• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN DELAPAN JENIS PRODUK KAYU KOMPOSIT

TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

(

Coptotermes curvignathus

Holmgren)

PRATIKA AISYAH LESTARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Pratika Aisyah Lestari

(4)

ABSTRAK

PRATIKA AISYAH LESTARI. Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus

Holmgren). Dibimbing oleh YUSUF SUDO HADI dan ARINANA.

Produk kayu komposit merupakan produk potensial yang dapat digunakan sebagai produk struktural maupun nonstruktural. Akan tetapi, produk kayu komposit perlu dilihat ketahanannya terhadap rayap tanah mengingat kondisi iklim Indonesia yang mendukung pertumbuhan rayap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan delapan jenis produk kayu komposit terhadap serangan rayap tanah. Produk kayu komposit tersebut diantaranya medium density fiberboard dengan atau tanpa pelapis PVC, laminated veneer lumber (LVL),

particleboard, corrugated board, plywood, MDF yang telah diberi anti rayap, dan

treated rubberwood. Metode yang digunakan dalam pengujian berdasarkan metode JIS K 1571-2004 yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas ketahanan dari masing-masing produk, yaitu plywood dan medium density fiberboard (MDF) yang diberi anti rayap termasuk kedalam kelas ketahanan I dengan nilai kehilangan berat secara berurutan adalah 3.47%, dan 2%. Kayu karet yang telah diberi perlakuan asam borat termasuk kedalam kelas ketahanan II dengan nilai kehilangan berat 6.13%, LVL dan particleboard termasuk kedalam kelas ketahanan IV dengan kehilangan berat sebesar 12.21% dan 12.28%. Sedangkan corrugated board, MDF dengan atau tanpa pelapis PVC termasuk kedalam kelas ketahanan yang paling buruk (V) dengan nilai kehilangan berat 26.97%, 19.92%, dan 19.80%.

Kata kunci: produk kayu komposit, kelas ketahanan, Coptotermes curvignathus

Holmgren

ABSTRACT

PRATIKA AISYAH LESTARI. Resistance of Eight Wood Composite Products Against Subterranean Termites (Coptotermes curvignathus Holmgren). Supervised by YUSUF SUDO HADI and ARINANA.

(5)

weight losses were classified into 3.47% and 2% respectively. Rubber wood treated with boric acid treatment was classified into the second resistance class, where the weight loss of this product was 6.13%. In addition, LVL and particleboard were classified into the fourth resistance class, where the percentage of weight losses were 12.21% and 12.28% respectively. However, corrugated board, MDF with or without PVC linings were the worst (fifth) resistance class, which their weight losses percentage were 26.97%, 19.92%, and 19.80% respectively.

Keywords: wood composite products, resistance class, Coptotermes curvignathus

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KETAHANAN DELAPAN JENIS PRODUK KAYU KOMPOSIT

TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

(

Coptotermes curvignathus

Holmgren)

PRATIKA AISYAH LESTARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) Nama : Pratika Aisyah Lestari

NIM : E24090063

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi, MAgr Pembimbing I

Arinana, SHut, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Juni 2013 ini ialah keawetan, dengan judul Ketahanan Delapan Jenis Produk Kayu Komposit terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi, MAgr dan Ibu Arinana, SHut, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Atin dari Laboratorium Kimia Hasil Hutan IPB, Bapak Anhari dari Laboratorium Rayap Departemen Hasil Hutan (DHH) IPB, Bapak Mahdi Mubarok, SSi dari Laboratorium Biokomposit DHH IPB, Bapak Kadiman dari Workshop DHH IPB, serta seluruh staf DHH yang telah membantu selama proses perkuliahan dan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, mba, kakak, dan kakak ipar atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Febrina Della Roseboer, Cucu Setiawati, Rizka Yuni Kartika, Annyse Meiga S, Achmad Solihin, M Ari K, Arif Muhsin, dan seluruh teman-teman DHH 46, kepada keluarga kecil Pondok AFRA bawah (Kak Fitri, Kak Hana, Anis) atas doa, semangat, dukungan, nasehat, dan kebersamaan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Alat ... 2

Bahan ... 2

Prosedur ... 3

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Kerapatan (Density) Produk Kayu Komposit ... 6

Kehilangan Berat (Weight Loss) ... 7

Mortalitas (Mortality) ... 9

Tingkat Konsumsi (Feeding rate) ... 10

Bentuk Serangan ... 11

SIMPULAN DAN SARAN ... 14

Simpulan ... 14

Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jenis-jenis produk komposit yang diuji tanpa diketahui jenis perekat

yang digunakan ... 3

2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat SNI 01.7207-2006 ... 5

3 Klasifikasi ketahanan produk kayu komposit terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus berdasarkan tabel SNI 01.7202-2006 ... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (a) kasta prajurit (b) kasta pekerja (Nandika et al. 2003) ... 3

2 Pengujian produk kayu komposit metode JIS K 1571-2004 ... 4

3 Nilai kerapatan delapan produk kayu komposit dan kayu kontrol ... 6

4 Persentase kehilangan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus ... 8

5 Persentase mortalitas contoh uji terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus ... 10

6 Nilai rata-rata feeding rate contoh uji terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus ... 11

10 Particle board (a) Sebelum pengujian (b) setelah pengujian ... 12

11 Corrugated board (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ... 12

12 Plywood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ... 13

13 MDF dengan anti rayap (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ... 13

14 Treated rubberwood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ... 13

15 Plastik (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ... 13

16 Kontrol (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian ... 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis keragaman kehilangan berat skala laboratorium ... 17

2 Analisis keragaman mortalitas skala laboratorium ... 18

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produk kayu komposit adalah salah satu komoditi hasil hutan yang memiliki prospek yang baik di pasar dunia. Hal ini didukung pula dengan adanya potensi bahan baku, teknologi, dan tenaga kerja. Penggunaan produk kayu komposit sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya digunakan dalam bidang arsitektur, konstruksi bangunan, musik, furniture, dan keperluan rumah tangga lainnya. Menurut Simangunsong (2010) produk komposit Indonesia diperkirakan akan mampu menembus pasar dunia yaitu Jepang, Cina, Republik Korea, Taiwan, Arab Saudi, dan negara lainnya. Hal ini terbukti berdasarkan data Statistik menjadi sebuah material dengan karakter atau sifat yang berbeda dari komponen-komponen itu sendiri. Unsur tersebut berupa bahan yang mengandung lignoselulosa salah satunya adalah kayu. Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan produk komposit ini dapat berupa sortimen-sortimen kayu, vinir,

strand, flakes, partikel, maupun serat (Maloney 1997). Produk kayu komposit sangat beragam, misalnya papan serat, papan partikel, oriented strandboard

(OSB), waferboard,kayu lapis, laminated veneer lumber (LVL), papan laminasi, dan lain sebagainya.

Kayu komposit memiliki jenis yang beragam bergantung dari kebutuhan serta penggunaannya di masyarakat. Permasalahan yang dihadapi di masyarakat adalah mengenai mutu dan jaminan bagi pengguna. Salah satunya adalah masalah ketahanan terhadap faktor biodeteriorasi. Rayap merupakan faktor biodeteriorasi yang paling merugikan. Hal ini didukung pula oleh faktor kondisi iklim dan tanah yang lembab yang menjadikan rayap dapat mudah berkembang biak di Indonesia. Dilihat dari kasus serangan rayap yang terjadi sejak tahun 1982 dimana rayap menyerang pada bangunan-bangunan bertingkat dan telah menimbulkan kerugian (Nandika et al. 2003). Kerusakan tersebut tidak hanya pada kayu struktur bangunan namun juga menyerang barang-barang mebel, pintu, jendela, dan barang-barang lainnya yang mengandung lignoselulosa. Dari sekian banyak rayap yang menimbulkan kerusakan, rayap tanah (subterrenean termites) dari famili Rhinotermitidae merupakan salah satunya (Tambunan dan Nandika 1989).

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan delapan jenis produk kayu komposit terhadap serangan rayap tanah dengan pengujian skala laboratorium berdasarkan metode JIS K 1571-2004 yang dimodifikasi, serta melihat kerusakan yang ditimbulkan setelah pengujian.

Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi mengenai ketahanan dari delapan jenis produk kayu komposit yang banyak digunakan masyarakat luas terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2013 bertempat di Laboratorium Rayap dan Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, timbangan elektrik, kaliper, cawan petri, bulu ayam, paralon dengan diameter 8.0 cm dipotong dengan panjang 6.0 cm, desikator, jaring plastik, alumunium foil, jarum, plastik pembungkus, kamera, dan alat tulis.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air mineral, alkohol,

(15)

3

(a) (b)

Gambar 1 Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (a) kasta prajurit (b) kasta pekerja (Nandika et al. 2003)

Tabel 1 Jenis-jenis produk komposit yang diuji tanpa diketahui jenis perekat yang digunakan

No Jenis produk Bahan baku Negara

produksi

1 MDF Eucalyptus spp. Thailand

2 MDF dengan pelapis PVC Eucalyptus spp. Thailand

3 LVL Poplar (Populus spp.) Cina

4 Particleboard Tidak diketahui Indonesia

5 Corrugatedboard Tidak dikethui Indonesia

6 Plywood Tidak diketahui Indonesia

7 MDF antitermites Tidak diketahui Malaysia

8 Treated rubberwood H. brasiliensis Muell Arg Indonesia

Prosedur

Metode JIS K 1571-2004

Contoh uji delapan jenis produk kayu komposit berukuran 2.5 cm × 2.5 cm tebal sesuai dengan produk dan sebagai kontrol contoh uji adalah kayu sengon dengan ukuran 2.0 cm × 2.0 cm × 0.5 cm dioven selama 48 jam dengan suhu 60±2 o

C untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum pengujian (W1). Pengulangan pengujian dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan.

(16)

4

Setelah 3 minggu, contoh uji dibongkar dan dilakukan perhitungan jumlah rayap tanah kasta pekerja yang masih hidup untuk diketahui nilai mortalitasnya. Lalu contoh uji dibersihkan dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60±2 oC, ditempatkan ke dalam desikator lalu ditimbang (W2). Setelah itu akan dilakukan perhitungan terhadap kehilangan berat, mortalitas, dan feeding rate.

Pengujian Kerapatan

Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kerapatan contoh uji. Kerapatan contoh uji dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Ρ = Kerapatan (g/cm3)

B = Berat kering oven contoh uji (gram) V = Volume contoh uji (cm3)

Perhitungan Hasil Pengujian Metode JIS K 1571-2004

Hasil pengujian merupakan nilai rata-rata dari masing-masing contoh uji. Penurunan berat (weight loss) dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan :

WL = kehilangan berat contoh uji (%)

W1 = berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram) W2 = berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram)

Lalu dari hasil penurunan berat diatas dapat ditentukan ketahanan kayunya berdasarkan Tabel 2.

Alumunium foil

Paralon

Contoh uji

Jaring plastik

Dental cement

(17)

5

Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat SNI 01.7207-2006

Kelas Ketahanan Penurunan Berat (%)

I Sangat tahan < 3.52

Sedangkan untuk mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

MR = mortalitas rayap (%)

D = jumlah rayap yang mati (ekor)

150 = jumlah rayap pekerja pada awal pengujian (ekor)

Perhitungan feeding rate dimaksudkan untuk menggambarkan kemampuan makan rayap perharinya. Hal ini dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :

Windows. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan satu faktor, yaitu faktor α (jenis papan komposit). Respon yang diukur

adalah kehilangan berat, mortalitas, dan feeding rate. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + αi + εij Keterangan :

Yij = Pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j µ = Rataan umum

αi = Pengaruh jenis produk ke-i

(18)

6

Untuk mengetahui pengaruh jenis produk maka dilakukan pengujian lanjut yaitu analisis keragaman, dengan kriteria sebagai berikut:

a). Jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka jenis produk tidak memberikan pengaruh pada suatu selang kepercayaan.

b). Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka jenis produk berpengaruh nyata pada suatu selang kepercayaan.

Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk mencari jenis produk mana yang terbaik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian dilakukan untuk melihat ketahanan delapan jenis produk kayu komposit yang diperoleh dari perusahaan mebel terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus berdasarkan dari persentase kehilangan berat dan mortalitasnya, sedangkan feeding rate menunjukkan berat contoh uji (µg) yang dikonsumsi oleh rayap tiap ekor perhari. Selain itu, kerusakan contoh uji menunjukkan bentuk serangan rayap tanah. Perhitungan kerapatan juga dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil pengujian.

Kerapatan Produk Kayu Komposit

Kerapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas makan rayap. Kerapatan papan yang tinggi cenderung menghambat aktifitas makan rayap karena papan akan cenderung lebih keras. Perlakuan pengempaan dan bahan penyusun produk juga dapat meningkatkan kerapatan sehingga menjadi lebih keras (Suhasman et al. 2007). Nilai kerapatan yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 2.

(19)

7

Kerapatan produk kayu komposit berkisar antara 0.26 g/cm3 sampai 0.81 g/cm3. Medium density fiberboard dengan anti rayap memiliki nilai kerapatan yang paling tinggi sedangkan kerapatan terendah pada corrugated board. Hal ini karena corrugated board umum digunakan sebagai media pengangkutan barang dan packaging (Roth 2000) produk jadi untuk didistribusikan, sehingga tidak dituntut untuk memiliki kerapatan yang tinggi. Sedangkan MDF yang telah diberi anti rayap digunakan sebagai bahan struktural maupun non-struktural yang menuntut kerapatan mulai dari kerapatan sedang hingga tinggi.

LVL kayu poplar memiliki kerapatan kayu sebesar 0.51 g/cm3. Menurut Dickman et al. (2001) kayu poplar yang berasal dari hutan tanaman memiliki berat jenis berkisar antara 0.3 hingga 0.39. Hal ini membuktikan bahwa pengolahan kayu solid menjadi kayu komposit akan meningkatkan kualitas kayu, dalam hal ini kerapatan. Kerapatan particleboard produksi Indonesia adalah 0.6 g/cm3, hal tersebut sudah sesuai berdasarkan Forest Product Laboratory (FPL) (2010) yakni berkisar antara 0.6 hingga 0.8 g/cm3.

Kehilangan Berat (Weight Loss)

Data aktifitas makan rayap ditunjukkan dari besar atau kecilnya nilai persentase weight loss (WL) atau kehilangan berat contoh uji yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada hasil pengujian dengan nilai WL berkisar antara 2% hingga 26.97%. Nilai WL tertinggi terdapat pada contoh uji corrugated board, yaitu sebesar 26.97% sedangkan yang terendah pada contoh uji MDF dengan anti rayap. Tingginya nilai WL corrugated board dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya perekat dan kerapatan. Menurut Nordstrand (2003), perekat yang umum digunakan untuk produk corrugated board ini adalah pati (starch). Pati merupakan perekat alami akan mudah terlepas saat keadaan lingkungannya lembab seperti pada wadah pengujian dan tentunya mudah dimakan oleh rayap. Selain itu kerapatan yang rendah dan sifat corrugated board yang mudah mengikat air akan mempermudah rayap memakan produk karena lebih lunak. Sedangkan pada MDF dengan anti rayap nilai WL ini dikarenakan kandungan termitisida yang tidak disukai rayap.

MDF dengan atau tanpa pelapis PVC memiliki nilai WL yang hampir sama sehingga pelapis PVC tidak memberikan pengaruh terhadap nilai kehilangan berat. Particle board dan LVL dengan nilai kerapatan yang tidak jauh berbeda memiliki nilai WL yang sama yaitu 12.28% dan 12.21%. Begitu pula dengan

plywood dan treated rubberwood dengan asam borat memiliki nilai WL masing-masing 3.47% dan 6.13%. Perlakuan asam borat (H3BO3) pada kayu karet cenderung tidak disukai oleh rayap. Asam borat umum digunakan sebagai bahan pengawet karena memiliki toksisitas yang rendah (Yamauchi et al. 2007). Begitu pula dengan contoh uji MDF dari negara Malaysia yang telah diberi anti rayap memiliki weight loss yang rendah yaitu 2%. Sedangkan pada contoh uji plywood

(20)

8

Gambar 4 Persentase kehilangan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah

C. curvignathus

Pada contoh uji MDF baik tanpa atau dengan bahan pelapis PVC memiliki WL yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu kontrol meskipun kerapatan MDF lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan mekanisme pencernaan kayu oleh rayap diawali dengan proses mekanis yaitu menggigit dan menggerus kayu menjadi partikel-partikel kecil yang kemudian dilanjutkan ke proses enzimatik (Lempang dan Asdar 2007). Sehingga pada contoh uji MDF dimana bahan baku telah melaui proses pulping rayap lebih mudah memakan karena telah berbentuk menjadi serat.

Berdasarkan hasil analisis keragaman diperoleh bahwa pada selang kepercayaan 99% kedelapan jenis produk kayu komposit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kehilangan berat. Analisis kehilangan berat ini dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 3 Klasifikasi ketahanan produk kayu komposit terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus berdasarkan tabel SNI 01.7202-2006

Produk Kehilangan Berat (%) Ketahanan / Kelas

MDF 19.80 Sangat Buruk / V

MDF + PVCsheet 19.92 Sangat Buruk / V

LVL Poplarwood 12.21 Buruk / IV

Particleboard 12.28 Buruk / IV

Corrugated board 26.97 Sangat Buruk / V

Plywood 3.47 Sangat Tahan / I

Treated rubberwood 6.13 Tahan / II

MDF+antitermites 2.00 Sangat Tahan / I

(21)

9

LVL dan particleboard termasuk kelas IV atau buruk. Berdasarkan informasi yang didapat dari perusahaan, produk MDF, MDF dengan pelapis PVC,

particleboard, corrugated board, LVL, dan particleboard tidak memiliki penambahan bahan pengawet yang dapat meningkatkan kelas ketahanan produk tersebut. Selain itu menurut Tsunoda (2008), produk komposit yang tidak mengalami perlakuan pengawetan tidak akan tahan terhadap serangan rayap walaupun tidak kontak langsung dengan tanah.

Mortalitas Rayap (Mortality)

Mortalitas merupakan persentase jumlah rayap pekerja yang mati pada akhir tahap pengujian terhadap jumlah rayap pekerja pada awal tahap pengujian. Perhitungan persentase mortalitas perlu dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh jenis contoh uji terhadap jumlah kematian rayap. Akan tetapi, selain contoh uji yang dapat mempengaruhi mortalitas, faktor lingkungan juga berpengaruh. Misalnya saja pertumbuhan jamur akibat bangkai rayap yang mati tidak segera dibersihkan dari botol uji. Rayap yang mati dan terserang jamur akan dimakan oleh rayap pekerja yang masih sehat dan tertular ke rayap lainnya karena perilaku trofalaksis rayap (Tambunan dan Nandika 1989). Hasil pengujian menunjukkan bahwa mortalitas rayap berkisar antara 33.20% hingga 100%. Mortalitas tertinggi didapati pada produk MDF dengan anti rayap sedangkan yang terendah pada produk MDF dengan pelapis PVC. Rendahnya mortalitas pada MDF dengan pelapis PVC dibandingkan dengan mortalitas MDF tanpa pelapis PVC membuktikan bahwa adanya penambahan PVC tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kematian rayap.

Mortalitas 100% pada MDF dengan anti rayap menunjukkan bahwa zat aktif pada anti rayap tersebut efektif, meski terdapat pengurangan berat sebesar 2%. Hal ini dikarenakan, pada kondisi laboratorium dengan keadaan lingkungan tinggal rayap terpaksa, sehingga rayap akan memakan contoh uji yang diberikan. Rayap yang memakan contoh uji tersebut akan menyebarkan racun tersebut ke rayap lainnya dikarenakan perilaku trofalaksis, yaitu perilaku rayap untuk saling menjilat dan melakukan pertukaran makanan. Dapat pula rayap yang mati akibat racun tersebut dimakan oleh rayap yang masih sehat. Berbeda dengan contoh uji plastik, walaupun WL bernilai 0% tetapi mortalitas yang didapat 98.13%, artinya masih ada rayap yang hidup hingga akhir waktu pengujian. Saat rayap tidak dapat memakan karena suatu kondisi, rayap yang sehat akan memakan individu sejenis yang lemah dan sakit, perilaku ini disebut kanibalisme (Nandika et al. 2003).

(22)

10

Gambar 5 Persentase mortalitas contoh uji terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus

Contoh uji yang telah diberi bahan pengawet memiliki nilai mortalitas yang tinggi dan WL yang rendah. Hal ini membuktikan bahwa dengan penambahan bahan pengawet akan meningkatkan ketahanan produk terhadap serangan rayap tanah. Tingginya persentase mortalitas akan diiringi dengan rendahnya persentase kehilangan berat contoh uji (Rahmawati et al. 2009). Berdasarkan dari hasil analisis keragaman yang dilakukan, diperoleh bahwa pada selang kepercayaan 99% mortalitas yang didapat berbeda nyata pada setiap produk yang diuji.

Tingkat Konsumsi Rayap (Feeding rate)

Feeding rate (FR) atau tingkat konsumsi rayap terhadap contoh uji merupakan jumlah konsumsi rayap sebanyak µg tiap ekor rayap perhari. Nilai ini menunjukkan kemampuan makan rayap selama waktu pengujian yaitu 21 hari. Berdasarkan hasil analisis keragaman pada selang kepercayaan 99% menunjukkan bahwa nilai FR berpengaruh nyata terhadap delapan jenis produk kayu komposit. Pada tahap awal pengujian rayap terlebih dahulu akan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang disediakan. Rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan mati, dan rayap yang mampu bertahan akan beradaptasi dengan makanan. Jika contoh uji yang diumpankan sesuai maka rayap akan meneruskan makan dan jika tidak maka rayap akan berpuasa. Sehingga pada saat pengujian tingkat konsumsi rayap bergantung pada material yang diserang dan kondisi lingkungan yang mendukung (Yanti 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai FR berkisar antara 33.52

μg/ekor/hari hingga 137.20 μg/ekor/hari. Nilai FR contoh uji MDF dengan anti

(23)

11

rayap akan cenderung memakan makanan yang mengandung banyak selulosa, mudah digigit, dan dihancurkan.

Sementara nilai FR yang rendah pada MDF dengan anti rayap menunjukkan bahwa perlakuan penambahan zat aditif dapat menurunkan FR jika dibandingkan dengan MDF tanpa penambahan anti rayap seperti MDF dengan atau tanpa pelapis PVC dengan FR sebesar 131.59 μg/ekor/hari dan 133.69 μg/ekor/hari. Pada papan partikel dan LVL nilai FR sebesar 112.13 μg/ekor/hari dan 78.96

μg/ekor/hari. Walaupun kedua contoh uji ini memiliki nilai WL yang tidak jauh

berbeda akan tetapi jumlah rayap yang masih hidup pada akhir pengujian (mortalitas rendah) yang menjadi pembeda nilai FR.

Gambar 6 Nilai rata-rata feeding rate contoh uji terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus

Bentuk Serangan

Bentuk kerusakan akan memperlihatkan bagian mana dari suatu produk yang paling disenangi oleh rayap. Kerusakan yang terjadi pada contoh uji beragam. Pada kelas ketahanan IV (buruk) dan V (sangat buruk) kerusakan yang terjadi pada hampir semua sisi contoh uji. Pada LVL bentuk kerusakan yang terjadi searah pada garis rekat sedangkan pada papan partikel bentuk kerusakan yang terjadi terdapat pada bagian tengah (core) yang memiliki kerapatan yang lebih rendah. Pada contoh uji MDF dengan lapisan PVC, rayap tidak mampu merusak lapisan PVC, akan tetapi kerusakan terjadi pada sisi yang tidak terlapisi. Untuk kerusakan pada corrugated board terjadi hampir diseluruh sisi contoh uji.

(24)

12

(a) (b)

Gambar 7 Medium density fiberboard (a) Sebelum pengujian (b) Setelah pengujian.

(a) (b)

Gambar 8 Medium density fiberboard dengan pelapis PVC (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a) (b)

Gambar 9 Laminated veneer lumber (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a) (b)

Gambar 10 Particle board (a) Sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a) (b)

(25)

13

(a) (b)

Gambar 12 Plywood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a) (b)

Gambar 13 MDF dengan anti rayap (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a) (b)

Gambar 14 Treated rubberwood (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a) (b)

Gambar 15 Plastik (a) sebelum pengujian (b) setelah pengujian

(a) (b)

(26)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ketahanan contoh uji terhadap rayap dapat dilihat dari persentase kehilangan berat dan mortalitas rayap pada akhir pengujian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kehilangan berat contoh uji sangat berbeda nyata pada masing-masing produk plywood dan medium density iberboard (MDF) yang diberi anti rayap termasuk kelas ketahanan I. Kayu karet yang telah diberi perlakuan asam borat termasuk kelas ketahanan II, LVL dan particleboard

termasuk kedalam kelas ketahanan IV, sedangkan corrugated board, MDF dengan atau tanpa pelapis PVC termasuk kedalam kelas ketahanan yang paling buruk (V). Produk kayu komposit yang memiliki perlakuan penambahan bahan pengawet akan meningkatkan ketahanan terhadap organisme perusak khususnya rayap.

Saran

(27)

15

DAFTAR PUSTAKA

Dickman DI, Isebrands JG, Eckenwalder JE, Richardson J. 2001. Poplar Culture in North America. Ottawa: NRC Research Pr.

Fowler AP, Hughes JM, Elias RM. 2006. Biocomposites: technology, environmental credentials and market forces. J Sci Food Agric 86:1781–1789. [FPL] Forest Products Laboratory. 2010. Wood Handbook: Wood as an

Engineering Material. Madison, Wiscouncin (US): United States Department of Agriculture Forest Service.

Hunt GM, Garrat GA. 1986. Pengawetan Kayu. Jusuf M, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Terjemahan dari Wood Preservation. Ed ke-1.

[JIS] Japanese Industrial Standard. 2004. Test Methods for Determining the Effectiveness of Wood Preservatives and Their Performance Requirement. JIS K 1571-2004.

Kementrian Kehutanan. 2012. Statistika Kehutanan Indonesia 2011 [Internet].

[diunduh 2013 Maret 28]. Tersedia pada:

http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/8586.

Lempang M, Asdar M. 2007. Ketahanan alami kayu jati (Tectona grandis L.f) asal Sulawesi terhadap rayap tanah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 25(4): 203-210.

Maloney TM. 1997. Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman Inc.

Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Joko H, Harismah K, editor. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Pr. Nordstrand T. 2003. Basic testing and strength design of corrugated board and

containers [tesis]. Lund (SE): Lund University.

Nugraha G. 2013. Ketahanan papan komposit dari limbah kayu dan karton gelombang terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahmawati N, Mulyaningrum, Rumidatul A, Hartati S. 2009. Exploration of extract of pinus (Pinus merkusii) and ki hiyang (Albizzia procerra Benth) barks as natural preservatives. Di dalam: Dwianto W, Hermiati E, Falah F, Darmawan T, editor. Contribution of Scientific Profession Society on the Development of Wood Science and Technology in Indonesia.The First International Symposium of Indonesian Wood Research Society; 2009 Nov 2-3; Bogor. Bogor (ID): Indonesian Wood Research Society. hlm: 100.

Roth L, Wybenga GL. 2000. The Packaging Designer’s Book of Patterns. New York (US): John Wiley and Sons Inc.

(28)

16

Simangunsong B. 2010. Future markets of Indonesia’s wood composite products.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(2): 77-78.

Suhasman, Massijaya MY, Hadi YS, Arif A. 2007. Ketahanan papan komposit dari limbah kayu sengon dan karton terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah. Jurnal Perennial 4(1): 28-35.

Tambunan B, Nandika D. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tsunoda K. 2008. Performance of wood-base composites in a protected above ground test in southern Japan. The Intenational Research Grup on Wood Protection. 40351.

Yamauchi S, Sakai Y, Watanabe Y, Kubo MK, Matsue H. 2007. Distribution boron in wood treated with aqueous and methanolic boric acid solutions.

J.Wood Sci. 53: 324-331.

(29)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis keragaman kehilangan berat skala laboratorium

ANOVA Weight loss

Sum of Squares df Mean Square f Sig.

Between Groups 3482.86 9 386.98 76.69 .00

Within Groups 201.85 40 5.05

Total 3684.71 49

Kesimpulan:

Faktor produk berpengaruh nyata terhadap kehilangan berat (weight loss) Fhit > F tabel

Uji Lanjut Duncan

Produk N Subset for alpha = 0.01

1 2 3 4 5

Plastik 5 .0000

MDF rayap 5 1.9960

Plywood 5 3.4700 3.4700

Treated rubberwood 5 6.1320

LVL poplarwood 5 12.2120

Kontrol 5 12.2200

Particle board 5 12.2760

MDF 5 19.8040

MDF sheetPVC 5 19.9140

Corrugated board 5 26.9700

Sig. .025 .068 .967 .939 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(30)

18

Lampiran 2 Analisis keragaman mortalitas skala laboratorium

ANOVA Mortalitas

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 35132.713 9 3903.635 21.428 .000

Within Groups 7286.965 40 182.174

Total 42419.677 49

Kesimpulan:

Faktor produk berpengaruh nyata terhadap mortalitas Fhit > F tabel

Uji Lanjut Duncan

Produk N

Subset for alpha = 0.01

1 2 3

MDF sheetPVC 5 33.2000

LVL poplar wood 5 35.8680

MDF 5 47.2000 47.2000

Particle board 5 60.4000

Corrugated board 5 64.7980

Plywood 5 96.8000

Kontrol 5 96.9360

Plastik 5 98.1340

Treated rubberwood 5 98.9320

MDF anti rayap 5 1.0000E2

Sig. .129 .057 .743

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(31)

19

Lampiran 3 Analisis keragaman feeding rate skala laboratorium

ANOVA Feedingrate

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 43610.543 9 4845.616 24.932 .000

Within Groups 7773.989 40 194.350

Total 51384.532 49

Faktor produk berpengaruh nyata terhadap feeding rate Fhit > F tabel Uji Lanjut Duncan

Produk N

Subset for alpha = 0.01

1 2 3

Plastik 5 .0000

LVL poplarwood 5 .0780

Particle board 5 .1120

MDF 5 .1340

MDF sheetPVC 5 .1340

Corrugated board 5 .1360

MDF anti rayap 5 33.0200

Plywood 5 35.7900

Treated rubberwood 5 65.2040

Kontrol 5 82.5540

Sig. .989 .755 .056

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 16 September 1991 dari ayah Saad Ishak dan ibu Nata Maryati. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis yang lulus dari SMA Negeri 5 Palembang diterima masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Bina Desa BEM KM IPB periode tahun

2009-2010 sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi (Kominfo), International Forestry Student Association (IFSA) LC-IPB sebagai staf Village Concept Project (VCP) selama satu periode dari tahun 2010 hingga 2011, dan juga sebagai anggota aktif divisi eksternal Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) pada tahun 2010-2012. Penulis juga aktif sebagai panitia diberbagai acara, diantaranya sebagai anggota divisi acara Southeast Asia Forest Youth Meeting (SEAFYM) tahun 2011, ketua divisi acara Himasiltan Goes to Village tahun 2010, dan sebagai sekretaris pada Masa Perkenalan Departemen Hasil Hutan (KOMPAK DHH 2011).

Gambar

Gambar 1  Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (a) kasta prajurit (b)
Gambar 2 Pengujian produk kayu komposit metode JIS K 1571-2004
Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat SNI 01.7207-2006
Gambar 2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya nilai pengurangan berat pada semua contoh uji komposit kayu-RPP menunjukkan bahwa ketahanan komposit kayu-RPP terhadap serangan rayap tanah lebih tinggi dibanding

Pengujian ini dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207- 2006. Hasil menunjukkan bahwa ketahanan kayu oleh serangan rayap tanah yang ditunjukkan dengan

Hasil Pengujian Kehilangan Berat Papan Unting Dari Kayu akasia Terhadap Serangan Rayap Tanah.... Hasil Pengujian Kehilangan Berat Papan Unting Dari

P e n e l i h ~ uu dilakukan untuk mengetal~ui keawetan kayu plastik polivinil stirena pada tingkat konsentrasi yang berbeda-beda terliadap serangan rayap tanah (Coptotertt~es

Hasil pengujian persentase kehilangan berat, mortalitas rayap, dan kemampuan makan rayap digunakan untuk mengetahui ketahanan papan serat berkerapatan sedang

cynocephalus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali) 5 5 Media pengujian ketahanan terhadap serangan rayap tanah 6 6 Media pengujian ketahanan contoh uji terhadap

Ketahanan kayu juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dalam kayu, karena selulosa merupakan makanan utama rayap, selulosa juga sebagai sumber energi bagi hidup

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah rayap tanah kasta pekerja (C. curvignathus), sarang rayap, kayu karet, kayu nangka, kayu mangga, kayu jambu air,