• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.)

TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

DAN RAYAP KAYU KERING

PUTI WULAN SARY

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016 Puti Wulan Sary NIM E24120048

(4)

ABSTRAK

PUTI WULAN SARY. Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering. Dibimbing oleh DODI NANDIKA.

Secara tradisional, pelepah gewang sudah digunakan sebagai bahan bangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, namun ketahanan bahan lignoselulosa ini terhadap serangan rayap belum pernah dilaporkan. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah Coptotermes curvinagthus Holmgren dan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light masing – masing berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS) K-1571 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan pelepah gewang terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus maupun rayap kayu kering C. cynocephalus tergolong Kelas III (cukup tahan). Ketahanan bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang terhadap kedua jenis rayap tersebut tidak berbeda nyata.

Kata kunci: Coptotermes curvinagthus, Cryptotermes cynocephalus, gewang, ketahanan.

ABSTRACT

PUTI WULAN SARY. Resistancy of Gewang Midrib (Corypha utan Lamk.) Against Subterranean Termites and Drywood Termites Attack. Supervised by DODI NANDIKA.

Traditionaly, gewang has been used as building material in East Nusa

Tenggara Province, however resistency of this lignocelulotic material against termite attack have not been reported. A laboratory study was conducted to determine resistency of gewang against subterranean termite Coptotermes curvignathus Holmgren and dry wood termite Cryptotermes cynocephalus Light according to Japanese Industrial Standars (JIS) K-1571 and Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207-2014 respectively. The result showed that gewang was fairly resistant (Class III) against subterranean termite C. curvignathus as well as dry wood termite C. cynocephalus attack. Durability of base part, center part, and the end part of gewang frond against the termites was not significantly different. Keywords: Coptotermes curvinagthus, Cryptotermes cynocephalus, gewang, resistancy.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.)

TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

DAN RAYAP KAYU KERING

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan April 2016.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS selaku pembimbing, serta Ibu Arinana, S.Hut., M.Si yang membantu memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Gewang 2 Rayap Tanah 3

Rayap Kayu Kering 3

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Bahan 4

Alat 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Ketahanan Terhadap Rayap Tanah 8

Ketahanan Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering 11

Kemampuan Makan Rayap (Feeding Rate) 13

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan

penurunan berat 6

2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kering berdasarkan

penurunan berat 7

DAFTAR GAMBAR

1 Pohon gewang (Corypha utan Lamk.) 2

2 Pelepah gewang 4

3 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap tanah C. curvignathus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali) 4 4 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap kayu kering C.

cynocephalus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali) 5 5 Media pengujian ketahanan terhadap serangan rayap tanah 6 6 Media pengujian ketahanan contoh uji terhadap rayap kayu kering 7 7 Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah

gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C.

curvignathus 9

8 Contoh uji dari bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C.

curvignathus 9

9 Rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan 10 10 Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah

gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C.

cynocephalus 11

11 Contoh uji dari bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu

kering C. cynocephalus 11

12 Rata-rata mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kehilangan Berat Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang setelah Tiga Minggu Pengumpanan terhadap Rayap Tanah C.

curvignathus 16

2 Mortalitas Rayap Tanah C. curvignathus pada Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang setelah Tiga Minggu Pengumpanan 17 3 Feeding Rate Rayap Tanah C. curvignathus pada Bagian Pangkal,

Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang 18

4 Kehilangan Berat Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang

terhadap Rayap Kayu Kering C. cynocephalus 19

5 Mortalitas Rayap Kayu Kering C. cynocephalus pada Bagian Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang setelah 12 Minggu Pengumpanan 20

(11)

6 Feeding Rate Rayap Kayu Kering C. cynocephalus pada Bagian

Pangkal, Tengah, dan Ujung Pelepah Gewang 21

7 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus 22 8 Hasil analisis mortalitas rayap tanah C. curvignathus setelah tiga

minggu pengumpanan 23

9 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus 24 10 Hasil analisis sidik ragam mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gewang atau tune ( Corypha utan Lamk.) merupakan tumbuhan dari famili Palmae yang banyak terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Satu batang pohon gewang memiliki biomassa sekitar 2,8 ton. Lapisan luar batangnya (2-5 cm) lebih keras dan lebih padat dibandingkan bagian dalam batang dan sudah dicoba dimanfaatkan sebagai lantai (parket) rumah. Sementara itu pelepahnya dimanfaatkan sebagai dinding rumah sederhana dengan input teknologi yang sangat rendah (Budiana 2012).

Pemanfaatan pelepah gewang sebagai dinding rumah sederhana di Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahan tersebut mudah diperoleh, harganya relatif murah, mudah dikerjakan dengan peralatan sederhana, dan memiliki kekuatan yang cukup. Pelepah gewang yang relatif masih muda (dalam bahasa Nusa Tenggara Timur disebut beba) setelah dikeringkan, juga sering dipakai sebagai dinding rumah, dengan ditancapkan pada dua buah rusuk bambu sehingga membentuk lempengan – lempengan yang siap digunakan sebagai elemen dinding rumah. Pelepah gewang juga dimanfaatkan sebagai pagar (Naiola et al, 1992). Namun demikian ketahanannya terhadap organisme perusak kayu, khususnya rayap, belum pernah dilaporkan. Padahal rayap, khususnya rayap tanah (subterranean termites) dan rayap kayu kering (drywood termites) merupakan organisme perusak kayu dan bangunan gedung yang paling penting di Indonesia, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Budiana (2016)1) melaporkan bahwa rumah-rumah sederhana berdinding pelepah gewang yang dibangun oleh Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat banyak yang terserang rayap tanah. Serangan rayap tersebut berpotensi mengurangi umur pakai (service life) rumah – rumah sederhana bantuan pemerintah tersebut. Bahkan saat ini bahaya rayap tidak hanya mengancam bangunan sedehana, tetapi juga bangunan- bangunan mewah dan berlantai banyak (Nandika et al. 2015).

Salah satu spesies rayap tanah yang sering menimbulkan kerusakan pada bangunan gedung adalah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae). Sementara itu rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light (Isoptera : Kalotermitidae) juga dilaporkan menyebabkan kerusakan pada rumah dan mebel di berbagai daerah (Siregar dan Batubara 2007). Tingginya frekuensi serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia diduga menyebabkan kerugian ekonomis sebesar Rp 8,68 triliun (Nandika 2015).

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dirasa perlu melakukan pengujian ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus dan rayap kayu kering C. cynocephalus.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus dan rayap kayu kering C. cynocephalus.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah untuk meningkatkan nilai guna pelepah gewang sebagai bahan bangunan unggulan lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

TINJAUAN PUSTAKA

Gewang

Gewang (Corypha utan Lamk.) sinonim: Corypha elata Roxburgh, Corypha gembanga Blume, memiliki berbagai nama daerah yaitu gebang (Sunda), pueuk (Jawa), poeok (Madura), dan gewang (Timor). Tumbuhan tersebut termasuk kedalam jenis palem, dengan tinggi pohon bisa mencapai 15 -20 m. Gewang tergolong tumbuhan monokarpik yaitu akan mati setelah berbunga dan berbuah pada umur sekitar 30-40 tahun. Menurut Dani et al (2010), satu batang Gewang mempunyai potensi biomasa rata-rata 2.8 ton (dengan asumsi diameter rata-rata 60 cm, tinggi batang 20 m dan densitas kayu 0.5 g/cm3).

Hampir semua bagian pohon gewang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, seperti untuk atap, dinding, dan tiang/balok (Gambar 1). Batang pohon gewang dapat dipakai sebagai balok atau tiang rumah. Batang Gewang bagian luar (tebal 2-5 cm) digunakan sebagai lantai rumah menggantikan parket dari kayu (Subyakto et al. 2005). Sementara itu, batang gewang yang relatif muda dapat diambil patinya untuk diolah menjadi tepung yang disebut akar bilan dan dijadikan bahan makanan utama selama musim paceklik. Daunnya dapat digunakan untuk kerajinan seperti jas hujan, payung dan tikar. Di pulau Timor, daun Gewang juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan alat musik tradisional bernama Sasando. Tulang tengah daun dewasanya dapat dibuat sapu yang keras, perangkap ikan, dan jika dirangkai berjajar dipakai sebagai sekat atau peneduh.

(15)

3 Rayap Tanah

Rayap adalah sejenis serangga yang masuk kedalam ordo Isoptera. Tekstur badan rayap dari yang berukuran kecil sampai sedang. Rayap berkembang melalui proses metamorfose hemimetabola, yaitu secara bertahap melalui stadium telur, nimpa dan dewasa. Rayap hidup dalam kelompok kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna (Tarumingkeng 1971). Rayap pada dasarnya adalah serangga wilayah tropika dan subtropika. Namun sebarannya kini cenderung meluas ke daerah sedang (temperate ). Di daerah tropika rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut. Serangga ini pertama kali dideskripsikan oleh Holmgren pada tahun 1913 melalui spesimen yang diperolehnya dari Singapura. Deskripsi dilakukan pada kasta prajurit, karena kasta ini memiliki morfologi yang dapat menjadi pembeda antar spesies dibandingkan dengan menggunakan kasta lain (Nandika et al. 2003).

Makanan utama rayap tanah adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Rayap C. curvignathus Holmgren memiliki populasi flagelata sebanyak 4682 individu per rayap. Hal tersebut menjadikan daya cerna selulosa rayap ini tinggi (Nandika dan Adijuana 1995). Usus rayap mampu mendegradasi selulosa dan menyerap monomer – monomernya secara efektif sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal lignin saja. Hal ini bisa terjadi karena keberadaan protozoa flagellata dalam usus belakang rayap (terutama rayap tingkat rendah: Mastotermitidae, Kalotermitidae dan Rhinotermitidae). Protozoa ini berperan sebagai simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap selulosa. Bahkan dengan ukuran populasi yang besar disertai daya jelajah yang sangat luas, rayap mampu menjangkau dan merusak bahan-bahan yang menjadi kepentingan manusia seperti kertas, karton, kertas uang, bangunan kayu, kain dan lainnya (Nandika dan Tambunan 1989). Pada genus Coptotermes ditemukan protozoa flagellata yang berperan sebagai simbion untuk melumatkan selulosa (Nandika et al. 2003).

Rayap Kayu Kering

Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga. Hampir semua jenis kayu yang tidak awet dapat diserang oleh rayap ini, bahkan bahan lain yang mengandung selulosa seperti kertas dan kain dapat juga diserangnya. Adanya eksremen yang berbentuk butiran halus di sekitar kayu yang diserang merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering. Jenis yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah : Cryptotermes cynocephalus

Spesies C. cynocephalus merupakan rayap yang banyak ditemukan menyerang permukiman. Rayap ini tidak bersentuhan langsung dengan tanah dan tidak membutuhkan kadar air yang banyak, dengan alasan itu rayap spesies ini disebut dengan rayap kayu kering (Nandika et al. 2015).

Bagian kepala C. cynocephalus berwarna coklat gelap kemerah-merahan. Jumlah antena sebanyak 11 ruas. Ruas kedua lebih panjang dibandingkan ruas lainnya. Panjang kepala dengan mendibel 0.87-0.92 mm. Panjang mendibel 0.50-0.57 mm. Panjang labrum 0.10-0.11 mm dan lebarnya 0.16-0.17 mm.

(16)

4

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rayap, Divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah pelepah gewang (Gambar 2), rayap tanah C. curvignathus (Gambar 2), rayap kayu kering C. cynocephalus (Gambar 3), pipa PVC,aluminium foil, dental cement, dan lilin.

Gambar 2 Pelepah gewang

Gambar 3 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap tanah C. curvignathus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali)

(17)

5

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah caliper, oven, acrylic silinder, desikator, timbangan digital, dan mikroskop.

Prosedur Penelitian

Pengujian Ketahanan Terhadap Rayap Tanah

Pengujian ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah didasarkan atas Standar JIS K 1571 Tahun 2004. Contoh uji dibuat dari bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm. Contoh uji dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2ºC untuk mendapatkan berat kering tanur kayu sebelum pengujian (W1). Contoh uji kayu dimasukkan kedalam acrylic silinder ( tinggi 60 mm, diameter 80 mm) yang bagian bawahnya telah dilapisi dental cement setebal 5mm, kemudian 150 ekor rayap pekerja dan 15 ekor rayap prajurit rayap tanah C. curvignathus dimasukkan kedalam acrylic silinder tersebut (Gambar 5). Acrylic silinder yang telah berisi contoh uji disimpan dalam bak penyimpanan yang diberi alas tissu basah. Bak penyimpanan disimpan dalam ruang gelap dengan suhu 28-30 ºC dan RH 81-89% selama 21 hari. Setelah 21 hari contoh uji dibersihkan, dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 ºC, dan ditimbang (W2). Persen kehilangan berat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

WL = Kehilangan berat (%)

W1 = Berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram) W2 = Berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram)

(b) (a)

Gambar 4 Kasta prajurit (a) dan kasta pekerja (b) rayap kayu kering C. cynocephalus yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali)

(18)

6

Ketahanan pelepah gewang terhadap serangan rayap tanah ditentukan dengan mengacu pada Tabel 1.

Table 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat

Kelas Ketahanan Kehilangan berat (%)

I Sangat tahan < 3,52

II Tahan 3,5 – 7,4

III Sedang 7,4 – 10,8

IV Tidak tahan 10,9 – 18,9

V Sangat tidak tahan >18,9

Sumber: Standar Nasional Indonesia 01-7207-2014

Disamping itu dilakukan juga perhitungan mortalitas rayap C. curvignathus pada masing - masing contoh uji dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

MR = Mortalitas rayap (%)

D = Jumlah rayap yang mati (ekor)

150 = Jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor) Pengujian Ketahanan Terhadap Rayap Kayu Kering

Pengujian ketahanan pelepah gewang terhadap rayap kayu kering didasarkan atas Standar Nasional Indonesia (SNI) 01.7207-2006. Contoh uji dibuat dari bagian pangkal,tengah, dan ujung pelepah gewang dengan ukuran 5 cm x 2,5 cm x 2,5 cm.Contoh uji dioven pada suhu selama 24 jam (103±2)ºC untuk mendapatkan berat kering tanur kayu sebelum pengujian (W1). Pada salah satu sisi terlebar contoh uji tersebut diletakkan secara vertikal pipa paralon berdiameter 1,8 cm dan tinggi 3 cm . Bagian pangkal pipa paralon direkatkan ke

(19)

7 permukaan contoh uji dengan bantuan lilin. Ke dalam pipa paralon tersebut dimasukkan 50 ekor kasta pekerja rayap kayu kering C. cynocephalus yang sehat dan aktif (Gambar 6).

Contoh uji tersebut disimpan di tempat gelap selama 12 minggu. Setelah 12 minggu contoh uji dibersihkan, dioven pada suhu (103± 2)ºC selama 24 jam dan ditimbang (W2). Persen kehilangan berat kayu dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

WL = Kehilangan berat (%)

W1 = Berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram) W2 = Berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram)

Ketahanan contoh uji terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus ditentukan berdasarkan kriteria seperti tercantum dalam Tabel 2.

Table 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kering berdasarkan penurunan berat

Kelas Ketahanan Kehilangan berat (%)

I Sangat tahan < 2,0

II Tahan 2,0 – 4,3

III Sedang 4,4 – 8,1

IV Tidak tahan 8,2 – 28,1

V Sangat tidak tahan >28,1

Sumber: Standar Nasional Indonesia 01-7207-2014

Disamping itu dilakukan juga perhitungan mortalitas rayap C. cynocephalus pada masing – masing contoh uji dengan menggunakan rumus :

(20)

8

Keterangan:

MR = Mortalitas rayap (%)

D = Jumlah rayap yang mati (ekor)

50 = Jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor)

Perhitungan nilai feeding rate juga dilakukan untuk menentukan tingkat

konsumsi pelepah gewang. Nilai ini menunjukkan kemampuan makan tiap ekor

rayap kasta pekerja per harinya. Tingkat konsumsi dapat dihitung dengan rumus:

( )/T

Keterangan:

FR = Feeding rate (μg ekor-1 hari-1)

ΔW = Selisih berat contoh uji antara awal dan akhir pengujian (μg) R1 = Jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor)

R2 = Jumlah rayap kasta pekerja pada akhir pengujian yang masih hidup (ekor)

T = Lama waktu pengujian (hari)

Analisis Data

Data kehilangan berat contoh uji dan mortalitas rayap dianalisis dengan Sidik Ragam (Analysis of Variance, ANOVA), kemudian diuji lanjut dengan Uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketahanan Terhadap Rayap Tanah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus masing – masing mencapai 9.09%, 10.38%, dan 7.93% (Gambar 5).

(21)

9

Gambar 5 Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus

Permukaan bagian pangkal, tengah, dan ujung setelah tiga minggu diumpankan terhadap rayap tanah C. curvignathus tampak memiliki kerusakan atau lubang (Gambar 7).

Gambar 7 Contoh uji dari bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus 0 2 4 6 8 10 12 14

Pangkal Tengah Ujung

Ke h ilan gan Berat (% ) Bagian Pelepah (a) (b) (c)

(22)

10

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kehilangan berat bagian pangkal, tengah dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus tidak berbeda nyata (p ≥ 0.05). Hasil ini menunjukkan preferensi makan rayap terhadap bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang sama. Merujuk kepada SNI 01.7207-2014, ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus tergolong ke dalam Kelas III (cukup tahan). Wistara et al. (2002) menyatakan bahwa umumnya semakin tinggi kandungan zat ekstraktif dalam kayu, maka kawetan alami kayu cenderung meningkat. Ketahanan kayu juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dalam kayu, karena selulosa juga sebagai sumber energi bagi hidup rayap dan setiap jenis kayu mempunyai kandungan selulosa yang berbeda (Jasni dan Rulliaty 2015).

Sementara itu rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan masing – masing mencapai 96.67%, 79.11%. dan 82.43% (Gambar 8).

Gambar 8 Rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan tidak berbeda nyata (p ≥ 0.05). Jasni dan Supriana (1992) mengatakan bahwa ketahanan kayu terhadap rayap cukup baik apabila mortalitas rayap diakhir pengujian lebih dari 55%.

Mortalitas rayap dipengaruhi ada tidaknya daya tarik kayu sebagai sumber makanan bagi rayap tersebut misalnya kekerasan permukaan dan adanya bahan yang meransang aktivitas rayap (Bignell et al. 2010). Mortalitas rayap terjadi karena tidak ada ketertarikan rayap terhadap makanan yang disediakan dan tidak adanya alternatif makanan. Suhu juga mempengaruhi kehidupan rayap, baik terhadap perkembangan maupun aktivitasnya.

0 20 40 60 80 100 120

Pangkal Tengah Ujung

Mo rta lita s (% ) Bagian Pelepah

(23)

11 Ketahanan Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah pengumpanan 12 minggu terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus masing – masing mencapai 4.39%, 0.85%, dan 3.15% (Gambar 9).

Gambar 9 Rata-rata kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus

Permukaan bagian pangkal, tengah, dan ujung setelah 12 minggu diumpankan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tampak memiliki kerusakan atau lubang (Gambar 10).

-2 0 2 4 6 8 10

Pangkal Tengah Ujung

Ke h ilan gan Berat (% ) Bagian Pelepah (a) (b)

(24)

12

Gambar 10 Contoh uji dari bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung pelepah gewang (c) setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kehilangan berat bagian pangkal, tengah dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tidak berbeda nyata (p ≥ 0.05). Dengan perkataan lain bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang memiliki ketahanan yang sama. Merujuk kepada SNI 01.7207-2014, ketahanan pelepah gewang terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tergolong ke dalam kelas III (cukup tahan).

Sementara itu rata-rata mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan masing – masing mencapai 89.33%, 87.33%. dan 96% (Gambar 11).

Gambar 11 Rata-rata mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan

Mortalitas merupakan angka kematian rayap yang diamati pada proses pengujian, angka mortalitas rayap yang cukup tinggi berbanding lurus dengan keawetan alami suatu kayu (Bignell et al. 2010). Nandika et al. (1996)

0 20 40 60 80 100

Pangkal Tengah Ujung

Mo rta lita s (% ) Bagian Pelepah (c)

(25)

13 menyatakan bahwa keawetan alami kayu ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu yang jumlahnya bervariasi menurut jenis kayu, umur pohon, dan posisi dalam batang. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa mortalitas bagian pangkal, tengah dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus tidak berbeda nyata (p ≥ 0.05). Supriana (1985) menyatakan bahwa mortalitas rayap dapat digunakan sebagai kriteria daya racun suatu bahan bagi rayap tersebut.

Kemampuan Makan Rayap (Feeding Rate)

Feeding rate atau tingkat konsumsi rayap terhadap contoh uji merupakan jumlah konsumsi rayap tiap ekor per hari pengumpanan. Menurut Sornnuwat (1996), parameter yang dapat dijadikan sebagai keefektifan aktivitas rayap adalah kehilangan berat contoh uji kayu, mortalitas rayap, dan kemampuan makan (feeding rate). Rata – rata feeding rate rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal sebesar 161.23 μg/ekor/hari, sementara pada bagian tengah, dan ujung pelepah gewang sebesar 155.56 dan 145.56 μg/ekor/hari (Lampiran 3). Sedangkan rata – rata feeding rate rayap kayu kering C. cynocephalus terhadap bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang sebesar 796.32, 643.48, 669.55 μg/ekor/hari (Lampiran 6). Menurut Yusuf dan Utomo (2006) rayap mengkonsumsi kayu 2-3% dari berat tubuhnya setiap hari. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada bagian pangkal memiliki nilai yang lebih tinggi daripada bagian pelepah gewang lainnya. Tingginya nilai feeding rate dipengaruhi oleh kondisi pelepah gewang cukup mudah diserang rayap.

Pada awal pengujian, rayap terlebih dahulu akan beradaptasi dengan lingkungan yang telah disediakan. Rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mati. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan yang disediakan akan melakukan orientasi makan. Orientasi semacam ini dapa berlangsung secara acak dan dapat pula berlangsung karena pengaruh tertentu, misalnya oleh sejenis bau yang berasal dari makanan yang diberikan. Jika contoh uji yang diumpankan sesuai maka rayap akan memakan contoh uji dan jika tidak sesuai maka rayap akan berpuasa. Sehingga pada saat pengujian feeding rate bergantung pada contoh uji yang diumpankan dan kondisi lingkungan yang mendukung (Yanti 2008).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ketahanan pelepah gewang terhadap rayap tanah C. curvignathus dan rayap kayu kering C. cynocephalus tergolong Kelas III (cukup tahan). Ketahanan bagian pangkal, tengah , dan ujung pelepah gewang terhadap kedua jenis rayap tersebut tidak berbeda nyata.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan zat ekstraktif pelepah gewang dan ketahanan terhadap bubuk kayu kering serta jamur pelapuk.

(26)

14

DAFTAR PUSTAKA

Bignell DE, Roisin Y, Lo N. 2010. Biology of termiter: A modern synthesis. London (GB) : Springer

[BSN] Standar Nasional Indonesia. 2014. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI 01-7207-2014.

Budiana, I.B.G.P., 2012. “Laporan Akhir Kegiatan Penerapan Prototipe Unit Produksi Berbasis Bahan Bangunan Lokal”, Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar, Kementerian Pekerjaan Umum.

Budiana, I.B.G.P . Komunikasi Pribadi dengan peneliti. Indonesia, HP : Mei 23, 2016.

Dani SH, Eritrina W, Nurhuda AP, Rina YP. 2010. Teknologi pemanfaatan dan budidaya gewang di Timor Barat. Laporan Penelitian : Program Insentif Riset Terapan.

Jasni dan Rulliaty S. 2015. Ketahanan 20 jenis kayu terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus). JTHH. 33(2) : 125-133.

____ dan Supriatna N. 1992. Pencegahan rayap dan bubuk perusak kayu dengan pestisida berbahan aktif phoxim dan cyfluthrin. Yogyakarta (ID): Kongres Entomologi IV.

[JIS] Japanese Industrial Standard. 2004. Test Methods for Determining The Effectiveness of Wood Preservatives and their Performance Reqirement. JIS K 1571-2004.

Naiola BP, Harahap R, Siagian MH dan Rahayu M. 1992. Etnobotani Palm Timor: Tuak dan Gewang, Penghuni Savana Yang Setiap Mendukung Kehidupan Manusianya.Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani, 306-311. Depdikbud RI, Deptan RI, LIPI dan Perpustakaan Nasional RI.

_________, Adijuwana H.1995. Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) serta Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) serta Macrotermes gilvus Hagen. J Penelitian Hasil Hutan 7(1):35-40.

_________, Soenaryo, Saragih A. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Jakarta (ID): Dinas Kehutanan Jakarta.

_________, Rismayadi, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendalianya. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Press.

_________, Rismayadi Y, Diba F. 2015. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya.Ed ke-2. Surakarta (ID) : Muhammadiyah Univesity Press

Siregar AZ, Batubara R. 2007. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan rumah masyarakat di Dua Kecamatan (Medan Denai dan Medan Labuhan). Jurnal Biologi Sumatera. 2(2):23-27.

Sornnuwat Y. 1996. Studies of Damage of Construction Caused by Subterranean Termites and Control in Thailand. [Kumpulan Tesis]

Subyakto, Prasetiyo, K.W., Subiyanto, Band Naiola B.P. 2005. Potential Biomass of Gewang (Corypha utan Lamk.) for Biocomposites. Proceedings of

(27)

15 the 6th International Wood Science Symposium L1PIJSPS Core University Program in the Field of Wood Science. Bali, Indonesia. Supriana N. 1985. Notes on the relationship between wood and termite. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1 (1): 14-18.

Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Laporan Penelitian Hasil Hutan. No. 1.

Wistara IN, Rachmansyah R, Denes F, Young RA. 2002. Ketahanan 10 Jenis Kayu Tropis-Plasma CF4 Terhadap Rayap Rayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light). JTHH. XV (2).

Yanti H. 2008. Sifat anti rayap zat ekstraktif kulit kayu Acacia auriculiformis A Cunn ex Benth [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yusuf S, Utomo S. 2006. Hama Pemukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

(28)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus

Bagian Pelepah Ulangan Kehilangan Berat (%)

Pangkal 1 2 11,54 8,66 3 7,09 Tengah 1 2 11,72 7,03 3 12,41 Ujung 1 2 6,52 8,77 3 8,52

(29)

17 Lampiran 2 Mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah,

dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan

Bagian Pelepah Ulangan Mortalitas (%)

Pangkal 1 2 100 90 3 100 Tengah 1 2 100 100 3 37.33 Ujung 1 2 100 98 3 49.33

(30)

18

Lampiran 3 Feeding rate rayap tanah C. curvignathus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah tiga minggu pengumpanan

Bagian Pelepah Ulangan (μg/ekor/hari) Feeding Rate

Pangkal 1 2 146,0317 178,9321 3 158,7302 Tengah 1 2 146,0317 190,4762 3 128,8056 Ujung 1 2 165,0794 149,3931 3 122,2082

(31)

19 Lampiran 4 Kehilangan berat bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus

Bagian Pelepah Ulangan Kehilangan Berat (%)

Pangkal 1 17.14 2 1.77 3 11.4 Tengah 1 0.87 2 0.31 3 1.39 Ujung 1 5.12 2 2.33 3 2.02

(32)

20

Lampiran 5 Mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan

Bagian Pelepah Ulangan Mortalitas (%)

Pangkal 1 92 2 82 3 94 Tengah 1 98 2 78 3 86 Ujung 1 100 2 88 3 100

(33)

21 Lampiran 6 Feeding rate rayap kayu kering C. cynocephalus pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah gewang setelah 12 minggu pengumpanan Bagian Pelepah Ulangan (μg/ekor/hari) Feeding Rate

Pangkal 1 753,9682 2 696,1081 3 938,9038 Tengah 1 686,2745 2 523,0288 3 722,6399 Ujung 1 638,0952 2 527,7211 3 842,8571

(34)

22

Lampiran 7 hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah tiga minggu pengumpanan terhadap rayap tanah C. curvignathus

Source

Type III Sum of Squares D f Mean Square F S ig. Corrected Model 9,012 a 2 4,506 ,8 90 , 459 Intercept 751,856 1 751,856 14 8,550 , 000 Perlakuan 9,012 2 4,506 ,8 90 , 459 Error 30,368 6 5,061 Total 791,236 9 Corrected Total 39,380 8

(35)

23 Lampiran 8 Hasil analisis mortalitas rayap tanah C. curvignathus setelah tiga

minggu pengumpanan

Source Type III Sum of Squares

d f Mean Square F S ig. Corrected Model 521.651 a 2 260.825 .3 61 . 711 Intercept 66677.568 1 66677.568 9 2.356 . 000 Perlakuan 521.651 2 260.825 .3 61 . 711 Error 4331.759 6 721.960 Total 71530.978 9 Corrected Total 4853.409 8

(36)

24

Lampiran 9 Hasil analisis sidik ragam kehilangan berat contoh uji setelah 12 minggu pengumpanan terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus

Source Type III Sum of Squares

d f Mean Square F S ig. Corrected Model 335.274 a 2 167.637 3 .399 . 103 Intercept 353.942 1 353.942 7 .176 . 037 Perlakuan 335.274 2 167.637 3 .399 . 103 Error 295.946 6 49.324 Total 985.161 9 Corrected Total 631.220 8

(37)

25 Lampiran 10 Hasil analisis sidik ragam mortalitas rayap kayu kering C.

cynocephalus setelah 12 minggu pengumpanan

Source

Type III Sum of Squares d f Mean Square F S ig. Corrected Model 123.556 a 2 61.778 .972 . 431 Intercept 74347.111 1 74347.11 1 1169 .797 . 000 Perlakuan 123.556 2 61.778 .972 . 431 Error 381.333 6 63.556 Total 74852.000 9 Corrected Total 504.889 8

(38)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 7 Oktober 1994, anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Rasywil dan Ibu Sri Sputrina. Pada tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ampek Angkek, Sumatera Barat dan pada tahun yang sama penuli diterima di Program Pendidikan Sarjana pada Program Studi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui SNMPTN Undangan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) periode 2013-2014 dan 2014-2015, pengurus Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) periode 2014-2015 dan 2015-2016, kepanitiaan acara Himasiltan Care 2014, kepanitiaan acara Forest Product Expo (FORTEX) 2014 dan 2015, dan kepanitiaan acara KOMPAK 2014. Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Syawal - Pangandaran pada tahun 2014 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi tahun 2015. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang selama dua bulan di TPK Ujung Menteng Cakung, Jakarta Timur.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan, penulis melakukan kegiatan penelitian dengan judul Ketahanan Pelepah Gewang (Corypha utan Lamk.) Terhadap Serangan Rayap Tanah Dan Rayap Kayu Kering, di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS.

Gambar

Gambar 1 Pohon gewang (Corypha utan Lamk.)
Gambar  3  Kasta  prajurit  (a)  dan  kasta  pekerja  (b)  rayap  tanah  C.  curvignathus  yang digunakan dalam pengujian (perbesaran 10 kali)
Gambar  4  Kasta  prajurit  (a)  dan  kasta  pekerja  (b)  rayap  kayu  kering  C.
Table 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan  berat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh jenis kayu serta interaksi antara faktor perlakuan dan jenis kayu juga memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kehilangan berat akibat serangan rayap

Hasil pengujian persentase kehilangan berat, mortalitas rayap, dan kemampuan makan rayap digunakan untuk mengetahui ketahanan papan serat berkerapatan sedang

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) jenis kayu yang digunakan yaitu

(2012) menyatakan bahwa zat ekstraktif yang terkandung didalam suatu kayu memiliki peran yang penting terhadap ketahanan dari serangan rayap atau jamur. Jumlah populasi

Hasil pengujian dari 15 jenis kayu terhadap masing-masing organisme perusak yaitu terhadap rayap kayu kering, rayap tanah dan penggerek di laut (Tabel 5, 6 dan 7) mempunyai kelas

Konsentrasi bahan pengawet yang digunakan baik rendah maupun tinggi juga dapat meningkatkan ketahanan kayu Palapi terhadap serangan rayap kayu kering sehingga

Hasil perhitungan penurunan bobot digunakan untuk penentuan ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering mengacu pada klasifikasi ketahanan kayu SNI 7207–2014 (SNI,

Ketahanan kayu juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dalam kayu, karena selulosa merupakan makanan utama rayap, selulosa juga sebagai sumber energi bagi hidup