• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP PNPM Mandiri)Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin (Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP PNPM Mandiri)Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin (Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM (PPIP PNPM MANDIRI) BY THE APPARATUS AND SOCIETY FOR IMPROVING PUBLIC POOR ACCESS SOCIETY

(Study in Desa Fajar Bulan, Gunung Sugih, Lampung Tengah 2012)

by

JODI PRAYUDA

PPIP is a community-based programs under of PNPM Mandiri. Community empowerment is done so that the results of the implementation development can be tailored to needs that have been identified in a participatory manner. PPIP strive to create and improve the quality of people's lives, both individually and in groups through participation in solving the existing problems related to poverty and underdevelopment of the village as an effort to improve the quality of life, independence and well-being of society.

This study aimed to obtain a description and analyzed on the implementation of the PPIP PNPM Mandiri program by society officials and the people in Desa Fajar Bulan, Gunung Sugih, Lampung Tengah in 2012 the terms of tasks and clear goals that accurately reflect the intent of the policy, management plans that allocate tasks and performance standards of implementing organizations, implementing organizational performance measurement assessed with the goal to be achieved, the control and management system of social sanctions to keep subordinates in order to remain accountable and impact of the program on access to basic infrastructure services for the poor and the constraints by encountered during the implementation process.

(2)

validity of the data is done by triangulation.

Based on the research, results that the PPIP program implementation in Desa Fajar Bulan in 2012 has not been implemented effectively. This is because in practice there are problems such as the management plan implemented through village meetings have not been good enough, society is not yet fully participate actively participate in village meetings were held. In addition, control management system for physical control of infrastructure is not good enough, it is because intensity insufficient monitoring conducted maximal.

Researchers recommend a few things in the PPIP program implementation of Desa Fajar Bulan, namely : The CSO together with the community facilitators should provide more public education about the PPIP program that will be implemented. In addition, the need to increase the number of facilitators, especially in the field of community development facilitators in order to maximize their performance in empowering communities of PPIP program implementation.

(3)

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP PNPM MANDIRI) OLEH APARATUR DESA DAN

MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN AKSES MASYARAKAT MISKIN

(Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)

Oleh

JODI PRAYUDA

PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan masyarakat di bawah payung Program PNPM Mandiri. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan agar hasil pelaksanaan pembangunan dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah diidentifikasikan secara partisipatif. PPIP berupaya menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok melalui partisipasi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ada terkait kemiskinan dan ketertinggalan desanya sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

(4)

yang dapat diamati. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan untuk mencapai keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa implementasi program PPIP di Desa Fajar bulan tahun 2012 belum terlaksana secara efektif. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah diantaranya pada manajemen rencana yang dilaksanakan melalui musyawarah desa belum cukup baik, mayarakat belum sepenuhnya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan musyawarah desa yang dilaksanakan. Selain itu sistem manajemen kontrol untuk pengawasan fisik infrastruktur belum cukup baik, hal ini dikarenkan intensitas monitoring yang dilakukan belum cukup maksimal.

Peneliti merekomendasikan beberapa hal dalam implementasi program PPIP di Desa Fajar Bulan, yakni: Pihak OMS bersama fasilitator masyarakat sebaiknya lebih banyak memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai program PPIP yang akan dilaksanakan. Selain itu, perlunya dilakukan penambahan jumlah fasilitator pendamping, khususnya fasilitator di bidang pemberdayaan masyarakat agar dapat memaksimalkan kinerja mereka dalam memberdayakan masyarakat saat pelaksanaan program PPIP.

(5)

MASYARAKAT MISKIN

(Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)

Oleh JODI PRAYUDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

1. Model Kerangka Pikir... 67

2. Struktur OMS Desa Fajar Bulan ... 97

3. Kenggotaan KPP program PPIP Desa Fajar Bulan... 122

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu... 13

B. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik ... 17

1. Pengertian Kebijakan Publik ... 17

2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik... 18

3. Unsur-Unsur Kebijakan Publik ... 19

4. Tahapan Kebijakan Publik... 20

5. Dampak Kebijakan Publik (Policy Impact)... 23

C. Tinjauan Mengenai Implementasi Kebijakan Publik ... 24

1. Model Implementasi Kebijakan Publik ... 27

a. Donald Vann Mentter dan Carl Van Horn... 28

b. Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier... 31

c. Merilee S. Grindle ... 35

d. George Edward III ... 38

e. Richard Elmore... 40

D. Tinjaun Mengenai Pembangunan ... 45

a. Pengertian Pembangunan ... 45

b. Tujuan Pembangunan ... 46

(8)

PNPM Mandiri ... 51

1. Pengertian Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51

2. Tujuan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51

3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51

4. Pendekatan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 52

5. Organisasi dan Pembagian Peran Dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri ... 54

6. Fasilitator Masyarakat ... 55

F. Tinjauan Mengenai Masyarakat Miskin ... 57

1. Definisi Masyarakat... 57

2. Ciri-Ciri Masyarakat... 57

3. Definisi Kemiskinan ... 58

4. Ciri-Ciri Masyarakat Miskin ... 60

5. Pemberdayaan Masyarakat Miskin... 61

G. Kerangka Pikir... 64

III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 68

B. Fokus Penelitian ... 69

C. Lokasi Penelitian... 70

D. Jenis dan Sumber Data ... 71

E. Instrumen Penelitian... 74

F. Teknik Analisis Data... 76

(9)

1. Sejarah Terbentuknya Desa Fajar Bulan... 79

2. Kebijakan Umum Desa ... 79

3. Program Pembangunan Sarana dan Prasaran Desa Fajar Bulan ... 80

4. Strategi Pembangunan Desa Fajar Bulan ... 81

5. Kondisi Geografis Desa Fajar Bulan... 81

6. Sejarah Pembangunan Yang Pernah Dilakukan di Desa Fajar Bulan. 82 7. Sarana dan Prasarana Yang Ada di Desa Fajar Bulan ... 82

B. Gambaran Umum Program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 83

1. Jenis Infrastruktur... 83

2. Lokasi Kegiatan ... 83

3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ... 83

4. Sasaran dari Pembangunan Infrastruktur ... 83

5. Jumlah Pemanfaat ... 84

C. Organisasi Masyarakat Pelaksana Program PPIP di Desa Fajar Bulan .... 84

1. Tugas Organisasi Pelaksana... 85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 87

1. Implementasi Program PPIP PNPM Mandiri Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin di Desa Fajar Bulan Tahun 2012... 87

a. Tugas dan Tujuan Yang Jelas Yang Secara Akurat Merefleksikan Maksud dari Suatu Kebijakan... 88

b. Manajemen Rencana Yang Mengalokasikan Tugas dan Standard Kinerja ke Organisasi Pelaksana ... 95

1. Musyawarah Desa I... 96

a. Organisasi Masyarakat Setempat ... 97

b. Tim Persiapan... 99

c. Tim Pelaksana ... 100

(10)

Fajar Bulan ... 104

b. Merumuskan Usulan Prioritas Desa... 109

c. Perumusan Rencana Kegiatan Masyarakat ... 112

d. Rencana Anggaran dan Biaya ... 116

e. Rencana Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ... 119

f. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara ... 121

1. Rencana Pendanaan dan Operasi Pemeliharaan... 123

2. Rencana Operasi Pemeliharaan... 123

g. Tim Pengadaan Barang dan Jasa... 124

3. Musyawarah Desa III ... 125

c. Pengukuran Kinerja Organisasi Pelaksana Yang di Nilai Dengan Tujuan Yang Ingin Dicapai ... 127

1. Waktu pelaksanaan program PPIP ... 128

2. Pelaksanaan Penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 250.000.000 per Desa Telah Dilaksanakan di Masing-Masing Desa Sasaran ... 131

3. Penggunaan anggaran biaya ... 133

4. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan telford, gorong-gorong dan talud ... 142

5. Kualitas Infrastruktur Yang Telah Terbangun dan Fungsi Pengaturan Operasional serta Pemeliharaan ... 147

d. Sistem Manajemen Kontrol dan Sanksi Sosial Untuk Menjaga Bawahan Agar Tetap Akuntabel ... 153

2. Dampak Program PPIP Terhadap Akses Pelayanan Infrastruktur Dasar Bagi Masyarakat Miskin di Desa Fajar Bulan ... 158

(11)

B. Saran... 167

(12)

1. Pembangunan Infrastruktur di Desa Fajar Bulan ... 8

2. Gambaran pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan di beberapa wilayah ... 14

3. Informan terkait pelaksanaan program PPIP di Desa Fajar Bulan tahun 2012 ... 72

4. Dokumen terkait penelitian program pembangunan infrastruktur pedesaan Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012 ... 73

5. Kondisi Geografis Desa Fajar Bulan ... 81

6. Sejarah Pembangunan di Desa Fajar Bulan... 82

7. Sarana dan prasarana Desa ... 82

8. Daftar penerima manfaat program ppip di Desa Fajar Bulan... 84

9. Struktur Organisasi Masyarakat Desa Fajar Bulan... 85

10. Tenaga teknis pembantu pogram PPIP Desa Fajar Bulan ... 85

11. Tim persiapan dalam program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 100

12. Tim pelaksana program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 101

13. Kader Desa program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 102

14. Prioritas permasalahan yang terdapat di desa Fajar Bulan ... 105

15. Analisis Usulan Prioritas Desa ... 110

16. Tim organisasi pelaksana kegiatan (OMS)... 113

17. Tim fasilitator masyarakat ... 114

18. Jumlah Pemanfaat Infrastruktur... 114

19. Rencana anggaran biaya (RAB) program PPIP Desa Fajar Bulan tahun 2012... 116

20. Jadawal rencana pelaksanaan program PPIP tahun 2012 ... 120

21. Jadawal pelaksanaan program PPIP tahun 2012 ... 129

22. Penggunaan anggaran biaya tahap I ... 134

23. Penggunaan anggaran biaya tahap II ... 136

24. Penggunaan anggaran biaya tahap III... 138

(13)

1,. I : 1..

.,i.,.:, ...

LTIflXIIVSIDNSI{

]

I r' ii, '.r.1 .

li'il

(14)

ffi

z zr8oo,z

90/0986I dIN

lrr[

"Ll'lrs

ErESaiJ lsE$slululpv

ntull

uEsnrnr Erqau

'z

I 1l ' r ':

':'

llr.d.'LI

'. l

l

,l

..1., : .r, '. i,,r, rl i, :: , , I Srqqu4qurad

tEtuoll

'I

'ir i

INfffiXTJ[IIflId

{HIgJ'nwu,

Ep

leros

ntrlu

erEs?ttr.rsu**eiur

ntql

960rtogIor

rpntrr

.glofi

:.

',,,,,

,'::

: ' , r,'

'lrI.OZqnIIP.I,

',

,1,

'

{6uo;

frndqlryl

u*;dnqsll

rySnS

:. , ,

,flunung

E?tetu"esry,irplllg

rathil

us?{I

ppEd

rpnts|

uursuu,ti{ll{vrsvN

s,flsl[g

,

tls:lieYlltlHnllilI{

uIuhln J.Vlff

.

v.silo

u

lrff''Io

(nrr(INYr{

rrtaui

dlrd)

LIYs*Itlgd

lN{uuours!ilf,'fl

NI

rrrNft

[rrygl{rgd

lcvueolliI.I$yrNflr{ilI,4r{I

s4lrulPJ

ir,

'..',:,: ,

,UPSH.lflf,

E1vrslspr.trEl^l {o}|od Jol.uolJ

Emsls€I.lpl4l PruPlI

(15)

tusfe,,ftued lsnqtueur

,I0Z

requeseq,I

'Eundurel reprreg

'ru

FEqt

uunmErel rp nrylreq Etred eurou

uu8uep runsos e.(uurq rs{rres sues '1ul sqnl

e&q

lr?p gelore&p qu1e1ftre,{

releE trepqecued udruoq Ttuepe:p r$Irrcs srmJeueru BrposJaq e.(es e4eru

]q

ueele{uod ruulup rr"reueg{Bpl}e{ uup ueEuedurr.(ued pdeprel 1wq

uurpntuo{

p

eggedu uup e,fuqnE8unsos ueEuep lunq ufus rm truupdrue4 'n

'aplsnd rEIBp urBIBp rru>lum$reclp uep efrfueruEuad

BUI?u rre>llnqesrp tru8uep qe>Iseu rrrBIBp rrutlc? ruEuqes wTtmlwctp

sqel

truEuep

s]lnilol

?reces r1urlce{

'qel

Euero uurpsaplqndrp ne}B

sp{p

qelel Eued pdepued nup e&q ludeprel

{"pp

1uI s1p1e{rq

urcpq

'€

'Eqqu4qued

urll

rrBqBrE rrsnce{

tnq

4uqrd usn}uuq

edue1'rrpues u,(es treplleuod uep rresnuru 'uBsute8 runur Fq sl1nf erfte1l .e

'efuuq

rEEm] uenm8rod rp tmdnuur Etmdruul ss{sro^run

>peq '(e,(pu11 $ry/"u?Fug) rytuepe4e.re1eE uuryedupueu Tnlun ueryrferp qeued uryeq usp Is? r{Elepe Iul qrpp uurodulnsdlqS 'e.(us srp} e,Crc)

'I

:?/v\rluq UB>ppdUeU A(eS nn truEueq

(16)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS. AL-Baqarah ayat 45)

Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan. (Colin Powel)

Seorang yang cemerlang hari ini datangnya dari seorang yang biasa, tetapi yang menjadikannya cemerlang karena usahanya yang luar biasa.

( Drs. Berchah pitoewas, M.H)

Saya bisa menerima kegagalan, tapi saya tidak bisa menerima segala hal yang tak pernah diusahakan. (Michael Jordan)

Keberhasilan yang alami dan bertahap adalah keberhasilan yang sempurna, sedangkan kemalasan dan kebodohan adalah dua hal yang menjadi pemicu munculnya kegagalan (sebuah filsafat hidup yang konsisten dipegang teguh

(17)

✁✂ ✄☎ ✂✆✁✂ ✄✝ ✞☎ ✟✠ ✡ ☛✆✡☞ ☞☎ ✌ ✡✍✍☎ ✌ ✆☎ ✂✂ ✡✍✍☎ ✌✡ ✆✎☎ ✂✟✝✏ ✡☛✑ ✝✒ ✝✍✒ ✁✟☎ ✎☎ ✓✔ ✔ ✓✕

✖WT, ku persembahkan karya kecil ini khusus untuk ;

Ayah dan Mama,

Bapak Umai Saputra dan Ibu Ernawati

Serta adik-adiku tercinta Genadi Permana Putra dan Ahmad Fadillah yang

senantiasa memberikan semangat, dorongan, dan setia mengisi langkahku

dengan doa dan kasih sayang yang tak pernah henti kalian berikan untuk ku

Kakek dan Nenek ku tercinta yang dengan kasih sayangnya selalu mendoakan

keberhasilanku

seluruh keluarga besarku di Lampung Tengah dan Kota Metro yang selalu

memberikan perhatian dan mendo akan keberhasilan ku,

kerabat dan rekan-rekan tercinta yang tiada henti selalu memberikan do a,

motivasi dan semangat untuk ku

Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Unila

(18)

Penulis bernama lengkap Jodi Prayuda dilahirkan di

Lampung Tengah pada tanggal 11 April 1992. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan

dari Bapak Umai Saputra dan Ibu Ernawati. Penulis

mengawali pendidikannya di taman kanak-kanak Pertiwi

Kotagajah diselesaikan tahun 1997, pendidikan Sekolah

Dasar Negeri 3 Kotagajah diselesaikan tahun 2003, pendidikan Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Kotagajah diselesaikan tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Kotagajah diselesaikan tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama menjadi

mahasiswa penulis aktif di anggota Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara

(HIMAGARA) FISIP UNILA dan Forum Studi Pengembangan Islam FSPI UNILA.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cempaka

(19)

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

dan selalu mencurahkan taufik serta hidayah bagi penulis, sehingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul ”Implementasi Program

Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP PNPM Mandiri) Oleh Aparatur Desa

Dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin (Studi Pada

Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun

2012)”. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu

Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung.

Terwujudnya skripsi ini, telah melibatkan bantuan banyak pihak, sehingga penulis

ingin menyampaikan penghargaan, penghormatan, dan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara.

(20)

perhatian, ilmu, tenaga, dan waktunya selama proses pendidikan dan

penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Devi Yulianti S.A.N., M.A. selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan secara menyeluruh, arahan, ilmu, perhatian,

motivasi dan juga semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Nana Mulyana, S. Ip, M.Si. selaku pembahas dan penguji yang

telah banyak memberikan masukan, kritik, arahan, perhatian, juga

semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh dosen jurusan ilmu administrasi negara yang telah mewariskan

ilmunya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta membimbing

penulis selama menempuh studi.

8. Bapak Suganda selaku sekertaris OMS Desa Fajar Bulan yang telah

bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Kiki Rahmat Barkah A.Md. selaku Fasilitator teknik program PPIP

di Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan serta

memberikan bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Ibu Pirnaningsih S.E. selaku Fasilitator pemberdayaan masyarakat

program PPIP di Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan

(21)

penyelesaian skripsi ini.

12. Bapak Ahmad Basri selaku bendahara OMS Desa Fajar Bulan yang telah

bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan

dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Umai Saputra dan Ibunda Ernawati

yang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan

moril maupun materil yang dengan selalu setia menanti dan mendoakan

keberhasilanku.

14. Adik-adik ku Genadi Permana Putra dan Ahmad Fadillah, terimakasih atas

segala kasih sayang, dan perhatiannya, semoga kita semua dapat sukses

dunia dan akhirat. Amin.

15. Kakek dan nenek ku tercinta, yang dengan kasih sayangnya selalu

mendoakan keberhasilanku.

16. Kepada sahabatku Ade Irawan yang telah membantu proses riset selama

penelitian.

17. Kepada sahabatku Fadri dan enggi yang telah memberikan motivasi dan

semangat dalam menyelesaikan skripsi.

18. Kepada sahabatku Aris, yogis dan anjas semangat untuk menyelesaikan

skripsinya dan sukses buat kedepannnya.

19. Kepada sahabatku Pandu yang telah bersedia menjadi pembahas saat

(22)

21. Serta untuk sahabat, teman dan semua pihak yang terlibat yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini.

Semoga kebahagian dan kesuksesan senantiasa allah berikan untuk kita

semua.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 17 Desember 2014

Penulis,

(23)

A. Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional.

Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan sebagai langkah untuk

membangun manusia Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kebijakan

yang akan diambil yang berkaitan dengan pembangunan harus tertuju pada

pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia dan diselenggarakan

untuk kepentingan masyarakat agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dapat

dirasakan oleh masyarakat sehingga pada akhirnya dapat berdampak terhadap

perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia.

Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah untuk menciptakan kemajuan di

bidang sosial dan ekonomi secara berkesinambungan, tanpa mengabaikan

persamaan hak dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat

Indonesia secara keseluruhan. Beberapa komponen penting dari aspek

pembangunan antara lain mencakup: (1) pembangunan ekonomi, menitikberatkan

pada usaha peningkatan pendapatan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi

potensial, meningkatkan produktifitas pertanian dan non pertanian, memperbaiki

efisiensi dan meningkatkan pertumbuhan industri dan sektor-sektor pelayanan

(24)

keseimbangan ekologi untuk menciptakan kondisi alamiah lingkungan yang

ramah dan bersahabat, (3) Pembangunan kelembagaan yakni mendorong

partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, memperbaiki tata kerja

administratif, desentralisasi dan mobilisasi sumber daya, penguatan lembaga, (4)

pembangunan fisik dan sosial, diantaranya adalah memperbaiki serta

meningkatkan kualitas pendidikan, serta mengembangkan keahlian tenaga kerja

dan memperbaiki kualitas fasilitas pelayanan dan infrastruktur (Adisasmita, 2013:

35).

Pembangunan infrastruktur termasuk kedalam pembangunan fisik dan sudah sejak

lama diketahui, bahwa keberadaan infrastruktur yang baik memiliki peran yang

sangat penting dalam menunjang pemenuhan hak dasar masyarakat seperti

pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa infrastruktur merupakan modal yang sangat dibutuhkan

masyarakat dalam mendukung kegiatan di berbagai bidang. Disamping sebagai

alat yang dapat menghubungkan antar daerah di Indonesia, infrastruktur yang

biasa sering disebut sebagai sarana dan prasarana fisik ini, memiliki keterkaitan

yang kuat dengan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Hal tersebut ditandai

dengan wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi

lebih baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan sosial dan pertumbuhan

ekonomi masyaraktanya. Sebaliknya, keberadaan infrastruktur yang kurang

berfungsi dengan baik mengakibatkan timbulnya permasalahan sosial seperti

penolakan dari masyarakat terhadap infarastruktur yang telah terbangun.

(25)

Salah satu aspek penting dalam pembangunan adalah pembangunan di bidang

fisik dan sosial. Hal Ini dapat diwujudkan melalui perbaikan fasilitas infrastruktur

yang ada. Dimana, infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak

pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur seperti halnya sarana jalan keberadaannya

merupakan modernisasi bangsa yang penyediaannya merupakan salah satu aspek

penting guna meningkatkan kelancaran produktivitas sektor produksi dan yang tak

kalah pentingnya infrastruktur jalan ini juga dapat berperan sebagai pendukung

dalam menciptakan dan meningkatkan akses transportasi bagi masyarakat dalam

beraktivitas. (www.bappenas.go.id diakses 19 Desember 2013).

Keberadaan infrastruktur fisik yang baik seperti hal nya jalan, jembatan, sarana

telekomunikasi, sarana perlistrikan, sarana irigasi dan sarana transportasi juga

sering dikaitkan sebagai pemicu perkembangan pembangunan di berbagai bidang

pada suatu kawasan. Dengan mudah kita dapat menilai perbedaan kesejahteraan

suatu kawasan hanya dengan melihat dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi

di dalamnya. Terkait dengan hal tersebut di atas, untuk itu kedepannya percepatan

pembangunan infrastruktur semakin penting untuk lebih diperhatikan, hal ini

didasarkan pada manfaat dari keberadaan infrastruktur seperti halnya jalan yang

dapat berperan sebagai sarana pembuka keterisolasian suatu wilayah dari dunia

luar sehingga dengan adanya infrastruktur ini, diharapkan berdampak pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun

budaya.

Dewasa ini pembangunan infrastruktur sangat penting untuk lebih di perhatikan

(26)

infrastrukturnya. Namun saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan

masih mengalami kendala, saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan di

daerah pedesaan umumnya masih terkendala oleh terbatasnya akses masyarakat

perdesaan terhadap pengambilan kebijakan pembangunan yang akan dilakukan di

desanya, hal ini disebabkan oleh minimnya koordinasi atau hubungan antara

pemerintah dengan masyarakat yang ada di desa terkait masalah pembangunan

yang akan dilakukan. Pemerintah terlihat hanya menjadikan desa sebagai objek

pembangunan. Sehingga yang terjadi desa dipaksa untuk menerima program

pembangunan dari pemerintah tanpa melihat pembangunan apa yang

sesungguhnya dibutuhkan desa tersebut. Permasalahan tersebut menjadikan

masyarakat kemudian menganggap pembangunan-pembangunan yang telah

dilakukan pada desa mereka hanya sebatas hadiah yang diberikan pemerintah dan

bukanlah kebutuhan yang sebenarnya diperlukan oleh masyarakat. Dengan

kondisi yang seperti ini menyebabkan infrastruktur yang telah terbangun tadi

fungsinya menjadi tidak tepat sasaran, tidak tepat guna dan tidak tepat waktu yang

pada akhirnya infrastruktur yang telah terbangun tadi tidak dapat menyelesaikan

permasalahan yang ada.

Permasalahan pembangunan yang muncul di daerah pedesaan, dapat

ditanggulangi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Salah

satunya yaitu dengan perbaikan infrastruktur yang ada di daerah pedesaan.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mulai memperkenalkan program

pembangunan yang melibatkan masyarakat dimulai dari tahapan pengusulan

(27)

pelibatan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh pemerintah adalah PPIP

(Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan).

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dan

PNPM mandiri telah melaksanakan program PPIP yang dimulai pada tahun 2007

sampai tahun 2012. PPIP berupaya menciptakan dan meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok melalui partisipasi

dalam memecahkan berbagai permasalahan terkait kemiskinan dan ketertinggalan

desanya sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan

kesejahteraan masyarakat. PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan di

bawah payung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM

Mandiri). Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong peran serta

masyarakat dalam pelaksanaan serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam

pelaksanaan dan dalam proses pembangunan. Pemberdayaan masyarakat ini

dilakukan agar hasil pelaksanaan pembangunan dapat sesuai dengan kebutuhan

masyarakat yang telah diidentifikasikan secara partisipatif. (www.pu.go.id diakses

tanggal 9 Oktober 2013)

Tahun 2012 ini Dinas Cipta Karya Telah menargetkan ada 5000 desa yang

menjadi sasaran program PPIP PNPM Mandiri. Program PPIP PNPM Mandiri ini

mencakup pembangunan berbagai infrastruktur pedesaan mulai dari jalan

perdesaan, irigasi pedesaan, air minum pedesaan, serta infrastruktur sanitasi

pedesaan. Program ini bukan sekedar program fisik saja tetapi benar-benar

dirancang untuk membangun desa dan masyarakatnya. Atas dasar tersebut dalam

(28)

pendekatan, yakni pemberdayaan masyarakat, keberpihakan kepada yang miskin,

otonomi dan desentralisasi, partisipatif, keswadayaan, keterpaduan program

pembangunan, dan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan

masyarakat. (www.ciptakarya.pu.go.id diakses 20 Desember 2013)

Biaya yang dialokasikan untuk PPIP PNPM Mandiri bagi setiap desa

mendapatkan bantuan sebesar Rp 250.000.000 dalam bentuk dana bantuan

infrastruktur perdesaan. Titik berat kegiatan ini adalah peningkatan infrastruktur

pedesaan yang meliputi sarana jalan transportasi pedesaan, sanitasi pedesaan, air

minum pedesaan, drainase pedesaan, dan irigasi pedesaan. Program ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui

perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur pedesaan.

Saat ini lokasi PPIP PNPM Mandiri tersebar di 32 pemerintah provinsi, dan 344

kabupaten/kota dengan rincian 2000 desa didanai melalui dana APBN dan 3000

desa didanai melalui dana APBN-P dengan sasaran lokasi mengikuti ketetapan SK

Menteri Pekerjaan Umum. (www.bpkp.go.id diakses tanggal 10 Oktober 2013)

Berdasarkan :

a. SK Kementerian Pekerjaan Umum No. 131/KTPTS/M/2012 tanggal 1 juni

2012 Tentang Penetapan Desa Sasaran Program PPIP tahun 2012.

b. Pedoman pelaksanaan PPIP-PNPM Mandiri.

c. Peraturan dirjen Perbendaharaan tentang Mekanisme Pencairan Dana

PPIP.

d. Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor. 106.A/KPTS/D.14/2012.

(29)

(DPIU) program percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan

Kabupaten Lampung Tengah.

Menetapkan Desa Fajar Bulan sebagai salah satu desa yang mendapatkan program

PPIP PNPM Mandiri tahun 2012. (Dokumen surat perjanjian pelaksanaan

pekerjaan program PPIP Tahun 2012)

Desa Fajar Bulan adalah desa yang berlokasi di Kecamatan Gunung Sugih

Kabupaten Lampung Tengah, Desa Fajar Bulan memiliki luas wilayah 1.692,5

hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 5461 jiwa dan mayoritas penduduknya

bermata pencarian sebagai buruh pertanian. Desa Fajar Bulan termasuk dalam

desa tertinggal hal ini didasarkan pada kondisi kesejahteraan sosial masyarakatnya

yang masih didominasi oleh masyarakat dari golongan Miskin hal ini dapat dilihat

dari masih banyaknya KK dari golongan miskin yang totalnya mencapai 640 jiwa.

Selain itu pada tingkat pendidikan masyarakatnya juga lebih didominasi dari

lulusan sekolah dasar yang mencapai jumlah 920 orang. (Dokumen RPJM Desa

Fajar Bulan Tahun 2011-2015).

Keterbatasan yang dialami masyarakat desa Fajar Bulan ini diperparah dengan

kondisi sarana dan prasarana Desa Fajar Bulan yang masih minim seperti halnya

sarana jalan yang merupakan akses utama bagi masyarakat dalam melakukan

aktivitas sehari-hari kondisinya masih belum layak karena jalan yang ada hanya

sebatas jalan tanah yang kondisinya sulit dilalui terlebih jika musim penghujan

tiba. Hal ini tentunya sangat menyulitkan masyarakat yang ingin melakukan

(30)

Berikut ini adalah tabel infrastruktur yang pernah dibangun di Desa Fajar Bulan

[image:30.595.115.517.169.676.2]

diantaranya:

Tabel 1. Pembangunan Infrastruktur di Desa Fajar Bulan

No Tahun Kegiatan Pembangunan Sumber

dana

1 1973 Pembangunan balai kampung DPD

2 1981 Pembangunan jembatan APBN

3 1981 Pembangunan SD 1 Fajar Bulan APBN

4 1983 Pembangunan SD 1 Impress Fajar Bulan APBN

5 1986 Pembangunan SD 2 Fajar Bulan APBN

6 1986 Pembangunan SD 3 Fajar Bulan APBN

7 1986 Pembangunan gedung TK Al Furqon APBN

8 2001 Pembangunan TK pertiwi APBD

9 2001 Pembangunan jalan telford dusun IV Swadaya

10 2005 Pembangunan jalan onderlagh dusun V APBN

11 2005 Pembangunan jalan telford dan talud APBN

12 2005 Pembangunan jalan telford dusun 1 dan 2 APBN

13 2005 Pembangunan gorong-gorong dan talud dusun 1 APBN

14 2006 Pembangunan jalan telford dusun 1 dan 2 APBN

15 2006 Pembangunan gedung SMA swasta Pihak ke tiga

16 2007 Pembangunan jalan telford dusun V APBN

17 2007 Pembangunan jalan telford dusun I,II dan III APBN

18 2007 Pembangunan jalan telford dusun III APBN

19 2008 Rehabilitasi masjid nurul iman dusun 1 Swadaya

20 2008 Rehabilitasi musolah nurul falah Swadaya

21 2008 Pembangunan jalan telford dusun IV APBN

22 2009 Rehabilitasi musolah Al huda dusun III Swadaya

23 2009 Rehabilitasi musolah dusun II Swadaya

24 2009 Pembangunan jalan telford dusun IV APBN

25 2010 Rehabilitasi kantor kepala desa ADK

26 2010 Pembangunan jalan telford dusun VI APBN

(31)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pembangunan infrastruktur jalan

yang ada di Desa Fajar Bulan pernah beberapa kali dilakukan hanya saja

mengingat luas wilayah Desa Fajar bulan yang mencapai 1692,5 Ha dengan total

panjang jalan yang mencapai 17800 Meter, dari total panjang jalan tersebut 9100

dantaranya masih sebatas jalan tanah biasa sehingga walaupun telah dilakukan

beberapa kali proses pembangunan jalan namun hal ini masih dirasa kurang.

Pernyataan masih minimnya kondisi sarana dan prasarana jalan yang ada di Desa

fajar bulan juga diungkapkan oleh Suganda selaku kaur pembangunan Desa Fajar

Bulan:

“Dari total keseluruhan panjang jalan yang ada di 6 dusun yakni 17800 meter, 9100 meter diantaranya masih sebatas jalan tanah yang kondisinya masih sangat minim, jalan tersebut diantaranya terdapat di Dusun Bangun Sari. padahal jalan yang ada di dusun tersebut sering digunakan masyarakat sebagai akses untuk mengeluarkan hasil pertanian berupa tanaman holtikultura, palawija, dan hasil perkebunan untuk selanjutnya diangkut keluar desa untuk kemudian di pasarkan ataupun diolah di pabrik-pabrik pengolahan. Selain digunakan sebagai akses untuk mengangkut hasil pertanian, jalan ini juga digunakan sebagai akses masyarakat untuk menjangkau pusat-pusat pelayanan sosial dan sarana pendidikan”.(hasil wawancara 4 Juni 2014)

Melihat masih minimnya infrastruktur jalan yang ada di Desa Fajar Bulan,

Tepatnya di dusun bangun sari membuat keberadaanya sudah sangat mendesak

untuk dilakukannya pembangunan infrastruktur ini, karena infrastruktur seperti

halnya jalan pedasaan yang baik merupakan kebutuhan pokok bagi setiap

masyarakat yang mana keberadaanya harus disediakan oleh pemerintah. sarana

jalan di wilayah pedesaan dapat menjadi kunci dari pertumbuhan ekonomi

masyarakat desa karena dengan adanya sarana jalan yang baik hal ini merupakan

(32)

pusat-pusat produksi dan tempat-tempat distribusi atau pemasaran barang dan jasa

yang pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan perekonomian masyarakat.

Sebagai langkah untuk menyelesaikan permasalahan di atas terkait minimnya

infrastruktur jalan yang ada di Desa Fajar Bulan tersebut maka Desa Fajar Bulan

melalui program PPIP telah melaksanakan pembangunan infrastruktur berupa

jalan desa yang berlokasi di Dusun Bangun Sari dengan spesifikasi panjang jalan

mencapai 1446 Meter dan lebar 2,5 Meter dengan total penerima manfaat dari

infrastruktur ini mencapai 634 jiwa yang mana 176 diantaranya adalah dari

golongan KK miskin. Jalan yang dibangun di Dusun Bangun sari ini adalah jenis

jalan telford, yaitu jalan yang mana konstruksinya terdiri dari batu pecah

berukuran besar yang disusun menghadap ke atas atau berdiri dengan batu pecah

yang lebih kecil mengisi rongga bagian atasnya kemudian dipadatkan dengan

mesin gilas untuk selanjutnya ditaburi dengan pasir. Jalan ini dipilih karena

konstruksinya yang cukup kuat terutama sebagai pondasi jalan karena materialnya

terdiri dari campuran batu-batu besar dan batu kecil yang disusun dengan tangan

satu per satu..

Berdasarkan pemaparan di atas, untuk itu penulis merasa tertarik untuk

(33)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah :

1. Bagaimanakah implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan

oleh aparatur desa dan masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat

miskin di Desa Fajar Bulan tahun 2012 ?

2. Bagaimana dampak program PPIP terhadap akses pelayanan infrastruktur

dasar bagi masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan?

3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi program

pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat

untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun

2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat

dalam meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun

2012.

(34)

3. Untuk menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan

masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar

Bulan tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan praktis

dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penelitian bagi studi

Administrasi Negara, khususnya mengenai implementasi kebijakan.

2. Secara praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan

bagi aparatur desa dan masyarakat dalam melaksanakan program

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan

pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya ini

diangkat oleh Arif Wahyu Kristianto, mahasiswa Institute Teknologi Sepuluh

November dimana Arif mengangkat tesis yang berjudul “Peningkatan Partisipasi

Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Pelaksanaan

Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo

Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik tahun 2008)”. Penelitian yang dilakukan Arif mengemukakan masalah yang berkaitan dengan kapasitas masyarakat dalam

berpartisipasi pada pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan.

Penelitian kedua yang diangkat oleh Benjamin, salah satu staf pengajar jurusan

Sosiologi Fisip Universitas Lampung. Judul penelitian Benjamin yang diangkat

dalam bentuk jurnal ini yaitu “Revitalisasi Pembangunan Desa Melalui Program

Rural Infrastruktur Support Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(RIS PNPM)”. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung Kabupaten

Pesawaran Kecamatan Kedondong tepatnya di Kota Jawa pada tahun 2009.

dalam penelitiannya Benjamin mengemukakan tentang penerapan prinsip-prinsip

(36)

seberapa besar kapasitas masyarakat dalam berpartisipasi, penerapan transparansi

dan akuntabilitas penggunaan anggaran oleh OMS. selain itu penelitian ini juga

menyoroti masalah keberlanjutan proyek yang dilaksanakan oleh kelompok

penerima manfaat (KPP) dalam program (RIS PNPM).

Berikut ini merupakan gambaran pelaksanaan program dari kedua penelitian di

[image:36.595.117.519.304.758.2]

atas.

Tabel 2. Gambaran Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan di Beberapa Wilayah

No Judul Indikator Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur

jalan (studi kasus pelaksanaan program pembangunan infrastruktur

pedesaan (PPIP) di desa campurejo kecamatan panceng kabupaten gersik)

Revitalisasi pembangunan desa melalui program rural

infrastruktur support program nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri

(RIS PNPM)

1 Indikator Prakarsa (penggalian gagasan dalam mengidentifikasi masalah )

Tingkatan partisipasi

masyarakat pada parameter

prakarsa menunjukan

pemasangan paving jalan desa pada program PPIP PNPM

Mandiri masih sangat

dominan pemerintah. melihat hal ini pemerintah berusaha

meningkatkan peran

masyarakat untuk ikut dalam kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah kurang terkuasainya metode dan teknik partisipasi oleh masyarakat, sehingga masyarakat perlu diberikan pelatihan secara lebih sering dalam kegiatan yang sejenis. Selain itu dalam hal ini

pemerintah masih

menganggap masyarakat

sebagai obyek pembangunan,

bukan sebagai pelaku

pembangunan sepenuhnya.

Refleksi dinamika

masyarakat masih

menunjukan sikap pasrah terhadap keadaan. Seperti yang diungkapkan dalam mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang ada

dilapangan, yaitu

memfokuskan pada

perbaikan infrastruktur

desa. Salah satu

permasalahan mendasar

yakni di bidang

pengerjaan fisik dengan

menggunakan pola

pengembangan yang

menggunakan teknologi

sederhana. Sebagian besar jumlah penduduk desa,

yaitu dengan tingkat

pendidikan formal yang masih rendah atau tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Hal ini berakibat pada kemampuan dalam menyerap informasi dan

mengadopsi teknologi

(37)

Rendahnya tingkat

pendidikan ini juga

mengakibatkan rendahnya

kemampuan masyarakat

desa dalam berpartisipasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Sementara itu partsipasi dalam proses pengelolaan

proyek relatif tidak

mendapat perhatian.

Karena itu beberapa

keputusan masih

didominasi dan

dipengaruhi oleh elit desa.

Termasuk partisipasi

kaum perempuan masih

sangat terbatas pada

kegiatan rapat rapat.

2 Indikator pengelolaan keuangan pembiayaan

Tingkatan partisipasi

masyarakat pada parameter

pembiayaan menunjukkan

masyarakat Desa Campurejo

mayoritas berpenghasilan

rendah, sehingga hal ini

menyebabkan kurangnya

partisipasi masyarakat. Akan tetapi terdapat sumbangan

dari masyarakat yang

digunakan untuk biaya

pemeliharaan walaupun

nilainya tidak cukup

signifikan. Permasalahan yang berhasil diindentifikasi bahwa

masyarakat masih

mengharapkan insentif dari

tenaga yang di

sumbangkannya. Hal ini

terjadi memang karena faktor ekonomi yang masih menjadi akar permasalahan. Faktor

masyarakat yang masih

sebagai obyek pembangunan juga menjadi penyebabnya kurangnya antusiasme warga

untuk partisipasi dalam

pembiayaan.

Umumnya masyarakat

puas dengan hasil dan fungsi infrastruktur yang dibangun namun, sebagian besar merasa kurang puas dalam hal transparansi penetapan anggaran biaya dan mekanisme pencairan dana. Ukuran partisipasi

masih sebatas pada

kesediaan masyarakat

berkontribusi dalam

pebangunan infrastruktur

dan bukan pada

sumbangan dalam bentuk

dana yang digunakan

dalam pembangunan

infrastruktur.

Sementara dalam hal

penyaluran keuangan

umunya telah dilakukan langsung kepada OMS. Hal ini berdampak positif

dalam membangun

kepercayaan OMS, namun pengaruh elit desa dalam pengelolaan keuangan di

tingkat OMS masih

(38)

3. Indikator pengambilan keputusan

Tingkatan partisipasi

masyarakat pada parameter

pengambilan keputusan

menunjukkan masyarakat

sudah mulai ikut serta. Hal ini diindikasikan dengan adanya

beberapa keputusan yang

sudah bisa diambil oleh

masyarakat. Sebagai contoh mengenai bangunan apa yang akan dibuat serta lokasi mana

yang akan dipilih untuk

pembangunan infrastuktur

yang dipilih tersebut.

Permasalahan yang muncul

dalam hal pengambilan

keputusan adalah bahwa

masyarakat memang tidak mempunyai kapasitas yang

memadai untuk terlibat

produktif dalam pengambilan

keputusan. Hal ini

diindikasikan karena tidak

adanya instrumen hukum

yang mengatur secara

eksplisit bagaimana, dimana dan siapa yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan publik.

Tingkat pengambilan

keputusan oleh

masyarakat dalam hal

menentukan program

pembangunan yang akan

dilaksanakan seringkali

dilakukan tanpa

memberikan pilihan dan

kesempatan kepada

masyarakat untuk

memberikan masukan dan

menetukan hidupnya

sendiri. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa

masyarakat tidak

mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi

dan merumuskan

persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya.

4 Indikator kemampuan memobilisasi tenaga

Tingkatan partisipasi

masyarakat pada mobilisasi

tenaga menunjukkan

masyarakat sudah berperan dengan baik. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah kurangnya kapasitas masyarakat untuk ikut secara

aktif dalam kegiatan

mobilisasi tenaga, serta

pemerintah masih belum

sepenuhnya bisa

menempatkan masyarakat

sebagai subyek

pembangunan sejajar dengan pemerintah.

Tingkat partisipasi

masyarakat pada

mobilisasi tenaga

khususnya dalam kegiatan survey kampung sendiri

yang bertujuan untuk

mengidentifikasi masalah

menunjukan masyarakat

belum sepenuhnya ikut berpartisipasi. hal ini lebih

disebabkan masyarakat

desa yang tingkat

pendidikannya rendah atau

bahkan tidak

menyelesaikan pendidikan dasar sering diangap tidak memiliki kompetensi atau

kemampuan untuk

mengidentifikasi dan

merumuskan persoalan

yang sedang terjadi.

Untuk aspek keberlanjutan

proyek, dimasyarakat

telah dibentuk kelompok

(39)

peemelihara (KPP) namun

keberadaan kelompok

tersebut tidak fungsional.

5 Indikator pelaksanaan pembangunan

Tingkatan partisipasi

masyarakat pada pelaksanaan pembangunan tidak terlalu buruk untuk Desa Campurejo. Permasalahan yang terjadi

sama dengan mobilisasi

tenaga, dimana masyarakat kurang mempunyai kapasitas

untuk ikut serta secara

produktif. Selain itu

mengenai masalah posisi

masyarakat yang belum

sepenuhnya ditempatkan

sebagai subyek pembangunan secara penuh oleh pemerintah.

Untuk tingkat partisipasi masyarakat pada tahap

pelaksanaan konstruksi

yang dikerjakan dengan cara kontraktual didapati bahwasannya respon dan

tingkat partsipasi

masyarakat sudah cukup

baik. Partisipasi

masyarakat dalam hal ini

terlihat lebih besar

dibanding pada tahap

pengelolaan proyek hal ini

dilihat dari kepuasaan

masyarakat atas

infrastruktur yang

terbangun sedangkan pada tahap pengelolaan proyek

masyarakat cenderung

kurang merasa puas dalam hal transparansi penetapan anggaran dan mekanisme pencairan dana.

Sumber:diolah penulis tahun 2014

B. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik

Menurut Friedrich dalam Agustino (2008:7) mendefinisikan kebijkan publik

sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok,

atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat

hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan

(kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam

mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Pendapat-pendapat di atas kemudian diperkuat oleh Anderson dalam Winarno

(40)

yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu

masalah atau suatu persoalan. Menurut Hogwood dan Gunn dalam Suharto

(2008:4) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan

pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Sedangkan menurut

Pasolong (2010:39) kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, kebijakan publik harus

berorientasi pada kepentingan publik dan merupakan tindakan pemilihan alternatif

yang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan karena didasarkan oleh kepentingan

publik itu sendiri.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang kebijakan publik, maka dapat

disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah yang berguna untuk

mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan yang didasarkan pada kepentingan

publik.

2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik

Menurut Wahab (2004:6), kebijakan publik memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Kebijaksanaan lebih merupakan tindakan yang mempengaruhi pada tujuan

dari pada sebagai prilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.

b. Kebijaksanaan pada hakikatnya terdiri atas tindakan yang saling berkait dan

berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh

pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang berdiri

(41)

c. Kebijaksanaan berangkat bersangkut paut dengan dengan apa yang

senyatanya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang-bidang tertentu.

d. Kebijaksanaan publik mungkin berbentuk positif dan negatif.

3. Unsur Unsur Kebijakan Publik

Sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sistem atau elemen, komposisi dari

kebijakan dapat dilihat dari dua perspektif yakni dari proses kebijakan dan dari

struktur kebijakan. Dari sisi proses kebijakan, terdapat tahap-tahap sebagai

berikut: identifikasi masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, pelaksanaan, dan

evaluasi kebijakan. Dilihat dari segi struktur terdapat lima unsur kebijakan

menurut Abidin (2012: 28).

a. Tujuan kebijakan.

Kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan tidak

perlu ada kebijakan. Maka dari itu tujuan menjadi unsur utama dari suatu

kebijakan. Tetapi tidak demikian semua kebijkan mempunyai uraian yang

sama tentang tujuan kebijakan itu. Perbedaan terletak tidak sekedar pada

jangka waktu mencapai tujuan dimaksud, tetapi juga ada posisi, gambaran,

orientasi dan dukungannya. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik.

Tujuan yang baik sekurang-kurangnya memenuhi empat kriteria: diinginkan

untuk dicapai, rasional atau realisti, jelas, dan berorientasi ke depan.

b. Masalah.

Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kesalahan

dalam menentukan masalah secara tepat dapat menimbulkan kegagalan total

dalam seluruh proses kebijakan. Tak ada artinya suatu cara atau metode yang

(42)

bagi masalah yang tidak benar. Melalui cara lain dapat dikatakan, jika suatu

masalah telah dapat diidentifikasi secara tepat, berarti sebagian pekerjaan dapat

dianggap sudah dikuasai.

c. Tuntutan.

Sudah diketahui partisipasi merupakan indikasi dari masyarakat maju

partisipasi itu berbentuk dukungan, tuntutan dan tantangan atau kritik seperti

halnya partisipasi pada umumnya, tuntutan dapat bersifat moderat atau radikal.

Tergantung pada urgensi dari tuntutan tersebut.

d. Dampak atauoutcomes

Dampak merupakan tujuan lanjutan yang timbul sebagai pengaruh dari

tercapainya suatu tujuan.

e. Sarana atau alat kebijakan (policy instruments).

Suatu kebijakan dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang dimaksud.

Beberapa dari sarana ini adalah kekuasaan, insentif pengembangan

kemampuan, simbolis, dan perubahan kebijakan itu sendiri.

4. Tahapan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena

melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,

beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik

membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap.

Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn dalam Winarno (2012: 35) adalah

(43)

a. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk

dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Setelah itu Pada akhirnya beberapa

masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini

suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang

lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena

alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan

perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam

tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif berasaing untuk dapat

dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c. Tahap adopsi kebijakan

Alternatif kebijakan yang banyak ditawarkan oleh para perumus kebijakan

tadi, Akhirnya dari sekian banyaknya salah satu dari alternatif kebijakan

tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara

direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika

(44)

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah

harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administratif

maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah

diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan

sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai

kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan

mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin

akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap evaluasi kebijakan

Tahap evaluasi kebijakan merupakan tahap dimana kebijakan yang telah

dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan

yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan yaitu guna memecahkan

permmasalahan yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan

ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah

kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Berdasarkan pemaparan di atas telah dijelaskan bahwasanya tahap-tahap

kebijakan merupakan bagian dari alur proses terbentuknya suatu kebijakan,

tahapan-tahapan ini merupakan bagian yang saling berkaitan antar satu dan yang

lainnya. Proses terbentuknya suatu kebijakan dimulai dari penyusunan agenda

dimana para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik, selanjutnya masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan

kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah yang telah masuk ke

agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan ditahap

(45)

kemudian dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para

perumus kebijakan dipilih satu alternatif kebijakan tersebut untuk diadopsi dan

selanjutnya alternatif kebijakan yang telah diambil untuk dilaksanakan oleh

unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

Setelah dilaksanakan selanjutnya kebijakan yang tersebut akan dinilai atau

dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat meraih dampak yang

diinginkan yakni dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.

5. Dampak Kebijakan Publik (Policy Impact)

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 110) policy outcome atau dampak

kebijakan merupakan suatu indikator untuk menilai hasil implementasi suatu

kebijakan. Hasil atau dampak suatu kebijakan pada dasarnya berkaitan dengan

perubahan kondisi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran suatu kebijakan

atau program, yaitu dari kondisi awal yang tidak dikehendaki (kemiskinan,

kondisi kesehatan keluarga miskin memenuhi kebutuhan pokok dan sebagainya)

menuju ke kondisi baru yang lebih dikehendaki (lebih sejahtera, derajat kesehatan

keluarga miskin yang lebih baik, kemampuan keluarga miskin memenuhi

kebutuhan pokok yang lebih baik). Hasil kebijakan ini jika dirunut merupakan

konsekuensi lanjutan atas keluaran kebijakan yang diterima kelompok sasaran.

Berbagai perubahan yang muncul sebagai konsekuensi implementasi suatu

kebijakan atau program tersebut perlu diukur untuk dapat diketahui sejauh mana

(46)

Manfaat lain mengetahui dampak kebijakan adalah:

1. Untuk menguji implementasi suatu pilot project apakah dapat dikembangkan

menjadi suatu program.

2. Untuk menguji suatu design suatu program yang paling efektif sehingga

ditemukan suatu cara untuk mengintegrasikan berbagai program.

3. Untuk menguji apakah modifikasi suatu program membuahkan hasil atau

tidak.

4. Untuk mengambil keputusan terhadap keberlangsungan suatu program.

Dampak yang terjadi tentu sangat tergantung dengan kebijakan maupun

programnya. Dalam realita dilapangan, merumuskan indikator dampak tidak

mudah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh setidaknya dua hal: (I) luasnya cakupan

kebijakan, (II) tujuan kebijakan yang seringkali tidak spesifik.

C. Tinjauan Mengenai Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses melaksanakan keputusan

kebijakan biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,

keputusan peradilan,perintah eksekutif, atau dekrit presiden, (Wahab, 2004: 64).

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2008:139), implementasi

kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu

atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan. Selain itu Grindel dalam Winarno (2012:149) mendefinisikan

implementasi bahwa secara umum implementasi adalah membentuk suatu kaitan

(47)

dari suatu kegiatan pemerintah. Sementara itu Ripley dan Franklin dalam Winarno

(2012: 148) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah

undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan,

keuntungan atau suatu jenis keluaran yang nyata.

Berdasarkan tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

menyangkut tiga hal, yaitu: (a) Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. (b) Adanya

aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan dan (c) Adanya hasil kegiatan.

Berdasarkan sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan, dijelaskan

tentang bahwasannya ada dua pendekatan guna memahami impelmentasi

kebijakan, yakni: pendekatan top down dan dan bottom up. Menurut Lester dan

Stewart istilah itu dinamakan istilah dengan the command and control approach

(pendekatan kontrol dan komando, yang mirip dengan top down aproach) danthe

market approach (pendekatan pasar, yang mirip dengan bottom up approach).

Masing-masing pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam

membentuk ketertarikan antara kebijakan dan hasilnya (Agustino, 2008: 140).

Menurut pendekatan bottom up yang dipelopori oleh Elmore, dkk. dalam

Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 43) menyebutkan bahwa pendekatanbottom up

menekankan pada dua aspek penting dalam impelementasi suatu kebijakan yaitu

birokrat pada level bawah dan kelompok sasaran kebijakan, argumen yang

menjadi dasar tentang pentingnya memperhatikan peran birokrat pada level bawah

sangat terkait dengan posisinya dalam dalam melakukan kegiatan merealisasikan

(48)

menyampaikan keluaran kebijakan tersebut kepada kelompok sasaran (apabila

keluaran kebijakan tersebut berupa hibah, bantuan, subsidi dan lain-lain).

Pendekatan lainnya yaitu top down dapat disebut sebagai pendekatan yang

mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan, walaupun

dikemudian hari diantara pengikut pendekatan ini terdapat perbedaan-perbedaan,

sehingga menelurkan pendekatan bottom up, namun pada dasarnya, mereka

bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang sama dalam mengembangkan kerangka

analisis tentang studi implementasi. pendekatan top down menjelaskan,

implementasi kebijakan dilakukan dengan tersentralisir dan dimulai dari aktor

tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik-tolak dari perspektif bahwa

keputusan-keputusan politik (kebijakan) oleh pembuat kebijakan harus

dilaksanakan oleh administratur-adminiastratur atau birokrat-birokrat pada level

bawahnya. Jadi inti pendekatan top down adalah sejauh mana tindakan para

pelaksana (administratur dan birokrat) sesuai dengan prosedur serta tujuan yang

digariskan oleh para pembuat kebijakan ditingkat pusat.

Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-masalah pencapaian

tujuan formal kebijakan yang telah ditentukan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh

karena street level bereaucrats tidak dilibatkan dalam formulasi kebijakan.

Berangkat pada perspektif tersebut maka timbullah pertanyaan-pertanyaan,

sebagai berikut:

a) Sampai sejauhmana tindakan-tindakan pejabat pelaksana konsisten dengan

keputusan kebijakan tersebut?

(49)

c) Faktor-faktor apa yang secara prinsipil mempengaruhi output dan dampak

kebijakan?

d) Bagaimana kebijakan tersebut diformulasikan kembali sesuai pengalaman

lapangan?

Empat pertanyaan tersebut mengarah pada inti sejauh mana tindakan para

pelaksana sesuai dengan prosedur dan tuiuan kebijakan yang telah digariskan para

pembuat kebijakan di level pusat. Fokus tersebut membawa konsekuensi pada

perhatian terhadap aspek otganisasi atau birokrasi sebagai ukuran efisiensi dan

efektivitas pelaksanaan kebijakan. (Agustino, 2008: 141) Jadi berdasarkan

pengertian-pengertian di atas, bahwa implementasi kebijakan merupakan

pelaksanaan suatu kebijakan yang berumber dari para aktor pembuat kebijakan di

tingkat pusat oleh pejabat-pejabat pada level bawah dengan dengan prosedur dan

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya oleh para aktor pembuat kebijakan di

tingkat pusat. Pelaksanaan isi kebijakan ini dapat berupa undang-undang,

peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit

presiden.

1. Model Implementasi Kebijakan Publik

Model implementasi kebijakan publik berisi variabel-variabel dan faktor yang

mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan dari keseluruhan proses implementasi

kebijakan publik. Berikut ini model implementasi kebijakan publik yang

(50)

a. Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Menurut Donald Van Metter dan Carl Van Horn dalam Agustino (2008: 141)

model pendekatan top down yang dirumuskan oleh keduanya disebut dengan

Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah

abstraksi atau performasi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara

sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang

tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini

mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari

keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik. Ada

enam variabel, yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan.

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika

dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan

sosio kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuan

kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk

dilaksanakan di level warga maka agak sulit memang mererlisasikan

kebijakan publik hingga, titik yang dapat dikatakan berhasil.

b. Sumber daya.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan

sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses

implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi

(51)

pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara

politik. tapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu

nihil maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.

Tetapi di luar sumber daya manusia, sumber daya-sumber daya Iain yang

perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya finansial dan sumber daya

waktu. Karena, mau tidak mau ketika sumber daya manusia yang kompeten

dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak

tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa

yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya

dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat bekerja dan

kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu

yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebab ketidak

berhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan pernyataan tersebut,

Sehingganya sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh Van Meter dan

Van Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.

c. Karakteristik agen pelaksana.

Pusat pethatian pada agen pelaksanaan meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.

Hal ini sangat penting karena kineria implementasi kebijakan (publik) akan

sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para

agen pelaksananya. Misalnya implementasi kebijakan publik yang berusaha

untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia secara radikal, maka agen

pelaksana proyek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan

(52)

merubah perilaku dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang

diturunkan, tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama.

Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga

diperhitungkan manakala hendak menentukaa agen pelaksana. Semakin luas

cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen

yang dilibatkan.

d. Sikap atau kecenderungan(disposition)para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan

publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang

dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul

persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang

implementor pelaksanaan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat

mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan

tidak mampu menyentuh) kebutuhan, atau permasalahan yang warga ingin

selesaikan.

e. Komunikasi antaroganisasi dan aktivitas pelaksana.

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik koord

Gambar

Tabel 1. Pembangunan Infrastruktur di Desa Fajar Bulan
Tabel 2. Gambaran Pelaksanaan Program Pembangunan InfrastrukturPedesaan di Beberapa Wilayah
Gambar 1. Model Kerangka Pikir
Tabel 3. Informan terkait pelaksanaan program PPIP di Desa Fajar Bulan tahun
+6

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat Terhadap Program PNPM Mandiri di Pedesaan (Lokasi Penelitian di Desa Sidey Kecamatan Sidey Kabupaten Manokwari Papua Barat).. Imam

Menurut saya karna melihat kelulusan anak-anak di desa suka damai ini telah mengalami peningkatan secara langsung atau tidak langsung tentunya diakibatkan pengaruh dari PNPM

Dalam penelitian ini nantinya akan ditemukan proses implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) bidang simpan pinjam bagi

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Bidang Infrastruktur

Tahap pembuatan dokumen perencanaan program merupakan tahap ketiga yang dilakukan oleh para pelaku PNPM Mandiri Pedesaan dan aparat pemerintahan desa serta LPM bersama

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng

IMAM AL FAQIH, 2015, Implementasi Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri) Di Desa Sapeken, Kecamatan

(2) Faktor pendukung partisipasi masyarakat desa terhadap program PNPM Mandiri di Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri adalah keberadaan organisasi