• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Lima Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Lima Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

UJI LIMA KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI

ISOPROTHIOLANE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL KEDELAI

(Glyciite

m m

L. Merr.)

OLEH:

ABIDIN

A 31.0876

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

U a 7 u L n l u IeridanLL adu i h a m

X t u d tetap ap>lemyuduri aidapmzt- m u

g a y Cn,-dau aaugerahlan depa& lapad iludu

B a n untul mengerjadan a,,laIsh&/L y a y C y d a u r i d h i ,

B a n tmzdudlanLL adu A y a , t-ahmat-

Wu

/?e &L,x go&an h m l a - h t n l a -

Wu

(QS

A,,

a?,,!:

191
(3)

UJI LIMA KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI

ISOPROTHIOLANE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL KEDELAI

(Gbcine

max

L. Merr.)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH:

ABrDIN

A 31.0876

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

RINGKASAN

ABIDIN. A31.0876. Uji Lima Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. (dibawah bimbingan MUNIF GHULAMAHDI)

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan

frekuensi aplikasi zat pengatur tumbuh isoprothiolane terhadap pertumbuhan dan

hasil kedelai, serta untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan frekuensi aplikasi

yang memberi hasil ferbaik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru IPB,

Dramaga Bogor dari bulan Maret 1999 sampai dengan bulan Juli 1999.

Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah Rancangan Acak

Kelompok dua faktor 3 ulangan. Faktor pertama adalab konsentrasi

isoprothiolane yang terdiri dari 6 taraf yaitu 0 ml/l air, 0.4 mV1 air, 0.8 ml/l air, 1.2

m1/1 air, 1.6 ml/l air dan 2.0 mu1 air. Faktor kedua adalah frekuensi penyemprotan

yaitu 2 kali penyemprotan (15 dan 30 HST) dan 3 kali penyemprotan (15, 30 dan

45 HST). Percobaan dilakukan dalam petak percobaan berukuran 3 m x 2 m

dengan 3 ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

Hasil percobaan menunjukkan konsentrasi isoprothiolane memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 dan 7 MST..

Konsentrasi 0.4 d l air menghasilkan tanaman yang nyata lebih tinggi daripada

perlakuan konsentrasi lainnya dengan tinggi tanaman 39.38 cm. Konsentrasi

isoprothiolane juga nyata mempengamhi waktu berbunga tanaman kedelai.

Aplikasi konsentrasi 0.4 mVl air dan 2.0 d l air menunjukkan hasil terbaik

dengan menghasilkan tanaman berbunga paling cepat yaitu 29.50 HST.

Pemberian isoprothiolane tidak berpengaruh nyata terhadap hasil per petak

dan hasil per hektar. Meskipun tidak berpengamh nyata, perlakuan isoprothiolane

sebanyak 0.4 mVl air dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0.2831 tonlha

dibandingkan tanpa perlakuan isoprothiolane. Frekuensi aplikasi isoprothiolane

dan interaksi antara konsentrasi dan frekuensi aplikasi isoprothiolane juga tidak

(5)

JUDUL : Uji Lima Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi

Isoprothiolane terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Kedelai (Glycine nzat- L. Merr.)

Nama Mahasiswa : Abidin

NRP : A 31.0876

Menyetujui,

Pembimbing

i & c r ; i ~ u n i f Ghulamahdi, MS

NIP : 131 471 386

Mengetahui,

san Budidaya Pertanian

tp

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 April 1975. Penulis

merupakan anak ke-9 dari 11 bersaudara dari Bapak Djalil (Alm.) dan Ibu

Djaenah.

Tahun 1988 penulis lulus dari SD Negeri Galur 02 Jakarta, kemudian

pada tahun 1991 penulis menyelesaikan, studi di SMP Negeri 216 Jakarta.

Selanjutnya penulis luius dari SMA Negeri 68 Jakarta pada tahun 1994.

Tahun 1994, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

UMPTN. Setahun kemudian penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa kuliah,

penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Badan Civa Muslim Jurusan

(7)

KATA PENGANTAR

Bismiliaahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Alloh SWT. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada

Rasul mulia dan penutup para Nabi, Baginda Muhammad Shnllnllahz~ Alnihi i11n

Snllant beserta keluarga, shahabat dan ummatnya yang senantiasa istiqomah di

jalan-Nya hingga akhir zaman.

Penulis bersyukur kehadirat Alloh SWT atas.selesainya karya ilmiah ini dan

pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, kritik dan saran selarna pembuatan karya ilmiah ini.

2. Ir Adiwirman, M S yang telah memberikan bimbingan pada awal pelaksanaan

penelitian.

3 , Ir Eko Sulistyo, MS dan Ir Maya Melati, MS atas kesediaannya sebagai dosen

penguji.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama

penulis menuntut ilmu di IPB.

5. Bapak (alm), Emak, kakak dan adik atas dorongan, kasih dan do'anya.

6. Haikal, Devi, Budi, Edi, Ari, Marzuki, Apnita, Dadah, Widhi atas bantuan dan

dorongannya serta rekan-rekan AGR 3 1 atas kebersamaannya.

7. Segenap warga "Widya Graha" atas dialog dan kebersamaannya.

8. Husnan, Agus, Saladin, Tito, Muklasin, Zifiven, Dewi, Nuning, Titi, Eni dan

semua sahabat di Progress Insani atas keindahan ukhuwah yang terjalin selama

ini.

Semoga karya ilmiah ini menjadi bagian dari amal ibadah bagi penulis dan

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, April 2001

(8)

DAFTAR IS1

Halaman

...

DAFTAR TABEL i

. .

...

DAFTAR GAMBAR 11

PENDAHULUAN ... 1

Tujuan ... 2

...

Hipotesis 2

... TINJAUAN PUSTAKA

... Botani dan Morfologi Kedelai

...

Syarat Tumbuh Kedelai

... Zat Pengatur Tumbuh

...

Isoprothiolane

...

BAHAN DAN METODE

... Tempat dan Waktu Percobaan

... Bahan dan Alat

...

Metode Percobaan

... Pelaksanaan Percobaan

...

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

...

Hasil 11

...

Vegetatif Tanaman 12

...

Generatif Tanaman 13

...

Pembahasan 18

...

KESIMPULAN DAN SARAN 22

...

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Teks

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Semua Peubah yang diamati ... 11

2. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Tinggi Tanaman 12

...

Kedelai

3 . Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Tinggi Tanaman Icedelai ... 13

4. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Cabang Tiap Tanaman Kedelai ... 1 3

5. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Cabang Tiap Tanaman Kedelai ... 14

6. Pengaruh Ko,isentrasi Isoprothiolane terhadap Waktu Berbunga

...

Tanaman Kedelai 14

7. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Waktu Berbunga

...

Tanaman Kedelai 14

8. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Buku Produktif Tiap Tanaman, Jumlah Polong Isi Tiap Tanaman dan Jumlah Polong

...

Hampa Tiap Tanaman Kedelai 15

9. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Buku Produktif Tiap Tanaman, Jumlah Polong Isi Tiap Tanaman dan Jumlah

...

Polong Hampa Tiap Tanaman Kedelai 16

10. Pengamh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Bobot 100 Biji, Bobot Biji Tiap Tanaman, Bobot Biji Tiap Petak dan Hasil per Hektar. ... 16

11. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Bobot 100 Biji, Bobot Biji Tiap Tanaman, Bobot Biji Tiap Petak dan Hasil per Hektar. 17

1. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi terhadap 26

...

Tinggi Tanaman Kedelai.

2. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi 27

...

Isoprothiolane terhadap Jumlah Cabang Tiap Tanaman .

.

(10)

Sidik Ragam Pengamh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi

...

Isoprothiolane terhadap Jumlah Buku Produktif Tiap Tanaman

Sidik Ragam Pengamh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Polong Isi Tiap Tanaman ...

Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Polong Hampa Tiap Tanaman ...

Sidik Ragam Pengamh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Bobot 100 Biji ...

Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Bobot Biji Tiap Tanaman. ...

Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Bobot Biji Tiap Petak ...

Interaksi Konsentrasi dengan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane

. . .

terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang per Tanaman.

Interaksi Konsentrasi dengan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap parameter Generatif Tanaman.. ...

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pengamh konsentrasi isoprothiolane terhadap tinggi tatlaman kedelai 18

2. Pengamh konsentrasi isoprothiolane terhadap jumlah buku produktif tiap tanaman kedelai

... ...

... ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ...

...

19

3 . Pengamh konsentrasi isoprothiolane terhadap hasil biji per petak.. .

. . .

.. 20 4. Pengamh interaksi konsentrasi dan frekuensi aplikasi isoprothiolane ..
(12)

PENDAHULUANJ

Kedelai Edamame adalah kedelai rebus yang dipanen muda dalam bentuk

polong segar. Kedelai ini digunakan sebagai makanan pendamping yang sangat

populer di Jepang. Makanan ini, seperti juga kedelai biasa, kaya akan protein,

sukrosa, vitamin A, C dan E. Kedelai Edamame menarik beberapa petani untuk

mengembangkannya.

Kebutuhan kedelai Edamame di Jepang mencapai 120.000 ton polong

segar per tahun sedangkan produksi di dalam negerinya sekitar 80.000 tonltahun

dari luas panen 14.000 ha (Puslitbangtan, 1993). Untuk menutupi kekurangannya,

Jepang mengimpor dari Taiwan, Thailand dan Selandia Baru. Salah satu masalah

pengembangan kedelai Edamame yang dihadapi Taiwan dan Jepang adalah

mahalnya biaya tenaga kerja, karena usahatani kedelai Edamame biasanya lebih

intensif dan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Hal tersebut membuka

peluang bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan kedelai Edamame dan

memenuhi permintaan kedelai Edamame di Jepang.

Indonesia memiliki potensi yang cukup baik bagi pengembangan kedelai

tersebut. Indonesia memiliki wilayah yang diperkirakan cocok untuk usahatani

kedelai Edamame yaitu wilayah dengan ketinggian medium hingga tinggi (300-

1000 m dpl ke atas). Kedelai Edamame dapat ditanam sebagai komponen

pergiliran tanaman setahun dalam pola: padi-kedelai-sayuran atau padi-sayuran-

kedelai dan sebagainya. Pengembangan kedelai Edamame di Indonesia dapat

diarahkan pada dua tujuan, yaitu untuk ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan di

dalam negeri. Pemasyarakatan kedelai rebus ini di Indonesia juga akan mudah

mengingat sebagian masyarakat Indonesia sudah lazim mengkonsumsi kedelai

yang direbus atau disayur. Usaha ini juga merupakan upaya peningkatan gizi

masyarakat.

Pengembangan kedelai Edamame memiliki prospek ekonomi yang baik

bagi petani dalam usaha peningkatan pendapatan. Harga jual kedelai Edamame

dalam bentuk polong segar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai biasa karena

kedelai ini memiliki ukuran polong dan biji yang lebih besar daripada kedelai

biasa (350 - 400 polong/kg). Pada bulan Juni - September, harga di pasar Tokyo

(13)

harganya berkisar Y 1 200-1 800Ikg (Rp 99 450 - Rp 149 150kg) (Puslitbangtan,

1993). Toko-toko swalayan dan supermarket menjual kedelai Edamame dengan

harga sekitar Rp 3 5001kg. Harga beli ditingkat petani sekitar Rp 2 000/kg.

Harga jual benih kedelai pada produsen benih juga cukuptinggi yaitu sekitar

Rp 15 000kg. Oleh karena harga jual yang tinggi tersebut n~aka usahatani kedelai

Edamame yang lebih intensif termasuk dengan penggunaan zat pengatur tumbuh

(ZPT) yang biayanya cukup tinggi, tidak terlalu menjadi masalah dan tetap

memberikan pendapatan yang lebih baik bagi petani.

Penggunaan ZPT memberikan peluang dapat meningkatkan produksi

apabila diimbangi dengan penerapan paket anjuran lainnya (Manurung, 1989).

Pada pertanaman kedelai, ZPT merupakan teknologi yang belum lama diterapkan.

Pemberian ZPT pada kedelai diharapkan dapat memanipulasi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yang mengarah pada peningkatan kualitas dan kuantitas

produksi. Menurut Adisanvanto dan Wudianto (1999) pemberian ZPT pada

kedelai dapat merangsang peningkatan jumlah biji per polong dan juga

meningkatkan jumlah polong per tanaman.

Isoprothiolane merupakan salah satu zat pengatur tumbuh sintetik yang

dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman dan meningkatkan mutu.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi zat pengatur tumbuh

isoprothiolane terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

. .. 2. Mengetahui tingkat konsentrasi dan frekuensi aplikasi yang memberi hasil

terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

Hipotesis

1. Terdapat pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman kedelai.

2. Terdapat pengaruh frekuensi aplikasi isoprothiolane terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kedelai.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

J

Botani dan Morfologi Kedelai

Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh

tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman antara 10 - 200

m. Bercabang banyak atau sedikit tergantung kultivar dan lingkungan hidup.

Bentuk biji kedelai berbeda tergantung kultivar, dapat berbentuk bulat,

agak gepeng atau bulat telur, namun sebagian besar kultivar bentuk bijinya bulat

telur. Bobot 100 butir beragam antara 5 - 30 gram dan dibagi menjadi 3 kategori

yaitu biji kecil (7-14 d l 0 0 biji) biji sedang (11-13 d l 0 biji) dan biji besar

(>I3 d l 0 0 biji) (Hidajat, 1985). Biasanya kedelai yang berukuran kecil ditanam

di dataran rendah dan yang berukuran besar ditanam di dataran tinggi (Rukmana

dan Yuniarsih, 1996).

Kedelai berakar tunggang dan dangkal. Pada umumnya perakaran kedelai

berbentuk serabut dan berada pada lapisan atas dari tanah (15 cm di bawah

permukaan tanah). Perakaran dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah,

pemupukan, tekstur tanah, sifat fisik dan kimia tanah lapisan bawah tanah dan

lain-lain. Sumarno (1991) mengemukakan bahwa pada akar-akar terdapat bintil-

bintil akar yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobum japonicum. Bakteri ini berhngsi mengikat nitrogen bebas dari udara yang dapat dimanfaatkan oleh

tanaman.

Kedelai berbatang semak dengan tinggi 30

-

100 cm. Batang dapat

membentuk 3 - 6 cabang. Pertumbuhan batang dibedakan dalam tipe determinit

dan indeterminit yang masing-masing memiliki sifat yang khas (Hidajat, 1985).

Pengklasifikasian tersebut adalah berdasarkan akhir pertumbuhan tanaman

kedelai. Sebagian besar varietas diklasifikasikan ke dalam determinit dan

indeterminit. Kedelai tipe determinit, pertumbuhan vegetatifnya berhenti pada

awal pembungaan atau tidak lama setelah itu dan memiliki diameter batang yang

relatif seragam sepanjang batang. Kedelai tipe indeterminit, pertumbuhan

vegetatifnya berlangsung terus setelah kedelai berbunga dan diameter batang

mengecil mendekati pucuk (Bernard, 1972). Kedelai yang mempnyai tipe

(15)

tipe determinit berbunga serempak dari bagian atas ke bagian pangkal, sedangkan

tipe indeterminit pembungaannya berangsur dari pangkal ke bagian atas

(Suprapto, 1985). Menurut Hanway dan Weber (1971) kedelai semi determinit

melengkapi pemanjangan batangnya lebih awal daripada indeterminit sehingga

pertarnbahan tingginya berkuranz dan jumlah bukunya pada batang utama pun

berkurang.

Daun-daun yang terbentuk pada batang utama dan pada cabang ialah daun

bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima.

Bentuk anak daun ada yang lebar dan sempit. Hampir seluruh kultivar kedelai

yang dibudidayakan memiliki daun lebar. Kultivar berdaun lebar memberi hasil

biji yang lebih tinggi karena dapat lebih banyak menyerap sinar matahari.

Bunga kedelai termasuk bunga sempuma yaitu setiap bunga memiliki alar

jantan dan betina, penyerbukan tejadi pada saat mahkota bunga masih menutup

dan kemungkinan kawin silang sangat kecil. Bunga kedelai benvarna ungu atau

putih. Masa berbunga berkisar 3-5 minggu untuk kultivar daerah iklim dingin

sedangkan daerah tropis lebih singkat.

Syarat Tumbuh Kedelai

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat

drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama

pertumbuhan tanaman. Menurut Sumarno dan Hartono (1983) tanaman kedelai

dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah alluvial, regosol, grumusol, latosol

atau andosol. Ditambahkan oleh Moms (1983), pertumbuhan tanaman kedelai

kurang baik pada pH tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan

kedelai adalah 6

-

6.5 dan untuk Indonesia sudah dianggap baik jika pH tanah 5.5

- 6.0

Kedelai dapat tumbuh subur pada ketinggian 0 - 900 m dpl dan curah

hujan optimal 100 - 200 mm/bulan. Curah hujan yang tinggi pada saat

pembungaan dan pengisian polong berakibat produksi yang dihasilkan rendah

(Departemen Pertanian, 1991). Suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai antara

(16)

munculnya bunga dan terbentuknya polong (Shanmegasundaram dan Sumarno

dalam Van der Maesen dan Somaatmadja, 1993).

Kelembaban udara rata-rata 65%, penyinaran 12 j a d h a r i atau minimal 10

jadhari. Kedelai mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis

tanah. Tanah yang cocok ditanami kedelai adalah jenis tanah alluvial, regosol,

grumusol, latosol dan andosol. Reaksi kemasaman tanah sekitar 5 -7 (Rukmana

dan Yuniarsih, 1996).

Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh sebagai senyawa-senyawa organik yang terdapat

secara alami maupun sintetik dalam jumlah kecil dapat memodifikasi derap,

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Weaver, 1972). Pengertian senyawa

organik dalam definisi ini tidak termasuk senyawa-senyawa yang memasok atom

karbon, energi, atau hara mineral (Manurung, 1985).

Adapun hormon tumbuh didefinisikan sebagai zat organik aktif dalam

konsentrasi sangat rendah (kurang dari 1 mm) disintesis dalam jaringan tertentu,

dapat ditranslokasikan ke bagian lain dan menimbulkan respon fisiologi, biologi,

I

atau morfologi yang spesifik (Weaver, 1972; Abidin, 1983; Manurung et al.,

1983). Oleh karena itu dapat dikatakan hormon tumbuh adalah bagian dari zat

pengatur tumbuh, tetapi zat pengatur tumbuh tidak selalu hormon tumbuh.

Terdapat enam kelompok zat pengatur tumbuh yaitu auksin, giberelin,

sitokinin, asam absisat, etilen dan retardan. Senyawa-senyawa lain yang sering

digolongkan dalam ZPT adalah poliamin, polifenol dan alkohol berantai panjang

(triakontanol) (Wattimena, 1992)

Respon tanaman atau bagian tanaman dari suatu spesies atau varietas

tertentu bervariasi terhadap pemberian zat pengatur tumbuh yang sama. Variasi

respon ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, fase pertumbuhan kondisi

fisiologis dan kemampuan tanaman mengabsorpsi dan mentranslokasikan zat

(17)

Isoprothiolane

Isoprothiolane, nama umum dari diisopropil 1,3-ditiolan-2-

iledenemalonat, merupakan salah satu jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) dari

kelompok senyawa etilen (Muhadjir et al., 1997). Rumus kimia isoprothiolane adalah C I Z H I ~ O ~ S Z dengan rumus bangun terlihat pada Gambar 1

(Nouyaku, 1989).

Gambar 1. Rumus Kimia Isoprothiolane

I

Etilen adalah satu-satunya hormon tanaman yang bersifat gas yang di

dalam tanaman bergerak secara dihsi. Fungsi utama ZPT dengan bahan aktif

etilen adalah mendorong pembungaan. Etilen pada kedelai berpengaruh pada

jumlah polong isi (Muhadjir, 1989).

Hasil percobaan Muhadjir et al. (1997) menunjukkan bahwa pemberian ZPT kelompok senyawa etilen meningkatkan hasil biji kering kedelai varietas

Kerinci, Wilis dan Lokon di Citayam, Rajagaluh (Majalengka) dan Garut.

Isoprothiolane .yang diaplikasikan pada tanaman padi sawah cv.

Nipponbare dalam percobaan dalam pot terbukti dapat meningkatkan pemasakan

(Ohtsuka dan Saka, 1989). Ohtsuka et al. (1989) mengemukakan bahwa perlakuan isoprothiolane pada tanaman padi cv. Nipponbare, Norin 8 dan

Koshihikari yang ditanam di rumah kaca dapat meningkatkan berat rata-rata biji

superior. Selain itu juga dapat meningkatkan laju transpirasi daun dan kandungan

klorofil dalam daun bendera.

Ohtsuka, Hikawa dan Saka (1990) mengemukakan bahwa pemberian

[image:17.595.106.515.80.375.2]
(18)

dapat meningkatkan pembentukan akar adventif yang lebih besar dibandingkan

perlakuan serupa dengan IAA. Isoprothiolane juga memperbaiki pembentukan akar pada segmen epikotil tanaman Phaseolus angularis (Vigna angularis),

dimana tejadi peningkatan jumlah sel yang membelah dalam primordia akar.

Disimpulkan oleh Ohtsuka et al. (1990) bahwa isoprothiolane memperbaiki

pembentukan akar adventif dalam kaitannya dengan sintesis protein spesifik untuk

inisiasi primordia akar.

Menurut Ohtsuka dan Saka (1991) pemberian 10" M isoprothiolane pada

kecambah padi dapatmeningkatkan jumlah akar. Isoprothiolane menghambat

aktivitas amonia-lyase fenil alanin dan meningkatkan aktivitas asam fosfat pada

tahap 5 daun. Lebih lanjut dikemukakan bahwa isoprothiolane lebih efektif

daripada IAA dalam menstimulasi pembentukan akar pada tanaman Phnseolzrs

vulgaris dan memberi pengaruh terhadap sudut daun padi. Pada konsentrasi

diatas lo6 M, kandungan klorofil pada padi lebih rendah dengan pemberian

isoprothiolane dibanding BA. Peningkatan pemberian sampai taraf

1u3

M, isoprothiolane dapat meningkatkan jumlah klorofil dibandingkan dengan BA.

Isoprothiolane juga dapat meningkatkan produksi etilen dan meningkatkan berat

biji padi.

Ikeda, Kuwano dan Eto (1992) mengungkapkan bahwa cincin dithiolane

dan malonate, bagian dari isoprothiolane yang termodifikasi, akan menghasilkan

4 acyloxy dan hydrazide atau derivat urea.

Penyemprotan isoprothiolane pada tanaman strawbeny cv. Toyonoka

dapat mempercepat waktu panen (Miura, Yoshida, Yamasaki dan Matsuno dalam

(19)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru IPB,

Darmaga, Bogor. Ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut dengan rata-

rata curah hujan tahunan 3 300 mmttahun dan jenis tanah Latosol. Pelaksanaan

percobaan dimulai pada awal bulan Maret 1999 sampai awal bulan Juli 1999.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi benih kacang kedelai

varietas G 10428 dan zat pengatur tumbuh isoprothiolane dalam bentuk Fujiwan

400 EC. Pupuk yang digunakan adalah Urea 50 kg/ha, TSP 100 kg/ha dan KC1

100 kg/ha. Furadan 3G dengan dosis 10 kg/ha diberikan saat tanam. Dan

insektisida Decis 2.5 EC. Mat yang digunakan yaitu cangkul, kored, meteran,

timbangan, knapsack sprayer, gelas ukur, pipet dan plastik pelindung.

Metode Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dua faktor dengan 3 ulangan.

Faktor pertama adalah konsentrasi isoprothiolane terdiri dari 6 taraf, yaitu:

0 mlll air (kontrol), 0.4 mlll air, 0.8 mlll air, 1.2 mV1 air, 1.6 mV1 air dan 2.0 mV1

air. Faktor kedua adalah frekuensi penyemprotan yaitu: 2 kali penyemprotan pada

15 dan 30 hari setelah tanam (HST), dan 3 kali penyemprotan yaitu pada 15, 30

dan 45 HST. Percobaan dilakukan dalam petak percobaan berukuran 3 m x 2 m

dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh faktor-faktor yang digunakan

terhadap respon peubah yang diamati dilakukan analisis ragam (uji-F). Model

yang digunakan untuk mengetahui pengamh perlakuan terhadap respon yang

diamati adalah:

(20)

Dimana: Yij = Hasil pengamatan dari konsentrasi ke-i dan frekuensi

penyemprotan ke-j

p = Nilai rata-rata

Ai = Pengaruh aditif dari konsentrasi ke-i

Bj = Pengaruh aditif dari frekuensi penyemprotan ke-j

(AB)ij = Pengaruh interaksi dari konsentrasi ke-i dan frekuensi penyemprotan ke-j

E ij = Pengaruh galat dari konsentrasi isoprothiolane ke-i dan

fiekuensi penyemprotan ke-j

Jika hasil uji-F menunjukkan pengaruh nyata secara statistik (pada a = 5

% atau a = 1 %) selanjutnya dilakukan uji perbandingan berganda dengan

menggunakan uji Dur:dn Multiple Range Test (DMRT). Hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui perbedaan yang nyata secara statistik antara nilai rata-rata yang

dibandingkan atau untuk mengetahui faktor dan taraf yang relatif baik

berdasarkan peubah yang diamati.

Pelaksanaan Percobaan

Petak percobaan berukuran 3 m x 2 m. Sebelurn penanaman, lahan

dibajak dan diratakan terlebih dahulu. Pada pinggir petakan dibuat aluran untuk

pemasukan dan pengeluaran air. Benih kedelai ditanam menggunakan jarak

tanam 40 cm x 20 cm. Benih ditanam sebanyak 2 benih tiap lubang. Pupuk

diberikan pada larikan di pinggir barisan tanaman. Pupuk Urea 30 kg/ha, TSP

100 kgiha, KC1 100 kg/ha dan Furadan 3G diberikan pada saat tanam. Sisa pupuk

Urea sebanyak 20 kgiha diberikan pada umur 21 HST. Penyulaman dilaksanakan

pada 1 MST. Penyiangan gulma dilakukan tiga kali yaitu pada 2 MST, 3 MST,

5 MST dan 6 MST.

Penyemprotan isoprothiolane dilakukan pada pagi hari menggunakan

knapsack sprayer. Setiap petak percobaan disernprot dengan 1 liter larutan.

Pembuatan larutan isoprothiolane menggunakan gelas ukur 15 ml, ember dan

gelas ukur 1 liter. Pada penyemprotan pertama dan kedua, lamtan dibuat untuk 6

(21)

mengukur Fujiwan 400 EC masing-masing 6 ml, 12 mi, 16 ml, 24 ml, dan 30 ml

untuk konsentrasi isoprothiolane 0.4 mlll air, 0.8 mY1 air, 1.2 mu1 air, 1.6 mlll air,

dan 2.0 mlll air. Fujiwan yang sudah diukur dimasukkan dalam knapsack sprayer

dan dicampur dengan air masing-masing 6 liter. Pada penyemprotan ketiga,

larutan dibuat dengan mengukur Fujiwan 400 EC masing-masing 3 ml, 6 ml, 9 ml,

12 ml, dan 15 ml untuk konsentrasi 0.4 mlll air, 0.8 ml/l air, 1.2 ml/l air, 1.6 mlll

air dan 2.0 mlll air. Kemudian dimasukkan ke dalam knapsack sprayer dan

dicampur dengan air masing-masing 3 liter.

Peubah yang diamati pada percobaan ini meliputi pertumbuhan dan

produksi kedelai sebagai tanaman yang dibudidayakan.

Peubah yang diamati dari tanaman kedelai meliputi:

1. Pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai yang diamati pada minggu ke-2

sampai minggu ke-7 setelah tanam dari setiap tanaman sampel, komponen dari

pertumbuhan vegetatif ini meliputi tinggi tanaman dan jumlah cabang. Tinggi

tanaman diukur pada batang utama dari pangkal batang tepat dipermukaan

tanah sampai titik tumbuh. Jumlah cabang tiap tanaman dihitung berdasarkan

cabang yang tumbuh dari batang utama yaitu cabang yang memiliki daun

trifoliat lebih dari dua.

2. Waktu berbunga tanaman kedelai yang ditentukan pada saat tanaman

berbunga 75%.

3. Komponen hasil yang diamati pada saat panen yang terdiri dari jumlah buku produktif per tanaman sampel, jumlah polong hampa dan polong isi

pertanaman sampel, bobot 100 biji. Buku-buku dari tanaman yang mampu

menghasilkan polong isi pada saat panen dihitung sebagai buku produktif,

dan polong-polong dari tanaman contoh yang mampu menghasilkan polong isi

pada saat panen dihitung sebagai polong isi.

4. Hasil ubinan seluas 2 m2 tanpa mengikutkan tanaman pinggir dan hasil per

hektar. Hasil ubinan ditetapkan dengan menimbang biji kering yang dipanen

dari setiap satuan percobaan. Hasil yang diperoleh kemudian dikonversi untuk

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Rekapitulasi sidik ragam dari setiap peubah yang diamati pada percobaan

ini dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil sidik ragam secara lengkap dari setiap

peubah dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1, 2, 3, 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , dan 9.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Semua Peubah yang diamati

Peubah Konsentrasi Frekuensi Interaksi

Aplikasi

. . . .. . . .. . . 1. Tinggi tanaman

- 2 MST tn tn tn

- 3 MST tn tn tn

- 4 MST tn tn tn

- 5 MST tn tn tn

- 6 MST

*

tn tn

- 7 MST

*

tn tn

2. Jumlah cabang tiap tanaman

- 2 MST tn tn tn

- 3 MST tn tn tn

- 4 MST tn tn tn

- 5 MST tn tn tn

- 6 MST tn tn tn

- 7 MST

3. Waktu berbunga 75%

4. Jumlah buku produktif tiap tanaman tn tn tn

5 . Jumlah polong isi tiap tanaman tn tn tn

6. Jumlah polong hampa tiap tanaman tn tn tn

7. Bobot biji tiap tanaman tn tn tn

8. Bobot 100 biji tn tn tn

9. Hasil per petak tn tn tn

-

Keterangan:

*

= berpengamh nyata pada taraf 5% [image:22.595.89.514.248.716.2]
(23)

Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan frekuensi

aplikasi isoprothiolane tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua peubah

yang diamati. Pengaruh interaksi disajikan pada Tabel Lampiran 10 dan 11..

Vezetatif Tanaman

Tinggi Tanaman

Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi

isoprothiolane memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada

umur 6 dan 7 MST, sedangkan perlakuan frekuensi aplikasi tidak memberikan

pengaruh yang nyata. Pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap tinggi

tanaman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Tinggi Tanaman Kedelai.

Perlakuan Tinggi tanaman

2 M S T 3 MST ~ M S T ' 5 M S T 6 M S T 7 M S T

Konsentrasi . . . .. cm

.

. . ..

0 ml/l air 10.42 17.50 29.03 33.78 34.37 b 34.37 b 0.4 mlll air 11.13 18.78 31.45 38.15 39.38 a 39.38 a 0.8 mlll air 10.62 17.68 29.33 34.60 35.70 b 35.70 b 1.2 mill air 9.61 17.10 28.53 34.10 35.22 b 35.22 b 1.6 mlll air 9.44 16.72 28.20 33.57 34.52 b 34.52 b 2.0 mlll air 11.13 18.18 30.18 36.35 37.62ab 37.62ab Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sarna tidak berbeda nyata dengan uji

Duncan (a=%)

Tabel 2 menunjukkan bahwa konsentrasi isoprothiolane berpengaruh nyata

pada umur 6 dan 7 minggu setelah tanam (MST). Konsentrasi isoprothiolane

0.4 mill air menghasilkan tanaman yang nyata lebih tinggi daripada perlakuan

konsentrasi lainnya dengan tinggi tanaman 39.38 cm. Walaupun secara statistik

perlakuan frekuensi aplikasi isoprothiolane tidak memberikan pengaruh nyata

namun tinggi tanaman pada umur 5, 6 dan 7 MST dengan perlakuan frekuensi

(24)

Tabel 3. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Tinggi Tanaman Kedelai.

Perlakuan Tinggi tanaman

2 M S T 3 MST 4 M S T 5 MST 6 MST 7 MST

Frekuensi aplikasi . . . . .cm.. . . .

0 kali 10.42 17.50 29.03 33.78 34.37 34.37 2 kali 10.37 17.54 29.24 35.15 36.17 36.17 3 kali 10.40 17.85 29.84 35.56 36.81 36.81

---.---

..---.-

.-.----

Jumlah Cabang Tiap Tanaman

Konsentrasi dan frekuensi aplikasi isoprothiolane tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap jumlah cabang tiap tanaman kedelai, namun perlakuan

konsentrasi 0.8 ml/l air menghasilkan jumlah cabang tiap tanaman pada 2, 4, 5, 6

dan 7 MST yang lebih banyak daripada kontrol dan perlakuan konsentrasi

isoprothiolane lainnya. Pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap jumlah

cabang tiap tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Pengaruh frekuensi aplikasi

isoprothiolane terhadap jumlah cabang tiap tanaman dapat dilihat pada Tabel 5 .

Ada kecenderungan bahwa pemberian 3 kali menghasilkan jumlah cabang lebih

banyak.

Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Cabang Tiap Tanaman Kedelai.

-...

"

...

"---"--.---.-.."-.---".""--..".-."...".-""..

Perlakuan Jumlah cabang tiap tanaman

2 M S T 3 MST 4MST 5 M S T 6 M S T 7 MST

Konsentrasi

...

buah..

.

.

.

0 mlll air 0.67 1.23 1.87 2.07 2.27 2.27 0.4 mlll air 1.03 1.73 2.37 2.53 2.70 2.70 0.8 mlll air 1.03 1.50 2.30 2.84 2.90 2.90 1.2 mlll air 0.80 1.37 1.97 2.13 2.23 2.23 1.6 ml/l air 0.63 1.13 1.60 1.63 1.70 1.70 2.0 mlll air 1.00 1.70 2.40 2.67 2.70 2.70

Generatif Tanaman

Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa perlakuan

konsentrasi isoprothiolane berpengaruh nyata terhadap waktu berbunga tanamah

[image:24.595.106.531.128.222.2] [image:24.595.101.529.499.636.2]
(25)

berbunga tanaman kedelai. Pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap waktu

berbunga tanaman kedelai disajikan pada Tabel 6. Pengaruh frekuensi aplikasi

isoprothiolane terhadap waktu berbunga tanaman kedelai disajikan pada Tabel 7.

Tabel 5. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Cabang Tiap Tanaman Kedelai.

-~-"

Perlakuan Jumlah cabang tiap tanaman

-

-

2 M S T 3 MST 4 M S T 5 MST 6 M S T 7 M S T

m

Frekuensi aplikasi

0 kali 0.67 1.23 1.87 2.07 2.27 2.27 2 kali 0.85 1.41 1.99 2.16 2.27 2.27 3 kali 0.95 1.56 2.27 2.56 2.63 2.63

Tabel 6 menunjukkan bahwa konsentrasi isoprothiolane 0.4 ml/l air dan

2.0 ml/l air menghasilkan tanaman berbunga paling cepat yaitu 29.50 HST,

sedangkan konsentrasi 1.2 ml/l air mengbasilkan tanaman berbunga paling lambat

yaitu pada 3 1.33 HST.

Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Waktu Berbunga Tanaman Kedelai.

---

P-P."

Perlakuan Waktu berbunga 75% (HST)

. . . . . . Konsentrasi

0 ml/l air 30.83 ab

0.4 mWl air 29.50 b

0.8 ml/l air 30.00 ab 1.2 mill air 31.33 a 1.6 mV1 air 30.67 ab 2.0 ml/l air 29.50 b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan (a=%)

Tabel 7. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Waktu Berbunga Tanaman Kedelai.

-

-

---

Perlakuan Waktu ~ ~ H S T )

Frekuensi aplikasi 0 kali

2 kali

(26)

Pengaruh pemberian isoprothiolane terhadap bagian generatif lainnya

menunjukkan bahwa konsentrasi isoprothiolane tidak berpengamh nyata terhadap

jumlah buku produktif, jumlah polong isi tiap tanaman, jumlah polong hampa tiap

tanaman, bobot 100 biji dan hasil per satuan luas (hasil per petak) (Tabel 1).

Perlakuan frekuensi aplikasi isoprothiolane tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap semua peubah generatif Pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap

jumlah buku produktif tiap tanaman, jumlah polong isi tiap tanaman dan jumlah

polong hampa tiap tanaman kedelai disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Buku Produktif Tiap Tanaman, Jumlah Polong Isi Tiap Tanaman dan Jumlah Polong Hampa Tiap Tanaman Kedelai

.--.."

Perlakuan Jumlah buku . . . . . . . . . . . . . . . Jumlah polong tiap tanaman . . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

.

. . . . produktif tiap Isi Hampa

tanaman

Konsentrasi . . . . .buah.. . . .

0 mV1 air 11.12 14.73 9.53 0.4 mlll air 12.87 19.25 6.60 0.8 mlll air 12.03 13.22 9.43 1.2 ml/l air 10.45 14.33 5.92 1.6 ml/l air 9.57 10.97 8.03 2.0 ml/l air 11.73 14.88 8.23

Dibandingkan kontrol, pemberian isoprothiolane tidak menyebabkan

perbedaan yang nyata pada jumlah buku produktif tiap tanaman akan tetapi ada

kecenderungan bahwa konsentrasi 0.4 mVI air menghasilkan jumlah buku

produktif terbanyak. Ada kecenderungan bahwa pemberian konsentrasi 0.8 mVI

air sampai 1.6 mV1 air menurunkan jumlah buku produktif. Meskipun tidak

berpengaruh nyata, frekuensi aplikasi 3 kali menghasilkan buku produktif tiap

tanaman lebih banyak daripada aplikasi 2 kali dengan jumlah buku produktif tiap

tanaman masing-masing sebanyak 12.00 dan 10.66 buah (Tabel 9).

Meskipun tidak nyata, jumlah polong isi tiap tanaman yang paling tinggi

dihasilkan dari perlakuan konsentrasi 0.4 mV1 air sedangkan jumlah polong isi tiap

tanaman yang paling rendah dihasilkan dari perlakuan konsentrasi 1.6 mlA air

[image:26.599.110.510.309.455.2]
(27)

Tabel 9. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Buku Produktif Tiap Tanaman, Jumlah Polong Isi Tiap Tanaman dan Jumlah Polong Hampa Tiap Tanaman Kedelai

Perlakuan Jumlah buku Jumlah polong tiap tanaman produktif tiap Isi H a m ~ a

-

tanaman

Frekuensi aplikasi

0 kali 11.12 14.73 9.53

2 kali 10.66 13.75 7.52

3 kali 12.00 15.31 7.77

".""

..-..

-.--.---.-

.

..--

---""

..-..---

---.---.--

Pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap bobot 100 biji, bobot biji

tiap tanaman, hasil per luasan panen dan hasil per hektar disajikan pada Tabel 10.

Pengaruh frekuensi aplikasi isoprothiolane terhadap bobot 100 biji, bobot biji tiap

tanaman, hasil per luasan panen dan hasil per hektar disajikan pada Tabel 11

Tabel 10. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Bobot 100 Biji, Bobot Biji Tiap Tanaman, Bobot Biji Tiap Petak dan Hasil per Hektar.

Perlakuan Bobot Bobot biji Bobot biji Hasil per 100 biji - tiap tanaman tiap petak hektar

(8) (9) (8) (kg)

Konsentrasi

0 mlA air 26.98 5.27 150.77 753.8 0.4 mlll air 28.76 4.75 207.02 1 035.1 0.8 mVI air 25.83 4.34 172.47 862.3 1.2 d l air 23.89 3.03 117.81 589.0 1.6 mVI air 24.06 2.74 108.14 540.7 2.0 mVl air 28.12 4.53 198.98- 994.9

Perlakuan konsentrasi isoprothiolane 0.4 mVI air menghasilkan bobot 100

biji paling tinggi yaitu sebesar 28.76 g, sedangkan konsentrasi 1.6 mlll air

menghasilkan bobot 100 biji paling rendah yaitu 24.06 g. Perlakuan kontrol

menghasilkan bobot 100 biji sebesar 26.98 g.

Hasil per luasan panen (bobot bijitpetak) paling tinggi ditunjukkan oleh

perlakuan konsentrasi 0.4 ml/l air yaitu sebesar 207.02 g, sedangkan konsentrasi

1.6 mUI air memberikan hasil per luasan panen (petak) paling rendah yaitu

[image:27.595.101.503.413.561.2]
(28)

kali menunjukkan hasil per petak yang lebih tinggi daripada aplikasi 2 kali dengan

hasil masing-masing 165.47 g dan 156.30 g (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Bobot 100 Biji, Bobot Biji Tiap Tanaman, Bobot Biji Tiap Petak dan Hasil per Hektar.

Perlakuan Bobot Bobot biji Bobot biji Hasil per I00 biji tiap tanaman tiap petak hektar

(g) (g) (g) (kg)

Frekuensi

0 kali 26.98 5.27 150.77 753.8

2 kali 25.91 3.53 156.30 781.5

-

3 kali

-

26.35 4.23 165.47

-

827.4

Hasil biji kering per hektar tertinggi juga dihasilkan oleh perlakuan

konsentrasi 0.4 mlll air yaitu sebesar 862.5 kg dan hasil per hektar paling rendah

diperoleh dari perlakuan konsentrasi 1.6 mlll air yaitu sebesar 450.4 kg. Aplikasi

isoprothiolane 3 kali memberikan hasil lebih tinggi daripada 2 kali dengan hasil

per hektar masing-masing 827.4 kg dan 781.5 kg (Tabel 1 I).

Secara urnurn hasil percobaan pada generatif tanaman rnenunjukkan

kecenderungan bahwa peningkatan konsentrasi isoprothiolane dari 0.4 mVI air

sampai 1.6 d l air maka akan menurunkan respon peubah yang diamati dan bila

ditingkatkan sampai 2.0 mlll air, respon akan rneningkat lagi dengan nilai yang

[image:28.595.106.505.182.291.2]
(29)

Pembahasan

Secara umum hasil percobaan menunjukkan tidak ada pengaruh

konsentrasi isoprothiolane, frekuensi aplikasi dan interaksi keduanya terhadap

jumlah cabang tiap tanaman kedelai. Sedangkan tinggi tanaman nyata dipengaruhi

oleh konsentrasi isoprothiolane tetapi frekuensi aplikasi dan interaksi konsentrasi

dan frekuensi aplikasi isoporothiolane tidak memherikan pengaruh nyata

Pemberian isoprothiolane berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman

pada umur 6 dan 7 MST. Hal ini menunjukkan pengaruh isoprothiolane terhadap

pertumbuhan ke atas lebih besar dibandingkan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ke samping ( jumlah cabang)

0 '

2 3 4 5 6 7

Minggu ke-n

-

0.4 rnlll air

-+ 0.8 rnlll air

+

1.2 rnlll air

+

I .6 rnlll air

I I Gambar 1. Pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap tinggi tanaman kedelai

Perpanjangan batang yang merupakan tinggi tanarnan adalah hasil dari

pembelahan dan pembesaran sel dalam batang. Pemberian isoprothiolane

mengakibatkan tejadinya peningkatan jumlah sel yang membelah (Ohtsuka et nl.,

1990). Oleh karena itu meningkatnya aktivitas pembelahan dan pembesaran sel

dalam batang menyebabkan jumlah sel batang rneningkat sehingga meningkatkan

perpanjangan batang.

Hasil terbaik diperoleh pada pernberian isoprothiolane dengan konsentrasi

[image:29.595.169.475.330.548.2]
(30)

Meskipun tidak berbeda nyata secara statistik, aplikasi 3 kali menghasilkan tinggi

tanaman yang paling tinggi yaitu 36.81 cm (Tabel 3).

Pemberian isoprothiolane memberi pengamh nyata pada peubah waktu

berbunga tanaman kedelai. Aplikasi konsentrasi 0.4 mV1 air dapat mempercepat

waktu berbunga dari 30.83 HST sampai 29.50 HST. Pengamh yang sama juga

ditunjukkan oleh perlakuan konsentrasi 2.0 mV1 air. Konsentrasi tersebut

mempakan perlakuan yang terbaik dibandingkan perlakuan konsentrasi lainnya.

Hal tersebut membuktikan bahwa zat pengatur tumbuh isoprothiolane yang

termasuk dalam kelompok senyawa etilen dapat mempercepat pembungaan.

Menumt Muhadjir et al. (1989) hngsi utama zat pengatur tumbuh dengan bahan

aktif etilen adalah mendorong pembungaan.

Meskipun tidak berbeda nyata secara statistik, aplikasi konsentrasi 0.4 mill

air dengan fiekuensi aplikasi 2 kali menghasilkan respon yang sama dengan

konsentrasi 0.4 mill air secara tunggal yaitu mempercepat waktu berbunga

tanaman kedelai dari 30.83 HST sampai 29.33 HST (Tabel Lampiran 11). Namun

demikian pengamh nyata waktu berbunga tanaman kedelai tersebut tidak berarti

secara agronomis karena isoprothiolane mempercepat waktu berbunga hanya 1

hari.

n 14

m

12

C

-

z 10

4 2

9 2

8

z g

n r 4

r

"

2

E

<

0

0 0,4 0.8 1.2 1,6 2

[image:30.595.96.480.463.644.2]

Konsentrasi (m Ill air)

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi isoprothiolane terhadap jumlah buku produktif tiap tanaman.

Bagian generatif lainnya yaitu jumlah buku produktif tiap tanaman, jumlah

polong isi, polong hampa tiap tanaman, bobot 100 biji, bobot biji tiap tanaman,

bobot biji tiap petak, dan hasil per hektar tidak dipengamhi oleh aplikasi

(31)

aplikasi isoprothiolane juga tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah

jumlah buku produktif tiap tanaman, jumlah polong isi tiap tanaman, jumlah

polong hampa tiap tanaman, bobot 100 biji, bobot biji tiap petak dan hasil per

hektar.

Meskipun tidak berpengaruh nyata, konsentrasi isopothiolane 0.4 ml/l air

memberikan hasil paling baik terhadap semua peubah tersebut. Konsentrasi

isoprothiolane 0.4 mlll air menghasilkan buku produktif tiap tanaman yang paling

banyak yaitu 12.87 buku (Gamhar 2). Sementara tanaman tanpa perlakuan

isoprothiolane menghasilkan buku produktif tiap tanaman sebanyak 11.12 buku.

Hasil yang diperoleh ini diduga berkaitan dengan terjadinya peningkatan tinggi

tanaman yang diberi konsentrasi 0.4 ml/l air. Karena tinggi tanaman

mempengaruhi banyaknya buku pada batang yang akhirnya mempengaruhi

banyaknya buku produktif (Budihardjo, 1986).

<

200 .w

150 al

.P

100

:=.

Q

-

.

50

In

m

I 0 .

0 0,4 0,8 1,2 1,6 2

[image:31.595.160.486.365.546.2]

konsentrasi (mill air)

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi terhadap hasil biji per petak

Hasil biji per petak paling tinggi diperoleh dari tanaman dengan perlakuan

konsentrasi isoprothiolane 0.4 d l a i r , yaitu sebanyak 207.02 g. Sedangkan hasil

biji per petak tanpa perlakuan isoprothiolane sebesar 150.77 g. Produktivitas

tanaman kedelai dengan perlakuan konsentrasi 0.4 mV1 air sebesar 1 035 1 tonlha

sedangkan produktivitas tanaman kedelai tanpa perlakuan isoprothiolane sebesar

0.7538 todha. Apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan isoprothiolane,

maka perlakuan isoprothiolane sebanyak 0.4 mill air dapat meningkatkan

produktivitas sebesar 0.2813 todha. Tetapi produktivitas yang diperoleh tanaman

(32)

dalam percobaan ini disebabkan adanya serangan penyakit hawar daun bakteri

(Xa?zthonzonas cnnzpestris pv phaseoli) yang menyebar pada seluruh pertanaman

kedelai. Penyakit yang menyerang daun tersebut mengakibatkan terganggunya

proses fotosintesis sehingga banyaknya polong dan biji berkurang karena

tanaman kehlrangan asimilat untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan

biji dan

0 0.4 0.8 1.2 1.6 2

[image:32.599.108.542.113.430.2]

Konsentrasi (mlll air)

Gambar 4. Pengaruh Interaksi konsentrasi dan frekuensi isoprothiolane terhadap hasil biji per petak.

Meskipun tidak berbeda nyata secara statistik, aplikasi isoprothiolane 0.4

mill air secara tunggal maupun interaksi konsentrasi dan frekuensi aplikasi

memberikan respon yang konsisten pada hasil biji per petak, yaitu memberikan

hasil biji per petak tertinggi (Gambar 3 dan Gambar 4). Demikian juga dengan

frekuensi aplikasi 3 kali, memberi hasil tertinggi baik secara tunggal maupun

interaksinya dengan konsentrasi isoprothiolane (Tabel Lampiran 10).

Hasil percobaan memperlihatkan banyak variabel vegetatif maupun

generatif tanaman kedelai yang tidak dipengaruhi oleh konsentrasi dan frekuensi

i s ~ ~ r o t h i o l a n e . Pengaruh isoprothiolane yang tidak muncul tersebut diduga

karena tidak digunakannya zat perekat pada waktu aplikasi. Zat perekat berfungsi

untuk menahan larutan isoprothiolane tetap menempel pada daun sehingga tidak

langsung jatuh ke tanah. Larutan yang menempel pada daun lebih lama dapat

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Konsentrasi dan frekuensi aplikasi isoprothilane pada tanaman kedelai

tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap jumlah cabang tiap tanaman

kedelai sedangkan konsentrasi isoprothiolane berpengamh nyata terhadap tinggi

tanaman pada umur 6 dan 7 MST. Konsentrasi 0.4 mill air menghasilkan tanaman

paling tinggi yaitu 39.38 cm sedangkan tanpa perlakuan isoprothiolane

menghasilkan tanaman dengan tinggi 34.37 cm.

Konsentrasi isoprothiolane nyata mempengamhi waktu berbunga tanaman

kedelai. Aplikasi konsentrasi 0.4 mlll air dapat mempercepat waktu berbunya

kedelai dari 30.83 HST sampai 29.50 HST.

Konsentrasi dan frekuensi aplikasi isoprothiolane tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah buku produktif tiap tanaman. Penyemprotan isoprothiolane yang

menghasilkan jumlah buku produktif terbanyak adalah konsentrasi 0.4 mlll air

yaitu 12.87 buku. Aplikasi isoprothiolane 3 kali menghasilkan buku produktif

terbanyak yaitu 12.00 buku. Konsentrasi isoprothiolane juga tidak berpengaruh

nyata terhadap hasil biji per petak. Meskipun tidak berpengaruh nyata, perlakuan

isoprothiolane 0.4 mY1 air memberi hasil biji per petak terbesar yaitu 207.02 g.

Sedangkan tanaman tanpa perlakuan isoprothiolane memberi hasil hiji per petak

sebanyak 150.77 g. Perlakuan isoprothiolane sebanyak 0.4 mlll air dapat

meningkatkan produktivitas sebesar 0.2831 tonlha dibandingkan dengan tanpa

perlakuan isoprothiolane.

Saran

Perlu diuji lebih teliti untuk lebih memantapkan hasil percobaan pada

peubah yang diamati dan sebaiknya dilakukan pengamatan pada bagian tanaman

lainnya seperti akar dan daun. Pada saat mengaplikasikan isoprothiolane

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, 2. 1990. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh. Angkasa. Bandung. 77 hal.

Adisanvanto, T. dan Wudianto, R. 1999. Meningkatkan hasil panen kedelai di lahan sawah, kering dan pasang surut. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Bernard, R.L. 1972. Two genes affecting stem termination on soybean. Crop Sci. 12: 235-239.

Budihardjo, S. 1986. Pengaruh kehilangan daun terhadap hasil dan komponen hasil tanaman kedelai (Glycirze max (L.) Merr.). Seminar Balittan. Bogor. 2:452-458.

Hanway, J.J. and C.R. Weber. 1971. Dry matter production in eight soybean (Glycirze nzax (L.) Merr.) varietas. Agron. J. 63: 227-236.

Hidajat, 0.0. 1985. Morfologi tanaman kedelai. Hal:73-86. Dalam S. Somaatmadja et al., (ed.). Kedelai. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Ikeda, Y., E. Kuwano, M. Eto. 1992. Syntheses and biological activities of some dithiolanylidemalonate derivates and related compounds. Journal of the Faculty of Agriculture, Kyushu University. 37(1): 81-92.

Manurung, S.O., F. Muhadjir dan P. Bangun. 1983. Status dan potensi hormon pengatur tumbuh pada padi. Hal:67-86. Dalanz S.O. Manurung, M. Syam dan A. Widjono (ed.). Risalah Lokakarya Penelitian Padi. Puslitbangtan. Bogor.

Manurung, S.O. 1985. Penggunaan hormon dan zat pengatur tumbuh pada kedelai. Hal: 231-241. Dalam Sadikin Somaatmadja, M. Ismunaji, Sumarno, Mahyudin Syam, S.O. Manurung, dan Yuswandi (ed.). Kedelai. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Miura, H., M. Yoshida, A. Yamasaki, and Y. Matsuno in N. Nito, NE. Looney, DJ. Nevins, and AH. Halevy (ed.). 1995. Increase in early &iut yield of strawberry by treatment with growth retardant. Acta Horticulturae. 394:207- 212.

Muhadjir, F., Darmijati S., Ratna F. 1989. Peranan pupuk daun dan zat pengatur tumbuh pada tanaman pangan. Buletin Agronomi. Edisi khusus: 82-97.

(35)

M.Syam et al.(ed). Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku 5 Puslitbangtan. Bogor.

Nouyaku, S. 1989. Pesticide Data Book, Revised Edition. Soft Science. Tokyo.

Ohtsuka, T., and H. Saka. 1989. The growth regulating actions of isoprothiolane in plants. IV. The effect of isoprothiolare. on translocation of photosynthetic products in rice during the reproductive stage. Japanese Journal of Crop Science. 58(3): 3 11-315.

M. Katsuta, Y. Ota, and H. Saka. 1989. Growth regulating action of isoprothiolane in plants. 111. The effects of isoprothiolane on the ripening of rice plants under low temperature conditions. Japanese Journal of Crop Science. 58(2): 198-203.

M. Hikawa, and H. Saka. 1990. Growth regulating action of isoprothiolane in plants. V. Interactions between RNA, protein synthetis inhibitors and isoprothiolane on adventitious root formation in stem segments of pulse crops. Japanese Jourr:! of Crop Science. 59(3): 566-571.

and H. Saka. 1991. Multi-physiological actions of the plant growth regulator isoprothiolane and its applications in agriculture. Chemical Regulations of Plants. 26(1): 25-35

Puslitbangtan. 1993. Prospek pengembangan kedelai Edamame di Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. XV(3) : 6-8

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 92 hal.

Shanmegasundaram, S. dan Sumarno. 1993. Kedelai. Hal:43-47. Dalanz L.J.G.

Van der Maesen dan S. Somaatmadja. Prosea: Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I: Kacang-kacangan. PT Gramedia Pustaka.Utama. Jakarta.

Sumarno, D. dan Harnoto.1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Bull.Tekn. No.6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 53 hal.

Sumarno. 1991. Kedelai dan Cara Budidayanya. CV Yasaguna. 110 ha1

Suprapto, H.S. 1985. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 51 hal.

Wattimena, G.A. 1988. Zat pengatur tumbuh tanaman. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. 145 hal.

(36)

Weaver, R.J. 1972. Plant growth substance in agriculture. W.H. Freeman and Company. San Fransisco. 594 p.

(37)
[image:37.595.105.516.105.560.2]

26

Tabel Lampiran 1. Sidik Raga~n Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi terhadap Tinggi Tanaman Kedelai

--

Umur Sumber db Jumlah Kuadrat Nilai F P KK Kuadrat Tengah

--

2MST K 5 15.923 3.185 2.32 0.0763 11.277

F 1 0.008 0.008 0.01 0.9410 Kel 2 6.349 3.175 2.31 0.1217 KSF 4 8.381 2.095 1.53 0.2279 Galat 23 31.591 1.374

Koreksi 35 62.25 1

3 MST K 5 16.592 3.318 1.65 0.1879 8.039 F 1 0.705 0.705 0.35 0.5600

KEL 2 2.857 1.428 0.71 0.5028 KSF 4 9.541 2.385 1.18 0.3445 Galat 23 46.369 2.016

Koreksi 35 76.066

4MST K 5 42.766 8.553 1.64 0.1883 7.743 F 1 2.700 2.700 0.52 0.4785

Kel 2 5.621 2.810 0 . 5 0.5898 KsF 4 19.777 4.944 0.95 0.4530 Galat 23 119.626 5.201

Koreksi 2 5 190.489

5MST K 5 97.196 19.439 2.45 0.0640 8.026 F 1 1.281 1.281 0.16 0.6914

Kel 2 2.527 1.263 0.16 0.8537 KSF 4 29.095 7.274 0.92 1.4708 Galat 23 182.428 7.932

Koreksi 35 312.527

6MST K 5 117.153 23.431 3.06* 0.0291 7.656

F 1 3.072 3.072 0.40 0.5326 Kel 2 6.755 3.377 0.44 0.6485 KXF 4 30.775 7.694 1.01 0.4251 Galat 23 176.025 7.653

Koreksi 35 333.780

7MST K 5 117.153 23.431 3.06* 0.0291 7.656 F 1 3.072 3.072 0.40 0.5326

Kel 2 6.755 3.377 0.44 0.6485 KXF 4 30.775 7.694 1.01 0.4251 Galat 23 176.025 7.653

(38)

Tabel Lanlpiran 2. Sidik Ragam Pengamh Konsentrasi clan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Cabang Tiap Tanaman

. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . Un~ur Su~nber db Jumlah Kuadrat Nilai F P KK

Kuadrat Tengah

2MST K 5 1.032 0.206 1.48 0.2352 43.391

F 1 0.065 0.065 0.47 0.5008 Kel 2 0.016 0.008 0.06 0.9459 KSF 4 0.781 0.195 1.40 0.2656 Galat 23 3.211 0.139

Koreksi 35 5.106

3 MST K 5 1.796 0.359 1.38 0.2666 35.255 F 1 0.161 0.161 0.62 0.4383

Kel 2 0:309 0.154 0.60 0.5595 KxF 4 0.819 0.205 0.79 0.5441 Galat 23 5.964 0.259

Koreksi 35 9.049

4MST K 5 3.130 0.626 0.99 0.4430 3S.086

F 1 0.588 0.588 0.93 0.3439 Kel 2 0.187 0.093 0.15 0.8630 KXF 4 1.085 0.271 0.43 0.7848 Galat 23 14.480 0.629

Koreksi 35 19.470

5MST K 5 6.027 1.205 2.03 0.1121 33.333 F 1 1.212 1.212 2.04 0.1666

Kel 2 0.345 0.172 0.29 0.7505 KsF 4 1.818 0.454 0.77 0.55S6 Galat 23 13.659 0.594

Koreksi 35 23.062

6MST K 5 5.783 1.157 1.84 0.1437 32.764

F 1 0.972 0.972 1.55 0.2256 Kel 2 0.647 0.323 0.52 0.6038 K.3 4 1.888 0.472 0.75 0.5664 Galat ~~~ 23 14 420 0 627

Koreksi 35 23.710

7MST K 5 5.783 1.157 1.84 0.1437 32.764 F 1 0.972 0.972 1.55 0.2256

Kel 2 0.647 0.323 0.52 0.6038 KXF 4 1.888 0.472 0.75 0.5664 Galat 23 14.420 0.627

[image:38.595.103.503.117.563.2]
(39)

Tabel Lampiran 3. Sidii Raga111 Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Waktu Berbunga Tanaman Kedelai

pp

-

Su~nber db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F P KK K 5 17.139 3.428 2.74* 0.0439 3.691 F 1 0.133 0.133 0.11 0.7470

Kel 2 12.056 6.028 4.82 0.0179

K s F 4 3.533 0.883 0.71 0.5960

Galat 23 28.778 1.251 Koreksi

--

35 61.639

-

Keterangan:

*

= berpengarull nyata pada taraf 5%

Tabel La~upiran 4. Sidik Raga111 Pengamh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Buku Produktif Tiap Tanalnan

"--"..~...",..">--

....

-~..<

....

~..".-..".-.---.--"

Su~nber db Jumlal~ Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F P KK ... ... ... ... .. .. .... . . .. . . ... . .. . . .. .

..

. .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. .. . . .. . . . .. .. ..

K 5 41.642 8.328 1.82 0.1477 18.917 F 1 13.467 13.467 2.95 0.0993

Kel 2 2.791 1.395 0.3 1 0.7396 I<sF 4 15.608 3.902 0.85 0.5055 Gala1 23 104.991 4.565

Koreksi 35 178.499

---

".

-"~-

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Polong Isi Tiap Tananian

- Sumber db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F P KK K 5 221.391 44.278 1.94 0.1259 32.776 F 1 18.408 18.408 0.81 0.3781

Kel 2 352.137 176.069 7.73 0.0027 KxF 4 135.850 33.963 1.49 0.2378 Galat 23 524.096 22.787

Koreksi 35 1251.883

Tabel Laulpiran 6. Sidik Ragam Pengamh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Polong Hampa Tiap Tanaman

--

Sun~ber db Jumlal~ Kuadrat Kuadrat

--

Tengah Nilai F P KK

K -- 5 64~506 12.901 1.29 0.3008 39.677

F 1 0.456 0.456 0.05 0.8325 Kel 2 173.915 86.957 8.72 0.0015 KxF 4 13.725 3.431 0.34 0.8453 Galat 23 229.325 9.971

[image:39.595.109.506.119.203.2] [image:39.595.97.508.282.365.2] [image:39.595.95.507.435.519.2]
(40)

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprotl~iolane terliadap Bobot 100 Biji

Sunlber db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F P KK K 5 125.417 25.084 2.02 0.1130 13.400 F 1 1.465 1.465 0.12 0.7341

Kel 2 153.101 76.551 6.18 0.0071 KXF 4 62.594 15.649 1.26 0.3132 Galat 23 285.067 12.394

Koreksi 35 627.645

---

Tabel Lampiran 8...Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Bobot Biji Tiap Tanaman

F 1 3.645 3.645 1.13 0.2981 Kel 2 13.078 6.538 2.03 0.1538 K.xF 4 14.995 3.749 1.17 0.3516 Galat 23 73.958 3,216

Koreksi

---

35 135.795

-

---.--

---*.*..

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprolliiolane terhadap Bobot Biji Tiap Petak

- Sumber db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F P KK

K 5 50625.577 10125.115 2.14 0.0961 4 3 . 1 5 8 F 1 63 1.676 631.676 0.13 0.7179

Kel 2 27187.245 13593.642 2.88 0.0765 KXF 4 11355.706 2838.926 0.60 0.6654 Galat 23 10857.0.969

[image:40.595.105.504.119.204.2] [image:40.595.100.506.271.357.2] [image:40.595.106.504.423.509.2]
(41)

Tabel Lampiran 10. Interaksi Konsentrasi dengan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang per Tanaman.

Jumlah Cabang per Tanaman minggu ke-

2 3 4 5 6 7

--- bush ---

0.67 1.23 1.87 2.07 2.27 2.27

0.93 1.60 2.27 2.47 2.60 2.60

1.13 1.87 2.47 2.60 2.80 2.80

1.07 1.53 2.20 2.33 2.40 2.40

1.00 1.47 2.40 3.34 3.40 3.40

Tinggi Tanaman minggu ke-

2 3 4 5 6 7

--- c* ---

10.42 17.50 29.03 33.78 34.37 34.37

11.67 19.13 31.73 38.47 39.20 39.20

10.60 18.43 31.17 37.83 39.57 39.57

11.10 18.03 29.90 35.33 36.43 36.43

10.14 17.33 28.77 33.87 34.97 34.97

Konsentrasi

(mu1 air)

0

0.4

0.4

0.8

0.8

Frekuesi

(kali)

0

2

3

2

[image:41.842.89.756.150.457.2]
(42)
[image:42.842.91.762.130.421.2]

Tabel Lampiran 11. Interaksi Konsentrasi dengan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap parameter Generatif Tanaman

Konsentrasi Frekuensi Waktu Jumlah Jumlah Jumlah Bobot Biji Bobot 100 Hasil per Hasil per (mV1 air) (kali) Berbunga Buku Polong isi Polong Tiap Biji Satuan Hektar

75% Produktif hampa Tanaman Luas

(HST)

---

buah

---

--- g

---

(kg)

0 0 30.83 11.12 14.73 9.53 5.26 26.98 150.77 753.8

0.4 2 29.33 11.97 16.80 6.47 3.55 27.21 182.37 911.8

0.4 3 29.67 13.77 21.70 6.73 5.94 30.31 231.68 1 158.4

0.8 2 29.67 11.57 13.53 10.40 4.65 27.77 189.29 946.4

0.8 3 30.33 12.50 12.90 8.47 4.03 23.87 155.65 778.3

1.2 2 32.00 8.53 10.33 6.07 1.88 21.88 89.44 447.2

1.2 3 30.67 12.37 18.33 5.77 4.17 25.89 146.17 730.9

1.6 2 30.67 9.27 12.83 7.00 3.22 23.92 125.13 625.6

1.6 3 30.67 9.87 9.10 9.07 2.26 24.19 91.15 455.7

2.0 2 29.67 11.97 15.23 7.67 4.33 28.77 195.25 976.2

(43)

Tabel Lampiran 12. Analisis Usahatani Benih Kedelai Edamarne Varietas G 10428 Tanpa Aplikasi ZPT Isoprothiolane (Fujiwan 400 EC) dan dengan Aplikasi ZPT Isoprothiolane

Sarana Produksi Jumlahlha Harga Nilai (Rplha)

(Rplsatuan) Tanpa ZPT Dengan ZPT

1. Benih

2. Pupuk Urea TSP KC1

3. ZPT Fujiwan 400 EC

4. lnsektisida Cair Bubuk

5. Upah

- Sewa tanah Penyiapan lahan Penanaman Pemupukan Penyiangan (4x) Pengendalian hama dan penyakit Aplikasi ZPT Panen Pasca panen: Pengangkutan Pengeringan dan perontokan Pembijian Pembersihan dan pengemasan

. . Jumlah Biaya Hasil (per ha):

[image:43.599.94.524.141.715.2]
(44)

UJI LIMA KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI

ISOPROTHIOLANE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL KEDELAI

(Glyciite

m m

L. Merr.)

OLEH:

ABIDIN

A 31.0876

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(45)

U a 7 u L n l u IeridanLL adu i h a m

X t u d tetap ap>lemyuduri aidapmzt- m u

g a y Cn,-dau aaugerahlan depa& lapad iludu

B a n untul mengerjadan a,,laIsh&/L y a y C y d a u r i d h i ,

B a n tmzdudlanLL adu A y a , t-ahmat-

Wu

/?e &L,x go&an h m l a - h t n l a -

Wu

(QS

A,,

a?,,!:

191
(46)

UJI LIMA KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI

ISOPROTHIOLANE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL KEDELAI

(Gbcine

max

L. Merr.)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

OLEH:

ABrDIN

A 31.0876

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(47)

RINGKASAN

ABIDIN. A31.0876. Uji Lima Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. (dibawah bimbingan MUNIF GHULAMAHDI)

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan

frekuensi aplikasi zat pengatur tumbuh isoprothiolane terhadap pertumbuhan dan

hasil kedelai, serta untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan frekuensi aplikasi

yang memberi hasil ferbaik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru IPB,

Dramaga Bogor dari bulan Maret 1999 sampai dengan bulan Juli 1999.

Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah Rancangan Acak

Kelompok dua faktor 3 ulangan. Faktor pertama adalab konsentrasi

isoprothiolane yang terdiri dari 6 taraf yaitu 0 ml/l air, 0.4 mV1 air, 0.8 ml/l air, 1.2

m1/1 air, 1.6 ml/l air dan 2.0 mu1 air. Faktor kedua adalah frekuensi penyemprotan

yaitu 2 kali penyemprotan (15 dan 30 HST) dan 3 kali penyemprotan (15, 30 dan

45 HST). Percobaan dilakukan dalam petak percobaan berukuran 3 m x 2 m

dengan 3 ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

Hasil percobaan menunjukkan konsentrasi isoprothiolane memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 dan 7 MST..

Konsentrasi 0.4 d l air menghasilkan tanaman yang nyata lebih tinggi daripada

perlakuan konsentrasi lainnya dengan tinggi tanaman 39.38 cm. Konsentrasi

isoprothiolane juga nyata mempengamhi waktu berbunga tanaman kedelai.

Aplikasi konsentrasi 0.4 mVl air dan 2.0 d l air menunjukkan hasil terbaik

dengan menghasilkan tanaman berbunga paling cepat yaitu 29.50 HST.

Pemberian isoprothiolane tidak berpengaruh nyata terhadap hasil per petak

dan hasil per hektar. Meskipun tidak berpengamh nyata, perlakuan isoprothiolane

sebanyak 0.4 mVl air dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0.2831 tonlha

dibandingkan tanpa perlakuan isoprothiolane. Frekuensi aplikasi isoprothiolane

dan interaksi antara konsentrasi dan frekuensi aplikasi isoprothiolane juga tidak

(48)

JUDUL : Uji Lima Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi

Isoprothiolane terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Kedelai (Glycine nzat- L. Merr.)

Gambar

Gambar 1. Rumus Kimia Isoprothiolane I
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Semua Peubah yang diamati
Tabel 3. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Isoprothiolane terhadap Tinggi
Tabel 8. Pengaruh Konsentrasi Isoprothiolane terhadap Jumlah Buku Produktif Tiap Tanaman, Jumlah Polong Isi Tiap Tanaman dan Jumlah Polong Hampa Tiap Tanaman Kedelai
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran (Amstrong dan Kotler, 1999).Strategi pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan yang

Hasil penelitian adalah kriteria penentuan lokasi PKL berdasarkan preferensi pedagang di Kawasan Perkotaan Sidoarjo sebagai berikut: (1) Jenis barang yang dijual

perkembangan, prinsip dan mekanisme asas teori evolusi Darwinisme telah ditunjukkan menerusi bab tiga. Bab empat merupakan bab terpenting disertasi ini kerana ianya

Pada penelitian telah dilakukan sintesis senyawa 3-asetil-7- (hidroksi) kumarin dengan mereaksikan etil asetoasetat dan 2,4- dihidroksibenzaldehid dengan menggunakan peperidin

Use send() to send your request... The server usually returns data to Ajax requests... Ajax is server-agnostic... Use a callback function to work with data the server returns... Get

Lihat saja, kalau nanti aku berhasil menemukan penjelasan yang benar mengenai hal sepele ini, dalam sekejap kasus yang dianggap biasa ini akan berubah menjadi sangat luar biasa,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya mayoritas gaya hidup para anggota Djarum Black Car Community Surabaya yang

Kalau tidak, berarti Anda tak cocok untuk pekerjaan ini, karena Anda akan mengajar seorang anak yang suatu saat nanti akan jadi orang penting di negeri ini.. Tapi kalau Anda