i
KETAHANAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH
(Coptotermes curvignathus Holmgren)
SKRIPSI
MIRNAWATI SAHID 105951101517
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
ii
KETAHANAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH
(Coptotermes curvignathus Holmgren)
MIRNAWATI SAHID 105951101517
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
iii
iv
v PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Ketahanan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhrir skripsi.
Makassar, Desember 2021
Penulis
vi ABSTRAK
MIRNAWATI SAHID (105951101517). Ketahanan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Dibawah bimbingan Hikmah dan Muhammad Tahnur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan kayu secang (Caesalpinia sappan L) terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Metode pengujian rayap tanah mengacu pada SNI 7207:2014.
Parameter yang diamati untuk mengetahui ketahanan kayu terhadap rayap tanah yaitu persentase penurunan berat kayu. Disamping itu dilakukan pula pengamatan terhadap derajat serangan rayap tanah terhadap contoh uji kayu secang. Hasil penelitian menunjukkan persentase nilai rata-rata penurunan berat sebesar 1,28%, artinya ketahanan kayu secang terhadap serangan rayap tanah termasuk kelas I yaitu sangat tahan terhadap serangan rayap tanah dengan skala nilai derajat proteksi 0 yaitu kondisi contoh uji utuh.
vii ABSTRACT
MIRNAWATI SAHID (105951101517). Resistance of Secang Wood (Caesalpinia sappan L) to attack by subterranean termites (Coptotermes curvignathus Holmgren). Under the guidance of Hikmah and Muhammad Tahnur.
This study aims to determine the resistance of sappan wood (Caesalpinia sappan L) to subterranean termites (Coptotermes curvignathus Holmgren). The subterranean termite test method refers to SNI 7207:2014. The parameter observed to determine the resistance of wood to subterranean termites is the percentage of wood weight loss. In addition, observations were also made on the degree of subterranean termite attack on the sample of sappan wood. The results showed that the percentage of the average weight loss was 1.28%, meaning that the resistance of sappan wood to subterranean termites was classified as class I, which is very resistant to subterranean termite attacks with a scale of 0 degrees of protection, which is the condition of the intact test sample.
viii Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2020
@Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber
a. Pengutipan karya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar unismuh makassar
2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apa pun tanpa izin unismuh makassar
ix MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS Ar Ra’d : 11)
“Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya ditujukan untuk mencari ridho Allah bahkan hanya untuk mendapatkan
kedudukan/kekayaan duniawi maka ia tidak akan mendapat baunya surga”(Riwayat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu)
Kupersembahkan karya sederhana ini Untuk ibunda dan ayahanda tercinta, adik-adikku, Teman-temanku serta para sahabat-sahabatku terkasih
x KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan rahmat, izin serta petunjuk-Nya penulis memperoleh kesempatan, kesehatan serta kemampuan untuk dapat menyusun dan merampungkan Skripsi ini dengan baik. Salam serta shalawat semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan teladan terbaik untuk umat manusia.
Banyak hal yang penulis alami selama penyusunan skripsi ini, baik yang mengundang senyum dan tawa, mendongkrak semangat kerja, maupun kesulitan- kesulitan teknis maupun psikologis. Waktulah yang menempatkan setiap momen menjadi kenangan yang pantas untuk dikenang.
Dengan rampungnya penyusunan skripsi dengan judul “Ketahanan Kayu Secang (Caesalpinian sappan L) Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)”. Penulis menyampaikan banyak terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM. Selaku ketua program studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM. Selaku pembimbing I dan Ayahanda Ir. Tahnur, S.Hut., M.Hut., IPM sebagai pembimbing II, yang telah
xi memberikan bimbingan, nasehat dan kritikan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Kedua orang tua ayahanda Abdul Sahid Maka dan Ibunda Nurjia yang telah memberikan doa dan dorongan motivasi kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak sempat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis dengan kerendahan hati mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak demi membangun skripsi ini.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan referensi demi pengembangan ke arah yang lebih baik
Makassar, Desember 2021
Penulis
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
HAK CIPTA ... viii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 . Latar Belakang ... 1
1.2 . Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 . Ketahanan Kayu ... 5
2.2 Kayu Secang (caesalpinia sappan L) ... 7
2.3 Rayap Tanah (coptotermes curvignathus Holmgren) ... 10
xiii
2.4 Kerangka Pikir ... 14
III. METODELOGI PENELITIAN ... 16
3.1 Waktu dan Tempat ... 16
3.2 Alat dan Bahan ... 16
3.3 Tekhnik Pengumpulan Data ... 16
3.4 Analisis Data ... 16
3.5 Metode Penelitian ... 17
3.6 Penentuan Ketahanan Kayu ... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Penurunan Berat ... 20
4.2 Derajat Proteksi ... 25
V. PENUTUP ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29
5.2 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA
xiv DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Tingkat keawetan kayu ... 6
2. Klasifkasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah (Coptotrmes curvignathus Holmgren) berdasarkan penurunan berat sesuai Standar Nasional Indonesia ... 18
3. Derajat Proteksi ... 19
4. Rata-rata Pengurangan Berat Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) ... 20
5. Persentase Kehilangan Berat Kayu Pembanding ... 27
xv DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) ... 7
2. Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) ... 10
3. Siklus Hidup Rayap ... 12
4. Kerangka pikir ketahanan kayu Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap serangan rayap tanah (C optotermes curvignathus Holmgren)... 15
5. Cara Pengumpanan Kayu Contoh Uji... 18
6. Diagram Pengurangan Berat Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) ... 22
7. Kayu Contoh Uji ... 23
8. Contoh Uji Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) Yang Telah Diserang Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) ... 25
9. Kondisi Kayu Pembanding ... 28
10. Kayu Secang ... 33
11. Rayap Tanah ... 34
12. Pasir Yang Digunakan Untuk Menguji Ketahanan Kayu ... 34
13. Timbangan Yang Digunakan Untuk Menimbang Contoh Uji ... 35
14. Oven Yang Digunakan Untuk Menghilangkan Jadar Air Pasir... 35
15. Kayu Contoh Uji Sebelum Diumpan Kerayap Tanah ... 36
16. Jampot Yang Digunakan Untuk Pengumpanan ... 36
17. Pemeriksaan Contoh Uji ... 37
18. Kayu Contoh Uji Setelah Diumpan Ke Rayap Tanah ... 38
xvi DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman 1. Data Nilai Penurunan Berat Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) ... 30 2. Data Nilai Rata-Rata Penurunan Berat Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L) ... 31 3. Dokumentasi Hasil Penelitian ... 31
1 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang telah lama diketahui oleh masyarakat dan kerap digunakan baik sebagai bahan bangunan maupun bahan pembuatan furniture. Saat ini permintaan kayu dengan kualitas tinggi seperti kayu Jati (Tectona grandis), Eboni (Diospyros celebika), Ulin (Euxideroxylon zwagare), dan lain lain selalu meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, akan tetapi ketersediaannya di alam semakin langkah (Tambunan, 2018). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan kayu pengganti dengan kualitas baik yang belum banyak diketahui. Salah satu jenis kayu tersebut adalah kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) ialah salah satu tipe kayu yang jarang diketahui memilki kualitas yang baik dari segi kekuatannya. Kayu Secang sering digunakan oleh masyarakat sebagai campuran air minum, memiliki senyawa terpenoid dan flavonoid yang bermanfaat sebagai antioksidan.
Berpotensi sebagai minuman herbal untuk kesahatan dan pengobatan (Sari dan Suhartati, 2016).
Kayu yang bermutu tinggi ditentukan oleh daya tahanannya terhadap serangan organisme perusak sebab sekuat apapun kayu tersebut kegunaannya akan berkurang atau mudah rusak ketika masa pakainya menjadi pendek akibat serangan hama perusak kayu. hama perusak kayu sangat mempengaruhi tingkat Keawetan alami kayu. beberapa jenis kayu bisa saja tahan terhadap rayap namun belum tentu tahan terhadap jamur maupun penggerek kayu di laut. Salah satu
2 hama perusak kayu yang telah banyak merugikan pengguna kayu ialah rayap.
Rayap terbagi menjadi dua jenis yaitu rayap kayu kering dan rayap tanah.
Rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) adalah salah satu jenis rayap yang merusak kayu kering maupun kayu basah yang ditandai dengan adanya tanah didalam kayu yang telah diserang (SNI, 2006). Rayap tanah akan bersarang dalam tanah yang dekat dengan sumber makanannya seperti kayu, humus dan serasah. Dalam mencapai sasarannya rayap bisa menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter (cm) atau penghalang lainnya menggunakan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya (Tambunan, 2018).
Penelitian tentang kayu Secang dan Rayap Tanah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. diantaranya yang dilakukan oleh Wahyu Widowati, (2013) dengan judul Uji Fitokimia dan Potensi Antioksidan Ekstrak Etanol kayu Secang (Caesalpinia sappan L) hasil penelitian menunjukkan ekstrak kayu Secang mengandung senyawa fenol dan terpenoid sangat tinggi, namun tidak mengandung tanin dan steroid
Jurnal penelitian oleh Jasni dan Rulliaty (2015) dengan judul Ketahanan 20 Jenis Kayu Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Hasil penelitian menunjukkan ketahanan terhadap rayap tanah untuk kelas I tidak ada, yang termasuk kelas II ada (tiga jenis), kelas III (dua jenis), kelas IV (13 jenis), kelas V (dua jenis). Untuk ketahanan terhadap rayap kayu kering, kelas I ada (empat jenis), kelas II (lima jenis), kelas III (delapan jenis) dan kelas IV (tiga jenis).
3 Jurnal penelitian dengan Judul Ketahanan Kayu Meranti Merah dan Kayu Kamper Terhadap Serangan Rayap Tanah oleh Fitriani, dkk (2016). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kayu Kamper lebih tahan terhadap serangan rayap tanah ketimbang kayu Meranti Merah.
Berdasarkan uraian latar belakang dapat diketahui bahwa Kayu Secang dimanfaatkan sebagai minuman herbal untuk kesehatan dan pengobatan karena kandungan senyawa terpenoid, dan fenol yang sangat tinggi. Berdasarkan kekuatannya, kayu Secang memiliki tingkat kekuatan kelas satu, akan tetapi belum banyak diketahui dan digunakan baik untuk bahan bangunan maupun sebagai bahan furniture. Penulis tertarik untuk meneliti tentang ketahanan kayu Secang terhadap serangan rayap tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana ketahanan kayu Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan kayu Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang ketahanan kayu Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap
4 serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam memanfaatkannya.
5 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketahanan Kayu
Menurut (SNI, 2006) Ketahanan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak kayu. Organisme perusak kayu biasanya seperti jamur, serangga dan penggerek kayu dilaut.
Secara alami kayu mempunyai ketahanan tersendiri dan berbeda untuk tiap jenis kayu. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan kayu terhadap serangan organisme perusak yaitu terbagi menjadi dua antarlain faktor dari luar dan faktor dari dalam (Hartati et al. 2007). Faktor luar berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana kayu tersebut digunakan sedangkan faktor dalam adalah pengaruh komponen kimia yang terdapat didalam kayu yang bersangkutan atau sering disebut dengan zat ekstraktif kayu. Zat ekstraktif yang terkandung didalam suatu kayu memiliki peran yang penting terhadap ketahanan dari serangan rayap atau jamur (Syofuna et al. 2012).
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu bisa dikatakan tahan atau awet apabila mempunyai umur pakai yang lama. Kayu dapat dikatakan berumur pakai lama ketika mampu menahan berbagai macam faktor yang dapat merusak kayu seperti faktor dari luar maupun dalam. Ketahanan kayu merupakan faktor utama penentu penggunaan kayu dalam konstruksi.
Seberapapun kuatnya suatu jenis kayu, penggunaannya tidak akan berarti apabila mempunyai ketahanan yang rendah. Organisme perusak kayu yang menyerang bangunan berkayu biasanya adalah rayap. rayap sendiri terbagi menjadi dua jenis yakni rayap kayu kering dan rayap tanah. Tingkat ketahanan kayu terhadap
6 serangan rayap kayu kering berbeda dengan rayap tanah. Terdapat beberapa kayu yang tahan terhadap serangan rayap kayu kering namun tidak tahan terhadap serangan rayap tanah begitupun sebaliknya (Muslich dan Rulliaty 2016).
Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat dibagi menjadi 5 (lima) kelas yaitu kelas I (sangat tahan), II (tahan), III (sedang), IV (buruk) dan V (sangat buruk).
Keawetan kayu adalah daya tahan alami suatu jenis kayu terhadap serangan organisme perusak kayu. Beberapa kandungan zat ekstraktif dalam suatu jenis kayu dapat mempengaruhi tingkat keawetan kayu tersebut. Tingkat keawetan kayu dapat dilihat dari beberapa pemakaian antara lain :
Tabel 1. Tingkat keawetan kayu
No Sifat Pemakaian Kelas Keawetan
I II III IV V
1. Selalu berhubungan
dengan tanah lembab 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat pendek
Sangat pendek
2.
Hanya dipengaruhi cuaca,tetapi dijaga supaya tidak terendam air dan tidak
kekurangan udara
20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa tahun
Sangat pendek
3.
Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan tidak kekurangan udara
Tidak terbatas
Tidak terbatas
Sangat lama
Beberapa
tahun Pendek
4.
Seperti diatas tetapi dipelihara dengan baik dan dicat dengan teratur
Tidak terbatas
Tidak terbatas
Tidak
terbatas 20 tahun 20 tahun 5. Serangan rayap tanah Tidak
terbatas Jarang Cepat Sangat cepat
Sangat cepat 6. Serangan bubuk kayu Tidak Tidak Hampir
tidak
Tidak berarti
Sangat cepat Sumber: Departemen Pekerjaan Umum , 1987
7 2.2 Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
Gambar 1. Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) merupakan tumbuhan yang umumnya tumbuh di tempat terbuka sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut seperti di daerah pegunungan berbatu yang tidak terlalu dingin. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan tersebar di India, Malaysia dan Indonesia. Kayu Secang memiliki nama berbeda disetiap daerah seperti seupeung (Aceh), sepang (Sunda, Bugis, Goya, dan Sasak), soga jawa (Jawa), cang (Bali), seppang (Flores), supa, supang (Bima), sepel (Timor), sapang (Makassar), kayu sena (Manado), pasa, nagel (Minahasa) (Heyne, 1987).
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) merupakan pohon kecil berduri banyak yang tingginya dapat mencapai 5-10 meter (Heyne,1987:68 dalam Farhana, H. 2015). Kayu Secang termasuk famili fabaceae. Batangnya berkayu, bulat, dan berwarna hijau kecoklatan. Daunnya menyirip ganda dengan panjang
8 25-40 cm, jumlah anak daunnya 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai dan berbentuk lonjong, pangkal rompang, ujung bulat, tepi daun rata dan hampir sejajar. Panjang anak daun sekitar 10-25 mm, lebar 3-11 mm dan berwarna hijau. Bunganya majemuk berbentuk malai, bunga keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bunga berbentuk tabung berwarna kuning. Buah kayu Secang adalah buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, jika masak maka akan berwarna hitam.
Biji Secang bulat memanjang dengan panjang 15-18 mm dan lebar 8-11 mm, tebalnya 5-7 mm, berwarna kuning kecoklatan. Akar kayu secang adalah akar tunggang berwarna coklat kotor (Backer, 2008 dalam Farhana, H. 2015).
Klasifikasi botani kayu Secang (Caesalpinia sappan L) adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Sub Divisi : Angiospermae kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Aympetalae Ordo : Rosales Family : Fabaceae Genus : Caesalpinia L.
Spesies : Caesalpinia sappan L (USDA, 2018).
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) memiliki Kandungan kimia sebagai berikut
9 1. Brazilin yaitu golongan senyawa yang memberi warna merah pada kayu Secang dengan struktur C6H14O5 dalam bentuk kristal. Brazilin memiliki senyawa antioksidan yang mempunyai khasiat untuk melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Brazilin diduga mempunyai efek anti- inflasi dan anti bakteri (Hariana, 2016 dalam Fadliah M, 2014).
2. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia mempunyai fungsi sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari proses dalam tubuh atau dari luar. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kelompok polifenol mempunyai peran sebagai antioksidan dan antibakterial (Widowati, 2011 dalam Fadliah M, 2014).
3. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat komplek dan terdiri dari senyawa fenolik yang mempunya berat molekul 500-3000, dapat bereaksi dengan protein membentuk senyawa komplek larut. Tanin bersifat sebagai antibakteri dan astringent atau menciutkan di dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri. Kadar tanin tertinggi diperoleh dengan cara pemasakan selama 20 menit dan kadar terendah pada perlakuan penyeduhan selama 10 menit, kadar tanin yang diperoleh pada perebusan 20 menit adalah 0,137% (Winarti dan Sembiring, 1998 dalam Fadliah M, 2014).
10 4. Fenol, yaitu kelompok metabolit sekunder pada tanaman berupa struktur sederhana dengan satu cincin aromatik hingga struktur kompleks polimer seperti tanin dan lignin. Beberapa senyawa fenol sederhana antara lain yaitu kotekol dan komarin yang memiliki satu cincin.
5. Saponin, yaitu senyawa dengan berat molekul yang tinggi, sangat polar dan berikatan dengan rantai glikosida.
6. Steroid, adalah senyawa dengan rantai tetrasiklik triterpenoid yang menyusun kerangka senyawa dan berhubungan dengan saponin (Srinivasan, 2012).
2.3 Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren )
Gambar 2. Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Rayap adalah serangga yang masuk kedalam ordo Isoptera berkembang melalui proses metamorfose hemimetabola, yaitu secara bertahap melalui stadium telur, nimfa dan dewasa (Tarumingkeng, 1971 dalam Febrianti, 2019). Serangga ini pertama kali dideskripsikan oleh Holmgren pada tahun 1913 melalui spesimen yang diperolehnya dari Singapura. Rayap merupakan serangga yang hidup
11 berkoloni dengan ukuran tubuh yang kecil serta memiliki pembagian kasta yang jelas yaitu terdiri dari kasta reproduktif, kasta prajurit dan kasta pekerja.
Di lingkungan alami rayap adalah salah satu jenis serangga yang berfungsi sebagai dekomposer atau pengurai bahan berkayu yang telah mati, namun pada lingkungan pemukiman masyarakat, rayap lebih dikenal sebagai hama perusak bangunan berkayu (Fitriani et al, 2016 dalam Tambunan, 2018).
Rayap merupakan organisme yang memiliki sistem kasta yang terdiri dari tiga kasta yaitu kasta prajurit, yang mempunyai ciri ciri kepala yang besar dan penebalan yang nyata dengan tugas dalam koloni sebagai pelindung koloni terhadap berbagai macam gangguan dari luar, kasta prajurit mempunyai mendible yang sangat besar yang digunakan sebagai senjata dalam mempertahankan koloninya. Kasta pekerja, mempunyai warna tubuh yang pucat dengan sedikit kutikula dan menyerupai nimfa. Kasta pekerja berperan sebagai pencari makan, memberi makan serta melindungi raja dan ratu rayap, membuat sarang dan memindahkan makanan saat sarang terancam. Selanjutnya kasta reproduktif, kasta reproduktif adalah individu individu rayap seksual yang terdiri dari betina yang bertugas untuk bertelur dan jantan yang bertugas untuk membuahi betina (Nandika et al. 2003, dalam Tambunan, 2018).
Rayap memiliki siklus hidup yang dimulai dari stadium telur, kurang lebih lima hari telur akan menetes menjadi nimfa, selanjutnya nimfa akan berkembang menjadi beberapa kasta yaitu prajuritm pekerja dan reproduktif. Kasta reproduktif yang mempunyai sayap disebut laron. Laron akan keluar dari sarang saat memasuki musim hujan atau akhir musim kemarau. Sepasang laron akan jatuh
12 dan melepaskan sayapnya kemudian mencari tempat untuk membentuk koloni baru. Secara berangsur-angsur perut laron betina akan membesar sehingga berukuran melebihi besar kepalanya. Tahapan siklus kehidupan rayap dapat dilihat pada gambar 3 berikut
Gambar 3. Siklus Hidup Rayap
Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) adalah jenis rayap yang merusak kayu basah maupun kering yang berhubungan atau tidak yang dicirikan dengan adanya tanah dalam kayu yang diserang SNI 01-720-2006 (BSN, 2006).
Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu. Untuk mencapai sasarannya rayap dapat menembus kayu yang tebalnya beberapa centimeter (cm) atau penghalang lainnya dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya, ketika rayap mampu mencapai kayu atau sasarannya maka rayap akan memperluas serangannya sampai bagian yang
13 tertinggi dengan membuat sarang di dalam bangunan dengan memanfaatkan kelembaban yang ada di dalam bangunan tersebut.
Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dapat memasuki gedung-gedung yang bertingkat dengan melalui lubang kecil pada fondasi, celah-celah yang terbuat dari semen, beton, maupun sambungan- sambungan ubin.ketika rayap mampu mencapai sasrannya maka rayap akan memperluas serangannya sampai kebagian yang tertinggi sekalipun dengan membuat sarang antara di dalam bangunan tersebut.
Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) mempunyai ciri-ciri seperti kepala berwarna kuning, memiliki antena, lambrum dan pronotum berwarna kuning pucat, bentuk kepalanya bulat, dengan panjang yang sedikit lebih besar dari lebarnya, mempunyai fontanel yang lebar, dan antena yang terdiri dari lima segmen dengan segmen kedua dan keempat mempunyai pamjang yang yang sama. Mandible berbentuk seperti arit yang melengkung pada bagian ujung, panjang kepala dengan mandible yaitu 2,46-2,66 mm, panjang kepala tanpa mendible yaitu 1,56-1,68 mm. Memiliki lebar kepala mecapai 1,40-1,44 mm dengan pronotum sebesar 1,00-1,03 mm dan panjang 0,56 mm. Panjang badan mencapai 5,5-6 mm, bagian abdomen berwarna putih kekuning-kuningan yang ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. (Nandika et al.2003)
Menurut (Nandika et al, 2003) dalam (Lestari, F. 2019) taksonomi rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) adalah sebagai berikut
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda
14 Kelas : Insecta
Famili : Rhinotemitidae Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus Holmgren
2.4. Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) jenis kayu yang digunakan yaitu kayu Secang (Caesalpinia sappan L). Kayu dipotong menjadi sepuluh contoh uji kemudian disimpan dalam tempat/jampot yang berisi 200 g pasir lembab dan 200 ekor rayap tanah, kemudian dilakukan uji rayap tanah untuk mengetahui berat kayu sebelum diumpan dan setelah diumpan sehingga bisa diketahui persentase penurunan berat dan disimpulkan ketahanan kayu Secang.
15 Gambar 4. Kerangka Pikir ketahanan kayu Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Kayu Secang
Tempat
Uji Rayap Tanah
Media
Persen Penurunan Berat Berat Kayu Sebelum
di Umpan
Ketahanan Kayu
Berat Kayu Sebelum di Umpan
16 III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 40 hari dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2021, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan pengolahan data, dengan lama pengamatan 21 hari (empat minggu) bertempat di Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gergaji kayu untuk memotong kayu sampel, jampot atau botol sebagai tempat untuk uji coba, meteran atau mistar untuk mengukur sampel kayu, timbangan dengan ketelitian 0,01 gram untuk menimbang sampel kayu uji coba, dan termometer untuk mengukur suhu.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) dan Rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
3.3 Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau mengamati secara langsung objek yang diteliti yaitu kayu secang dan rayap tanah guna untuk mengetahui presentase penurunan berat sampel sehingga bisa diketahui ketahanan kayu tersebut.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui ketahanan kayu Secang terhadap serangan rayap tanah yaitu mengacu pada SNI 7207:2014. Hasil
17 dinyatakan berdasarkan penurunan berat contoh uji dan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
P = penurunan berat (%)
W1 = berat kayu sebelum diumpankan (g) W2 = berat kayu setelah diumpankan (g) 3.5 Metode penelitian
Prosedur kerja pada penelitian ini mengacu pada SNI 7207:2014 (BSN, 2014 dalam Muslich, M. & Rulliaty, S. 2016) yaitu sebagai berikut:
1. Contoh uji kayu yang digunakan yaitu sebanyak sepuluh kali ulangan dengan ukuran panjang 2,5 cm x lebar 2,5 cm dan tebal 0,5 cm, kemudian dibiarkan beberapa waktu hingga mencapai kadar air kering udara dengan kisaran antara 12-18%.
2. Contoh uji dimasukkan ke dalam jampot atau botol, diletakkan dengan cara berdiri pada dasar jampot atau botol dan disandarkan sedemikian rupa sehingga salah satu bidang terlebar contoh uji menyentuh dinding jampot atau botol
3. Ke dalam jampot atau botol di masukkan 200 gram pasir lembab yang mempunyai kadar air 7% di bawah kapasitas menahan air (water holding capacity)
4. Selanjutnya ke dalam setiap jampot atau botol dimasukkan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmogren) yang sehat dan aktif sebanyak
18 200 ekor terdiri dari 90% pekerja, kemudian contoh uji tersebut disimpan di tempat gelap selama empat minggu
5. Setiap minggu aktivitas rayap dalam jampot atau botol diamati dan masing-masing jampot atau botol ditimbang. Jika kadar air pasir turun 2%
atau lebih, maka ke dalam jampot atau botol tersebut ditambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya kembali seperti semula.
Gambar 5. Cara Pengumpanan Kayu Contoh Uji
3.6 Penentuan Ketahananan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
Parameter yang digunakan untuk menentukan ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu penurunan berat dan derajat proteksi.
3.6.1 Penurunan Berat
Penurunan berat adalah salah satu indikator yang digunakan dalam mementukan ketahanan kayu terhadap serangan rayap. Penentuan ketahanan kayu terhadap serangan rayap yaitu dengan cara menghitung nilai rata-rata pengurangan berat contoh uji setelah diumpankan ke rayap tanah. Hasil dari pengurangan berat contoh uji dinyatakan pada Tabel 2 berikut.
19 Tabel 2. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan Rayap Tanah (Coptotrmes
curvignathus Holmgren) berdasarkan penurunan berat, sesuai Standar Nasional Indonesia
Kelas Ketahanan Penurunan Berat (%)
I Sangat Tahan < 3,52
II Tahan 3,52 – 7,50
III Sedang 7,50 – 10, 96
IV Buruk 10,96 – 18,94
V Sangat Buruk > 18,94
Sumber : SNI 01-720-2006 (BSN, 2006).
3.6.2 Derajat Proteksi
Derajat proteksi digunakan untuk mengatamati kayu contoh uji yang telah diserang oleh rayap. Pengamatan ditetapkan derajat serangan dengan cara menilai (scoring), menggunakan skala sebagai berikut:
Tabel 3. Derajat Proteksi
Kondisi Contoh Uji Nilai
Utuh (tidak ada gigitan), 0-5 % 0
Sedikit (hanya pada permukaan), 5-15 % 40
Sedang (masuk kedalam kayu tapi tidak meluas), 16-35 % 70 Hebat (masuk kedalam kayu dan meluas), 36-50 % 90
Hebat sekali (hancur), >50 % 100
Sumber : SNI 01-720-2006 BSN 2006
Dengan catatan bekas gigitan tipis dipermukaan kayu tidak dianggap sebagai serangan nyata
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penurunan Berat
Salah satu indikator untuk mengetahui ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah adalah dengan menghitung kehilangan berat kayu contoh uji setelah diumpankan selama empat minggu. Semakin rendah kehilangan berat kayu contoh uji, menunjukkan bahwa semakin tinggi ketahanan kayu tersebut terhadap serangan rayap sehingga masa pakai kayu tersebut sangat lama meskipun tanpa diawetkan terlebih dahulu (Febrianti, 2020). Untuk mengetahui kehilangan berat kayu perlu dilakukan perhitungan pada setiap contoh uji. Besarnya nilai kehilangan berat contoh uji dari sepuluh kali pengulangan sangat bervariasi. Rata- rata kehilangan berat kayu contoh uji setiap pengulangan setelah empat minggu pengumpanan terhadap rayap tanah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Pengurangan Berat kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
No Pengulangan Persentase Penurunan Berat(%)
1 J1 0,93
2 J2 1,56
3 J3 1,77
4 J4 0,92
5 J5 1,25
6 J6 1,52
7 J7 1,81
8 J8 1,22
9 J9 0,94
10 J10 0,91
Jumlah 12,84
Rata-Rata 1,28
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021
21 Ketahanan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap serangan organisme perusak kayu yang dinyatakan dalam kelas I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah ketahanan kayunya begitupun sebaliknya, makin kecil angka kelasnya makin bagus ketahanan kayu tersebut (SNI, 2006).
Tabel 4 dapat dilihat nilai pengurangan berat setiap pengulangan bervariasi, dengan nilai rata-rata sebesar 1,28 %. Ketahanan kayu secang terhadap serangan rayap tanah ditentukan dengan mengacu pada Tabel 2 yaitu berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
Berdasarkan Tabel 2 Standar Nasional Indonesia, bahwa ketahanan kayu secang terhadap serangan rayap tanah berdasarkan penurunan berat dapat dilihat dari rata-rata pengurangan berat kayu yang diuji. Kelas I ketahanan yang terdapat pada SNI yaitu sangat tahan dengan kehilangan berat <3,52 %, jika dilihat bahwa rata-rata kehilangan berat, kayu secang memiliki pengurangan berat sebesar 1,30% yaitu kurang dari 3,52%. Tabel 2 klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat, maka diketahui bahwa kayu secang termasuk kelas ketahanan I yaitu sangat tahan terhadap serangan rayap tanah.
Dari Tabel 4 rata-rata pengurangan berat kayu secang dapat dilihat dari persentase nilai pengurangan berat secara sistematis dari sepuluh kali pengulangan contoh uji pada Gambar 6 berikut.
22 Gambar 6. Diagram Pengurangan Berat Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa pengurangan berat kayu secang terbesar terdapat pada contoh uji pengulangan ke J7 dengan besar nilai pengurangan yaitu 1,81% dan pengurangan berat kayu secang terkecil terdapat pada contoh uji pengulangan ke J10 yaitu sebesar 0,91%, dari hasil persentase pengurangan berat sepuluh pengulangan contoh uji didapatkan nilai rata-rata pengurangan berat sebesar 1,28% artinya kayu secang merupakan kayu yang sangat tahan terhadap serangan rayap tanah.
Pada umumnya setiap jenis kayu yang memiliki kelas ketahanan I mempunyai kisaran penurunan berat sebesar 0,09% hingga 3,52%. Beberapa penelitian sebelumnya tentang ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah, salah satunya yaitu penelitian Sumarni, dan Roliadi, (2002) yaitu dalam penelitannya yang berjudul Daya tahan 109 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Rayap Tanah bahwa dari 109 jenis kayu yang diteliti, 62,3% kayu tersebut termasuk kelas awet tinggi yaitu (kelas I dan II). 41,28% termasuk kelas I dengan penurunan berat terkecil sebesar 0,09% yaitu jenis kayu Rengas Tembaga (Gluta
0 0,5 1 1,5 2
J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9 J10
Nilai Persentase
Pengulangan
Persentase Pengurangan Berat (%)
Persentase
Pengurangan Berat (%)
23 rostrata Ding Hou) dan dengan penurunan berat terbesar yaitu 3,52% kayu Balau (Parashorea sp). Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) memiliki penurunan berat sebesar 1,28% artinya dibandingkan dengan jenis kayu kelas ketahanan I lainnya, kayu secang merupakan salah satu jenis kayu yang juga termasuk sedikit mengalami serangan rayap tanah karena kisaran penurunan berat yang dimiliki berada diantara 0,09% dan 3,52%.
Mekanisme pencernaan selulosa kayu oleh rayap tanah diawali dengan proses mekanis yaitu mengigit dan menggerus kayu manjadi beberapa partikel- partikel kecil, kemudiaan dilanjutkan dengan proses enzimatik. Maka dari itu tingkat kekuatan dan kekerasan kayu akan mempengaruhi kemampuan rayap untuk mencerna kayu tersebut (Arief, 1998 dalam Lestari, F. 2019). Kayu secang merupakan kayu yang memiliki tingkat ketahanan yang baik, dan termasuk kayu dengan kekuatan dan kekerasan tinggi, sehingga sulit untuk dicerna oleh rayap seperti disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Kayu contoh uji
24 Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa dari sepuluh kali ulangan, kayu secang hanya mengalami serangan ringan yaitu dibagian permukaan.
Secara alamiahnya, kayu mempunyai keawetan terhadap serangan organisme perusak kayu, salah satu faktor yang menyebabkan keawetan alami kayu yakni dengan adanya zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu (Luth, F. 2020). Kayu secang memiliki keawetan alami karena memiliki zat ekstraktif dengan kandungan senyawa yang bersifat racun sehingga rayap tanah tidak mudah untuk menyerang kayu contoh uji tersebut. Hal tersebut diatas diperkuat dengan hasil penelitian Luth, F. (2020) bahwa zat ekstraktif dengan kandungan senyawa flavonoid dan saponin menyebabkan aktivitas anti makan dan kematian terhadap rayap tanah. Disamping itu kayu secang sendiri mengandung komponen yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba (Saundari dkk., 1998:1 dalam Farhana H, 2015). Kayu secang memiliki senyawa terpenoid dan flavonoid yang bermanfaat sebagai antioksidan (Sari, R. dan Suhartati, 2016), kayu secang memiliki kandungan kimia diantaranya protosapanin, sapankalkon, saponin, asam palmitat dll (Fu et al., 2008 dalam Farhana H, 2015). Bebrapa senyawa yang terkandung dalam kayu secang menyebabkan hilangnya nafsu makan hingga kematian terhadap rayap tanah, oleh karena itu mengakibatkan sedikitnya serangan terhadap contoh uji. Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu yang memiliki tingkat keawetan yang baik dan ketahanan yang tinggi (kelas I) dapat dilihat dari beberapa pemakaiannya antara lain :
25 1. Selalu berhubungan dengan tanah lembab, maka pemakaiannya kurang
lebih delapan tahun.
2. Hanya dipengaruhi cuaca, tetapi dijaga supaya tidak terendam air dan tidak kekurangan udara, maka umur pakainya sekita 20 tahun.
3. Dibawah atap, tidak berhubungan dengan tanah yang lembap dan tidak kekurangan udara, maka pemakaiannnya tidak terbatas.
4. Dibawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembap, tidak kekurangan udara, dipelihara dengan baik, dan di Cat dengan teratur, maka pemakaiannya tidak terbatas.
5. Tidak diserang oleh rayap tanah
6. Tidak diserang oleh bubuk kayu (Departemen Pekerjaan Umum, 1987).
4.2 Derajat Proteksi
Derajat proteksi digunakan untuk melihat atau mengamati kayu contoh uji yang telah diserang oleh rayap tanah. Contoh uji yang telah diserang oleh rayap dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
26 Gambar 8. Contoh Uji Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) Yang Telah Diserang
Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Untuk mengetahui besarnya serangan rayap terhadap contoh uji diperlukan skala derajat proteksi, pengujian derajat proteksi menggunakan skala disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 skala derajat proteksi bahwa kondisi contoh uji utuh (tidak ada gigitan) dengan kisaran rata-rata 0-5% dan skala nilai 0. Jika dilihat nilai rata rata pengurangan berat contoh uji kayu secang sebesar 1,30% yaitu berada pada kisaran rata-rata 0-5% Maka diketahui contoh uji kayu secang termasuk dalam tingkat penyerangan oleh rayap dalam skala nilai 0, yaitu contoh uji utuh, tidak ada gigitan.
Untuk membuktikan keberhasilan dalam penelitian ini diperlukan kayu pembanding yang deberi kontrol atau perlakuan dan metode yang sama dengan kayu secang. Besarnya serangan rayap tanah terhadap kayu pembanding membuktikan bahwa aktivitas rayap dalam jampot sangat baik. Artinya metode yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi standar. Kayu Kapuk adalah
27 kayu yang dijadikan sebagai kayu pembanding untuk mengetahui kontrol atau perlakuan serta media (pasir) yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi standar. Besarnya persentase kehilangan berat kayu pembanding disajikan pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Persentase Kehilangan Berat Kayu Pembanding No Berat awal
(W1)
Penurunan Berat Setiap
Minggu (g)
Berat akhir
(W2) W1-W2
Persentase Penurunan Berat (%) 1
2,67
1,67
1,26 1,41 52,8%
2 1,32
3 1,18
4 0,89
Jumlah 5,06
Rata-Rata 1,26 1,26 1,41 52,8%
Sember: Data Primer Setelah diolah, 2021
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat persentase penurunan berat kayu pembanding dengan nilai rata-rata sebesar 52,8%. Ketahanan kayu terhadap serangan rayap ditentukan dengan mengacu pada Tabel 2 Standar Nasional Indonesia. Berdasarkan Tabel 2 SNI dapat diketahui bahwa kayu pembanding temasuk kelas ketahanan V yaitu sangat buruk artinya kayu pembanding tidak tahan terhadap serangan rayap tanah. Untuk mengetahui besarnya serangan rayap terhadap kayu pembanding diperlukan skala derajat proteksi disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 skala derajat proteksi bahwa kondisi contoh uji hebat sekali (hancur) dengan kisaran rata-rata >50% dengan skala nilai 100. Jika dilihat nilai rata-rata pengurangan berat kayu pembanding sebesar 52,8% yaitu lebih dari 50% maka diketahui kayu pembanding termasuk dalam tingkat penyerangan oleh rayap dalam skala nilai 100 yaitu kondisi kayu pembanding hebat skali (hancur).
28 Kondisi contoh uji kayu pembanding sebelum diumpan ke Rayap dan setelah diserang oleh Rayap dapat dilihat pada Gambar 9
Gambar 9. Kondisi Kayu Pembanding
Berdasarkan derajat proteksi atau derajat serangan, kodisi contoh uji kayu pembanding diketahui memiliki skala nilai 100 yaitu termasuk kondisi contoh uji dengan serangan hebat sekali (hancur), artinya aktivitas rayap tanah dalam jampot sangat baik sehingga dapat disimpukan kontrol atau perlakuan serta metode yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi standar.
29
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada contoh uji kayu secang (Caesalpinia sappan) terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dapat disimpulkan bahwa pengurangan berat pada contoh uji kayu secang yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 1,28%. Indikator dalam penentuan ketahanan kayu secang terhadap serangan rayap tanah yaitu mengacu pada Standar Nasional Indonesia, berdasarkan SNI maka dapat diketahui bahwa kayu secang termasuk kedalam kelas ketahanan I, yang artinya kayu secang sangat tahan terhadap serangan rayap tanah.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ketahanan kayu secang terhadap seranan rayap tanah dengan menggunakan metode penelitan uji kubur.
30 DAFTAR PUSTAKA
Anariawati. 2009. Studi eksperimen pembuatan serbuk instan kayu Secang (Caesalpinia sappan) dengan menggunakan jumlah gula yang berbeda sebagai minuman berkhasiat. [Skripsi]. Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang: Semarang.
BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2006. Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu (SNI 7207:2006). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
Fadliah, M. 2014. Kualitas Organoleptik dan Pertumbuhan Bakteri Pada Susu Pesteurisasi Dengan Penambahan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) Selama Penyimpanan. [Skripsi]. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Farhana, H. 2015. Perbandingan pengaruh suhu dan waktu perebusan terhadap kandungan brazilin pada kayu secang (Caesalpinia Sappan Linn).
[Skripsi]. Universitas Islam Bandung.
Fitriani, N., Kasmara, H., & Maulana, J. 2016. Ketahanan Kayu Meranti Merah Dan Kayu Kamper Terhadap Serangan Rayap Tanah.
Hartati, S., R. Meliansyah dan L. T. Puspasari. 2007. Pemanfaatan Limbah Kayu Kihiyang (Albizzia procerra Benth.) dan Meranti (Shorea leprosula Miq.) untuk Mengendalikan Sclerotium rolfsii sacc. Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Kedelai. Universitas Padjajaran.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Jasni, J. & Rulliaty, S. 2015. Ketahanan 20 Jenis Kayu Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Jurnal penelitian hasil hutan, 33 (1), 125-133.
Lestari, F. 2019. Ketahanan Kayu Lontar (Borassus flabellifer) Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus). [Skripsi]. Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar.
31 Luth, F. 2020.Pengaruh Zat Ekstraktif Beberapa Tumbuhan Terhadap Mortalitas Rayap Tanah (Coptotermes Curvignathus Holmgren). Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian, 8(1), 8-16
Muslich, M. & Rulliaty, S. 2016. Ketahanan 45 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Rayap Kayu Kering dan Rayap Tanah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.Vol 34 (1).
Nandika, D., Y. Rismayadi dan F. Diba. 2003. Rayap (Biologi dan pengendaliannya). Muhammadiyah University Press. Surakarta
Sari, R. dan suhartati. 2010. Secang (Caesalpinia sappan L.) : Tumbuhan Herbal Kaya Antioksidan. Balai litbang lingkungan hidup dan kehutanan makassar: Makassar.
Sumarni, G., & Roliadi, H. (2002). Daya tahan 109 jenis kayu indonesia terhadap rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Jurnal penelitian hasil hutan, 20(3)
Sirinivasan, R., Ganapathy, G., Dkk. 2012. In Vitro Antimicrobial Activity Of Caesalpinia sappan L. Asian Pasific Journal Of Biomedicine 136-139 Syofuna, A., A. Y Banana dan G. Nakabonge 2012. Efficiency Of Natural Wood
Extractives As Wood Preservatives Against Termite Attack. Article of Maderas. Cienciay tecnologia. 14(2):155-163
Tambunan, J. 2018. Ketahanan kayu kemenyan toba ( styrax sumatrana) terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus holmgren). Skripsi.
Departemen teknologi hasil hutan fakultas kehutanan universitas sumatera utara. 2018: Sumatera utara.
USDA, NRCS. 2018. Clasification. Diunduh dari
https://plants.usd.gov/java/ClasificationServlet?source=display&classic pada tanggal 20 Oktober 2021.
Widowati, W. (2013). Uji fitokimia dan potensi antioksidan ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L). Jurnal Kedokteran Maranatha, 11(1).
32 LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Nilai Penurunan Berat Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
No Pengulangan W1 (g) W2 (g) W1-W2
(g) P (%)
1 J1 3,22 3,19 0,03 0,93
2 J2 3,20 3,15 0,05 1,56
3 J3 3,39 3,33 0,06 1,77
4 J4 3,25 3,22 0,03 0,92
5 J5 3,19 3,15 0,04 1,25
6 J6 3,29 3,24 0,05 1,52
7 J7 3,32 3,26 0,06 1,81
8 J8 3,27 3,23 0,04 1,22
9 J9 3,19 3,16 0,03 0,94
10 J10 3,31 3,28 0,03 0,91
Jumlah 32,63 32,21 0,42 12,84
Keterangan :
P = Penurunan berat
W1 = berat kayu sebelum diumpankan W2 = berat kayu setelah diumpankan
33 Lampiran 2. Data Nilai Rata-Rata Penurunan Berat Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
No Pengulangan Persentase Penurunan Berat(%)
1 J1 0,93
2 J2 1,56
3 J3 1,77
4 J4 0,92
5 J5 1,25
6 J6 1,52
7 J7 1,81
8 J8 1,22
9 J9 0,94
10 J10 0,91
Jumlah 12,84
Rata-Rata 1,28
Lampiran 3. Dokumentasi Hasil Penelitian
Gambar 10. Kayu S ecang (Caesalpinia sappan L)
34 Gambar 11. Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Gambar 12. Pasir yang digunakan untuk menguji ketahanan kayu
35 Gambar 13. Timbangan yang digunakan untuk menimbang contoh uji
Gambar 14. Oven yang digunakan untuk menghilangkan kadar air pasir dan contoh uji
36 Gambar 15. Kayu contoh uji sebelum diumpan ke rayap t anah
Gambar 16. Jampot yang digunakan untuk pengumpana n
37 Gambar 17. Pemeriksaan Contoh Uji
38
Gambar 18. Kayu contoh uji setelah diumpan ke rayap
39
40
41
42
43 RIWAYAT HIDUP
Mirnawati Sahid, lahir di Terang Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 11 Maret 1999. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ayahanda Abdul Sahid Maka dan Ibunda Nurjia. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2005 di MI - Al Munawwarah Terang dan tamat pada tahun 2011. Kemudian lulus di SMPN 1 Boleng pada tahun 2014. Setelah itu melanjutkan studi di SMA Muhammadiyah Boleng dan lulus pada tahun 2017. Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
Pengalaman organisasi; anggota bidang Immawati ikatan mahasiswa muhammadiyah (IMM) periode 2017-2018. Ketua Bidang Humas dan Advokasi Organisasi Kerukunan Keluarga Mahasiswa dan Pemuda Desa Golo Sepang- Makassar (KKMP) periode 2018-2019. Bendahara umum Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HMK) periode 2019-2020.
44
45
46
47
48
49