• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI

NATA DE COCO

MENTAH

PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS

JAWA BARAT

SKRIPSI

JONI KURNIAWAN H34096050

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

 

 

OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS

JAWA BARAT

Kurniawan, J1 dan Harmini2

1)Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34096050 2)Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Ir, M.Si

ABSTRACT

Nata de coco Is a food product yielded from natural coconut water process fermentation by entangling bacterium of acetobacter xylinum, so that form the lump bromassa cosist of cellulose owning solid form, white chromatic. At the height of society awareness for the importance of health result the nata de coco become one of health product which a lot of enthused by society. This research to analyse the optimalisation of product the raw nata de coco at PT. Galuh Pratama, Ciamis, West Java. Make up of amount of request nata de coco not yet can be served maximally by company because of resource constraint owned. Optimal planning require to be conducted by company because expense limitation, asses to sell product and also sum up product produce also have an affect on to effort conducted by company to get the maximum advantage. Method of data processing use LINDO program to know wether company have productive at optimal condition or not, comparing result of advantage actual optimally and also see the change that happened at change of availability of resource and expense to production and company acceptance.

(3)

RINGKASAN

JONI KURNIAWAN. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Di Bawah Bimbingan HARMINI

Perkembangan produksi nata de coco semakin meningkat seiring dengan permintaan pasar yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah permintaan nata de coco mentah merupakan suatu peluang bagi perusahaan yang memproduksi nata de coco mentah untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperolehnya. PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Ciamis yang melakukan produksi nata de coco mentah. Kegiatan produksi nata de coco mentah sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya perusahaan. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki PT Galuh Pratama dalam memenuhi permintaan pasar harus dimanfaatkan secara optimal guna menghasilkan keuntungan yang optimal.

Formulasi model yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis hasil optimal serta penggunaan sumberdaya secara optimal dapat menjadi salah satu metode dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh PT Galuh Pratama. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menentukan perubahan input terhadap kombinasi produksi nata de coco mentah pada PT Galuh Pratama. (2) Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk mencapai kondisi optimal. (3) Mengetahui faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan tidak mampu mencapai kondisi optimal. (4) Menganalisis perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan tanpa merubah kondisi optimal. (5) Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan ketersediaan sumberdaya terhadap produksi dan penerimaan perusahaan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Agustus 2012.

PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada pengolahan nata de coco mentah. Perusahaan nata de coco PT Galuh Pratama awalnya bernama CV Trina Jaya didirikan oleh Bapak Endus Zenal Mustofa pada tahun 1994 dirintis dengan modal dasar Rp 1.200.000. Pabrik nata de coco PT Galuh Pratama berlokasi di Jalan Citamiang RT/RW 29/08 Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. PT Galuh Pratama memproduksi dua jenis nata yaitu bentuk kubus dan bentuk lembaran.

(4)

Data dianalisis dengan menggunakan model linear programming yang digolangkan ke dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel keputusan yang terdapat pada model menunjukkan aktivitas produksi dari setiap jenis produk nata de coco mentah. Variabel yang terbentuk dari dua variabel keputusan. Fungsi

Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adanya optimalisasi maka terjadi peningkatan keuntungan. Keuntungan optimal periode Mei – Agustus yang akan diperoleh perusahaan apabila perusahaan berproduksi pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 242.146.671,32,- sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual adalah sebesar Rp 229.556.620,-. Selisih

keuntungan antara produksi aktual dan produksi optimal yaitu sebesar Rp 12.590.051,32,-. Sumberdaya yang berlebihan pada kondisi optimal adalah air

kelapa, cuka Taiwan, dan jam tenaga kerja langsung, sedangkan yang masih kurang dari harapan yaitu pencamaian permintaan produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran. Sumberdaya yang habis terpakai yaitu gula pasir dan jam kerja mesin pemotong.

(5)

OPTIMALISASI PRODUKSI

NATA DE COCO

MENTAH

PADA PT GALUH PRATAMA KABUPATEN CIAMIS

JAWA BARAT

JONI KURNIAWAN H34096050

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh

Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat

Nama : Joni Kurniawan

NIM : H34096050

Disetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Harmini, M.Si NIP. 19600921 198703 2 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa

Barat“ adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Provinsi Sumatera Barat tepatnya di Maninjau

Kecamatan Tanjung Raya pada tanggal 30 Juni 1988 sebagai anak dari Bapak

Amrizal dan Ibu Linda Putri. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Murni dan lulus

pada tahun 1994. Melanjutkan pendidikan sekolah dasar (SDN 1 Tanjung Raya)

dan selesai pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah

pada tahun 2003 di SLTPN 1 Tanjung Raya, Kecamatan Tanjung Raya,

Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pada tahun 2006 penulis dapat menyelesaikan

pendidikan tingkat atas pada SMUN 1 Tanjung Raya. Pada tahun yang sama

penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB)

dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis

Direktorat Program Diploma IPB melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Mahasiswa

IPB) dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen

Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Disamping sebagai mahasiswa

penulis juga bekerja di Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor sejak tahun 2011

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan, ilmu, nikmat dan segala

kemudahan yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat “. Skripsi ini mengkaji bagaimana perusahaan dapat memproduksi nata de coco secara optimal dengan ketersediaan sumberdaya

yang terbatas.

Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi PT Galuh Pratama sebagai

bahan untuk meningkatkan produksi dan keuntungan serta penggunaan

sumberdaya yang optimal. Manfaat yang paling besar dari skripsi ini adalah

pengalaman dan pengetahuan nyata yang diperoleh oleh penulis sebagai

mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Agribisnis

Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB.

Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis kerjakan. Penulis

meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak

kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, penulis berharap semoga hasil

yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi gambaran yang baik

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2013

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, akhirnya skripsi tentang Optimalisasi Produksi Nata De

Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama Kabupaten Ciamis Jawa Barat dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan Skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya

kepada :

1. Ir. Harmini, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Eva Yolinda. A, SP, MM dan Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen penguji

yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini.

3. Istri tercinta Desy Kartikasari, A.Md atas perhatiaan dan dukungannya.

4. Kedua orang tua, kakak dan kedua adekku ( Rahmat Azizi, Mery Sri

Wahyuni, dan Rico Fernandes) and all of family atas doa dan dukungannya.

5. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis

Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis FEM – IPB atas ilmu serta

bantuannya.

6. Endus Zenal Mustofa dan seluruh karyawan PT Galuh Pratama yang telah

memberikan informasi dan masukan-masukan selama penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas, doa, dukungan,

dan bantuan semua pihak yang telah mencurahkan waktu dan materil, sehingga

terselesaikan skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

(11)

ix DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Optimalisasi dan Produksi ... 10

2.2 Potensi Produk dan Peluang Pengembangan Usaha Nata De Coco ... 10

2.3 Penelitan Terdahulu ... 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Teori Produksi ... 18

3.1.2 Optimalisasi Produksi ... 19

3.1.3 Kombinasi Produksi Optimal ... 21

3.1.4 Program Linear ... 22

3.1.5 Analisis Primal dan Dual ... 25

3.1.6 Analisis Sensitivitas ... 27

3.1.7 Analisis Post-Optimal ... 28

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 28

IV. METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode Pengambilan Responden ... 32

4.4 Metode Pengolahan Data ... 33

(12)

x

4.6 Definisi Operasional ... 39

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 41

5.2 Manajemen Perusahaan... 41

5.2.1 Struktur Organisasi ... 41

5.2.2 Pembagian Kerja ... 42

5.3 Sumber Daya Perusahaan ... 44

5.3.1 Sumber Daya Non Fisik ... 44

5.3.2 Sumber Daya Fisik ... 45

5.4 Proses Pengolahan ... 45

5.4.1 Bahan Baku ... 46

5.4.2 Bahan Penunjang ... 48

5.4.3 Proses Pembuatan Starter ... 49

5.4.4 Proses Pembuatan Nata De Coco ... 49

5.5 Pemasaran ... 54

5.6 Penanganan Limbah ... 55

VI. PEMBAHASAN ... 56

6.1 Perumusan Model Program Linear ... 56

6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan... 56

6.1.2 Perumusan Kendala Produksi ... 57

6.1.2.1 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Utama... 57

6.1.2.2 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Penolong ... 59

6.1.2.3 Perumusan Fungsi Kendala Tenaga Kerja Langsung ... 61

6.1.2.4 Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin Pemotong ... 63

6.1.2.5 Perumusan Fungsi Kendala Permintaan Produksi ... 63

6.2 Analisis Primal ... 64

6.2.1 Tingkat Produksi Optimal ... 65

6.2.2 Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa Optimal... 67

6.2.3 Penggunaan Bahan Baku Penolong Optimal ... 67

6.2.4 Penggunaan Optimal Tenaga Kerja Langsung ... 68

6.2.5 Penggunaan Optimal Jam Kerja Mesin Pemotong ... 69

(13)

xi

6.3 Analisis Dual ... 70

6.4 Analisis Sensitivitas ... 71

6.4.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 72

6.4.2 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) ... 73

6.5 Analisis Post Optimal ... 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

7.1 Kesimpulan ... 79

7.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(14)

xiii PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012 ... 7

6. Jumlah Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama

(15)

xiii Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 69

26. Jumlah Permintaan Produksi, Produksi Aktual dan Produksi Optimal Pada PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 70

27. Kondisi Optimal Status Sumberdaya PT Galuh Pratama

31. Status Sumberdaya Pada Kondisi Post Optimal PT Galuh Pratama Periode Mei – Agustus 2012 ... 77

(16)

xiii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Produksi ...19

2. Kombinasi Output...22

3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Produksi Nata De Coco Mentah Pada PT Galuh Pratama ...31

4. Struktur Organisasi PT Galuh Pratama ...42

(17)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PT Galuh Pratama Berdasarkan Olahan Program LINDO ...84

(18)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan pohon kelapa, yang tumbuh subur

hampir di semua wilayah mulai dari pesisir pantai sampai ke pedalaman. Banyak

manfaat yang telah diambil dari pohon kelapa, mulai dari makanan, minuman,

sumber energi, minyak goreng, aneka kerajinan dan perkakas rumah tangga.

Kelapa merupakan komoditi penting di Indonesia maupun di dunia internasional.

Produk yang dapat dihasilkan dari kelapa sangat beragam yaitu minyak goreng,

tepung kelapa (decicated coconut/DCN), santan, air kelapa segar, nata de coco,

kelapa muda (dikalengkan), kue kelapa (coconut cake), ataupun dikonsumsi segar

sebagai buah (kelapa muda), dan produk - produk makanan lainnya.

Tanaman kelapa Indonesia pernah mengalami kejayaan dengan produk

utamanya berbentuk kopra pada periode tahun 1960-1970an. Saat ini areal kelapa

mencapai 3,8 juta hektar dengan produksi 3,3 juta ton, dimana lebih dari 90

persen merupakan perkebunan rakyat. Wilayah perkebunan kelapa tersebar di

seluruh kepulauan nusantara. Areal tanaman kelapa di pulau Sumatera mencapai

33,63 persen, jawa 22,75 persen, Sulawesi 19,40 persen, Bali, NTB, dan NTT

sebesar 7,70 persen, Maluku dan Papua 8,89 persen serta Kalimantan 7,26 persen

(Ditjen Perkebunan 2012)1. Adapun luas areal dan produksi kelapa Indonesia pada

tahun 2007 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 2007 – 2011

Tahun

Luas areal (ha) Produksi (ton)

PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah

2007 3.720.533 5.507 61.948 3.787.989 3.122.995 2.935 67.337 3.193.266 2008 3.724.118 3.822 55.134 3.783.074 3.176.004 3.000 60.668 3.239.672 2009 3.731.606 4.844 62.674 3.799.124 3.181.582 3.293 73.094 3.257.969 2010 3.737.507 4.662 66.094 3.808.263 3.183.139 2.332 80.976 3.266.447 2011 3.742.921 4.669 66.189 3.813.779 3.206.182 2.349 81.469 3.290.000 Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia-Ditjen Perkebunan, Tahun 2012

(19)

2 Pulau Jawa memiliki luas areal dan produksi kelapa kedua terbesar setelah

Pulau Sumatera. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa yang memiliki luas

areal dan produksi kelapa terbesar yaitu Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat

merupakan provinsi yang memiliki luas areal dan produksi kelapa yang cukup

banyak yang tersebar di 26 kabupaten/kota. Adapun luas areal dan produksi

kelapa di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Jawa Barat Tahun 2009 – 2011

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

PR PBN RP PBN

2009 175.378 183 167.895 -

2010 175.537 662 99.830 164

2011 172.919 664 103.757 110

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa adanya kenaikan dan penurunan

jumlah produksi kelapa pada tiga tahun terakhir. Produksi kelapa yang paling

tinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 167.895 ton dan yang terendah pada tahun

2010 sebesar 99.830 ton. Luas areal perkebunan kelapa di Jawa Barat pada

umumnya dimiliki dan dikelola oleh perkebunan rakyat, sedangkan perkebunan

besar Negara hanya 9 persen dari total keseluruhan yang ada dan tidak ada

perkebunan swasta. Apabila dilihat berdasarkan Kabupaten/Kota yang ada,

terdapat 5 kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi kelapa terbesar di

Provinsi Jawa Barat. Adapun 5 kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi

kelapa terbesar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Kelapa Terbesar di Kabupaten Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

Kabupaten Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

PR PBS RP PBS

Ciamis 67.614 - 37.516 -

Tasikmalaya 29.915 1 25.842 -

Sukabumi 10.570 458 3.270 58

Cianjur 8.019 31 4.044 16

Bogor 7.142 154 4.331 35

(20)

3 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kabupaten yang memiliki

luas dan produksi kelapa terbesar di Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis dengan

luas areal perkebunan rakyat sebesar 67.614 ha dan produksi per tahun 2011

sebanyak 37.516 ton. Dengan jumlah produksi kelapa yang banyak tersebut dapat

dijadikan sebuah peluang bisnis. Hal tersebut dikarenakan kelapa merupakan

salah satu komoditi perkebunan yang penting bagi Indonesia disamping kakao,

kopi, lada, dan vanili. Komoditi ini telah lama dikenal dan sangat berperan bagi

kehidupan bangsa Indonesia baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial

budaya. Bagian-bagian tanaman kelapa yang dapat dimanfaatkan untuk bahan

baku industri antara lain buah kelapa. Buah kelapa ini terdiri dari kulit luar, sabut,

tempurung, kulit, buah, daging buah, dan air kelapa. Dari satu butir kelapa

terdapat 30 persen sabut, 30 persen daging, 25 persen air, dan 15 persen

tempurung (Soedijanto, 1985).

Dengan melihat bagian-bagian kelapa yang memiliki nilai ekonomis, maka

salah satu bagian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu air kelapa. Pada

umumnya masyarakat mengasumsikan bahwa air kelapa sebagai limbah, padahal

air kelapa memiliki khasiat dan nilai gizi yang sangat tinggi. Manfaat air kelapa

antara lain bisa mengganti ion tubuh yang hilang akibat aktivitas sehingga tubuh

menjadi segar. Air kelapa juga bisa dibuat sebagai nata de coco dan kecap.

Air kelapa memiliki gizi yang tinggi, tidak hanya unsur makro, tetapi juga

unsur mikro. Unsur makro yang terdapat pada air kelapa adalah karbon dan

nitrogen. Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti

glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lain-lain. Unsur nitrogen berupa

protein, tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin.

Kadar asam amino air kelapa lebih tinggi dibanding asam amino dalam susu sapi.

Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mikro berupa

mineral yang dibutuhkan tubuh. Mineral tersebut diantaranya Kalium (K), natirum

(Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), dan

(21)

4 lain vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat, asam folat, biotin, riboflavin,

dan sebagainya2.

Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dibuat minuman

fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga

sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Salah satu hasil olahan kelapa yang juga

bernilai ekonomis yaitu nata de coco. Usaha nata de coco memiliki prospek yang

cerah sebagai makanan kesehatan karena memiliki serat yang tinggi dan rendah

kalori sehingga baik untuk sistem pencernaan. Dari pasokan input,

keberlangsungan usaha nata de coco dapat dijamin karena input air kelapa tidak

terpengaruh oleh musiman.

Kandungan gizi yang terkandung dalam air kelapa dapat diolah menjadi

produk nata de coco dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga

mengakibatkan semakin banyaknya produk-produk minuman ringan yang

menonjolkan label minuman sehat. Selain itu meningkatnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya kesehatan membuat nata de coco menjadi salah satu produk

minuman atau kesehatan yang banyak diminati oleh masyarakat. Melalui cara

pikir atau paradigma masyarakat tentang nata de coco membuat masyarakat

melakukan suatu kegiatan produksi minuman nata de coco.

Semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan nata de

coco maka tingkat permintaan nata mentah akan mengalami peningkatan, karena

tidak semua perusahaan nata de coco menyediakan bahan baku utamanya sendiri.

Sebagian besar usaha rumah tangga masih memasok bahan baku nata de coco

mentah dari perusahaan nata de coco lainnya. Salah satu perusahan yang bergerak

dalam bidang pengolahan nata de coco mentah dan sebagai produsen bahan baku

nata de coco kemasan yaitu PT Galuh Pratama yang berlokasi di Kecamatan

Banjarsari Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

Perusahaan PT Galuh Pratama memiliki suatu perencanaan yang tepat

dalam menentukan jenis dan lokasi usaha. Kecamatan Banjarsari merupakan salah

satu wilayah produksi kelapa di Kabupaten Ciamis. Kecamatan Banjarsari

(22)

5 merupakan salah satu pusat perekonomian dari beberapa kecamatan (Lakbok,

Mangunjaya, Padaherang, Purwadadi) dan terletak diantara jalur Kota Banjar

menuju Pantai Pangandaran yang dilewati oleh jalan kabupaten yang strategis.

Dengan kondisi wilayah tersebut memudahkan perusahaan dalam menjalankan

kegiatan usaha baik dari segi pengadaan input maupun pendistribusian output.

Berdasarkan luas areal dan produksi kelapa di Kecamatan Banjarsari yang

hanya 1.896,61 ton per tahun tidak memungkinkan perusahaan bisa mendapatkan

semua air kelapanya, sehingga perusahaan mendapatkan input dari kecamatan

lain. Kabupaten Ciamis termasuk Kabupaten sumber penghasil kelapa untuk

memenuhi kebutuhan kota JABODETABEK. Dengan kondisi tersebut

memberikan dampak terhadap kelangkaan ketersediaan air kelapa untuk

menghasilkan produk nata de coco mentah. Dimana kegiatan produksi nata de

coco dapat dilakukan secara rutin perlu adanya ketersediaan bahan baku utama

yang memadai. Adapun luas areal dan produksi kelapa untuk Kabupaten Ciamis

Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Kelapa untuk Daerah Kabupaten Ciamis Sadananya 1570.30 1491.39 Jatinagara 696.00 852.02 Cihaurbeuti 555.30 521.56 Rajadesa 1950.88 1017.90 Panumbangan 661.15 625.02 Sukadana 1358.90 1037.57 Panjalu 803.80 572.82 Cijeungjing 3578.80 2929.84 Panawangan 1351.98 1056.72 Rancah 3976.50 3851.82 Cipaku 2431.35 2777.27 Tambaksari 1664.00 1531.88 Banjar 902.18 868.70 Pamarican 2906.90 2400.91 Pataruman 921.44 870.30 Langkaplancar 1072.24 862.23 Purwaharja 339.40 315.65 Banjarsari 2239.57 1896.61 Langensari 856.54 810.11 Lakbok 1913.70 1812.13 Cisaga 3169.92 2490.96 Padaherang 3941.10 3726.72 Cikoneng 1162.22 810.11 Kalipucang 5296.12 4924.16 Cimaragas 4833.60 3888.44 Pangandaran 4556.73 4426.31 Parigi 5310.20 5132.06 Cigugur 2664.60 2520.97 Cijulang 3883.9 3725.77 Cimerak 3977.00 3799.21

(23)

6 Perusahaan PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang

melakukan penyediaan input nata de coco mentah bagi perusahaan besar yang

melakukan pengolahan nata de coco lebih lanjut. Dengan melihat peluang pasar

yang cukup tinggi dan dengan peningkatan jumlah produksi nata de coco mentah,

masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen dan hal tersebut dikarenakan

adanya kendala dibeberapa faktor produksi. Kendala yang umunya dihadapi oleh

perusahaan yaitu kendala bahan baku utama, bahan baku penolong, jam kerja

tenaga kerja, jam kerja mesin pemotong dan kendala permintaan pasar.

Berdasarkan permintaan pasar yang begitu tinggi terhadap nata de coco

mentah, maka perlu adanya perencanaan yang matang dalam penyediaan nata de

coco mentah agar dapat memenuhi permintaan pasar serta menghasilkan

keuntungan yang optimal. Dengan demikian perusahaan harus memiliki cara agar

menghasilkan produk seoptimal dan seefisien mungkin, sehingga mampu

menghasilkan keuntungan yang optimal.

1.2 Perumusan Masalah

Suatu perusahaan pada umumnya didirikan untuk melaksanakan kegiatan

yang bertujuan mencapat target atau tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang ingin

dicapai oleh suatu perusahaan yaitu memperoleh keuntungan secara optimal. Hal

yang biasanya dilakukan perusahaan dalam menjalankan usaha yaitu berusaha

memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya.

PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada

bidang pengolahan air kelapa menjadi nata de coco mentah. Perusahaan juga telah

menjalankan usahanya selama beberapa tahun yang lalu. Dengan kondisi pasar

yang baik terhadap komoditi nata de coco membuat permintaan nata de coco

terus meningkat. Peningkatan jumlah permintaan tersebut belum bisa dilayani

secara maksimal oleh perusahaan dikarenakan kendala sumberdaya yang dimiliki.

Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki mengharuskan pihak manajemen

perusahaan mengoptimalkan terhadap sumberdaya yang ada agar menghasilkan

produk yang sesuai dengan target dan harapan perusahaan.

Dalam menjalankan kegiatan usaha, PT Galuh Pratama melakukan

(24)

7 per empat bulan. Periode pertama yaitu dari bulan Januari sampai dengan April.

Periode kedua yaitu bulan Mei sampai dengan Agustus, dan periode ketiga bulan

September sampai dengan Desember. Pembagian periode tersebut dilakukan

karena masing-masing periode memiliki perencanaan jumlah target produksi yang

berbeda-beda. Periode dengan target produksi yang tinggi terjadi pada periode

kedua, karena periode kedua tersebut adanya hari besar islam yaitu Ramadhan

pada bulan Juli dan Lebaran Idul Fitri pada bulan Agustus. Adapun jumlah target

produksi nata de coco mentah periode Mei sampai dengan Agustus tahun 2012

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Target Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012

Bulan Target Produksi Nata De Coco Jumlah (kg) Kubus Lembaran

Sumber : PT Galuh Pratama, September 2012

Berdasarkan Tabel 5, jumlah target produksi pada periode Mei – Agustus

2012 sebanyak 329.507 kilogram terdiri bentuk kubus 299.640 kilogram dan

lembaran 29.867 kilogram. Jumlah perencanaan produksi terbanyak terjadi pada

bulan Juli dan Agustus. Disamping jumlah target produksi tersebut, jumlah

produksi nata de coco mentah yang mampu perusahaan produksi dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Produksi Nata de coco Mentah pada PT Galuh Pratama Periode Mei - Agustus 2012

Bulan Produksi Nata De Coco Jumlah (kg) Kubus Lembaran

(25)

8 Berdasarkan produksi aktual yang dapat dilihat pada Tabel 6, jumlah

produksi yang dihasilkan perusahaan masih jauh dari target yang direncanakan

oleh perusahaan. Perencanaan dalam menggunakan sumberdaya yang dimiliki

seperti bahan baku utama, bahan penolong, tenaga kerja langsung, kapasitas mesin

dan lainnya secara optimal dan efisien sangat diperlukan sehingga diperoleh

tingkat keuntungan yang maksimum. Perencanaan secara optimal perlu

dilaksanakan karena keterbatasan biaya serta keterbatasan sumberdaya input, nilai

jual produk serta jumlah produk yang diproduksi juga berpengaruh terhadap usaha

yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.

Permasalahan PT Galuh Pratama pada periode produksi tertinggi yaitu

bulan Mei - Agustus menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian

mengenai alokasi sumberdaya dan produksi secara optimal sehingga dapat

diketahui apakah perusahaan telah berproduksi pada kondisi optimal atau tidak,

serta membandingkan hasil keuntungan aktual dengan keuntungan yang optimal

agar tidak terjadi pengalokasian sumberdaya yang tidak tepat atau berlebihan.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis

serta dapat memberikan jawaban atau solusi untuk menjalankan kegiatan usaha

yang lebih baik lagi. Permasalahan yang terjadi antara lain :

1. Bagaimana pengaruh input terhadap produksi optimal nata de coco mentah

pada PT Galuh Pratama?

2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk

mencapai kondisi optimal ?

3. Faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan belum mencapai kondisi

produksi optimal ?

4. Bagaimana perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual

perusahaan tanpa merubah kondisi optimal ?

5. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan harga jual

produksi dan penerimaan perusahaan ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dilaksanakan penelitian

(26)

9 1. Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah dari

perubahan-perubahan input pada PT Galuh Pratama.

2. Mengetahui alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Galuh Pratama untuk

mencapai kondisi optimal.

3. Mengetahui faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan belum

mencapai kondisi produksi optimal.

4. Menganalisis perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual

perusahaan tanpa merubah kondisi optimal.

5. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan ketersediaan

sumberdaya terhadap produksi dan penerimaan perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, kegunaan dari penelitian ini yaitu :

1. Mendapatkan penyelesaian dalam hal kegiatan pengoptimalan sumberdaya

dalam proses produksi nata de coco.

2. Membandingkan keuntungan perusahaan dalam kondisi aktual dan kondisi

optimal.

3. Menganalisis produksi dan keuntungan perusahaan atas perubahan dalam

pengalokasian sumberdaya yang ada.

4. Memberikan solusi dalam hal pemenuhan permintaan pasar yang masih belum

mencukupi dengan cara pengoptimalan sumberdaya.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.

Perusahaan PT Galuh Pratama merupakan salah satu perusahaan yang melakukan

kegiatan pengolahan air kelapa menjadi nata de coco mentah. Pada penelitian ini

difokuskan pada produk nata de coco mentah yang dianalisis selama jadwal

penelitian yang telah ditetapkan. Metode yang dipakai yaitu studi kasus sehingga

kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada perusahaan PT Galuh Pratama,

tetapi dapat juga digunakan untuk kepentingan penelitian atau referensi

(27)

10 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Optimalisasi dan Produksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa optimalisasi

berasal dari kata optimal artinya terbaik atau tertinggi. Mengoptimalkan berarti

menjadikan paling baik atau paling tinggi. Sedangkan optimalisasi adalah proses

mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi

paling baik atau paling tinggi (1990:682). Jadi, optimalisasi adalah suatu proses

mengopimalkan sesuatu atau proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik.

Pengertian Produksi dapat dilihat dari dua arti yaitu dalam arti sempit dan

dalam arti luas. pengertian produksi dalam arti sempit yaitu merubah bentuk

barang - barang baru, sedangkan makna atau pengertian produksi dalam arti luas

yaitu setiap usaha yang menimbulkan kegunaan (utility). Dapat pula dikatakan

bahwa produksi adalah segala kegiatan yang mempertinggi faedah barang-barang

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Produksi secara langsung yaitu produksi yang menggunakan

faktor-faktor produksi alama dan tenaga kerja sedangkan produksi tidak langsung sudah

mempergunakan faktor produksi turunan yaitu modal dan keahlian.

2.2 Potensi Produk dan Peluang Pengembangan Usaha Nata De Coco

Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan

agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran

produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena

merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam

upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Dibanding dengan produk

segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Daya

saing komoditas Indonesia masih lemah, karena selama ini hanya mengandalkan

keunggulan komparatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak

(28)

11 Departemen Pertanian telah menetapkan 17 komoditas yang menjadi

prioritas pembangunan pertanian lima tahun (2005 – 2010) yaitu: padi, jagung,

kedelai, kelapa, cengkeh, tanaman obat, pisang, jeruk, bawang merah, angrek,

sapi, kambing dan domba, unggas, kelapa sawit, karet dan kakao. Dari empat

belas komoditas yang menjadi mandat prioritas Puslitbang/Balai Besar yang

berada di bawah Badan Litbang Pertanian, teridentifikasi 7 komoditas yang

memiliki prospek untuk dikembangkan agroindustrinya yaitu: padi, jagung,

kelapa, cengkeh, pisang, jeruk dan hasil ternak.

Komoditas kelapa memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri

pangan maupun non-pangan. Pengembangan produk utama, produk turunan, dan

produk samping dari kelapa ditujukan untuk mengejar perolehan nilai tambah

domestik (retained domestic value added) secara maksimal. Dari pohon industri

kelapa yang mempunyai prospek pasar meliputi nata de coco, minuman isotonik

air kelapa, desiccated coconut, santan kelapa, virgin coconut oil, pakan ternak,

arang tempurung, arang aktif, tepung tempurung kelapa, serat sabut kelapa, dan

produk turunan (oleokimia) dari virgin coconut oil (minyak kelapa murni). Air

kelapa merupakan cairan yang mempunyai kandungan gizi, terutama mineral,

yang sangat baik untuk tubuh manusia, sehingga air kelapa berpotensi dijadikan

minuman isotonic drink. Permintaan terhadap produk santan kelapa dan

desiccated coconut dimasa datang akan meningkat terutama untuk konsumsi

dalam negeri, seiring dengan terjadinya perbaikan ekonomi domestik dan

perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih mementingkan segi

kepraktisan.

Peluang potensi pasar di dalam negeri yang cukup besar di sektor makanan

dan minuman, melainkan terbukanya pasar produk nata de coco di luar negeri,

khususnya di Taiwan dan Jepang. Nata de Coco sebagai makanan yang banyak

mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi

kesehatan dalam membantu pencernaan. Produk Nata de Coco diolah dengan

menambahkan gula dan flavouring agent yang disukai konsumen akan

memberikan nilai tambah yang optimal. Untuk pengemasan terhadap produk nata

de coco bertujuan; (a). mengawetkan produk agar bertahan lama tidak rusak, (b).

(29)

12 yang lebih tinggi, (c). meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap

produk, (d). memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.

Dalam olahan air kelapa dalam jumlah besar hasil samping industri

pembuatan kopra dan desiccated coconut yang dibuang begitu saja ke dalam tanah

akan terbentuk asam yang akan menurunkan pH tanah, yang akhirnya menggangu

pertumbuhan tanaman sekitar dan menimbulkan bau. Dalam air kelapa cukup

banyak mengandung zat–zat gizi yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup.

Komposisi air kelapa antara lain karbohidrat (sukrosa, glukosa, fruktosa dan

sorbitol) mineral (K, Na, Mg, P, Cl, Fe dan Cu), protein (asam–asam amino

essencial) dan vitamin B dan C. Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan “nata de coco “, yaitu jenis makanan berbentuk seperti gelatin yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco dihidangkan setelah dimasak

dalam sirup kental, sering disajikan bersama campuran es buah.

Dalam proses fermentasi nata de coco dibantu oleh sejenis bakteri

bernama Acetobacter xylinum. Enzim yang dihasilkan bakteri nata de coco

mengubah gula yang terkandung dalam air kelapa menjadi lembaran-lembaran

serat selulosa. Lembaran-lembaran selulosa itu kemudian menjadi padat dan

berwarna putih bening yang dinamakan nata. Produk olahan kelapa untuk nata de

coco merupakan bahan pangan yang makin diminati masyarakat, bukan hanya

dalam negeri saja, tetapi pangsa pasar luar negeri semakin terbuka lebar. Peluang

pasar nata de coco tidak hanya terbatas pada pasar domestik, karena prospek

ekspor juga sangat terbuka luas, dan bahkan dapat menjadi komoditas andalan

Indonesia kalau berhasil dikembangkan, karena Indonesia terkenal dengan negeri

berbagai Pulau Kelapa. Untuk mengembangkan menuju pangsa pasar ekspor

diperlukan peningkatan kualitas Nata De Coco dan ketersediaan jumlah barang

sesuai permintaan pasar ekspor.

2.3 Penelitan Terdahulu

Linear Programming merupakan model umum yang dapat digunakan

dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara

optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih

atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana

(30)

13 Secara sederhana, dapat diambil contoh bagian produksi suatu perusahaan yang

dihadapkan pada masalah penentuan tingkat produksi masing-masing jenis produk

dengan memperhatikan batasan faktor-faktor produksi: mesin, tenaga kerja, bahan

mentah, dan sebagainya untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau

biaya yang minimal.

Marety (2005) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nata

de coco pada PT Fits Mandiri. Metode analisis yang digunakan yaitu Linear

Programming dengan bantuan software LINDO. Minuman nata de coco yang

dihasilkan oleh perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu dalam bentuk kubus dan

slice. Kondisi optimal yang dapat dihasilkan sebanyak 200.000 unit dengan

kombinasi 27.200 cup untuk nata de coco bentuk kubus dan 172.800 untuk nata

de coco bentuk slice. Keuntungan optimal yang didapatkan sebesar Rp 34.052.000

sedangkan keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 29.768.428,- dan selisish

antara produksi optimal dan aktual sebesar Rp 4.283.571,-.

Siregar (2008) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Usaha

Produksi Ayam Ras Pedaging (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa

Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian ini

yaitu menganalisis optimalisasi tingkat produksi ayam pedaging, menganalisis

optimalisasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging agar dapat

mencapai kondisi optimal, menganalisis perubahan harga jual ayam ras pedaging

dan penggunaan pakan terhadap solusi optimal.

Penelitian menggunakan metode optimalisasi dengan alat berupa program

LINDO. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program LINDO,

keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 620.328.900,-,

sedangkan keuntungan yang diperoleh HHF pada kondisi aktual selama tujuh

periode Rp 521.909.446,-. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan

input-input produksi di empat lokasi kandang ayam yang terdapat pada HHF belum

optimal karena keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan. Besar

keuntungan tersebut Rp 98.419.454,- atau sebesar 15,87 persen dari keuntungan

(31)

14 Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya tidak perlu ditambah

ketersediaannya adalah penggunaan OVD, gas LPG. Sebaiknya kendala aktif yang

sebaiknya ditambah adalah kendala penggunaan lahan dan kandang. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan HHF sebaiknya melakukan alokasi

penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi,

terutama penggunaan pakan dan DOC. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

memperhatikan manajemen pemberian pakan yang tepat dan bekerjasama dengan

perusahaan breeder yang mempunyai record baik.

Novendra (2009) melakukan penelitian yang berjudul Optimalisasi

Produksi Aneka Minuman Nata de coco di PT Amico Bekasi. Tujuan penelitian

yaitu menentukan tingkat kombinasi produksi optimal produk pada PT Amico,

mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PT Amico, menganalisis

perubahan-perubahan (sensitivitas) yang dilakukan terhadap koefisien fungsi

tujuan dan ketersediaan sumberdaya perusahaan yang dapat diterapkan tanpa

mengubah solusi.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data

secara kuantitatif yaitu data diperoleh secara manual kemudian ditabulasikan

menurut aktivitas-aktivitas dan dimasukkan dalam program linear. Program

Linear Interactive Discrete Optimizer (LINDO) membantu menyusun suatu

persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan fungsi kendala. Analisis kualitatif

berguna dalam menjelaskan data hasil olahan secara deskriptif. Analisis data yang

digunakan adalah analisis primal, dual, dan sensitivitas.

PT Amico memproduksi 3 jenis produk aneka minuman coco yaitu es

campur, amicoco, dan buble. Berdasarkan perumusan fungsi tujuan keuntungan

setiap produk dari ketiga jenis produk yang didapatkan dari penerimaan penjualan.

Keuntungan yang dimaksud adalah selisih antara harga jual dengan HPP.

Berdasarkan fungsi kendala meliputi pemanis, gula pasir, asam, benzoat, garam,

aroma, bolo, selasih, mesin, jam tenaga kerja produksi, dan permintaan pasar.

Pada hasil analisis optimal primal, pada kondisi aptimal terjadi

peningkatan produksi produk yaitu amicoco, buble medium dan buble 48, dan

(32)

15 optimal produksi yang sebaiknya ditingkatkan adalah amicoco dan buble sehingga

memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Berdasarkan analisis

optimal dual, pemanis, gula pasir, asam, benzoat, garam, aroma, bolo, selasih, dan

jam kerja produksi termasuk kendala tidak aktif sehingga dengan bertambahnya

atau berkurangnya jumlah tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Mesin

dan permintaan pasar termasuk kendala aktif artinya dengan bertambah atau

berkurangnya objek tersebut dapat mempengaruhi keuntungan dan produksi.

Harahap (2009) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Usaha

Produksi Kelinci di Istana Rabbit Kampung Dumpit, Kabupaten Bogor. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi tingkat produksi kelinci yang

dihadapi Istana Rabbit, menganalisis optimalisasi penggunaan input-input

produksi kelinci agar dapat mencapai kondisi optimal dan menganalisis perubahan

harga jual kelinci. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis optimalisasi

produksi dengan menggunakan program LINDO.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan LINDO, tingkat

keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 8.336.005,-,

sedangkan keuntungan yang diperoleh Istana Rabbit pada kondisi aktual sebesar

Rp 4.931.500,-. dari hasil tersebut penggunaan input belum optimal karena

keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan. Besar keuntungan

tersebut sebesar Rp 3.404.500,- atau sebesar 59,15 persen dari keuntungan yang

diperoleh selama periode penerimaan. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya

melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan

meningkatkan efisiensi, terutama memperhatikan manajemen pemberian pakan

dan bibit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen

pemberian pakan yang tepat.

Nasrun (2009) melakukan penelitian berjudul Optimalisasi Produksi Nata

de coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur. Tujuan penelitian ini

adalah menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah pada

PD Risna Sari, mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari

untuk mencapai kondisi optimalnya, menganalisis bagaimana

(33)

16 perusahaan dapat diterapkan tanpa mengubah kondisi optimal, mengetahui faktor

kendala yang menjadi pembatas bagi perusahaan dalam mencapai kondisi optimal,

menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap biaya dan

penjualan perusahaan terhadap produksi, sumberdaya dan keuntungan perusahaan.

Model yang digunakan dalam penelitian yaitu linear programming dengan

bantuan pengolahan data LINDO. Pada usaha ini variabel keputusan terdapat pada

model menunjukkan aktivitas produksi dari setiap jenis produk nata de coco

mentah. variabel yang terbentuk terdiri dari dua variabel keputusan. Fungsi tujuan

merupakan keuntungan per kilogram dari masing-masing nata de coco sedangkan

kendala terdiri kendala bahan baku air kelapa, kendala bahan baku penolong cuka

taiwan, gula pasir, kendala jam kerja tenaga kerja langsung, jam kerja mesin

pemotong, dan target produksi untuk masing-masing produk.

Hasil analisis menunjukkan bahwa keuntungan optimal yang akan

diperoleh sebesar Rp 161.146.578,- sedangkan keuntungan yang diperoleh

perusahaan pada kondisi aktual sebesar Rp 153.371.340,-. Sumberdaya yang

berlebih pada kondisi optimal adalah air kelapa, cuka Taiwan dan gula pasir

dengan nilai sebesar nilai tertentu, sedangkan sumberdaya lain seperti jam kerja

tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata telah habis terpakai.

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu

pada tempat penelitian dan beberapa jenis komoditinya. Pada penelitian terdahulu

banyak yang menggunakan alat analisis Linear Programming dengan

menggunakan program LINDO. Sedangkan alat analisis yang digunakan pada

penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yaitu Linear Programming

(34)

17 Tabel 7. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan

Peneliti

Tahun Judul Metode Analisis

Marety Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur

(35)

18 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi

Menurut Assauri (2004), produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran

(output) yang berupa barang atau jasa, dalam pengertian produksi dan operasi

tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan dan menggunakan

sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa barang

dan jasa, sehingga dapat diukur kemampuan menghasilkan atau transformasinya

yang disebut dengan produktivitas untuk setiap masukan yang digunakan.

Menurut Buffa dan Rakesh (1996), produksi adalah langkah tertentu dalam

keseluruhan proses menghasilkan produk atau jasa yang membawa kepada

keluaran akhir. Langkah-langkah produksi diatur menurut urutan tertentu untuk

membentuk sistem produksi yang lebih besar. Dalam produksi manufaktur,

masukan sumberdayanya adalah berbagai bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin,

fasilitas, informasi, dan teknologi.

Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam

pengelolaan dan pentransformasian masukan menjadi keluaran berupa barang atau

jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Fungsi

produksi merupakan hubungan fisik antar jumlah input dengan jumlah output.

Hubungan antara input dan output ini dapat diformasikan oleh sebuah fungsi

produksi, dan input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasil

maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada saat itu (Nicholson,

2001). Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat dituliskan

sebagai berikut :

Q = f (K,T,M,n) dimana

Q = Output yang dihasilkan selama satu periode tertentu

K = Kapital, T = Tenaga Kerja

(36)

19 C

Q* B

TP

A

Input X

0 X1 X2 X3

Gambar 1. Kurva Produksi Sumber : Lipsey, 1995

Maksimal dan optimal merupakan dua kata yang memiliki makna hampir

sama, sama-sama merupakan indikator capaian sebuah usaha atau proses yang

bersifat positif. Bedanya maksimal merupakan tingkat pencapaian yang mampu

atau dapat diraih setinggi-tingginya tanpa mempertimbangkan faktor biaya atau

pengorbanan yang harus dikeluarkan (titik C). Sedangkan optimal adalah tingkat

pencapaian yang perolehannya dibatasi oleh besar atau nilai biaya yang harus

dikeluarkan (titik B). Jika kita memiliki biaya atau sumber daya terbatas, maka

konsep optimallah yang lebih tepat untuk digunakan, karena jika kita

menggunakan konsep maksimal, pada batas tertentu, setelah melampaui titik

optimal tingkat produktifitas akan menurun dan ini berarti keuntungan, atau

manfaat yang kita dapat menjadi semakin berkurang. Sebaliknya jika sumber daya

yang kita miliki tidak terbatas atau sangat banyak melebihi kapasitas produksi,

atau kemampuan berbuat maka dengan kerangka pikir maksimal karena kalaupun

kita terpuruk karena sebuah kesalahan, masih banyak kemungkinan untuk

memperbaikinya dengan sumber daya yang ada.

3.1.2 Optimalisasi Produksi

Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan optimalisasi adalah serangkaian

proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan

(37)

20 bahwa optimalisasi mengindentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah

yang diarahkan pada tujuan maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan.

Soekartawi (1991) berpendapat bahwa optimalisasi adalah suatu

pencapaian keadaan terbaik dan optimalisasi produksi adalah penggunaan

faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Memaksimumkan nilai atau

keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan

kendala-kendala yang berada diluar jangkauan pelaku kegiatan merupakan tujuan

dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu dalam pencapaian tujuan tersebut,

kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang

terbatas diantaranya berbagai kegiatan yang saling bersaing.

Menurut Mulyono (1991), menyatakan bahwa berdasarkan

langkah-langkah optimalisasi, setelah masalah diidentifikasi dan tujuan ditetapkan maka

langkah selanjutnya adalah mengformulasikan model matematis yang meliputi

tiga tahap yaitu :

1. Menentukan variabel yang tidak diketahui, (variabel keputusan) dan nyatakan

dalam simbol matematik.

2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linear (bukan

perkalian) dari variabel keputusan.

3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam

persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linear dari

variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah

tersebut.

Persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu

fungsi dari beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan

memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasan tersebut

meliputi tenaga kerja, uang, material yang merupakan input serta waktu dan ruang

(Supranto, 1988). Perilaku optimalisasi yang dilakukan perusahaan bertujuan

untuk memperoleh keuntungan maksimum, adapun keuntungan maksimum dapat

ditempuh melalui dua cara yaitu :

1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) yang

(38)

21 2. Minimisasi, yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan

menggunakan masukan (biaya) yang paling minimal.

Menurut Nicholson (2001), secara ekonomi tujuan utama perusahaan

diasumsikan sebagai maksimisasi nilai perusahaan atau memaksimumkan laba.

Berdasarkan pendekatan holistik, maka tujuan tersebut merupakan tujuan

satu-satunya yang ingin dicapai perusahaan. Perusahaan akan memilih kombinasi input

yang terbaik dari tingkat output yang menguntungkan, sehingga perusahaan akan

berusaha membuat perbedaan yang sebesar-besarnya antara biaya produksi

dengan penerimaan total.

3.1.3 Kombinasi Produksi Optimal

Penentuan kombinasi produksi optimal untuk memperoleh keuntungan

maksimum yang dapat dijelas melalui kurva kemungkinan produksi dan garis

isorevenue. Kurva kemungkinan produksi mengungkapkan tiga konsep yaitu,

kelangkaan (scarcity), pilihan (choise), dan opportunity cost. Kelangkaan

ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas.

Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih berbagai titik-titik alternatif

yang bisa dicapai sepanjang batas. Opportunity cost merupakan keputusan

memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam

jumlah yang banyak.

Kurva kemungkinan produksi disebut juga isoquant karena masing-masing

titik dalam kurva menunjukkan kombinasi input yang akan menghasilkan output

dalam jumlah yang sama. Garis isoquant merupakan garis yang menunjukkan

kombinasi output yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan

penerimaan tertentu.

Pada Gambar 2 dapat dilihat kurva kemungkinan produksi untuk produk X

dan Y yang ditunjukkan oleh daerah OAEB. Garis isorevenue ditunjukkan oleh

garis TR1 dan TR2. Kombinasi produksi optimal diperoleh pada saat kurva

kemungkinan produksi di titik E sebesar d untuk barang X dan sebesar c untuk

barang Y. Pada titik ini total penerimaan yang diterima perusahaan sudah

maksimal yaitu sebesar TR2. Jika kombinasi produksi pada titik a dan b, maka

(39)

22 Gambar 2. Kombinasi Output

Sumber : Lipsey, 1995

3.1.4 Program Linear

Linear programming adalah salah satu pendekatan matematik yang paling

sering dipergunakan dan ditetapkan dalam keputusan-keputusan manajerial.

Tujuan dari penggunaan LP adalah untuk menyusun suatu model yang dapat

dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi

dari sumberdaya perusahaan keberbagai alternatif (Muslich, 2009).

Linear programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan

dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara

optimal. Linear programming mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk

mencapai sesuatu hasil yang optimal yaitu suatu hasil yang mencerminkan

tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (Subagyo, 1983). Dalam

memecahkan masalah LP menggunakan model matematis yang berarti bahwa

semua fungsi matematis yang disajikan dalam model haruslah

fungsi-fungsi linear.

Linear programming adalah sebuah alat deterministik yang berarti bahwa

semua parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi, dalam

kehidupan nyata jarang seseorang menghadapi masalah dimana terdapat kepastian a

E c

A

TR1 b

Isorevenue Batas Kemungkinan

TR2

0 X

Y

(40)

23 sesungguhnya. Teknik LP mengkompensasikan kekurangan ini dengan

memberikan analisis pasca-optimum dan analisis parametrik yang sistematis

untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang bersangkutan untuk menguji

sensitivitas pemecahan optimum yang statis terhadap perubahan diskrit atau

kontinyu dalam berbagai parameter dari model tersebut (Taha, 1996).

Persoalan dalam program linear berusaha untuk mencari pemecahan

optimal di dalam batasan sumberdaya yang ada pada suatu perusahaan. Sebuah

perusahaan yang cukup besar akan berhadapan dengan batasan, baik berupa

batasan dari input tertentu, batasan kapasitas, batasan berupa modal kerja,

penyimpanan, permintaan, jam kerja mesin, tenaga kerja, dan lain sebagainya.

Penggunaan program linear didasari oleh berbagai asumsi, untuk

memudahkan perumusan model tanpa mengurangi kedekatannya dengan keadaan

nyata atau sebenarnya. Asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu Subagyo (1983) :

1. Proporsionalitas

Asumsi ini berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas

yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat

kegiatan.

2. Aditivitas

Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi

atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan yang diakibatkan

oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian

nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

3. Divisibilitas

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan

dapat berupa bilangan pecahan.

4. Deterministik

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model

program linear dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.

Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan pemrograman, program linear

mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan (Soekartawi, 1991). Kelebihan

(41)

24 1. Fungsi tujuan yang dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau

berdasarkan data yang tersedia.

2. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk

memperoleh pemanfaatan sumber yang optimal dapat dicapai.

Disamping mempunyai keunggulan, penggunaan program linear juga

memiliki keterbatasan atau kekurangan antara lain :

1. Terbatas hanya pada satu fungsi tujuan padahal dalam kenyataannya

perencanaan perusahan mungkin dihadapkan pada lebih dari satu fungsi tujuan.

2. Penggunaan fungsi linearitas karena dalam kenyataannya kadang-kadang

asumsi tidak terpenuhi.

3. Program linear hanya mampu merumuskan cara terbaik tentang penggunaan

sumberdaya pada kondisi tertentu sehingga tidak banyak membantu

pengambilan keputusan pada kondisi yang berubah-ubah.

Pada program linear terdapat dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan

fungsi kendala. Fungsi tujuan menggambarkan sasaran pada permasalahan

prorgam linear dan berkaitan dengan pengaturan sumberdaya untuk mencapai

keuntungan maksimal dan biaya yang minimal. Biasanya fungsi tujuan dinyatakan

atau disimbolkan sebagai Z. Fungsi kendala adalah bentuk matematik dari

kendala-kendala yang akan dialokasikan secara optimal pada berbagai aktivitas.

Menurut Subagyo (1983), model matematik program linear dalam bentuk

standar dirumuskan sebagai berikut

Maksimisasi atau minimisasi

Z = C1X1 + C2X2 + .... + CnXn

Fungsi tujuan harus memenuhi kendala-kendala atau syarat-syarat ikatan sebagai

berikut :

a11 + a12X2 + .... + a1nXn≤; =; atau ≥ b1

a12 + a22X2 + .... + a2nXn≤; =; atau ≥ b2

- - - - -

- - - - -

am1X1 + am2X2 + .... + amnXn≤; =; atau ≥ bm

(42)

25 Keterangan :

Z = Fungsi Tujuan

Cn = koefisien peubah pengambilan keputusan ke-n dalam fungsi tujuan

Xn = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ke-n (tingkat kegiatan)

amn = koefisien teknis dalam kendala ke-m pada aktivitas ke-n

bm = sumberdaya yang terbatas / konstanta dari kendala ke-m

3.1.5 Analisis Primal dan Dual

Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis

dari satu model LP primal. Masalah primal dan dual sangat berkaitan erat

sehingga pemecahan optimal dari salah satu masalah akan secara otomatis

menghasilkan pemecahan optimum untuk masalah lainnya.

Bentuk Primal Linear Programming

Bentuk Dual Linear Programming

Berdasarkan bentuk matematik dari analisis primal dan dual dapat

diperoleh hubungan antara kedua bentuk tersebut sebagai berikut.

1. Jika bentuk primal adalah maksimisasi, bentuk dualnya adalah minimisasi.

2. Koefisien-koefisien fungsi tujuan bentuk dual menjadi koefisien pada sisi

sebelah kanan bentuk primal. Koefisien pada sisi sebelah kanan bentuk dual

menjadi koefisien-koefisien fungsi tujuan bentuk primal.

3. Koefisien-koefisien dalam kolom bentuk primal adalah sama dengan

(43)

26 4. Jumlah variabel dalam bentuk dual adalah sama dengan jumlah kendala

bentuk primal. Jumlah kendala bentuk dual adalah sama dengan jumlah

variabel dalam bentuk primal.

5. Jika tanda fungsi kendala yang ke-i dari bentuk primal adalah persamaan,

maka tanda variabel yang ke-i bentuk dual adalah tidak berkendala.

6. Jika bentuk primal adalah maksimisasi (minimisasi), maka kecuali dinyatakan

pada point 5, tanda untuk variabel-variabel bentuk dual akan berlainan (sama)

dengan tanda kendala bentuk primal.

7. Tanda fungsi kendala bentuk dual diatur sebagai berikut

a. Jika variabel ke-i dari bentuk primal tidak mempunyai tanda kendala,

maka tanda kendala untuk bentuk dual yang ke-i adalah (sama dengan).

b. Jika bentuk primal adalah maksimisasi (minimisasi), maka tanda kendala

bentuk dualnya akan sama (berlawanan) dengan tanda variabel dari

bentuk primal.

Tabel 8. Hubungan Bentuk Primal dan Dual Tujuan Primal

Standar

Dual

Tujuan Batasan Variabel

Maksimisasi Minimisasi ≥ Tidak dibatasi

Minimisasi Maksimisasi ≤ Tidak dibatasi

Sumber. Taha 1996.

Dalam program linear masalah awal yang dikemukakan disebut sebagai

masalah primal. Solusi optimal masalah primal ini menunjukkan nilai dari

variabel-variabel keputusan yang memaksimumkan atau meminimumkan nilai

dari fungsi tujuan. Analisis primal digunakan untuk mengetahui dan menentukan

kombinasi produksi terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan

sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, akan diperoleh berupa jumlah setiap

variabel keputusan yang akan diproduksi dan dapat memaksimumkan nilai fungsi

tujuan dengan dihadapkan pada sumberdaya yang ada.

Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya

dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dualnya.

Kekurangan dan kelebihan digunakan untuk menandai sisa atau kelebihan

kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal. Variabel slack (≤) akan

Gambar

Tabel 7. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan
Gambar 2.  Kombinasi Output
Gambar 3.  Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Produksi Nata De Coco
Gambar 4. Struktur Organisasi PT Galuh Pratama
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada awalnya produk nata de coco banyak diproduksi oleh industri kecil dan industri rumah tangga. Tetapi melihat potensi yang besar dari produk ini, perusahaan mulai

Pengawasan mutu selama proses produksi Donna Coco dilakukan untuk memastikan apakah nata, bahan baku, dan sirup sudah sesuai dengan standar yang ada dan layak untuk

Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat nata de coco, kemudian enzim yang digunakan untuk keperluan hidrolisis nata de coco adalah enzim

Judul : PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TABLET NATA DE COCO DENGAN VARIASI PENAMBAHAN AMILUM MANIHOT DAN VITAMIN C.. Kategori :

Selulosa asetat yang dipreparasi dari bahan baku nata de coco didominasi oleh triasetat dengan kadar asetil 45,20% dan 44,21% masing-masing untuk sampel CA-1 (hasil perendaman

Pemodelan sistem yang dirancang untuk rancangan aplikasi SPK penentuan pemasok nata de coco, dirancang dalam bentuk paket komputer yang terdiri dari komponen

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat cara pemanfaatan air kelapa menjadi nata de coco dan penanganannya pasca panen, Memberikan petunjuk

Dengan berkembangnya pengolahan edible film berbahan baku bioselulosa dari nata de coco akan berdampak pada berkurangnya pemanfaatan bahan kemasan yang tidak ramah