• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Karyawan Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Bekasi Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Karyawan Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Bekasi Timur"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

JEANNE MITA RUMBAYAN H24070103

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Jeanne Mita Rumbayan. H24070103. Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Karyawan Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Bekasi Timur. Di bawah bimbingan Siti Rahmawati.

Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa sebagai salah satu institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan harus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan dapat dipertanggung jawabkan secara professional, efektif, efisien dan modern demi kepuasan pengguna jasa. Hal tersebut sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan (keperawatan, medis dan penunjang medis) yang terus meningkat. RSU Sentosa semula merupakan sebuah Klinik dan Rumah Bersalin, kemudian beralih fungsi sebagai Rumah Sakit Ibu dan Anak dan terakhir menjadi Rumah Sakit Umum akreditasi C. Peningkatan akreditasi tersebut mengindikasikan bahwa kualitas RSU Sentosa baik secara internal maupun ekternal semakin baik, namun ternyata tedapat kecenderungan tingkat intensitas turnover (keinginan berpindah) karyawan yang meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama yang dilakukan melalui penilalain prestasi kinerja karyawan yang tidak hanya untuk mengevaluasi kinerja, tetapi juga mengembangkan dan memotivasi karyawan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi penilaian kinerja yang diterapkan RSU Sentosa Bekasi Timur, (2) Mengidentifikasi komitmen karyawan RSU Sentosa Bekasi Timur dan (3) Menganalisis hubungan penilaian kinerja dengan komitmen karyawan RSU Sentosa Bekasi Timur. Informasi data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di RSU Sentosa, wawancara dengan tenaga medis/kesehatan, serta hasil pengisian kuesioner oleh responden. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan (buku-buku dan literatur-literatur) serta catatan medik dan kepegawaian RSU Sentosa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Proportionate Stratitified Random Sampling Design dengan sampel sebanyak 84 responden. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif yang mencakup gambaran karakteristik dan persepsi karyawan dan uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows.

Penilaian kinerja terhadap karyawan, yaitu staf medis (dokter), paramedis (perawat dan bidan) dan penunjang medis (bagian farmasi, radiologi, laboratorium, gizi dan rekam medik) RSU Sentosa dilakukan dengan metode Rating Scale menggunakan formulir Daftar Penilaian Pekerjaan yang telah disiapkan oleh Divisi Diklat dan SDM. Persepsi karyawan menunjukkan bahwa penilaian kinerja yang diterapkan RSU Sentosa Bekasi Timur sudah baik. Tujuan, proses, waktu dan efektivitas penilaian kinerja telah diimplementasikan dengan baik, namun metode penilaian kinerja penerapannya tidak baik menurut persepsi karyawan karena masih adanya unsur subyektivitas dalam pemberian nilai oleh atasan serta belum sepenuhnya berdasarkan catatan kritis penilai atas perilaku karyawan dalam melaksanakan pekerjaaan dan catatan prestasi.

(3)

bertahan karena kesadaran dan keyakinan tentang keharusan untuk tetap bekerja sebagai petugas kesehatan di RSU Sentosa. Namun keterikatan afektif/psikologis karyawan terhadap rumah sakit masih kurang, diketahui dari rendahnya keterlibatan dan loyalitas karyawan.

Secara umum penilaian kinerja berhubungan positif dengan komitmen karyawan. Hal tersebut berarti jika penilaian kinerja dilakukan dengan benar maka komitmen karyawan terhadap organisasi akan semakin meningkat. Komitmen tersebut berupa kepercayaan dan penerimaan yang kuat bagi karyawan atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi organisasi dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan organisasi. Penilaian kinerja berhubungan secara positif dan nyata dengan komitmen afektif, dimana semakin baik dan positif pelaksanaan penilaian kinerja, maka semakin tinggi pula keterikatan secara emosional, identifikasi dan keterlibatan karyawan terhadap rumah sakit. Metode penilaian kinerja memiliki hubungan sangat kuat sekali dengan komitmen afektif. Tujuan penilaian kinerja, proses penilaian kinerja dan efektivitas penilaian kinerja berhubungan kuat dengan komitmen afektif. Sedangkan waktu penilaian kinerja memiliki hubungan yang lemah dengan komitmen afektif.

Penilaian kinerja berhubungan positif dan nyata dengan komitmen kontinuans. Tujuan, proses, waktu, metode dan efektivitas penilaian kinerja memiliki hubungan nyata, positif dan kuat dengan komitmen kontinuans. Artinya semakin baik tujuan, proses, waktu, metode dan efektivitas penilaian kinerja yang diterapkan rumah sakit sehingga memberikan umpan balik yang tepat bagi karyawan berupa penghargaan sesuai dengan kinerja individu yang ditampilkan, maka semakin tinggi pula hasrat karyawan untuk bertahan di organisasi.

Penilaian kinerja juga memilki hubungan positif dan nyata dengan komitmen normatif. Jika penilaian kinerja dilakukan dengan baik maka akan menumbuhkan kesadaran dalam diri karyawan untuk mengikatkan diri dan menjadi bagian dari organisasi, serta memotivasi individu untuk bertingkah laku secara baik dan melakukan tindakan yang tepat bagi organisasi.. Tujuan penilaian kinerja memiliki hubungan nyata, positif dan sangat kuat sekali dengan komitmen normatif. Proses penilaian kinerja, metode penilaian kinerja dan efektivitas penilaian kinerja memiliki hubungan yang kuat dengan komitmen normatif. Waktu penilaian kinerja memiliki hubungan yang lemah dengan komitmen normatif.

(4)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

JEANNE MITA RUMBAYAN H24070103

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Nama : Jeanne Mita Rumbayan

NIM : H24070103

Menyetujui, Agustus 2011

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd. NIP 19591231 198601 2003

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. NIP 19610123 198601 1002

(6)

iii

Penulis bernama lengkap Jeanne Mita Rumbayan yang akrab dipanggil Mita

dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Juni 1989, merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, pasangan Bapak Noldy Yantje Rumbayan dan Ibu Rahajeng

Puspitasari. Tahun 2000 menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Aren Jaya IX

Bekasi Timur. Kemudian pada tahun 2003 dapat lulus pendidikan menengah

pertama di SLTP Negeri 11 Bekasi dan pendidikan menengah atas pada tahun

2006 di SMA Ananda Bekasi.

Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Manajemen, Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2007. Selama kuliah

aktif dalam Himpunan Mahasiswa Manajemen (COM@) sebagai anggota serta

aktif dalam mengikuti kegiatan seminar. Tahun 2010, penulis melakukan

penelitian dengan judul Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Karyawan

(7)

iv

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan bagi umatnya

dan membawa perubahan menuju peradaban yang lebih maju dan lebih baik.

Skripsi yang berjudul Hubungan Penilaian Knerja dengan Komitmen Karyawan

Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Bekasi Timur dibuat penulis untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan diharapkan

mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi rumah sakit dalam meningkatkan

komitmen karyawan. Skripsi ini telah selesai disusun dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

perbaikan selanjutnya. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Terima kasih.

Bogor, Agustus 2011

(8)

v

Penulis menyadari bahwa karya ini dapat tersusun karena banyak pihak

yang memberikan dukungan, bantuan, dorongan dan motivasi. Oleh karena itu

dengan kerendahan hati, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah, Ibunda, dek Ragil dan Mas Jimmy beserta segenap keluarga besar yang

senantiasa memberikan doa, pengorbanan dan dukungan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.

2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen

Manajemen Institut Pertanian Bogor.

3. Ibu Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, memberikan

masukan, serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan banyak arahan dalam proses pembimbingan sejak penulis

resmi menjadi mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak Ir. Abdul Basith, MS selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan

waktu dan berkenan untuk menguji, serta memberikan masukan kepada

penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

6. Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku Dosen Penguji yang juga telah

meluangkan waktu dan berkenan untuk menguji, serta memberikan masukan

untuk penyelesaian tugas akhir penulis.

7. Seluruh Staf Pendidik dan Staf Kependidikan Departemen Manajemen,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang sangat

membantu dalam perolehan ilmu dan terlaksananya penelitian penulis.

8. Bapak Kol (Purn) RV. Hardjono Soeseno BA selaku Direktur Utama PT

Lishar Sentosa Pratama yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

9. Bapak Dr. Thomas Mook selaku Wakil Direktur Pelayanan Medis RSU

Sentosa yang telah memberikan ijin, masukan, serta pengarahan mengenai

(9)

vi

rumah sakit kepada penulis.

11. Bapak Rama Purwadi, SE selaku Kepala Sub Bagian SDM dan Diklat serta

Ibu Zayanti Indah Sari selaku staf HRD dan Kesekretariatan RSU Sentosa

yang telah membantu penulis dalam penelitian.

12. Seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Bekasi Timur

yang telah meluangkan waktu serta bersedia menjadi subjek penelitian ini.

13. Teman-teman penulis, Reni Mei Farida, R. R Nurul Lina Hassyati, Ita Dwi

Kustikasari, Faaizah Suhaimi, Eka Intina Wati, Suci dan teman-teman

Manajemen’44 atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

14. Teman satu bimbingan Enny Nuraini, Nadia Wilia Gusman, Veranika, Slamet

Riyadi dan Arlan Adinata atas segala dukungan yang diberikan.

15. Teman-teman kost Pondok Rizki, mba Peni, mba Wage, mba Umi, mba Ina,

kak Riana, kak eka, Isma, Lina Yanti, Karlina, Yanti dan Gusti yang telah

memberikan bantuan dan dukungan selama penelitian, serta kebersamaan

yang indah.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu, semoga Allah membalas

segala kebaikan dan ketulusannya.

Semoga penulisan skripsi ini akan dapat membawa manfaat yang diinginkan

(10)

vii

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Penilaian Kinerja ... 6

2.1.1 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja ... 6

2.1.2 Proses Penilaian Kinerja ... 8

2.1.3 Metode Penilaian Kinerja ... 12

2.1.4 Jenis-jenis Penilaian Kinerja ... 15

2.1.5 Karakteristik Sistem Penilaian Kinerja Efektif ... 16

2.2. Komitmen Karyawan ... 17

2.3. Penelitian Terdahulu ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 20

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Metode Penentuan Sampel ... 24

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

3.5.1 Uji Validitas ... 26

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 26

3.5.3 Analisis Deskriptif ... 27

3.5.4 Analisis Korelasi Rank Spearman ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 30

(11)

viii

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

4.3. Karakteristik Responden ... 37

4.3.1 Jenis kelamin... 37

4.3.2 Usia ... 38

4.3.3 Tingkat Pendidikan ... 39

4.3.4 Masa Kerja ... 40

4.3.5 Unit Kerja ... 40

4.4. Persepsi Karyawan tentang Penilaian Kinerja ... 41

4.4.1 Persepsi Karyawan terhadap Tujuan Penilaian Kinerja ... 41

4.4.2 Persepsi Karyawan terhadap Proses Penilaian Kinerja ... 43

4.4.3 Persepsi Karyawan terhadap Waktu Penilaian Kinerja ... 49

4.4.4 Persepsi Karyawan terhadap Metode Penilaian Kinerja... 50

4.4.5 Persepsi Karyawan terhadap Efektivitas Penilaian Kinerja... 52

4.4.6 Persepsi Karyawan terhadap Penilaian Kinerja ... 54

4.5. Analisis Persepsi Karyawan tentang Komitmen Karyawan ... 55

4.5.1 Persepsi Karyawan terhadap Komitmen Afektif ... 56

4.5.2 Persepsi Karyawan terhadap Komitmen Kontinuans ... 57

4.5.3 Persepsi Karyawan terhadap Komitmen Normatif ... 59

4.5.4 Persepsi Karyawan terhadap Komitmen ... 61

4.6. Analisis Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Karyawan . 63 4.7. Implikasi Manajerial ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

Kesimpulan ... 74

Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(12)

ix

Nomor Halaman

1. Data Turn Over Karyawan RSU Sentosa Bekasi Timur ... 3

2. Skala Pengukuran Likert ... 23

3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4. Rentang Keeratan Hubungan Nilai r ... 29

5. Karakteristik Karyawan ... 38

6. Persepsi Karyawan terhadap Tujuan Penilaian Kinerja ... 42

7. Persepsi Karyawan terhadap Proses Penilaian Kinerja ... 47

8. Persepsi Karyawan terhadap Waktu Penilaian Kinerja ... 49

9. Persepsi Karyawan terhadap Metode Penilaian Kinerja ... 51

10. Persepsi Karyawan terhadap Efektivitas Penilaian Kinerja... 52

11. Persepsi Karyawan terhadap Penilaian Kinerja ... 54

12. Persepsi Karyawan terhadap Komitmen Afektif ... 56

13. Persepsi Karyawan terhadap Komitmen Kontinuans... 58

14. Persepsi Karyawan terhadap Komitmen Normatif ... 59

15. Persepsi Karyawan terhadap Komitmen ... 61

16. Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Karyawan ... 63

17. Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Afektif ... 64

18. Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Kontinuans ... 65

19. Hubungan Penilaian Kinerja dengan Komitmen Normatif ... 66

(13)

x

Nomor Halaman

(14)

xi

1. Struktur Organisasi ... 80

2. Kuesioner Penelitian ... 81

3. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 84

4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 85

5. Jawaban Kuesioner Karyawan RSU Sentosa Bekasi Timur ... 87

(15)

1.1. Latar Belakang

Kemajuan suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang bersifat eksternal dan internal. Sejauh mana tujuan perusahaan telah tercapai dapat dilihat dari seberapa besar perusahaan memenuhi tuntutan lingkungannya. Oleh karena itu perusahaan harus mampu melakukan berbagai upaya untuk menghadapi atau memenuhi tuntutan dan perubahan-perubahan di lingkungan perusahaan. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama berdasarkan penilaian atas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawan atau disebut dengan penilaian kinerja atau penilaian prestasi kerja.

Penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian yang sistematis yang

terarah dan terpadu dalam menilai keseluruhan unsur-unsur yang dimiliki

oleh karyawan sebagai pekerja yang produktif. Penilaian secara menyeluruh

terhadap pelaksanaan pekerjaan serta perilaku kerja karyawan dilakukan

untuk memastikan bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan berjalan

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya dan apabila terjadi

suatu kesalahan atau penyimpangan, maka pekerjaan tersebut dapat segera

diperbaiki dan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan. Penilaian tersebut

memiliki arti penting bagi kalangan karyawan dan organisasi, dimana metode

penilaian yang diterapkan dan bagaimana hasil penilaian dikomunikasikan

akan menyebabkan imbas positif maupun negatif terhadap moral kerja

karyawan.

Rumah Sakit Umum merupakan salah satu penyedia jasa pelayanan

kesehatan tempat menyelengggarakan upaya kesehatan dengan

memberdayakan berbagai personel terdidik dan terlatih memiliki peranan dan

fungsi yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

RSU Sentosa perlu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara

berkesinambungan dan dapat dipertanggung jawabkan secara professional,

efektif, efisien dan modern demi kepuasan pengguna jasa, serta dalam rangka

(16)

sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan baik

keperawatan, medis maupun penunjang medis yang terus meningkat dan

persaingan dalam industri rumah sakit yang semakin kompetitif.

Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa merupakan rumah sakit umum tipe

C yang semula bernama Klinik dan Rumah Bersalin Sentosa berada di bawah

Yayasan Amal Kasih, kemudian berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat No.503/SK.5474-RS/2000 berkembang

menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sentosa yang dikelola oleh PT

Lishar Sentosa Pratama. Sejak perubahan tersebut, RSIA Sentosa mengalami

perkembangan dimana jumlah tempat tidur yang tersedia sebanyak 25 tempat

tidur dengan rata-rata tingkat hunian/Bed Occupancy Rate (BOR) per bulan ±

85%, nilai tersebut masih tinggi dari nilai rata-rata BOR Rumah Sakit

se-Kotamadya Bekasi pada tahun 2005 yaitu sebesar 42,3%. Selain itu, RSIA

Sentosa juga telah bekerja sama dengan kurang lebih 50 perusahaan dan

asuransi terkait dengan pelayanan kesehatan karyawan. Mengacu kepada

tingginya kebutuhan masyarakat dan tuntutan dari rekanan baik dari

perusahaan industri maupun asuransi agar dapat memberikan pelayanan “one

stop service” menyebabkan perubahan pelayanan dari Rumah Sakit Ibu dan

Anak menjadi Rumah Sakit Umum akreditasi tipe C berdasarkan Surat Izin

Walikota Bekasi No.445.1/010/Kes.3/XII/2007 tanggal 10 Desember 2007.

Perubahan status dan peningkatan akreditasi dari klinik menjadi rumah

sakit umum mengindikasikan keberhasilan rumah sakit dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Namun keberhasilan rumah sakit tersebut diiringi dengan kecenderungan

tingkat intensitas turnover (keinginan berpindah) karyawan yang meningkat

dari tahun ke tahun (dapat dilihat pada Tabel 1) dan ini sebagai dampak dari

ketidakpuasan karyawan terhadap kebijakan suatu organisasi. Oleh karena itu,

diperlukan sistem pengelolaan masukan (sumber daya manusia, fasilitas, dan

modal), proses, keluaran dan dampak secara optimal dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi

tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan

(17)

Sistem pengelolaan secara optimal dapat diwujudkan dengan

pemenuhan indikator kompetensi yang terstandarisasi, pengembangan

keahlian dengan pelatihan-pelatihan dan asuhan keperawatan, penilaian

kinerja yang objektif, pembagian jam kerja yang adil, serta sistem

kompensasi yang dapat memberikan kepuasan kerja. Penilaian kinerja yang

obyektif akan memberikan umpan balik yang tepat, sehingga karyawan akan

merasa dihargai dan didukung oleh organisasi dan akan memberikan hasil

kerja yang optimal, serta secara emosional akan lebih terikat kepada

organisasi tempatnya bekerja. Penilaian kinerja merupakan refleksi dari

berkembang atau tidaknya perusahaan dimana hasil penilaian tersebut

menunjukkan keefektifan SDM dalam melaksanakan tugas yang akan

mempengaruh kinerja perusahaan.

Berdasarkan uraian inilah dilakukan penelitian mengenai Hubungan

Penilaian Kinerja dengan Komitmen Karyawan Rumah Sakit Umum (RSU)

Sentosa terkait dengan peningkatan akreditasi rumah sakit tersebut.

Tabel 1. Data Turn OverKaryawan RSU Sentosa Bekasi Timur

No. Unit Kerja Jumlah Karyawan

2009 2010 2011

1. Pelayanan Medis 9 14 21

2. Direktur 1 1 1

3. Wakil Direktur 2 2 2

4. Keperawatan 68 47 55

5. Penunjang Medis 39 28 28

6. Keuangan 13 12 10

7. Umum dan Keskretariatan 24 33 24

8. Marketting, Humas & Customer Service 17 13 9

Sumber: Data Internal Rumah Sakit (2009-2011)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka

diumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana penilaian kinerja yang diterapkan Rumah Sakit Umum (RSU)

Sentosa?

2. Bagaimana komitmen karyawan Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa?

3. Bagaimana hubungan penilaian kinerja dengan komitmen karyawan

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai pemasalahan penelitian yang ada, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi penilaian kinerja yang diterapkan Rumah Sakit Umum

(RSU) Sentosa.

2. Mengidentifikasi komitmen karyawan Rumah Sakit Umum (RSU)

Sentosa.

3. Menganalisis hubungan penilaian kinerja dengan komitmen karyawan

Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

bagi pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran, masukan,

dan pertimbangan yang positif dalam pengambilan keputusan bagi pihak

manajemen rumah sakit terkait dengan penilaian kinerja karyawan.

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi ilmu

manajemen dan dapat menjadi referensi untuk penelitian yang akan

datang.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Jalan

Pahlawan No. 60 Duren Jaya, Bekasi Timur pada bulan April sampai Juli

2011. Pemilihan lokasi penelitian menggunakan teknik purpose (sengaja)

dimana RSU Sentosa merupakan salah satu rumah sakit umum tipe C di

Bekasi Timur berprestasi dengan jenis pelayanan kesehatan yang banyak

mengalami perkembangan sejak perubahan dari status klinik menjadi rumah

(19)

1.6. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi ruang lingkup mengenai hubungan penilaian kinerja

terhadap komitmen karyawan Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa. Penilaian

kinerja dalam ruang lingkup penelitian ini meliputi beberapa variabel, yaitu

tujuan penilaian kinerja, proses penilaian kinerja, waktu penilaian kinerja,

metode penilaian kinerja dan efektivitas penilaian kinerja. Sedangkan

komitmen karyawan diidentifikasi berdasarkan affective commitment,

continuance commitment dan normative commitment. Penelitian hanya

dilakukan pada karyawan RSU Sentosa bagian pelayanan medis yang

mencakup unit medis (dokter), paramedis (perawat dan bidan) dan penunjang

(20)

2.1. Penilaian Kinerja

Penilaian unjuk kerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai

unjuk kerja pegawainya. Penilaian unjuk kerja dilakukan untuk memberikan

feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan

upaya meningkatkan produktivitas organisasi dan secara khusus dilakukan

dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan seperti untuk tujuan promosi,

kenaikan gaji, pendidikan dan latihan dan lain-lain (Hariandja, 2007).

Menurut Rivai dan Sagala (2009), penilaian kinerja merupakan suatu

sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk menilai dan

mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil

kerja karyawan termasuk tingkat kehadiran. Suatu perusahaan tidak cukup

sekedar mempunyai sistem penilaian kinerja, namun sistem tersebut harus

efektif, diterima, dan dapat digunakan dengan baik. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam program penilaian kinerja, diantaranya adalah tujuan

penilaian, instrumen penilaian meliputi metode dan kualitas yang dicirikan

validity, reliability dan practicality, standar penilaian, siapa yang menilai dan

yang dinilai, waktu penilaian, pelatihan bagi penyelia, feedback dan

implikasi.

2.1.1 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Simamora (2004), terdapat beberapa tujuan penting dari

program penilaian kinerja yaitu:

1. Tujuan Evaluasi

Hasil-hasil penilaian kinerja sering berfungsi sebagai dasar bagi evaluasi

rutin terhadap kinerja anggota organisasi.

a. Penilaian kinerja dan telaah gaji

Keputusan-keputusan yang paling sering bertumpu pada tujuan

evaluatif adalah keputusan kompensasi yang mencakup kenaikan

tunjangan jasa, bonus karyawan dan kenakan gaji lainnya.

(21)

Keputusan penyusunan karyawan dimana para manajer dan penyelia

harus membuat keputusan yang berkaitan dengan promosi, demosi,

transfer, dan pemberhentian.

2. Tujuan pengembangan

Informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja dapat pula

dimanfaatkan untuk memudahkan pengembangan pribadi anggota

organisasi.

a. Mengukuhkan dan menunjang kinerja

Menggunakan penilaian kinerja sebagai instrumen pengembangan

karyawan dengan menempatkan penyelia dalam peran pengukuhan

dan penunjang kinerja.

b. Meningkatkan kinerja

Penilaian kinerja yang bertujuan pengembangan mencakup pemberian

pedoman kepada karyawan untuk peningkatan kinerjanya dimasa

mendatang.

c. Menentukan tujuan progresi karir

Sesi penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada penyelia dan

karyawan untuk membahas rencana karir jangka panjang.

d. Menentukan kebutuhan pelatihan

Beberapa menggunakan penilaian kinerja sebagai sumber analisis

kebutuhan pelatihan.

e. Proses yang terkoordinasi

Penilaian kinerja tidak boleh menjadi proses yang berdiri sendiri,

harus terkait dengan aktivitas manajemen sumber daya manusia

lainnya agar menjadi efektif.

Pentingnya penilaian unjuk kerja atau penilaian kinerja menurut

Hariandja (2007) adalah:

1. Penilaian unjuk kerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja

(22)

2. Penyesuaian gaji, yaitu penilaian kinerja dapat dipakai sebagai

informasi dalam menentukan kompensasi secara layak sehingga dapat

memotivasi pegawai.

3. Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatan

sesuai dengan keahliannya.

4. Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan diketahui

kelamahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat ditentukan program

pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif.

5. Perencanaan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan

perencanaan karir bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan

kepentingan organisasi.

6. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan,

yaitu unjuk kerja yang tidak baik menunjukkan adanya kelemahan

dalam penempatan sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.

7. Mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain pekerjaan, yaitu

kekurangan kinerja akan menunjukkan adanya kekurangan dalam

perancangan pekerjaan.

8. Meningkatkan adanya perlakuan yang sama terhadap semua pegawai,

yaitu dengan dilakukannya penilaian yang objektif.

9. Membantu pegawai mengatasi masalah eksternal, yaitu dengan

penilaian unjuk kerja, atasan akan mengetahui apa yang menyebebkan

terjadinya unjuk kerja yang jelek, sehingga atasn dapat membantu

mengatasinya.

10. Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya

manusia, yaitu dengan diketahuinya unjuk kerja pegawai secara

keseluruhan dapat menjadi informasi sejauh mana fungsi sumber daya

manusia berjalan baik atau buruk.

2.1.2 Proses Penilaian Kinerja

Organisasi membentuk sistem penilaian formal guna memastikan

bahwa manajer memberikan umpan balik terhadap para bawahannya secara

teratur. Penilaian unjuk kerja harus dikaitkan dengan pencapaian usaha

(23)

tujuan-tujuan setiap pekerjaan, kemudian penentuan standar/dimensi-dimensi

kinerja serta ukurannya, diikuti dengan penentuan metode penilaian,

pelaksanaan dan evaluasi (Hariandja, 2007). Berikut bagan proses tersebut:

Gambar 1. Langkah-langkah Penilaian Unjuk Kerja (Hariandja, 2007)

1. Penentuan Sasaran

Penentuan sasaran harus spesifik, terukur, menantang dan didasarkan

pada waktu tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah diharapkan

sasaran tugas individu dirumuskan bersama-sama antara atasan dan

bawahan. Setiap sasaran merupakan sasaran yang diturunkan atau

diterjemahkan dari sasaran yang lebih tinggi.

2. Penentuan Standar/Ukuran

Pentingnya penilaian unjuk kerja menghendaki penilain tersebut harus

benar-benar obyektif, yaitu mengukur unjuk kerja pegawai sesungguhnya

(job related). Artinya pelaksanaan penilaian harus mencerminkan

pelaksanaan unjuk kerja yang sesungguhnya atau mengevaluasi perilaku

yang mencerminkan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena

itu, sistem penilaian kinerja harus mempunyai standar, memiliki

ukuran-ukuran yang dapat dipercaya dan harus praktis (mudah digunakan dan

dipahami oleh penilai dan yang dinilai).

3. Penentuan Metode dan Pelaksanaan Penilaian

Metode adalah pendekatan atau cara serta perlengkapan yang digunakan

seperti formulir dan pelaksanaannya. Terdapat dua metode atau teknik

penilaian kinerja karyawan (Rivai dan Sagala, 2009; Hariandja, 2007;

Rivai dan Basri, 2005), yaitu: Penentuan Sasaran

Penentuan Standar/Ukuran

Penentuan Metode dan Pelaksanaan Penilaian

(24)

a. Metode penilaian berorientasi masa lalu, dimana penilaian perilaku

kerja dilakukan berdasarkan kinerja masa lalu. Melalui hasil penilaian

tersebut dapat dilakukan usaha untuk mengubah perilaku kerja atau

pengembangan pegawai. Beberapa metode ini terdiri dari rating scale,

checklist, critical incident technique, skala penilaian berjangkarkan

perilaku, observasi dan tes unjuk kerja dan metode perbandingan

kelompok atau pendekatan evaluasi komparatif.

b. Metode penilaian berorientasi masa depan, yaitu penilaian akan

potensi seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan pada masa yang

akan datang meliputi penilaian diri sendiri, management by objective,

penilaian secara psikologis dan assessment centre.

4. Evaluasi Penilaian

Evaluasi penilaian merupakan pemberian umpan balik kepada pegawai

mengenai aspek-aspek unjuk kerja yang harus diubah dan dipertahankan

serta berbagai tindakan yang harus diambil, baik oleh organisasi maupun

pegawai dalam upaya perbaikan kinerja pada masa yang akan datang.

Aspek-aspek yang dinilai (Rivai dan Sagala, 2009) adalah:

a. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,

metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan

tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.

b. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami

kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit

masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara

menyeluruh, yang pada intinya karyawan memahami tugas, fungsi

serta tanggung jawabnya.

c. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu kemampuan untuk bekerja

sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, dan melakukan

negosiasi.

Simamora (2004) menyatakan bahwa penilaian kinerja tidak dapat

berdiri sendiri, sehingga dalam pelaksanaannya penilaian kinerja juga terkait

dengan kegiatan lain, yaitu sebagai berikut:

(25)

Proses penilaian kinerja berdasarkan pada analisis pekerjaan merupakan

tahap mendasar dalam penilaian kinerja, karena analisis pekerjaan

dipergunakan untuk menentukan output kinerja yang diperlukan, tugas

yang dilaksanakan, kompetensi individu, aktivitas kepenyeliaan dan

tanggung jawab penganggaran bagi pemegang jabatan. Analisis

pekerjaan secara menyeluruh mencakup empat kriteria dasar penilaian,

yaitu karakter (traits), perilaku (tindakan yang diperlukan untuk

menunaikan tugas pekerjaan), tugas dan hasil kerja (work outcomes)

yang diharapkan dari pemegang jabatan. Perilaku dan karakter dapat

ditarik dari deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan, sedangkan

hasil kerja berasal dari standar kinerja.

2. Penyusunan Kriteria Kinerja

Penilaian kinerja yang adil membutuhkan standar/kriteria untuk menjadi

perbandingan terhadap kinerja karyawan. Semakin jelas standar kinerja,

semakin akurat penilaian tersebut. Standar kinerja harus berisi dua jenis

informasi dasar untuk mempermudah karyawan maupun penyelia, yaitu:

a. Terkait dengan apa yang harus dilakukan, yaitu dengan identifikasi

tugas pekerjaan, kewajiban dan elemen kritis.

b. Seberapa baik tugas akan dilaksanakan, yaitu setiap standar/kriteria

dinyatakan secara jelas agar bawahan atau kelompok kerja mengetahui

apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak.

3. Penyusunan Format Penilaian

Desain dan implementasi penilaian formal melibatkan tiga keputusan

menyangkut formatnya:

a. Siapakah yang akan melaksanakan penilaian?

Yang dapat bertindak sebagai penilai adalah immediate supervisor

(penyelia langsung), higher-level supervisor (penyelia yang lebih

tinggi), peer (rekan sejawat), subordinate (bawahan), klien yang

dilayani, computer, dan penilaian 360 derajat.

b. Kapankah penilaian akan dilakukan?

Frekuensi pelaksanaan penilaian tergantung pada pertimbangan

(26)

semakin pendek bertujuan untuk mengoreksi kinerja karyawan dan

kemungkinan memicu motivasi. Menurut Simanjuntak (2005), waktu

pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan atau menurut kondisi

pekerjaan atau kondisi perusahaan, yaitu menjelang atau segera

setelah akhir penugasan, secara rutin-berkala (setiap hari, setiap

minggu, setiap kwartal, setiap semester atau setiap tahun), evaluasi

khusus karena dirasakan timbul masalah, serta untuk

program-program organisasi dan kepegawaian (rotasi dan promosi, analisis

jabatan, perencanaan karir, identifikasi kebutuhan latihan, penyusunan

skala upah).

c. Instrumen apakah yang akan digunakan?

2.1.3 Metode Penilaian Kinerja

Metode atau teknik penilaia kinerja menurut Rivai dan Sagala (2009)

terdiri dari dua pendekatan, yaitu:

1. Metode penilaian berorientasi masa lalu yang didasarkan pada kinerja

masa lalu dan dijadikan sebagai pemberian umpan balik bagi karyawan

yang selanjutnya mengarah kepada perbaikan-perbaikan prestasi.

Teknik-teknik penilaian ini terdiri dari:

a. Rating Scale merupakan metode yang mengharuskan para penilai

melakukan suatu penilaian terhadap hasil kerja karyawan dalam

skala-skala tertentu, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling

tinggi. Penilaian dilakukan oleh atasan langsung yang didasarkan pada

pendapat penilai (subyektif) dengan nilai kuantitatif (bobot) yang

mencerminkan nilai rata-rata untuk kemudian dihitung dan

dibandingkan. Pada umumnya penilai diberi formulir yang berisi

sejumlah sifat dan ciri-ciri hasil kerja yang harus diisi, seperti

kemandirian, inisiatif, sikap, kerja sama dan sebagainya.

b. Checklist (Daftar Pertanyaan) adalah metode yang mensyaratkan

penilai untuk menyeleksi kata-kata atau perntanyaan yang

menggambarkan kinerja dan karakteristik karyawan. Metode ini

dibuat sedemikian rupa dengan memberikan bobot tertentu pada setiap

(27)

Hariandja (2007) menyatakan bahwa metode checklist didasarkan

pada suatu standar unjuk kerja yang sudah dideskripsikan terlebih

dahulu, kemudian penilai memeriksa apakah pegawai sudah

memenuhi atau melakukannnya.

c. Forced Choice Method (Metode dengan Pilihan Terarah) adalah

metode yang dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan

mengurangi subjektivitas dalam penilaian dimana penilai diharuskan

untuk memilih pernyataan yang paling sesuai dengan pasangan

pernyataan yang bernada positif atau negatif terkait dengan karyawan

yang dinilai.

d. Critical Incident Technique atau metode peristiwa kritis merupakan

pemilihan yang mendasarkan pada catatan kritis penilai atas perilaku

baik atau buruk karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Kejadian

yang dicatat meliputi penjelasan singkat tentang apa yang telah dan

kapan itu terjadi. Penilaian dilakukan melalui observasi langsung ke

tempat kerja, kemudian mencatat perilaku-perilaku kritis yang tidak

baik dan mencatat tanggal dan waktu terjadinya perilaku tersebut

(Hariandja, 2007).

e. Metode Catatan Prestasi berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis,

yaitu catatan penyempurnaan, misalnya penampilan, kemampuan

berbicara, peran kepemimpinan dan aktivitas lain terkait dengan

pekerjaan yang secara khusus untuk menghasilkan detail laporan

tahunan tentang kontribusi seorang profesional. Laporan akan

digunakan atasan untuk menentukan kenaikan dan promosi dan untuk

memberikan saran-saran tentang hasil kerjanya untuk masa yang akan

datang.

f. Skala Peringkat Dikaitkan Dengan Tingkah Laku atau Behaviorally

Anchored rating Scales (BARS) merupakan suatu cara penilaian

prestasi untuk satu kurun waktu tertentu di masa lalu dengan

mengaitkan skala peringkat prestasi kerja dengan perilaku tertentu.

Metode ini meliputi penentuan skala peringkat penilaian prestasi

(28)

dengan skala peringkat tersebut dan uraian prestasi sedemikian rupa

sehingga kecenderungan perilaku karyawan yang dinilai terlihat jelas.

g. Field Review Method atau Metode Peninjauan Lapangan adalah

metode dimana ahli dari SDM turun lapangan dalam penilaian kinerja

dan hasil penilaian disampaikan pada penyelia untuk keperluan

review, perubahan, persetujuan dan pembahasan dengan pihak

karyawan yang dinilai.

h. Performance Test and Observation (Tes dan Observasi Prestasi Kerja)

merupakan metode pengujian kemampuan karyawan, baik melalui

ujian tertulis yang menyangkut tingkat pengetahuan tentang prosedur

dan mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau

melalui ujian praktik yang diawasi langsung oleh penilai.

i. Comparative Evaluation Approach (Pendekatan Evaluasi

Komparatif), mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang

dengan karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.

Metode ini dipandang bermanfaat untuk manajemen sumber daya

manusi dengan lebh rasional dan efektif, kususnya dalam hal kenaikan

gaji, promosi dan pemberian berbagai bentuk imbalan kepada

karyawan. Penilaian biasanya dilakukan dengan metode peringkat,

distribusi terkendali dan metode alokasi angka.

2. Metode penilaian berorientasi masa depan, terfokus pada kinerja masa

mendatang dengan mengevaluasi potensi karyawan atau menetapkan

sasaran kinerja di masa mendatang secara bersama-sama antara pimpinan

dengan karyawan. Metode penilaian meliputi:

a. Self Appraisals (Penilaian Diri Sendiri) adalah penilaian yang

dilakukan oleh karyawan sendiri dengan harapan karyawan dapat

lebih mengenal kekuatan dan kelemahan pribadi sehingga mampu

mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki

pada masa yang akan datang.

b. Management By Objective (Manajemen Berdasarkan Sasaran) adalah

(29)

bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan

kerja di masa yang akan datang.

c. Penilaian Secara Psikologis adalah proses penilaian dilakukan oleh

para ahli psikolgis untuk mengetahui potensi seseorang berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan seperti kemampuan intelektual,

motivasi, dan lain-lain yang bersifat psikologis. Penilaian ini biasanya

dilakukan melalui serangkaian tes psikologi seperti tes kecerdasan, tes

kecerdasan emosional, dan tes kepribadian yang dilakukan melalui

wawancara tau tes-tes tertulis.

d. Assesment Centre (Pusat Penilaian) merupakan penilaian yang

dilakukan oleh sejumlah penilai melalui serangkaian teknik penilaian

untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung

jawab yang lebih besar. Proses pelaksanaanya dilakukan dengan

interview mendalam, tes psikologi, pemeriksaan mendalam, penilaian

rekan kerja, diskusi terbuka dan simulasi pekerjaan dalam bentuk

pengambilan keputusan dan suatu masalah untuk mengetahui

kekuatan, kelemahan dan potensi seseorang.

2.1.4 Jenis-jenis Penilaian Kinerja

Jenis-jenis penilaian kinerja menurut Rivai dan Sagala (2009), yaitu:

1. Penilaian hanya oleh atasan bersifat cepat dan langsung, serta dapat

mengarah ke distorsi karena pertimbangan-pertimbangan pribadi.

2. Penilaian oleh kelompok lini yaitu atasan dan atasannya lagi

bersama-sama membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai. Objektivitasnya

lebih akurat dibandingkan dengan hanya atasan sendiri dan individu yang

dinilai.

3. Penilaian oleh kelompok staf, yaitu atasan meminta satu atau lebih

individu untuk bermusyawarah dengannya dan atasan langsung yang

membuat keputusan akhir.

4. Penilaian melalui keputusan komite yaitu sama seperti pada pola

sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi

mengambil keputusan akhir dan hasilnya didasarkan pada pilihan

(30)

5. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan yaitu sama seperti pada

kelompok staf, namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan

atau departemen SDM yang bertindak sebagai peninjau independen.

6. Penilaian oleh bawahan dan sejawat. Penilaian ini mungkin terlalu

subjektif dan digunakan sebagai tambahan pada metode penilaian yang

lain.

2.1.5 Karakteristik Sisem Penilaian Kinerja Efektif

Sistem penilaian kinerja yang baik tergantung pada persiapan yang

benar-benar baik dan memenuhi syarat:

1. Praktis, yaitu adanya keterkaitan langsung dengan pekerjaan dimana

penilaian ditujukan pada perilaku dan sikap yang menentukan

keberhasilan menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.

2. Kejelasan standar yang merupakan tolak ukur seseorang dalam

melaksanakan pekerjaannya dan berfungsi sebagai alat pembanding

antara prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lainnya yang

melakukan pekerjaan yang sama.

3. Kriteria yang objektif berupa ukuran-ukuran yang memenuhi persyaratan

seperti mudah digunakan, handal dan memberikan informasi tentang

perilaku kritikal yang menentukan keberhasilan dalam melaksanakan

pekerjaan. Dengan demikian syarat efektifnya suatu penilaian kinerja

adalah (Rivai dan Sagala, 2009):

a. Reliability, yaitu konsistensi suatu ukuran kinerja dimana apabila ada

dua penilaian mengevaluasi pekerja yang sama, mereka perlu

menyimpulkan hal serupa menyangkut hasil mutu kerja.

b. Relevance, ukuran kinerja harus dihubungkan dengan output riil dari

suatu kegiatan yang secara logika itu mungkin. Relevansi

mengindikasikan terdapat hubungan yang jelas antara standar kinerja

untuk suatu pekerjaan tertentu dan tujuan organisasi, dan hubungan

yang jelas antara unsur-unsur kerja kritis yang diidentifikasi melalui

suatu analisis pekerjaan dan dimensi yang akan dinilai pada formulir

(31)

c. Sensitivity, beberapa ukuran harus mampu mencerminkan perbedaan

antara penampilan nilai tinggi dan rendah. Penampilan tersebut harus

dapat membedakan dengan teliti tentang perbedaan kinerja.

d. Practicality, kriteria harus dapat diukur dan kekurangan pengumpulan

data tidak terlalu mengganggu atau tidak inefisiensi.

2.2. Komitmen Karyawan

Mathias dan Jackson (2000) mendefinisikan komitmen organisasional

karyawan sebagai derajat yang mana karyawan percaya dan menerima

tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan

organisasi (Sopiah, 2008). Menurut Mowday (1982) dalam Sopiah (2008)

komitmen organisasional atau yang disebut dengan komitmen kerja adalah

keinginan anggota organisasi untuk mempertahankan keanggotanya dalam

organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi.

Steers dan Black (1994) dalam Sopiah (2008) mengungkapkan bahwa

karyawan yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi bisa dilihat

dari ciri-ciri berikut:

1. Adanya kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai

organisasi.

2. Adanya kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi organisasi.

3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan organisasi

Menurut Kuntjoro (2002) komponen komitmen organisasional

karyawan terdiri atas komponen sikap dan kehendak. Komponen sikap

mencakup:

1. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi yang

dipercayai telah disusun demi memenuhi tujuan pribadi karyawan yaitu

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pribadi. Penerimaan ini merupakan

dasar dari komitmen organisasi. Identifikasi karyawan tampak melalui

sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan

nilai-nilai organisasi, serta adanya kebanggan menjadi bagian dari

organisasi.

2. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan pada organisasi

(32)

melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.

Karyawan bukan hanya sekedar melaksanakan tugas-tugasnya melainkan

selalu berusaha melebihi standar minimal yang ditentukan oleh organisasi.

Karyawan akan terdorong pula untuk melakukan pekerjaan diluar tugas

dan peran yang dimilikinya apabila bantuannya dibutuhkan oleh

organisasi., bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama

teman kerja.

3. Kehangatan, afeksi dan pemihakan karyawan (loyalitas) terhadap

organisasi yang merupakan evaluasi terhadap komitmen dengan adanya

ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan karyawan.

Komponen kehendak mencakup:

1. Kesediaan untuk menampilkan usaha, yaitu kesediaan bekerja melebihi

apa yang diharapkan organisasi agar dapat maju.

2. Keinginan untuk tetap berada dalam organisasi. Karyawan dengan

komitmen tinggi akan memiliki sedikit alasan untuk keluar dari organisasi

dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang telah dipilihnya

dalam waktu yang lama.

Spector (1997) dalam Sopiah (2008) menggambarkan bentuk-bentuk

komitmen organisasional serta faktor-faktor yang membentuknya, yaitu:

Keterangan: bermakna sebagai faktor yang membentuk

Gambar 2. Faktor-faktor Pembentuk Komitmen Organisasional (Spector, 1997)

Meyer, Allen dan Smith (1998) dalam Sopiah (2008) mengemukakan

bahwa ada tiga komponen komitmen organisasional karyawan, yaitu:

Affective Commitment Job Conditions

Met Expectation

Benefit Accrued

Continuance Commitment Job Available

Personal Values

(33)

1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari

organisasi karena adanya ikatan emosional. Allen dan Meyer (1997)

dalam Umam (2010) berpendapat bahwa komitmen affective berkaitan

dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan karyawan di dalam suatu

organisasi. Karyawan dengan komponen affective tinggi, masih bergabung

dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota

organisasi.

2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada

suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan

lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain.

Menurut Meyer dan Allen (1997) dalam Umam (2010), continuance

commitment berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi sehingga akan

mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi

dengan continuance commitment tinggi akan mempertahankan

keanggotaannya karena memiliki membutuhkan untuk menjadi anggota

organisasi tersebut.

3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan.

Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran

bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya

dilakukan. Komitmen ini menyebakan karyawan bertahan pada suatu

pekerjaan karena mereka merasa wajib untuk melakukannya serta didasari

pada adanya keyakinan tentang apa yang benar dan berkaitan dengan

masalah moral, yaitu pemberian balasan atas apa yang telah diterimanya

dari organisasi (Meyer, Allen dan Smith dalam Setiawati, 2007).

2.3. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Naulina (2009) yang berjudul Hubungan Sistem

Penilaian Kinerja dengan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Karyawan pada

Divisi Human Resources dan General Affairs PT Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk Citeurep. Terdapat hubungan yang positif, agak lemah, dan

nyata antara sistem penilaian kinerja dengan motivasi kerja karyawan. Sistem

penilaian kinerja memiliki hubungan yang positif, agak lemah, dan nyata

(34)

Sastrajendra (2011) dengan penelitian mengenai Hubungan Penilaian

Kinerja dengan Motivasi Kerja Widyaiswara pada Pusat Diklat Kehutanan

Kementrian Kehutanan Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

keseluruhan semua indikator penilaian kinerja berhubungan dengan motivasi

kerja dan penilaian kinerja yang diterapkan pada Widyaswara di Pusat Diklat

Kementrian Kehutanan Bogor secara keseluruhan adalah baik. Pernyataan

tujuan penilaian kinerja, waktu penilaian kinerja, prosedur penilaian kinerja

dan metode penilaian kinerja adalah baik, tetapi pernyataan implementasi

penilaian kinerja dikatakan kurang baik. Faktor-faktor motivasi kerja yang

diteliti adalah balas jasa (gaji atau upah), kondisi kerja, kebijakan dan

administrasi, hubungan antar pribadi, prestasi, pengakuan, pekerjaan itu

sendiri, tanggung jawab dan pengembangan potensi individu. Indikator

implementasi penilaian kinerja memiliki hubungan yang sangat kuat dengan

motivasi. Indikator waktu penilaian kinerja dan prosedur penilaian kinerja

memiliki hubungan yang kuat. Sedangkan indikator metode penilaian kinerja

memiliki hubungan yang lemah dan indikator tujuan penilaian kinerja

memiliki hubungan yang sedang dengan motivasi kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Respati (2009) mengenai Analisis

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Intensi Turnover Karyawan PT

Astra Daihatshu Motor Casting Plant. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

komitmen organisasi para karyawan PT ADM Casting Plant termasuk dalam

kategori tinggi, dimana karyawan memiliki keinginan untuk tetap memelihara

keanggotaan atau tetap ada di perusahaan. Intensi turnover karyawan

termasuk dalam kategori rendah, dimana karyawan memiliki keinginan untuk

tetap bertahan di perusahaan tersebut. Komitmen organisasi secara

keseluruhan berpengaruh terhadap intensi turnover Karyawan PT ADM

Casting Plant. Secara atribut (parsial) komitmen normatif yang memiliki

(35)

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Bekasi Timur memiliki visi, misi,

dan tujuan yang dapat terwujud apabila didukung oleh berbagai pihak

diantaranya karyawan sebagai sebagai perencana, pelaku, dan penentu

tercapainya tujuan organisasi. Sesuai dengan visi RSU Sentosa yaitu

menjadikan RSU Sentosa sebagai pusat rujukan penyakit anak (pediatric)

yang memiliki pelayanan unggulan bertaraf internasional serta menjadi

kepercayaan masyarakat Bekasi dan sekitarnya pada tahun 2012, diperlukan

berbagai upaya untuk mewujudkannya. Salah satunya melalui penilaian

kinerja karyawan dimana hasil penilaian tersebut merupakan refleksi dari

berkembang atau tidaknya perusahaan. Hasil penilaian kinerja akan

menunjukkan keefektifan SDM dalam melaksanakan tugas, yaitu apakah

mereka telah memenuhi tuntutan yang dikehendaki perusahaan baik dari segi

kuantitas maupun kualitas.

Menurut Samsudin (2006), penilaian kinerja yang dilakukan dengan

baik dan tertib akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan

loyalitas organisasional karyawan. Penilaian kinerja sebagai dasar untuk

keputusan administratif (memberi arah untuk penetapan promosi, transfer dan

kenaikan gaji), informatif (informasi tentang prestasi kerja bawahan bagi

pihak manajemen dan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan bagi

karyawan), dan motivasi (pengalaman belajar untuk mengembangkan diri dan

meningkatkan prestasi kerja) menjadi fokus strategi organisasi demi

pencapaian tujuan organisasi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan

penilaian kinerja dengan komitmen karyawan rumah RSU Sentosa. Penelitian

dilakukan dengan uji presepsi karyawan terhadap penilaian kinerja yang

diterapkan dan komitmen karyawan. Penilaian kinerja mencakup beberapa

variabel, yaitu tujuan, proses, waktu, metode dan efektivitas penilaian kinerja.

Komitmen karyawan diidentifikasi berdasarkan komitmen afektif, kontinuans

(36)

penilaian kinerja dengan komitmen karyawan menggunakan teknik korelasi

Rank Spearmen dan program bantuan SPSS 16.0 for windows dan Microsoft

Excel 2007. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi rekomendasi bagi

manajemen RSU Sentosa terkait dengan penilaian kinerja sebagai umpan

balik untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan kinerja

karyawan. Uraian diatas dapat menjadi pedoman dalam peneltian ini dan

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. KerangkaPemikiran Penelitian

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di

lokasi, wawancara dengan tenaga medis/kesehatan, serta menggunakan

instrumen angket atau kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis

yang terstruktur dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden,

baik tentang hal pribadi maupun hal-hal lain yang terkait dengan obyek Rumah Sakit Umum (RSU) Sentosa Bekasi Timur

Kebijakan RSU Sentosa Bekasi Timur

Penilaian Kinerja

1. Tujuan penilaian kinerja 2. Proses penilaian kinerja 3. Waktu penilaian kinerja 4. Metode penilaian kinerja 5. Efektivitas penilaian kinerja

Komitmen Karyawan

1.Affective commitment 2.Continuance commitment 3.Normative commitment

Analisis hubungan penilaian kinerja dengan komitmen karyawan

(Uji Korelasi Rank Spearman)

Visi, Misi dan Tujuan RSU Sentosa Bekasi Timur

(37)

penelitian. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan (buku-buku

dan literatur-literatur) dan berasal dari catatan medik dan kepegawaian

Rumah Sakit Umum Sentosa Bekasi Timur.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer dan sekunder

adalah sebagai berikut:

1. Metode angket/kuesioner

Adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data primer, melalui

pengisian kuesioner oleh para tenaga medis RSU Sentosa Bekasi Timur.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (variabel

penelitian). Data yang dikumpulkan dari hasil kuesioner menggunakan

skala Likert selanjutnya akan diolah dengan uji validitas dan reabilitas.

Penggunaan Skala Likert memberi kebebasan bagi responden dan data

yang didapat cukup objektif. Menurut Narbuko (2001), penentuan skor

nilai atas jawaban responden berdasarkan skala Likert 4 (empat) tingkat

yang disajikan pada Tabel 2 meliputi sangat setuju, setuju, tidak setuju,

sangat tidak setuju. Hal tersebut untuk mengurangi kecenderungan

responden menjawab pilihan ragu-ragu, karena obyek penilaian yang

cukup sensitif. Pengolahan data dari kuesioner adalah memberi skor pada

masing-masing jawaban responden, skor nilai yang diperoleh dipindahkan

ke lembar tabulasi, data hasil tabulasi tersebut diperiksa, kemudian

dihitung nilai total dari masing-masing peubah terakhir memindahkan data

ke lembar kerja untuk diolah dan dianalisis.

Tabel 2. Skala pengukuran Likert

Sumber: Narbuko (2001)

Setiap jawaban responden diberikan bobot (skor rataan) dan perhitungan

skor rataan adalah sebagai berikut:

Skala Keterangan

1 Sangat Tidak Setuju (STS)

2 Tidak Setuju (TS)

3 Setuju (S)

(38)

Langkah selanjutnya adalah menggunakan rentang skala penelitian untuk

menentukan posisi tanggapan responden dengan rumus:

M

R (bobot)= bobot terbesar – bobot tekecil

M = banyaknya kategori bobot

Dimana: 1,00 ≤ x < 1,76 = STS atau Sangat tidak baik

1,76 ≤ x < 2,51 = TS atau Tidak baik

2,51 ≤ x < 3,26 = S atau Baik

3,26 ≤ x < 4,00 = SS atau Sangatbaik

2. Metode wawancara secara tidak terstruktur dengan karyawan RSU Sentosa

bagian pelayanan medis guna mendapat keterangan dan data yang

dibutuhkan, serta berkaitan dengan masalah penelitian.

3.4. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian

dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan pengambilan

sampel yang dilakukan harus mewakili populasi atau harus representatif

(Sugiyono, 2009). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

Proportionate Stratitified Random Sampling Design, melibatkan proses

stratifikasi atau segragasi yang diikuti dengan pemilihan acak subjek dari setiap

strata. Populasi terlebih dahulu dibagi ke dalam kelompok saling eksklusif

(mutually exclusive) yang relevan, tepat dan berarti dalam konteks studi.

(39)

terhadap total jumlah elemen dalam strata yang bersangkutan (Sekaran, 2006).

Populasi RSU Sentosa secara keseluruhan berjumlah 163 karyawan. Namun,

dalam penelitian ini dibatasi hanya pada tenaga medis (dokter), paramedis

(perawat dan bidan) dan non medis (penunjang medik bagian farmasi,

radiologi, laboratorium, gizi dan rekam medik). Sehingga berdasarkan data

karyawan RSU Sentosa, populasi yang digunakan berjumlah 106 karyawan.

Penentuan jumlah sampel didasarkan pada pendapat Slovin (Umar, 2003)

sebagai berikut:

= ... (3)

Dimana,

n : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

e : Margin of error, yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian karena

kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

Tingkat keyakinan pada penelitian ini adalah 95% dengan signifikansi

p ≤ 0,05 menyatakan bahwa setidaknya 95 dari 100 taksiran kita akan

mencerminkan karakteristik populasi sebenarnya (Sekaran, 2006).

Berdasarkan rumus diatas dengan margin of error (e) sebesar 5%, maka

diperoleh sampel yang diambil sebanyak 84 karyawan sebagai responden

(dapat dilihat pada Tabel 3) dengan perhitungan:

= ( , ) = 83,79 4 Tabel 3. Populasi dan Sampel Penelitian

Petugas RSU Sentosa Bekasi Timur

Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Unit Medis

Dokter 21 84/106 x 21 = 16,60≈17

Unit Paramedis

Keperawatan 45 84/106 x 45 = 35,57≈36

Kebidanan 12 84/106 x 12 = 9,49≈9

Unit Penunjang Medis

Farmasi 10 84/106 x 10 = 7,91≈8

Radiologi 4 84/106 x 4 = 3,16≈3

Laboratorium 4 84/106 x 4 = 3,16 ≈3

Gizi 6 84/106 x 6 = 4,74≈5

Rekam Medik 4 84/106 x 4 = 3,16≈3

(40)

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Uji Validitas

Menurut Umar (2003) validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Berikut ini adalah

langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner:

1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan

dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment, yaitu:

= (∑ ) (∑ )

∑ (∑ ) ∑ (∑ ) ... (4)

Dimana,

r = angka korelasi

N = jumlah responden

X = skor masing-masing pertanyaan

Y = skor total

5. Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel

nilai r. Uji validitas yang dilakukan pada 30 responden dimana nilai rhitung

> rtabel, maka pertanyaan tersebut valid atau signifikan dalam penelitian

ini. Angka kritik tabel korelasi untuk nilai r adalah r (n-2;a). Tingkat

kesalahan yang ditetapkan sebesar 5%, maka nilai rtabel sebesar 0,361.

Validitas suatu pertanyaan dapat dilihat pada hasil output SPSS 16.0

for windows tabel item-Total Statistic, dimana suatu butir pertanyaan

dikatakan valid jika nilai rhitung yang merupakan nilai dari Corrected

Item-Total Correlation> dari rtabel(Nugroho, 2005).

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat

pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Uji

reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbanch, yaitu:

(41)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan σt2

= varian total σb2

= jumlah varian butir

Rumus varian yang digunakan adalah:

= ∑

... (6)

Keterangan:

n = jumlah responden

X = nilai skor yang dipilih (total dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh

butir pernyataan untuk lebih dari satu variabel, namun sebaiknya uji

reliabilitas dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja yang

berbeda-beda, sehingga dapat diketahui konstruk variabel mana yang tidak

reliabel. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki

nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60 dan hasil uji reliabilitas dapat dilihat

pada tabel Reliability Statistic output SPSS 16.0 for windows (Nugroho,

2005).

3.5.3 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif merupakan dugaan

terhadap nilai satu variabel secara mandiri antara data sampel dan data populasi

(jadi bukan dugaan nilai komparasi atau asosiasi). Analisis dilakukan dengan

cara melakukan perhitungan sehingga setiap rumusan masalah dapat ditemukan

jawabannya secara kuantitatif. Data hasil analisis deskriptif dapat disajikan

dalam bentuk tabulasi silang, tabel distribusi frekuensi, grafik batang, grafik

garis dan pie chart(Sugiyono, 2009).

Penelitian mengenai hubungan penilaian kinerja dengan komitmen

(42)

bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penilaian kinerja

dan komitmen karyawan Rumah Sakit Umum (RSU) SENTOSA berdasarkan

kuesioner.

3.5.4 Analisis Korelasi Rank Spearmen

Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang

tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti

disebabkan). Uji korelasi tidak membedakan jenis variabel (tidak ada variabel

dependen dan independen) dan keeratan hubungan dinyatakan dalam bentuk

koefisien (Nugroho, 2005). Menurut Umar (2003), langkah-langkah dalam

pengujian korelasi Rank Spearmen adalah sebagai berikut:

1. Menentukan hipotesis untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

penilaian kinerja dengan komitmen karyawan. Hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

H0: b = 0, artinya tidak ada hubungan nyata antara penilaian kinerja (b)

dengan komitmen karyawan.

H1:b ≠ 0, artinya terdapat hubungan nyata antara penilaian kinerja (b)

dengan komitmen karyawan.

2. Menghitung korelasi Rank Spearmenmenggunakan rumus berikut:

∑ ... (7)

Keterangan:

rs = koefisisen korelasi Rank Spearmen

di2 = Skor antar dua variable

n = banyaknya pasangan data

Besarnya nilai r terletak antara -1< rs<1, artinya:

a. rs= 1

Artinya hubungan sistem penilaian kinerja dan komitmen karyawan

sempurna positif (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif).

b. rs= -1

Artinya hubungan sistem penilaian kinerja dan komitmen karyawan

sempurna negatif (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif).

Gambar

Tabel 1. Data Turn Over Karyawan RSU Sentosa Bekasi Timur
Gambar 1. Langkah-langkah Penilaian Unjuk Kerja (Hariandja, 2007)
Gambar 2. Faktor-faktor Pembentuk Komitmen Organisasional (Spector, 1997)
Gambar 3. KerangkaPemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan dasar Resolusi Konflik merupakan kemampuan seseorang dalam memahami dan menyelesaikan konflik secara konstruktif, yang terdiri dari enam kemampuan dasar yaitu

wa a matu (sh) wuhpawng a matu n tara, dang sha roi rip, zing ri, baw daw sha, mawp sha, ai ni a matu tsaw ra matsan dum ai myit hte masin pawt let shalawt na matu ap nawng shakut

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga bisa menyelesaikan tugas akhir yang berjudul : ” Studi

Dari sekian banyak teori tentang intensi berwirausaha, karakteristik wirausahawan, dan pendidikan kewirausahaa, penelitian ini mendasarkan pada definsi konsep sebagai berikut:

Dibandingkan dengan controllors Arduino sebelumnya, dengan menggunakan mikrokontroler sebagai ATmega32U4 sendiri, memungkinkan Leonardo lebih murah dan sederhana untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata proporsi pendapatan utama sebagai nelayan dalam rumah tangga nelayan responden adalah 84,37 % dan pendapatan sampingan

bangan teknologi tersebut maka sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan arsitektur tradisional. Oleh karena bangunan-bangunan tradisional telah terdesak oleh

• Dengan demikian, referensi-referensi ke lokasi stack di dalam memori pada dasarnya merupakan pengalamatan register tidak langsung.