dengan demikian, siswa memahami apa yang harus dilakukan dan bagian mana yang mendapat penekanan untuk dicatat dan dipahami. Disamping itu guru perlu menciptakan suasana tertib sehingga perhatian siswa dapat terfokus kepada materi pelajaran yang diberikan dan siswa akan terlibat aktif.

4. Pendekatan dari segi format belajar 1. Pembelajaran tatap muka

(12)

2. Pembelajaran non-tatap muka

Disebut juga dengan belajar mandiri. Dalam kegiatan ini siswa

menggunakan bahan belajar yang di disain secara khusus. Bahan tersebut dipelajarinya tanpa tergantung akan kehadiran guru. Jenis bahan-bahan belajar itu dapat berupa salah satu dari program media, seperti modul, film, kaset, audio, slide, komputer dan lain-lain

5. Posisi guru dan siswa dalam pengelolaan pesan

Dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha agar pesan atau materi pelajaran yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat dikuasai oleh siswa dengan baik. Cara yang ditempuh hendaknya dititikberatkan kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar sementara guru adalah sebagai fasilitator dan motivator.

MATERI 5

Cara belajar siswa aktif (CBSA) dan Pendekatan keterampilan proses (PKP)

1. Pengertian CBSA

Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan

intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.

Dan menurut T. Raka Joni, CBSA adalah suatu pendekatan, bukan suatu metode atau teknik mengajar. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif pada dasarnya adalah melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna secara konstruvistik terhadap pengalaman oleh pebelajar dan dengan dituntun azas “tut wuri handayani” pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakrsa dan tanggung jawab belajar ke arah belajar sepanjang hayat.

2. Rasional CBSA

Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional. Yang terpenting diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya perwujudan tujuan utuh pendidikan serta

karakteristik manusia masyarakat dan masyarakat masa depan Indonesia yang dikehendaki.

Secara umum, esensi tujuan pendidikan, menurut T. Raka Joni (1980) adalah pembentukan manusia yang bukan hanya dapt menyesuaikan diri hidup didalam masyarakatnya, melainkan labih dari itu, mampu

(13)

mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, serta siswa diharapkan lebih terlatih untuk

berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat

menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya. (Raka Joni, 1992).

3. Prinsip CBSA

Prinsip-prinsip tersebut, menurut T. Raka Joni (1993) ialah

1. penyediaan pijakan dan tuntutan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk membrikan makna terhadap pengalamn belajarnya, 2. kegiatan belajar-mengajar yang beranekan ragam dari guru,

3. pemberian tugas/kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji, berlatih/menghayati isi kurikulum,

4. guru berusaha untuk memenuhi kebutuhan individu siswa

5. guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar-mengajar,

6. guru mencek pemahaman siswa,

7. guru mengupayakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi belajar-mengajar,

8. guru mengembangkan berbagai pola interaksi dalam proses belajar-mengajar, baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa,

9. pemantauan intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan segera.

Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun proses pembelajaran.

Rambu-rambu yang dimaksud adalah :

1. Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan

2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya

3. Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran

4. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran 5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa

6. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa

7. kuantitas dan kualitas uasaha yang dilakukan guru dalam membina dan membina keaktifan siswa

8. Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator

9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran 10. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan para guru dalam proses pembelajaran

11. Keterikatan guru terhadap program pembelajaran 12. Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran 13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar

(14)

Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) 1. Pengertian

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yaitu hubungan timbal balik antara guru dengan siswa. Guru memberikan bimbingan dan

menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan

kemampuan dan pembentukan kepribadian. Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk

memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Siswa diharapkan termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Hal ini berarti bahwa peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannnya dengan keberhasilan belajar. Salah satunya pendekatan keterampilan proses.

Pembicaraan tentang proses ada baiknya diawali dengan filsafat sains. Filsafat sains banyak menaruh perhatian tentang bagaimana cara saintis memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan gejala alam. Seorang ahli filsafat dan ahli fisika mengatakan “Sikap fisikawan tidak boleh tidak,

haruslah murni empirisme”. Data empirik yang diperoleh dari pengamatan itulah yang akhirnya digunakan untuk menghakimi segala teori yang dicetuskan saintis.

Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses

merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.

Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan

terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2008:72). Menurut Mulyasa (2007:99), Pendekatan Keterampilan Proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan

(15)

Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri (Soetardjo, 1998:3). Dalam pendekatan keterampilan proses, tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal.

2. Hal yang harus diperhatikan

Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.

3. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peseta didik. Suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.

4. Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Guru dan peranannya dalam penerapan PKP

Dengan menggunakan keterampilan proses menghendaki siswa terlibat dalam eksplorasi, mengungkapkan, menemukan selain itu juga merasakan dan menghayati sebagian dari perasaan dan kepuasan ilmuwan, sambil mengembangkan keterampilan–keterampilan proses yang sesuai dengan bidangnya. Pengajaran seharusnya sudah berubah menjadi berpusat pada siswa/mahasiswa dan berorientasi pada penemuan, penyelidikan,

pemecahan masalah dengan menggunakan atau sambil mengembangkan keterampilan proses. Peranan guru/dosen adalah sebagai pembimbing. Guru/dosen berusaha menjadi pendengar yang baik, menerima

pernyataan siswa/mahasiswa, dan membimbingnya dengan cara mengajukan pertanyaan, mengajak dan memberikan pengalaman-pengalaman yang lebih banyak lagi.

Keterlibatan siswa dalam setiap pengalaman adalah penting. Pengalaman merupakan dasar pembentukan konsep, pengembangan konsep,

pengembangan keterampilan proses dan pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, peran guru/dosen adalah mendorong siswa/mahasiswa terlibat aktif dalam setiap pengalaman.

4. Model-model mengajar dalam PKP

(16)

Model ini menekankan informasi partisipasi penyusunan satuan pelajaran smaa dengan sistematika sautu pelajaran baisa, perbedaannya hanya apda urutan kegiatan belajar siswa yang dikemabngkan menjadi tiga kegiatan yakni: (a) kegiatan dengar, (b) kegiatan lihat, (c) kegiatan kerja.

2. Model mengajar pemecahaan masalah

a.Pola kegiatan pembelajaran ini mengandung aktivitas belajar siswa yang cukup tinggi, tepat digunakan untuk mengajarkan konsep dan prinsip

b.Penyusunan satuan pelajaran hampir sama dengan model lain. Yang perlu diperhatikan adlaah menyusun dan mengorganisasikan bahan ajar.

3. Model Mengajar Induktif

a.Model kegiatan pembelajarna yang dikembangkan melalui cara berfikir induktif yaitu menarik kesimpulan dari fakta khussu menuju kepada hal yang umum

b.Petunjuk pembautan satu pelajaran

-waktu paling sedikit 2 jam pelajaran

-rumusan tujuan mencakup penyusunan bahan ajar dan keterampilan proses

-Bahan pengajaran terdiri dari konsep materi, fakta, peristiwa, gejala yang akan diamati oleh siswa dan topik yang didiskusikan

-Urutan belajar siswa

-Penilaian

4.Model Mengajar Deduktif

a.Pola belajar mengajar yang didasarkan atas cara berfikir deduktif adalah menarik kesimpulan dari pernyataan umum menjad pernyataan khusus

b.Petunjuk pembuatan satuan pelajaran

Model ini mulai dari kegiatan empiris melalui pengamatan gejala peristiwa atau proses di lapangan atau dilaboratorium dan diakhiri dengan generalisasi/ penemuan.

5. Model Mengajar Gabungan Deduktif Induktif

(17)

- Pendekatan deduktif menekankan kajian konsep dan prinsip-prinsip bahan pengajran secara teorits, berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah.

- Pendekatan induktif menekankan kajian bukti-bukti empiris dari konsep dan prinsip

MATERI 7

Sumber belajar dan Media Pembelajaran 1. Sumber belajar

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau

mencapai kompetensi tertentu.

Beberapa jenis sumber ajar :

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6)

lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

Berdasarkan paparan diatas, buat contoh sumber ajar :

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization)

(18)

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realia; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahasa asing. Namun demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat.

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Diskusikan berdasarkan definisi diatas, apakah buku ajar dapat diartikan sebagai media pembelajaran?

Jelaskan pengertian media dengan kata-kata anda sendiri?

Media pembelajaran, berdasarkan cara tangkap indra dibagi menjadi tiga :  Media audio

 Media visual  Media audio-visual

Jelaskan dengan kata-kata anda sendiri pengertian ketiga media diatas?

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

MATERI 8

Syarat-syarat kesuksesan belajar 1. Kesuksesan Belajar

(19)

berbagai tuntutan yang meliputi unsur-unsur/ ranah kognitif, afektif dan psikomotornya.

Prayitno (1997) mengemukakan bahwa, selemah-lemahnya PBM di dalam kelas, apabila siswa melakukan kegiatan belajar sendiri dengan sehebat-hebatnya, hasil yang lebih tinggi akan lebih mungkin dicapai.

2. PTSDL

a. Persyarat Penguasaan Materi Belajar (P)

Rendahnya penguasaan materi (daya serap siswa dalam mata pelajar tertentu sering kali bukan karena kemampuan dasar/ kecerdasan siswa itu yang rendah tetapi disebabkan kondisi yang secara langsung terkait

dengan materi pelajaran itu sendiri, yaitu mereka tidak menguasai materi-materi tertentu yang menjadi prasyarat untuk menguasi materi-materi

selanjutnya.

b. Keterampilan Belajar (T)

Sejumlah keterampilan belajar yang secara praktis dikuasi oleh siswa untuk mencapai hasil belajar dan daya serap yang tinggi, antara lain menurut Ron Fry, yaitu (1) mengatur pelajaran (2) membaca dan

mengingat (3) mengatur waktu belajar (4) mengikuti pelajaran kelas (5) menggunakan kepustakaan dan sumber-sumber belajar (6) menulis karya tulis dengan dengan baik dan mempersiapkan diri untuk ujian.

c. Sarana Belajar (S)

Ketersediaan sarana belajar merupakan salah satu aspek yang penting dalam menunjang kesuksesakn siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa yang sedang menjali kegiatan belajar seharusnya

dilengkapi dengan sarana yang cukup memadai sehingga mereka mampu memanfaatkannya untuk kelancaran kegiatan belajar dengan hasil belajar yang tinggi.

Sarana belajar yang dimaksud disni adalah materi dan perlengkapan serta peralatan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar yang baik belajar dikelas, sekolah dilabor/ workshop maupun dirumah.

d. Keadaan Diri Pribadi (D)

Kondisi diri pribadi siswa perlu menjadi perhatian guru untuk dikembangkan ke arah yang lebih positif.

e. Lingkungan Sosial-Ekonomi (L)

Betapun baiknya penguasaan materi persyaratan, keterampilan belajar serta dukungan sarana belajar dan keadaan diri pribadi siswa apbila tidak didukung secara positif oleh lingkungan sosial emosional yang berada disekitarnya maka kesuksesan belajar yang tinggi sulit dicapai oleh siswa yang bersangkutan.

MATERI 9

Masalah masalah belajar pembelajaran 1. Jenis masalah belajar

(20)

yang mengalami nilai dan angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya dapat dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah belajar.

Seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.

Masalah belajar meliputi banyak aspek, Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut :

1. Keterampilan Akademik

Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.

2. Keterampilan dalam Belajar

Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.

3. Sangat Lambat dalam Belajar

Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. 4. Kurang Motivasi dalam Belajar

Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.

5. Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar

Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

2. Faktor penyebab timbulnya masalah belajar 1. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal) Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu : a. Faktor Psikologis

 Intelegensi

Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang berintelegensi rendah.  Bakat

Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.

 Motivasi

Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai motivasi dalam belajar.

b. Faktor Fisiologis

Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat

penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.

2. Faktor Eksternal

(21)

Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.  Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa

Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat.

 Sarana dan prasarana

Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa.

b. Faktor Keluarga

• Keadaan ekonomi keluarga

Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya.

• Hubungan antar sesama anggota keluarga

Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.

• Tuntutan orang tua

Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat

menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi, media elektronik, TV, VCD, video, play station, dan sebagainya.

3. Cara pengungkapan masalah belajar

Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:155-156) siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan, yaitu : 1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Tes Kemampuan Dasar

Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu. Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan

mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku. 3. Melalui Pengisian AUM PTSDL

(22)

keterampilan belajar, sarana belajar, keadaan diri pribadi, dan keadaan lingkungan fisik dan sosio-emosional.

4. Tes Diagnostik

Tes ini merupakan instrument untuk mengungkapkan adanya kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu. Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang studi tertentu.

5. Analisis Hasil Belajar

Analisis hasil belajar merupakan suatu komponen dalam sistem proses belajar mengajar yang terdiri dari kurikulum, materi pelajaran, metode mengajar dan analisis itu sendiri, serta memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian keberhasilan siswa.

4. Upaya pengentasan masalah belajar

Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal.

Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah belajar siswa dapat dientaskan melalui :

1. Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang mengalami masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.

2. Program Pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar.

3. Peningkatan Motivasi Belajar

Guru bidang studi, guru pembimbing, dan staf sekolah lainnya

berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi dalam belajar. Salah satunya dengan cara menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat, dan kemampuan.

4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik

Setiap siswa diiharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif karena prestasi belajar yang baik diperoleh melalui usaha atau kerja keras.

5. Layanan Konseling Individual

Dalam hubungan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) pada kegiatan konseling diupayakan adanya pengentasan masalah-masalah klien yang telah disampaikan pada konselor.

(23)

1. pengertian

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam

penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang

dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

2. Komponen kurikulum

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4

komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar.

Sementara Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu: (1) Objective (tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3) School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah) dan; (4) Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.

3. Fungsi kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

A. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri.

(24)

merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, 3) kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

B. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan 2) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi: a. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan b. Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan c. Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.

C. Fungsi kurikulum yang ada di atasnya 1) Fungsi Kesinambungan Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulm yang diselenggarakannya. 2) Fungsi Peniapan Tenaga Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara mengajar.

D. Fungsi Kurikulum Bagi Guru Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembanga kurikulum dalam rangaka pelaksanaan kurikulum tersebut.

E. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses

pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.

F. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor) Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang

memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

G. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.a

H. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan Instansi atau perusahaan yang memper-gunakan tenaga kerja yang baik dalamarti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produk-tivitas.

4. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.

(25)

antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.

Sejak tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004.

MATERI 11 Evaluasi

1. Konsep dasar evaluasi

Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses

pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran yang secara optimal.

Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran

menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan

a) Pengertian

Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses

sederhana hanya memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang,dan mash banyak yang lain (Davies, 1981:3)

Wand dan Brown mengemukakan : Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkanca, 1986:1). Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi, dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Nana Sudjana, 1990:3).

Bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain ) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.

Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur (pengukuran) baru melakukan proses menilai (penilaian ) tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.

b) Kedudukan Evaluasi dalam pendidikan

Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnya terjadi proses membudayakan dan

(26)

Transformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan memberadabkan siswa. Unsur-unsur transformasi proses pendidikan, meliputi :

a. Pendidik dan personal lainnya, b. Isi pendidikan,

c. Teknik,

d. Sistem evaluasi,

e. Sarana pendidikan, dan f. Sistem administrasi.

Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswa yang semakin berbudaya dan beradab sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Umpan balik dalam proses pendidikan adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses.

c) Syarat Evaluasi dalam pendidikan

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan terurai berikut ini : a. Kesahihan

Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang

seharusnya dievaluasi. Dapat diterjemahkan pula sebagai kelayakan interpretasi terhadap hasil dari suatu instrument evaluasi atau tes, dan tidak terhadap instrument itu sendiri (Gronlund, 1985: 57). b. Keterandalan

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat (Arikunto, 1990:81).

Keterandalan menunjukan kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimanakah keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke pengukuran yang lain.

Juga berhubungan erat dengan kesahihan, karena keterandalan menyediakan (Arikunto, 1990: 81; Gronlund, 1985:87). Tidak selalu menjamin bahwa hasil evaluasi yang andal (reliable) akan selalu menjawab bahawa hasil evaluasi sahih (valid).

c. Kepraktisan

Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yanga da pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan instrument evaluasi meliputi:

1. Kemudahan mengadministrasi :

2. Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi 3. Kemudahan menskor

4. Kemudahan interpretasi dan aplikasi

5. Tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen

(27)

1. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar

Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol. Apabila tujuan utamanya kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan.

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut ini.

a. Untuk diagnostic dan pengembangan. b. Untuk seleksi

c. Untuk kenaikan kelas. d. Untuk penempatan.

2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

SURAKARTA ANGKATAN 2012. Program Studi Pendididkan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah

Dsdengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan negara- negara lain, untuk itu, maka kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, kuriulum merupakan

Kedayagunaan dan keberhasilan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan6. dalam rangka mencapai

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada.. dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang

1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,.. 2) Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam

a) Media sebagai alat komunikasi agar lebih mengefejtifkan proses belajar mengajar. b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c) Hubungan antara metode mengajar

Pengertian Kurikulum Zainal Arifin 2015 Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua

Mengigat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan.12 Dalam menentukan dan merumuskan tujuan kurikulum