OPTIMALISASI PRODUKSI
NATA DE COCO
MENTAH
PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS
JAWA BARAT
SKRIPSI
JONI KURNIAWAN H34096050
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS
JAWA BARAT
Kurniawan, J1 dan Harmini2
1)Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34096050 2)Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Ir, M.Si
ABSTRACT
Nata de coco Is a food product yielded from natural coconut water process fermentation by entangling bacterium of acetobacter xylinum, so that form the lump bromassa cosist of cellulose owning solid form, white chromatic. At the height of society awareness for the importance of health result the nata de coco become one of health product which a lot of enthused by society. This research to analyse the optimalisation of product the raw nata de coco at PT. Galuh Pratama, Ciamis, West Java. Make up of amount of request nata de coco not yet can be served maximally by company because of resource constraint owned. Optimal planning require to be conducted by company because expense limitation, asses to sell product and also sum up product produce also have an affect on to effort conducted by company to get the maximum advantage. Method of data processing use LINDO program to know wether company have productive at optimal condition or not, comparing result of advantage actual optimally and also see the change that happened at change of availability of resource and expense to production and company acceptance.
RINGKASAN
JONI KURNIAWAN. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Di Bawah Bimbingan HARMINI
Perkembangan produksi nata de coco semakin meningkat seiring dengan permintaan pasar yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah permintaan nata de coco mentah merupakan suatu peluang bagi perusahaan yang memproduksi nata de coco mentah untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperolehnya. PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Ciamis yang melakukan produksi nata de coco mentah. Kegiatan produksi nata de coco mentah sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya perusahaan. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki PT Galuh Pratama dalam memenuhi permintaan pasar harus dimanfaatkan secara optimal guna menghasilkan keuntungan yang optimal.
Formulasi model yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis hasil optimal serta penggunaan sumberdaya secara optimal dapat menjadi salah satu metode dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh PT Galuh Pratama. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menentukan perubahan input terhadap kombinasi produksi nata de coco mentah pada PT Galuh Pratama. (2) Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk mencapai kondisi optimal. (3) Mengetahui faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan tidak mampu mencapai kondisi optimal. (4) Menganalisis perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan tanpa merubah kondisi optimal. (5) Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan ketersediaan sumberdaya terhadap produksi dan penerimaan perusahaan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Agustus 2012.
PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada pengolahan nata de coco mentah. Perusahaan nata de coco PT Galuh Pratama awalnya bernama CV Trina Jaya didirikan oleh Bapak Endus Zenal Mustofa pada tahun 1994 dirintis dengan modal dasar Rp 1.200.000. Pabrik nata de coco PT Galuh Pratama berlokasi di Jalan Citamiang RT/RW 29/08 Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. PT Galuh Pratama memproduksi dua jenis nata yaitu bentuk kubus dan bentuk lembaran.
Data dianalisis dengan menggunakan model linear programming yang digolangkan ke dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel keputusan yang terdapat pada model menunjukkan aktivitas produksi dari setiap jenis produk nata de coco mentah. Variabel yang terbentuk dari dua variabel keputusan. Fungsi
Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adanya optimalisasi maka terjadi peningkatan keuntungan. Keuntungan optimal periode Mei – Agustus yang akan diperoleh perusahaan apabila perusahaan berproduksi pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 242.146.671,32,- sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual adalah sebesar Rp 229.556.620,-. Selisih
keuntungan antara produksi aktual dan produksi optimal yaitu sebesar Rp 12.590.051,32,-. Sumberdaya yang berlebihan pada kondisi optimal adalah air
kelapa, cuka Taiwan, dan jam tenaga kerja langsung, sedangkan yang masih kurang dari harapan yaitu pencamaian permintaan produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran. Sumberdaya yang habis terpakai yaitu gula pasir dan jam kerja mesin pemotong.
OPTIMALISASI PRODUKSI
NATA DE COCO
MENTAH
PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS
JAWA BARAT
JONI KURNIAWAN H34096050
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh
Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat
Nama : Joni Kurniawan
NIM : H34096050
Disetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Harmini, M.Si NIP. 19600921 198703 2 002
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa
Barat“ adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Provinsi Sumatera Barat tepatnya di Maninjau
Kecamatan Tanjung Raya pada tanggal 30 Juni 1988 sebagai anak dari Bapak
Amrizal dan Ibu Linda Putri. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara.
Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Murni dan lulus
pada tahun 1994. Melanjutkan pendidikan sekolah dasar (SDN 1 Tanjung Raya)
dan selesai pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah
pada tahun 2003 di SLTPN 1 Tanjung Raya, Kecamatan Tanjung Raya,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pada tahun 2006 penulis dapat menyelesaikan
pendidikan tingkat atas pada SMUN 1 Tanjung Raya. Pada tahun yang sama
penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB)
dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis
Direktorat Program Diploma IPB melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Mahasiswa
IPB) dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen
Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Disamping sebagai mahasiswa
penulis juga bekerja di Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor sejak tahun 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan, ilmu, nikmat dan segala
kemudahan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat “. Skripsi ini mengkaji bagaimana perusahaan dapat memproduksi nata de coco secara optimal dengan ketersediaan sumberdaya
yang terbatas.
Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi PT Galuh Pratama sebagai
bahan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan serta penggunaan
sumberdaya yang optimal. Manfaat yang paling besar dari skripsi ini adalah
pengalaman dan pengetahuan nyata yang diperoleh oleh penulis sebagai
mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Agribisnis
Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB.
Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis kerjakan. Penulis
meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak
kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, penulis berharap semoga hasil
yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi gambaran yang baik
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, akhirnya skripsi tentang Optimalisasi Produksi Nata De
Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan Skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada :
1. Ir. Harmini, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Eva Yolinda. A, SP, MM dan Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini.
3. Istri tercinta Desy Kartikasari, A.Md atas perhatiaan dan dukungannya.
4. Kedua orang tua, kakak dan kedua adekku ( Rahmat Azizi, Mery Sri
Wahyuni, dan Rico Fernandes) and all of family atas doa dan dukungannya.
5. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis
Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis FEM – IPB atas ilmu serta
bantuannya.
6. Endus Zenal Mustofa dan seluruh karyawan PT Galuh Pratama yang telah
memberikan informasi dan masukan-masukan selama penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas, doa, dukungan,
dan bantuan semua pihak yang telah mencurahkan waktu dan materil, sehingga
terselesaikan skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
ix DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Optimalisasi dan Produksi ... 10
2.2 Potensi Produk dan Peluang Pengembangan Usaha Nata De Coco ... 10
2.3 Penelitan Terdahulu ... 12
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18
3.1.1 Teori Produksi ... 18
3.1.2 Optimalisasi Produksi ... 19
3.1.3 Kombinasi Produksi Optimal ... 21
3.1.4 Program Linear ... 22
3.1.5 Analisis Primal dan Dual ... 25
3.1.6 Analisis Sensitivitas ... 27
3.1.7 Analisis Post-Optimal ... 28
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28
IV. METODE PENELITIAN ... 32
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
4.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 32
4.3 Metode Pengambilan Responden ... 32
4.4 Metode Pengolahan Data ... 33
x
4.6 Definisi Operasional ... 39
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 41
5.2 Manajemen Perusahaan... 41
5.2.1 Struktur Organisasi ... 41
5.2.2 Pembagian Kerja ... 42
5.3 Sumber Daya Perusahaan ... 44
5.3.1 Sumber Daya Non Fisik ... 44
5.3.2 Sumber Daya Fisik ... 45
5.4 Proses Pengolahan ... 45
5.4.1 Bahan Baku ... 46
5.4.2 Bahan Penunjang ... 48
5.4.3 Proses Pembuatan Starter ... 49
5.4.4 Proses Pembuatan Nata De Coco ... 49
5.5 Pemasaran ... 54
5.6 Penanganan Limbah ... 55
VI. PEMBAHASAN ... 56
6.1 Perumusan Model Program Linear ... 56
6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan... 56
6.1.2 Perumusan Kendala Produksi ... 57
6.1.2.1 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Utama... 57
6.1.2.2 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Penolong ... 59
6.1.2.3 Perumusan Fungsi Kendala Tenaga Kerja Langsung ... 61
6.1.2.4 Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin Pemotong ... 63
6.1.2.5 Perumusan Fungsi Kendala Permintaan Produksi ... 63
6.2 Analisis Primal ... 64
6.2.1 Tingkat Produksi Optimal ... 65
6.2.2 Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa Optimal... 67
6.2.3 Penggunaan Bahan Baku Penolong Optimal ... 67
6.2.4 Penggunaan Optimal Tenaga Kerja Langsung ... 68
6.2.5 Penggunaan Optimal Jam Kerja Mesin Pemotong ... 69
xi
6.3 Analisis Dual ... 70
6.4 Analisis Sensitivitas ... 71
6.4.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 72
6.4.2 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) ... 73
6.5 Analisis Post Optimal ... 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
7.1 Kesimpulan ... 79
7.2 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
xiii PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012 ... 7
6. Jumlah Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama
xiii Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 69
26. Jumlah Permintaan Produksi, Produksi Aktual dan Produksi Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 70
27. Kondisi Optimal Status Sumberdaya PT Galuh Pratama
31. Status Sumberdaya Pada Kondisi Post Optimal PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 77
xiii DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kurva Produksi ...19
2. Kombinasi Output...22
3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama ...31
4. Struktur Organisasi PT Galuh Pratama ...42
xiii DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PT Galuh Pratama Berdasarkan Olahan Program LINDO ...84
1 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan pohon kelapa, yang tumbuh subur
hampir di semua wilayah mulai dari pesisir pantai sampai ke pedalaman. Banyak
manfaat yang telah diambil dari pohon kelapa, mulai dari makanan, minuman,
sumber energi, minyak goreng, aneka kerajinan dan perkakas rumah tangga.
Kelapa merupakan komoditi penting di Indonesia maupun di dunia internasional.
Produk yang dapat dihasilkan dari kelapa sangat beragam yaitu minyak goreng,
tepung kelapa (decicated coconut/DCN), santan, air kelapa segar, nata de coco,
kelapa muda (dikalengkan), kue kelapa (coconut cake), ataupun dikonsumsi segar
sebagai buah (kelapa muda), dan produk - produk makanan lainnya.
Tanaman kelapa Indonesia pernah mengalami kejayaan dengan produk
utamanya berbentuk kopra pada periode tahun 1960-1970an. Saat ini areal kelapa
mencapai 3,8 juta hektar dengan produksi 3,3 juta ton, dimana lebih dari 90
persen merupakan perkebunan rakyat. Wilayah perkebunan kelapa tersebar di
seluruh kepulauan nusantara. Areal tanaman kelapa di pulau Sumatera mencapai
33,63 persen, jawa 22,75 persen, Sulawesi 19,40 persen, Bali, NTB, dan NTT
sebesar 7,70 persen, Maluku dan Papua 8,89 persen serta Kalimantan 7,26 persen
(Ditjen Perkebunan 2012)1. Adapun luas areal dan produksi kelapa Indonesia pada
tahun 2007 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 2007 – 2011
Tahun
Luas areal (ha) Produksi (ton)
PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah
2007 3.720.533 5.507 61.948 3.787.989 3.122.995 2.935 67.337 3.193.266 2008 3.724.118 3.822 55.134 3.783.074 3.176.004 3.000 60.668 3.239.672 2009 3.731.606 4.844 62.674 3.799.124 3.181.582 3.293 73.094 3.257.969 2010 3.737.507 4.662 66.094 3.808.263 3.183.139 2.332 80.976 3.266.447 2011 3.742.921 4.669 66.189 3.813.779 3.206.182 2.349 81.469 3.290.000 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia-Ditjen Perkebunan, Tahun 2012
2 Pulau Jawa memiliki luas areal dan produksi kelapa kedua terbesar setelah
Pulau Sumatera. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa yang memiliki luas
areal dan produksi kelapa terbesar yaitu Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat
merupakan provinsi yang memiliki luas areal dan produksi kelapa yang cukup
banyak yang tersebar di 26 kabupaten/kota. Adapun luas areal dan produksi
kelapa di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Jawa Barat Tahun 2009 – 2011
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
PR PBN RP PBN
2009 175.378 183 167.895 -
2010 175.537 662 99.830 164
2011 172.919 664 103.757 110
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa adanya kenaikan dan penurunan
jumlah produksi kelapa pada tiga tahun terakhir. Produksi kelapa yang paling
tinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 167.895 ton dan yang terendah pada tahun
2010 sebesar 99.830 ton. Luas areal perkebunan kelapa di Jawa Barat pada
umumnya dimiliki dan dikelola oleh perkebunan rakyat, sedangkan perkebunan
besar Negara hanya 9 persen dari total keseluruhan yang ada dan tidak ada
perkebunan swasta. Apabila dilihat berdasarkan Kabupaten/Kota yang ada,
terdapat 5 kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi kelapa terbesar di
Provinsi Jawa Barat. Adapun 5 kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi
kelapa terbesar dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Kelapa Terbesar di Kabupaten Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Kabupaten Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
PR PBS RP PBS
Ciamis 67.614 - 37.516 -
Tasikmalaya 29.915 1 25.842 -
Sukabumi 10.570 458 3.270 58
Cianjur 8.019 31 4.044 16
Bogor 7.142 154 4.331 35
3 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kabupaten yang memiliki
luas dan produksi kelapa terbesar di Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis dengan
luas areal perkebunan rakyat sebesar 67.614 ha dan produksi per tahun 2011
sebanyak 37.516 ton. Dengan jumlah produksi kelapa yang banyak tersebut dapat
dijadikan sebuah peluang bisnis. Hal tersebut dikarenakan kelapa merupakan
salah satu komoditi perkebunan yang penting bagi Indonesia disamping kakao,
kopi, lada, dan vanili. Komoditi ini telah lama dikenal dan sangat berperan bagi
kehidupan bangsa Indonesia baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial
budaya. Bagian-bagian tanaman kelapa yang dapat dimanfaatkan untuk bahan
baku industri antara lain buah kelapa. Buah kelapa ini terdiri dari kulit luar, sabut,
tempurung, kulit, buah, daging buah, dan air kelapa. Dari satu butir kelapa
terdapat 30 persen sabut, 30 persen daging, 25 persen air, dan 15 persen
tempurung (Soedijanto, 1985).
Dengan melihat bagian-bagian kelapa yang memiliki nilai ekonomis, maka
salah satu bagian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu air kelapa. Pada
umumnya masyarakat mengasumsikan bahwa air kelapa sebagai limbah, padahal
air kelapa memiliki khasiat dan nilai gizi yang sangat tinggi. Manfaat air kelapa
antara lain bisa mengganti ion tubuh yang hilang akibat aktivitas sehingga tubuh
menjadi segar. Air kelapa juga bisa dibuat sebagai nata de coco dan kecap.
Air kelapa memiliki gizi yang tinggi, tidak hanya unsur makro, tetapi juga
unsur mikro. Unsur makro yang terdapat pada air kelapa adalah karbon dan
nitrogen. Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti
glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lain-lain. Unsur nitrogen berupa
protein, tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin.
Kadar asam amino air kelapa lebih tinggi dibanding asam amino dalam susu sapi.
Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mikro berupa
mineral yang dibutuhkan tubuh. Mineral tersebut diantaranya Kalium (K), natirum
(Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), dan
4 lain vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat, asam folat, biotin, riboflavin,
dan sebagainya2.
Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dibuat minuman
fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga
sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Salah satu hasil olahan kelapa yang juga
bernilai ekonomis yaitu nata de coco. Usaha nata de coco memiliki prospek yang
cerah sebagai makanan kesehatan karena memiliki serat yang tinggi dan rendah
kalori sehingga baik untuk sistem pencernaan. Dari pasokan input,
keberlangsungan usaha nata de coco dapat dijamin karena input air kelapa tidak
terpengaruh oleh musiman.
Kandungan gizi yang terkandung dalam air kelapa dapat diolah menjadi
produk nata de coco dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga
mengakibatkan semakin banyaknya produk-produk minuman ringan yang
menonjolkan label minuman sehat. Selain itu meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan membuat nata de coco menjadi salah satu produk
minuman atau kesehatan yang banyak diminati oleh masyarakat. Melalui cara
pikir atau paradigma masyarakat tentang nata de coco membuat masyarakat
melakukan suatu kegiatan produksi minuman nata de coco.
Semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan nata de
coco maka tingkat permintaan nata mentah akan mengalami peningkatan, karena
tidak semua perusahaan nata de coco menyediakan bahan baku utamanya sendiri.
Sebagian besar usaha rumah tangga masih memasok bahan baku nata de coco
mentah dari perusahaan nata de coco lainnya. Salah satu perusahan yang bergerak
dalam bidang pengolahan nata de coco mentah dan sebagai produsen bahan baku
nata de coco kemasan yaitu PT Galuh Pratama yang berlokasi di Kecamatan
Banjarsari Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Perusahaan PT Galuh Pratama memiliki suatu perencanaan yang tepat
dalam menentukan jenis dan lokasi usaha. Kecamatan Banjarsari merupakan salah
satu wilayah produksi kelapa di Kabupaten Ciamis. Kecamatan Banjarsari
5 merupakan salah satu pusat perekonomian dari beberapa kecamatan (Lakbok,
Mangunjaya, Padaherang, Purwadadi) dan terletak diantara jalur Kota Banjar
menuju Pantai Pangandaran yang dilewati oleh jalan kabupaten yang strategis.
Dengan kondisi wilayah tersebut memudahkan perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usaha baik dari segi pengadaan input maupun pendistribusian output.
Berdasarkan luas areal dan produksi kelapa di Kecamatan Banjarsari yang
hanya 1.896,61 ton per tahun tidak memungkinkan perusahaan bisa mendapatkan
semua air kelapanya, sehingga perusahaan mendapatkan input dari kecamatan
lain. Kabupaten Ciamis termasuk Kabupaten sumber penghasil kelapa untuk
memenuhi kebutuhan kota JABODETABEK. Dengan kondisi tersebut
memberikan dampak terhadap kelangkaan ketersediaan air kelapa untuk
menghasilkan produk nata de coco mentah. Dimana kegiatan produksi nata de
coco dapat dilakukan secara rutin perlu adanya ketersediaan bahan baku utama
yang memadai. Adapun luas areal dan produksi kelapa untuk Kabupaten Ciamis
Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Kelapa untuk Daerah Kabupaten Ciamis Sadananya 1570.30 1491.39 Jatinagara 696.00 852.02 Cihaurbeuti 555.30 521.56 Rajadesa 1950.88 1017.90 Panumbangan 661.15 625.02 Sukadana 1358.90 1037.57 Panjalu 803.80 572.82 Cijeungjing 3578.80 2929.84 Panawangan 1351.98 1056.72 Rancah 3976.50 3851.82 Cipaku 2431.35 2777.27 Tambaksari 1664.00 1531.88 Banjar 902.18 868.70 Pamarican 2906.90 2400.91 Pataruman 921.44 870.30 Langkaplancar 1072.24 862.23 Purwaharja 339.40 315.65 Banjarsari 2239.57 1896.61 Langensari 856.54 810.11 Lakbok 1913.70 1812.13 Cisaga 3169.92 2490.96 Padaherang 3941.10 3726.72 Cikoneng 1162.22 810.11 Kalipucang 5296.12 4924.16 Cimaragas 4833.60 3888.44 Pangandaran 4556.73 4426.31 Parigi 5310.20 5132.06 Cigugur 2664.60 2520.97 Cijulang 3883.9 3725.77 Cimerak 3977.00 3799.21
6 Perusahaan PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang
melakukan penyediaan input nata de coco mentah bagi perusahaan besar yang
melakukan pengolahan nata de coco lebih lanjut. Dengan melihat peluang pasar
yang cukup tinggi dan dengan peningkatan jumlah produksi nata de coco mentah,
masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen dan hal tersebut dikarenakan
adanya kendala dibeberapa faktor produksi. Kendala yang umunya dihadapi oleh
perusahaan yaitu kendala bahan baku utama, bahan baku penolong, jam kerja
tenaga kerja, jam kerja mesin pemotong dan kendala permintaan pasar.
Berdasarkan permintaan pasar yang begitu tinggi terhadap nata de coco
mentah, maka perlu adanya perencanaan yang matang dalam penyediaan nata de
coco mentah agar dapat memenuhi permintaan pasar serta menghasilkan
keuntungan yang optimal. Dengan demikian perusahaan harus memiliki cara agar
menghasilkan produk seoptimal dan seefisien mungkin, sehingga mampu
menghasilkan keuntungan yang optimal.
1.2 Perumusan Masalah
Suatu perusahaan pada umumnya didirikan untuk melaksanakan kegiatan
yang bertujuan mencapat target atau tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang ingin
dicapai oleh suatu perusahaan yaitu memperoleh keuntungan secara optimal. Hal
yang biasanya dilakukan perusahaan dalam menjalankan usaha yaitu berusaha
memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya.
PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada
bidang pengolahan air kelapa menjadi nata de coco mentah. Perusahaan juga telah
menjalankan usahanya selama beberapa tahun yang lalu. Dengan kondisi pasar
yang baik terhadap komoditi nata de coco membuat permintaan nata de coco
terus meningkat. Peningkatan jumlah permintaan tersebut belum bisa dilayani
secara maksimal oleh perusahaan dikarenakan kendala sumberdaya yang dimiliki.
Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki mengharuskan pihak manajemen
perusahaan mengoptimalkan terhadap sumberdaya yang ada agar menghasilkan
produk yang sesuai dengan target dan harapan perusahaan.
Dalam menjalankan kegiatan usaha, PT Galuh Pratama melakukan
7 per empat bulan. Periode pertama yaitu dari bulan Januari sampai dengan April.
Periode kedua yaitu bulan Mei sampai dengan Agustus, dan periode ketiga bulan
September sampai dengan Desember. Pembagian periode tersebut dilakukan
karena masing-masing periode memiliki perencanaan jumlah target produksi yang
berbeda-beda. Periode dengan target produksi yang tinggi terjadi pada periode
kedua, karena periode kedua tersebut adanya hari besar islam yaitu Ramadhan
pada bulan Juli dan Lebaran Idul Fitri pada bulan Agustus. Adapun jumlah target
produksi nata de coco mentah periode Mei sampai dengan Agustus tahun 2012
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Target Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012
Bulan Target Produksi Nata De Coco Jumlah (kg) Kubus Lembaran
Sumber : PT Galuh Pratama, September 2012
Berdasarkan Tabel 5, jumlah target produksi pada periode Mei – Agustus
2012 sebanyak 329.507 kilogram terdiri bentuk kubus 299.640 kilogram dan
lembaran 29.867 kilogram. Jumlah perencanaan produksi terbanyak terjadi pada
bulan Juli dan Agustus. Disamping jumlah target produksi tersebut, jumlah
produksi nata de coco mentah yang mampu perusahaan produksi dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012
Bulan Produksi Nata De Coco Jumlah (kg) Kubus Lembaran
8 Berdasarkan produksi aktual yang dapat dilihat pada Tabel 6, jumlah
produksi yang dihasilkan perusahaan masih jauh dari target yang direncanakan
oleh perusahaan. Perencanaan dalam menggunakan sumberdaya yang dimiliki
seperti bahan baku utama, bahan penolong, tenaga kerja langsung, kapasitas mesin
dan lainnya secara optimal dan efisien sangat diperlukan sehingga diperoleh
tingkat keuntungan yang maksimum. Perencanaan secara optimal perlu
dilaksanakan karena keterbatasan biaya serta keterbatasan sumberdaya input, nilai
jual produk serta jumlah produk yang diproduksi juga berpengaruh terhadap usaha
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.
Permasalahan PT Galuh Pratama pada periode produksi tertinggi yaitu
bulan Mei - Agustus menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
mengenai alokasi sumberdaya dan produksi secara optimal sehingga dapat
diketahui apakah perusahaan telah berproduksi pada kondisi optimal atau tidak,
serta membandingkan hasil keuntungan aktual dengan keuntungan yang optimal
agar tidak terjadi pengalokasian sumberdaya yang tidak tepat atau berlebihan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis
serta dapat memberikan jawaban atau solusi untuk menjalankan kegiatan usaha
yang lebih baik lagi. Permasalahan yang terjadi antara lain :
1. Bagaimana pengaruh input terhadap produksi optimal nata de coco mentah
pada PT Galuh Pratama?
2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk
mencapai kondisi optimal ?
3. Faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan belum mencapai kondisi
produksi optimal ?
4. Bagaimana perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual
perusahaan tanpa merubah kondisi optimal ?
5. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan harga jual
produksi dan penerimaan perusahaan ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dilaksanakan penelitian
9 1. Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah dari
perubahan-perubahan input pada PT Galuh Pratama.
2. Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk
mencapai kondisi optimal.
3. Mengetahui faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan belum
mencapai kondisi produksi optimal.
4. Menganalisis perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual
perusahaan tanpa merubah kondisi optimal.
5. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan ketersediaan
sumberdaya terhadap produksi dan penerimaan perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, kegunaan dari penelitian ini yaitu :
1. Mendapatkan penyelesaian dalam hal kegiatan pengoptimalan sumberdaya
dalam proses produksi nata de coco.
2. Membandingkan keuntungan perusahaan dalam kondisi aktual dan kondisi
optimal.
3. Menganalisis produksi dan keuntungan perusahaan atas perubahan dalam
pengalokasian sumberdaya yang ada.
4. Memberikan solusi dalam hal pemenuhan permintaan pasar yang masih belum
mencukupi dengan cara pengoptimalan sumberdaya.
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.
Perusahaan PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang melakukan
kegiatan pengolahan air kelapa menjadi nata de coco mentah. Pada penelitian ini
difokuskan pada produk nata de coco mentah yang dianalisis selama jadwal
penelitian yang telah ditetapkan. Metode yang dipakai yaitu studi kasus sehingga
kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada perusahaan PT Galuh Pratama,
tetapi dapat juga digunakan untuk kepentingan penelitian atau referensi
10 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Optimalisasi dan Produksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa optimalisasi
berasal dari kata optimal artinya terbaik atau tertinggi. Mengoptimalkan berarti
menjadikan paling baik atau paling tinggi. Sedangkan optimalisasi adalah proses
mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi
paling baik atau paling tinggi (1990:682). Jadi, optimalisasi adalah suatu proses
mengopimalkan sesuatu atau proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik.
Pengertian Produksi dapat dilihat dari dua arti yaitu dalam arti sempit dan
dalam arti luas. pengertian produksi dalam arti sempit yaitu merubah bentuk
barang - barang baru, sedangkan makna atau pengertian produksi dalam arti luas
yaitu setiap usaha yang menimbulkan kegunaan (utility). Dapat pula dikatakan
bahwa produksi adalah segala kegiatan yang mempertinggi faedah barang-barang
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Produksi secara langsung yaitu produksi yang menggunakan
faktor-faktor produksi alama dan tenaga kerja sedangkan produksi tidak langsung sudah
mempergunakan faktor produksi turunan yaitu modal dan keahlian.
2.2 Potensi Produk dan Peluang Pengembangan Usaha Nata De Coco
Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan
agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran
produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena
merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam
upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Dibanding dengan produk
segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya
saing komoditas Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya mengandalkan
keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak
11 Departemen Pertanian telah menetapkan 17 komoditas yang menjadi
prioritas pembangunan pertanian lima tahun (2005 – 2010) yaitu: padi, jagung,
kedelai, kelapa, cengkeh, tanaman obat, pisang, jeruk, bawang merah, angrek,
sapi, kambing dan domba, unggas, kelapa sawit, karet dan kakao. Dari empat
belas komoditas yang menjadi mandat prioritas Puslitbang/Balai Besar yang
berada di bawah Badan Litbang Pertanian, teridentifikasi 7 komoditas yang
memiliki prospek untuk dikembangkan agroindustrinya yaitu: padi, jagung,
kelapa, cengkeh, pisang, jeruk dan hasil ternak.
Komoditas kelapa memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri
pangan maupun non-pangan. Pengembangan produk utama, produk turunan, dan
produk samping dari kelapa ditujukan untuk mengejar perolehan nilai tambah
domestik (retained domestic value added) secara maksimal. Dari pohon industri
kelapa yang mempunyai prospek pasar meliputi nata de coco, minuman isotonik
air kelapa, desiccated coconut, santan kelapa, virgin coconut oil, pakan ternak,
arang tempurung, arang aktif, tepung tempurung kelapa, serat sabut kelapa, dan
produk turunan (oleokimia) dari virgin coconut oil (minyak kelapa murni). Air
kelapa merupakan cairan yang mempunyai kandungan gizi, terutama mineral,
yang sangat baik untuk tubuh manusia, sehingga air kelapa berpotensi dijadikan
minuman isotonic drink. Permintaan terhadap produk santan kelapa dan
desiccated coconut dimasa datang akan meningkat terutama untuk konsumsi
dalam negeri, seiring dengan terjadinya perbaikan ekonomi domestik dan
perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih mementingkan segi
kepraktisan.
Peluang potensi pasar di dalam negeri yang cukup besar di sektor makanan
dan minuman, melainkan terbukanya pasar produk nata de coco di luar negeri,
khususnya di Taiwan dan Jepang. Nata de Coco sebagai makanan yang banyak
mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi
kesehatan dalam membantu pencernaan. Produk Nata de Coco diolah dengan
menambahkan gula dan flavouring agent yang disukai konsumen akan
memberikan nilai tambah yang optimal. Untuk pengemasan terhadap produk nata
de coco bertujuan; (a). mengawetkan produk agar bertahan lama tidak rusak, (b).
12 yang lebih tinggi, (c). meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap
produk, (d). memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
Dalam olahan air kelapa dalam jumlah besar hasil samping industri
pembuatan kopra dan desiccated coconut yang dibuang begitu saja ke dalam tanah
akan terbentuk asam yang akan menurunkan pH tanah, yang akhirnya menggangu
pertumbuhan tanaman sekitar dan menimbulkan bau. Dalam air kelapa cukup
banyak mengandung zat–zat gizi yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup.
Komposisi air kelapa antara lain karbohidrat (sukrosa, glukosa, fruktosa dan
sorbitol) mineral (K, Na, Mg, P, Cl, Fe dan Cu), protein (asam–asam amino
essencial) dan vitamin B dan C. Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan “nata de coco “, yaitu jenis makanan berbentuk seperti gelatin yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco dihidangkan setelah dimasak
dalam sirup kental, sering disajikan bersama campuran es buah.
Dalam proses fermentasi nata de coco dibantu oleh sejenis bakteri
bernama Acetobacter xylinum. Enzim yang dihasilkan bakteri nata de coco
mengubah gula yang terkandung dalam air kelapa menjadi lembaran-lembaran
serat selulosa. Lembaran-lembaran selulosa itu kemudian menjadi padat dan
berwarna putih bening yang dinamakan nata. Produk olahan kelapa untuk nata de
coco merupakan bahan pangan yang makin diminati masyarakat, bukan hanya
dalam negeri saja, tetapi pangsa pasar luar negeri semakin terbuka lebar. Peluang
pasar nata de coco tidak hanya terbatas pada pasar domestik, karena prospek
ekspor juga sangat terbuka luas, dan bahkan dapat menjadi komoditas andalan
Indonesia kalau berhasil dikembangkan, karena Indonesia terkenal dengan negeri
berbagai Pulau Kelapa. Untuk mengembangkan menuju pangsa pasar ekspor
diperlukan peningkatan kualitas Nata De Coco dan ketersediaan jumlah barang
sesuai permintaan pasar ekspor.
2.3 Penelitan Terdahulu
Linear Programming merupakan model umum yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara
optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih
atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana
13 Secara sederhana, dapat diambil contoh bagian produksi suatu perusahaan yang
dihadapkan pada masalah penentuan tingkat produksi masing-masing jenis produk
dengan memperhatikan batasan faktor-faktor produksi: mesin, tenaga kerja, bahan
mentah, dan sebagainya untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau
biaya yang minimal.
Marety (2005) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nata
de coco pada PT Fits Mandiri. Metode analisis yang digunakan yaitu Linear
Programming dengan bantuan software LINDO. Minuman nata de coco yang
dihasilkan oleh perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu dalam bentuk kubus dan
slice. Kondisi optimal yang dapat dihasilkan sebanyak 200.000 unit dengan
kombinasi 27.200 cup untuk nata de coco bentuk kubus dan 172.800 untuk nata
de coco bentuk slice. Keuntungan optimal yang didapatkan sebesar Rp 34.052.000
sedangkan keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 29.768.428,- dan selisish
antara produksi optimal dan aktual sebesar Rp 4.283.571,-.
Siregar (2008) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Usaha
Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa
Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian ini
yaitu menganalisis optimalisasi tingkat produksi ayam pedaging, menganalisis
optimalisasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging agar dapat
mencapai kondisi optimal, menganalisis perubahan harga jual ayam ras pedaging
dan penggunaan pakan terhadap solusi optimal.
Penelitian menggunakan metode optimalisasi dengan alat berupa program
LINDO. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program LINDO,
keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 620.328.900,-,
sedangkan keuntungan yang diperoleh HHF pada kondisi aktual selama tujuh
periode Rp 521.909.446,-. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
input-input produksi di empat lokasi kandang ayam yang terdapat pada HHF belum
optimal karena keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan. Besar
keuntungan tersebut Rp 98.419.454,- atau sebesar 15,87 persen dari keuntungan
14 Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya tidak perlu ditambah
ketersediaannya adalah penggunaan OVD, gas LPG. Sebaiknya kendala aktif yang
sebaiknya ditambah adalah kendala penggunaan lahan dan kandang. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan HHF sebaiknya melakukan alokasi
penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi,
terutama penggunaan pakan dan DOC. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memperhatikan manajemen pemberian pakan yang tepat dan bekerjasama dengan
perusahaan breeder yang mempunyai record baik.
Novendra (2009) melakukan penelitian yang berjudul Optimalisasi
Produksi Aneka Minuman Nata de coco di PT Amico Bekasi. Tujuan penelitian
yaitu menentukan tingkat kombinasi produksi optimal produk pada PT Amico,
mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Amico, menganalisis
perubahan-perubahan (sensitivitas) yang dilakukan terhadap koefisien fungsi
tujuan dan ketersediaan sumberdaya perusahaan yang dapat diterapkan tanpa
mengubah solusi.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data
secara kuantitatif yaitu data diperoleh secara manual kemudian ditabulasikan
menurut aktivitas-aktivitas dan dimasukkan dalam program linear. Program
Linear Interactive Discrete Optimizer (LINDO) membantu menyusun suatu
persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan fungsi kendala. Analisis kualitatif
berguna dalam menjelaskan data hasil olahan secara deskriptif. Analisis data yang
digunakan adalah analisis primal, dual, dan sensitivitas.
PT Amico memproduksi 3 jenis produk aneka minuman coco yaitu es
campur, amicoco, dan buble. Berdasarkan perumusan fungsi tujuan keuntungan
setiap produk dari ketiga jenis produk yang didapatkan dari penerimaan penjualan.
Keuntungan yang dimaksud adalah selisih antara harga jual dengan HPP.
Berdasarkan fungsi kendala meliputi pemanis, gula pasir, asam, benzoat, garam,
aroma, bolo, selasih, mesin, jam tenaga kerja produksi, dan permintaan pasar.
Pada hasil analisis optimal primal, pada kondisi aptimal terjadi
peningkatan produksi produk yaitu amicoco, buble medium dan buble 48, dan
15 optimal produksi yang sebaiknya ditingkatkan adalah amicoco dan buble sehingga
memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Berdasarkan analisis
optimal dual, pemanis, gula pasir, asam, benzoat, garam, aroma, bolo, selasih, dan
jam kerja produksi termasuk kendala tidak aktif sehingga dengan bertambahnya
atau berkurangnya jumlah tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Mesin
dan permintaan pasar termasuk kendala aktif artinya dengan bertambah atau
berkurangnya objek tersebut dapat mempengaruhi keuntungan dan produksi.
Harahap (2009) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Usaha
Produksi Kelinci di Istana Rabbit Kampung Dumpit, Kabupaten Bogor. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi tingkat produksi kelinci yang
dihadapi Istana Rabbit, menganalisis optimalisasi penggunaan input-input
produksi kelinci agar dapat mencapai kondisi optimal dan menganalisis perubahan
harga jual kelinci. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis optimalisasi
produksi dengan menggunakan program LINDO.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan LINDO, tingkat
keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 8.336.005,-,
sedangkan keuntungan yang diperoleh Istana Rabbit pada kondisi aktual sebesar
Rp 4.931.500,-. dari hasil tersebut penggunaan input belum optimal karena
keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan. Besar keuntungan
tersebut sebesar Rp 3.404.500,- atau sebesar 59,15 persen dari keuntungan yang
diperoleh selama periode penerimaan. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya
melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan
meningkatkan efisiensi, terutama memperhatikan manajemen pemberian pakan
dan bibit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen
pemberian pakan yang tepat.
Nasrun (2009) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nata
de coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur. Tujuan penelitian ini
adalah menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah pada
PD Risna Sari, mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari
untuk mencapai kondisi optimalnya, menganalisis bagaimana
16 perusahaan dapat diterapkan tanpa mengubah kondisi optimal, mengetahui faktor
kendala yang menjadi pembatas bagi perusahaan dalam mencapai kondisi optimal,
menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap biaya dan
penjualan perusahaan terhadap produksi, sumberdaya dan keuntungan perusahaan.
Model yang digunakan dalam penelitian yaitu linear programming dengan
bantuan pengolahan data LINDO. Pada usaha ini variabel keputusan terdapat pada
model menunjukkan aktivitas produksi dari setiap jenis produk nata de coco
mentah. variabel yang terbentuk terdiri dari dua variabel keputusan. Fungsi tujuan
merupakan keuntungan per kilogram dari masing-masing nata de coco sedangkan
kendala terdiri kendala bahan baku air kelapa, kendala bahan baku penolong cuka
taiwan, gula pasir, kendala jam kerja tenaga kerja langsung, jam kerja mesin
pemotong, dan target produksi untuk masing-masing produk.
Hasil analisis menunjukkan bahwa keuntungan optimal yang akan
diperoleh sebesar Rp 161.146.578,- sedangkan keuntungan yang diperoleh
perusahaan pada kondisi aktual sebesar Rp 153.371.340,-. Sumberdaya yang
berlebih pada kondisi optimal adalah air kelapa, cuka Taiwan dan gula pasir
dengan nilai sebesar nilai tertentu, sedangkan sumberdaya lain seperti jam kerja
tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata telah habis terpakai.
Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu
pada tempat penelitian dan beberapa jenis komoditinya. Pada penelitian terdahulu
banyak yang menggunakan alat analisis Linear Programming dengan
menggunakan program LINDO. Sedangkan alat analisis yang digunakan pada
penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yaitu Linear Programming
17 Tabel 7. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan
Peneliti
Tahun Judul Metode Analisis
Marety Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur
18 III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi
Menurut Assauri (2004), produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran
(output) yang berupa barang atau jasa, dalam pengertian produksi dan operasi
tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan dan menggunakan
sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa barang
dan jasa, sehingga dapat diukur kemampuan menghasilkan atau transformasinya
yang disebut dengan produktivitas untuk setiap masukan yang digunakan.
Menurut Buffa dan Rakesh (1996), produksi adalah langkah tertentu dalam
keseluruhan proses menghasilkan produk atau jasa yang membawa kepada
keluaran akhir. Langkah-langkah produksi diatur menurut urutan tertentu untuk
membentuk sistem produksi yang lebih besar. Dalam produksi manufaktur,
masukan sumberdayanya adalah berbagai bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin,
fasilitas, informasi, dan teknologi.
Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam
pengelolaan dan pentransformasian masukan menjadi keluaran berupa barang atau
jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Fungsi
produksi merupakan hubungan fisik antar jumlah input dengan jumlah output.
Hubungan antara input dan output ini dapat diformasikan oleh sebuah fungsi
produksi, dan input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasil
maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada saat itu (Nicholson,
2001). Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat dituliskan
sebagai berikut :
Q = f (K,T,M,n) dimana
Q = Output yang dihasilkan selama satu periode tertentu
K = Kapital, T = Tenaga Kerja
19 C
Q* B
TP
A
Input X
0 X1 X2 X3
Gambar 1. Kurva Produksi Sumber : Lipsey, 1995
Maksimal dan optimal merupakan dua kata yang memiliki makna hampir
sama, sama-sama merupakan indikator capaian sebuah usaha atau proses yang
bersifat positif. Bedanya maksimal merupakan tingkat pencapaian yang mampu
atau dapat diraih setinggi-tingginya tanpa mempertimbangkan faktor biaya atau
pengorbanan yang harus dikeluarkan (titik C). Sedangkan optimal adalah tingkat
pencapaian yang perolehannya dibatasi oleh besar atau nilai biaya yang harus
dikeluarkan (titik B). Jika kita memiliki biaya atau sumber daya terbatas, maka
konsep optimallah yang lebih tepat untuk digunakan, karena jika kita
menggunakan konsep maksimal, pada batas tertentu, setelah melampaui titik
optimal tingkat produktifitas akan menurun dan ini berarti keuntungan, atau
manfaat yang kita dapat menjadi semakin berkurang. Sebaliknya jika sumber daya
yang kita miliki tidak terbatas atau sangat banyak melebihi kapasitas produksi,
atau kemampuan berbuat maka dengan kerangka pikir maksimal karena kalaupun
kita terpuruk karena sebuah kesalahan, masih banyak kemungkinan untuk
memperbaikinya dengan sumber daya yang ada.
3.1.2 Optimalisasi Produksi
Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan optimalisasi adalah serangkaian
proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan
20 bahwa optimalisasi mengindentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah
yang diarahkan pada tujuan maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan.
Soekartawi (1991) berpendapat bahwa optimalisasi adalah suatu
pencapaian keadaan terbaik dan optimalisasi produksi adalah penggunaan
faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Memaksimumkan nilai atau
keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan
kendala-kendala yang berada diluar jangkauan pelaku kegiatan merupakan tujuan
dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu dalam pencapaian tujuan tersebut,
kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang
terbatas diantaranya berbagai kegiatan yang saling bersaing.
Menurut Mulyono (1991), menyatakan bahwa berdasarkan
langkah-langkah optimalisasi, setelah masalah diidentifikasi dan tujuan ditetapkan maka
langkah selanjutnya adalah mengformulasikan model matematis yang meliputi
tiga tahap yaitu :
1. Menentukan variabel yang tidak diketahui, (variabel keputusan) dan nyatakan
dalam simbol matematik.
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linear (bukan
perkalian) dari variabel keputusan.
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam
persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linear dari
variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah
tersebut.
Persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu
fungsi dari beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan
memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasan tersebut
meliputi tenaga kerja, uang, material yang merupakan input serta waktu dan ruang
(Supranto, 1988). Perilaku optimalisasi yang dilakukan perusahaan bertujuan
untuk memperoleh keuntungan maksimum, adapun keuntungan maksimum dapat
ditempuh melalui dua cara yaitu :
1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) yang
21 2. Minimisasi, yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan
menggunakan masukan (biaya) yang paling minimal.
Menurut Nicholson (2001), secara ekonomi tujuan utama perusahaan
diasumsikan sebagai maksimisasi nilai perusahaan atau memaksimumkan laba.
Berdasarkan pendekatan holistik, maka tujuan tersebut merupakan tujuan
satu-satunya yang ingin dicapai perusahaan. Perusahaan akan memilih kombinasi input
yang terbaik dari tingkat output yang menguntungkan, sehingga perusahaan akan
berusaha membuat perbedaan yang sebesar-besarnya antara biaya produksi
dengan penerimaan total.
3.1.3 Kombinasi Produksi Optimal
Penentuan kombinasi produksi optimal untuk memperoleh keuntungan
maksimum yang dapat dijelas melalui kurva kemungkinan produksi dan garis
isorevenue. Kurva kemungkinan produksi mengungkapkan tiga konsep yaitu,
kelangkaan (scarcity), pilihan (choise), dan opportunity cost. Kelangkaan
ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas.
Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih berbagai titik-titik alternatif
yang bisa dicapai sepanjang batas. Opportunity cost merupakan keputusan
memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam
jumlah yang banyak.
Kurva kemungkinan produksi disebut juga isoquant karena masing-masing
titik dalam kurva menunjukkan kombinasi input yang akan menghasilkan output
dalam jumlah yang sama. Garis isoquant merupakan garis yang menunjukkan
kombinasi output yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan
penerimaan tertentu.
Pada Gambar 2 dapat dilihat kurva kemungkinan produksi untuk produk X
dan Y yang ditunjukkan oleh daerah OAEB. Garis isorevenue ditunjukkan oleh
garis TR1 dan TR2. Kombinasi produksi optimal diperoleh pada saat kurva
kemungkinan produksi di titik E sebesar d untuk barang X dan sebesar c untuk
barang Y. Pada titik ini total penerimaan yang diterima perusahaan sudah
maksimal yaitu sebesar TR2. Jika kombinasi produksi pada titik a dan b, maka
22 Gambar 2. Kombinasi Output
Sumber : Lipsey, 1995
3.1.4 Program Linear
Linear programming adalah salah satu pendekatan matematik yang paling
sering dipergunakan dan ditetapkan dalam keputusan-keputusan manajerial.
Tujuan dari penggunaan LP adalah untuk menyusun suatu model yang dapat
dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi
dari sumberdaya perusahaan keberbagai alternatif (Muslich, 2009).
Linear programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara
optimal. Linear programming mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk
mencapai sesuatu hasil yang optimal yaitu suatu hasil yang mencerminkan
tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (Subagyo, 1983). Dalam
memecahkan masalah LP menggunakan model matematis yang berarti bahwa
semua fungsi matematis yang disajikan dalam model haruslah
fungsi-fungsi linear.
Linear programming adalah sebuah alat deterministik yang berarti bahwa
semua parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi, dalam
kehidupan nyata jarang seseorang menghadapi masalah dimana terdapat kepastian a
E c
A
TR1 b
Isorevenue Batas Kemungkinan
TR2
0 X
Y
23 sesungguhnya. Teknik LP mengkompensasikan kekurangan ini dengan
memberikan analisis pasca-optimum dan analisis parametrik yang sistematis
untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang bersangkutan untuk menguji
sensitivitas pemecahan optimum yang statis terhadap perubahan diskrit atau
kontinyu dalam berbagai parameter dari model tersebut (Taha, 1996).
Persoalan dalam program linear berusaha untuk mencari pemecahan
optimal di dalam batasan sumberdaya yang ada pada suatu perusahaan. Sebuah
perusahaan yang cukup besar akan berhadapan dengan batasan, baik berupa
batasan dari input tertentu, batasan kapasitas, batasan berupa modal kerja,
penyimpanan, permintaan, jam kerja mesin, tenaga kerja, dan lain sebagainya.
Penggunaan program linear didasari oleh berbagai asumsi, untuk
memudahkan perumusan model tanpa mengurangi kedekatannya dengan keadaan
nyata atau sebenarnya. Asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu Subagyo (1983) :
1. Proporsionalitas
Asumsi ini berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas
yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat
kegiatan.
2. Aditivitas
Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi
atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan yang diakibatkan
oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian
nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
3. Divisibilitas
Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan
dapat berupa bilangan pecahan.
4. Deterministik
Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model
program linear dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.
Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan pemrograman, program linear
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan (Soekartawi, 1991). Kelebihan
24 1. Fungsi tujuan yang dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau
berdasarkan data yang tersedia.
2. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk
memperoleh pemanfaatan sumber yang optimal dapat dicapai.
Disamping mempunyai keunggulan, penggunaan program linear juga
memiliki keterbatasan atau kekurangan antara lain :
1. Terbatas hanya pada satu fungsi tujuan padahal dalam kenyataannya
perencanaan perusahan mungkin dihadapkan pada lebih dari satu fungsi tujuan.
2. Penggunaan fungsi linearitas karena dalam kenyataannya kadang-kadang
asumsi tidak terpenuhi.
3. Program linear hanya mampu merumuskan cara terbaik tentang penggunaan
sumberdaya pada kondisi tertentu sehingga tidak banyak membantu
pengambilan keputusan pada kondisi yang berubah-ubah.
Pada program linear terdapat dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan
fungsi kendala. Fungsi tujuan menggambarkan sasaran pada permasalahan
prorgam linear dan berkaitan dengan pengaturan sumberdaya untuk mencapai
keuntungan maksimal dan biaya yang minimal. Biasanya fungsi tujuan dinyatakan
atau disimbolkan sebagai Z. Fungsi kendala adalah bentuk matematik dari
kendala-kendala yang akan dialokasikan secara optimal pada berbagai aktivitas.
Menurut Subagyo (1983), model matematik program linear dalam bentuk
standar dirumuskan sebagai berikut
Maksimisasi atau minimisasi
Z = C1X1 + C2X2 + .... + CnXn
Fungsi tujuan harus memenuhi kendala-kendala atau syarat-syarat ikatan sebagai
berikut :
a11 + a12X2 + .... + a1nXn≤; =; atau ≥ b1
a12 + a22X2 + .... + a2nXn≤; =; atau ≥ b2
- - - - -
- - - - -
am1X1 + am2X2 + .... + amnXn≤; =; atau ≥ bm
25 Keterangan :
Z = Fungsi Tujuan
Cn = koefisien peubah pengambilan keputusan ke-n dalam fungsi tujuan
Xn = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ke-n (tingkat kegiatan)
amn = koefisien teknis dalam kendala ke-m pada aktivitas ke-n
bm = sumberdaya yang terbatas / konstanta dari kendala ke-m
3.1.5 Analisis Primal dan Dual
Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis
dari satu model LP primal. Masalah primal dan dual sangat berkaitan erat
sehingga pemecahan optimal dari salah satu masalah akan secara otomatis
menghasilkan pemecahan optimum untuk masalah lainnya.
Bentuk Primal Linear Programming
Bentuk Dual Linear Programming
Berdasarkan bentuk matematik dari analisis primal dan dual dapat
diperoleh hubungan antara kedua bentuk tersebut sebagai berikut.
1. Jika bentuk primal adalah maksimisasi, bentuk dualnya adalah minimisasi.
2. Koefisien-koefisien fungsi tujuan bentuk dual menjadi koefisien pada sisi
sebelah kanan bentuk primal. Koefisien pada sisi sebelah kanan bentuk dual
menjadi koefisien-koefisien fungsi tujuan bentuk primal.
3. Koefisien-koefisien dalam kolom bentuk primal adalah sama dengan
26 4. Jumlah variabel dalam bentuk dual adalah sama dengan jumlah kendala
bentuk primal. Jumlah kendala bentuk dual adalah sama dengan jumlah
variabel dalam bentuk primal.
5. Jika tanda fungsi kendala yang ke-i dari bentuk primal adalah persamaan,
maka tanda variabel yang ke-i bentuk dual adalah tidak berkendala.
6. Jika bentuk primal adalah maksimisasi (minimisasi), maka kecuali dinyatakan
pada point 5, tanda untuk variabel-variabel bentuk dual akan berlainan (sama)
dengan tanda kendala bentuk primal.
7. Tanda fungsi kendala bentuk dual diatur sebagai berikut
a. Jika variabel ke-i dari bentuk primal tidak mempunyai tanda kendala,
maka tanda kendala untuk bentuk dual yang ke-i adalah (sama dengan).
b. Jika bentuk primal adalah maksimisasi (minimisasi), maka tanda kendala
bentuk dualnya akan sama (berlawanan) dengan tanda variabel dari
bentuk primal.
Tabel 8. Hubungan Bentuk Primal dan Dual Tujuan Primal
Standar
Dual
Tujuan Batasan Variabel
Maksimisasi Minimisasi ≥ Tidak dibatasi
Minimisasi Maksimisasi ≤ Tidak dibatasi
Sumber. Taha 1996.
Dalam program linear masalah awal yang dikemukakan disebut sebagai
masalah primal. Solusi optimal masalah primal ini menunjukkan nilai dari
variabel-variabel keputusan yang memaksimumkan atau meminimumkan nilai
dari fungsi tujuan. Analisis primal digunakan untuk mengetahui dan menentukan
kombinasi produksi terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan
sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, akan diperoleh berupa jumlah setiap
variabel keputusan yang akan diproduksi dan dapat memaksimumkan nilai fungsi
tujuan dengan dihadapkan pada sumberdaya yang ada.
Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya
dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dualnya.
Kekurangan dan kelebihan digunakan untuk menandai sisa atau kelebihan
kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal. Variabel slack (≤) akan