Perubahan Struktur Pemerintahanan Kabupaten Karo
Tahun 1882
–
194
5 “
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH : Tima wati NIM: 309121079
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Tima Wati. NIM 309121079. Perubahan Struktur Pemerintahan Kabupaten Karo Tahun 1882-1945. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengetahui sistem pemerintahan sebelum kedatangan Belanda di Tanah Karo, struktur pemerintahan Kabupaten Karo 1882-1945, perkembangan pemerintahan Kabupaten Karo setelah tahun 1945. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian field research dan studi pustaka. Dengan tehnik pengumpulan data menggunakan studi Pustaka, Observasi wawancara dan Dokumen. Untuk menganalisis data maka dilakukan beberapa tahapan yaitu dengan menemukan sumber–sumber yang relevan dengan Penelitian ini. Selanjutnya verifikasi atau kritik sumber dan melakukan interpretasi (menyusun hasil-hasil penelitian berdasarkan fakta) sebagai tahapan terakhir adalah menganalisis dan menyajikan Perubahan Struktur Pemerintahan Kabupaten Karo 1882-1945.
Hasil penelitian pemerintahan tanah karo memiliki berbagai perubahan struktur pemerintahan sebelum kedatangan Belanda sistem pemerintahannya berdasarkan sistem kekerabatan dengan berbagai kriteria dan setelah kedatangan Belanda berubah menjadi kerajaan dan sistem ini dilanjutkan oleh pemerintahan Jepang yang melaksanakan pemerintahnannya di Tanah Karo dan hanya merubah nama dan letak administrasi pemerintahnya serta setelah revolusi sosial sistem kerajaan ini hilang dan berganti menjadi Kabupaten Karo dengan Bupati pertama Rakuta Sembiring.
Kesimpulan sistem pemerintahan yang terjadi di Tanah Karo dipengaruhi oleh para penjajah sehingga merubah sistem elit tradisional menjadi modern (kerajaan) yang berkembang menjadi kabupaten.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap mahasiswa guna menyelesaikan perkuliahan sehingga dapat menyandang gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan (Medan). Dan guna untuk memenuhi syarat tersebut, penulis membuat sebuah skripsi yang berjudul “Perubahan Struktur Pemerintahan Kabupaten Karo Tahun 1882-1945.”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisannya, penggunaan tata bahasa, dan dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan karena penulis masih dalam tahap belajar. Maka dengan ini penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga menyadari, banyak rekan-rekan yang telah banyak memberi bantuan, dorongan, motivasi, serta semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan segala masalah yang dihadapi dari awal melakukan penelitian sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini sampai akhirnya selesai menjadi sebuah skripsi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 3. Ibu Dra. Floress Tanjung, MA Pembantu Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan
4. Bapak Drs. Yushar Tanjung selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.
5. Bapak dan Ibu penguji dosen Skripsi yang telah membantu saya dalam penyelesaian studi saya di jurusan pendidikan sejarah.
iii
dapat menyelesaikan studi dan akhirnya menyandang gelar sarjana. Semoga senantiasa kalian semua yang saya sayangi dalam lindungan dan limpahan berkah Tuhan kita Yesus Kristus selalu diberi kemudahan rezeki, kesehatan dan umur yang berkah. Tiada kata yang mampu penulis ucapkan untuk mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu dan abang abangku sekalian tiada selain ucapan syukur karena telah mengarahkanku.
7. Terima kasih buat bibikku mamak Tasya dan Tulang simaremare karena dukungan kalian berdua aku dapat menyelesaikan dan mendapat gelar sarjana ini, maaf aku udah merepoti kalian Tuhanlah yang akan membalas dengan berkatNya yang melimpah buat kalian berdua beserta keluarga.
8. Terima kasih kepada Saimara Daulatta Sitepu yang pernah hadir dan mengisi hari-hariku, semoga kamu tenang disana. Terkhusus juga buat Miko Juharbaginta dan Oktaria br Tarigan, terimakasih buat kalian berdua karena selama ini telah mengembalikan semangatku dan akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen-dosen dan Staf administrasi di Jurusan Pendidikan Sejarah, terima kasih yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah kalian berikan kepada penulis, selaku
mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah.
10.Terima kasih kepada para narasumber yang telah membantu penulis dalam memperoleh informasi untuk melengkapi hasil penelitian yang penulis lakukan.
11.Terimakasih kepada teman-teman, Suminten hasibuan, peli soul hutagalung, dan terutama terimakasi buat Wulan yang selama ini udah cerewetin aku supaya menyelesaikan semua berkas dengan tepat waktu dan yang sudah mendukung penulis dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Medan, Februari 2016
iv
2.4. Struktur Pemerintahan ... 8
2.5. Administrasi ...10
3.4.Teknik Pengumpulan Data ………16
3.5.Teknik Analisis Data ...………..17
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………19
a. Kondisi Geografis ...………..19
b. Administrasi Pemerintahan ……….20
c. Penduduk ………21
d. Iklim ………22
v
4.2.Sistem Pemerintahan Sebelum Kedatangan Belanda Di Tanah Karo …24
4.3.Struktur Pemerintahan Kabupaten Karo Tahun 1882-1945…………..29
a. Masa Pemerintahan Belanda ………..……….… 30
b. Masa Pemerintahan Jepang ……….….…38
c. Aspek Sosial Dan Pendidikan Bagi Masyakarat Karo ……….49
4.4. Struktur Pemerintahan Masa Proklamasi ……….…..54
4.5. Bentuk dan Susunan Pemerintahan Daerah ………..……..55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...63
5.2. Saran ...64
Daftar Pustaka ……….…………65
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa
yang tersebar dari sabang sampai merauke. Keunikan tersebut menjadi nilai tersendiri untuk
kemajuan bangsa Indonesia karena masyarakat Indonesia dituntut saling menyesuaikan diri
dengan etnis lain sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indonesia semakin
dinamis. Secara umum penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian sebagai petani, hal
ini terjadi karena letak geografis indonesia yang mengakibatkan Indonesia hanya memiliki
dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Dengan kekayaan alam dan sumberdaya
alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia khususnya tanah karo sehingga bangsa luar
berkeinginan menawarkan kerjasama.
Keinginan bangsa luar untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia awalnya
dimulai dengan perdagangan, tetapi pada akhirnya bangsa lain khususnya bangsa Eropa
merasa bahwa indonesia adalah salah satu aset yang sangat potensial penghasil
rempah-rempah, tembakau dan hasil pertanian lainnya yang memiliki nilai tinggi dalam perdagangan
eropa maka kerjasama berubah menjadi penguasaan atas wilayah dan kekayaan alam yang
ada.
Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sumatera Utara
yang terletak di daerah pegunungan sehingga memiliki kesuburan tanah yang cukup tinggi
hal ini memiliki ketertarikan bangsa Belanda untuk menduduki daerah tersebut. Kabupaten
Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran
tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik.
Kabupaten Karo mengalami berbagai perubahan struktur pemerintahan yang berpengaruh
2 kedatangan Belanda membawa pengaruh dari berbagai elemen baik dari masyarakat juga
pemerintahan yang semula berasal dari kekerabatan hingga berubah menjadi yang sistem
kerajaan.
Sistem pemerintahan yang dilakukan oleh tokoh adat di tanah karo sebelum
kedatangan Belanda yakni pertama yang berhak untuk mewarisi jabatan Perbapaan Urung
atau Pengulu ialah anak tertua, kalau dia berhalangan, maka yang paling berhak adalah anak
yang termuda/bungsu. Sesudah kedua golongan yang berhak tadi itu, yang berhak adalah
anak nomor dua yang tertua, kemudian anak nomor dua yang termuda. Orang yang berhak
dan dianggap sanggup menjadi Perbapaan Urung tetapi karena sesuatu sebab menolaknya,
maka dengan sendirinya hilang haknya dan berhak keturunannya yang menjadi
Perbapaan/Raja Urung. Hal ini juga menurut P. Tambun dalam bukunya merupakan adat
baru. Maksudnya adalah untuk menjaga supaya pemangkuan Perbapaan yang dilaksanakan
oleh orang lain hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa. Sementara itu orang yang berhak
menurut adat menjadi Perbapaan/Raja, tetapi masih dalam keadaan di bawah umur ataupun
belum kawin, maka jabatan itu boleh dipangku/diwakili kepada orang lain menunggu orang
yang berhak itu sudah mencukupi. Peraturan tetap tentang memilih siapa sebagai pemangku
itu tidak ada. Yang sering dilakukan ialah orang yang paling cakap diantara kaum sanak
keluarga terdekat, termasuk juga Anak Beru dan marga yang seharusnya memerintah sebagai
Perbapaan Raja.
Awal masuknya bangsa asing sebagai penjajah ke Indonesia di mulai sekitar tahun
1500-an yaitu bangsa Portugis dengan misi 3G yakni: Gold, Glory dan Gospel. Dengan
masuknya bangsa lain untuk menjajah bangsa Indonesia sangat mempengaruhi kebiasaan
hidup suku-suku bangsa di Indonesia, sehingga hampir semua aspek kehidupan mengalami
transformasi (perubahan). Perubahan ini tidak serta merta diterima oleh masyarakat Indonesia
3 Beberapa perubahan yang secara signifikan terjadi pada mulai dikenalnya sistem
pembagian wilayah untuk memudahkan pemerintahan kolonial dalam mengawasi sistem
pemerintahan yang sedang berlangsung sekaligus memudahkan untuk memanipulasi
perdagangan. Penyebaran agama kristenpun mulai dilakukan oleh kolonial sehingga banyak
rakyat di tanah jajahan Belanda memeluk agama kristen
Masuknya kolonialisme yang terjadi di Sumatera Timur mengakibatkan keruntuhan
kejayaan kerajaan-kerajaan yang berkuasa dan memunculkan pemberontakan di daerah
khususnya di Tanah Karo sehingga sangat mempengaruhi semua elemen kehidupan
masyarakat Karo termasuk keadaan pemerintahan karo. Pembagian wilayah yang terjadi di
Sumatera Timur yakni kresidenan dan afdeling dengan tujuan memudahkan penjajahan
Belanda mengawasi wilayah yang dikuasainya.
Dalam hal ini wilayah dataran Tinggi Tanah Karo dan Simalungun oleh pemerintah
Belanda masuk dalam wilayah administrasi Simalungun dan karo landen, dipimpin oleh
Asisten Residen Belanda dan pusat pemerintahannya adalah Pematang Siantar. Administrasi
simalungun dan karo landen yang merupakan satu afdeling termasuk dalam kresidenan
Sumatera Timur dengan ibukota Medan. Pemerintah Belanda membagi bagian wilayah
pemerintahannya yakni swaparja pribumi/ landshaap. Pemerintah Swapraja merupakan alat
perpanjangan tangan dari pemerintahan jajahan Belanda menguasai penduduk pribumi dalam
berbagai aspek keperluan penjajahan.
Di daerah administrasi Onderafdeling Karo Landen yang dipimpin seorang kontlir
Belanda, terdapat pemerintahan swapraja pribumi tingkat kerajaan yang dipimpin oleh
Sibayak dan Kerajaan Urung yang dipimpin oleh Raja Urung. Pemerintahan swapraja
pribumi Landschaap yang dikepalai oleh Sibayak di Tanah Karo terdiri dari 5 Kerajaan
dengan 18 kerajaan Urung yang merupakan pemerintahan pribumi baawahan atau bagian dari
4 Adapun pemerintahan swaparaja bumi/Landschaap yang dikepalai Sibayak adalah
sebagai berikut:
1. Landschaap Lingga berkedudukan di Lingga kemudian ke Kabanjahe,
membawahi 6 kerajaan urung
2. Landschaap Sarinembah berkedudukan di Sarinembah, 4 kerajaan urung.
3. Landschaap Barusjahe berkedudukan di Barusjahe, 2 kerajaan urung.
4. Landschaap Suka berkedudukan di Suka, 4 Kerajaan urung.
5. Landschaap Kutabuluh berkedudukan di Kutabuluh, 2 Kerajaan urung.
Setiap kerajaan membawahi beberapa kerajaan urung seperti halnya kerajaan lingga
membawahi 4 kerajaan urung yang keseluruhannya itu menjadi tanggung jawab raja lingga
memimpin wilayah dan melakukan pengembangan ataupun perluasan wilayah. Dan setelah
kemerdekaan Indonesia seluruh kerajaan yang ada di indonesia khususnya yang berada di
Kabupaten karo mengalami perubahan secara menyeluruh.
Dengan perubahan sistem pemerintahan yang terjadi di tanah karo yang awalnya
dipimpin oleh seorang penghulu yang dipilih berdasarkan usia sehingga kedatangan Belanda
membawa perubahan bagi masyarakat tanah karo dan membentuk kerajaan dalam hal ini
kerajaan lingga sehingga mengalami perkembangan dengan membawahi 4 kerajaan urung.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Perubahan Struktur Pemerintahan Karo Tahun 1882-1945.”
1.2. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini dapat berjalan terarah, maka permasalahan diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Sistem pemerintahan sebelum kedatangan Belanda di Tanah Karo
2. Struktur pemerintahan Kabupaten Karo tahun 1882-1945
5 1.3. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pemerintahan sebelum kedatangan Belanda di Tanah Karo?
2. Bagaimana struktur pemerintahan Kabupaten Karo 1882-1945?
3. Bagaimana perkembangan pemerintahan Kabupaten Karo tahun 1945?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sistem pemerintahan sebelum kedatangan Belanda di Tanah Karo
2. Untuk mengetahui struktur pemerintahan Kabupaten Karo 1882-1945
3. Untuk mengetahui perkembangan pemerintahan Kabupaten Karo setelah tahun 1945.
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat:
1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang sistem pemerintahan sebelum
kedatangan Belanda di Tanah Karo.
2. Untuk memberikan informasi, khususnya kepada masyarakat Tanah Karo tentang
struktur pemerintahan Kabupaten Karo 1882-1945. Dengan demikian diharapkan
semua elemen masyarakat agar sama-sama dapat memajukan pemerintahan di tanah
karo.
3. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan umumnya dan khususnya kepada
jurusan pendidikan sejarah unimed.
4. Sebagai bahan informasi kepada akademisi, pemerintahan, maupun masyarakat
Bab V
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan dan saran sangat penting pada akhir penelitian, karena kedua hal tersebut
mempengaruhi kondisi penelitian. Kesimpulan memuat hal-hal apa saja yang menjadi kata
akhir dalam penelitian ini, sedangkan saran merupakan kumpulan masukan maupun kritikan
terhadap fokus penulisan yang dapat membangun dan memperbaiki fokus penulisan sejenis
dikemudian hari.
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebelum kedatangan penjajahan Belanda diawal abad XX di daerah dataran tinggi
Karo, di kawasan itu hanya terdapat kampung (Kuta), yang terdiri dari satu atau lebih
“kesain” (bagian dari kampung). Tiap-tiap kesain diperintah oleh seorang “Pengulu”.
Pengulu adalah seseorang dari marga tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari
kelompok “Anak Beru” dan “Senina”. Mereka ini disebut dengan istilah “Telu si
Dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasi/pemerintahan dalam
lingkungannya. Anggota ini secara turun-menurun dianggap sebagai “pembentuk
kesain”, sedang kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga. Di atas
kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung asli (Perbapaan)
yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari kampung asli itu.
Kumpulan kampung itu dinamai Urung. Pimpinannya disebut dengan Bapa Urung
64
2. ketika kedatangan Belanda sistem pemerintahan karo yang awalnya tradisional yang
dipilih berdasarkan garis keturunan dan usia yang patut dijadikan panutan berubah
menjadi bentuk kerajaan dan kita mengenal adanya bupati setara dengan residen yang
bertugas pemegang dan pelaksana pemerintahan di daerah (ministeriales) yang
mendapatkan otoritas dari kekuasaan pusat kerajaan. Dan pada masa pemerintahan
Jepang tidak ada perubahan struktur pemerintahan namun sistem militer lebih di
tonjolkan pada masa pemerintahan Jepang di Tanah Karo
3. Struktur pemerintahan Tanah Karo dimulai ketika runtuhnya dominasi kekuasaan
kerajaan menjadi sistem pemerintahan negara yang dipimpin oleh Rakuta Sembiring
sebagai Bupati pertama Kabupaten Karo dengan membagi menjadi 3 kewedanan
wilayah Kabupaten Karo yang dipimpin oleh camat dan lurah.
b. Saran
Berkaitan dengan tema dan topik penelitian, maka penulis mengemukakan beberapa saran,
yaitu :
1. Menyangkut mengenai sistem pemerintahan Kabupaten Karo yang berawal dari
sistem kekerabatan sebaiknya sistem kekerabatan yang dibangun ini dilestarikan tanpa
ada kepentingan politik untuk memajukan Kabupaten Karo dan mensejahterakan
masyarakat.
2. Mengembangkan pemahaman sejarah masyarakat Karo yang untuk menjaga serta
melestarikan peninggalan-peninggalan kerajaan urung yang berada disana dan
pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat yang berada disana yang
Daftar Pustaka
Anwar, Dessy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia Surabaya
Arikunto, Suharsimi. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktek. Jakarta:
Rineka cipta.
Bangun, Berontak. 2006. Pahlawan Nasional Kiras Bangun. Medan: Yayasan Gramatama.
Busron, Abu Daud. 1989. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto, H.M. 2006. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1991. Perencanaan dan Managemen Pendidikan. Bandung: Mandar
Maju, Bandung.
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Moleong, Lexy.J.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja rosdakarya
Musanef. 1982. Sistem Pemerintahan di Indonesia. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Nazir, Moh. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia
Pamudji. S. 1983. Perbandingan Pemerintahan. Jakarta: Bina Aksara.
Perret. Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas. Jakarta: Kepustakaan Gramedia.
Putro, Brahmana. 1981. Karo. Medan: Yayasan Massa.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Suradinata, Ermaya. 1996. Organisasi dan Manajemen Pemerintahan. Bandung: Ramadan
Tobing, R.L.L. 1988. Demokrasi dan Teori Kemakmuran. Jakarta: Erlangga.
Westra, Pariata. 2009. Administrasi Perusahaan Negara. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.
http://erpandsima.blogspot.co.id/2014/10/teori-struktur-fungsional-talcott.html (diakses 10