• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN KAYU RARU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KETAHANAN KAYU RARU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN KAYU RARU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

SKRIPSI

OLEH:

DIDI NOPIANDI 131201089

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

KETAHANAN KAYU RARU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

SKRIPSI

Oleh:

DIDI NOPIANDI 131201089

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)
(4)

i ABSTRACT

DIDI NOPIANDI : Raru Wood Resistance To Soil Termite Attacks (Coptotermes curvignathus Holmgren). Supervised by APRI HERI ISWANTO

The lack of quality wood raw material for the industry opens up greater opportunities to utilize as much as possible the types of wood, including the lesser known types of wood, such as Raru wood. Wood is often used as a material for construction before the wood finishing process is finished and only relies on hereditary experiences of wood durability. so that demand for solid wood as construction is always increasing to meet community needs, but the availability of good quality wood and relatively large sizes are increasingly scarce. One of the most common woods destroying organisms is termites. The purpose of this study was to analyze the resistance of Raru wood to ground termite attacks using the grave yard test. One indicator that shows the durability of wood against termite and fungal attacks in this study was to calculate the sample weight loss after being fed for 91 days. The results of the grave test showed that the testing of natural durability of raru wood against ground termite attacks based on grave yard test both vertically and horizontally was classified into durable class II into the resistance category because raru was included in the category of strong class I with the value of Specific Gravity 1.07 at the base of 0.97 at the center of 0.93 at the end.

Keywords: Raru Wood, Soil Termites, Grave Test.

(5)

ii

ABSTRAK

DIDI NOPIANDI : Ketahanan Kayu Raru Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Dibimbing oleh APRI HERI ISWANTO

Kurangnya bahan baku kayu berkualitas untuk industri membuka peluang lebih besar untuk memanfaatkan sebanyak mungkin jenis kayu termasuk jenis kayu kurang dikenal, seperti Kayu Raru. Kayu sering digunakan sebagai bahan untuk konstruksi sebelum proses finishing kayu selesai dan hanya mengandalkan pengalaman turun temurun tentang keawetan kayu. sehingga permintaan kayu solid sebagai kontruksi selalu meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun ketersediaan kayu bermutu baik dan ukuran yang relatif besar semakin langka. Salah satu organisme perusak kayu yang sering dijumpai adalah rayap.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketahanan kayu Raru terhadap serangan rayap tanah dengan menggunakan metode uji kubur (grave yard test).

Salah satu indikator yang menunjukkan keawetan kayu terhadap serangan rayap maupun jamur pada penelitian ini adalah dengan menghitung kehilangan berat sampel setelah diumpankan selama 91 hari. Hasil uji kubur menunjukkan bahwa Pengujian keawetan alami kayu raru terhadap serangan rayap tanah berdasarkan uji kubur (grave yard test) baik secara vertikal maupu secara horizontal digolongkan kedalam kelas awet II masuk kedalam kategori tahan dikarenakan raru termasuk kedalam katergori kelas kuat I dengan nilai Berat Jenis yakni 1,07 pada pangkal 0,97 pada tengah 0,93 pada ujung.

Kata Kunci :Kayu Raru, Rayap Tanah, Uji Kubur.

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lima puluh Kabupaten Batu Bara pada tanggal 04 november 1994 dari ayah Muliadi di dan ibu Ayem. Penulis merupakan anak Kedua dari Empat bersaudara.

Pada tahun 2007 penulis lulus dari SD Impres 0875 Negeri Kecamatan lima puluh Kabupaten Batu Bara , tahun 2010 lulus dari MTS Negeri Lima puluh, tahun 2013 penulis lulus dari Madrasah Aliyah Negeri Lima Puluh dan pada tahun yang sama melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan sebagai Mahasiswa Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Departemen Teknologi Hasil Hutan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi yaitu mengikuti RIMBAPALA (Rimbawan Pecinta Alam), Fakultas Kehutanan.

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) dikawasan Hutan Pegunungan lebih tepat nya di hutan Pendidikan Aek Nauli pada tahun 2015. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan .pada tahun 2017.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Ketahanan Kayu Raru Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan membimbing selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga banyak menerima bimbingan, motivasi, saran dan juga doa dari berbagai pihak selama penulisan hasil penelitan ini. Teristimewa untuk kedua orang tua yang sangat penulis sayangi yang tidak pernah henti memberikan doa, dukungan, juga nasihat yang tulus sampai sekarang ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman- teman atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan dari pembaca karena penulis sadar penelitian ini tidaklah sempurna. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Januari 2019

Penulis

(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Raru (Cotylelobium melanoxylon) ... 4

Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus) ... 6

Keawetan Kayu ... 8

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Prosedur penelitian... 10

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kehilangan Berat Contoh Uji ... 13 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

vi

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Skala Ketahanan Kayu Terhadap Serangan Rayap Tanah ... 12 2. Penilaian Visual Grave Yard Test ... 12 3. Kelas Kuat Kayu ... 12

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Posisi Kayu didalam Tanah ... 11 2. Sebaran Sampel Uji di sebuah lahan ... 11

(11)

viii

DAFTAR GRAFIK

No Halaman

1. Grafik Raatan Presentase Kehilangan Berat (%)

Kayu Raru (Cotylelobium melanoxylon) Secara Horizontal. ... 13 2. Rata - Rata Persentase Kehilangan Berat Contoh Uji

Kayu Raru (Cotylelobium melanoxylon) Secara Vertikal ... 15 3. Rata-rata Berat Jenis Kayu Raru (Cotylelobium melanoxylon)

Secara Vertikal ... 16

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara megabiodiversitas. Dengan keanekaragaman hayati yang begitu tinggi baik flora,fauna maupun mikroorganismenya. Organisme perusak kayu tersebut adalah cendawan (jamur), bakteri, serangga penggerek (rayap) dan cacing tanah yang dapat merusak baik satu jenis organisme maupun gabungan beberapa organisme tersebut.

Kekurangan bahan baku kayu berkualitas untuk industri membuka peluang lebih besar untuk memanfaatkan sebanyak mungkin jenis kayu termasuk jenis kayu kurang dikenal. Namun demikian industri dalam negeri belum sepenuhnya siap menerima semua jenis kayu. Penyebabnya diantaranya adalah dari 4.000 jenis kayu yang terdapat di Indonesia baru diketahui keberadaannya saja, sedangkan sifatsifat, cara pengolahan dan pemanfaatan dari banyak jenis kayu belum diketahui (Lempang, 2014). Dari jumlah tersebut, Mandang (2013) mencatat terdapat 133 jenis digolongkan ke dalam kelompok kayu kurang dikenal (lesserknown wood species) dan 577 jenis digolongkan ke dalam jenis kayu sangat tidak dikenal (the least-known wood species). Dalam dunia perdagangan, kayu kurang dikenal dan kurang dimanfaatkan yang berasal dari berbagai wilayah dan umumnya telah menjadi andalan setempat, berpotensi menggantikan kayu perdagangan yang telah langka (Sumarni et al., 2009).

Raru merupakan sebutan untuk kelompok jenis kulit kayu yang ditambahkan pada nira aren yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa dan kadar alkohol minuman tuak . Menurut Hildebrand (1954), disebutkan bahwa ada beberapa jenis kayu yang digolongkan sebagai kayu raru, antara lain Shoera maxwelliana King, Vanica songa

(13)

2

V.Sl. dari family Dipterocarpaceae dan Gaerciana sp. dari famili Guttifera. Penelitian Erika (2005), menyebutkan bahwa jenis Shorea faguetiana Heim. termasuk juga sumber kulit raru (Pasaribu. et al, 2007).

Kayu sering digunakan sebagai bahan untuk konstruksi sebelum proses finishing kayu selesai dan hanya mengandalkan pengalaman turun temurun tentang keawetan kayu (Owayemi, 2014), sehingga permintaan kayu solid sebagai kontruksi selalu meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun ketersediaan kayu bermutu baik dan ukuran yang relatif besar semakin langka. Untuk memenuhi keperluan tersebut, harus dicari pengganti kayu yang bermutu atau dengan pemanfaatan kayu yang ditanam oleh masyarakat (Sianturi, 2015).

Salah satu organisme perusak kayu yang sering dijumpai adalah rayap. Pada dasarnya, rayap adalah salah satu organisme yang berfungsi sebagai dekomposer alami yaitu dengan memanfaatkan kayu mati sebagai sumber makanan dan jika memungkinkan mereka juga memanfaatkan kayu mati sebagai tempat tinggal untuk berkembang biak (Awadzi et al. 2004). Kondisi iklim dan tanah di Indonesia sangat mendukung bagi kehidupan rayap. Nandika et al. (2003) menyatakan bahwa lebih dari 80% daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan rayap. Rayap memiliki dampak positif dalam ekosistem maupun dampak negatif dalam hal merusak atau merugikan. Di lingkungan masyarakat, rayap dikenal sebagai serangga perusak.

Rahmawaty (1995) dalam Panahatan et al. (2014) menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat serangan rayap di Indonesia mencapai hitungan triliun rupiah. Tidak hanya di Indonesia, diluar negeri seperti di Amerika Serikat kerugian akibat serangan rayap mencapai US$ 2-3 milyaran.

(14)

3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketahanan kayu Raru terhadap serangan rayap tanah dengan menggunakan metode uji kubur (grave yard test).

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang ketahanan kayu raru terhadap serangan rayap tanah sebelum memanfaatkan kayu raru sebagai bahan konstruksi.

(15)

4

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Raru (Cotylelobium melanoxylon)

Tanaman raru adalah jenis tanaman hutan yang memiliki tinggi 70 - 85 m, memiliki kulit yang tebal kemudian diolah menjadi serbuk oleh masyarakat wilayah Kalimantan biasa dinamakan kulit kayu resak yang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pengawet nira nipah. Berdasarkan dari penelitian terdahulu, kayu raru memiliki kandungan senyawa terpenoid, arilpropanoid, benzofuran, flavonoid, hidrokuinon dan oligostilbenoid (Fuad, 2010).

Klasifikasi Ilmiah Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales

Famili : Dipterocarpaceae Genus : Cotylelobium

Spesies : Cotylelobium melanoxylon

Dalam keseharian proses kehidupan, sulit bagi kita untuk memisahkan kayu sebagai suatu material yang sangat dibutuhkan. Secara kumulatif, kayu telah menjadi primadona dan alternatif pilihan utama yang tidak tergantikan sejak masa lampau hingga kini (Hoadlay 1990). Kayu dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan mulai dari sebagai bahan baku konstruksi bangunan dan perumahan, papan komposit, meubel, furniture dan kerajinan, pulp dan kertas, hingga kayu bakar. Eksistensi ini sangat rasional karena kayu memiliki sifat yang tidak mampu disaingi oleh material lain

(16)

5

dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia. Salah satu sifat yang paling menonjol dan memiliki nilai kontinuitas dalam pemanfaatan kayu adalah karena kayu bersifat renewable dimana ketersediaan dan trend keberlanjutannya dapat dikontrol dan dikendalikan melalui beberapa aplikasi dan tindakan manajerial (Forest Product Laboratory 2010). Berangkat dari keunggulan-keunggulan tersebut, maka sudah jelas

bahwa kayu menjadi salah satu material penting yang tidak tergantikan dalam hubungannya dengan berbagai macam bentuk pemanfaatannya.

Pada pengujian di laboratorium biasanya keawetan kayu ditetapkan dengan menggunakan jenis organisme tertentu, sedangkan pada pengujian di lapangan dapat mencakup beberapa organisme sekaligus. Kayu yang awet jika dipakai di bawah atap belum tentu akan awet juga jika dipakai di luar dan berhubungan dengan tanah lembab.

Demikian juga kayu yang awet jika dipakai di daerah beriklim sedang belum tentu akan awet jika dipakai di daerah tropis. Giam (Cotylelobium melanoxylon) memiliki kayu dengan karakter yang unggul, berat, keras, dan tahan. Dahulu jenis ini biasanya ditemukan dalam hutan dipterokarpa campuran, namun saat ini raru sudah mulai sulit dijumpai di alam. Selain kayunya yang mahal, giam juga berpotensi untuk menghasilkan bahan antidiabetik dan anti-rayap. Giam tercantum dalam IUCN red list dan diklasifikasikan sebagai rentan (Togatorop, 2014).

Di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara, giam yang lebih dikenal dengan sebutan raru dan diidentifikasi sebagai Cotylelobium sp, sudah sangat luas dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Kulit kayu ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai campuran minuman tuak (minuman tradisional Batak).

Masyarakat juga meyakini kulit kayu raru dapat digunakan sebagai obat penurun kadar gula darah atau anti diabetes (Pasaribu dan Setyawati, 2011).

(17)

6

Penelitian Pasaribu (2009) menemukan bahwa salah satu kulit kayu raru yang berasal dari Tapanuli Tengah diidentifikasi sebagai Cotylelobium melanoxylon Pierre.

Pohon raru tingginya mencapai 50 meter dan dapat tidak bercabang hingga 30 meter dan diameter 160 cm. Tangkai daun melengkung, daun meyerupai daun meranti. Kayu bagian dalam berwarna coklat kemerahan. Kayu bagian luar memiliki warna yang berbeda dari bagian dalam. Kerapatan jenis 0,81–1,16 g/cm³. Antara kayu gubal dan kayu teras tidak terdapat perbedaan warna yang jelas. Tekstur kayu halus dengan arah serat yang lurus dan indah (Richter dan Dallwitz, 2009).

B. Rayap Tanah (Coptetermes curvignathus)

Rayap merupakan serangga yang hidup berkoloni dengan ukuran tubuh yang kecil serta memiliki pembagian kasta yang jelas yaitu terdiri dari kasta reproduktif, kasta prajurit dan kasta pekerja. Di lingkungan alami rayap merupakan salah satu jenis serangga yang berfungsi sebagai dekomposr atau pengurai bahan-bahan berkayu yang telah mati, akan tetapi pada lingkungan pemukiman masyarakat rayap lebih dikenal sebagai hama perusak bangunan berkayu (Fitriani et al. 2016). sepintas mirip dengan semut, dijumpai di banyak tempat, di hutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam rumah. Sarang rayap terdapat di tempat lembab di dalam tanah dan batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain serta jamur (Amir, 2003).

Rayap merupakan organisme yang dapat merugikan masyarakat yang memiliki bangunan dari bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blockwood, dan laminated board) (Iswanto, 2005).Serangan rayap pada bangunan gedung pada saat ini merupakan masalah yang sangat besar mengingat intensitas serangannya yang semakin tinggi dan meluas

(18)

7

sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Bangunan fasilitas sosial seperti bangunan sekolah dan gedung perkantoran, serta rumah-rumah tinggal banyak yang mengalami kerusakan atau bahkan roboh akibat serangan rayap. Berdasarkan perkiraan, kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat serangan rayap di Indonesia mencapai 1,67 trilyun rupiah (Rahmawati 1995).

Serangga ini sangat bermanfaat untuk membantu menguraikan sisa-sisa kayu, serasah dan sejenisnya menjadi unsur-unsur hara untuk mendukung kehidupan selanjutnya. Akan tetapi permasalahan muncul bila serangga ini mulai menyerang berbagai material kebutuhan manusia seperti peralatan rumah tangga yang tebuat dari kayu (Astuti, 2013).

Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila tidak dalam koloninya. Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda, yaitu: kasta prajurit, kasta pekerja, dan kasta reproduktif. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dengan sklerotisasi yang nyata. Anggota–

anggotanya mempunyai mandible atau rostum yang besar dan kuat sesuai dengan fungsinya fungsinya sebagai pelindung koloni dari gangguan luar (Pranggodo et al.

1983).

Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus) memiliki ciri-ciri sebagai berikut kepala berwarna kuning, antena, lambrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, memiliki fontanel yang lebar. Antena terdiri dari 15 segmen, segmen kedua dan segmen keempat sama panjangnya. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujung batas antara

(19)

8

sebelah dalam dari mandible kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2,46 - 2,66 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,56 - 1,68 mm. lebar kepala 1,40 - 1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00 - 1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm. Panjang badan 5,5 - 6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan (Nandika et al. 2003).

Klasifikasi ilmiah

Kingdom :Animalia Filum :Artropoda Kelas :Inscta Ordo :Isoptera

Family :Rhinotetidaemie Genus :Coptotemes

Spesies :Coptotemes curvignathus

Keawetan kayu

Keawetan kayu adalah daya tahan alami suatu jenis kayu terhadap organisme perusak kayu, seperti jamur, serangga dan penggerek di laut serta di mana kayu tersebut dipergunakan. Keawetan suatu jenis kayu yang dipakai di bawah atap akan berbeda dengan yang digunakan di luar, keawetan kayu yang dipakai di darat akan berbeda dengan yang dipakai di laut. Demikian pula kayu yang dipakai di dataran rendah keawetannya berbeda dengan yang dipakai di dataran tinggi (Sumarni dan Roliadi, 2002).

Keawetan kayu dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu karateristik kayu dan keadaan lingkungan. Faktor karakteristik kayu yaitu kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang (kayu gubal dan kayu teras), dan kecepatan tumbuh.

(20)

9

Faktor lingkungan yaitu tempat dimana kayu itu digunakan, jenis organisme penyerang, keadaan suhu, dan kelembaban udara. Suatu jenis kayu yang awet terhadap serangan jamur belum tentu akan tahan terhadap rayap atau penggerek kayu di laut demikian pula sebaliknya (Sumarni dan Muslich, 2005). Keawetan alami kayu salah satunya ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu yang terdapat di dalam kayu. Eaton and Hale (1993) menyatakan bahwa zat ekstraktif diperkirakan berperan sebagai toksikan terhadap mikroorganisme juga berperan dalam mencegah serangan serangga.

(21)

10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli – November 2018 . Pengujian contoh uji dilakukan di Hutan Tri Dharma dan analisis data dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chain Saw, meteran, oven, timbangan analitik, alat tulis, parang, cangkul, plastik 10 kg dan kamera. Bahan yang digunakan dalam uji kubur ini adalah Kayu Raru (Cotylelobium melanoxylon).

Prosedur Penelitian a. Persiapan Bahan Baku

Kayu raru yang berbentuk log dibagi menjadi tiga bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Bahan yang akan digunakan dibentuk menjadi balok berukuran 3 x 3 x 20 cm sebanyak 5 sampel pada setiap bagian.

b. Pengujian Keawetan Kayu

Pengujian dilakukan dilapangan dengan menggunakan metode uji kubur (Grave yard test). Contoh uji dikering ovenkan pada suhu 103±2 0C hingga beratnya konstan untuk mendapatkan berat kering sebelum pengujian (BKO). Contoh uji yang telah diketahui BKO kemudian ditanam didalam tanah hingga menyisakan 5 cm bagian yang diatas permukaan dengan jarak antara contoh uji yang satu dengan yang lainnya 60 cm sebagaimana disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

(22)

11

Gambar 1. Posisi Kayu didalam Tanah

Gambar 2. Sebaran Sampel Uji di sebuah lahan

Lama waktu pengujian atau pengumpanan bahan uji adalah 92 hari. Setelah pengumpanan, contoh uji diambil dan dibersihkan dari tanah yang menempel.

Kemudian contoh uji dikering ovenkan pada suhu 103±2 0C hingga konstan, sehingga diperoleh berat kering setelah pengujian (BKO2). Parameter yang diamati yaitu kehilangan berat dan persen kerusakan. Persentase kehilangan berat contoh uji dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan:

K = Kehilangan berat (%)

BKO1 = Berat kayu kering tanur sebelum diumpankan (gr) BKO2 = Berat kayu kering tanur setelah diumpankan (gr).

5 cm

15 cm cm

Sarang

rayap Contoh

uji Sarang

rayap

Jarak antar contoh uji 2 meter

(23)

12

Untuk menghitung persentase sisa (% Sisa) akibat kerusakan serangan rayap maupun jamur, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

V0 = Volume sebelum dikubur.

V1 = Volume setelah dikubur.

Berdasarkan Sornnuwat et al. (1995) dalam Susilowati et al. (1998) skala ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah adalah sesuai dengan Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 1. Skala Ketahanan Kayu Terhadap Serangan Rayap Tanah

Kelas Kehilangan berat (%) Tingkat ketahanan kayu

I <3,52 Sangat Tahan

II 3,52 – 7,50 Tahan

III 7,50 – 10,96 Sedang

IV 10,96 –18,95 Buruk

V 18,95 – 31,89 Sangat Buruk

Tabel 2. Penilaian Visual Grave Yard Test

Kelas Penilaian Kualitatif Penilaian Kuantitatif

Tingkat Serangan Keterangan Nilai

A Tidak Diserang Kayu tidak diserang (0%) 0

B Sedikit Terserang Terdapat serangan rayap seperti bekas- bekas gigitan dengan kedalaman 12,5 %

1 – 10 C Serangan Ringan Terdapat saluran dengan kedalaman 25% 11 – 20 D Serangan Berat Terdapat saluran nyata sampai

kedalaman 37,5%

21 – 30 E Serangan Hancur Serangan mencapai kedalaman >50%

dari kayu utuh

31 – 40

Tabel 3. Kelas Kuat Kayu

Kelas Kuat Kayu Berat Jenis Kukuh lentur Mutlak (Kg/cm2)

Kukuh Tekan Mutlak (Kg/cm2)

I ≥ 0,90 ≥ 1100 ≥ 650

II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425

III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300

IV 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215

V ≤ 0,30 ≤ 360 ≤ 215

(24)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehilangan berat contoh uji

Salah satu indikator yang menunjukkan keawetan kayu terhadap serangan rayap maupun jamur pada penelitian ini adalah dengan menghitung kehilangan berat sampel setelah diumpankan selama 92 hari. Semakin tinggi persentase kehilangan berat menunjukkan bahwa semakin rendah ketahanan kayu terhadap serangan rayap dan jamur. Besarnya nilai kehilangan berat contoh uji sangat bervariasi baik contoh uji penelitian tentang pengujian kayu raru terhadap rayap tanah. Data kehilangan berat contoh uji dapat dilihat secara vertikal dan horizontal. Hasil kehilangan berat contoh uji kayu yang diperoleh secara horizontal disajikan pada grafik 1.

Grafik 1. Grafik Raatan Presentase Kehilangan Berat (%) Kayu Raru (Cotylelobium melanoxylon) Secara Horizontal.

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa contoh uji horizontal bagian pangkal, presentase kehilangan berat contoh uji tepi adalah yang tertinggi yaitu 3,25%

dibandingkan dengan medium yaitu 2,17% dan empulur yaitu 0,99% . Pada bagian tengah kehilangan berat tertinggi terdapat pada contoh uji Tepi yaitu 3,82%

(25)

14

dibandingkan medium 3,07% dan empulur 2,68%, dan pada bagian ujung kayu raru, kehilangan berat contoh uji dengan nilai tertinggi yaitu pada tepi dengan nilai 4,52%

dibandingkan medium 3,46% dan empulur 3,08%. Dari data rata-rata penurunan berat Kayu Raru dapat diklasifikasikan tahan berdasarkan klasifikasi SNI 01-7207-2006 pada semua contoh uji.

Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut bahwa Kayu Raru memiliki kekuatan yang baik. Hasil uji kubur menunjukkan bahwa Kayu Raru mempunyai sifat ketahanan yang tinggi terhadap serangan rayap atau mikroorganisme lain. Hal ini disebabkan karena rayap tidak suka dengan struktur kayu yang sifatnya keras, dari grafik 3 dapat dilihat bahwa rata-rata berat jenis kayu raru lebih dari 0,90 yang artinya kayu raru termasuk kedalam kelas kuat I. Dari data grafik 3 juga dapat dilihat bahwa berat jenis yang tertinggi terdapat pada bagian pangkal dari kayu raru yakni sebesar 1,07 yang lebih baik dari bagian tengah dengan nilai 0,97 dan terendah pada bagian ujung dengan nilai 0,93, sehingga kehilangan berat terbesar juga terdapat pada bagian ujung dengan nilai berat jenis terkecil. Elsppat (1997), menyatakan bahwa Keawetan kayu selain dipengaruhi faktor biologis, juga dipengaruhi faktor lain seperti, kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang, kecepatan tumbuh dan tempat kayu tersebut digunakan.

Umur kayu memengaruhi jumlah kehilangan berat kayu terhadap serangan rayap tanah. Oleh sebab itu semakin tinggi umur kayu maka kehilangan berat yang dihasilkan semakin kecil. Wistara et al. (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi umur kayu maka kandungan zat ekstraktifnya semakin besar. Zat ekstraktif memiliki daya racun yang berguna melindungi kayu tersebut dari serangan rayap tanah sehingga dengan tingginya kadar zat ektraktif terhadap kayu maka keawetan alaminya semakin besar. Hal ini juga

(26)

15

diperkuat dengan pernyataan dari Syofuna et al. (2012) menyatakan bahwa zat ekstraktif yang terkandung didalam suatu kayu memiliki peran yang penting terhadap ketahanan dari serangan rayap atau jamur. Nuriyatin (2003) yang menyatakan bahwa tingkat kerusakan kayu akibat serangan rayap tergantung jenis kayu dan posisi kayu di pohon. Kandungan ekstraktif masing-masing posisi kayu pun berbeda (Nandika et al.

2003). Menurut Ginting et al. (2012) kayu akan semakin awet dari bagian ujung menuju ke pangkal karena perbandingan kayu teras dan zat ekstraktif yang lebih besar di bagian pangkal dari pada bagian ujung. Kandungan ekstraktif pada pangkal cenderung lebih banyak dari pada bagian ujung kayu sehingga kehilangan berat yang dihasilkan pun lebih kecil. Oleh sebab itu bagian pangkal kayu memiliki keawetan alami lebih tinggi dibandingkan bagian ujung kayu (Alam, 2016).

2,142

3,192

3,692

0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

Pangkal Tengah Ujung

Kehilangan Berat (%)

Grafik 2. Rata - Rata Persentase Kehilangan Berat Contoh Uji Kayu Raru (Cotylelobium melanoxylon) Secara Vertikal.

Ketahanan kayu juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dalam kayu, karena selulosa makanan utama rayap sebagai energi bagi hidup rayap dan setiap jenis kayu mempunyai kandungan selulosa yang berbeda, sehingga satu jenis kayu sangat peka terhadap satu jenis rayap dan menimbulkan respon relatif kuat dibandingkan jenis

(27)

16

lainya, kandungan selulosa dalam kayu berkisar 40 - 50% (Sumarni, 2004). Selulosa walaupun makanan utama rayap, namun lingkungan cukup mempengaruhi kehidupan rayap seperti suhu, kelembaban dan air. Nandika et al. (2003) menyatakan perubahan kelembaban mempengaruhi aktivitas jelajah rayap, pada kelemban rendah, rayap bergerak menuju daerah dengan suhu lebih tinggi.

Grafik 3. Rata-rata Berat Jenis Kayu Raru (Cotylelobium melanoxylon) Secara Vertikal.

Salah satu indikator yang menunjukkan keawetan kayu terhadap serangan rayap maupun jamur pada penelitian ini adalah dengan menghitung kehilangan berat secara vertikal sampel setelah diumpankan selama 92 hari. Dapat dilihat pada grafik 2 bahwa persentase kehilangan berat pada ujung lebih besar yaitu 3,69% dibandingkan dengan pangkal dan tengah yaitu 3,19% dan 2,14% . Menurut Nuryatin et al. (2003) bahwa tingkat kerusakan kayu akibat serangan rayap tergantung dari jenis kayu dan posisi kayu di pohon, kerusakan, tingkat ketahanan kayu dari posisi pangkal sampai ke ujung cendrung menurun. Supriana (1983) juga mengatakan bahwa kekhasan jenis-jenis kayu akan mempengaruhi prilaku rayap, pada saat rayap akan mencicipi sumber makanan dan

(28)

17

jika dirasakan adanya zat ekstraktif maka rayap akan berpindah ke bagian lain dari makanan tersebut dan mencari sumber makanan lain.

Kehilangan berat dapat disebabkan oleh pola makan dari rayap dan sebaran populasi rayap yang ada dilapangan saat proses pengumpanan itu terjadi. Menurut Subekti (2010) perilaku makan rayap di lapangan bergantung pada tempat koloni berada dan jumlah populasi yang ada. Di alam, rayap dihadapkan pada banyak pilihan makanan, dalam keadaan tersebut rayap akan memilih tipe makanan yang paling disukai dan sumber makanan yang lainnya akan ditinggalkan. Pada penelitian tersebut terlihat jelas bahwa pada awalnya rayap mencoba mencicipi kayu yang disediakan dan pada akhirnya lebih banyak menyerang kayu yang disukainya. Rayap memakan selulosa kayu untuk kebutuhan hidupnya. Syafii (2002) menjelaskan bahwa perusakan kayu oleh rayap melalui proses “Mecha-no-biodecomposition”, artinya pertama rayap menggigit sampel kayu, selanjutnya kayu didekomposisi dalam perut secara biokimia untuk memperoleh energi guna perkembangan dan pertumbuhannya.

(29)

18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengujian keawetan alami kayu raru terhadap serangan rayap tanah berdasarkan uji kubur (grave yard test) baik secara vertikal maupu secara horizontal digolongkan kedalam kelas awet II masuk kedalam kategori tahan dikarenakan raru termasuk kedalam katergori kelas kuat I dengan nilai Berat Jenis yakni 1,07 pada pangkal 0,97 pada tengah 0,93 pada ujung.

Saran

Saran untuk penelitian ini adalah diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang ketahanan kayu raru terhadap berbagai jenis rayap dan organisme perusk kayu lainnya. Dengan demikian masyarakat dapat mengetahui ketahanan kayu raru apabila digunakan sebagai bahan konstruksi.

(30)

19

DAFTAR PUSTAKA

Alam A. 2016. Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) Umur 5, 6 dan 7 Tahun Berdasarkan Uji Lapang. [Skripsi]. Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/84407/1/E16aal.pdf.

Amir M. 2003. Rayap dan Peranannya. Dalam: M. Amir, Kahono. S.Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat.Biodiversity Conservation Project.LIPI:51-62.

Astuti. 2013. Identifikasi, Sebarandan Derajat Kerusakan Kayu oleh Serangan Rayap Coptotermes (Isoptera: Rhinotermitidae) di Sulawesi Selatan. Disertasi.

Universitas Hasanuddin. Makassar

Awadzi, T. W., M. A. Cobblah and H. B. Madsen. 2004. The Role of Termites in Soil Formation in the Tropical Semi-Deciduous Forest Zone, Ghana. 104 (2) : 27 – 34.

Eaton, R.A, dan Hale, M.D.C. 1993. Wood : Decay, Pests and Protection. London:

Chapman and Hall.

Elsppat. 1997. Pengawetan Kayu Dan Bambu. Puspa Swara, Anggota IKAPI. Jakarta.

Erika, S.S., 2005. Uji Toksisitas Ekstrak Kulit Batang Raru (Shora faguetiana Heim) Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) [skripsi ]. Departemen Teknologi Hasil Hutan, FakultasKehutanan IPB. Bogor.

Fitriani, N., H. Kasmaran dan J. Maulana. 2016. Ketahanan Kayu Meranti Merah Dan Kayu Kamper Terhadap Serangan Rayap Tanah. Universitas Padjajaran.

Bandung.

Forest Product Laboratory. 2010. Wood Handbook: Wood as an engineering material.

Centennial Edition. United States Department of Agriculture Forest Service.Madison, Wisconsin. 508 p.

Fuad. 2010. Pengaruh Penambahan Serbuk Kulit Kayu Resak, Perebusan dan Radiasi Sinar Ultraviolet Terhadap Nira Nipah. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Ginting J G, Afifuddin Y, Hakim L. 2012. Sifat Fisis dan Keawetan Alami Kayu Pengkih Terhadap Serangan Rayap Tanah (Macrotermes gilvus). Diakses dari ://download.portalgaruda.org/article.php?article=58974&val=4112.

Hildebrand, F.H., 1954. Daftar Nama Pohon-Pohonan 'Tapanuli' Sumatera Utara.

Laporan Balai PenyelidikanKehutanan No.67.Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor.indonesia

(31)

20

Hoadley BR. 1990. Identifying Wood: Accurate results with simple tools. The Taunton.

Iswanto, A. H. 2005. Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu dan Metode Penaggulangannya. Repository USU. Medan

Lempang, M. (2014). Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Jabon Merah. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(2), 163-175

Mandang, Y.I. (2013). Xylarium bogoriense dan peranannya dalam penelitian anatomi dan pengenalan aneka jenis kayu Indonesia. Makalah Diskusi Anatomi Kayu Indonesia (Bogor, tanggal 3-4 Juni 2013). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.

Nandika, D., Y. Rismayadi dan F. Diba. 2003. Rayap (Biologi dan pengendaliannya).

Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Nuryatin N, Apriyanto E, Satriya N, Saprinurdin. 2003. Ketahanan Lima Jenis Kayu Berdasarkan Posisi Kayu di Pohon Terhadap Serangan Rayap. Jurnal Ilmu- Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 5, No. 2, 2003. Hlm. 77 – 82.

Owoyemi, J. M. dan O. S. Olaniran. 2014. Natural Resistance of Ten Selected Nigerian Wood Species to Subterranean Termites Attack. Jurnal of Biological Science and Aplication.1(2):35-39.

Panahatan, F., Y. Afifuddin dan L. Hakim. 2014. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap pada Bangunan Sd Negeri di Bagian Barat Kota Pekanbaru. Repository USU. Medan.

Pasaribu, G,. Bonifakus S., dan gustan P. 2007 Analisis Komponen Kimia Empat Jenis Kayu Asal Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol.25NO.4,Agustus 2007 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.

Badan Litbang Kehutanan Bogor.

Pasaribu, G. 2009. Zat Ekstraktif Kayu Raru dan Pengaruhnya Terhadap Penurun Kadar Gula Darah Secara in vitro [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.

Pasaribu, G. dan Setyawati, T. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Kulit Kayu Raru (Cotylelobium sp). Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengelolaan Hasil Hutan. Bogor.

Pranggodo B, Mardikanto TR, Nandika D. 1983. Pengujian Efektifitas Kapur untuk Mencegah Serangan Rayap Subteran pada Bangunan.Research.Institut Pertanian Bogor Press, Inc. 223 p.

Rahmawati D. 1995. Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di indonesia. Skripsi Jurusan Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Tidak dipublikasikan

(32)

21

Richter, H.G., and Dallwitz, M.J. 2009. Onward Commercial timbers:

descriptions,illustrations, identification, and information retrieval. In English,French, German,Portuguese, and Spanish. Version: 25th June2009.http://delta-intkey.com.

Sianturi, F. G. 2015 . Sifat Pemesinan Tiga Jenis Kayu Kemenyan (Styrax spp.). USU Repository. Medan SNI. 2006. Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu (SNI 7207:2006).

SNI. Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

SNI 01. 7202-2006.

Subekti, N. 2010. Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea:

Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya. Jurnal Biosaintifika Vol. 2 No. 2, Hal 110-114.

Sumarni, G. 2004. Keawetan kayu terhadap serangga. Upaya menuju efesiensi penggunaan kayu. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Sumarni, G. dan H. Roliadi. 2002. Daya tahan 109 jenis kayu Indonesia terhadap rayap tanah (Coptotermes curvignathusHolmgreen). Buletin Penelitian Hasil Hutan 20(3): 177-185.Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

Bogor.

Sumarni, G., Muslich, M., Hajib, N., Krisdianto, Malik, D., Suprapti, S., Basri, E., Pari, G., Iskandar, M. I. dan Siagian, R. M. (2009). Sifat dan kegunaan kayu: 15 jenis kayu andalan setempat Jawa Barat. 88 hal. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Supriana, N. 1983. Hubungan antara aktivitas Makan pada Rayap dengan Sifat-sifat Kayu. Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengawetan Kayu (Jakarta 12-13 Oktober 1983). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Jakarta.

Susilowati RS, Tarumingkeng RC, Nandika D. 1998. Keawetan Alami Kayu Akasia (Acacia mangium Willd) dan Keterawetannya Bagi Senyawa Boron Secara Vakum Tekan. J Teknologi Hasil Hutan XI (1): 13-17.

Syafii M S. 2002. Preferensi Makan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) Pada Empat Jenis Bambu. Wana Mukti Forestry Research Journal. Vol.

1(1):42-51. Lembaga Penerbitan Fakultas Kehuutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor.

Syofuna, A., A. Y Banana dan G. Nakabonge 2012. Efficiency Of Natural Wood Extractives As Wood Preservatives Against Termite Attack. Article of Maderas. Ciencia y tecnologia. 14(2):155-163.

(33)

22

Togatorop, A. 2014. Resak Tembaga (Malaysia), Thiam di Thailand.

Wistara I N, Rachmansyah R, Denes F, Young R A. 2002. Ketahanan 10 Jenis Kayu Tropis-Plasma CF4 Terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cyanocephalus Light). Jurnal Teknologi Hasil Hutan. 15(2): 48-56.

(34)

23

LAMPIRAN

Penanaman contoh uji dan pengovenan sebelum penanaman

(35)

24

Pencabutan contoh uji setelah 3 bulan, pembersihan dan pengovenan

(36)

25

Pengambilan bahan setelah diovenkan dan Pencatatan data

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian keawetan alami dari rayap kayu kering ( C. cynocephalus ), kayu tumih (kelas awet III) memiliki nilai keawetan yang lebih

Hasil Pengujian Kehilangan Berat Papan Unting Dari Kayu akasia Terhadap Serangan Rayap Tanah.... Hasil Pengujian Kehilangan Berat Papan Unting Dari

Komposit dari Limbah Kayu dan Anyaman Bambu Betung ( Dendrocalamus asper (Schult f.) Backer ex Heyne) Terhadap Serangan Rayap Tanah ( Coptotermes curvignathus

Hasil pengujian persentase kehilangan berat, mortalitas rayap, dan kemampuan makan rayap digunakan untuk mengetahui ketahanan papan serat berkerapatan sedang

tingkat keawetan bambu dari serangan tayap ditentukan dari selisish prosentase partikel OamUu antarasebelum dimakan rayap cian setelah dimakan rayap. R mus p*.hit ngun

Asal kayu (hutan alam dan hutan tanaman) dan bagian kayu (teras dan gubal) berpengaruh nyata terhadap ketahanan alami kayu meranti merah, namun posisi batang

Berdasarkan hasil pengujian keawetan alami dari rayap kayu kering (C. cynocephalus), kayu tumih (kelas awet III) memiliki nilai keawetan yang lebih

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ” Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kayu Kopo (Eugenia cymosa Lamk.) terhadap Rayap Tanah Coptotermes