PEMERIKSAAN E.COLI DAN KOLIFORM PADA AIR MINUM
TUGAS AKHIR
OLEH:
JAMES ALEXANDER PANDAPOTAN SIMATUPANG NIM 092410059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “PEMERIKSAAN ESCHERICHIA COLI DAN KOLIFORM PADA AIR MINUM ”. Tugas
Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan
Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bimbingan
dan dukungan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana
mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan dan Staf Laboratorium Kimia di Balai Teknik Kesehatan
5. Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., sebagai Dosen Penasehat
Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis
dalam hal akademis setiap semester.
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2009
yang tidak bissa disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti
keberadaan mereka.
Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ayahanda Nelson Simatupang dan Ibunda Sonti
Butar-Butar yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang
dan cinta dari kecil hingga saat ini, memberikan motivasi dan restu serta materi
yang tak ternilai harganya.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan
mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis sangat
berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang memerlukan.
Medan, September 2012
Penulis
PEMERIKSAAN ESCHERICHIA COLI DAN KOLIFORM PADA AIR MINUM
ABSTRAK
Air merupakan sumber daya yang mutlak bagi manusia, air juga
merupakan bahan pelarut paling baik. air di dalam tubuh berkisar antara 50-70%
dari seluruh berat badan. Mengingat bahwa penyakit dapat dibawah oleh air
kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama
penyediaan air minum atau air bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit
bawaan air. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung bakteri, patogen dan
segala makhluk yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui bakteri yang terdapat pada air minum
dalam sampel air minum isi ulang. Pengujian pemeriksan bakteri pada air minum
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pemberantasan Penyakit, di Jalan Wahid Hasyim No. 15 Medan. Dari hasil
pemeriksaan Escherichia coli dan koliform pada air minum, diketahui bahwa tiga
sampel air minum isi ulang yang diuji terdapat 11 MPN Escherichia coli dan 22
MPN koliform pada sampel pertama, 2 MPN Escherichia coli dan 13 MPN
koliform pada sampel kedua serta 9,1 MPN Escherichia coli dan 3,6 MPN
koliform pada sampel ketiga. Sampel air minum isi ulang yang diuji tidak
memenuhi persyaratan karena menurut Peraturan Menteri kesehatan No.
492/MENKES/IV/2010 tidak diperbolehkan terdapat Escherichia coli dan
koliform pada sampel air minum.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……… i
LEMBAR PENGESAHAN ……… ii
KATA PENGANTAR ……….... iii
ABSTRAK …..……… vi
DAFTAR ISI ……….. vii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
1.1Latar Belakang ………...……… 1
1.2Tujuan ………... 2
1.3Manfaat ………...……… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 4
2.1 Air ………...………...………. 4
2.2 Bakteri ………..………. 5
2.3 Morfologi Bakteri ………. 6
2.3.1 Ukuran Bakteri ………..………... 6
2.3.2 Bentuk Ukuran ………. 6
2.4 Escherichia coli .…..………. 8
2.4.1 Patofisiologi ……….………...……… 9
2.5 Koliform ………..……….. 10
BAB III METODE PENELITIAN ………. 12
3.1 Tempat Pengujian ………...……….. 12
3.2 Alat…….……….…..……. 12
3.4 Sampel ………... 12
3.5 Prosedur ………..……….. 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….………... 18
5.1 Hasil ……… .……… 18
5.2 Pembahasan ………. 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 20
5.1 Kesimpulan ………... 20
5.2 Saran ………..…… 20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang mutlak bagi manusia, air juga
merupakan bahan pelarut paling baik. air di dalam tubuh berkisar antara 50-70%
dari seluruh berat badan. Air terdapat di seluruh badan, ditulang terdapat air
sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83%. Penting bagi
kesehatan dapat dilihat dari air yang adalah dalam organ, seperti 80% darah terdiri
atas air, 25% dari tulang, 75% dari syaraf, 80% dari ginjal 70%, dan 75% dari
otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan
kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum 1,5-2 liter tiap hari. Kekurangan
air dapat menyebabkan banyaknya terdapat penyakit batu ginjal dan kandungan
kemih didaerah tropis seperti di Indonesia (Juli, 1994).
Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama, seperti yang
telah diuraikan terlebih dahulu manusia menggunakan air dalam berbagai
keperluan seperti, mencuci, mandi, kakus, produksi pangan. Mengingat bahwa
penyakit dapat dibawah oleh air kepada manusia pada saat manusia
memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum atau air bersih bagi
masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan
bahwa semakin banyak meliputan masyarakat dengan air bersih, semakin turun
morbiditas penyakit bawaan air (Juli, 1994).
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung bakteri, patogen dan
segala makhluk yang membahakan bagi kesehatan manusia. Tidak mengandung
dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak
meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakikatnya,
tujuan dibuat mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Juli,
1994).
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu
peraturan yang memberikan petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter
yang sebiknya diperoleh ada didalam air minum agar tujuan penyediaan air bersih
dapat tercapai. Standar demikian akan berlainan dari negara kenegara tergantung
pada sosiokultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Negara yang
perekonomiannya lebih rendah dan teknologinya juga rendah, maka biasanya
kesehatannya juga rendah. Dinegara tersebut biasanya standar air minumnya juga
tidak ketat, karena kemampuan mengolah air masih belum canggih dan
masyarakat pun belum mampu mengolah air (teknologi) masih belum canggih dan
masyarakat pun belum mampu membeli air yang harus diolah secara canggih yang
tentunya juga mahal (Juli, 1994).
1.2 Tujuan
Ada pun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bakteri yang
terdapat pada air minum dalam sampel air minum isi ulang.
1.3 Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah dapat dijadikan informasi kepada
masyarakat Indonesia mengenai bakteri yang terkandung pada air minum isi ulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Pemurnian air untuk pencegahan penyakit hampir universal di dunia barat
kini sehingga sukar bagi kebanyakan kita untuk menyadari betapa gawat
pencemaran air itu. Saring epidemin air seperti kolera, disentri dan tifus masih
terjadi di bagian-bagian dunia dan penyakit ini mudah menjadi epidemi disuatu
negara seandainya tidak ada pengendalian pemerintah yang ketat terhadap air
minum dan pembuangan limbah. Air untuk keperluan hiburan lebih sukar
dikendalikan terhadap infeksi yang terhadap infeksi yang terbawa air. Dalam
perhatian kita tentang kemurnian air, penting untuk disadari bahwa dapat
mengandung bahan kimia yang beracun atau organisme patogen tetapi masih
jernih atau cemerlang. Dalam keadaan seperti itu air sebagai air terkontaminasi.
Selanjutnya air tercemar mungkin atau tidak terkontaminasi tetapi tidak
mempunyai penampilan atau rasa yang tidak dikehendaki, sedangkan air yang
layak untuk diminum (bebas dari substansi yang berbahaya dan tidak
menyenagkan) dikatakan sebagai dapat diminun (Wesley, 1989).
Hampir sekitar 1,5 milyar penduduk di bumi mengalami kekurangn air
minum sehingga paling sedikit menyebabkan 5 juta kematian setiap tahun karena
penyakit yang dibawa air. Populasi air dapat berasal dari sumber terpusat yang
membawa pencemaran dari lokasi-lokasi khusus seperti pabrik, instalasi pengola
limbah dan tanker minyak dan sumber tak terpusat yang ditimbulkan jika hujan
dan salju melewati lahan dan menghayutkan pencemar–pencemar yang diatas.
Ada teknologi untuk memantau dan menanggulangi pupulasi dari sumber terpusat
terpuasat berperan utama minimbulkan pada sungai-sungai dan danau–danau.
Pencemaran air berupa logam–logam berat dan juga berupa bakteri yang dapat
merugikan untuk tubuh (Mulyanto, 2007).
2.2 Bakteri
Untuk berkembang biak bakteri membutuhkan beberapa persyaratan. Jika hal
ini tidak terdapat, mereka akan mati atau mengubah dirinya menjadi spora.
Bakteri akan mati atau mati suri jika terlalu kering. Zat-zat organik, bakteri
membutuhkan zat-zat organik sebagai sumber energi yang dihasilkan untuk
aktivitas metaboliknya. Garam-garam anorganik, sedikit fosfat, sulfat,
magnesium, kalsium, besi, seng, tembaga, dan kobal penting untuk sistem enzim
di dalam bakteri dan untuk mengontrol osmosis. Gas, karbon dioksida penting
untuk aktivitas metaboliknya. Organisme aerob adalah organisme yang hanya
tumbuh jika terdapat oksigen (misalnya basil tuberkulosis). Organisme anaerob
adalah organisme yang hanya tumbuh jika tidak terdapat oksigen. pH, kebanyakan
bakteri tumbuh dengan baik pada medium yang netral atau sedikit alkali (pH
7,2-7,6). Temperatur, bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh ±37ºC, Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/IV/2010 bakteri pada
air minun harus negatif atau nol (Gibson, 1996).
2.3 Morfologi Bakteri
2.3.1 Ukuran Bakteri
Pada umumnya ukuran tubuh bakteri sangat kecil, umumnya bentuk tubuh
bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran
1.000 X atau lebih. Satuan ukuran tubuh bakteri adalah mikrometer atau mikron.
Satu mikron sama dengan 1/1.000 milimeter. Lebar tubuh umumnya antara 1
Bakteri berbentuk kokus ada yang berdiameter 0,5 µ, ada pula yang
berdiameter sampai 2,5 µ. Sedangkan bakteri berbentuk basil ada yang lebarnya
0.2 µ sampai 2,0 µ. Ukuran-ukuran yang menyimpang dari tersebut di atas cukup
banyak pula. Oleh karena itu, pengukuran besar kecilnya bakteri perlu didasarkan
pada standar yang sama. Pada umumnya bakteri yang berumur 2 sampai 6 jam
lebih besar daripada bakteri yang umurnya lebih daripada 24 jam (Wahluyo,
2007).
2.3.2 Bentuk Bakteri
Secara garis besar tubuh (morfologi) bakteri dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan, (Wahluyo, 2007) yaitu:
1. Basil (bacillus)
Basil dari bacillus, merupakan bakeri yang mempunyai bentuk tongkat
pendek/batang kecil dan silindris, sebagian bakteri berbentuk basil. Basil dapat
bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu
sama lain. Berdasarkan jumlah koloni, basil dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
a. Monobasil (monobacillus), yakni basil yang hidup menyendiri atau tidak
bergerombol.
b. Diplobasi (diplobacillus), bila koloni basi terdiri dari 2 basil.
c. Streptobasil(streprobacillus), bila koloni bakteri berbentuk rantal.
2. Kokus (Coccus)
Kokus adalah bakteri yang mempunyai bentuk bulat seperti bola-bola kecil.
Jumlah dari bakteri golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kelompok ini
ada yang bergerombol dan bergandeng-gandengan membentuk koloni.
Berdasarkan jumlah koloni, kokus dapat dibedakan menjadi beberapa
a. Monokokus (monococcus), bila kokus hidup menyendiri.
b. Diplokokus (diplococcus), bila kokus membentuk koloni terdiri dari dua
kokus.
c. Streptokokus (streptococcus), bila koloni berbentuk seperti rantai.
d. Stafilokokus (staphylococcus), bila koloni bakteri kokus membentuk
untaian seperti buah anggur.
e. Sarsina (Sarcina), bila koloni bakteri mengelompok serupa kubus.
f. Tetrakokus (tetracoccus), bila koloni terdiri dari empat kokus. 3. Spiril (spirillum)
Spiril merupakan bakteri yang berbentuk bengkok atau
berbengkok-bengkok seperti spiral. Bakteri yang berbentuk spiral sangat sedikit jenisnya.
Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil jika dibandingkan dengan
golongan basil dan golongan kokus. Bakteri yang berbentuk spiral tidak banyak
jumlahnya.
2.4 Escherichia coli
Escherichia coli umumnya hidup pada saluran pencernaan manusia dan hewan sehingga kontaminasi bakteri ini pada makanan biasanya berasal dari
kontaminasi air yang digunakan. Bahkan makanan yang sering terkontaminasi
oleh Escherichia coli diantaranya ialah daging ayam, daging sapi, daging babi
selama penyembelihan, ikan dan makanan-makanan hasil laut lainnya, telur dan
produk olahannya, sayuran, buah-buahan, sari buah, serta bahan minuman seperti
susu dan lainnya (Supardi dan Sukamto, 1998).
Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Superdominan : Phylogenetica
Filum : Proteobacteria
Famili : Enterobacteriaceae Genus : Esherichia
Spesie : Escherichia coli
2.4.1 Patofisiologi
Escherichia coli diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya yaitu: A. Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC)
EPEC merupakan penyebab diare pada bayi, khususnya di negara
berkembang. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil yang mengakibatkan
diare disertai muntah-muntah dan demam, yang biasanya susah diatasi namun
tidak kronis.
B. Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC)
ETEC merupakan penyebab diare pada musafir dan bayi, terutama di
daerah beriklim tropis. ETEC menyebabkan diare yang disertai dengan kram dan
suhu turun atau tidak demam. Diare yang disebabkan oleh ETEC hampir sama
dengan kolera karena terganggunya proses pencernaan akibat infeksi bakteri.
C. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)
Infeksi dari EIEC hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh
Shigella. Penyakit ini disertai dengan demam dan kram pada perut sehingga
mengakibatkan colonic phase with bloody and mucoid stools. Infeksi EIEC
ditemukan pada cemaran makanan dan air dan dapat juga ditularkan dari orang ke
orang.
D. Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC)
EHEC menyebabkan hemorrhagik kolitis, yaitu diare yang disertai dengan
hemolitik syndrome (HUS) dan thrombositopenia. Kasus HUS merupakan
penyebab gagal ginjal pada anak-anak di amerika serikat (Miliotis, 2003).
E. Enteroaggregative Escherichia coli (EAEC)
EAEC menyebabkan diare dan kronis yang gejalanya timbul dalam
makanan di negara berkembang. Patogenesis EAEC penyebab diare tidak terlalu
dipahami, meskipun melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan
entorotoksin dan sitotoksin. Entorotoksin dan sitotoksin yang dihasilkan dapat
menyebabkan kerusakan mukosa, pengeluaran mukus, dan terjadinya diare pada
manusia (Brooks, 2001).
2.5 Kolifrorm
Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim
digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi
bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan
penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Bakteri koliform dapat
digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat
pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus,
protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih
tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Penyakit
yang ditularkan melalui air biasanya diakibatkan oleh bakteri koliform. Mereka
biasa ditemukan di saluran sistem pengolahan air. Bakteri ini merupakan
organisme yang biasanya tidak berbahaya, koliform hidup di lingkungan sekitar
kita dan dalam kotoran hewan berdarah panas dan manusia. Patogen dalam air
kebanyakan berasal dari kotoran manusia atau hewan. Beberapa patogen yang
telah dikenal sejak beberapa dekade lalu adalah giardia lamblia (giardiasis),
helminths`atau`disebut`jugacacingparasit
(http://www.ithumanwinner.wordpress.com//bakteri-koliform-bersifat-anaerob).
Bakteri koliform dalam air minum dikategorikan menjadi tiga golongan,
yaitu koliform total, fekal koliform, dan Escherichia coli. Masing-masing
memiliki tingkat risiko yang berbeda. koliform total kemungkinan bersumber dari
lingkungan dan tidak mungkin berasal dari pencemaran tinja. Sementara itu, fekal
koliform dan Escherichia coli terindikasi kuat diakibatkan oleh pencemaran tinja,
keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air. Bakteri fekal
koliform atau Escherichia coli yang mencemari air memiliki risiko yang langsung
dapat dirasakan oleh manusia yang memakainya. Kondisi seperti ini
mengharuskan pemerintah bertindak melalui penyuluhan kesehatan, investigasi,
dan memberikan solusi untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan
melalui air. Ciri-ciri bakteri koliform antara lain bersifat anaerob, termasuk ke
dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi
laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35°-37°C. Contoh bakteri
koliform antara lain Escherichia coli, Salmonella spp., Citrobacter, Enterobacter,
Klebsiella, dll. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia sehat adalah mual,
nyeri perut , muntah, diare, berak darah, demam tinggi bahkan pada beberapa
kasus biasa kejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian pemeriksan bakteri pada air minum dilakukan di laboratorium
mikrobiologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit di
Jalan Wahid Hasyim No. 15 Medan Tanggal 20 Febuari 2012.
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah inkubator, neraca analitis,
beker gelas, gelas ukur, batang pengaduk, kapas, ose, lampu bunsen, tabung kultur berisi media yang terdapat durham didalamnya, rak tabung, inokulum equipment, pipet ukur 10,0 ml, pipet ukur 1,0 ml, penghisap karet.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah lauryl tryptose broth
(LTB), brilliant green lactose broth, larutan pengencer, trypton water, reagen
konvac.
3.4 Sampel
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah air minum isi ulang.
3.5 Prosedur
A. Perlakuan Sampel a. Tes Perkiraan. 1. Air Minum:
Disiapkan 10 tabung dengan volume media LTB 10 ml untuk volume sampel 10 ml, dengan konsentrasi media LTB : 71,2 gram/L.
Air bukan air minum:
Disiapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel yang akan dicoba : 10;1;0,1 ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar atau air pengolahan.
Dengan konsentrasi media LTB : 71,2 gram/L = 10 ml sampel. Dengan konsentrasi media LTB : 35,6 gram/L = 1 ; 0,1 ml sampel.
3. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media
bercampur rata.
4. Inkubasikan pada suhu 35OC selama 24 jam. Reaksi dinyatakan positif bila
terbentuk asam dan gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam
atau gas, inkubasikan kembali sampai 48jam.
5. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam
jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif, bila pada tabung fermentasi
terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam, maka tes perkiraan dinyatakan
positif.
6. Kemudian tabung-tabung yang positif dilanjutkan ke tes penegasan.
B. Tes Penegasan.
a. Tes Penegasan Bakteri Koliform
1. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok.
2. kemudian dipindahkan dengan ose/lop ke media Brilliant Green Lactose Broth
(BGLB).
3. Inkubasikan pada inkubator suhu 35OC selama 24 jam. Reaksi dinyatakan
positif bila terbentuk gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi gas,
inkubasikan kembali sampai 48 jam.
4. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk gas dalam waktu 48 jam, maka tes
penegasan dinyatakan negatif, bila pada tabung fermentasi terbentuk gas dalam
waktu 48 jam, maka tes penegasan dinyatakan positif.
5. Hitung MPN total koliform dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah
tabung BGLB yang positif, dari jumlah tabung BGLB yang positif dibaca pada
b. Tes Penegasan Escherichia coli
1. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian dipindahkan
dengan ose/lop ke dalam media Tryptone Water.
2. Inkubasikan pada waterbath atau inkubator suhu 44,5OC selama 24 jam.
3. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2 – 0,3 ml reagen kovacs ke dalam
masing-masing tabung Tryptone water. Bila terbentuk cincin merah pada permukaan
media, maka tes penegasan dinyatakan positif. Bila tidak terbentuk cincin
merah pada permukaan media, maka tes penegasan dinyatakan negatif.
4. Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah
tabung Tryptone water yang positif Escherichia coli, dari jumlah tabung
Tryptone water yang positif dibaca pada tabel MPN.
C. Pengujian Dengan Pengenceran
1. Disiapkan 15 tabung media LTB single volume,tabung kultur disusun pada rak
tabung.
2. Pengenceran contoh uji dilakukan dengan cara mengambil 1 ml contoh uji
menggunakan pipet steril masukkan ke dalam tabung yang berisi 9 ml
pengencer steril secara aseptis, dikocok agar contoh uji homogen. Dari
perlakuan ini diperoleh pengenceran 101.
3. Dari contoh uji dengan pengenceran 101 diambil 1 ml kemudian dimasukkan ke
dalam tabung berisi 9 ml pengencer steril, maka diperoleh pengenceran 102
demikian seterusnya hingga diperoleh tingkat pengenceran yang diinginkan.
4. Dipilih 3 seri tingkat pengenceran yang berurutan sesuai dengan kualitas contoh
uji.
5. Dari setiap seri pengenceran diinokulasikan secara aseptis masing-masing 1 ml
6. Masing-masing tabung kultur digojok agar contoh uji dan media tercampur rata.
7. Inkubasikan dengan inkubator pada suhu 35OC selama 2 x 24 jam. Selanjutnya
diamati pembentukan gas dalam tabung durham.
8. Catat tabung kultur yang menunjukkan peragian laktosa yaitu dengan
terbentuknya gas pada tabung durham.
9. Terbentuknya gas dalam tabung durham dinyatakan pertumbuhan positif dan
dilanjutkan pada uji penegasan.
D. Kendali Mutu
1. Kendali Mutu Bakteri Koliform a. Kontrol Negatif
1. Inokulasi 1 ose biakan bakteri kontrol Staphylococcus aureus ATCC 25923
kedalam media LTB.
2. Inkubasikan pada suhu 35OC selama 24 jam.
3. Diteruskan pada tes selanjutnnya sama dengan prosedur pada sampel.
b. Kontrol Positif
1. Inokulasi 1 ose biakan bakteri kontrol Enterobacter aerogenes ATCC 51697
kedalam media LTB.
2. Inkubasikan pada suhu 35OC selama 24 jam.
3. Diteruskan pada tes selanjutnnya sama dengan prosedur pada sampel.
2. Kendali Mutu Bakteri Escherichia coli
a. Kontrol negative.
1. Inokulasi 1 ose biakan bakteri kontrol Enterobacter aerogenes ATCC 51697
kedalam media LTB.
2. Inkubasikan pada suhu 35OC selama 24 jam.
1. Inokulasi 1 ose biakan bakteri kontrol E.Coli ATCC 25922 ke dalam media
LTB.
2. Inkubasikan pada suhu 35OC selama 24 jam.
3. Diteruskan pada tes selanjutnnya sama dengan prosedur pada sampel.
F. Kontrol Reagen 1. Siapkan 1 media LTB.
2. Media ini tidak diinokulasikan oleh bakteri apapun (untuk tes perkiraan).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Dari hasil pemeriksaan sampel air minum isi ulang yang dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi BalaiTeknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
NO CONTOH UJI PARAMETER
MPN
E. Coli Koliform
1 424/AM 11 22
2 411/AM 2 13
3 289/AM 9,1 3,6
Keterangan: sampel pertama terdapat 11 MPN Escherichia coli dan 22 MPN
koliform pada, pada sampel kedua terdapat 2 MPN Escherichia coli dan 13 MPN
koliform dan pada sampel ketiga terdapat 9,1 MPN Escherichia coli dan 3,6 MPN
koliform.
4.2 Pembahasan
Pada sampel air minum isi ulang yang diuji tidak memenuhi persyaratan
untuk dikomsumsi karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 492/MENKES/IV/2010 harus negatif atau tidak diperbolehkan
terdapat Escherichia coli dan koliform (MENKES, 2010).
Escherichia coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada
manusia. Faktor penyebaran bakteri disebarkan oleh lalat atau binatang kecil
lainya, apalagi kalau diketahui bahwa kaki lalat mempunyai rambut-rambut halus
dengan jumlah banyak. Sekali mereka hinggap pada suatu benda kotor sekian
ratus ribu atau lebih lagi jumlah bakteri yang akan terbawa bersamanya, serta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan Escherichia coli dan koliform pada air minum,
diketahui bahwa tiga sampel air minum isi ulang yang diuji terdapat 11 MPN
Escherichia coli dan 22 MPN koliform pada sampel pertama, 2 MPN Escherichia
coli dan 13 MPN koliform pada sampel kedua serta 9,1 MPN Escherichia coli dan
3,6 MPN koliform pada sampel ketiga. Sampel air minum isi ulang yang diuji
tidak memenuhi persyaratan karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia 492/MENKES/IV/2010 tidak diperbolehkan terdapat
Escherichia coli dan koliform pada sampel air minum.
5.2 Saran
1. Sistem pengolahan air minum depot sebaiknya mendapat sertifikasi dari
lembaga yang memiliki kompetensi.
2. Dinas Kesehatan setiap daerah mewajibkan depot air minum untuk
memeriksakan produknya ke laboratorium yang telah diakreditasi minimal tiap
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012). Bakteri Koliform Pada Air Minum. Available from: http://www.
aquantell.com./watter-tips/coliform-bacterie-drinking-watter. Tanggal akses 20 Juni 2012.
Brooks, J. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 34. Gibson, J.M. (1996). Mikrobiologi dan Patologi Modern. Jakarta: Buku
Kedokteran. Hal. 12-13.
Hasyimi, H.M. (2010). Mikrobiologi dan Parasitologi. Yogyakarta: Buku Kesehatan. Hal. 26.
Juli, S. (1994). Ilmu Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gaja Mada University. Hal. 17-23.
Miliotis, B. (2003). International Handbook of Foodborne Panthogens. New York: Marcel Dekker, Inc. Hal. 5-9.
Mulyanto, H.R. (2007). Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 15.
Supardi, I., dan Sukamto. (1998). Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 27.
Suriawiria. (2005). Air Dalam kehidupan dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung: Alumni Bandung. Hal. 54.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 2010 tahun 2010. Hal. 6. Wahluyo, S. (2007). Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press. Hal. 185, 186.