• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Beta-Karoten dalam Tepung Kulit Pisang sebagai Pengganti Sebagian Jagung untuk Menghasilkan Telur Ayam Arab Rendah Kolesterol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Beta-Karoten dalam Tepung Kulit Pisang sebagai Pengganti Sebagian Jagung untuk Menghasilkan Telur Ayam Arab Rendah Kolesterol"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Utilization of β-Caroten in Banana Peel Meals to Partial Substitution of Corns to Produce Low Cholesterol Eggs of Arabic Chickens

R. Zahera, D. M. Suci, W. Hermana

Banana peels were waste that has a potential as feed. Banana peels which were processed into meals contained high provitamin A, that was beta-caroten 5.127 mg/100g and NFE 45.48%. Corns contained lower beta-caroten than banana peel meals, that was 3.3 mg/100g. The experimental design was used the Completely Randomized Design. Eighty pullet of Arabic Chickens (19 weeks) divided into four treatment diets with four replications, consisted of 5 chikens in each replicate. The treatment diets were R0 (50% corns without banana peel meals), R1 (30% corns + 20% banana peel meals), R2 (20% corns + 30% banana peel meals), and R3 (10% corns + 40% banana peel meals). The result of the experiment indicated that the diets with 40% banana peel meals and 10% corns couldn’t decrease cholesterol and couldn’t increase yolk color of egg yolks, but its could increase vitamin A of egg yolks. The diets with 20% banana peel meals and 30% corns indicated that performance of Arabic Chickens and fatty acid of egg yolks similar to the control treatment (diets without banana peel flour). The conclusion of this experiment was banana peel meals could substitute 20% beta-caroten in corns and increased vitamin A of egg yolks.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pengolahan pangan dapat menghasilkan limbah yang masih potensial untuk dimanfaatkan. Salah satunya, pengolahan pisang yang dapat menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya. Hal ini menunjukkan kulit pisang merupakan limbah yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dimanfaatkan. Limbah kulit pisang ini dapat dimanfaatkan untukcuka kulit pisang, nata de banana, wine (anggur), dan pakan ternak. Salah satu ternak yang dapat diberi kulit pisang adalah unggas. Kulit pisang tidak dapat diberi secara langsung pada ternak unggas, tetapi perlu dilakukan pengolahan menjadi tepung kulit pisang.

Tepung kulit pisang memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi, terutama provitamin A, yaitu beta-karoten 5,127 mg/100g. Tepung kulit pisang juga mengandung karbohidrat, yaitu BETN 45,48% dan serat kasar 11,51%. Hal ini menunjukkan tepung kulit pisang memiliki potensi untuk mengganti sebagian beta-karoten jagung yang memiliki beta-beta-karoten 3,3 mg/100g. Potensi tepung kulit pisang sebagai bahan baku pakan ternak yang mengandung beta-karoten dan karbohidrat yang tinggi, memerlukan adanya penelitian mengenai pengaruh pemberian kulit pisang yang diolah menjadi tepung dalam ransum ternak sebagai sumber beta-karoten dan karbohidrat untuk meningkatkan kualitas produk ternak. Beta-beta-karoten dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimal glutaril-KoA) reduktase yang berperan dalam pembentukan mevalonat dalam biosintesis kolesterol, sehingga peningkatan konsumsi beta-karoten dapat menghasilkan produk ternak yang rendah kolesterol. Beta-karoten merupakan karotenoid yang berperan sebagai pigmen kuning telur, sehingga dapat meningkatkan skor warna kuning telur. Beta-karoten juga merupakan provitamin A yang akan diubah menjadi vitamin A di mukosa usus halus dan diserap dalam bentuk vitamin A, sehingga peningkatan konsumsi beta-karoten juga dapat menghasilkan produk yang tinggi vitamin A. Beta-beta-karoten juga dapat berfungsi sebagai antioksidan, sehingga dapat mencegah oksidasi asam lemak tidak jenuh dan menghasilkan produk dengan komposisi asam lemak yang baik.

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam arab. Ayam arab merupakan ayam buras petelur yang mempunyai produktivitas telur lebih tinggi dibandingkan dengan ayam kampung dan dapat dipelihara secara intensif, hal ini

(3)

merupakan keunggulan dari ayam arab dibandingkan ayam buras lainnya dan menunjukkan peluang usaha untuk beternak ayam arab. Faktor ini menunjukkan perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas telur ayam arab dengan menghasilkan kuning telur yang rendah kolesterol, tinggi skor warna, tinggi vitamin A, memiliki komposisi asam lemak yang baik, serta diikuti dengan performa ayam arab yang baik, salah satunya dengan memanfaatkan tepung kulit pisang yang mengandung beta-karoten dan karbohidrat yang tinggi.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai guna limbah kulit pisang sebagai pakan ayam arab petelur, memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai pengganti sebagian beta-karoten jagung, menghasilkan kuning telur ayam yang rendah kolesterol, tinggi skor warna, tinggi vitamin A, dan komposisi asam lemak yang baik, serta menghasilkan performa ayam arab yang baik.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Kulit Pisang sebagai Pakan Ternak

Kulit pisang merupakan limbah tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hal ini karena kulit pisang memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi. Kandungan nutrien kulit pisang di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrien Kulit Pisang (% BK) Kandungan

Nutrien Mentah Masak Silase

Abu (%) 16,5 10,7 10,21

Protein Kasar (%) 7,7 7,8 9,53

Lemak Kasar (%) 6,0 10,7 9,16

Serat Kasar (%) 13,0 10,1 8,12

BETN (%) 56,8 60,7 62,98

Sumber: Susilowati (1997), jenis kulit pisang tidak disebutkan.

Penelitian Tartakon et al. (1999) mengenai nutrien kulit pisang sebagai pakan babi periode pertumbuhan, kandungan nutrien kulit pisang sedikit berbeda dengan kandungan nutrien kulit pisang di Indonesia. Kandungan nutrien kulit pisang hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrien Kulit Pisang (as fed)

Kandungan Nutrien Mentah Hampir Matang Matang

Bahan Kering (%) 91,62 92,38 95,66

Protein Kasar (%) 5,19 6,61 4,77

Lemak Kasar (%) 10,66 14,20 14,56

Serat Kasar (%) 11,58 11,10 11,95

Abu (%) 16,30 14,27 14,58

Kalsium (%) 0,37 0,38 0,36

Phospor (%) 0,28 0,29 0,23

BETN (%) 47,89 46,20 49,80

Gross Energi (Kkal/kg) 4383 4692 4592 Sumber : Tartakon et al. (1999), jenis kulit pisang tidak disebutkan.

(5)

Hernawati dan Ariyani (2007) melakukan pengujian kandungan kimia tepung kulit pisang dengan pengeringan jemur dan oven pada tiga varietas yang berbeda. Hasil analisis proksimat tepung kulit pisang dengan pengeringan jemur dan oven pada tiga varietas yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Proksimat Tepung Kulit Pisang dengan Pengeringan Jemur dan Oven pada Tiga Varietas yang Berbeda (as fed)

Kandungan Nutrien

Jenis Kulit Pisang dan Metode Pengeringan Pisang Tanduk Pisang Nangka Pisang Kepok Oven Jemur Oven Jemur Oven Jemur Air (%) 12,64 7,34 2,84 7,26 5,71 7,41 Protein Kasar (%) 7,53 6,8 7,54 6,94 5,99 5,15 Lemak Kasar(%) 6,34 6,35 5,51 5,83 14,63 15,29 Serat Kasar (%) 11,00 9,65 11,07 10,00 14,04 16,14 BETN (%) 50,03 59,39 57,57 55,33 47,71 43,95 Gross Energi (Kkal/kg) 3730 3410 3400 3370 3680 3500 Abu (%) 12,46 10,47 15,47 14,64 11,92 12,06 Kalsium (%) 0,23 0,18 0,20 0,26 0,45 0,39 Phospor (%) 0,18 0,10 0,22 0,23 0,20 0,22 Sumber: Hernawati dan Ariyani (2007)

Hernawati dan Ariyani (2007) juga melakukan beberapa pengujian sifat fisik pada tepung kulit pisang. Hasil pengujian sifat fisik menunjukkan warna tepung kulit pisang yang dikeringkan dengan menggunakan oven lebih cenderung berwarna coklat tua dibandingkan tepung kulit pisang yang dijemur dengan sinar matahari karena terjadi proses oksidasi dengan udara sehingga terbentuk reaksi pencoklatan oleh enzim yang terdapat dalam bahan tersebut (browning enzymatic). Pencoklatan karena enzim merupakan reaksi antara oksigen dan suatu senyawa phenol yang dikatalisis oleh polyphenol oksidase.

Penelitian Hernawati et al. (2008) menunjukkan pemberian pakan yang mengandung tepung kulit pisang dengan taraf 30% pada ayam broiler juga dapat menghasilkan daging ayam broiler dengan kadar kolesterol rendah. Penelitian Hernawati et al. (2009) juga menunjukkan pemberian pakan yang mengandung tepung kulit pisang hingga taraf 30% pada ayam kampung dapat meningkatkan

(6)

produksi ayam kampung dilihat dari pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol dalam serum darah, daging, hati, feses, dan berat organ pencernaan menghasilkan nilai yang cukup baik.

Ayam Arab

Ayam arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu ayam arab silver dan ayam arab merah. Ayam arab baru sekitar 12 tahun masuk ke Indonesia. Ayam arab berasal dari ayam lokal Eropa. Beberapa ayam lokal petelur unggul di Eropa adalah Bresse di Prancis, Hamburg di Jerman, Mesian di Belanda, dan Braekels di Belgia. Ayam Braekels merupakan jenis ayam lokal petelur introduksi yang paling dikenal di Indonesia (Diwyanto dan Prijono, 2007).

Ayam arab merah mempunyai bobot badan dewasa jantan sekitar 1,4-2,1 kg dengan betina sekitar 1,1-1,6 kg yang mempunyai keunggulan dalam produksi telur. Ayam arab silver jantan dewasa mempunyai bobot badan 1,4-2,3 kg, sedangkan pada ayam arab silver betina dewasa bobot badannya mencapai 0,9-1,8 kg (Diwyanto dan Prijono, 2007). Penelitian Sodak (2011) mengenai karakteristik ayam arab petelur pada dua peternakan (Peternakan F dan S) di desa Aryojeding, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur, rataan bobot badan ayam pada peternakan F adalah 1,56 kg dan pada peternakan S adalah 1,34 kg. Performa dan kualitas telur ayam arab umur 12 bulan pada Peternakan F dan S di Tulung Agung dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 1. Ayam Arab Silver

Sumber : Dokumentasi Penelitian

(7)

6 Tabel 4. Performa dan Kualitas Telur Ayam Arab Umur 12 bulan pada Peternakan F

dan S di Tulung Agung

Performa Peternakan F Peternakan S

Produksi Telur (butir) 824 755

Produksi Hen Day (%) 53,99 49,48

Berat Telur (g/butir) 44,50-45,89 42,47-43,25

Persentase Putih Telur 49,82 51,33

Persentase Kuning Telur 39,95 38,40 Persentase Kerabang Telur 9,31 9,42 Sumber : Sodak (2011)

Produktivitas ayam arab cukup tinggi dan hal ini merupakan keunggulan ayam arab dibandingkan ayam buras lainnya. Produksi telur ayam arab dapat mencapai 300 butir/tahun dan berat telur sekitar 30-35 g/butir (Diwyanto dan Prijono, 2007).

(8)

7 Tabel 5. Kebutuhan Nutrien Ayam Lokal Umur 18-70 Minggu (Layer)

Nutrien Jumlah

Energi Metabolis(kkal/kg) 2750

Protein Kasar(%) 15

Lemak Kasar (%) 5-7

Serat Kasar (%) 7-9

Calsium (%) 2,75

Phospor tersedia (%) 0,25

Asam Amino Lysine (%) 0,70

Asam Amino Metionine (%) 0,30

Sumber : Diwyanto dan Prijono (2007)

Ayam arab merupakan ayam lokal petelur yang dapat dipelihara secara intensif. Performa ayam lokal petelur dapat dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan yang digunakan. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat meningkatkan performa ayam lokal petelur dibandingkan sistem pemeliharaan secara ekstensif dan semi intensif. Performa ayam lokal petelur yang dipelihara secara ekstensif, semi intensif, dan intensif dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Performa Ayam Lokal Petelur yang Dipelihara Secara Ekstensif, Semi Intensif, dan Intensif

Uraian Sistem Pemeliharaan

Ekstensif Semi Intensif Intensif

Produksi telur (%) 13 29 40

Bobot telur (g/butir) 39-48 39-48 39-43 Konsumsi pakan(g/ekor/hari) <60 60-68 80-100

Konversi pakan >10 8-10 4,9–6,4

Sumber: Zainuddin (2005)

Kolesterol Kuning Telur

(9)

yang tinggi sedangkan putih telur tidak mengandung kolesterol (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

Biosintesis kolesterol pada ayam petelur terjadi di hati. Biosintesis kolesterol berlangsung dalam 3 fase. Fase pertama, unit-unit asetil KoA berkondensasi membentuk mevalonat. Fase kedua, mevalonat diubah menjadi unit-unit isoprene 5-karbon yang mengalami fosforilasi dan berkondensasi membentuk senyawa 30-karbon, yaitu skualen. Fase ketiga, skualen mengalami siklisasi membentuk lanosterol yang memiliki cincin-cincin inti steroid. Lanosterol mengalami modifikasi melalui serangkaian reaksi untuk membentuk kolesterol (Marks et al., 2000). Secara singkat, biosintesis kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Biosintesis Kolesterol Sumber : Marks et al. (2000)

Kadar kolesterol kuning telur dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrien ransum. Kandungan kolesterol yang tinggi akan menyebabkan banyak orang menghindari konsumsi telur demi kesehatan. Penelitian Subekti et al. (2006)

(10)

9 memperlihatkan bahwa kandungan fitosterol pada daun katuk sebesar 2,14% dapat menurunkan kolesterol kuning telur puyuh dari 326,38 menjadi 227,73 mg/100g. Fitosterol merupakan sterol yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat menghambat absorpsi kolesterol yang berasal dari makanan maupun yang diproduksi di hati. Hal ini karena fitosterol berkompetisi menggantikan posisi kolesterol dalam misell, sehingga kolesterol yang diserap dalam usus sedikit. Mawaddah (2011) juga membuktikan bahwa penggunaan tepung daun katuk sebesar 10% dalam ransum juga dapat menurunkan kandungan kolesterol kuning telur puyuh dari 2,67 menjadi 1,72 mg/%.

Kandungan beta-karoten dalam ransum juga dapat mempengaruhi kandungan kolesterol. Penelitian Nuraini et al. (2008), dengan pemberian 30% OATF (onggok fermentasi) dalam ransum dapat menyebabkan penurunan kandungan kolesterol kuning telur dari 207,20 menjadi 117,80 mg/100g yang disebabkan kandungan beta-karoten yang tinggi sebesar 8,020 mg/100g. Nuraini et al. (2008) menyatakan semakin banyak jumlah beta-karoten yang dikonsumsi, semakin menurun kandungan kolesterol pada telur yang disebabkan karena beta-karoten dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimal glutaril-KoA) reduktase yang berperan dalam pembentukan mevalonat pada proses biosintesis kolesterol.

Probiotik juga mampu menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimal glutaril-KoA) reduktase, sehingga dengan pemberian probiotik juga dapat menurunkan kolesterol. Salah satunya adalah Pediococcus pentosaceus yang merupakan probiotik yang berasal dari fermentasi kakao hibrid. Yunenshi et al. (2009) membuktikan bahwa dengan penggunaan Pediococcus pentosaceus sebanyak 3 ml dapat menurunkan kandungan kolesterol kuning telur itik dari 239,81 menjadi 118,62 mg/dl.

Skor Warna Kuning Telur

(11)

10 berfungsi sebagai pewarna kuning telur. Xantofil diperoleh dari pakan dan tidak bisa disintesis oleh tubuh ayam (Nuraini et al., 2008).

Pengaruh beta-karoten terhadap skor warna kuning telur telah dibahas dalam penelitian Nuraini et al. (2008). Nuraini et al. (2008) menunjukkan dengan pemberian 30% OATF (onggok fermentasi) dalam ransum dengan kandungan beta-karoten 8,020 mg/100g dapat menyebabkan tingginya skor warna kuning telur dibandingkan perlakuan kontrol, yaitu dari 8,40 menjadi 10,60 disebabkan kandungan beta-karoten yang tinggi pada perlakuan tersebut.

Wiradimadja et al. (2004) juga menunjukkan penambahan 15% daun katuk mengandung beta-karoten 104,61 ppm atau 10,46 mg/100g dapat menghasilkan skor warna kuning telur 11,17, sedangkan ransum tanpa penambahan daun katuk hanya menghasilkan skor warna kuning telur hanya 1,33. Wiradimadja et al. (2004) menyatakan semakin tinggi kandungan daun katuk dalam ransum, semakin besar karoten yang akan terdeposisi dalam kuning telur sehingga akan mempengaruhi skor warna kuning telur tersebut. Mawaddah (2011) juga membuktikan bahwa penggunaan tepung daun katuk sebesar 10% dalam ransum juga dapat meningkatkan skor warna kuning telur puyuh menjadi 7,17, dibandingkan dengan puyuh yang tidak diberi tepung daun katuk dengan skor warna 3,13.

Penggunaan daun katuk yang dikombinasi dengan daun murbei dalam ransum juga dapat meningkatkan skor warna kuning telur. Piliang et al. (2009) menunjukkan kombinasi 5% tepung daun katuk dan 5% tepung daun murbei dalam ransum dapat meningkatkan skor warna kuning telur puyuh dibandingkan dengan puyuh yang diberi ransum kontrol, yaitu 2,05 menjadi 7,00. Peningkatan skor warna ini disebabkan adanya zat aktif pada kedua tepung daun tersebut.

Vitamin A Kuning Telur

Kandungan vitamin A pada kuning telur lebih tinggi dibandingkan kandungan vitamin A pada hati dan daging, karena vitamin A disimpan di dalam hati, jaringan lemak, dan kelenjar adrenal yang kemudian didistribusikan ke dalam kuning telur pada saat pembentukan kuning telur (Agustini, 2011).

(12)

11 vitamin A dan provitamin dalam ransum. Provitamin A, salah satunya beta-karoten akan diubah menjadi vitamin A dalam mukosa usus dan diabsorbsi dalam bentuk vitamin A. Faktor yang mempengaruhi konversi karotenoid menjadi vitamin A adalah jenis karotenoid, genetik, dan konsumsi karoten. Efisiensi konversi vitamin A dari karoten akan menurun jika konsumsi karoten tinggi. Peningkatan beta-karoten menyebabkan efisiensi konversi menurun dari rasio 2:1 menjadi 5:1 (McDowell, 2000).

Penelitian Agustini (2011) menunjukkan penggunaan daun katuk dan daun murbei dalam pakan dapat meningkatkan kandungan vitamin A dalam kuning telur puyuh. Penelitian ini menunjukkan kandungan vitamin A tertinggi pada perlakuan dengan penambahan 5% tepung daun katuk dan 5% tepung daun murbei, yaitu sebesar 0,336 mg/100g. Perlakuan ini mengandung provitamin A 1171,50 µg dan lebih tinggi dari pada kandungan provitamin A perlakuan kontrol yang hanya sebesar 644,21 µg. Agustini (2011) menyatakan kandungan provitamin A dalam tepung daun katuk dan tepung daun murbei terakumulasi dan saling memberikan kontribusi pada peningkatan kandungan vitamin A pada kuning telur dan menunjukkan bahwa kandungan provitamin A dalam ransum terdeposisi pada kuning telur.

Wardiny (2006) menunjukkan penggunaan tepung daun mengkudu dalam ransum ayam petelur dapat meningkatkan kandungan vitamin A telur ayam. Penggunaan 9% tepung daun mengkudu dapat menghasilkan vitamin A kuning telur ayam 3413 IU/100g atau 1,16 mg/100g, sedangkan ayam yang tidak diberi tepung daun mengkudu hanya menghasilkan vitamin A kuning telur ayam 2038 IU/100g atau 0,693 mg/100g. Wardiny (2006) menyatakan peningkatan vitamin A disebabkan oleh kandungan beta-karoten tepung daun mengkudu 161 ppm atau 16,1 mg/100g, sehingga konsumsi provitamin A lebih tinggi dari perlakuan lainnya dan menghasilkan vitamin A kuning telur ayam yang tinggi.

Asam Lemak Kuning Telur

(13)

12 mengandung sejumlah besar lemak jenuh, misalnya palmitat dan stearat, serta asam lemak tunggal tidak jenuh, misalnya oleat dan sedikit asam lemak tidak jenuh ganda. Komposisi asam lemak pada telur adalah palmitat 25%, stearat 10%, oleat 50%, linoleat 10%, linolenat 2%, dan arachidonat 3% (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

Penelitian mengenai asam lemak kuning telur ayam arab sudah pernah dilakukan. Penelitian Suliyah (2010) menunjukkan asam lemak yang paling banyak ditemukan pada kuning telur ayam arab adalah palmitat (20,552%-23,504%), oleat (40,774%-45,241%), dan linoleat (14,194%-16,807%).

Asam lemak pada produk ternak juga dapat dipengaruhi oleh serat kasar dalam ransum. Hasil penelitian Widjaja (2005), dengan pemberian solid sawit dalam ransum yang mengandung serat kasar 12,21% dapat menyebabkan kadar asam lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda meningkat. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal dengan konfigurasi cis merupakan asam lemak yang relatif stabil dan dapat menurunkan level kolesterol, serta tidak menyebabkan tumor. Hasil penelitian Widjaja (2005), juga memperlihatkan bahwa pemberian solid sawit dapat menyebabkan kadar asam lemak jenuh, yaitu palmitat menurun. Asam lemak jenuh ini merupakan asam lemak yang berbahaya bagi kesehatan tubuh karena jika dikonsumsi terlalu banyak akan menyebabkan tubuh menjadi gemuk.

Beta-Karoten

Beta-karoten merupakan provitamin A yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Beta-karoten dapat menonaktifkan zat kimia reaktif seperti oksigen singlet, sensitizers triplet fotokimia, dan radikal bebas (McDowell, 2000). Beta-karoten juga merupakan salah satu Beta-karotenoid yang memberikan warna kuning, jingga, dan merah, sehingga dapat berfungsi sebagai pigmen kuning telur. Beta-karoten juga mampu menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimetil glutaril-KoA) reduktase yang berperan dalam pembentukan mevalonat pada proses biosintesis kolesterol (Stocker, 1993).

(14)

(hidroksimetil glutaril-KoA) redukrase dapat membatasi kerja enzim dalam pembentukan mevalonat, sehingga dapat mengurangi sintesis kolesterol intraseluler yang disintesis di hati. Secara singkat, dapat dilihat pada Gambar 3.

13 Beta-Karoten dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase*

HMG-Koa reduktase merupakan enzim untuk pembentukan mevalonat *

Mevalonat berfungsi untuk biosintesis kolesterol di hati **

Kolesterol kuning telur disintesis di hati**

Penghambatan enzim HMG-Koa oleh beta-karoten dapat mengurangi sintesis kolesterol di hati **

Gambar 3. Peran Beta-Karoten terhadap Kolesterol Kuning Telur Sumber: *) Stocker (1993) dan **) Sudha et al. (2009)

Sumber beta-karoten dalam ransum petelur biasanya berasal dari jagung. Jagung memiliki kandungan beta-karoten sebesar 33 mg/kg atau 3,3 mg/100g (Nuraini et al., 2008). Kandungan beta-karoten tepung kulit pisang uli yang digunakan pada penelitian ini sebesar 5,127 mg/100g (Hasil analisa beta-karoten Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, IPB).

Serat Kasar

(15)

14 Pengaruh serat kasar terhadap kandungan kolesterol telah ditunjukkan oleh penelitian Widjaja (2005), yaitu pemberian solid sawit hingga 37,5% dalam ransum dengan kandungan serat kasar ransum 12,21% dapat menurunkan kolesterol pada daging dan hati ayam broiler, yaitu dari 1,18 menjadi 0,98 mg/100ml dan dari 2,20 menjadi 1,91 mg/100ml. Widjaja (2005) menyatakan hal ini terjadi karena serat tersebut akan merusak misell-misell dalam usus sehingga meningkatkan ekskresi lemak dan kolesterol melalui feses.

(16)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan di kandang dilakukan selama 7 minggu dengan 1 minggu masa adaptasi pakan dan 6 minggu berikutnya menggunakan ransum perlakuan.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam arab silver periode pullet umur 19 minggu sebanyak 80 ekor yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan 4 ulangan secara acak. Setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam arab silver.

Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang baterai. Masing-masing kandang disediakan tempat pakan dan tempat air minum. Peralatan yang digunakan di kandang adalah tempat pakan yang terbuat dari bambu, tempat air minum, lampu penerangan, timbangan, tangki untuk penyimpanan air berukuran 30 liter, dan ember.

Ransum

Ransum yang diberi pada ternak sesuai dengan perlakuan, yang terdiri dari konsentrat ayam petelur dicampur dengan bahan pakan sumber energi, yaitu jagung, pollard, CPO (Crude Palm Oil), dan tepung kulit pisang. Jenis kulit pisang yang digunakan adalah pisang uli yang diperoleh dari limbah pengolahan pisang aroma dan pisang goreng di daerah sekitar kampus. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung kulit pisang adalah pisau, oven 60 oC, dan alat pengiling. Tepung kulit pisang yang telah diproduksi dilakukan analisis proksimat dan kadar beta-karoten. Hasil analisis proksimat dan kadar beta-karoten tepung kulit pisang dapat dilihat pada Tabel 7.

Konsentrat ayam petelur merupakan hasil formulasi ransum dengan kandungan protein kasar sebesar 36,87%. Formula dan kandungan nutrien konsentrat dan ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

(17)

16 Tabel 8. Kandungan Nutrien dan Beta-Karoten Tepung Kulit Pisang Uli (as fed)

Kandungan Nutrien Jumlah

Bahan Kering (%) 80,98

Gross energi (kkal/kg) 3842

Beta-Karoten (mg/100 g)* 5,127

Sumber: Hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Perternakan, IPB (2011) *) Hasil analisis Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan, IPB (2011)

Tabel 7. Formula dan Kandungan Nutrien Konsentrat Ayam Petelur

Bahan Pakan Jumlah

Bungkil Kedelai (%) 29

Bungkil Kelapa (%) 11

Tepung Ikan (%) 40

CaCO3 (%) 19

Premix (%) 1

Kandungan Nutrien (as fed)

Bahan Kering (%) 90,73

Protein Kasar (%) 36,87

Lemak Kasar (%) 4,22

Serat Kasar (%) 3,89

BETN (%) 33,69

Abu (%) 12,05

Kalsium (%) 9,36

Phospor Tersedia (%) 1,30

Lysin (%) 2,63

Methionin (%) 0,86

Energi Metabolis (kkal/kg) 1914

(18)

17 Tabel 9. Formula dan Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan

Bahan Pakan R0 R1 R2 R3

Jagung (%) 50 30 20 10

Tepung Kulit Pisang (%) 0 20 30 40

Pollard (%) 15 11 9 5,3

CPO (Crude Palm Oil) (%) 5 9 11 13,2

Konsentrat (%) 30 30 30 31,5

Kandungan Nutrien (as fed)

Bahan Kering (%)1 89,78 89,03 85,33 86,74

Protein Kasar (%)2 15,12 14,56 14,54 14,43

Lemak Kasar (%)1 6,48 9,24 10,81 11,07

Serat Kasar (%)2 3,56 6,15 6,32 7,42

BETN (%)2 53,48 46,54 41,44 40,61

Abu (%)2 11,34 12,54 12,22 13,21

Kalsium (%)2 3,93 4,08 4,16 4,42

Phospor Total (%)2 1,26 1,10 1,03 0,75

Phospor Tersedia (%)3 0,46 0,46 0,46 0,48

Lysin (%)3 1,01 0,96 0,89 0,89

Methionin (%)3 0,38 0,34 0,31 0,30

Gross Energi (kkal/kg)2 3624 3766 3667 3694 Energi Metabolis (kkal/kg)3 2794 2766 2752 2760 Beta-Karoten (mg/100 g)* 4,634 7,438 6,453 6,189

Sumber : (1)Analisis proksimat Laboratorium Ilmu Hayati, PAU, IPB (2011). (2) Analisis proksimat Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Perternakan, IPB (2011) (3)Hasil perhitungan formulasi ransum *)Analisis beta-karoten Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan, IPB (2011)

Prosedur

Pembuatan Tepung Kulit Pisang

(19)

18 Limbah kulit pisang uli

Dipotong hingga berukuran kecil dengan ukuran 3-5 cm

Ditiriskan

Pengeringan pada oven 60 oC selama 2 hari

Digiling

Tepung kulit pisang

Penjemuran sinar matahari selama ± 9 jam

Gambar 4. Proses Pembuatan Kulit Pisang

Persiapan Kandang

Kegiatan yang dilakukan dalam mempersiapkan kandang adalah sanitasi kandang, peralatan kandang, dan lingkungan sekitar kandang. Peralatan kandang yang disiapkan berupa kandang baterai, tempat pakan, tempat air minum, dan bambu yang digunakan untuk menyangga kandang baterai dan sebagai tempat pakan. Kegiatan persiapan kandang ini dilakukan sekitar 2 minggu sebelum pemeliharaan dilaksanakan.

Pencampuran Pakan

Pencampuran pakan dilakukan dengan cara pencampuran manual. Pertama, dilakukan pencampuran konsentrat terlebih dahulu. Setelah konsentrat dicampur secara merata, dilakukan pencampuran ransum yang berasal dari konsentrat dan bahan sumber energi, yaitu jagung, pollard, CPO (Crude Palm Oil), dan tepung kulit pisang.

Pemeliharaan

(20)

dan akhir pemeliharaan, dilakukan penimbangan bobot badan ayam arab. Setiap hari, ayam arab diberi pakan sekitar 100 g/ekor/hari yang diberi pada pagi dan sore hari. Air minum diberi ad libitum. Setiap hari, juga dilakukan penimbangan berat telur yang diproduksi. Setiap minggu, dilakukan penimbangan sisa pakan untuk mengetahui konsumsi pakan. Pada minggu ke-2, ke-4, dan ke-6 dilakukan pengamatan skor warna kuning telur dengan menggunakan yolk color fan.

Perhitungan Performa Ayam Arab

Performa ayam arab yang diukur pada penelitian ini adalah produksi hen day (%), berat telur (g/butir), konsumsi ransum (g/ekor/hari), dan konversi ransum. Produksi Hen Day (%) = x 100

Konversi ransum =

Analisis Kolesterol, Vitamin A, dan Asam Lemak Kuning Telur

Kolesterol Kuning Telur. Pengukuran kadar kolesterol dilakukan berdasarkan metode Libermann-Buchard. Sampel telur untuk analisis kolesterol didapatkan dari produksi minggu ke-6 pemberian ransum pelakuan. Setiap ulangan kurang lebih mempunyai 3 butir telur dan kemudian dikomposit menjadi 1 sampel. Sampel telur yang digunakan sebanyak 16 sampel. Telur dipecah kemudian diambil kuningnya untuk dianalisis. Cara kerjanya adalah sampel ditimbang sebanyak 0,2 g dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse berskala 15. Kemudian ditambahkan cairan alkohol eter 3:1 sebanyak 12 ml, diaduk hingga homogen. Larutan didiamkan sambil dikocok satu sampai dua kali selama 30 menit. Pengaduk dibilas dengan menggunakan alkohol eter 3:1 dan disetarakan menjadi 15 ml, lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan dipindahkan ke dalam gelas piala 50 ml dan dipanaskan pada penangas air sampai kering. Ekstrak residu dilarutkan dengan 2,5 ml kloroform sedikit demi sedikit atau dicuci sebanyak dua kali dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml untuk disetarakan volumenya menjadi 5 ml. Selanjutnya kolesterol standar 5 ml (0,4 mg kolesterol dalam 5 ml klorofrom) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Keduanya ditambahkan 2 ml asetat anhidrida dan 100µl H2SO4 pekat, kemudian dikocok sampai timbul warna

hijau, lalu disimpan selama 15 menit di dalam ruang gelap. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420

(21)

nm. Nilai kolesterol tersebut diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan kurva standar kolesterol sebagai berikut:

Kadar Kolesterol(mg/100mg)

= [(0,214 x Absorbansi Sampel) + 0,005] :

Vitamin A Kuning Telur. Penentuan kandungan vitamin A dalam kuning telur dilakukan analisis dengan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Sampel yang digunakan untuk analisis sebanyak 4 sampel, yaitu 1 sampel untuk setiap perlakuan yang dikomposit dari setiap ulangan. Prosedur analisis yang dilakukan adalah sampel ditimbang kira-kira 0,5 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu dan ditambahkan 30 ml ethanol 95%. Labu digoyang agar tercampur merata. Kemudian dipanaskan selama 30 menit suhu 80 oC menggunakan penangas air dan pendingin balik. Setelah selesai dipanaskan, kondensor dibilas dengan 20 ml air. Sampel diekstrak dengan diethyl ether. Kemudian sampel disaring dengan kertas saring berlipat untuk menghilangkan sisa air yang ada. Pelarut ekstrak vitamin diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Residu dilarutkan dengan ethanol dan kemudian diinjekkan ke alat HPLC. Hasil vitamin A kuning telur akan dianalisis secara deskriptif.

Asam Lemak Kuning Telur. Kandungan asam lemak kuning telur dianalisis dengan menggunakan metode AOAC. Sampel yang digunakan untuk analisis ini sebanyak 4 sampel, yaitu 1 sampel untuk setiap perlakuan yang dikomposit dari setiap ulangan. Telur tersebut dipecah dan diambil kuningnya untuk dianalisis. Prosedur analisis yang dilakukan adalah sampel ditimbang kira-kira 0,5 g, kemudian ditambahkan NaOH 0,5 N sebanyak 5 ml, setelah itu dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80 oC selama 20 menit. Kemudian diangkat dan dibiarkan dingin. Setelah itu, ditambahkan BF3 sebanyak 5 ml, dipanaskan kembali dalam waterbath pada suhu 80 oC selama 20

menit. Kemudian didinginkan pada suhu kamar dan ditambahkan NaCl jenuh sebanyak 2 ml. Selanjutnya ditambahkan n-HEXAN 2 ml, lalu dikocok dan didiamkan. Setelah itu, diambil fase atas (lapisan n-HEXAN), kemudian larutan siap untuk diinjekkan ke alat GC. Hasil asam lemak kuning telur akan dianalisis secara deskriptif.

(22)

21 Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 4 ransum perlakuan berdasarkan taraf penggunaan jagung dan tepung kulit pisang dalam ransum. Perlakuan kontrol menggunakan 50% jagung dan tanpa tepung kulit pisang, sedangkan pada perlakuan 2, 3, dan 4, penggunaan jagung menurun dan disubstitusi dengan penggunaan tepung kulit pisang yang meningkat. Penggunaan CPO (Crude Palm Oil) yang meningkat dengan meningkatnya tepung kulit pisang dalam ransum untuk mencapai kondisi isoenergi pada keempat ransum perlakuan. Hal ini karena tepung kulit pisang memiliki energi metabolis yang lebih rendah dari pada jagung. Ransum perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

R0 = Ransum mengandung 50% jagung + 0% tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + 20% tepung kulit pisang R2 = Ransum mengandung 20% jagung + 30% tepung kulit pisang R3 = Ransum mengandung 10% jagung + 40% tepung kulit pisang

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan yang disusun secara acak untuk seluruh satuan percobaan. Adapun model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993):

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan untuk perlakuan yang diberi

μ = rataan umum τi = efek perlakuan ke-i

εij = eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data

(23)

22 Peubah yang Diamati

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ransum Perlakuan

Tepung kulit pisang memiliki kandungan beta-karoten dan serat kasar yang cukup tinggi, yaitu 5,127 mg/100g dan 11,51%, dibandingkan dengan kandungan beta-karoten jagung hanya 3,3 mg/100g (Nuraini et al., 2008) dan serat kasar 2,20% (NRC, 1994). Hal ini menunjukkan tepung kulit pisang dapat mengganti sebagian beta-karoten dalam jagung.

Tepung kulit pisang memiliki kandungan energi yang lebih rendah dibandingkan jagung, sehingga diperlukan kontribusi sumber energi lain yang lebih besar, yaitu CPO (Crude Palm Oil) untuk memenuhi kebutuhan energi ayam arab. Penggunaan CPO (Crude Palm Oil) dalam ransum tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi, tetapi akan mempengaruhi lemak kasar ransum. Penggunaan tepung kulit pisang pada penelitian ini adalah 0%, 20%, 30%, dan 40%. Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang terhadap serat kasar, lemak kasar, dan beta-karoten ransum dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang Terhadap Serat kasar, Lemak Kasar, dan Beta-Karoten Ransum

Penggunaan

Tabel 10 menunjukkan penggunaan tepung kulit pisang dapat meningkatkan kandungan serat kasar, lemak kasar, dan beta-karoten ransum dibandingkan ransum kontrol. Peningkatan serat kasar ransum disebabkan oleh peningkatan tepung kulit pisang yang memiliki serat kasar cukup tinggi. Peningkatan lemak kasar ransum disebabkan oleh peningkatan penggunaan CPO (Crude Palm Oil) yang memiliki kandungan lemak kasar yang sangat tinggi. Peningkatan beta-karoten ransum disebabkan karena peningkatan tepung kulit pisang yang memiliki beta-karoten yang cukup tinggi. Peningkatan tepung kulit pisang yang dapat meningkatan serat kasar,

(25)

24 lemak kasar, dan beta-karoten ransum dapat mempengaruhi kandungan kolesterol, skor warna, vitamin A, komposisi asam lemak, dan performa ayam arab.

Kolesterol Kuning Telur

Sintesis kolesterol kuning telur dapat dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah pakan, terutama pakan yang memiliki kandungan beta-karoten tinggi dan serat kasar yang tinggi. Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang terhadap kandungan kolesterol kuning telur ayam arab dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Kandungan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab

Perlakuan

Keterangan: R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

Rataan kandungan kolesterol kuning telur ayam arab pada penelitian ini berkisar dari 0,558-0,649 mg/100mg. Penelitian Rusmana (2000) menunjukkan kandungan kolesterol kuning telur ayam kampung yang diberi ransum minyak kelapa sawit sebesar 0,464 mg/100mg, sedangkan kandungan kolesterol ayam kampung yang diberi minyak ikan dan kombinasi minyak ikan dengan minyak jagung, yaitu berkisar 1,044–1,054 mg/100mg dan 0,938-0,951 mg/100mg. Kandungan kolesterol kuning telur kedua penelitian ini lebih rendah dari kandungan kolesterol pada umumnya adalah 1,602 mg/100mg (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

(26)

menurunkan kandungan kolesterol kuning telur. Kolesterol kuning telur memiliki peranan penting untuk unggas, yaitu diperlukan untuk perkembangan embrio, sebagai penyusun membran sel, dan bahan pembentuk dari hormon adrenal, hormon kelamin, vitamin D, dan asam empedu. Anak ayam yang muda tidak memiliki cukup enzim untuk membentuk kolesterol, sehingga kolesterol harus disimpan dalam telur (Amrullah, 2004). Mekanisme penurunan kolesterol cukup sulit, karena unggas akan tetap mensintesis kolesterol di dalam tubuhnya untuk memenuhi kebutuhannya. Pengaruh beta-karoten dan serat kasar terhadap rataan kolesterol kuning telur ayam arab dapat dilihat pada Gambar 5.

0

Gambar 5. Pengaruh Beta-Karoten dan Serat Kasar terhadap Rataan Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab

R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

Penelitian ini menunjukkan konsumsi beta-karoten ransum 7,26 mg/ekor/hari belum mampu menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimetil glutaril-KoA) reduktase yang berperan penting dalam pembentukan mevalonat pada biosintesis kolesterol. Pembentukan mevalonat yang terhambat akan menghambat pembentukan skualen dan lanostreol yang akan mengalami serangkaian reaksi untuk membentuk kolesterol. Nuraini et al. (2008) menyatakan kandungan beta-karoten ransum hingga 8,020 mg/100g dapat menurunkan kandungan kolesterol pada kuning telur.

Faktor yang menyebabkan kandungan kolesterol kuning telur ayam arab tidak berbeda nyata adalah semakin banyak penggunaan tepung kulit pisang juga

(27)

26 meningkatkan penggunaan CPO (Crude Palm Oil), yang mengandung asam lemak jenuh, yaitu palmitat yang cukup tinggi sebesar 46,4% dari total asam lemak (NRC, 1994). Peningkatan CPO (Crude Palm Oil) yang tinggi dapat menyebabkan kandungan asam lemak jenuh ransum, yaitu asam lemak palmitat meningkat yang dapat meningkatkan kandungan kolesterol kuning telur. Asam lemak palmitat mengalami beta-oksidasi, yaitu proses pemecahan asam lemak untuk diubah ke dalam bentuk energi. Asam lemak palmitat terjadi pemecahan berulang selama 7 kali, yang menghasilkan 8 molekul asetil Koa. Asetil Koa diperlukan juga untuk sintesis kolesterol. Asam lemak jenuh dapat menaikkan kadar kolesterol dalam plasma sedangkan asam lemak tidak jenuh tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan kolesterol (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Hal ini yang menyebabkan kandungan beta-karoten dan serat kasar ransum yang meningkat tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan kandungan kolesterol kuning telur.

Skor Warna Kuning Telur

Skor warna kuning telur pada penelitian ini diukur dari hasil rata-rata skor warna kuning telur ayam arab yang diamati pada minggu ke-2, ke-4, dan ke-6 selama pemberian ransum perlakuan. Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang terhadap rataan skor warna kuning telur ayam arab dapat dilihat pada Tabel 12.

(28)

27 mengakibatkan warna kekuningan pada lapisan jaringan lemak, termasuk pada kuning telur (Sutama, 2008).

Tabel 12. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Skor Warna Kuning Telur Ayam Arab

Perlakuan Konsumsi β-karoten (mg/ekorhari)

Keterangan: R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

Hasil analisis ragam (Tabel 12) menunjukkan penggunaan tepung kulit pisang tidak berpengaruh nyata terhadap skor warna kuning telur ayam arab. Kandungan beta-karoten ransum pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap skor warna kuning telur karena peningkatan tepung kulit pisang diikuti dengan penurunan kandungan jagung dalam ransum. Jagung mengandung xantofil sebesar 20 mg/kg (Leeson dan Summer, 2005) yang juga berfungsi sebagai pigmen pada kuning telur. Kandungan jagung yang menurun menyebabkan kandungan xantofil ransum menurun yang dapat mengakibatkan penurunan skor warna kuning telur. Peningkatan beta-karoten sebagai pigmen pada kuning telur dalam ransum perlakuan dapat meningkatkan skor warna kuning telur, sehingga tidak terjadinya penurunan skor warna kuning telur ayam arab dan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Vitamin A Kuning Telur

Vitamin A kuning telur pada penelitian ini diukur menggunakan HPLC. Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang vitamin A kuning telur ayam arab dapat dilihat pada Tabel 13.

(29)

28 Wardiny (2006) menunjukkan kandungan vitamin A telur ayam petelur yang tidak diberi tepung daun mengkudu menghasilkan vitamin A kuning telur 0,693 mg/100g dan meningkat menjadi 1,16 mg/100g dengan penggunaan tepung daun mengkudu 9%. Peningkatan kandungan vitamin A kuning telur pada peneltian Wardiny (2006) mencapai 67,38%. Peningkatan vitamin A kuning telur pada penelitian tersebut karena kandungan beta-karoten tepung daun mengkudu mencapai 161 ppm atau 16,1 mg/100g dan lebih tinggi dibandingkan kandungan beta-karoten tepung kulit pisang sebesar 5,127 mg/100g.

Tabel 13. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Vitamin A Kuning Telur Ayam Arab

Perlakuan Konsumsi β-karoten (mg/ekor/hari)

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan, IPB

Keterangan: R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

Kandungan vitamin A kuning telur dipengaruhi oleh konsumsi beta-karoten. Konsumsi beta-karoten pada perlakuan yang menggunakan tepung kulit pisang lebih tinggi dari pada ransum yang tanpa penggunaan tepung kulit pisang. Beta-karoten merupakan karotenoid yang dapat berperan sebagai pro-vitamin A yang akan diubah menjadi vitamin A di dalam mukosa usus dan diserap dalam bentuk vitamin A. Beta-karoten yang dikonsumsi dipecah melalui reaksi oksidasi oleh enzim beta-Beta-karoten dioksigenase yang menghasilkan vitamin A (Sahara, 2006).

(30)

29 rendah dibandingkan pada perlakuan R2 dan R3 dengan konsumsi beta-karoten yang lebih rendah, yaitu 6,25 dan 6,17 mg/ekor/hari.

Asam Lemak Kuning Telur

Analisis asam lemak telur dianalisis dengan menggunakan alat GC. Hasil analisis asam lemak kuning telur ayam arab selama pemberian ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Asam Lemak Kuning Telur Ayam Arab Sumber : Hasil analisis Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan, IPB

Keterangan: R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40% *) Amrullah (2004)

(31)

30 lemak jenuh, misalnya palmitat, asam lemak tunggal tidak jenuh, misalnya oleat dan sedikit asam lemak tidak jenuh ganda, misalnya linoleat.

Asam lemak oleat, linoleat, dan linolenat merupakan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh diperlukan untuk pertumbuhan normal dan mempertahankan kesehatan tubuh dan termasuk asam lemak esensial, yaitu asam lemak yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh (Piliang dan Djojosoebagio, 2000). Hal ini menunjukkan kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi baik untuk kesehatan tubuh. Total asam lemak tidak jenuh tertinggi pada perlakuan penggunaan 20% tepung kulit pisang dan hanya sedikit lebih tinggi dari perlakuan tanpa penggunaan tepung kulit pisang. Tingginya total asam lemak tidak jenuh pada perlakuan R1 karena asam lemak linoleat cenderung meningkat dibandingkan kontrol. Beta-karoten yang dapat berfungsi sebagai antioksidan dapat melindungi asam lemak tidak jenuh dari oksidasi yang berlebih, sehingga dapat meningkatkan asam lemak tidak jenuh. Rukmiasih et al. (2011) juga menyatakan antioksidan dalam beluntas bekerja sama dengan vitamin E dapat melindungi asam lemak tidak jenuh dari oksidasi yang berlebih atau radikal bebas. Perlakuan R1 juga menghasilkan rasio ω3 : ω6 yang berasal dari rasio asam lemak linolenat : asam lemak linoleat yang mendekati kisaran normal berdasarkan Amrullah (2004). Hal ini karena asam lemak linoleat yang meningkat tidak diikut penurunan asam lemak linolenat, sedangkan asam linolenat pada perlakuan R2 dan R3 mengalami penurunan.

(32)

31 yang tinggi dapat melindungi oksidasi asam lemak tidak jenuh dan menghasilkan asam lemak jenuh yang rendah (Sumardi, 1992). Total asam lemak tidak jenuh yang tertinggi dan asam lemak jenuh yang terendah pada perlakuan R1 menunjukkan tepung kulit pisang dapat mensubtitusi beta-karoten dalam jagung sebesar 20% untuk menghasilkan komposisi asam lemak yang baik.

Performa Ayam Arab Petelur

Tepung kulit pisang mengandung beta-karoten yang cukup tinggi, yaitu sebesar 5,127 mg/100g dan BETN sebasar 45,48%. Hal ini menyebabkan tepung kulit pisang dapat menjadi pakan alternatif pengganti sebagian jagung dalam ransum ayam arab petelur. Performa ayam arab petelur selama 6 minggu pemberian ransum perlakuan perlu diamati untuk mengetahui kemampuan tepung kulit pisang sebagai pengganti sebagian beta-karoten jagung. Performa ayam arab petelur yang diamati pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Kandungan Performa Ayam Arab

Keterangan: R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

(33)

perlakuan R0 dan R1 menunjukkan nilai yang normal, yaitu lebih besar dari 40%, sedangkan pada perlakuan R2 dan R3 terjadi penurunan produksi hen day.

Hasil analisis ragam (Tabel 15) menunjukkan bahwa penggunaan tepung kulit pisang pada ransum ayam arab petelur berpengaruh nyata terhadap produksi hen day (P<0,05). Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang terhadap produksi hen day dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Produksi Hen Day 49,27 50,12

R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

Gambar 6 menunjukkan perlakuan tanpa tepung kulit pisang sama (R0) dengan perlakuan dengan penggunaan 20% tepung kulit pisang (R1), sehingga penggunaan 20% tepung kulit pisang dapat mensubtitusi 20% beta-karoten dalam jagung untuk menghasilkan produksi hen day yang sama dengan kontrol. Produksi hen day pada perlakuan dengan penggunaan 30% (R2) dan 40% (R3) tepung kulit pisang sama, tetapi lebih kecil dari pada perlakuan dengan penggunaan tanpa (R0) dan 20% (R1) tepung kulit pisang. Hal ini menunjukkan penggunaan tepung kulit pisang sebesar 30% dan 40% belum mampu mensubstitusi beta-karoten dalam jagung untuk menghasilkan hen day yang sama dengan kontrol.

Berat telur penelitian ini dihitung dari rataan berat telur ayam arab selama 6 minggu pemberian ransum perlakuan. Rataan berat telur selama 6 minggu pemberian ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15. Rataan berat telur ayam arab pada penelitian ini adalah sekitar 34-36,7 g/butir. Menurut Diwyanto dan Prijono (2007),

(34)

berat telur 30-35 g/butir. Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Berat Telur 36,70 35,93 34,87

R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

Hasil analisis ragam (Tabel 15) menunjukkan bahwa penggunaan tepung kulit pisang pada ransum ayam arab petelur sangat berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan (P<0,01). Gambar 7 menunjukkan berat telur pada perlakuan tanpa tepung kulit pisang (R0) sama dengan perlakuan dengan penggunaan 20% tepung kulit pisang (R1), sehingga penggunaan tepung kulit pisang sebesar 20% dapat mensubtitusi beta-karoten dalam jagung sebesar 20% untuk menghasilkan berat telur yang sama dengan kontrol. Berat telur pada perlakuan dengan penggunaan 30% (R3) dan 40% (R4) tepung kulit pisang sama, tetapi lebih kecil dari pada perlakuan dengan penggunaan tanpa (R0) dan 20% (R1) tepung kulit pisang, sehingga penggunaan tepung kulit pisang sebesar 30% dan 40% belum mampu mensubstitusi beta-karoten dalam jagung untuk menghasilkan berat telur yang sama dengan kontrol.

Konsumsi pakan pada penelitian ini dihitung dari rata-rata jumlah pakan yang dikonsumsi ayam arab petelur selama pemberian ransum perlakuan. Hasil analisis ragam (Tabel 15) menunjukkan bahwa penggunaan tepung kulit pisang pada ransum ayam arab petelur sangat berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan (P<0,01).

(35)

Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang terhadap konsumsi pakan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Konsumsi Pakan

91,01 97,64 96,94 99,73

R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

Gambar 8 menunjukkan rataan konsumsi pakan selama 6 minggu pemberian ransum perlakuan berkisar 91,01–99,73 g/ekor/hari. Konsumsi pakan untuk ayam lokal petelur berkisar 80–100 g/ekor/hari (Diwyanto et al., 1996). Konsumsi pakan pada penelitian ini menunjukkan nilai yang normal, tetapi cenderung mengalami peningkatan. Konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan dengan penggunaan tepung kulit pisang dalam ransum sebesar 40%. Perlakuan dengan penggunaan 20% tepung kulit pisang (R1) dapat menghasilkan produksi hen day dan berat telur yang sama dengan kontrol. Peningkatan konsumsi pakan pada perlakuan R1 menunjukkan pakan yang dibutuhkan lebih banyak untuk menghasilkan produksi hen day dan berat telur yang sama dengan kontrol.

Penurunan produksi hen day dan berat telur pada perlakuan R2 dan R3 yang diikuti dengan peningkatan konsumsi ransum disebabkan karena kandungan serat kasar dan lemak kasar pada ransum yang cukup tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan dapat mengurangi produksi dan berat telur karena serat dalam pakan akan tinggal di saluran pencernaan dalam waktu yang singkat, sehingga absorbsi zat makanan berkurang (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Kebutuhan

(36)

35 energi pada perlakuan R2 dan R3 lebih banyak berasal dari CPO (Crude Palm Oil) yang memiliki lemak kasar yang tinggi. Tingginya laju aliran pakan dalam saluran pencernaan mengakibatkan lemak bergerak melewati usus secara cepat dan menyebabkan lemak tidak dihidrolisis secara efisien. Hampir seluruh lemak dalam pakan tidak diabsorbsi dan diekskresikan keluar. Hal ini menyebabkan berkurangnya energi yang diabsorbsi oleh tubuh dan mengakibatkan nutrien yang dibutuhkan untuk menghasilkan telur pada perlakuan R2 dan R3 berkurang, yang menyebabkan produksi hen day dan berat telur juga menurun. Berkurangnya energi yang diabsorbsi menyebabkan ayam arab petelur meningkatkan konsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrien lainnya. Penelitian Ibrahim (2004) juga menunjukkan konsumsi ransum pada ayam petelur yang diberi 10% daun katuk dengan kandungan serat kasar 8,39% dalam ransum mengalami peningkatan 39,09 g/ekor/hari dibandingkan dengan kontrol, yaitu dari 140,19 menjadi 179,22 g/ekor/hari.

Peningkatan konsumsi ransum tanpa diikuti dengan peningkatan produksi hen day dan berat telur menyebabkan konversi pakan pada perlakuan R2 dan R3 meningkat, sehingga pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 g berat telur yang diproduksi lebih besar dibandingkan pada R1 dan R0. Penelitian Ibrahim (2004) juga menunjukkan peningkatan konsumsi ransum pada ayam petelur yang diberi daun katuk 5% dan 10% dalam ransum tanpa diikuti peningkatan berat telur sehingga terjadi peningkatan konversi pakan dibandingkan dengan kontrol, yaitu dari 3,33 menjadi 3,78 dan 3,99.

Konversi pakan dihitung berdasarkan rataan konsumsi pakan dibagi dengan rataan berat telur yang diproduksi selama 6 minggu pemberian ransum perlakuan. Hasil analisis ragam (Tabel 15) menunjukkan bahwa penggunaan tepung kulit pisang pada ransum ayam arab petelur sangat berpengaruh nyata terhadap konversi pakan (P<0,01). Pengaruh penggunaan tepung kulit pisang terhadap konversi pakan dapat dilihat pada Gambar 9.

(37)

kulit pisang (R1) dan masih dalam nilai kisaran normal, sehingga penggunaan tepung kulit pisang sebesar 20% dapat mensubtitusi beta-karoten dalam jagung sebesar 20% untuk menghasilkan konversi pakan yang sama dengan kontrol. Konversi pakan pada perlakuan dengan penggunaan 30% (R3) dan 40% (R4) tepung kulit pisang sama, tetapi lebih tinggi daripada perlakuan dengan penggunaan tanpa dan 20% tepung kulit pisang, sehingga penggunaan tepung kulit pisang sebesar 30% dan 40% belum mampu mensubstitusi beta-karoten dalam jagung untuk menghasilkan konversi pakan yang sama dengan kontrol.

5,11 5,45

8,26 9,01

0 2 4 6 8 10 12

R0 R1 R2 R3

Konversi Pakan

Perlakuan

Gambar 9. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Konversi Pakan R0 = Ransum mengandung 50% jagung + tanpa tepung kulit pisang

R1 = Ransum mengandung 30% jagung + tepung kulit pisang 20% R2 = Ransum mengandung 20% jagung + tepung kulit pisang 30% R3 = Ransum mengandung 10% jagung + tepung kulit pisang 40%

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung kulit pisang hingga 40% dan 10% jagung belum mampu menurunkan kolesterol dan meningkatkan skor warna kuning telur, namun mampu meningkatkan vitamin A kuning telur mencapai 49,29%. Penggunaan 20% tepung kulit pisang dan 30% jagung dapat menghasilkan produksi hen day, berat telur, dan konversi pakan yang sama dengan perlakuan kontrol (tanpa penggunaan tepung kulit pisang), serta mampu menghasilkan komposisi asam lemak yang baik. Hal ini menunjukkan beta-karoten dalam tepung kulit pisang mampu mensubtitusi 20% beta-karoten dalam jagung dan meningkatkan vitamin A kuning telur.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengolahan kulit pisang menjadi tepung kulit pisang yang tidak merusak kandungan beta-karoten dalam tepung kulit pisang, salah satunya dengan pengeringan menggunakan freeze drying. Freeze drying merupakan pengeringan beku yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas.

(39)

PEMANFAATAN BETA-KAROTEN DALAM TEPUNG KULIT

PISANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN JAGUNG

UNTUK MENGHASILKAN TELUR AYAM ARAB

RENDAH KOLESTEROL

SKRIPSI RIKA ZAHERA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(40)

PEMANFAATAN BETA-KAROTEN DALAM TEPUNG KULIT

PISANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN JAGUNG

UNTUK MENGHASILKAN TELUR AYAM ARAB

RENDAH KOLESTEROL

SKRIPSI RIKA ZAHERA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(41)

RINGKASAN

RIKA ZAHERA. D24080011. 2012. Pemanfaatan Beta-Karoten dalam Tepung Kulit Pisang sebagai Pengganti Sebagian Jagung untuk Menghasilkan Telur Ayam Arab Rendah Kolesterol. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Pembimbing Utama : Ir. Dwi Margi Suci, M.S. Pembimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, M.Si.

Kulit pisang merupakan limbah yang memiliki potensi sebagai pakan ternak. Berdasarkan komposisi nutriennya, kulit pisang yang diolah menjadi tepung memiliki kandungan beta-karoten sebesar 5,127 mg/100g, BETN 45,48%, dan serat kasar 11,51%. Kandungan beta-karoten tepung kulit pisang lebih tinggi dari kandungan beta-karoten jagung. Pemanfaatan kulit pisang yang diolah menjadi tepung sebagai pakan ayam arab petelur, diharapkan dapat menggantikan sebagian beta-karoten jagung dalam ransum dan dapat menghasilkan telur yang berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai guna limbah kulit pisang sebagai pakan ayam arab petelur dan pengganti sebagian beta-karoten jagung, dapat menghasilkan telur ayam yang berkualitas yang rendah kolesterol, tinggi skor warna, tinggi vitamin A, dan komposisi asam lemak kuning telur yang baik, serta menghasilkan performa ayam arab yang baik.

Penelitian menggunakan ayam arab periode pullet umur 19 minggu sebanyak 80 ekor yang dialokasikan ke dalam 4 perlakuan dengan 4 ulangan secara acak. Setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam arab. Ayam dipelihara selama 7 minggu dengan 1 minggu adaptasi pakan dan 6 minggu menggunakan ransum perlakuan. Perlakuan berdasarkan taraf jagung dan tepung kulit pisang yang berbeda, yaitu R0 (Ransum mengandung 50% jagung tanpa tepung kulit pisang), R1 (Ransum mengandung 30% jagung + 20% tepung kulit pisang), R2 (Ransum mengandung 20% jagung + 30% tepung kulit pisang), dan R3 (Ransum mengandung 10% jagung + 40% tepung kulit pisang). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Data hasil analisis performa, kolesterol kuning telur, dan skor warna kuning telur yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Data kadar asam lemak dan vitamin A kuning telur dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 40% tepung kulit pisang dan 10% jagung belum mampu menurunkan kolesterol dan meningkatkan skor warna kuning telur, namun mampu meningkatkan vitamin A kuning telur hingga 49,29%. Penggunaan 20% tepung kulit pisang dan 30% jagung dapat menghasilkan produksi

hen day 50,12 ± 11,20 %, berat telur 35,93 ± 0,74 g/butir, konversi pakan 5,45 ± 0,85, kolesterol kuning telur 0,649 ± 0,059 mg/100mg, dan skor warna kuning telur 7,6 ± 0,2 dan menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan kontrol (tanpa penggunaan tepung kulit pisang), serta menghasilkan komposisi asam lemak yang baik. Kesimpulan penelitian ini, beta-karoten dalam tepung kulit pisang mampu mensubtitusi 20% beta-karoten dalam jagung dan dapat meningkatkan vitamin A kuning telur.

(42)

ABSTRACT

Utilization of β-Caroten in Banana Peel Meals to Partial Substitution of Corns to Produce Low Cholesterol Eggs of Arabic Chickens

R. Zahera, D. M. Suci, W. Hermana

Banana peels were waste that has a potential as feed. Banana peels which were processed into meals contained high provitamin A, that was beta-caroten 5.127 mg/100g and NFE 45.48%. Corns contained lower beta-caroten than banana peel meals, that was 3.3 mg/100g. The experimental design was used the Completely Randomized Design. Eighty pullet of Arabic Chickens (19 weeks) divided into four treatment diets with four replications, consisted of 5 chikens in each replicate. The treatment diets were R0 (50% corns without banana peel meals), R1 (30% corns + 20% banana peel meals), R2 (20% corns + 30% banana peel meals), and R3 (10% corns + 40% banana peel meals). The result of the experiment indicated that the diets with 40% banana peel meals and 10% corns couldn’t decrease cholesterol and couldn’t increase yolk color of egg yolks, but its could increase vitamin A of egg yolks. The diets with 20% banana peel meals and 30% corns indicated that performance of Arabic Chickens and fatty acid of egg yolks similar to the control treatment (diets without banana peel flour). The conclusion of this experiment was banana peel meals could substitute 20% beta-caroten in corns and increased vitamin A of egg yolks.

(43)

PEMANFAATAN BETA-KAROTEN DALAM TEPUNG KULIT

PISANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN JAGUNG

UNTUK MENGHASILKAN TELUR AYAM ARAB

RENDAH KOLESTEROL

RIKA ZAHERA D24080011

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(44)

Judul : Pemanfaatan Beta-Karoten dalam Tepung Kulit Pisang sebagai Pengganti Sebagian Jagung untuk Menghasilkan Telur Ayam Arab Rendah Kolesterol

Nama : Rika Zahera

NIM : D24080011

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

(Ir. Dwi Margi Suci, M.S.) NIP. 19610905 198703 2 001

Pembimbing Anggota,

(Ir. Widya Hermana, M.Si.) NIP. 19680110 199203 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001

(45)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Curup, Propinsi Bengkulu

pada tanggal 22 September 1990 sebagai anak ke-2 dari

4 bersaudara pasangan Bapak Efrizon dan Ibu Defita.

Penulis memulai jenjang pendidikan formal di

SD Negeri 2 Centre Curup-Bengkulu (tahun 1996-2002),

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP

Negeri 1 Curup-Bengkulu (tahun 2002-2005).

Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMA

Negeri 1 Curup-Bengkulu dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis

diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi

kemahasiswaan, seperti Bendahara Club Asrama CyberTron tahun 2009, Anggota

Biro Keilmuan dan Teknologi HIMASITER tahun 2009-2010, dan Ketua Biro

Keilmuan dan Teknologi HIMASITER tahun 2010-2011. Penulis juga aktif sebagai

asisten praktikum MK. Fisika Dasar TPB tahun ajaran 2009-2011, asisten praktikum

MK. Nutrisi Ternak Perah tahun 2011, dan asisten praktikum MK. Integrasi Proses

Nutrisi tahun 2012. Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan berbagai kegiatan

mahasiswa di Institut Pertanian Bogor.

Penulis mendapatkan dana dari DIKTI untuk pelaksanaan Pekan Kreativitas

Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) tahun 2011 dengan judul “T’LASKAR” Telur Asin Tahan Lama dan Tanpa Bau Amis Sebagai Sumber Protein Hewani Termurah dan Bergizi Tinggi dan mendapatkan hibah dana dari Indofood Riset Nugraha untuk melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Beta-Karoten dalam Tepung Kulit Pisang sebagai Pengganti Sebagian Jagung untuk Menghasilkan Telur Ayam Arab Rendah Kolesterol untuk penyelesaian tugas akhir.

Bogor, 16 Mei 2012

(46)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi

dengan judul Pemanfaatan Beta-Karoten dalam Tepung Kulit Pisang sebagai Pengganti Sebagian Jagung untuk Menghasilkan Telur Ayam Arab Rendah Kolesterol dengan baik. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah dapat meningkatkan nilai guna limbah kulit pisang sebagai pakan ayam arab petelur, dapat memanfaatkan

limbah kulit pisang sebagai sumber beta-karoten dan pengganti sebagian jagung, serta

dapat menghasilkan telur ayam yang berkualitas dengan kandungan kolesterol

rendah, tinggi skor warna, tinggi vitamin A, dan komposisi asam lemak yang baik,

serta menghasilkan performa ayam arab yang baik pula.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan, Mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor. Penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan.

Bogor, 16 Mei 2012

(47)

DAFTAR ISI

(48)

Vitamin A Kuning Telur ... 20 Asam Lemak Kuning Telur ... 20 Rancangan dan Analisis Data ... 21 Perlakuan ... 21 Rancangan Percobaan ... 21 Analisis Data ... 21 Peubah yang Diamati ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Ransum Perlakuan ... 23

Kolesterol Kuning Telur ... 24 Skor Warna Kuning Telur... 26 Vitamin A Kuning Telur ... 27 Asam Lemak Kuning Telur ... 29 Performa Ayam Arab Petelur ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

Kesimpulan ... 37 Saran ... 37

UCAPAN TERIMA KASIH ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(49)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Nutrien Kulit Pisang (% BK) ... 3

2. Kandungan Nutrien Kulit Pisang (as fed) ... 3

3. Hasil Analisis Proksimat Tepung Kulit Pisang dengan

Pengeringan Jemur dan Oven Pada Tiga Varietas yang Berbeda ... 4

4. Performa dan Kualitas Telur Ayam Arab Umur 12 bulan pada

Peternakan F dan S di Tulung Agung ... 6

5.

...    7

7.

10.

2

dungan

Kebutuhan Nutrien Ayam Lokal Umur 18-70 Minggu (Layer) ... 7

6. Performa Ayam Lokal Petelur yang Dipelihara Secara Ekstensif, Semi Intensif, dan Intensif ...

Kandungan Nutrien dan Beta-Karoten Tepung Kulit

Pisang Uli (as fed) ... 16

8. Formula dan Kandungan Nutrien Konsentrat Ayam Petelur ... 16

9. Formula dan Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan ... 17

isang T

Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit P erhadap Serat kasar,

Lemak Kasar, dan Beta-Karoten Ransum ... 3

11.Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Kandungan

Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab ... 24

12.Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Kandungan

Skor Warna Kuning Telur Ayam Arab ... 27

13.Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Kandungan

Vitamin A Kuning Telur Ayam Arab ... 28

14.Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Kandungan

Asam Lemak Kuning Telur Ayam Arab... 29

15.Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap Kan

(50)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

. Biosintesis Kolesterol ... 8

. Peran Beta-Karoten terhadap Kolesterol Kuning Telur ... 13

. Proses Pembuatan Kulit Pisang ... 18

. Pengaruh Beta-Karoten dan Serat Kasar terhadap Rataan

Kolesterol Kuning Telur Ayam Arab ... 25

. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap

Produksi Hen Day ... 32 7. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap

Berat Telur ... 33

8. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap

Konsumsi Pakan ... 34 1. Ayam Arab Silver ... 5

2

3

4

5

6

9. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Pisang terhadap

(51)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomo n

1. Hasil Analisis Ragam Kolesterol Kuning Telur ... 43

2. Hasil Analisis Ragam Indeks Warna Kuning Telur ... 43

3. Hasil analisis Ragam Produksi Hen Day (%) ... 43 4. Uji Lanjut Duncan Produksi Hen Day (%) ... 43 5. Hasil Analisis Ragam Berat Telur ... 44 6. Uji Lanjut Duncan Berat Telur ... 44

7. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Pakan... 44

8. Uji Lanjut Duncan Konsumsi Pakan ... 45

9. Hasil Analisis Ragam Konversi Pakan ... 45

10.Uji Lanjut Duncan Konversi Pakan ... 45 r Halama

(52)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pengolahan pangan dapat menghasilkan limbah yang masih potensial untuk dimanfaatkan. Salah satunya, pengolahan pisang yang dapat menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya. Hal ini menunjukkan kulit pisang merupakan limbah yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dimanfaatkan. Limbah kulit pisang ini dapat dimanfaatkan untukcuka kulit pisang, nata de banana, wine (anggur), dan pakan ternak. Salah satu ternak yang dapat diberi kulit pisang adalah unggas. Kulit pisang tidak dapat diberi secara langsung pada ternak unggas, tetapi perlu dilakukan pengolahan menjadi tepung kulit pisang.

Tepung kulit pisang memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi, terutama provitamin A, yaitu beta-karoten 5,127 mg/100g. Tepung kulit pisang juga mengandung karbohidrat, yaitu BETN 45,48% dan serat kasar 11,51%. Hal ini menunjukkan tepung kulit pisang memiliki potensi untuk mengganti sebagian beta-karoten jagung yang memiliki beta-beta-karoten 3,3 mg/100g. Potensi tepung kulit pisang sebagai bahan baku pakan ternak yang mengandung beta-karoten dan karbohidrat yang tinggi, memerlukan adanya penelitian mengenai pengaruh pemberian kulit pisang yang diolah menjadi tepung dalam ransum ternak sebagai sumber beta-karoten dan karbohidrat untuk meningkatkan kualitas produk ternak. Beta-beta-karoten dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA (hidroksimal glutaril-KoA) reduktase yang berperan dalam pembentukan mevalonat dalam biosintesis kolesterol, sehingga peningkatan konsumsi beta-karoten dapat menghasilkan produk ternak yang rendah kolesterol. Beta-karoten merupakan karotenoid yang berperan sebagai pigmen kuning telur, sehingga dapat meningkatkan skor warna kuning telur. Beta-karoten juga merupakan provitamin A yang akan diubah menjadi vitamin A di mukosa usus halus dan diserap dalam bentuk vitamin A, sehingga peningkatan konsumsi beta-karoten juga dapat menghasilkan produk yang tinggi vitamin A. Beta-beta-karoten juga dapat berfungsi sebagai antioksidan, sehingga dapat mencegah oksidasi asam lemak tidak jenuh dan menghasilkan produk dengan komposisi asam lemak yang baik.

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam arab. Ayam arab merupakan ayam buras petelur yang mempunyai produktivitas telur lebih tinggi dibandingkan dengan ayam kampung dan dapat dipelihara secara intensif, hal ini

(53)

merupakan keunggulan dari ayam arab dibandingkan ayam buras lainnya dan menunjukkan peluang usaha untuk beternak ayam arab. Faktor ini menunjukkan perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas telur ayam arab dengan menghasilkan kuning telur yang rendah kolesterol, tinggi skor warna, tinggi vitamin A, memiliki komposisi asam lemak yang baik, serta diikuti dengan performa ayam arab yang baik, salah satunya dengan memanfaatkan tepung kulit pisang yang mengandung beta-karoten dan karbohidrat yang tinggi.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai guna limbah kulit pisang sebagai pakan ayam arab petelur, memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai pengganti sebagian beta-karoten jagung, menghasilkan kuning telur ayam yang rendah kolesterol, tinggi skor warna, tinggi vitamin A, dan komposisi asam lemak yang baik, serta menghasilkan performa ayam arab yang baik.

Gambar

Tabel 1. Kandungan Nutrien Kulit Pisang (% BK)
Tabel 3. Hasil Analisis Proksimat Tepung Kulit Pisang dengan Pengeringan Jemur
Gambar 1. Ayam Arab Silver
Tabel 5. Kebutuhan Nutrien Ayam Lokal Umur 18-70 Minggu (Layer)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data dilakukan untuk keperluan validasi model pendahuluan yang telah dibentuk. Data utama penelitian ini adalah kuisioner yang berisi kecenderungan sikap

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B3, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website

In the same way, the RGDF algorithm is divided into two steps. In the first step, all points of the input views are processed sepa- rately and the desired sums are computed

The teacher distributes some pictures to each group and asks them to make question and answer based on the picture in the form of Present Tense,

Perbedaan penelitian ini dengan jurnal terkait yaitu Penelitian Putriastuti (2016 ) dengan judul “ Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian

Hasil analisis multivariat menghasilkan nilai PRadjusted sebesar 1.302 kali (95% CI; 1.007-1.684), artinya pada populasi obes dengan DM berisiko untuk terjadi hipertensi sebesar