PROGRAM (PPIP PNPM MANDIRI) BY THE APPARATUS AND SOCIETY FOR IMPROVING PUBLIC POOR ACCESS SOCIETY
(Study in Desa Fajar Bulan, Gunung Sugih, Lampung Tengah 2012)
by
JODI PRAYUDA
PPIP is a community-based programs under of PNPM Mandiri. Community empowerment is done so that the results of the implementation development can be tailored to needs that have been identified in a participatory manner. PPIP strive to create and improve the quality of people's lives, both individually and in groups through participation in solving the existing problems related to poverty and underdevelopment of the village as an effort to improve the quality of life, independence and well-being of society.
This study aimed to obtain a description and analyzed on the implementation of the PPIP PNPM Mandiri program by society officials and the people in Desa Fajar Bulan, Gunung Sugih, Lampung Tengah in 2012 the terms of tasks and clear goals that accurately reflect the intent of the policy, management plans that allocate tasks and performance standards of implementing organizations, implementing organizational performance measurement assessed with the goal to be achieved, the control and management system of social sanctions to keep subordinates in order to remain accountable and impact of the program on access to basic infrastructure services for the poor and the constraints by encountered during the implementation process.
validity of the data is done by triangulation.
Based on the research, results that the PPIP program implementation in Desa Fajar Bulan in 2012 has not been implemented effectively. This is because in practice there are problems such as the management plan implemented through village meetings have not been good enough, society is not yet fully participate actively participate in village meetings were held. In addition, control management system for physical control of infrastructure is not good enough, it is because intensity insufficient monitoring conducted maximal.
Researchers recommend a few things in the PPIP program implementation of Desa Fajar Bulan, namely : The CSO together with the community facilitators should provide more public education about the PPIP program that will be implemented. In addition, the need to increase the number of facilitators, especially in the field of community development facilitators in order to maximize their performance in empowering communities of PPIP program implementation.
IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP PNPM MANDIRI) OLEH APARATUR DESA DAN
MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN AKSES MASYARAKAT MISKIN
(Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)
Oleh
JODI PRAYUDA
PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan masyarakat di bawah payung Program PNPM Mandiri. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan agar hasil pelaksanaan pembangunan dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah diidentifikasikan secara partisipatif. PPIP berupaya menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok melalui partisipasi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ada terkait kemiskinan dan ketertinggalan desanya sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
yang dapat diamati. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan untuk mencapai keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa implementasi program PPIP di Desa Fajar bulan tahun 2012 belum terlaksana secara efektif. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah diantaranya pada manajemen rencana yang dilaksanakan melalui musyawarah desa belum cukup baik, mayarakat belum sepenuhnya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan musyawarah desa yang dilaksanakan. Selain itu sistem manajemen kontrol untuk pengawasan fisik infrastruktur belum cukup baik, hal ini dikarenkan intensitas monitoring yang dilakukan belum cukup maksimal.
Peneliti merekomendasikan beberapa hal dalam implementasi program PPIP di Desa Fajar Bulan, yakni: Pihak OMS bersama fasilitator masyarakat sebaiknya lebih banyak memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai program PPIP yang akan dilaksanakan. Selain itu, perlunya dilakukan penambahan jumlah fasilitator pendamping, khususnya fasilitator di bidang pemberdayaan masyarakat agar dapat memaksimalkan kinerja mereka dalam memberdayakan masyarakat saat pelaksanaan program PPIP.
MASYARAKAT MISKIN
(Studi Pada Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012)
Oleh JODI PRAYUDA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
1. Model Kerangka Pikir... 67
2. Struktur OMS Desa Fajar Bulan ... 97
3. Kenggotaan KPP program PPIP Desa Fajar Bulan... 122
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu... 13
B. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik ... 17
1. Pengertian Kebijakan Publik ... 17
2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik... 18
3. Unsur-Unsur Kebijakan Publik ... 19
4. Tahapan Kebijakan Publik... 20
5. Dampak Kebijakan Publik (Policy Impact)... 23
C. Tinjauan Mengenai Implementasi Kebijakan Publik ... 24
1. Model Implementasi Kebijakan Publik ... 27
a. Donald Vann Mentter dan Carl Van Horn... 28
b. Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier... 31
c. Merilee S. Grindle ... 35
d. George Edward III ... 38
e. Richard Elmore... 40
D. Tinjaun Mengenai Pembangunan ... 45
a. Pengertian Pembangunan ... 45
b. Tujuan Pembangunan ... 46
PNPM Mandiri ... 51
1. Pengertian Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51
2. Tujuan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51
3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 51
4. Pendekatan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri... 52
5. Organisasi dan Pembagian Peran Dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM Mandiri ... 54
6. Fasilitator Masyarakat ... 55
F. Tinjauan Mengenai Masyarakat Miskin ... 57
1. Definisi Masyarakat... 57
2. Ciri-Ciri Masyarakat... 57
3. Definisi Kemiskinan ... 58
4. Ciri-Ciri Masyarakat Miskin ... 60
5. Pemberdayaan Masyarakat Miskin... 61
G. Kerangka Pikir... 64
III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 68
B. Fokus Penelitian ... 69
C. Lokasi Penelitian... 70
D. Jenis dan Sumber Data ... 71
E. Instrumen Penelitian... 74
F. Teknik Analisis Data... 76
1. Sejarah Terbentuknya Desa Fajar Bulan... 79
2. Kebijakan Umum Desa ... 79
3. Program Pembangunan Sarana dan Prasaran Desa Fajar Bulan ... 80
4. Strategi Pembangunan Desa Fajar Bulan ... 81
5. Kondisi Geografis Desa Fajar Bulan... 81
6. Sejarah Pembangunan Yang Pernah Dilakukan di Desa Fajar Bulan. 82 7. Sarana dan Prasarana Yang Ada di Desa Fajar Bulan ... 82
B. Gambaran Umum Program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 83
1. Jenis Infrastruktur... 83
2. Lokasi Kegiatan ... 83
3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ... 83
4. Sasaran dari Pembangunan Infrastruktur ... 83
5. Jumlah Pemanfaat ... 84
C. Organisasi Masyarakat Pelaksana Program PPIP di Desa Fajar Bulan .... 84
1. Tugas Organisasi Pelaksana... 85
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 87
1. Implementasi Program PPIP PNPM Mandiri Oleh Aparatur Desa dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin di Desa Fajar Bulan Tahun 2012... 87
a. Tugas dan Tujuan Yang Jelas Yang Secara Akurat Merefleksikan Maksud dari Suatu Kebijakan... 88
b. Manajemen Rencana Yang Mengalokasikan Tugas dan Standard Kinerja ke Organisasi Pelaksana ... 95
1. Musyawarah Desa I... 96
a. Organisasi Masyarakat Setempat ... 97
b. Tim Persiapan... 99
c. Tim Pelaksana ... 100
Fajar Bulan ... 104
b. Merumuskan Usulan Prioritas Desa... 109
c. Perumusan Rencana Kegiatan Masyarakat ... 112
d. Rencana Anggaran dan Biaya ... 116
e. Rencana Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ... 119
f. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara ... 121
1. Rencana Pendanaan dan Operasi Pemeliharaan... 123
2. Rencana Operasi Pemeliharaan... 123
g. Tim Pengadaan Barang dan Jasa... 124
3. Musyawarah Desa III ... 125
c. Pengukuran Kinerja Organisasi Pelaksana Yang di Nilai Dengan Tujuan Yang Ingin Dicapai ... 127
1. Waktu pelaksanaan program PPIP ... 128
2. Pelaksanaan Penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 250.000.000 per Desa Telah Dilaksanakan di Masing-Masing Desa Sasaran ... 131
3. Penggunaan anggaran biaya ... 133
4. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan telford, gorong-gorong dan talud ... 142
5. Kualitas Infrastruktur Yang Telah Terbangun dan Fungsi Pengaturan Operasional serta Pemeliharaan ... 147
d. Sistem Manajemen Kontrol dan Sanksi Sosial Untuk Menjaga Bawahan Agar Tetap Akuntabel ... 153
2. Dampak Program PPIP Terhadap Akses Pelayanan Infrastruktur Dasar Bagi Masyarakat Miskin di Desa Fajar Bulan ... 158
B. Saran... 167
1. Pembangunan Infrastruktur di Desa Fajar Bulan ... 8
2. Gambaran pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan di beberapa wilayah ... 14
3. Informan terkait pelaksanaan program PPIP di Desa Fajar Bulan tahun 2012 ... 72
4. Dokumen terkait penelitian program pembangunan infrastruktur pedesaan Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012 ... 73
5. Kondisi Geografis Desa Fajar Bulan ... 81
6. Sejarah Pembangunan di Desa Fajar Bulan... 82
7. Sarana dan prasarana Desa ... 82
8. Daftar penerima manfaat program ppip di Desa Fajar Bulan... 84
9. Struktur Organisasi Masyarakat Desa Fajar Bulan... 85
10. Tenaga teknis pembantu pogram PPIP Desa Fajar Bulan ... 85
11. Tim persiapan dalam program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 100
12. Tim pelaksana program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 101
13. Kader Desa program PPIP di Desa Fajar Bulan ... 102
14. Prioritas permasalahan yang terdapat di desa Fajar Bulan ... 105
15. Analisis Usulan Prioritas Desa ... 110
16. Tim organisasi pelaksana kegiatan (OMS)... 113
17. Tim fasilitator masyarakat ... 114
18. Jumlah Pemanfaat Infrastruktur... 114
19. Rencana anggaran biaya (RAB) program PPIP Desa Fajar Bulan tahun 2012... 116
20. Jadawal rencana pelaksanaan program PPIP tahun 2012 ... 120
21. Jadawal pelaksanaan program PPIP tahun 2012 ... 129
22. Penggunaan anggaran biaya tahap I ... 134
23. Penggunaan anggaran biaya tahap II ... 136
24. Penggunaan anggaran biaya tahap III... 138
1,. I : 1..
.,i.,.:, ...
LTIflXIIVSIDNSI{
]I r' ii, '.r.1 .
li'il
ffi
z zr8oo,z90/0986I dIN
lrr[
"Ll'lrs
ErESaiJ lsE$slululpv
ntull
uEsnrnr Erqau'z
I 1l ' r ':
':'
llr.d.'LI
'. l
l
,l
..1., : .r, '. i,,r, rl i, :: , , I Srqqu4quradtEtuoll
'I
'ir i
INfffiXTJ[IIflId
{HIgJ'nwu,
Epleros
ntrlu
erEs?ttr.rsu**eiur
ntql
960rtogIor
rpntrr
.glofi
:.
',,,,,
,'::
: ' , r,'
'lrI.OZqnIIP.I,
',
,1,'
{6uo;
frndqlryl
u*;dnqsll
rySnS:. , ,
,flunung
E?tetu"esry,irplllg
rathil
us?{I
ppEdrpnts|
uursuu,ti{ll{vrsvN
s,flsl[g
,
tls:lieYlltlHnllilI{
uIuhln J.Vlff
.
v.silo
u
lrff''Io
(nrr(INYr{
rrtaui
dlrd)
LIYs*Itlgd
lN{uuours!ilf,'fl
NIrrrNft
[rrygl{rgdlcvueolliI.I$yrNflr{ilI,4r{I
s4lrulPJ
ir,
'..',:,: ,
,UPSH.lflf,E1vrslspr.trEl^l {o}|od Jol.uolJ
Emsls€I.lpl4l PruPlI
tusfe,,ftued lsnqtueur
,I0Z
requeseq,I
'Eundurel reprreg'ru
FEqt
uunmErel rp nrylreq Etred eurouuu8uep runsos e.(uurq rs{rres sues '1ul sqnl
e&q
lr?p gelore&p qu1e1ftre,{releE trepqecued udruoq Ttuepe:p r$Irrcs srmJeueru BrposJaq e.(es e4eru
]q
ueele{uod ruulup rr"reueg{Bpl}e{ uup ueEuedurr.(ued pdeprel 1wquurpntuo{
p
eggedu uup e,fuqnE8unsos ueEuep lunq ufus rm truupdrue4 'n'aplsnd rEIBp urBIBp rru>lum$reclp uep efrfueruEuad
BUI?u rre>llnqesrp tru8uep qe>Iseu rrrBIBp rrutlc? ruEuqes wTtmlwctp
sqel
truEueps]lnilol
?reces r1urlce{'qel
Euero uurpsaplqndrp ne}Bsp{p
qelel Eued pdepued nup e&q ludeprel{"pp
1uI s1p1e{rqurcpq
'€'Eqqu4qued
urll
rrBqBrE rrsnce{tnq
4uqrd usn}uuqedue1'rrpues u,(es treplleuod uep rresnuru 'uBsute8 runur Fq sl1nf erfte1l .e
'efuuq
rEEm] uenm8rod rp tmdnuur Etmdruul ss{sro^run>peq '(e,(pu11 $ry/"u?Fug) rytuepe4e.re1eE uuryedupueu Tnlun ueryrferp qeued uryeq usp Is? r{Elepe Iul qrpp uurodulnsdlqS 'e.(us srp} e,Crc)
'I
:?/v\rluq UB>ppdUeU A(eS nn truEueq
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS. AL-Baqarah ayat 45)
Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan. (Colin Powel)
Seorang yang cemerlang hari ini datangnya dari seorang yang biasa, tetapi yang menjadikannya cemerlang karena usahanya yang luar biasa.
( Drs. Berchah pitoewas, M.H)
Saya bisa menerima kegagalan, tapi saya tidak bisa menerima segala hal yang tak pernah diusahakan. (Michael Jordan)
Keberhasilan yang alami dan bertahap adalah keberhasilan yang sempurna, sedangkan kemalasan dan kebodohan adalah dua hal yang menjadi pemicu munculnya kegagalan (sebuah filsafat hidup yang konsisten dipegang teguh
✁✂ ✄☎ ✂✆✁✂ ✄✝ ✞☎ ✟✠ ✡ ☛✆✡☞ ☞☎ ✌ ✡✍✍☎ ✌ ✆☎ ✂✂ ✡✍✍☎ ✌✡ ✆✎☎ ✂✟✝✏ ✡☛✑ ✝✒ ✝✍✒ ✁✟☎ ✎☎ ✓✔ ✔ ✓✕
✖WT, ku persembahkan karya kecil ini khusus untuk ;
Ayah dan Mama,
Bapak Umai Saputra dan Ibu Ernawati
Serta adik-adiku tercinta Genadi Permana Putra dan Ahmad Fadillah yang
senantiasa memberikan semangat, dorongan, dan setia mengisi langkahku
dengan doa dan kasih sayang yang tak pernah henti kalian berikan untuk ku
Kakek dan Nenek ku tercinta yang dengan kasih sayangnya selalu mendoakan
keberhasilanku
seluruh keluarga besarku di Lampung Tengah dan Kota Metro yang selalu
memberikan perhatian dan mendo akan keberhasilan ku,
kerabat dan rekan-rekan tercinta yang tiada henti selalu memberikan do a,
motivasi dan semangat untuk ku
Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Unila
Penulis bernama lengkap Jodi Prayuda dilahirkan di
Lampung Tengah pada tanggal 11 April 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan
dari Bapak Umai Saputra dan Ibu Ernawati. Penulis
mengawali pendidikannya di taman kanak-kanak Pertiwi
Kotagajah diselesaikan tahun 1997, pendidikan Sekolah
Dasar Negeri 3 Kotagajah diselesaikan tahun 2003, pendidikan Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Kotagajah diselesaikan tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Kotagajah diselesaikan tahun 2010.
Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif di anggota Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara
(HIMAGARA) FISIP UNILA dan Forum Studi Pengembangan Islam FSPI UNILA.
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cempaka
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
dan selalu mencurahkan taufik serta hidayah bagi penulis, sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul ”Implementasi Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP PNPM Mandiri) Oleh Aparatur Desa
Dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin (Studi Pada
Desa Fajar Bulan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2012)”. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu
Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Terwujudnya skripsi ini, telah melibatkan bantuan banyak pihak, sehingga penulis
ingin menyampaikan penghargaan, penghormatan, dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
perhatian, ilmu, tenaga, dan waktunya selama proses pendidikan dan
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Devi Yulianti S.A.N., M.A. selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan secara menyeluruh, arahan, ilmu, perhatian,
motivasi dan juga semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Nana Mulyana, S. Ip, M.Si. selaku pembahas dan penguji yang
telah banyak memberikan masukan, kritik, arahan, perhatian, juga
semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh dosen jurusan ilmu administrasi negara yang telah mewariskan
ilmunya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta membimbing
penulis selama menempuh studi.
8. Bapak Suganda selaku sekertaris OMS Desa Fajar Bulan yang telah
bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Kiki Rahmat Barkah A.Md. selaku Fasilitator teknik program PPIP
di Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan serta
memberikan bantuan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Ibu Pirnaningsih S.E. selaku Fasilitator pemberdayaan masyarakat
program PPIP di Desa Fajar Bulan yang telah bersedia menjadi informan
penyelesaian skripsi ini.
12. Bapak Ahmad Basri selaku bendahara OMS Desa Fajar Bulan yang telah
bersedia menjadi informan serta memberikan bantuan dan kemudahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Umai Saputra dan Ibunda Ernawati
yang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan
moril maupun materil yang dengan selalu setia menanti dan mendoakan
keberhasilanku.
14. Adik-adik ku Genadi Permana Putra dan Ahmad Fadillah, terimakasih atas
segala kasih sayang, dan perhatiannya, semoga kita semua dapat sukses
dunia dan akhirat. Amin.
15. Kakek dan nenek ku tercinta, yang dengan kasih sayangnya selalu
mendoakan keberhasilanku.
16. Kepada sahabatku Ade Irawan yang telah membantu proses riset selama
penelitian.
17. Kepada sahabatku Fadri dan enggi yang telah memberikan motivasi dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
18. Kepada sahabatku Aris, yogis dan anjas semangat untuk menyelesaikan
skripsinya dan sukses buat kedepannnya.
19. Kepada sahabatku Pandu yang telah bersedia menjadi pembahas saat
21. Serta untuk sahabat, teman dan semua pihak yang terlibat yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini.
Semoga kebahagian dan kesuksesan senantiasa allah berikan untuk kita
semua.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 17 Desember 2014
Penulis,
A. Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan sebagai langkah untuk
membangun manusia Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kebijakan
yang akan diambil yang berkaitan dengan pembangunan harus tertuju pada
pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia dan diselenggarakan
untuk kepentingan masyarakat agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dapat
dirasakan oleh masyarakat sehingga pada akhirnya dapat berdampak terhadap
perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia.
Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah untuk menciptakan kemajuan di
bidang sosial dan ekonomi secara berkesinambungan, tanpa mengabaikan
persamaan hak dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat
Indonesia secara keseluruhan. Beberapa komponen penting dari aspek
pembangunan antara lain mencakup: (1) pembangunan ekonomi, menitikberatkan
pada usaha peningkatan pendapatan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi
potensial, meningkatkan produktifitas pertanian dan non pertanian, memperbaiki
efisiensi dan meningkatkan pertumbuhan industri dan sektor-sektor pelayanan
keseimbangan ekologi untuk menciptakan kondisi alamiah lingkungan yang
ramah dan bersahabat, (3) Pembangunan kelembagaan yakni mendorong
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, memperbaiki tata kerja
administratif, desentralisasi dan mobilisasi sumber daya, penguatan lembaga, (4)
pembangunan fisik dan sosial, diantaranya adalah memperbaiki serta
meningkatkan kualitas pendidikan, serta mengembangkan keahlian tenaga kerja
dan memperbaiki kualitas fasilitas pelayanan dan infrastruktur (Adisasmita, 2013:
35).
Pembangunan infrastruktur termasuk kedalam pembangunan fisik dan sudah sejak
lama diketahui, bahwa keberadaan infrastruktur yang baik memiliki peran yang
sangat penting dalam menunjang pemenuhan hak dasar masyarakat seperti
pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa infrastruktur merupakan modal yang sangat dibutuhkan
masyarakat dalam mendukung kegiatan di berbagai bidang. Disamping sebagai
alat yang dapat menghubungkan antar daerah di Indonesia, infrastruktur yang
biasa sering disebut sebagai sarana dan prasarana fisik ini, memiliki keterkaitan
yang kuat dengan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Hal tersebut ditandai
dengan wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi
lebih baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan sosial dan pertumbuhan
ekonomi masyaraktanya. Sebaliknya, keberadaan infrastruktur yang kurang
berfungsi dengan baik mengakibatkan timbulnya permasalahan sosial seperti
penolakan dari masyarakat terhadap infarastruktur yang telah terbangun.
Salah satu aspek penting dalam pembangunan adalah pembangunan di bidang
fisik dan sosial. Hal Ini dapat diwujudkan melalui perbaikan fasilitas infrastruktur
yang ada. Dimana, infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak
pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur seperti halnya sarana jalan keberadaannya
merupakan modernisasi bangsa yang penyediaannya merupakan salah satu aspek
penting guna meningkatkan kelancaran produktivitas sektor produksi dan yang tak
kalah pentingnya infrastruktur jalan ini juga dapat berperan sebagai pendukung
dalam menciptakan dan meningkatkan akses transportasi bagi masyarakat dalam
beraktivitas. (www.bappenas.go.id diakses 19 Desember 2013).
Keberadaan infrastruktur fisik yang baik seperti hal nya jalan, jembatan, sarana
telekomunikasi, sarana perlistrikan, sarana irigasi dan sarana transportasi juga
sering dikaitkan sebagai pemicu perkembangan pembangunan di berbagai bidang
pada suatu kawasan. Dengan mudah kita dapat menilai perbedaan kesejahteraan
suatu kawasan hanya dengan melihat dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi
di dalamnya. Terkait dengan hal tersebut di atas, untuk itu kedepannya percepatan
pembangunan infrastruktur semakin penting untuk lebih diperhatikan, hal ini
didasarkan pada manfaat dari keberadaan infrastruktur seperti halnya jalan yang
dapat berperan sebagai sarana pembuka keterisolasian suatu wilayah dari dunia
luar sehingga dengan adanya infrastruktur ini, diharapkan berdampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun
budaya.
Dewasa ini pembangunan infrastruktur sangat penting untuk lebih di perhatikan
infrastrukturnya. Namun saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan
masih mengalami kendala, saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan di
daerah pedesaan umumnya masih terkendala oleh terbatasnya akses masyarakat
perdesaan terhadap pengambilan kebijakan pembangunan yang akan dilakukan di
desanya, hal ini disebabkan oleh minimnya koordinasi atau hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat yang ada di desa terkait masalah pembangunan
yang akan dilakukan. Pemerintah terlihat hanya menjadikan desa sebagai objek
pembangunan. Sehingga yang terjadi desa dipaksa untuk menerima program
pembangunan dari pemerintah tanpa melihat pembangunan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan desa tersebut. Permasalahan tersebut menjadikan
masyarakat kemudian menganggap pembangunan-pembangunan yang telah
dilakukan pada desa mereka hanya sebatas hadiah yang diberikan pemerintah dan
bukanlah kebutuhan yang sebenarnya diperlukan oleh masyarakat. Dengan
kondisi yang seperti ini menyebabkan infrastruktur yang telah terbangun tadi
fungsinya menjadi tidak tepat sasaran, tidak tepat guna dan tidak tepat waktu yang
pada akhirnya infrastruktur yang telah terbangun tadi tidak dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada.
Permasalahan pembangunan yang muncul di daerah pedesaan, dapat
ditanggulangi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Salah
satunya yaitu dengan perbaikan infrastruktur yang ada di daerah pedesaan.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mulai memperkenalkan program
pembangunan yang melibatkan masyarakat dimulai dari tahapan pengusulan
pelibatan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh pemerintah adalah PPIP
(Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan).
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dan
PNPM mandiri telah melaksanakan program PPIP yang dimulai pada tahun 2007
sampai tahun 2012. PPIP berupaya menciptakan dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok melalui partisipasi
dalam memecahkan berbagai permasalahan terkait kemiskinan dan ketertinggalan
desanya sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat. PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan di
bawah payung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM
Mandiri). Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong peran serta
masyarakat dalam pelaksanaan serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
pelaksanaan dan dalam proses pembangunan. Pemberdayaan masyarakat ini
dilakukan agar hasil pelaksanaan pembangunan dapat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang telah diidentifikasikan secara partisipatif. (www.pu.go.id diakses
tanggal 9 Oktober 2013)
Tahun 2012 ini Dinas Cipta Karya Telah menargetkan ada 5000 desa yang
menjadi sasaran program PPIP PNPM Mandiri. Program PPIP PNPM Mandiri ini
mencakup pembangunan berbagai infrastruktur pedesaan mulai dari jalan
perdesaan, irigasi pedesaan, air minum pedesaan, serta infrastruktur sanitasi
pedesaan. Program ini bukan sekedar program fisik saja tetapi benar-benar
dirancang untuk membangun desa dan masyarakatnya. Atas dasar tersebut dalam
pendekatan, yakni pemberdayaan masyarakat, keberpihakan kepada yang miskin,
otonomi dan desentralisasi, partisipatif, keswadayaan, keterpaduan program
pembangunan, dan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan
masyarakat. (www.ciptakarya.pu.go.id diakses 20 Desember 2013)
Biaya yang dialokasikan untuk PPIP PNPM Mandiri bagi setiap desa
mendapatkan bantuan sebesar Rp 250.000.000 dalam bentuk dana bantuan
infrastruktur perdesaan. Titik berat kegiatan ini adalah peningkatan infrastruktur
pedesaan yang meliputi sarana jalan transportasi pedesaan, sanitasi pedesaan, air
minum pedesaan, drainase pedesaan, dan irigasi pedesaan. Program ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui
perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur pedesaan.
Saat ini lokasi PPIP PNPM Mandiri tersebar di 32 pemerintah provinsi, dan 344
kabupaten/kota dengan rincian 2000 desa didanai melalui dana APBN dan 3000
desa didanai melalui dana APBN-P dengan sasaran lokasi mengikuti ketetapan SK
Menteri Pekerjaan Umum. (www.bpkp.go.id diakses tanggal 10 Oktober 2013)
Berdasarkan :
a. SK Kementerian Pekerjaan Umum No. 131/KTPTS/M/2012 tanggal 1 juni
2012 Tentang Penetapan Desa Sasaran Program PPIP tahun 2012.
b. Pedoman pelaksanaan PPIP-PNPM Mandiri.
c. Peraturan dirjen Perbendaharaan tentang Mekanisme Pencairan Dana
PPIP.
d. Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor. 106.A/KPTS/D.14/2012.
(DPIU) program percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan
Kabupaten Lampung Tengah.
Menetapkan Desa Fajar Bulan sebagai salah satu desa yang mendapatkan program
PPIP PNPM Mandiri tahun 2012. (Dokumen surat perjanjian pelaksanaan
pekerjaan program PPIP Tahun 2012)
Desa Fajar Bulan adalah desa yang berlokasi di Kecamatan Gunung Sugih
Kabupaten Lampung Tengah, Desa Fajar Bulan memiliki luas wilayah 1.692,5
hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 5461 jiwa dan mayoritas penduduknya
bermata pencarian sebagai buruh pertanian. Desa Fajar Bulan termasuk dalam
desa tertinggal hal ini didasarkan pada kondisi kesejahteraan sosial masyarakatnya
yang masih didominasi oleh masyarakat dari golongan Miskin hal ini dapat dilihat
dari masih banyaknya KK dari golongan miskin yang totalnya mencapai 640 jiwa.
Selain itu pada tingkat pendidikan masyarakatnya juga lebih didominasi dari
lulusan sekolah dasar yang mencapai jumlah 920 orang. (Dokumen RPJM Desa
Fajar Bulan Tahun 2011-2015).
Keterbatasan yang dialami masyarakat desa Fajar Bulan ini diperparah dengan
kondisi sarana dan prasarana Desa Fajar Bulan yang masih minim seperti halnya
sarana jalan yang merupakan akses utama bagi masyarakat dalam melakukan
aktivitas sehari-hari kondisinya masih belum layak karena jalan yang ada hanya
sebatas jalan tanah yang kondisinya sulit dilalui terlebih jika musim penghujan
tiba. Hal ini tentunya sangat menyulitkan masyarakat yang ingin melakukan
Berikut ini adalah tabel infrastruktur yang pernah dibangun di Desa Fajar Bulan
[image:30.595.115.517.169.676.2]diantaranya:
Tabel 1. Pembangunan Infrastruktur di Desa Fajar Bulan
No Tahun Kegiatan Pembangunan Sumber
dana
1 1973 Pembangunan balai kampung DPD
2 1981 Pembangunan jembatan APBN
3 1981 Pembangunan SD 1 Fajar Bulan APBN
4 1983 Pembangunan SD 1 Impress Fajar Bulan APBN
5 1986 Pembangunan SD 2 Fajar Bulan APBN
6 1986 Pembangunan SD 3 Fajar Bulan APBN
7 1986 Pembangunan gedung TK Al Furqon APBN
8 2001 Pembangunan TK pertiwi APBD
9 2001 Pembangunan jalan telford dusun IV Swadaya
10 2005 Pembangunan jalan onderlagh dusun V APBN
11 2005 Pembangunan jalan telford dan talud APBN
12 2005 Pembangunan jalan telford dusun 1 dan 2 APBN
13 2005 Pembangunan gorong-gorong dan talud dusun 1 APBN
14 2006 Pembangunan jalan telford dusun 1 dan 2 APBN
15 2006 Pembangunan gedung SMA swasta Pihak ke tiga
16 2007 Pembangunan jalan telford dusun V APBN
17 2007 Pembangunan jalan telford dusun I,II dan III APBN
18 2007 Pembangunan jalan telford dusun III APBN
19 2008 Rehabilitasi masjid nurul iman dusun 1 Swadaya
20 2008 Rehabilitasi musolah nurul falah Swadaya
21 2008 Pembangunan jalan telford dusun IV APBN
22 2009 Rehabilitasi musolah Al huda dusun III Swadaya
23 2009 Rehabilitasi musolah dusun II Swadaya
24 2009 Pembangunan jalan telford dusun IV APBN
25 2010 Rehabilitasi kantor kepala desa ADK
26 2010 Pembangunan jalan telford dusun VI APBN
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pembangunan infrastruktur jalan
yang ada di Desa Fajar Bulan pernah beberapa kali dilakukan hanya saja
mengingat luas wilayah Desa Fajar bulan yang mencapai 1692,5 Ha dengan total
panjang jalan yang mencapai 17800 Meter, dari total panjang jalan tersebut 9100
dantaranya masih sebatas jalan tanah biasa sehingga walaupun telah dilakukan
beberapa kali proses pembangunan jalan namun hal ini masih dirasa kurang.
Pernyataan masih minimnya kondisi sarana dan prasarana jalan yang ada di Desa
fajar bulan juga diungkapkan oleh Suganda selaku kaur pembangunan Desa Fajar
Bulan:
“Dari total keseluruhan panjang jalan yang ada di 6 dusun yakni 17800 meter, 9100 meter diantaranya masih sebatas jalan tanah yang kondisinya masih sangat minim, jalan tersebut diantaranya terdapat di Dusun Bangun Sari. padahal jalan yang ada di dusun tersebut sering digunakan masyarakat sebagai akses untuk mengeluarkan hasil pertanian berupa tanaman holtikultura, palawija, dan hasil perkebunan untuk selanjutnya diangkut keluar desa untuk kemudian di pasarkan ataupun diolah di pabrik-pabrik pengolahan. Selain digunakan sebagai akses untuk mengangkut hasil pertanian, jalan ini juga digunakan sebagai akses masyarakat untuk menjangkau pusat-pusat pelayanan sosial dan sarana pendidikan”.(hasil wawancara 4 Juni 2014)
Melihat masih minimnya infrastruktur jalan yang ada di Desa Fajar Bulan,
Tepatnya di dusun bangun sari membuat keberadaanya sudah sangat mendesak
untuk dilakukannya pembangunan infrastruktur ini, karena infrastruktur seperti
halnya jalan pedasaan yang baik merupakan kebutuhan pokok bagi setiap
masyarakat yang mana keberadaanya harus disediakan oleh pemerintah. sarana
jalan di wilayah pedesaan dapat menjadi kunci dari pertumbuhan ekonomi
masyarakat desa karena dengan adanya sarana jalan yang baik hal ini merupakan
pusat-pusat produksi dan tempat-tempat distribusi atau pemasaran barang dan jasa
yang pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan perekonomian masyarakat.
Sebagai langkah untuk menyelesaikan permasalahan di atas terkait minimnya
infrastruktur jalan yang ada di Desa Fajar Bulan tersebut maka Desa Fajar Bulan
melalui program PPIP telah melaksanakan pembangunan infrastruktur berupa
jalan desa yang berlokasi di Dusun Bangun Sari dengan spesifikasi panjang jalan
mencapai 1446 Meter dan lebar 2,5 Meter dengan total penerima manfaat dari
infrastruktur ini mencapai 634 jiwa yang mana 176 diantaranya adalah dari
golongan KK miskin. Jalan yang dibangun di Dusun Bangun sari ini adalah jenis
jalan telford, yaitu jalan yang mana konstruksinya terdiri dari batu pecah
berukuran besar yang disusun menghadap ke atas atau berdiri dengan batu pecah
yang lebih kecil mengisi rongga bagian atasnya kemudian dipadatkan dengan
mesin gilas untuk selanjutnya ditaburi dengan pasir. Jalan ini dipilih karena
konstruksinya yang cukup kuat terutama sebagai pondasi jalan karena materialnya
terdiri dari campuran batu-batu besar dan batu kecil yang disusun dengan tangan
satu per satu..
Berdasarkan pemaparan di atas, untuk itu penulis merasa tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
1. Bagaimanakah implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan
oleh aparatur desa dan masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat
miskin di Desa Fajar Bulan tahun 2012 ?
2. Bagaimana dampak program PPIP terhadap akses pelayanan infrastruktur
dasar bagi masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan?
3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi program
pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat
untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun
2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan masyarakat
dalam meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar Bulan tahun
2012.
3. Untuk menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi program pembangunan infrastruktur pedesaan oleh aparatur desa dan
masyarakat untuk meningkatkan akses masyarakat miskin di Desa Fajar
Bulan tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan praktis
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penelitian bagi studi
Administrasi Negara, khususnya mengenai implementasi kebijakan.
2. Secara praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan
bagi aparatur desa dan masyarakat dalam melaksanakan program
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan
pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya ini
diangkat oleh Arif Wahyu Kristianto, mahasiswa Institute Teknologi Sepuluh
November dimana Arif mengangkat tesis yang berjudul “Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Pelaksanaan
Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo
Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik tahun 2008)”. Penelitian yang dilakukan Arif mengemukakan masalah yang berkaitan dengan kapasitas masyarakat dalam
berpartisipasi pada pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan.
Penelitian kedua yang diangkat oleh Benjamin, salah satu staf pengajar jurusan
Sosiologi Fisip Universitas Lampung. Judul penelitian Benjamin yang diangkat
dalam bentuk jurnal ini yaitu “Revitalisasi Pembangunan Desa Melalui Program
Rural Infrastruktur Support Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(RIS PNPM)”. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung Kabupaten
Pesawaran Kecamatan Kedondong tepatnya di Kota Jawa pada tahun 2009.
dalam penelitiannya Benjamin mengemukakan tentang penerapan prinsip-prinsip
seberapa besar kapasitas masyarakat dalam berpartisipasi, penerapan transparansi
dan akuntabilitas penggunaan anggaran oleh OMS. selain itu penelitian ini juga
menyoroti masalah keberlanjutan proyek yang dilaksanakan oleh kelompok
penerima manfaat (KPP) dalam program (RIS PNPM).
Berikut ini merupakan gambaran pelaksanaan program dari kedua penelitian di
[image:36.595.117.519.304.758.2]atas.
Tabel 2. Gambaran Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan di Beberapa Wilayah
No Judul Indikator Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur
jalan (studi kasus pelaksanaan program pembangunan infrastruktur
pedesaan (PPIP) di desa campurejo kecamatan panceng kabupaten gersik)
Revitalisasi pembangunan desa melalui program rural
infrastruktur support program nasional
pemberdayaan masyarakat mandiri
(RIS PNPM)
1 Indikator Prakarsa (penggalian gagasan dalam mengidentifikasi masalah )
Tingkatan partisipasi
masyarakat pada parameter
prakarsa menunjukan
pemasangan paving jalan desa pada program PPIP PNPM
Mandiri masih sangat
dominan pemerintah. melihat hal ini pemerintah berusaha
meningkatkan peran
masyarakat untuk ikut dalam kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah kurang terkuasainya metode dan teknik partisipasi oleh masyarakat, sehingga masyarakat perlu diberikan pelatihan secara lebih sering dalam kegiatan yang sejenis. Selain itu dalam hal ini
pemerintah masih
menganggap masyarakat
sebagai obyek pembangunan,
bukan sebagai pelaku
pembangunan sepenuhnya.
Refleksi dinamika
masyarakat masih
menunjukan sikap pasrah terhadap keadaan. Seperti yang diungkapkan dalam mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang ada
dilapangan, yaitu
memfokuskan pada
perbaikan infrastruktur
desa. Salah satu
permasalahan mendasar
yakni di bidang
pengerjaan fisik dengan
menggunakan pola
pengembangan yang
menggunakan teknologi
sederhana. Sebagian besar jumlah penduduk desa,
yaitu dengan tingkat
pendidikan formal yang masih rendah atau tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Hal ini berakibat pada kemampuan dalam menyerap informasi dan
mengadopsi teknologi
Rendahnya tingkat
pendidikan ini juga
mengakibatkan rendahnya
kemampuan masyarakat
desa dalam berpartisipasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Sementara itu partsipasi dalam proses pengelolaan
proyek relatif tidak
mendapat perhatian.
Karena itu beberapa
keputusan masih
didominasi dan
dipengaruhi oleh elit desa.
Termasuk partisipasi
kaum perempuan masih
sangat terbatas pada
kegiatan rapat rapat.
2 Indikator pengelolaan keuangan pembiayaan
Tingkatan partisipasi
masyarakat pada parameter
pembiayaan menunjukkan
masyarakat Desa Campurejo
mayoritas berpenghasilan
rendah, sehingga hal ini
menyebabkan kurangnya
partisipasi masyarakat. Akan tetapi terdapat sumbangan
dari masyarakat yang
digunakan untuk biaya
pemeliharaan walaupun
nilainya tidak cukup
signifikan. Permasalahan yang berhasil diindentifikasi bahwa
masyarakat masih
mengharapkan insentif dari
tenaga yang di
sumbangkannya. Hal ini
terjadi memang karena faktor ekonomi yang masih menjadi akar permasalahan. Faktor
masyarakat yang masih
sebagai obyek pembangunan juga menjadi penyebabnya kurangnya antusiasme warga
untuk partisipasi dalam
pembiayaan.
Umumnya masyarakat
puas dengan hasil dan fungsi infrastruktur yang dibangun namun, sebagian besar merasa kurang puas dalam hal transparansi penetapan anggaran biaya dan mekanisme pencairan dana. Ukuran partisipasi
masih sebatas pada
kesediaan masyarakat
berkontribusi dalam
pebangunan infrastruktur
dan bukan pada
sumbangan dalam bentuk
dana yang digunakan
dalam pembangunan
infrastruktur.
Sementara dalam hal
penyaluran keuangan
umunya telah dilakukan langsung kepada OMS. Hal ini berdampak positif
dalam membangun
kepercayaan OMS, namun pengaruh elit desa dalam pengelolaan keuangan di
tingkat OMS masih
3. Indikator pengambilan keputusan
Tingkatan partisipasi
masyarakat pada parameter
pengambilan keputusan
menunjukkan masyarakat
sudah mulai ikut serta. Hal ini diindikasikan dengan adanya
beberapa keputusan yang
sudah bisa diambil oleh
masyarakat. Sebagai contoh mengenai bangunan apa yang akan dibuat serta lokasi mana
yang akan dipilih untuk
pembangunan infrastuktur
yang dipilih tersebut.
Permasalahan yang muncul
dalam hal pengambilan
keputusan adalah bahwa
masyarakat memang tidak mempunyai kapasitas yang
memadai untuk terlibat
produktif dalam pengambilan
keputusan. Hal ini
diindikasikan karena tidak
adanya instrumen hukum
yang mengatur secara
eksplisit bagaimana, dimana dan siapa yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan publik.
Tingkat pengambilan
keputusan oleh
masyarakat dalam hal
menentukan program
pembangunan yang akan
dilaksanakan seringkali
dilakukan tanpa
memberikan pilihan dan
kesempatan kepada
masyarakat untuk
memberikan masukan dan
menetukan hidupnya
sendiri. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa
masyarakat tidak
mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi
dan merumuskan
persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya.
4 Indikator kemampuan memobilisasi tenaga
Tingkatan partisipasi
masyarakat pada mobilisasi
tenaga menunjukkan
masyarakat sudah berperan dengan baik. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah kurangnya kapasitas masyarakat untuk ikut secara
aktif dalam kegiatan
mobilisasi tenaga, serta
pemerintah masih belum
sepenuhnya bisa
menempatkan masyarakat
sebagai subyek
pembangunan sejajar dengan pemerintah.
Tingkat partisipasi
masyarakat pada
mobilisasi tenaga
khususnya dalam kegiatan survey kampung sendiri
yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah
menunjukan masyarakat
belum sepenuhnya ikut berpartisipasi. hal ini lebih
disebabkan masyarakat
desa yang tingkat
pendidikannya rendah atau
bahkan tidak
menyelesaikan pendidikan dasar sering diangap tidak memiliki kompetensi atau
kemampuan untuk
mengidentifikasi dan
merumuskan persoalan
yang sedang terjadi.
Untuk aspek keberlanjutan
proyek, dimasyarakat
telah dibentuk kelompok
peemelihara (KPP) namun
keberadaan kelompok
tersebut tidak fungsional.
5 Indikator pelaksanaan pembangunan
Tingkatan partisipasi
masyarakat pada pelaksanaan pembangunan tidak terlalu buruk untuk Desa Campurejo. Permasalahan yang terjadi
sama dengan mobilisasi
tenaga, dimana masyarakat kurang mempunyai kapasitas
untuk ikut serta secara
produktif. Selain itu
mengenai masalah posisi
masyarakat yang belum
sepenuhnya ditempatkan
sebagai subyek pembangunan secara penuh oleh pemerintah.
Untuk tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
pelaksanaan konstruksi
yang dikerjakan dengan cara kontraktual didapati bahwasannya respon dan
tingkat partsipasi
masyarakat sudah cukup
baik. Partisipasi
masyarakat dalam hal ini
terlihat lebih besar
dibanding pada tahap
pengelolaan proyek hal ini
dilihat dari kepuasaan
masyarakat atas
infrastruktur yang
terbangun sedangkan pada tahap pengelolaan proyek
masyarakat cenderung
kurang merasa puas dalam hal transparansi penetapan anggaran dan mekanisme pencairan dana.
Sumber:diolah penulis tahun 2014
B. Tinjauan Mengenai Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik
Menurut Friedrich dalam Agustino (2008:7) mendefinisikan kebijkan publik
sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok,
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat
hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan
(kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Pendapat-pendapat di atas kemudian diperkuat oleh Anderson dalam Winarno
yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu
masalah atau suatu persoalan. Menurut Hogwood dan Gunn dalam Suharto
(2008:4) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan
pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Sedangkan menurut
Pasolong (2010:39) kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, kebijakan publik harus
berorientasi pada kepentingan publik dan merupakan tindakan pemilihan alternatif
yang dilaksanakan atau tidak dilaksanakan karena didasarkan oleh kepentingan
publik itu sendiri.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang kebijakan publik, maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah yang berguna untuk
mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan yang didasarkan pada kepentingan
publik.
2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik
Menurut Wahab (2004:6), kebijakan publik memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Kebijaksanaan lebih merupakan tindakan yang mempengaruhi pada tujuan
dari pada sebagai prilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.
b. Kebijaksanaan pada hakikatnya terdiri atas tindakan yang saling berkait dan
berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh
pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang berdiri
c. Kebijaksanaan berangkat bersangkut paut dengan dengan apa yang
senyatanya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang-bidang tertentu.
d. Kebijaksanaan publik mungkin berbentuk positif dan negatif.
3. Unsur Unsur Kebijakan Publik
Sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sistem atau elemen, komposisi dari
kebijakan dapat dilihat dari dua perspektif yakni dari proses kebijakan dan dari
struktur kebijakan. Dari sisi proses kebijakan, terdapat tahap-tahap sebagai
berikut: identifikasi masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, pelaksanaan, dan
evaluasi kebijakan. Dilihat dari segi struktur terdapat lima unsur kebijakan
menurut Abidin (2012: 28).
a. Tujuan kebijakan.
Kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan tidak
perlu ada kebijakan. Maka dari itu tujuan menjadi unsur utama dari suatu
kebijakan. Tetapi tidak demikian semua kebijkan mempunyai uraian yang
sama tentang tujuan kebijakan itu. Perbedaan terletak tidak sekedar pada
jangka waktu mencapai tujuan dimaksud, tetapi juga ada posisi, gambaran,
orientasi dan dukungannya. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik.
Tujuan yang baik sekurang-kurangnya memenuhi empat kriteria: diinginkan
untuk dicapai, rasional atau realisti, jelas, dan berorientasi ke depan.
b. Masalah.
Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kesalahan
dalam menentukan masalah secara tepat dapat menimbulkan kegagalan total
dalam seluruh proses kebijakan. Tak ada artinya suatu cara atau metode yang
bagi masalah yang tidak benar. Melalui cara lain dapat dikatakan, jika suatu
masalah telah dapat diidentifikasi secara tepat, berarti sebagian pekerjaan dapat
dianggap sudah dikuasai.
c. Tuntutan.
Sudah diketahui partisipasi merupakan indikasi dari masyarakat maju
partisipasi itu berbentuk dukungan, tuntutan dan tantangan atau kritik seperti
halnya partisipasi pada umumnya, tuntutan dapat bersifat moderat atau radikal.
Tergantung pada urgensi dari tuntutan tersebut.
d. Dampak atauoutcomes
Dampak merupakan tujuan lanjutan yang timbul sebagai pengaruh dari
tercapainya suatu tujuan.
e. Sarana atau alat kebijakan (policy instruments).
Suatu kebijakan dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang dimaksud.
Beberapa dari sarana ini adalah kekuasaan, insentif pengembangan
kemampuan, simbolis, dan perubahan kebijakan itu sendiri.
4. Tahapan Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,
beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap.
Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn dalam Winarno (2012: 35) adalah
a. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk
dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Setelah itu Pada akhirnya beberapa
masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini
suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang
lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena
alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap formulasi
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian
dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan
perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam
tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif berasaing untuk dapat
dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
c. Tahap adopsi kebijakan
Alternatif kebijakan yang banyak ditawarkan oleh para perumus kebijakan
tadi, Akhirnya dari sekian banyaknya salah satu dari alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara
direktur lembaga atau keputusan peradilan.
d. Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika
program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah
harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administratif
maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah
diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan
sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai
kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan
mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin
akan ditentang oleh para pelaksana.
e. Tahap evaluasi kebijakan
Tahap evaluasi kebijakan merupakan tahap dimana kebijakan yang telah
dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan
yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan yaitu guna memecahkan
permmasalahan yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan
ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah
kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
Berdasarkan pemaparan di atas telah dijelaskan bahwasanya tahap-tahap
kebijakan merupakan bagian dari alur proses terbentuknya suatu kebijakan,
tahapan-tahapan ini merupakan bagian yang saling berkaitan antar satu dan yang
lainnya. Proses terbentuknya suatu kebijakan dimulai dari penyusunan agenda
dimana para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada
agenda publik, selanjutnya masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan
kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah yang telah masuk ke
agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan ditahap
kemudian dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan dipilih satu alternatif kebijakan tersebut untuk diadopsi dan
selanjutnya alternatif kebijakan yang telah diambil untuk dilaksanakan oleh
unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.
Setelah dilaksanakan selanjutnya kebijakan yang tersebut akan dinilai atau
dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat meraih dampak yang
diinginkan yakni dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
5. Dampak Kebijakan Publik (Policy Impact)
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 110) policy outcome atau dampak
kebijakan merupakan suatu indikator untuk menilai hasil implementasi suatu
kebijakan. Hasil atau dampak suatu kebijakan pada dasarnya berkaitan dengan
perubahan kondisi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran suatu kebijakan
atau program, yaitu dari kondisi awal yang tidak dikehendaki (kemiskinan,
kondisi kesehatan keluarga miskin memenuhi kebutuhan pokok dan sebagainya)
menuju ke kondisi baru yang lebih dikehendaki (lebih sejahtera, derajat kesehatan
keluarga miskin yang lebih baik, kemampuan keluarga miskin memenuhi
kebutuhan pokok yang lebih baik). Hasil kebijakan ini jika dirunut merupakan
konsekuensi lanjutan atas keluaran kebijakan yang diterima kelompok sasaran.
Berbagai perubahan yang muncul sebagai konsekuensi implementasi suatu
kebijakan atau program tersebut perlu diukur untuk dapat diketahui sejauh mana
Manfaat lain mengetahui dampak kebijakan adalah:
1. Untuk menguji implementasi suatu pilot project apakah dapat dikembangkan
menjadi suatu program.
2. Untuk menguji suatu design suatu program yang paling efektif sehingga
ditemukan suatu cara untuk mengintegrasikan berbagai program.
3. Untuk menguji apakah modifikasi suatu program membuahkan hasil atau
tidak.
4. Untuk mengambil keputusan terhadap keberlangsungan suatu program.
Dampak yang terjadi tentu sangat tergantung dengan kebijakan maupun
programnya. Dalam realita dilapangan, merumuskan indikator dampak tidak
mudah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh setidaknya dua hal: (I) luasnya cakupan
kebijakan, (II) tujuan kebijakan yang seringkali tidak spesifik.
C. Tinjauan Mengenai Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan suatu proses melaksanakan keputusan
kebijakan biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan peradilan,perintah eksekutif, atau dekrit presiden, (Wahab, 2004: 64).
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2008:139), implementasi
kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu
atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijaksanaan. Selain itu Grindel dalam Winarno (2012:149) mendefinisikan
implementasi bahwa secara umum implementasi adalah membentuk suatu kaitan
dari suatu kegiatan pemerintah. Sementara itu Ripley dan Franklin dalam Winarno
(2012: 148) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah
undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan,
keuntungan atau suatu jenis keluaran yang nyata.
Berdasarkan tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
menyangkut tiga hal, yaitu: (a) Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. (b) Adanya
aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan dan (c) Adanya hasil kegiatan.
Berdasarkan sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan, dijelaskan
tentang bahwasannya ada dua pendekatan guna memahami impelmentasi
kebijakan, yakni: pendekatan top down dan dan bottom up. Menurut Lester dan
Stewart istilah itu dinamakan istilah dengan the command and control approach
(pendekatan kontrol dan komando, yang mirip dengan top down aproach) danthe
market approach (pendekatan pasar, yang mirip dengan bottom up approach).
Masing-masing pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam
membentuk ketertarikan antara kebijakan dan hasilnya (Agustino, 2008: 140).
Menurut pendekatan bottom up yang dipelopori oleh Elmore, dkk. dalam
Purwanto dan Sulistyastuti (2012: 43) menyebutkan bahwa pendekatanbottom up
menekankan pada dua aspek penting dalam impelementasi suatu kebijakan yaitu
birokrat pada level bawah dan kelompok sasaran kebijakan, argumen yang
menjadi dasar tentang pentingnya memperhatikan peran birokrat pada level bawah
sangat terkait dengan posisinya dalam dalam melakukan kegiatan merealisasikan
menyampaikan keluaran kebijakan tersebut kepada kelompok sasaran (apabila
keluaran kebijakan tersebut berupa hibah, bantuan, subsidi dan lain-lain).
Pendekatan lainnya yaitu top down dapat disebut sebagai pendekatan yang
mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan, walaupun
dikemudian hari diantara pengikut pendekatan ini terdapat perbedaan-perbedaan,
sehingga menelurkan pendekatan bottom up, namun pada dasarnya, mereka
bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang sama dalam mengembangkan kerangka
analisis tentang studi implementasi. pendekatan top down menjelaskan,
implementasi kebijakan dilakukan dengan tersentralisir dan dimulai dari aktor
tingkat pusat. Pendekatan top down bertitik-tolak dari perspektif bahwa
keputusan-keputusan politik (kebijakan) oleh pembuat kebijakan harus
dilaksanakan oleh administratur-adminiastratur atau birokrat-birokrat pada level
bawahnya. Jadi inti pendekatan top down adalah sejauh mana tindakan para
pelaksana (administratur dan birokrat) sesuai dengan prosedur serta tujuan yang
digariskan oleh para pembuat kebijakan ditingkat pusat.
Fokus analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-masalah pencapaian
tujuan formal kebijakan yang telah ditentukan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh
karena street level bereaucrats tidak dilibatkan dalam formulasi kebijakan.
Berangkat pada perspektif tersebut maka timbullah pertanyaan-pertanyaan,
sebagai berikut:
a) Sampai sejauhmana tindakan-tindakan pejabat pelaksana konsisten dengan
keputusan kebijakan tersebut?
c) Faktor-faktor apa yang secara prinsipil mempengaruhi output dan dampak
kebijakan?
d) Bagaimana kebijakan tersebut diformulasikan kembali sesuai pengalaman
lapangan?
Empat pertanyaan tersebut mengarah pada inti sejauh mana tindakan para
pelaksana sesuai dengan prosedur dan tuiuan kebijakan yang telah digariskan para
pembuat kebijakan di level pusat. Fokus tersebut membawa konsekuensi pada
perhatian terhadap aspek otganisasi atau birokrasi sebagai ukuran efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan kebijakan. (Agustino, 2008: 141) Jadi berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, bahwa implementasi kebijakan merupakan
pelaksanaan suatu kebijakan yang berumber dari para aktor pembuat kebijakan di
tingkat pusat oleh pejabat-pejabat pada level bawah dengan dengan prosedur dan
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya oleh para aktor pembuat kebijakan di
tingkat pusat. Pelaksanaan isi kebijakan ini dapat berupa undang-undang,
peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit
presiden.
1. Model Implementasi Kebijakan Publik
Model implementasi kebijakan publik berisi variabel-variabel dan faktor yang
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan dari keseluruhan proses implementasi
kebijakan publik. Berikut ini model implementasi kebijakan publik yang
a. Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn
Menurut Donald Van Metter dan Carl Van Horn dalam Agustino (2008: 141)
model pendekatan top down yang dirumuskan oleh keduanya disebut dengan
Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah
abstraksi atau performasi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara
sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang
tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini
mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari
keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik. Ada
enam variabel, yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah:
a. Ukuran dan tujuan kebijakan.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika
dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan
sosio kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuan
kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk
dilaksanakan di level warga maka agak sulit memang mererlisasikan
kebijakan publik hingga, titik yang dapat dikatakan berhasil.
b. Sumber daya.
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan
sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses
implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi
pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara
politik. tapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu
nihil maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.
Tetapi di luar sumber daya manusia, sumber daya-sumber daya Iain yang
perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya finansial dan sumber daya
waktu. Karena, mau tidak mau ketika sumber daya manusia yang kompeten
dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak
tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa
yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya
dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat bekerja dan
kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu
yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebab ketidak
berhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan pernyataan tersebut,
Sehingganya sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh Van Meter dan
Van Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.
c. Karakteristik agen pelaksana.
Pusat pethatian pada agen pelaksanaan meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.
Hal ini sangat penting karena kineria implementasi kebijakan (publik) akan
sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para
agen pelaksananya. Misalnya implementasi kebijakan publik yang berusaha
untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia secara radikal, maka agen
pelaksana proyek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan
merubah perilaku dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang
diturunkan, tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama.
Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga
diperhitungkan manakala hendak menentukaa agen pelaksana. Semakin luas
cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen
yang dilibatkan.
d. Sikap atau kecenderungan(disposition)para pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan
publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang
dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul
persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang
implementor pelaksanaan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat
mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan
tidak mampu menyentuh) kebutuhan, atau permasalahan yang warga ingin
selesaikan.
e. Komunikasi antaroganisasi dan aktivitas pelaksana.
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koord