• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung (studi tentang pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung (studi tentang pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : M. Agung Nurfadilah Tempat Tanggal Lahir : Subang 14 Juli 1989 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah Nama Ayah : Budiharto

Pekerjan : Pegawai Negeri Sipil Nama Ibu : Euis Komariah Pekerjan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat Orang Tua : Jatibaru No.25 RT 05/06 Kec Ciasem Kabupaten Subang

(6)

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1 2007- Sekarang Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia

-

2 2004-2007 STM Negeri 12 Bandung Berijazah

3 2001-2004 SMP Negeri 7 Cimahi Berijazah

4 1995-2001 SD Negeri Jatibaru Subang Berijazah

Bandung, 3 September 2013

(7)

SKRIPSI

Diajukan untuk Ujian Sarjana Pada

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

M Agung Nurfadilah

NIM. 41707809

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(8)

vii

kehidupan dan anugerah yang tak terhingga, atas rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung (Studi Tentang Pemberdayaan Anak Jalanan Di Kota Bandung)”

Maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai suatu syarat kelulusan pada Program Studi Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, baik kritik maupun saran yang bersifat membangun akan selalu peneliti harapkan sebagai masukan yang berguna bagi kesempurnaan karya selanjutnya.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun berupa materil. Dengan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.

(9)

viii

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan ilmu kepada peneliti.

6. Ecih Sukaesih sebagai Kepala Bidang Pembinaan Rawan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung, atas data dan informasi yang diberikan kepada peneliti. 7. Dewi Indra sebagai Kepala Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja

di Dinas Sosial Kota Bandung, atas saran dan berbagai informasi yang diberikan kepada peneliti.

8. Kedua orang tua peneliti yang selalu menginspirasi peneliti, terimakasih untuk segalanya. Doa terbaik dari peneliti untuk kalian berdua.

9. Kaka dan adik peneliti, yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti. 10. Keluarga Besar Bapak O.Rosid Alm dan Bapak Sumarlan, dimanapun kalian

berada, semoga kesehatan dan kebahagian selalu menyertai kalian semua. 11. Teman-teman peneliti di Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas

Komputer Indonesia, Dean, Agus, Devi, Erwin, Dading, Eko, Tristan, Abud, Anggi, Baron, Om Ciwok, Suwen, Bokir, Yugo, Jams dan seluruh angkatan 2007-2009 atas semua dukungannya.

12. Raden fatah group corporate, Slamet, Pak Kumis, Om Topan dkk, hatur nuhun salewat tapi mantap.

(10)

ix

mengerjakan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu,

You’ll Never Walk Alone.

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya untuk membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, 3 September 2013

(11)

x 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...8

1.4 Kegunaan Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tijauan Pustaka...10

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan ...10

2.1.2 Pengertian Gaya Kepemimpinan ...12

2.1.3 Indikator-Indikator Gaya Kepemimpinan ...19

2.1.4 Pengertian Pemberdayaan...21

2.2 Kerangka Pemikiran ...23

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ...35

3.1.1 Dinas Sosial Kota Bandung ...35

3.1.2 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Bandung...35

(12)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tugas Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Kegiatan Pemberdayaan Anak Jalanan Di Kota Bandung ...52

4.1.1 Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Merumuskan Masalah Menyangkut Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Bagi Para Anak Jalanan Di Kota Bandung ...56

4.1.2 Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Mengumpulkan Informasi Menyangkut Pelaksanakan Kegiatan Pemberdayaan Bagi Para Anak Jalanan Di Kota Bandung ...60

4.1.3 Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Memilih Pemecahan Yang Paling Layak Dalam Menyelesaikan Permasalahan Anak Jalanan di Kota Bandung ...64

(13)

xii

Melaksanakan Kegiatan Pemberdayaan Bagi Para Anak

Jalanan di Kota Bandung ...77

4.2.2 Komunikasi Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Melaksanakan Kegiatan Pemberdayaan Bagi Para Anak Jalanan di Kota Bandung ...85

4.3 Hasil Yang Dicapai Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Melaksanakan Kegiatan Pemeberdayaan Bagi Para Anak Jalanan Di Kota Bandung ...90

4.3.1 Efektifitas Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Melaksanakan Kegiatan Pemberdayaan Bagi Para Anak Jalanan di Kota Bandung ...93

4.3.2 Kepala Dinas Sosial Kota Bandung Dalam Memberikan Kepuasan Terkait Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Bagi Para Anak Jalanan di Kota Bandung ...97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...105

5.2 Saran ...106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 110

(14)

xiii

(15)

xiv

(16)

xv

(17)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur Buku

Abdurahmat. 2008. Efektivitas Organisasi Edisi Pertama. Jakarta: Airlangga Hani, Handoko. T. 2003. Manajemen. Yogykarta: BPFE

Hasibuan, Melayu S.P. 2001. Manajemen Sumber daya Manusia, Edisi I Yogyakarta: BPFE

_______. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan VII Jakarta: Haji Masagung

_______. 2007. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. Jakarta: Pustaka Cidesindo

Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu? Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Pasolong, Harbani. 2013. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

Pranaka dan Prijono, 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi, Jakarta: CSIS

Prawirosentono, Suyudi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE. Rappaort, J. 1984. Studies in Empowerment: Introduction to the Issue, Prevention

In Human Issue USA.

Rivai, Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

_______. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Suharto, Edi. 1997. Pembangunan Kebijakan dan Pekerjan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan-STKS

Suarli, S dan Bahtiar, Yanyan. 2006. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga

(18)

_______. 2006. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tjiharjadi, Semuil. 2007. To Be Great A Lader. Yogyakarta: Andi

Usman, Sunyoto. 2010. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyrakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Widjaja. HAW. 1995. Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

B. Dokumen-Dokumen

Undang-Undang Nomor 23 Pasal 9 ayat 1 tahun 2002 tentang perlindungan anak Undang-Undang Nomor 23 Pasal 72 tahun 2002 tentang perlindungan anak Keputusan Presiden Nomor 36 th 1990, tentang perlindungan hak-hak anak.

Keputusan Men.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang unsur minimal dalam kepuasan masyarakat.

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 tahun 2007 tentang pembentukan dan susunan dinas di lingkungan daerah kota Bandung

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3)

(19)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu bangsa pada masa yang akan datang, tentunya ditentukan oleh kualitas anak pada masa sekarang, di tengah-tengah kondisi bangsa Indonesia saat ini, tidak semua anak menikmati kehidupan yang baik, banyak anak berada dalam kondisi yang memprihatikan baik secara fisik, sosial maupun secara psikologis, salah satunya adalah anak jalanan.

Minimnya pemenuhan kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakatnya, menjadi salah satu penyebab hadirnya para anak jalanan di Indonesia, karena secara umum anak jalanan terlahir dari keluarga kurang mampu dengan pendidikan moral yang rendah didalam keluarga, dan dari tingginya kesenjangan sosial yang terjadi didalam lingkungan masyarakat.

Menurut data yang peneliti peroleh dari Dinas Soial Kota Bandung, jumlah anak jalanan pada tahun 2012 mencapai 2162 anak, dan dari jumlah tersebut tidak semua anak jalanan merupakan warga asli Kota Bandung melainkan para pendatang yang berasal dari beberapa daerah disekitar Kota Bandung.

(20)

Kebijakan yang diambil oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, tentunya akan menjadi kunci dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan di Kota Bandung, sesuai dengan tugas pokok yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bandung yang terdapat pada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Dinas Daerah Kota Bandung yaitu “Melaksanakan sebagian tugas kewenangan daerah di bidang sosial”, dan fungsi

yang meliputi:

1. Perumusan Kebijakan Teknis di bidang sosial.

2. Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang sosial

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial yang meliputi; partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial,pelayanan sosial dan pembinaan rawan sosial.

4. Pelaksanaan Pelayanan teknis lainnya yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung tentunya memiliki input pada proses kegiatannya. Input tersebut berupa suatu pengawasan dan pendekatan yang berguna untuk mengetahui dan mengenali berbagai macam karakteristik dari setiap anak jalanan demi memberikan kemudahan bagi Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan diambilnya.

(21)

yang telah didirikan sebelumnya, karena pendirian posko pematauan tersebut merupakan suatu langkah tepat untuk mengenali berbagai macam aktifitas dari para anak jalanan di Kota Bandung. Posko pemantauan yang telah diirikan tersebut meliputi:

1. Posko Pasteur yang meliputi: Cipaganti, Cihampelas, Cikapayang, Taman Sari, Gasibu.

2. Posko Dago yang meliputi: Simpang Dago; Sulanjana, Lembong, Aceh. 3. Posko Asia Afrika yang meliputi: Otista, Simpang Lima, Dalem Kaum,

Sudirman.

4. Posko Riau yang meliputi: Gatot Subroto, Martanegara, Jalan Jakarta, Antapani, Cicaheum dan Tegal Lega.

5. Posko Pasir Koja yang meliputi: Jamika, Caringin, Cibaduyut, Kopo, Moh Toha, buah Batu, Samsat.

Hasil observasi yang beberapa kali peneliti lakukan, posko pengawasan yang telah dibangun dilima titik di Kota Bandung untuk mengawasi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti, gelandangan dan pengemis (Gepeng), Wanita Tuna Susila (WTS), Wanita Pria (waria), dan tentunya anak jalanan, disayangkan belum dapat dimaksimalkan, karena posko pengawasan tersebut telah beralih fungsi menjadi tempat berteduh dan tempat beristirahat bagi para pedagang asongan maupun para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

(22)

permasalahan yang terjadi pada anak jalanan yang ada di Kota Bandung, sebagai bagian dari suatu pengidentifikasian masalah yang dihadapi oleh anak jalanan, yang bermanfaat untuk merumuskan pola pelayanan yang akan diberikan pada pelaksanaan kegiatan pemberdayaan.

Pelaksanaan tugas dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan, perlu untuk memperhatikan masalah pisikologis anak yang bertujuan untuk menghindari terjadinya pelanggaran-pelanggaran hak yang dimiliki oleh setiap anak. Hak-hak anak tersebut sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (Convention on The Rights of The Child) tahun 1989 dan Indonesia sebagai anggota PBB telah meratifikasi pada Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, yaitu: Hak terhadap kelangsungan hidup, hak terhadap perlindungan, hak untuk tumbuh berkembang, dan hak untuk berpartisipasi.

(23)

Kepala Dinas Sosial Kota Bandung perlu meningkatkan kembali hubungan kerjasama antara Dinas Sosial Kota Bandung dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung dalam pelaksanaan penjaringan anak jalanan di Kota Bandung, karena dari data yang peneliti peroleh penjaringan anak jalanan yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung tidak dilakukan secara rutin dan terjadwal, yang berakibat pada minimnya pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan.

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan bahwa; “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Pemberdayaan bagi para anak

jalanan di Kota Bandung perlu dilakukan secara satu paket penuh, tidak cukup bila Kepala Dinas Sosial Kota Bandung hanya melakukan pengawasan, serta menitipkan para anak jalanan yang sebelumnya diserahkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung kepada rumah-rumah perlindungan anak yang menjadi mitra kerjanya.

Kepala Dinas Sosial Kota Bandung lewat bagian kerjanya perlu untuk ikut ambil bagian dalam setiap proses kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan oleh rumah-rumah pelindungan anak yang menjadi mitra kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Dinas Sosial Kota Bandung, yang bertujuan agar pelaksanaan program pemberdayaan dapat berjalan secara maksimal.

(24)

dalam kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), masalah tersebut yaitu tidak adanya panti rehabilitasi sosial (Rehabsos) yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bandung untuk menampung dan memberdayakan para anak jalanan dan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya di Kota Bandung, disinilah gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung diperlukan untuk melakukan lobi-lobi kepada Pemerintah Daerah Kota Bandung menyangkut pembangunan suatu tempat rehabilitasi sosial bagi para anak jalanan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya di Kota Bandung. Program pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung saat ini dilakukan dilembaga-lembaga sosial masyarakat yang berupa suatu rumah singgah atau Rumah Perlindungan Anak (RPA) yang bertempat di Kota Bandung maupun diluar Kota Bandung, yang sebelumnya telah memiliki hubungan kerjasama dengan Dinas Sosial Kota Bandung. Hadirnya pihak-pihak swasta tersebut mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Pasal 72 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang menjelaskan bahwa:

1. Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak.

2. Peran masyarakat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1, dilakukan oleh perseorangan, lembaga perlindungan anak, sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, keagamaan, badan usaha dan media masa.

(25)

pendidikan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung, maupun berupa program pelatihan baik itu dibidang elektronik, otomotif, seni musik, kerajinan tangan, menjahit dan memasak, yang disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh para anak jalanan.

Kepala Dinas Sosial Kota Bandung lewat bagian kerjanya perlu untuk memaksimalkan sosialisasi kepada masyarakat Kota Bandung, mengenai pentingnya untuk tidak memberikan uang secara cuma-cuma kepada para anak jalanan seperti yang telah Dinas Sosial Kota Bandung lakukan sebelumnya dengan memasang papan himbauan di tempat-tempat vital di Kota Bandung, sesuai dengan misi dari Dinas Sosial Kota Bandung untuk mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan partisipasi dan masyarakat, dimana terdapat peran dari masyarakat dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial secara komrehensif.

Mudahnya para anak jalanan untuk mengais uang secara cuma-cuma, dari masyarakat yang menjadi objek utamanya, tentunya akan berakibat pada proses output pemberdayaan yang telah dilaksanakan, karena secara tidak langsung akan

terbangun pola berpikir dari para anak jalanan di Kota Bandung, untuk lebih memilih jalanan sebagai tempat yang mereka anggap layak untuk mecari nafkah.

(26)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan yang telah disajikan dalam latar belakang masalah di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, maka peneliti merumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di kota Bandung”.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian yang dilakukan sudah seharusnya memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam menangani pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung, dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam

pelaksanaan tugas program pemberdayaan anak jalanan di kota Bandung. 2. Untuk mengetahui bagaimana Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam

melaksanankan hubungan kerjasama terkait program pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung.

(27)

1.4 Kegunaan Penelitian

Sesuatu yang dikerjakan tentunya mempunyai maksud, tujuan dan juga diharapkan dapat membawa manfaat baik khususnya bagi diri peneliti sendiri maupun bagi orang lain, adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti, skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, mengenai gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

2. Secara teoritis, peneliti megharapkan skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan, serta dapat dijadikan bahan acuan bagi teman-teman peneliti di Ilmu Pemerintahan, yang akan melaksanakan Tugas Akhir, mengenai gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

(28)

10 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1 .1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting bahkan menentukan dalam pencapaian suatu tujuan kelompok atau organisasi. Kepemimpinan mempunyai fungsi sebagai penggerak, administator dan koordinator dari sumberdaya manusia, sumber daya alam, semua dana, sarana dan prasarana yang dimiliki suatu organisasi. Dalam pemerintahan, sosok memiliki fungsi sebagai: pemandu, penuntun, pembimbing, pemberi motivasi kerja kepada pegawai atau bawahannya, pengemudi organisasinya, penjalin jaringan-jaringan komunikasi, pengawasan yang efisien dan sebagai pembawa para pengikutnya kepada sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dalam management mengatakan kepemimpinan adalah:

“Kegiatan mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok, kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukan kemampuannya untuk mempengaruhi prilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu”. Thoha (1993:50)

(29)

tersebut tidak memiliki kemampuan untuk dapat mempengaruhi prilaku orang lain kearah tercapainya tujuan yang diinginkan.

Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Pemimpin dan Kepemimpinan, mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut:

“Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya dalam suatu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan”. Kartono (1998:74)

Kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam suatu bidang tertentu, dapat menjadi suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain, yang akan menghasilkan kesesuaian kerja atau aktifitas dari para bawahannya, demi mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati sebelumnya.

Melayu Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia menyatakan kepemimpinan adalah “Cara seorang pemimpin

mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi”. Hasibuan (2003:170)

Pendapat Hasibuan di atas menyatakan bahwa seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi para bawahannya, dengan berbagai cara yang dimiliki, agar para bawahannya dapat bekerja secara bersama untuk melakukan dan melaksanankan apa yang pemimpin tersebut kehendaki demi tercapainya tujuan organisasi.

(30)

“Perilaku yang diharapkan dari kepemimpinan birokrasi adalah perilaku yang menyesuaikan dengan situasi dilingkungan birokrasi. Jika dilingkungan birokrasi banyak yang tidak jujur , maka pemimpin birokrasi harus memberikan contoh kepada bawahannya dengan berperilaku jujur. Jika para bawahan ditemukan tidak disiplin, maka pemimpin memberikan contoh kepada bawahannya dengan berperilaku disiplin. Jika dalam birokrasi ditemukan banyak yang korup, maka pemimpin birokrasi harus berani memberikan sanksi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang ada, dan pemimpin birokrasi memberikan contoh bahwa memang dirinya bersih tidak bebas dari perilaku korup”. Pasolong (2013:80)

Pemimpin yang baik harus mampu memberikan contoh yang baik untuk menjadi seorang yang dapat diteladani oleh para bawahanya. Pemimpin harus dapat memberikan sangsi terhadap bawahannya yang melangar aturan yang telah ditetapkan, demi merubah kebiasaan, kondisi dan situasi yang terjadi didalam organisasi kearah yang lebih baik dari sebelumnya

2.1.2 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Tercapainya visi dan misi dari suatu organisasi akan ditentukan oleh gaya kepemimpinan seorang pemimpin didalam organisasi tersebut, karena pemimpin merupakan lokomotiv yang akan diikuti oleh para bawahannya, dan setiap kebijakan yang diambilnya akan berengaruh terhadap terjadinya gerakan dari setiap element yang ada pada bagian kerjanya, menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi Ketiga menyatakan gaya kepemimpinan sebagai berikut:

(31)

Gaya kepemimpinan merupakan gambaran dari tingkah laku keseharian pemimpin dalam menjalankan organisasinya, baik yang terilihat maupun yang tidak terlihat oleh para bawahannya yang mencakup semua kegiatan pengendalian organisasi, baik itu terhadap para bawahannya maupun terhadap instansi atau lembaga lain yang terkait.

Aktivitas dari suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari pengambilan keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang dimilikinya, Veithzal Rivai dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Organisasi Edisi Ketiga menyatakan pengambilan keputusan sebagai berikut:

“Pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan penetapan suatu alternatif pemecahan masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada, untuk itu diperlukan teknik pengambilan keputusan dengan membuat langkah-langkah yang logis dan sistematis yang meliputi, merumuskan masalah, mengumulkan informasi, memilih pemecahan yang paling layak dan melaksanakan keputusan”. Rivai (2012:129).

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan organisasi penting untuk diperhatikan. Teknik pengambilan keputusan dari seorang pemimpin untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yaitu dengan cara, merumuskan masalah terlebih dahulu, mengumpulkan informasi, memilih pemecahan yang paling layak dan melaksanakan keputusan.

Gaya kepemimpinan seorang akan memperlihatkan baik atau tidaknya hubungan kerjasama yang dijalin oleh pemimpin tersebut, baik itu berupa koordinasi maupun komunikasi. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. menyatakan koordinasi sebagai

(32)

mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi” Hasibuan (2007:85).

Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin dapat mempengaruhi koordinasi terhadap para bawahannya. Koordinasi tersebut berupa pengarahan, penyatupaduan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan dari para bawahannya, yang bertujuan agar setiap komponen didalam unit kerja dapat bergerak secara bersamaan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

Gaya kepemimpinan seseorang akan mempengaruhi seberapa tepat koordinasi terkait hubungan kerjasama yang dilakukan oleh organisasi yang dipimpinnya, yang bertujuan untuk mempermudah kinerja dari setiap anggota didalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen, menyatakan koordinasi organisasi sebagai berikut:

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang-bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Handoko (2003 : 195).

Koordinasi merupakan suatu proses penyatupaduan tujuan dan kegiatan bidang-bidang fungsional yang ada pada suatu organisasi maupun terhadap organisasi lain, yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang dimilikinya, untuk mempermudah tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

(33)

balik. Veithzal Rivai dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Organisasi edisi ketiga, membagi komunikasi kedalam tiga bentuk yang meliputi:

1. Sifat Informasi

2. Komunikasi organisasi 3. Komunikasi antar pribadi Rivai (2012:338)

Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang dimilikinya, perlu untuk memperhatikan sifat informasi yang diterima, komunikasi yang berlangsung didalam organisasi dan komunikasi yang dijalin dengan organisasi yang lain, demi menghindari terjadinya kesalahan dari pengmbilan keputusan yang dilakukan.

Gaya kepemimpinan dapat diukur dari sejauh mana hasil yang dicapai oleh seorang pemimpin dalam upayanya untuk mencapai tujuan dari organisasi yang dipimpinnya, hasil yang dicapai tersebut dapat berupa efektifitas, kepuasan kerja, maupun kepuasan masyarakat. Menurut Abdurahmat dalam buku Efektivitas Organisasi Edisi Pertama menyatakan efektifitas sebagai berikut, “Efektivitas adalah pemanpaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya”. Abdurahmat (2008:36).

(34)

Kepuasan kerja dan kepuasan masyarakat dapat pula menjadi alat ukur untuk melihat gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam menjalankan organisasinya, menurut Melayu Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber daya Manusia, menyatakan bahwa: “Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya”. Hasibuan (2001:199)

Seorang pemimpin perlu untuk menciptakan dan menjaga keharmonisan dari setiap bawahannya, untuk menghindari terjadinya hambatan dan gangguan yang datang dari dalam tubuh organisasi yang dapat menggangu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, dapat diukur dengan mengunakan prinsip pelayanan yang telah ditetapkan dalam Keputusan Men.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat, yang meliputi:

a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

b. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya. c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

(35)

d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.

f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat,

g. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

(36)

m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

n. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Kualitas pelayanan yang didesain sedemikian rupa oleh seorang pemimpin dengan mengunakan gaya kepemimpinannya, akan terlihat dari sejauh mana tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam Keputusan Men.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 di atas.

Menurut Harbani Pasolong dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Birokrasi, mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai berikut :

“Kepemimpinan adalah gaya yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan”. (Pasolong, 2013:5)

Pendapat di atas menunjukan bahwa untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya, seorang pemimpin perlu untuk melakukan hubungan kerjasama dengan para bawahannya, dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang dimilikinya.

(37)

Pemimpin dapat mempengaruhi prilaku orang lain dengan menggunakan gaya-gaya kepemimpinannya, gaya kepemimpinan tersebut dapat berupa prilaku, sifat yang dimiliki oleh pemimpin tersebut yang ditunjukan kepada orang lain atau bawahannya. Sementara itu Semuil Tjiharjadi dalam buku To Be A Great Leader, menyatakan gaya kepemimpinan sebagai berikut:

“Setiap pemimpin perlu menentukan corak dan gaya kepemimpinan agar tampak seni kepemimpinannya dalam memimpin, corak dan gaya kepemimpinan bisa telihat dari sikap pemimpin, yaitu sebagai pemimpin, guru, pembina, bapak, dan teman seperjuangan” Tjiharjadi (2007:37) Pendapat di atas menunjukan bahwa, setiap pemimpin perlu untuk menentukan gaya kepemimpinannya sendiri baik sebagai pemimpin, guru, pembina, bapak, dan teman seperjuangan, dengan begitu bawahan akan dapat melihat secara langsung bagaiamana gaya kepemimpinan dari pemimpinnya, baik secara prilaku maupun gagasan-gagasan yang pemimpin tersebut hasilkan, demi tercapainya tujuan organisasi.

2.1.3 Indikator-Indikator Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang, dalam memimpin suatu organisasi apapun itu jenisnya, dapat diukur dengan menggunakan indikator gaya kepemimpinan. Indikator gaya kepemimpinan tersebut, menurut Harbani Pasolong dalam bukunya “Kepemimpinan Birokrasi”, meliputi:

1. Cara seorang pemimpin untuk mempengaruhi 2. Cara seorang pemimpin untuk mengarahkan 3. Cara seorang pemimpin untuk mendorong

(38)

Pendapat diatas menunjukan bahwa seorang pemimpin, dituntut dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahanya, untuk dapat menjadi suatu kesatuan dalam mencapai tujuan yang diharapkan secara efisien dan efektif. Berbeda dengan Harbani Pasolong, Veithzal Rivai dalam buku Kepemiminan dan Perilaku Organisasi membagi gaya kepemimpinan kedalam beberapa indikator, yang meliputi:

1. Watak

Seorang pemimpin secara personal perlu memiliki watak, visi dan kemampuan yang baik, tetapi dalam aktivitas suatu organisasi seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk memberikan motivasi, memberikan arahan dan melakukan evaluasi, yang bertujuan untuk mengubah keadaan organisasi ke taraf yang lebih sempurna dari sebelumnya

Menurut Miftah Thoha dalam bunya yang berjudul Kepemimpinan dan Manajemen, menyatakan gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi dipengaruhi

(39)

Keenam indikator yang dipaparkan oleh Miftah Thoha di atas merupakan suatu hal yang perlu untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, mengingat seorang pemimpin memiliki pengaruh yang cukup besar pada pelaksanaan kegiatan serta pelaksanaan tugas yang akan dilakukan oleh para bawahannya.

2.1.4 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan merujuk pada kemampuan seseorang maupun kelompok-kelompok rentan dan lemah, untuk memiliki akses terhadap sumber-sumber kehidupan yang produktif, untuk meningkatkan pendapatan guna memperoleh barang dan jasa yang diperlukan, serta mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang akan mempengaruhi kehidupannya. Menurut Widjaja dalam bukunya yang berjudul Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar, menyatakan pemberdayaan sebagai berikut:

“Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri dibidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya” (Widjaja, 1995:54)

(40)

Prijono dan Pranaka dalam bukunya Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi menyatakan bahwa pemberdayaan sebagai berikut:

“Pemberdayaan sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan, baik bagi individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu dan kelompok.” (Prijono dan Pranaka, 1996:72).

Pemberdayan merupakan suatu kegiatan belajar mengajar maupun suatu pelatihan guna mengembangkan daya atau potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang maupun sekumpulan orang (kolektif) yang dilakukan dengan terencana dan sistematis secara berkesinambungan, agar orang yang mendapatakan pemberdayaan tersebut dapat mengarahkan kehidupannya ke arah yang lebih baik.

Rappaort dalam bukunya Studies in Empowerment mengungkapkan: Empowerment is viewed as a process: the mechanism by which people,

organizations, and communities gain mastery over their lives”. (Rappaport 1984:3). pendapat Rapport tersebut dapat diartikan sebagai berikut: “Pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi, dan komunitas

(41)

Kartasasmita dalam bukunya Pembangunan Untuk Rakyat menyatakan pemberdayaan sebagai berikut: “Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengangkatnya”. (Kartasasmita, 1996:144)

Pemberdayaan kepada seseorang bertujuan untuk membantu, meningkatkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta pemberdayaan dapat mengangkat seseorang dari kelemahan-kelemahan dan ketidak beruntungan yang dimiliki oleh seseorang, baik itu ketidak beruntungan mendapat pendidikan karena faktor ekonomi maupun ketidak beruntungan karena faktor-faktor ketidak lengkapan fisik yang dimiliki.

2.2 Kerangka Pemikiran

Gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung merupakan suatu cara yang digunakan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung untuk meningkatkan kinerja para aparaturnya dan memaksimalkan hubungan kerjasama dengan instansi atau lembaga yang terkait dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan di Kota Bandung.

(42)

Kota Bandung perlu membuat suatu kebijakan yang tepat sasaran sesuai dengan berbagai macam hal yang diperlukan oleh para anak jalanan.

Kepala Dinas Sosial Kota Bandung perlu untuk membuat langkah-langkah yang logis dan sistematis dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan di Kota Bandung dengan menggunakan program pemberdayaan. Pengambilan langkah-langkah logis dan sistematis tersebut seperti merumuskan masalah, mengumpulkan informasi, memilih pemecahan yang paling layak dan melaksanakan keputusan.

Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam melaksanakan tugasnya membutuhkan bantuan dari para aparaturnya yang ada di Dinas Sosial Kota Bandung sebagai pelaksanan kegiatan maupun hubungan kerjasama dengan instansi atau lembaga yang memiliki keterkaitan dalam penyelesaian permasalahan anak jalanan di Kota Bandung.

Koordinasi merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dalam suatu hubungan kerjasama, koordinasi merupakan suatu cara dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung untuk mengarahkan, mengintegrasikan dan megkoordinasikan unsur-unsur manajemen, baik itu terhadap para aparaturnya yang ada di Dinas Sosial Kota Bandung maupun terhadap instansi atau lembaga yang memiliki keterkaitan dalam pelaksanaan program pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung, seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpoll PP) Kota Bandung maupun rumah-rumah perlindungan anak.

(43)

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan menyangkut penyelesaian permasalahan anak jalanan di Kota Bandung. Komunikasi sama halnya seperti koordinasi dapat dilakukan baik itu dengan para aparaturnya yang ada di Dinas Sosial Kota Bandung maupun terhadap intansi atau lembaga yang memiliki keterkaitan dalam pelaksanaan program pemberdayaan bagi para anak jalanan.

Hasil yang dicapai merupakan suatu gambaran dari pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan, yang dapat diukur dari efektivitas yang dicapai maupun kepuasan kerja baik itu dari para aparaturnya yang ada di Dinas Sosial Kota Bandung maupun dari para penyelenggara pemberdayaan bagi para anak jalanan.

Efektivitas Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam program pemberdayaan bagi para anak jalanan dapat dilihat dari sejauhmana Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dapat memanfaatkan sumberdaya, sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat menyelesaikan program pemberdayaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

(44)

seperti Rumah Perlindungan Anak (RPA) ataupun rumah singgah yang sebelumnya telah memiliki hubungan kerjasama dengan Dinas Sosial Kota Bandung, kepuasan masyarakat tersebut sesuai dengan Keputusan Men.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, tentang 14 unsur minimal indeks kepuasan masyarakat.

Pemberdayaan adalah sebuah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung beserta unit-unit kerjanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Sosial Kota Bandung itu sendiri. Pemberdayaan berupa serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, disini adalah anak jalanan, yang bertujuan agar para anak jalanan yang telah menjalani proses pemberdayan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu yang bersifat fisik, ekonomi, sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian yang layak, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam menjalankan kehidupannya.

Berdasarkan teori dan pemaparan di atas maka peneliti membuat Definisi operasional sebagai berikut yaitu:

(45)

a. Pelaksanaan tugas adalah suatu kesesuaian pekerjaan dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dengan tugas pokok dari Dinas Sosial Kota Bandung dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung, yang meliputi:

1. Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan nyata dari pengambilan kebijakan yang diambil oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam penyelesaian pemasalahan anak jalanan di Kota Bandung, yang meliputi:

a. Merumuskan masalah yaitu suatu proses awal pengambilan keputusan dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam program pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung.

b. Mengumpulkan informasi, yaitu suatu tindakan pengumpulan data yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung terkait pelaksanaan program pemberdayan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

c. Memilih pemecahan yang paling layak, yaitu suatu pengambilan keputusan yang diambil oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung yang didasari pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang tidak memiliki resiko untuk menghambat pelaksanaan program pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

(46)

dilapangan terkait program pemberdayaan bagi para anak jalnan di Kota Bandung.

b. Hubungan kerjasama adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, berupa koordinasi dan komunikasi baik kepada aparaturnya maupun dengan instansi terkait menyangkut program pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung. yang meliputi: 1. Koordinasi adalah susunan langkah-langkah yang dibuat oleh Kepala

Dinas Sosial Kota Bandung untuk melakukan pembagian kerja kepada para aparaturnya maupun kepada instansi atau lembaga yang memiliki keterkaitan dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung, yang meliputi:

a. Mengarahkan yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam mengarahkan aparaturnya terkait kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

b. Mengintegrasikan, yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung untuk menghubungkan seluruh unit-unit kerja yang ada di Dinas Sosial Kota Bandung.

c. Mengkoordinasikan, yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, untuk mengembangkan pola diseluruh unit-unit kerja yang ada di Dinas Sosial Kota Bandung. d. Pengintegrasian, yaitu suatu jalinan kerjasama yang dilakukan

(47)

lembaga lain yang terkait untuk mempermudah kerja Dinas Sosial Kota Bandung.

2. Komunikasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam menjalin suatu hubungan kerjasama, baik itu dengan aparaturnya maupun dengan instansi atau lembaga lain yang terkait, menyangkut program pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung, yang meliputi:

a. Sifat Informasi adalah suatu cara dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung untuk memahami setiap informasi yang didapatkannya, menyangkut pelaksanaan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

b. Komunikasi Organisasi adalah suatu jalinan komunikasi yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dengan instasi lembaga yang menjadi mitra kerjanya, menyangkut kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

c. Komunikasi antar pribadi adalah suatu komunkasi yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dengan para aparaturnya terkait pelaksanaan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

(48)

1. Efektivitas yaitu pemanpaatan sumberdaya, sarana dan prasarana yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung, yang meliputi:

a. Sumber daya adalah segala suatu yang dimiliki oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung baik itu berupa manusia (aparatur) maupun finansial, dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

b. Sarana adalah suatu alat bantu jangka pendek yang dibutuhkan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung beserta aparaturnya dalam menjalankan program pemberdayan bagi para anak jalanan di Kota Bandung. agar dapat terselesaikan tepat pada waktunya.. c. Prasarana adalah suatu yang alat bantu jangka panjang yang

dibutuhkan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung beserta aparaturnya untuk melaksanakan kegiatan pemberdayan bagi para anak jalanan di Kota Bandung agar dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Kepuasan adalah pemenuhan kebutuhan dan harapan yang dibuat oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, terkait program pemberdayaan bagi para anak jalanan, yang meliputi:

(49)

kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, menyangkut pemberdayaan bagi para anak jalanan.

b. Kepuasan masyarakat, yaitu suatu cara dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam memberikan kepuasan terhadap para anak jalanan sebagai penerima layanan pemberdayaan, yang meliputi: 1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pemberdayaan

yang diberikan kepada para anak jalanan di Kota Bandung dilihat dari sisi kesederhanaan alur pemberdayaan.

2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan bagi para anak jalanan di Kota Bandung untuk mendapatkan pelayanan pemberdayaan 3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu suatu cara yang dilakukan

oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam memantau keberadaan petugas pemberdayaan.

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu suatu cara yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam memantau kedisiplinan para petugas pemberdayaan.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu suatu cara yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam memantau kejelasan wewenang dan tanggung jawab dari para petugas pemberdayaan.

(50)

memantau keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh para petugas pemberdayaan.

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu terselesaikannya kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung, dengan tidak membedakan golongan atau status anak jalanan, baik yang berasal dari Kota Bandung maupun dari luar Kota Bandung.

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu suatu cara yang dilakukan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung untuk memantau perilaku petugas pemberdayaan dalam memberikan pelayanan kepada para anak jalanan.

10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu ketentuan dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung beserta unit penyelenggara pemberdayaan, mengenai ada atau tidaknya besaran biaya yang ditetapkan kepada para anak jalanan dalam kegiatan pemberdayaan.

(51)

12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu kesesuaian waktu pelaksanaan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung, yang dibuat oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung beserta unit penyelenggara pemberdayaan.

13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pemberdayaan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada para anak jalanan, yang diciptakan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung beserta unit penyelenggara pemberdayaan.

14.Keamanan Pelayanan, yaitu suatu cara dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam memantau tingkat keamanan lingkungan pemberdayaan ataupun sarana yang digunakan, sehingga anak jalanan merasa tenang untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan.

2. Program pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung yaitu serangkain kegiatan yang dibuat dan dijalankan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Bandung lewat unit-unit kerjanya, yang bertujuan untuk mengaktualisasi cara berpikir dan menggali potensi para anak jalanan, baik dengan cara pemberian pendidikan dasar maupun pelatihan

(52)

Tabel 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Gaya Kepemimpinan: 1. Pelaksanaan Tugas 2. Hubungan Kerjasama 3. Hasil Yang Dicapai

Kepala Dinas Sosial Kota Bandung

(53)

35 3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Dinas Sosial Kota Bandung

Dinas Sosial Kota Bandung merupakan lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan di bidang kesejahtraan sosial, yang mencakup semua upaya program dan kegiataan yang ditunjukan untuk mewujudkan, membina dan memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahtraan sosial yang dilaksanakan bersama sebagai tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, disini peneliti akan memaparkan beberapa penjelasan dari visi misi hingga deskripsi kerja dari Dinas Sosial Kota Bandung.

3.1.2 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Bandung

Visi dari Dinas Sosial Kota Bandung adalah “Terciptanya Kesetiakawanan Sosial yang dinamis dalam kehidupan keluarga yang layak normatif diliputi suasana kehidupan yang bersih makmur taat dan bersahabat”, sedangkan Misi dari Dinas Sosial Kota Bandung yaitu:

(54)

2. Mewujudkan pemanfaatan sumber-sumber kesejahteraan yang diarahkan dan didayagunakan secara optimal untuk meningkatkan daya mampu serta daya jangkau penanggulangan masalah sosial.

3. Mewujudkan upaya kerja sosial sebagai suatu sistem melembaga dalam rangka pembangunan seutuhnya.

4. Meningkatkan kualitas dan jangkauan upaya/usaha untuk mewujudkan, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat.

Visi dan misi dari Dinas Sosial Kota Bandung di atas telah memperjelas bahwa penyelesaian permasalahan anak jalanan di Kota Bandung erat kitannya dengan pelaksanaan tugas dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung selaku pemimpin di Dinas Sosial Kota Bandung.

3.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandung

Dinas Sosial Kota Bandung memiliki tugas pokok dan fungsi sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Dinas Daerah Kota Bandung. Tugas Pokok dari Dinas Sosial Kota Bandung tersebut yaitu “Melaksanakan sebagian tugas kewenangan daerah di bidang sosial”, sementara fungsi dari Dinas Sosial Kota Bandung meliputi:

1. Perumusan Kebijakan Teknis di bidang sosial.

(55)

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial yang meliputi; partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial, pelayanan sosial dan pembinaan rawan sosial.

4. Pelaksanaan Pelayanan teknis lainnya yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pemberdayaan bagi para anak jalanan merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsi dari Dinas Sosial Kota Bandung, dan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung sebagai pemimpin di Dinas Sosial Kota Bandung memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas dan fungsi dari Dinas Sosial Kota Bandung tersebut.

3.1.4 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Bandung

(56)

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Bandung

Sumber: Dinas Sosial Kota Bandung, 2012

3.1.6 Tujuan Kerja Dinas Sosial Kota Bandung

Dinas Sosial Kota Bandung memiliki tujuan kerja dalam mengangani permasalahan sosial di Kota Bandung, berikut ini tujuan kerja yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bandung, yang juga merupakan tujuan kerja dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung: NIP. 19550125 1975 12 2 002

Seksi Pengumpulan, NIP. 19540904198501 1 001

(57)

1. Meningkatnya pembentukan sikap dan prilaku masyarakat yang menunjang pembangunan Kota.

2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penaggulangan masalah sosial. 3. Meningkatnya mutu dan jumlah pelayanan sosial kepada masyarakat.

4. Meningkatnya pemberdayaan dan kerja sama dengan lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang ada.

5. Meningkatnya potensi-potejnsi masyarakat dalam rangka penanggulangan masalah kesejahteraan sosial.

6. Meningkatnya suasana yang kondusif di tengah-tengah masyarakat yang terbebas dari masalah-masalah kesejahteraan sosial.

7. Meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat.

3.1.7 Sasaran Kerja Dinas Sosial Kota Bandung

Sasaran Kerja Dinas Sosial Kota Bandung dalam menangani permasalahan sosial di Kota Bandung, yang juga merupakan sasaran kerja dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung:

1. Meningkatnya rasa kesetiakawanan sosial masyarakat. 2. Meningkatnya Keluarga Sejahtera .

3. Tersedianya sarana pelayanan kesejahteraan sosial yang memadai. 4. Terwujudnya lembaga-lembaga sosial yang profesional.

(58)

6. Tersedianya tenaga-tenaga sukarelawan bidang sosial yang melaksanakan secara langsung penanggulangan masalah kesejahteraan sosial.

3.1.8 Deskripsi Kerja

Deskripsi kerja merupakan penjabaran mengenai pengertian tugas, kewajiban pegawai, wewenang, tanggung jawab, dan jangkauan kerja, yang betujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kerja. adapun deskripsi kerja dari setiap bagian atau sub bidang di Dinas Sosial Kota Bandung, yakni sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Sosial Kota Bandung yang dikepalai oleh Ibu Hj. Siti Masnun Samsiati, SH, memiliki tugas pokok untuk memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan Dinas Sosial Kota Bandung. Dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial di Kota Bandung.

2. Sekretariat Dinas Sosial Kota Bandung memiliki tugas menyelenggarakan pengelolaan kepegawaian, keuangan, umum, perencanaan strategis Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), penyusunan program kerja langsung, tidak langsung dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan unit kerja. yang membawahi :

a. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian. b. Sub. Bagian Keuangan dan Program.

(59)

a. Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan, dan Partispasi Sosial.

b. Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial.

4. Bidang Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung, memiliki uraian tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan dan melaksanakan penyusunan program kinerja di bidang rehabilitasi sosial.

b. Menyiapkan bahan pembinaan, petunjuk teknis pelaksanaan usaha rehabilitasi penyandang cacat.

c. Menyiapkan bahan pembinaan petunjuk teknis pelaksanaan Usaha Kesejahtraan Anak, remaja dan lanjut usia dalam/di luar panti, keluarga muda mandiri, wanita rawan social ekonomi dan jaminan sosial.

d. Menyiapkan bahan pembinaan petunjuk teknis pelaksanaan usaha rehabilitasi tuna susila, gelandangan dan pengemis.

e. Menyiapkan bahan pembinaan, petunjuk teknis pelaksanaan usaha peningkatan rehabilitasi eks napi dan korban narkoba.

f. Menyiapkan bahan pembinaan petunjuk teknis pelaksanaan usaha pembinaan dan legalitas yayasan, organisasi sosial.

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugas. h. Seksi Rehabilitasi Sosial membawahi:

1. Seksi Tuna Sosial.

2. Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal, dan Korban Narkotika. 5. Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung

(60)

pengetahuan dan ketrampilan praktis dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang membawahi:

a. Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana. b. Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial.

6. Bidang Pembinaan Rawan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung memiiliki fungsi mengerjakan program-program pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Bandung, termasuk anak jalanan didalamnya, Bidang Pembinaan Rawan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung, membawahi:

a. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja.

b. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga, Fakir Miskin, dan UKS.

Peneliti dalam skripsi ini meneliti bagaimana Kepala Dinas Sosial Kota Bandung yakni Ibu Hj Siti Masnun Samsiati, SH, melakukan dan melaksanakan kegiatannya selaku Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam menyelesaikan permasalah anak jalanan di Kota Bandung lewat program pemberdayaan.

3.1.9 Gambaran Umum Anak Jalanan di Kota Bandung

(61)

otak siap dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi, karena 50 % perkembangan otak manusia terjadi pada usia dini.

Anak jalanan telah benar-benar melupakan haknya untuk bermain dan bersekolah, mereka dipaksa oleh orang tuanya untuk merasakan hidup yang sangat jauh berbeda layaknya seperti seorang anak pada umumnya, mereka tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

UNICEF (United Nations Children’s fund) memberikan batasan tentang anak jalanan, anak jalanan yaitu: Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age,

and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak

terlantar dari rumahnya, dan dari komunitas disekitarnya dimana umur mereka masih dibawah 16 tahun dan larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya).

Menurut Dinas Sosial Kota Bandung, mereka yang termasuk dalam kategori anak jalanan adalah anak berusia lima sampai 18 tahun dan berkeliaran di jalan atau tempat umum minimal empat jam/hari dalam kurun waktu satu bulan, ada beberapa ciri-ciri anak jalanan jika dilihat dari fisiknya yaitu:

1. Mereka memiliki kulit yang kotor,

(62)

4. Bau kurang sedap.

5. Pakaian tampak kumuh karena jarang dicuci

Ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah anak jalanan, antara lain, faktor kemiskinan (structural dan peribadi ), faktor keterbatasan kesempatan kerja (factor intern dan ekstern), faktor

yang berhubungan dengan urbanisasi, faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri, Ciri-ciri anak jalanan dilihat dari sudut pandang secara psikologisnya, yakni sebagai berikut:

1. Anak jalanan mudah tersinggung perasaannya.

2. Anak jalanan mudah putus asa dan cepat murung, kemudian nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin membantunya. 3. Anak jalanan Tidak berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang selalu

menginginkan kasih sayang.

4. Anak jalanan biasanya tidak mau bertatap muka dalam arti bila mereka diajak bicara, mereka tidak maumelihat orang lain secara terbuka.

5. Sesuai dengan taraf perkembangannya yang masih kanak-kanak mereka sangatlah labil, tetapi keadaan ini sulit berubah meskipun mereka telah diberi pengarahan yang positif.

6. Mereka memiliki suatu ketrampilan, namun ketrampilan ini tidak selalu sesuai bila diukur dengan ukuran normative masyarakat umumnya.

(63)

menurut data dari Dinas Sosial Kota Bandung, anak jalanan pada umumnya melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyemir sepatu. 2. Menjual Koran. 3. Mencuci kendaraan.

4. Pemulung barang-barang bekas. 5. Mengemis.

6. Mengamen. 7. Mencuri. 8. Mencopet.

9. Terlibat perdagangan sex.

Anak jalanan sering mengalami beberapa masalah dalam kehidupannya, berikut ini merupakan beberapa masalah-masalah yang sering terjadi pada anak jalanan di Kota Bandung:

1. Anak jalanan sering mengalami tindak kekerasan, penipuan dan penganiayaan.

2. Anak jalanan, mengakui bahwa mereka mengenal apa itu hubungan seks. 3. Anak jalanan mengalami kekerasan seksual dari sesama anak jalanan maupun

orang-orang dewasa yang tidak mempunyai tanggung jawab moral. 4. Anak jalanan minum-minuman keras dan menggunakan narkotika.

(64)

3.2 Metode Penelitian

Metode Penelitian berguna dalam menyusun langkah-langkah yang akan ditetapkan guna melakukan pengkajian terhadap masalah-masalah dengan tujuan untuk menentukan jawaban atau cara pemecahan maslah berdasarkan pengelolaan data yang telah terhimpun.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan jenis penelitan kualitatif, karena tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam menyelesaikan permasalah anak jalanan di Kota Bandung lewat program pemberdayaan. Untuk mengkaji bagaimana gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dan demi sebuah keseimbangan penelitian, maka peneliti tidak hanya akan mengumpulkan data dari Dinas Sosial Kota Bandung saja, tetapi peneliti sudah tentu akan mencari data dari beberapa aparatur di Dinas Sosial Kota Bandung beserta beberapa instansi terkait seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol), dan Rumah Perlindungan Anak di Kota Bandung.

3.2.1 Desain Penelitian

(65)

yang peneliti peroleh dengan cara mempelajari “literatur” tulisan dan kerangka ilmiah yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti beserta hasil beberapa data dari para informan.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu persyaratan dalam melakukan pengumpulan data yang berguna untuk menganalisis suatu objek yang diteliti dalam suatu skripsi, sesuai dengan objek penelitian disini yaitu Kepala Dinas Sosial Kota Bandung maka peneliti melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut:

3.2.2.1 Studi Pustaka

Studi Pustaka yang peneliti lakukan dalam skripsi ini yaitu dengan cara membaca buku-buku yang memiliki muatan mengenai gaya kepemimpinan maupun pemberdayaan, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penyelesaian masalah yang sedang diteliti.

3.2.2.2 Studi Lapangan

Studi Lapangan yaitu suatu teknik pengamatan dan pencarian data secara langsung ke lapangan atau lokasi yang menjadi objek penelitian, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

(66)

perempatan Pasteur, Dago, Asia Afrika, Pasir Koja, dan perempatan Riau. mengenai adakah usaha-usaha lewat progaram-program dari Kepala Dinas Sosial Kota Bandung mengenai permasalahan pemberdayaan para anak jalanan di jalanan tersebut.

2. Wawancara, peneliti akan melakukan komunikasi langsung melalui tatap muka dan tanya jawab antara peneliti, Kepala Dinas Sosial Kota Bandung atau aparaturnya di Dinas Sosial Kota Bandung.

3. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dari catatan-catatan tertulis, dari hasil tulisan-tulisan pada mata kuliah yang peneliti dapatkan dan tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu yang berupa catatan-catatan tertulis tentang berbagai peristiwa dalam masalah Pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung.

3.2.3 Teknik Penentuan informan

(67)

1. Ibu Siti Masnun Samsiati sebagai Kepala Dinas Sosial Kota Bandung yang berperan membantu walikota dalam melaksanakan fungsi dan tugas pembantuan di bidang kesejahteraan sosial di Kota Bandung, salah satunya permasalahan anak jalanan.

2. Ibu Ecih Sukaesih sebagai Kepala Bidang Pembinaan Rawan Sosial di Dinas Sosial Kota Bandung sebagai bidang yang membawahi program-program pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

3. Ibu Dewi Indra sebagai Kepala Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja di Dinas Sosial Kota Bandung sebagai bidang yang mengurusi program-program pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung. 4. Bapak Nono Sumarno sebagai Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan di

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung, yang mengurusi masalah penertiban anak jalanan di Kota Bandung

5. Kepala Rumah Perlindungan Anak di Kota Bandung, sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan di Kota Bandung.

3.2.4 Teknik Analisis Data

Peneliti dalam teknik analisa data mengunakan metode kualitatif, yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, aktifitas yang peneliti lakukan yakni:

(68)

masalah pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung, dari mulai pendekatan, penjaringan proses pemberdayaan, hingga hasil dari pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung.

2. Data Display (penyajian data), disini peneliti mengumpulkan beberapa informasi mengenai gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung yang dikaitkan dengan teori yang peneliti gunakan, dalam masalah pemberdayaan anak jalanan di Kota Bandung, selanjutnya peneliti menarik sebuah kesimpulan dari informasi yang telah peneliti dapatkan.

3. Conclusion Verivication (penarikan kesimpulan) disini peneliti melakukan peninjauan kembali secara sepintas pada catatan lapangan, yang bertujuan untuk dapat memahami gaya kepemimpinan Kepala Dinas Sosial Kota Bandung dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan, lewat program pemberdayaan, agar dapat memperoleh kesimpulan dan pemahaman yang lebih cepat.

3.2.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

(69)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Waktu

Kegiatan

2012 2013

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Penyusunan Rancanan Judul

Survey Pendahuluan / Observasi Awal Studi Pustaka Penyusunan Usulan Penelitian

Seminar Usulan Penelitian Penelitian di Lapangan 1. Wawancara

Gambar

Tabel 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Gambar 4.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Independent Sample J-Jest untuk rnelihat perbedaan kedua kelornpok penelitian pada variabel uang saku, pengeluaran pangan, jarak ternpat tinggal dari warung

24 Stasionet Hendra Batu besar 25 Syahril Net Ardiansyah Kp.Pinggir Btau Besar 26 Valembank Net Jauhari Blok Kembang Sari No.3 27 Warnet Topone Supriyanto Ruko Punggur Blok B No.2

Penelitian yang kami lakukan ini berjudul “Kebijakan Pemerintah Kota Malang Dalam Perlindungan Dan Pemberdayaan Anak Jalanan (Studi di Dinas Ketenagakerjaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kontrol diri dengan menggunakan metode Tehnik Gerakan Mengontrol Perilaku Merokok (TGMPM) untuk mengurangi

Hasil pengukuran tingkat kepuasan mahasiswa dilaporkan dengan format sebagai berikut: (1) Executive Summary (2) Bab I Pendahuluan, yang memuat Latar Belakang, Tujuan,

1) menyusun rencana program kerja dan bahan penetapan kinerja lingkup Seksi Penguatan Lembaga Penyedia Layanan Pemberdayaan Perempuan;.. 2) membina, membagi dan

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai koefisien korelasi hubungan antara intensitas penyebaran informasi melalui bentuk komunikasi antar pribadi dengan

Tabel 2. 1) Keaktifan siswa sudah mulai ada kemajuan sebagian besar siswa yang berani mengemukakan pendapat. Ini merupakan kemajuan walaupun belum luar biasa.